Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Audit
2.1.1.1. Pengertian Audit
Audit
berasal
dari
bahasa
Latin
“Audire”
yang
berarti
mendengarkan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu
laporan
pertanggungjawaban
keuangan
dibacakan
oleh
penanggungjawab, dimana petugas controller ikut duduk sebagai seorang
pendengar yang kritis. Kata audit yang sering kita jumpai saat ini, berasal
dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang
artinya ialah pemeriksaan, sehingga secara substantif dua istilah tersebut
sebenarnya, mempunyai makna yang sama.
Menurut Arens dan Leobbecke (1998), Auditing adalah proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42
Tahun 1994, audit adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi
secara sistematis terdokumentasi, periodik dan objektif tentang
bagaimana suatu kinerja organisasi yang baik.
18
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Komite Konsep Audit Dasar (Committee on Basic
Auditing Concepts) merumuskan defenisi umum dari audit yaitu suatu
proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara
objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi
untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dan
menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak –
pihak yang berkepentingan.
2.1.1.2. Konsep – Konsep Dasar Melaksanakan Audit
Konsep penting yang terlibat dalam melaksanakan audit ialah :
Risiko Audit (Audit Risk) ialah risiko yang terjadi karena tanpa
sepengetahuannya auditor gagal untuk memodifikasi secara benar
pendapatnya, atas laporan keuangan yang salah saji material.
Materialitas (materiality) adalah salah saji informasi akuntansi, yang
dalam hubungannya dengan kondisi sekitarnya, memungkinkan
bahwa pertimbangan seseorang yang mengandalkan informasi
tersebut akan terpengaruh dengan salah saji tersebut.
Bukti mengenai asersi manajemen, bahwa auditor harus memperoleh
relevansi dan keandalan dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh
pihak manajemen, sehingga auditor dapat memberikan keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
19
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3. Fase Audit
Fase-fase besar dalam audit ialah :
a) Menerima/ melanjutkan klien dan menetapkan syarat – syarat
perikatan
b) Praperencanaan
c) Menetapkan materialitas dan menentukan risiko
d) Merencanakan audit
e) Mempertimbangkan dan mengaudit pengendalian internal
f)
Audit proses bisnis dan akun terkait misalnya menghasilkan
pendapatan.
g) Menyelesaikan audit
h) Mengevaluasi hasil dan menerbitkan laporan audit
2.1.1.4. Klasifikasi Audit
Menurut Kell dan Boyton berdasarkan tujuan dilaksanakannya, audit
diklasifikasikan atas :
a) Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit
laporan
keuangan
mencakup
penghimpunan
dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan,
telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu
Prinsip Akuntansi yang Bersifat Umum (PABU).
20
Universitas Sumatera Utara
b) Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti
dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun
operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi,
aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang
ditentukan tersebut berasal dari berbagai sumber seperti manajemen,
kreditor, maupun lembaga pemerintah.
c) Audit operasional (operational audit)
Audit operasional meliputi penghimpunan pengevaluasian bukti
mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan
tujuan
pencapaian
efisiensi,
efektifitas,
maupun
kehematan
operasional.
Berdasarkan tujuan dilaksanakannya Audit Fraud termasuk dalam
kelompok Compliance Audit, yaitu untuk mempertimbangkan apakah
klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah di tetapkan
oleh pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.
2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor
Tiga sikap dan tindak pikir yang selalu harus melekat pada diri
seorang auditor, yakni :
Independen.
Objektif.
21
Universitas Sumatera Utara
Skeptis.
2.1.2. Kecurangan (Fraud)
2.1.2.1. Pengertian Fraud
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE )
fraud adalah perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan
laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam
atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun
kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak
lain.
Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah :
Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau
keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat
mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan
yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam
beberapa
kasus
(khususnya
dilakukan
secara
disengaja)
memungkinkan merupakan suatu kejahatan;
Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara
ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya
22
Universitas Sumatera Utara
berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain
bertindak atau berbuat;
Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau
penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta
material atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang
mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang
merugikannya.
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraud ialah “setiap
tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau
pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada aplikasi
kekerasan atau ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh
partai dan organisasi untuk memperoleh kekayaan uang, atau jasa; untuk
menghindari
pembayaran
atau
hilangnya
layanan,
atau
untuk
mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis”.
Bologna dan Lindquist (1987) mendefinisikan fraud adalah “istilah
generik, dan mencakup semua sarana yang beraneka kecerdikan manusia
bisa merancang, yang terpaksa oleh satu individu, untuk mendapatkan
keuntungan lebih dari yang lain dengan keterangan palsu.” Silverstone
dan Sheetz (2004) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai “sebuah
aktivitas yang mengambil lokasi di bidang sosial dan memiliki
konsekuensi yang besar untuk perekonomian, perusahaan, dan individuindividu.”
23
Universitas Sumatera Utara
Menurut AICPA US Auditing Standards (AU 312) dalam Rustiana
(2008) error meliputi:
1.
Kesalahan dalam proses menyusun laporan keuangan secara tidak
disengaja.
2.
Kesalahan
penerapan
prinsip
akuntansi
(jumlah,
klasifikasi,
penyajian, dan pengungkapan) secara tidak disengaja.
24
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengertian di atas, secara garis besar para ahli
memiliki makna dan tujuan yang sama dalam menjelaskan arti dari fraud.
Kecurangan (fraud) memiliki beberapa unsur yang menandakan bahwa
hal tersebut merupakan fraud, bila tidak terdapat unsur fraud maka hal
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai fraud. Berikut merupakan
unsur-unsur yang terdapat dalam fraud, yaitu :
a) Harus terdapat kesalahan penyajian (misrepresentation)
b) Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
c) Faktanya bersifat material (material fact)
d) Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (recklessly)
e) Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan pihak lain bereaksi;
f)
Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap kesalahan
penyajian tersebut (misrepresentation)
g) Mengakibatkan kerugian (detriment). Fraud disini tidak terbatas
pada manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak,
pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh
seseorang
yang
dapat
mengakibatkan
kerugian
bagi
organisasi/perusahaan.
2.1.2.2. Jenis Tindakan Fraud
2.1.2.2.1. Korupsi (Corruption)
Menurut Associatian of Certified Fraud Examiners (ACFE)
menggambarkan corruption sebagai berikut :
25
Universitas Sumatera Utara
a)
Conflicts of interest ialah suatu keadaan dimana para pejabat
memanfaatkan kuasanya untuk menggunakan keluarga ataupun
kroninya menjadi pemasok atau rekanan di lembaga – lembaga
pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun.
b) Bribery ialah pemberian hadiah kepada seseorang dengan
maksud untuk mencapai sutu tujuan (penyuapan).
c)
Illegal gratuities ialah pemberian atau hadiah yang merupakan
bentuk terselubung dari penyuapan. Contoh hadiah ulang tahun,
parsel dll.
d)
Economic extortion ialah suatu bentuk meminta dengan
mengancam (pemerasan) kepada orang lain.
Berdasarkan pemahaman dan dimensi baru mengenai kejahatan
yang memiliki konteks pembangunan pengertian korupsi tidak lagi
hanya diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja.
Tindakan bribery (penyuapan) dan kickbacks juga dinilai sebagai
sebuah kejahatan. Penilaian yang sama juga diberikan pada tindakan
tercela dari oknum pemerintah seperti bureaucratic corruption atau
tindak pidana korupsi, yang dikategorikan sebagai bentuk dari
offences beyond the reach of the law (kejahatan- kejahatan yang
tidak terjangkau oleh hukum). Banyak contoh diberikan untuk
kejahatan-kejahatan semacam itu, misalnya tax evasion (pelanggaran
pajak), credit fraud (penipuan di bidang kredit), embezzlement and
26
Universitas Sumatera Utara
misapropriation of public funds (penggelapan dan penyalahgunaan
dana masyarakat), dan berbagai tipologi kejahatan lainnya yang
disebut sebagai invisible crime (kejahatan yang tak terlihat) Istilah
invisble crime banyak ditujukan untuk menunjuk pada kejahatan
yang sulit dibuktikan maupun tingkat profesionalitas yang tinggi dari
pelakunya.
Untuk kepentingan perumusan strategi pemberantasan korupsi
dipandang perlu untuk terlebih dahulu mengenali karakteristik dan
jenis korupsi. Syed Hussain Alatas (1987), seorang ahli sosiologi
korupsi, membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya
sebagai berikut :
1) Transactive corruption
Adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan
pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan
aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.
Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan
pemerintah atau masyarakat dan pemerintah.
2) Exortive corruption
Jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap
guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya,
kepentingannya, atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.
3) Investive corruption
27
Universitas Sumatera Utara
Pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dengan
keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan
diperoleh di masa yang akan datang.
4) Nepotistic corruption
Penunjukkan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara
untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan
yang memberikan perlakuan yang mengutamakan, dalam bentuk
uang
atau
bentuk-bentuk
lain,
kepada
mereka,
secara
bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
5) Defensive corruption
Perilaku korban korupsi ini adalah dengan pemerasan. Alasan
melakukan korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan
diri si pelaku sendiri.
6) Autogenic corruption
Korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya
seorang diri. Misalnya pembuatan laporan keuangan yang tidak
benar.
7) Supportive corruption
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melindungi atau
memperkuat korupsi yang sudah ada. Misalnya menyewa
preman untuk berbuat jahat, menghambat pejabat yang jujur dan
cakap agar tidak menduduki jabatan tertentu.
28
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2.2. Penyimpangan Atas Aset (Asset Misappropriation )
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset
atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud
yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau
dapat diukur/dihitung (defined value). Asset misappropriation dalam
bentuk penjarahan cash dilakukan dalam tiga bentuk yaitu :
skimming, larceny, dan fraudulent disbursements,dalam skimming,
uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke
perusahaan.sedangkan kalau uang sudah
secara fisik masuk ke
perusahaan. Sedangkan kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan
kemudian baru dijarah, maka fraud ini disebut larceny..
Fraudulent disbursements ialah pencurian melalui pengeluaran
yang tidak sah. Modus operandi dalam penjarahan aset yang bukan
uang tunai atau uang di bank adalah misuse dan larceny. Misuse
adalah penyalahgunaan, misalnya penggunaan kendaraan bermotor
perusahaan atau aset tetap lainnya untuk kepentingan pribadi. Kalau
hanya dipakai selama menjabat disebut misuse, namun kalau tidak
dikembalikan sesudah tidak lagi menjabat disebut larceny.
2.1.2.2.3. Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)
Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan
general audit (opinion audit). Fraudulent statement meliputi
29
Universitas Sumatera Utara
tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu
perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan
(financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk
memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan
istilah window dressing. Fraud ini berupa salah saji aset atau
pendapatan yang lebih tinggi dari sebenarnya (asset/revenue
overstatements) dan menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah
dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements).
2.1.2.3. Faktor Terjadinya Fraud
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan
fraud, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:
1.
Greed (keserakahan)
2.
Opportunity (kesempatan)
3.
Need (kebutuhan)
4.
Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan
dengan individu pelaku fraud (disebut juga faktor individual). Sedangkan
faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan
dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud (disebut juga faktor
generik/umum).
30
Universitas Sumatera Utara
Kecurangan atau penipuan yang disengaja (intentional deception)
adalah suatu strategi untuk mencapai sasaran strategi untuk mencapai
sasaran individu atau organisasi atau untuk memuaskan kebutuhan
manusiawi. Secara umum, daya saing yang kompetitif dapat menjadi
motivasi untuk melakukan tindakan yang benar maupun yang tidak
benar. Bila persaingan berlangsung secara ketat dan sangat kompetitif,
melakukan hal yang tidak benar sering dianggap rasional (hal yang salah
namun dianggap benar).
Donald Cressey’s (1950) mengemukakan fraud triangle sebagai faktor –
faktor terjadinya fraud :
1.
Insentif/ Tekanan (Insentives/Pressures) : Manajemen atau pegawai
merasakan suatu tekanan yang berkaitan dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya untuk melakukan fraud. Melalui penelitiannya,
Cressey menyimpulkan bahwa status sosial pun dapat menjadi suatu
tekanan
bagi
seseorang
untuk
melakukan
fraud.
Cressey
mengelompokkannya atas :
31
Universitas Sumatera Utara
Violation of ascribed obligation, yaitu suatu keadaan melakukan
fraud akibat seseorang harus menjaga martabatnya saat memiliki
kedudukan atau jabatan
Problems resulting from personal failure, yaitu suatu keadaan
melakukan fraud karena kegagalan yang terjadi pada diri sendiri
akibat perbuatan sendiri.
Business reversals, yaitu suatu keadaan melakukan fraud yang di
akibatkan oleh faktor eksternal. Contohnya tingkat bunga yang
tinggi.
Physical isolation, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di
akibatkan oleh keterpurukan dalam kesendirian.
Status gaining, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di
akibatkan oleh tidak mau kalah dengan orang lain.
Employer-employee relations, yaitu uatu keadaan melakukan
fraud yang di akibatkan oleh kekesalan atau kebencian kepada
perusahaannya.
2.
Kesempatan (opportunity) : Adanya persepsi bahwa ada peluang
atau kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
fraud. Ada dua persepsi, yaitu :
General information, yaitu pengetahuan bahwa kedudukan yang
mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi.
32
Universitas Sumatera Utara
Technical skill, yaitu keahlian yang dimiliki seseorang dan yang
menyebabkan seseorang tersebut mendapat kedudukan.
3.
Sikap/Rasionalisasi (attitudes/rationalization) : Sikap, karakter, atau
serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau
pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak benar, atau mereka
berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat
mereka merasionalisasi tindakan yang tidak benar.
2.1.2.4. Karakteristik Pemeriksa Fraud
Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik. Di
samping keahlian teknis, seorang pemeriksa fraud yang sukses
mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi
secara adil (fair ), tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundangundangan), akurat serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat
dan lengkap. Kemampuan untuk memastikan kebenaran dari fakta yang
dikumpulkan dan kemudian melaporkannya dengan akurat dan lengkap
adalah sama pentingnya.
Pemeriksa fraud adalah gabungan antara pengacara, akuntan,
kriminolog, dan detektif (investigator ).
Art Buckwalter mengatakan, “The secret is for each private
investigator to be the kind of person others will want to deal wit h.”
33
Universitas Sumatera Utara
(“Rahasia seorang private investigator adalah menjadi sosok yang
disukai orang lain.”). Pemeriksa yang menyesatkan orang lain, sering kali
tersesat sendiri. Pemeriksa memang berurusan dengan orang yang
bersalah, tetapi ia juga kan bertemu dengan para saksi yang tidak
bersalah. Para saksi ini dan kesaksian mereka merupakan sesuatu yang
sangat diperlukan dalam metodologi pemeriksaan fraud. Oleh karena
pemeriksa berurusan dengan segala macam jenis manusia dari berbagai
latar belakang, kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan pada
diri orang lain itu, sangat menentukan.
Oleh karena setiap orang itu unik (tidak ada duanya), maka
pemeriksa fraud harus mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.
Seorang sarjana tidak dapat ditanya dengan bahasa yang sama seperti
seorang yang tidak menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Seseorang
dengan latar belakang perbendaharaan kata teknis (seperti akuntansi,
hukum, dan lain-lain) tidak akan memberikan tanggapan yang sama
dengan orang berlatar belakang seni. Oleh karena setiap kasus berbeda,
pemeriksa juga akan berbeda dalam pendekatannya. Pemeriksa fraud
harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep
keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Ciri
yang unik dari kasus-kasus fraud, yakni berbeda dengan kejahatan
tradisional atas harta benda, adalah identitas pelakunya biasanya
diketahui.
34
Universitas Sumatera Utara
Dalam perampokan bank misalnya, issue-nya bukanlah kejahatan
terjadi, melainkan siapa pelakunya? Dalam kasus-kasus fraud, issue-nya
bukanlah penentuan identitas pelakunya, namun apakah perbuatannya
dapat dianggap meruapakan fraud.
Sangat penting bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsepkonsep keuangan sehingga para saksi dapat memahami apa yang
dimaksudkannya. Dalam kenyataannya kebanyakan kasus fraud sangat
sederhana,
namun
metode-metode
penyembunyiannya
atau
penyamarannya yang membuatnya terlihat rumit.
2.1.2.5. Ruang Lingkup Audit Fraud
Ruang lingkup audit fraud mencakup :
1.
Pencegahan (preventive), yaitu upaya untuk mencegah terjadinya
fraud dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor –
faktor penyebab terjadinya fraud. Pencegahan dilakukan dengan Anti
Fraud Control, yang isinya antara lain :
Audit dengan kunjungan mendadak
Alih tugas/ wajib ambil cuti
Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan
Program dukungan bagi karyawan
Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif
Audit internal
35
Universitas Sumatera Utara
2.
Pendeteksian (detective), yaitu proses mengarahkan kegiatan untuk
mengidentifikasikan terjadinya fraud dengan cepat, tepat, dan
dengan biaya yang rasional. Teknik- teknik untuk mendeteksi fraud
ialah :
Penggunaan teknik – teknik audit yang dilakukan oleh internal
maupun eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan,
namun secara lebih mendalam dan luas.
3.
Pemanfaatan teknik audit investigatif
Penelusuran jejak – jejak arus uang
Penerapan teknik analisi dalam bidang hukum
Penggunaan computer forensics
Penggunaan teknik interogasi
Pemanfaatan whistleblower
Penginvestigatian (investigative) yaitu upaya untuk menangani dan
memproses tindakan fraud sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku. K. H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett
merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap
fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang
dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar-standar tersebut
adalah :
Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui
(accepted bes practies).
36
Universitas Sumatera Utara
Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care)
sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman,
terlindungi, diindeks dan jejak audit tersedia.
Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi
pegawai dan senantiasa menghormatinya.
Beban pembuktian ada yang “menduga” pegawainya melakukan
kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai
tersebut, baik dalam kasus hukum administrative maupun
hukum pidana.
Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target
yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.
Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk
perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara,
kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang
bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan
penyelenggaraan catatan, melibatkan dan/atau melapor ke polisi,
kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
2.1.2.6. Keterbatasan Audit Laporan Keuangan dalam Pendeteksian
Kecurangan
37
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rustiana (2008), fraudulent dalam suatu organisasi
merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang
mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan
tersebut. Oleh karena itu, akuntan publik harus dapat mencegah dan
mendeteksi secara dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui
adanya fraud sering kali ditunjukkan adanya gejala awal (symptoms)
berupa red flag (fraud indicator) misalnya perilaku tidak etis manajemen.
Red flag ini biasanya muncul dalam setiap kasus kecurangan
(fraud) yang terjadi. Effendi (2008) mengutip penelitian Wilopo (2006)
yang membuktikan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
dapat
diturunkan
dengan
meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi.
Selain itu, riset Wilopo (2006) menunjukkan bahwa dalam upaya
menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan
kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak parsial.
Upaya-upaya tersebut antara lain:
1.
Mengefektifkan pengendalian internal.
2.
Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian.
3.
Pelaksanaan good corporate governance
4.
Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan
dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan,
negara, dan masyarakat.
38
Universitas Sumatera Utara
Konsep keyakinan yang diberikan kepada auditor selama
melaksanakan tanggung jawab perlu diketahui sepenuhnya oleh pihak
auditor sendiri dan pihak manajemen. Tanggung jawab untuk mendeteksi
kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan menjadi bagian dalam
tanggung jawab umum auditor. Tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan - kesalahan yang disengaja
diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
Menurut Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316.1
mengenai pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan
menyatakan bahwa: “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”.
Auditor dalam menerima tugas audit memiliki keterbatasan dalam
melaksanakan
tanggung
jawabnya
untuk
mendeteksi
dan
mengungkapkan kecurangan. Keterbatasan itu dapat dilihat dari segi
ekonomisnya yaitu dari segi biaya dan waktu. Namun bukan berarti
dalam hal ini auditor laporan keuangan kemudian tidak melakukan
pendeteksian kecurangan. Seorang auditor laporan keuangan harus dapat
mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material
untuk membuat pertimbangan audit.
Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor, khususnya di
Indonesia, dalam pendeteksian kecurangan yaitu:
39
Universitas Sumatera Utara
1.
Auditor
kesulitan
untuk
mendeteksi
berbagai
karakteristik
kecurangan karena keterbatasan pengalaman dan keahlian dalam
menghadapi kecurangan tersebut.
2.
Kurang memadainya standar pengauditan mengenai pendeteksian
kecurangan di Indonesia.
3.
Tekanan kompetensi dan fee audit.
4.
Tekanan waktu.
5.
Hubungan auditor dan auditee yang terbentur dengan independensi
dan obyektivitas auditor.
6.
Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian
kecurangan
2.1.3. Pengendalian Intern
2.1.3.1. Definisi, Tujuan dan Sasaran Pengendalian Internal
Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang
dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan
mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Tindakan/aktivitas
pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Tahun 2009 tentang Pengendalian Internal, antara lain:
a.
Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk
mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak
diinginkan terjadi.
40
Universitas Sumatera Utara
b.
Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk
menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang
sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.
c.
Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan
bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali
dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
Menurut Midjan dan Susanto (2001:58) pengendalian internal
meliputi :
Struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu
perusahaan
yang
saling
terkoordinasi
dengan
tujuan
untuk
mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta
mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah
digariskan oleh pemimpin perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001:163), pengendalian intern meliputi
“struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan
untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen”.
Definisi Pengendalian Internal menurut The Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission’s (COSO)
adalah “suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,
41
Universitas Sumatera Utara
manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang
untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan
pencapaian tujuan dalam kategori berikut :
Efektivitas dan efisiensi operasi
Keandalan laporan keuangan
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
American Institute of Certified Public Accountants mendefinisikan
pengendalian internal ialah struktur organisasi, semua metode dan
ketentuan – ketentuan yang terkordinasi yang dianut dalam perusahaan
untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa
jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan
mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.
Tujuan pengendalian internal menurut Azhar, La Midjan dan
Susanto (2001:58) adalah:
Mengamankan harta perusahaan.
Menguji ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Meningkatkan efisiensi perusahaan.
Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan pimpinan
perusahaan.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan
pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat
menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan
42
Universitas Sumatera Utara
dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
Sasaran Pengendalian Intern adalah :
1.
Mendukung operasi perusahaan yang efektif dan efisien.
2.
Laporan Keuangan yang handal/akuntabel
3.
Perlindungan aset
4.
Mengecek keakuratan dan kehandalan data akuntansi
5.
Kesesuaian dengan hukum dan peraturan–peraturan yang berlaku
6.
Membantu menentukan kebijakan manajerial
2.1.3.2. Klasifikasi Pengendalian Intern
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat
dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi (preventive
controls) dan pengendalian intern administratif (feedback controls).
a.
Pengendalian intern akuntansi (aktif)
Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya
adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan
keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi.
Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit
organisasi, pemberian otorisasi atau persetujuan, pelaksanaan dan
pencatatan transaksi serta pertanggungjawabannya.
Ada empat konsep dasar yang secara implisit ada dalam
pengendalian akuntansi, yaitu :
43
Universitas Sumatera Utara
1.
Tanggung jawab manajemen
Dalam pelaksanaan sistem, manajemen harus memberi buku
pegangan prosedur yang meliputi rincian metode – metode yang
harus diikuti. Demi keefektifan sistem pengendalian intern maka
harus ada pengawasan secara terus menerus dari manajemen
2.
Jaminan yang beralasan
Maksudnya ialah tujuan yang diharapkan seperti pengamanan
harta atau aktiva dan dipercayainya data akuntansi akan tercapai.
3.
Pembatasan – pembatasan
Semua sistem pengendalian akuntansi dipengaruhi atau dibatasi
oleh batasan - batasan yang melekat. Satu batasannya adalah
faktor manusia yang berada pada sebagian prosedur. Oleh
karena itu, faktor manusia memiliki peran yang sangat penting
dalam pengendalian.
4.
Metode pengolahan data
Sistem pengolahan data dapat seluruhnya dikerjakan secara
manual atau dapat dikombinasi dengan mekanis dan elektronis.
Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap sistem
pengendalian akuntansi.
Kelemahan pengendalian intern aktif ialah :
Musuh utamanya ialah sumber daya manusia.
44
Universitas Sumatera Utara
Sangat rawan untuk ditembus oleh para pelaku kecurangan.
Biayanya mahal.
Banyak unsur dari pengendalian akuntansi (aktif) yang
menghambat pelayanan. Contohnya mengecek tanda tangan,
mencocokkan dokumen, dsb.
b.
Pengendalian intern administratif (pasif)
Pengendalian administrasi meliputi rencana organisasi serta prosedur
– prosedur dan catatan – catatan yang berhubungan dengan proses
pembuatan keputusan yang mengarah kepada tindakan manajemen untuk
menyetujui atau memberi wewenang. Tujuan pengendalian administrasi
diutamakan pada pencapaian tujuan operasional, seperti efisiensi dan
efektivitas operasi serta mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen
(dikerjakan
setelah
adanya
pengendalian
akuntansi).
Contoh
:
pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk
kemudian diambil tindakan.
Dalam sistem pengendalian administrasi ada dua unsur yang
mempengaruhi, yaitu :
1.
Sistem rencana organisasi yang merupakan tulang punggung
(sarana). Dalam penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat
Sistem Pengendalian Intern perlu diadakan pemisahan tugas antara
berbagai fungsi operasi.
45
Universitas Sumatera Utara
2.
Sistem – sistem yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan
mencapai tujuan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan yang
tidak langsung berhubungan dengan catatan keuangan.
Semua kelemahan dari pengendalian intern aktif dihilangkan oleh
pengendalian intern pasif, dimana kedua pegendalian ini saling
melengkapi satu sama lain. Kelebihan pengendalian administratif (pasif)
ialah :
Tidak mahal
Tidak bergantung kepada manusia
Tidak mempengaruhi produktivitas
Tidak rawan untuk ditembus oleh pelaku kecurangan
2.1.3.3. Unsur-Unsur Pengendalian Intern
Pengendalian intern mempunyai berbagai unsur, dimana setiap
unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengawasan perusahaan
demikian juga dengan langkah-langkah yang ditempuh perusahaan dalam
memenuhinya. Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang
memadai maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Unsur pokok pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:164)
adalah :
1.
Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas.
46
Universitas Sumatera Utara
Struktur
organisasi
merupakan
rerangka
(framework)
pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Struktur organisasi yang baik belum tentu sama bagi
setiap
perusahaan
mempengaruhinya,
karena
seperti
adanya
jenis
beberapa
usaha,
faktor
banyaknya
yang
cabang
perusahaan dan sebagainya.
Struktur organisasi yang baik harus memperlihatkan secara
jelas pemisahan fungsi antara fungsi operasi, pencatatan, dan
pemeriksaan intern selain itu tanggung jawab setiap bagian harus
ditetapkan secara jelas, sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Suatu sistem dan prosedur pencatatan
harus
diatur
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
mewujudkan
pengendalian akuntansi yang memadai terhadap kegiatan-kegiatan
usaha dan transaksi yang terjadi serta memudahkan klasifikasi data
keuangan, untuk itu diperlukan formulir-formulir dan suatu pedoman
akuntansi.
47
Universitas Sumatera Utara
3.
Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
Praktek yang sehat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap
organisasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas pengendalian
intern. Prosedur-prosedur yang menyangkut pemberian otorisasi,
pencatatan, transaksi, dan penyelenggaraan penyimpanan harta
perusahaan harus didukung oleh praktek yang sehat sehingga dapat
memberikan jaminan yang memadai bagi manajemen tentang
kebenaran transaksi yang diikuti dan mempertinggi kemungkinan
ditemukannya kesalahan-kesalahan dan kecurangan lebih dini.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi
dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk
mendorong praktek yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada
manusia yang melaksanakannya. Sumber daya manusia menjadi
faktor penting dalam melaksanakan pengendalian internal.
Pengendalian internal sebagaimana didefinisikan oleh COSO,
terdiri atas lima komponen yang saling terkait (Mustafa, 2004), yaitu:
a.
Lingkungan pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu
organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para
anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi
48
Universitas Sumatera Utara
komponen pengendalian internal lainnya, memberikan disiplin dan
struktur serta mencakup :
b.
Integritas dan nilai etika
Komitmen terhadap kompetensi
Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
Filosofi dan gaya operasi manajemen
Struktur organisasi
Pemberian otoritas dan tanggung jawab
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Penaksiran risiko (risk assessment)
Proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang
relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk
menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi,
industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan
mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko
spesial terkait dengan perubahan tersebut.
c.
Aktivitas pengendalian (control activities)
Kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh manajemen untuk
mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif. Aktivitas
pengendalian dapat digolongkan dalam pemisahan tugas yang
memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas,
pendokumentasian dan pencatatan yang cukup, pengawasan aset
antara catatan dan fisik, serta pemeriksaan independen atas kinerja.
49
Universitas Sumatera Utara
d.
Informasi dan komunikasi (information and communication)
Metode
yang
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan semua
transaksi entitas, serta untuk memelihara akuntabilitas yang
berhubungan dengan aset. Transaksi-transaksi harus memuaskan
dalam hal eksistensi, kelengkapan, ketepatan, klasifikasi, tepat
waktu, serta dalam posting dan mengikhtisarkan.
e.
Pemantauan (monitoring)
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses
untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu.
Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang
berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari
keduanya.
2.1.3.4. Sifat (Characteristics) Sistem Pengendalian Intern
Ada lima sifat sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya
(Hartadi, 1999) :
1.
Kualitas karyawan sesuai dengan tanggungjawabnya.
Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam pengendalian
adalah orang-orang yang dapat menunjang suatu sistem dapat
berjalan baik. Masalah karyawan kadang-kadang menimbulkan
permasalahan dalam pengendalian intern. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam hubungannya dengan kualitas karyawan, yaitu :
50
Universitas Sumatera Utara
a.
Menarik tenaga kerja, manajemen harus mengusahakan seluas
mungkin sumber tenaga kerja. Luasnya sumber tenaga kerja
akan lebih besar kemungkinan mendapat calon tenaga kerja
yang dikehendaki.
b.
Pengembangan mutu karyawan, menyangkut usaha-usaha
meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau
keterampilannya.
c.
Pengukuran prestasi, menilai pelaksanaaan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawab masing-masing karyawan.
2.
Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi secara
layak
Tujuan dari pemisahan adalah agar tidak ada seorang pun yang
harus mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi. Hal ini
memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu karyawan akan sulit
berbuat kecurangan dan adanya saling cek (cross-check) suatu
transaksi karena adanya koordinasi.
3.
Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan yang
wajar
untuk
mengadakan
pengendalian
atas
aktiva,
utang,
penghasilan dan biaya.
Setiap
melaksanakan
manajemen
dan
bertanggung
memelihara
jawab
serta
untuk
menentukan,
meningkatkan
sistem
pengendaliannya. Manajemen harus menentukan ukuran untuk mengakui
transaksi dalam sistem akuntansinya dan untuk pengawasan persetujuan
transaksi. Perusahaan juga harus memiliki bagan rekening (chart of
51
Universitas Sumatera Utara
accounts) dan dengan penjelasan dan instruksi tertulis tentang klasifikasi
transaksi. Pengawasan adalah suatu alat untuk memonitor dan menjaga
sistem pengendalian agar dapat berjalan dengan baik.
4.
Pengendalian aktiva, dokumen dan formulir yang penting.
Pengendalian fisik atas aktiva, catatan dan dokumen lainnya
harus dibatasi kepada orang-orang tertentu saja. Pengendalian ini
bertujuan untuk menghindari dari kesalahan dan ketidakberesan dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
5.
Perbandingan secara periodik
Perbandingan secara periodik dapat meliputi perhitungan fisik
saldo kas, rekonsiliasi bank, dan teknik-teknik lainnya yang
dilakukan untuk menentukan apakah catatan akuntansi sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Manajemen yang melakukan perbandingan
secara periodik akan mempunyai kesempatan lebih banyak dalam
menemukan
kesalahan
dalam
catatan-catatan
daripada
tidak
melakukannya.
2.1.4. Pengembangan Mutu Karyawan
Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha
meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.
Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan
bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan
karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien.
52
Universitas Sumatera Utara
Perusahan bertujuan untuk mengembangkan mutu karyawan agar
tercapainya engaged performance. Engaged Performance merupakan hasil
yang dicapai oleh suatu organisasi bisnis dengan cara merangsang
antusiasme. Perusahan bertujuan untuk mengembangkan mutu karyawan agar
tercapainya engaged performance. Engaged Performance merupakan hasil
yang dicapai oleh suatu organisasi bisnis dengan cara merangsang antusiasme
karyawan terhadap pekrjaannya dan mengarahkannya pada kesuksesan
organisasi tersebut.
Dengan kata lain, karyawan yang terlbat sepenuhnya dengan apa yg
mereka lakukan, dan terhadap organisasi tempatnya bekerja, akan
mengerahkan upaya ekstra untuk mencapai strategi dan tujuan organisasi.
Keuntungan lain dengan memiliki karyawan yg engaged adalah bahwa
mereka akan tetap tinggal di organisasi dalam jangka waktu yg lama,
sehingga organisasi dapat menghemat biaya terkait dengan turn over
karyawan.
Beberapa Hal yang mendukung terciptanya EP (engaged performance)
ialah :
1.
Efektifitas organisasi dan kepemimpinan yang dipersepsikan.
2.
Support dari organisasi kepada karyawan untuk memampukan mereka
dalam menjalankan peran di pekerjaannya.
3.
Kewajaran
dan
keadilan
organisasi
dalam
pengembangan
dan
penghargaan karyawan.
53
Universitas Sumatera Utara
Jadi, pada akhirnya, suatu organisasi bisnis yang ingin maju secara
berkesinambungan, apapun bentuk dan skala usahaya, harus mampu
menciptakan karyawan yang "engaged".
Sifat Pengembangan Mutu Karyawan, yaitu:
Pengembangan pengetahuan
Proses
pengembangan
dilakukan
dengan
pengembangan
intelektualitas dari karyawan, dimana metode pengembangan yang
digunakan seperti memberikan sekolah ataupun kuliah bagi karyawan dan
mengadakan Programmed Instruction bagi karyawan terhadap hal-hal baru
yang berkembang mengenai perusahaan.
Pengembangan keterampilan
Proses pengembangannya dilakukan dengan pemberian latihan/praktik
langsung kepada karyawan, dimana metode pengembangan yang
digunakan seperti diskusi kasus, permainan bisnis, studi proyek.
Pengembangan sikap
Proses
pengembangan
dilakukan
dengan
pengembangan
sifat
emosional, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti
melakukan permainan, uji sensitivitas dan latihan.
54
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berpedoman dari tinjauan-tinjauan
teori, jurnal-jurnal nasional dan internasional serta penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan pengaruh pengendalian intern terhadap kecurangan akuntansi di
perusahaan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat pada tabel
berikut ini
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian
Variabel
Kesimpulan
Kirsty, Rae dan
Nava Subramaniam
(2008)
Kualitas prosedur
pengendalian
internal Anteseden
dan efek
moderating pada
keadilan organisasi
terhadap penipuan
karyawan
Independent =
Pengendalian
internal
Keadilan organisasi
Dependent =
Penipuan karyawan
Rahmawati,Adriana
Peni
(2012)
Analisis pengaruh
faktor internal dan
moralitas
manajemen
terhadap
kecenderungan
Independent =
Faktor internal dan
moralitas
Dependent =
Kecenderungan
kecurangan
Kejadian
penipuan lebih
tinggi terjadi di
suatu perusahaan
ketika kualitas
pengendalian
internal dan
persepsi karyawan
terhadap keadilan
organisasi dalam
keadaan yang
tidak
diperhatikan,
maka kualitas
pengendalian
internal dan
keadilan
organisasi
merupakan hal
yang sangat
penting untuk
mencegah
kecurangan
Pengendalian
internal dan
moralitas
manajemen
berpengaruh
positif dan
55
Universitas Sumatera Utara
kecurangan
akuntansi.
akuntansi.
Gusnardi
(2009)
Pengaruh peran
komite audit,
pengendalian
internal,audit
internal,dan
pelaksanaan tata
kelola perusahaan
terhadap
pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Independent =
Peran komite
audit,pengendalian
internal,audit
internal,
pelaksanaan tata
kelola perusahaan.
Dependent =
Pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Monica, Agnes (2012)
Pengaruh keefektifan
pengendalian internal
dan kesesuaian
kompensasi terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi
Independent=
Keefektifan
pengendalian internal
Kesesuaian
kompensasi
Dependent=
Kecenderungan
kecurangan akuntansi
signifikan
terhadap
pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Bahwa
pengendalian
internal yang
baik, peran
komite audit dan
pelaksanaan tata
kelola perusahaan
memberikan
dampak yang
signifikan dalam
pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Bahwa keefektifan
pengendalian
internal dan
kesesuaian
kompensasi
berpengaruh
signifikan secara
simultan dan
keefektifan
pengendalian
internal berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan
secara teoritis antara variabel-variabel penelitian untuk memecahkan masalah
penelitian serta merumuskan hipotesis.
56
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap
elemen di perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Para ahli
memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh
fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah
pada pencegahannya untuk dapat melawan terjadinya kecurangan di suatu
perusahaan.
Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dapat dimulai dari
pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan
(fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan, yang dilakukan perusahaan
ketika melakukan pengembangan terhadap mutu karyawan dan upaya menilai
risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari
waktu ke waktu oleh manajemen, dewan komisaris dan direksi.
2.3.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
57
Universitas Sumatera Utara
H1
: Pengendalian Internal bidang akuntansi berpengaruh secara
parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi PT.Perkebunan
Nusantara IV (Persero) Medan.
H2
: Pengembangan Mutu Karyawan berpengaruh secara parsial
terhadap pencegahan kecurangan akuntansi PT.Perkebunan Nusantara IV
(Persero) Medan.
H3
: Pengendalian internal bidang akuntansi dan pengembangan mutu
karyawan berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan kecurangan
akuntansi PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.
Peterson dan Gibson (2003), secara detail menjelaskan bahwa prosedur
pengendalian intern yang jelek berhubungan pada kekurangan dalam
pemisahan tugas dan ketidakhadiran rekonsiliasi bebas dari uang dan
dokumentasi yang jelek dipandang sebagai faktor dimana memungkinkan
kecurangan untuk terjadi. Rae dan Nava (2008), dalam penelitiannya
menghasilkan suatu kesimpulan, bahwa kejadian penipuan karyawan lebih
tinggi terjadi di suatu perusahaan yang kualitas pengendalian internalnya
buruk ataupun rendah.
Prosedur pengendalian intern yang tidak memadai, seperti kurangnya
pemisahan tugas atau prosedur pengolahan transaksi yang lemah, selanjutnya
akan meningkatkan risiko karyawan menjadi lebih mudah dalam melakukan
perbuatan curang di perusahaan. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa pengendalian intern menjadi suatu hal yang sangat penting dalam
mencegah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Dalam penelitian ini,
58
Universitas Sumatera Utara
peneliti mencoba untuk lebih mengetahui sejauh mana peranan pengendalian
intern pada pencegahan kecurangan karyawan di perusahaan.
Dengan mempersempit ruang lingkup pengendalian intern, maka
peneliti melakukan penelitian terhadap pengaruh pengendalian intern bidang
akuntansi dalam pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dengan
demikian, hipotesis pertama dari penelitian ini adalah keefektifan
pengendalian intern bidang akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.
Sifat pengembangan mutu karyawan ada tiga yaitu: pengembangan
pengetahuan, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap.
Ketiga sifat ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.
Selain dapat meningkatkan kinerja karyawan agar lebih baik lagi dalam
mencapai tujuan perusahaan dengan lebih efektif dan efisien, pengembangan
mutu karyawan juga sangat efektif dalam menumbuh kembangkan
pemahaman karyawan untuk dapat mengetahui kecurangan (fraud awareness)
dengan lebih luas dan mencegah terjadinya hal tersebut di perusahaan.
Rae dan Nava (2008), melakukan penelitian terhadap keadilan
organisasi yang terjadi di lingkungan perusahaan bagi para karyawan
perusahaan. Dari penelitiannya mereka menghasilkan suatu kesimpulan
bahwa keadilan organisasi menjadi suatu hal yang berpengaruh dalam
mencegah terjadinya penipuan karyawan di lingkungan perusahaan. Roberta
(2010), melakukan penelitian terhadap denda yang diberikan terhadap
kar
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Audit
2.1.1.1. Pengertian Audit
Audit
berasal
dari
bahasa
Latin
“Audire”
yang
berarti
mendengarkan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu
laporan
pertanggungjawaban
keuangan
dibacakan
oleh
penanggungjawab, dimana petugas controller ikut duduk sebagai seorang
pendengar yang kritis. Kata audit yang sering kita jumpai saat ini, berasal
dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang
artinya ialah pemeriksaan, sehingga secara substantif dua istilah tersebut
sebenarnya, mempunyai makna yang sama.
Menurut Arens dan Leobbecke (1998), Auditing adalah proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42
Tahun 1994, audit adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi
secara sistematis terdokumentasi, periodik dan objektif tentang
bagaimana suatu kinerja organisasi yang baik.
18
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Komite Konsep Audit Dasar (Committee on Basic
Auditing Concepts) merumuskan defenisi umum dari audit yaitu suatu
proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara
objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi
untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dan
menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak –
pihak yang berkepentingan.
2.1.1.2. Konsep – Konsep Dasar Melaksanakan Audit
Konsep penting yang terlibat dalam melaksanakan audit ialah :
Risiko Audit (Audit Risk) ialah risiko yang terjadi karena tanpa
sepengetahuannya auditor gagal untuk memodifikasi secara benar
pendapatnya, atas laporan keuangan yang salah saji material.
Materialitas (materiality) adalah salah saji informasi akuntansi, yang
dalam hubungannya dengan kondisi sekitarnya, memungkinkan
bahwa pertimbangan seseorang yang mengandalkan informasi
tersebut akan terpengaruh dengan salah saji tersebut.
Bukti mengenai asersi manajemen, bahwa auditor harus memperoleh
relevansi dan keandalan dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh
pihak manajemen, sehingga auditor dapat memberikan keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
19
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3. Fase Audit
Fase-fase besar dalam audit ialah :
a) Menerima/ melanjutkan klien dan menetapkan syarat – syarat
perikatan
b) Praperencanaan
c) Menetapkan materialitas dan menentukan risiko
d) Merencanakan audit
e) Mempertimbangkan dan mengaudit pengendalian internal
f)
Audit proses bisnis dan akun terkait misalnya menghasilkan
pendapatan.
g) Menyelesaikan audit
h) Mengevaluasi hasil dan menerbitkan laporan audit
2.1.1.4. Klasifikasi Audit
Menurut Kell dan Boyton berdasarkan tujuan dilaksanakannya, audit
diklasifikasikan atas :
a) Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit
laporan
keuangan
mencakup
penghimpunan
dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan,
telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu
Prinsip Akuntansi yang Bersifat Umum (PABU).
20
Universitas Sumatera Utara
b) Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti
dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun
operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi,
aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang
ditentukan tersebut berasal dari berbagai sumber seperti manajemen,
kreditor, maupun lembaga pemerintah.
c) Audit operasional (operational audit)
Audit operasional meliputi penghimpunan pengevaluasian bukti
mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan
tujuan
pencapaian
efisiensi,
efektifitas,
maupun
kehematan
operasional.
Berdasarkan tujuan dilaksanakannya Audit Fraud termasuk dalam
kelompok Compliance Audit, yaitu untuk mempertimbangkan apakah
klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah di tetapkan
oleh pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.
2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor
Tiga sikap dan tindak pikir yang selalu harus melekat pada diri
seorang auditor, yakni :
Independen.
Objektif.
21
Universitas Sumatera Utara
Skeptis.
2.1.2. Kecurangan (Fraud)
2.1.2.1. Pengertian Fraud
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE )
fraud adalah perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan
laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam
atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun
kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak
lain.
Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah :
Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau
keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat
mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan
yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam
beberapa
kasus
(khususnya
dilakukan
secara
disengaja)
memungkinkan merupakan suatu kejahatan;
Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara
ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya
22
Universitas Sumatera Utara
berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain
bertindak atau berbuat;
Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau
penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta
material atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang
mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang
merugikannya.
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraud ialah “setiap
tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau
pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada aplikasi
kekerasan atau ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh
partai dan organisasi untuk memperoleh kekayaan uang, atau jasa; untuk
menghindari
pembayaran
atau
hilangnya
layanan,
atau
untuk
mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis”.
Bologna dan Lindquist (1987) mendefinisikan fraud adalah “istilah
generik, dan mencakup semua sarana yang beraneka kecerdikan manusia
bisa merancang, yang terpaksa oleh satu individu, untuk mendapatkan
keuntungan lebih dari yang lain dengan keterangan palsu.” Silverstone
dan Sheetz (2004) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai “sebuah
aktivitas yang mengambil lokasi di bidang sosial dan memiliki
konsekuensi yang besar untuk perekonomian, perusahaan, dan individuindividu.”
23
Universitas Sumatera Utara
Menurut AICPA US Auditing Standards (AU 312) dalam Rustiana
(2008) error meliputi:
1.
Kesalahan dalam proses menyusun laporan keuangan secara tidak
disengaja.
2.
Kesalahan
penerapan
prinsip
akuntansi
(jumlah,
klasifikasi,
penyajian, dan pengungkapan) secara tidak disengaja.
24
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengertian di atas, secara garis besar para ahli
memiliki makna dan tujuan yang sama dalam menjelaskan arti dari fraud.
Kecurangan (fraud) memiliki beberapa unsur yang menandakan bahwa
hal tersebut merupakan fraud, bila tidak terdapat unsur fraud maka hal
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai fraud. Berikut merupakan
unsur-unsur yang terdapat dalam fraud, yaitu :
a) Harus terdapat kesalahan penyajian (misrepresentation)
b) Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
c) Faktanya bersifat material (material fact)
d) Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (recklessly)
e) Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan pihak lain bereaksi;
f)
Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap kesalahan
penyajian tersebut (misrepresentation)
g) Mengakibatkan kerugian (detriment). Fraud disini tidak terbatas
pada manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak,
pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh
seseorang
yang
dapat
mengakibatkan
kerugian
bagi
organisasi/perusahaan.
2.1.2.2. Jenis Tindakan Fraud
2.1.2.2.1. Korupsi (Corruption)
Menurut Associatian of Certified Fraud Examiners (ACFE)
menggambarkan corruption sebagai berikut :
25
Universitas Sumatera Utara
a)
Conflicts of interest ialah suatu keadaan dimana para pejabat
memanfaatkan kuasanya untuk menggunakan keluarga ataupun
kroninya menjadi pemasok atau rekanan di lembaga – lembaga
pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun.
b) Bribery ialah pemberian hadiah kepada seseorang dengan
maksud untuk mencapai sutu tujuan (penyuapan).
c)
Illegal gratuities ialah pemberian atau hadiah yang merupakan
bentuk terselubung dari penyuapan. Contoh hadiah ulang tahun,
parsel dll.
d)
Economic extortion ialah suatu bentuk meminta dengan
mengancam (pemerasan) kepada orang lain.
Berdasarkan pemahaman dan dimensi baru mengenai kejahatan
yang memiliki konteks pembangunan pengertian korupsi tidak lagi
hanya diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja.
Tindakan bribery (penyuapan) dan kickbacks juga dinilai sebagai
sebuah kejahatan. Penilaian yang sama juga diberikan pada tindakan
tercela dari oknum pemerintah seperti bureaucratic corruption atau
tindak pidana korupsi, yang dikategorikan sebagai bentuk dari
offences beyond the reach of the law (kejahatan- kejahatan yang
tidak terjangkau oleh hukum). Banyak contoh diberikan untuk
kejahatan-kejahatan semacam itu, misalnya tax evasion (pelanggaran
pajak), credit fraud (penipuan di bidang kredit), embezzlement and
26
Universitas Sumatera Utara
misapropriation of public funds (penggelapan dan penyalahgunaan
dana masyarakat), dan berbagai tipologi kejahatan lainnya yang
disebut sebagai invisible crime (kejahatan yang tak terlihat) Istilah
invisble crime banyak ditujukan untuk menunjuk pada kejahatan
yang sulit dibuktikan maupun tingkat profesionalitas yang tinggi dari
pelakunya.
Untuk kepentingan perumusan strategi pemberantasan korupsi
dipandang perlu untuk terlebih dahulu mengenali karakteristik dan
jenis korupsi. Syed Hussain Alatas (1987), seorang ahli sosiologi
korupsi, membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya
sebagai berikut :
1) Transactive corruption
Adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan
pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan
aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.
Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan
pemerintah atau masyarakat dan pemerintah.
2) Exortive corruption
Jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap
guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya,
kepentingannya, atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.
3) Investive corruption
27
Universitas Sumatera Utara
Pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dengan
keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan
diperoleh di masa yang akan datang.
4) Nepotistic corruption
Penunjukkan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara
untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan
yang memberikan perlakuan yang mengutamakan, dalam bentuk
uang
atau
bentuk-bentuk
lain,
kepada
mereka,
secara
bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
5) Defensive corruption
Perilaku korban korupsi ini adalah dengan pemerasan. Alasan
melakukan korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan
diri si pelaku sendiri.
6) Autogenic corruption
Korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya
seorang diri. Misalnya pembuatan laporan keuangan yang tidak
benar.
7) Supportive corruption
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melindungi atau
memperkuat korupsi yang sudah ada. Misalnya menyewa
preman untuk berbuat jahat, menghambat pejabat yang jujur dan
cakap agar tidak menduduki jabatan tertentu.
28
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2.2. Penyimpangan Atas Aset (Asset Misappropriation )
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset
atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud
yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau
dapat diukur/dihitung (defined value). Asset misappropriation dalam
bentuk penjarahan cash dilakukan dalam tiga bentuk yaitu :
skimming, larceny, dan fraudulent disbursements,dalam skimming,
uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke
perusahaan.sedangkan kalau uang sudah
secara fisik masuk ke
perusahaan. Sedangkan kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan
kemudian baru dijarah, maka fraud ini disebut larceny..
Fraudulent disbursements ialah pencurian melalui pengeluaran
yang tidak sah. Modus operandi dalam penjarahan aset yang bukan
uang tunai atau uang di bank adalah misuse dan larceny. Misuse
adalah penyalahgunaan, misalnya penggunaan kendaraan bermotor
perusahaan atau aset tetap lainnya untuk kepentingan pribadi. Kalau
hanya dipakai selama menjabat disebut misuse, namun kalau tidak
dikembalikan sesudah tidak lagi menjabat disebut larceny.
2.1.2.2.3. Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)
Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan
general audit (opinion audit). Fraudulent statement meliputi
29
Universitas Sumatera Utara
tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu
perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan
(financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk
memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan
istilah window dressing. Fraud ini berupa salah saji aset atau
pendapatan yang lebih tinggi dari sebenarnya (asset/revenue
overstatements) dan menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah
dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements).
2.1.2.3. Faktor Terjadinya Fraud
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan
fraud, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:
1.
Greed (keserakahan)
2.
Opportunity (kesempatan)
3.
Need (kebutuhan)
4.
Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan
dengan individu pelaku fraud (disebut juga faktor individual). Sedangkan
faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan
dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud (disebut juga faktor
generik/umum).
30
Universitas Sumatera Utara
Kecurangan atau penipuan yang disengaja (intentional deception)
adalah suatu strategi untuk mencapai sasaran strategi untuk mencapai
sasaran individu atau organisasi atau untuk memuaskan kebutuhan
manusiawi. Secara umum, daya saing yang kompetitif dapat menjadi
motivasi untuk melakukan tindakan yang benar maupun yang tidak
benar. Bila persaingan berlangsung secara ketat dan sangat kompetitif,
melakukan hal yang tidak benar sering dianggap rasional (hal yang salah
namun dianggap benar).
Donald Cressey’s (1950) mengemukakan fraud triangle sebagai faktor –
faktor terjadinya fraud :
1.
Insentif/ Tekanan (Insentives/Pressures) : Manajemen atau pegawai
merasakan suatu tekanan yang berkaitan dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya untuk melakukan fraud. Melalui penelitiannya,
Cressey menyimpulkan bahwa status sosial pun dapat menjadi suatu
tekanan
bagi
seseorang
untuk
melakukan
fraud.
Cressey
mengelompokkannya atas :
31
Universitas Sumatera Utara
Violation of ascribed obligation, yaitu suatu keadaan melakukan
fraud akibat seseorang harus menjaga martabatnya saat memiliki
kedudukan atau jabatan
Problems resulting from personal failure, yaitu suatu keadaan
melakukan fraud karena kegagalan yang terjadi pada diri sendiri
akibat perbuatan sendiri.
Business reversals, yaitu suatu keadaan melakukan fraud yang di
akibatkan oleh faktor eksternal. Contohnya tingkat bunga yang
tinggi.
Physical isolation, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di
akibatkan oleh keterpurukan dalam kesendirian.
Status gaining, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di
akibatkan oleh tidak mau kalah dengan orang lain.
Employer-employee relations, yaitu uatu keadaan melakukan
fraud yang di akibatkan oleh kekesalan atau kebencian kepada
perusahaannya.
2.
Kesempatan (opportunity) : Adanya persepsi bahwa ada peluang
atau kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
fraud. Ada dua persepsi, yaitu :
General information, yaitu pengetahuan bahwa kedudukan yang
mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi.
32
Universitas Sumatera Utara
Technical skill, yaitu keahlian yang dimiliki seseorang dan yang
menyebabkan seseorang tersebut mendapat kedudukan.
3.
Sikap/Rasionalisasi (attitudes/rationalization) : Sikap, karakter, atau
serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau
pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak benar, atau mereka
berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat
mereka merasionalisasi tindakan yang tidak benar.
2.1.2.4. Karakteristik Pemeriksa Fraud
Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik. Di
samping keahlian teknis, seorang pemeriksa fraud yang sukses
mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi
secara adil (fair ), tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundangundangan), akurat serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat
dan lengkap. Kemampuan untuk memastikan kebenaran dari fakta yang
dikumpulkan dan kemudian melaporkannya dengan akurat dan lengkap
adalah sama pentingnya.
Pemeriksa fraud adalah gabungan antara pengacara, akuntan,
kriminolog, dan detektif (investigator ).
Art Buckwalter mengatakan, “The secret is for each private
investigator to be the kind of person others will want to deal wit h.”
33
Universitas Sumatera Utara
(“Rahasia seorang private investigator adalah menjadi sosok yang
disukai orang lain.”). Pemeriksa yang menyesatkan orang lain, sering kali
tersesat sendiri. Pemeriksa memang berurusan dengan orang yang
bersalah, tetapi ia juga kan bertemu dengan para saksi yang tidak
bersalah. Para saksi ini dan kesaksian mereka merupakan sesuatu yang
sangat diperlukan dalam metodologi pemeriksaan fraud. Oleh karena
pemeriksa berurusan dengan segala macam jenis manusia dari berbagai
latar belakang, kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan pada
diri orang lain itu, sangat menentukan.
Oleh karena setiap orang itu unik (tidak ada duanya), maka
pemeriksa fraud harus mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.
Seorang sarjana tidak dapat ditanya dengan bahasa yang sama seperti
seorang yang tidak menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Seseorang
dengan latar belakang perbendaharaan kata teknis (seperti akuntansi,
hukum, dan lain-lain) tidak akan memberikan tanggapan yang sama
dengan orang berlatar belakang seni. Oleh karena setiap kasus berbeda,
pemeriksa juga akan berbeda dalam pendekatannya. Pemeriksa fraud
harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep
keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Ciri
yang unik dari kasus-kasus fraud, yakni berbeda dengan kejahatan
tradisional atas harta benda, adalah identitas pelakunya biasanya
diketahui.
34
Universitas Sumatera Utara
Dalam perampokan bank misalnya, issue-nya bukanlah kejahatan
terjadi, melainkan siapa pelakunya? Dalam kasus-kasus fraud, issue-nya
bukanlah penentuan identitas pelakunya, namun apakah perbuatannya
dapat dianggap meruapakan fraud.
Sangat penting bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsepkonsep keuangan sehingga para saksi dapat memahami apa yang
dimaksudkannya. Dalam kenyataannya kebanyakan kasus fraud sangat
sederhana,
namun
metode-metode
penyembunyiannya
atau
penyamarannya yang membuatnya terlihat rumit.
2.1.2.5. Ruang Lingkup Audit Fraud
Ruang lingkup audit fraud mencakup :
1.
Pencegahan (preventive), yaitu upaya untuk mencegah terjadinya
fraud dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor –
faktor penyebab terjadinya fraud. Pencegahan dilakukan dengan Anti
Fraud Control, yang isinya antara lain :
Audit dengan kunjungan mendadak
Alih tugas/ wajib ambil cuti
Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan
Program dukungan bagi karyawan
Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif
Audit internal
35
Universitas Sumatera Utara
2.
Pendeteksian (detective), yaitu proses mengarahkan kegiatan untuk
mengidentifikasikan terjadinya fraud dengan cepat, tepat, dan
dengan biaya yang rasional. Teknik- teknik untuk mendeteksi fraud
ialah :
Penggunaan teknik – teknik audit yang dilakukan oleh internal
maupun eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan,
namun secara lebih mendalam dan luas.
3.
Pemanfaatan teknik audit investigatif
Penelusuran jejak – jejak arus uang
Penerapan teknik analisi dalam bidang hukum
Penggunaan computer forensics
Penggunaan teknik interogasi
Pemanfaatan whistleblower
Penginvestigatian (investigative) yaitu upaya untuk menangani dan
memproses tindakan fraud sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku. K. H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett
merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap
fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang
dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar-standar tersebut
adalah :
Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui
(accepted bes practies).
36
Universitas Sumatera Utara
Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care)
sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman,
terlindungi, diindeks dan jejak audit tersedia.
Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi
pegawai dan senantiasa menghormatinya.
Beban pembuktian ada yang “menduga” pegawainya melakukan
kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai
tersebut, baik dalam kasus hukum administrative maupun
hukum pidana.
Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target
yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.
Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk
perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara,
kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang
bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan
penyelenggaraan catatan, melibatkan dan/atau melapor ke polisi,
kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
2.1.2.6. Keterbatasan Audit Laporan Keuangan dalam Pendeteksian
Kecurangan
37
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rustiana (2008), fraudulent dalam suatu organisasi
merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang
mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan
tersebut. Oleh karena itu, akuntan publik harus dapat mencegah dan
mendeteksi secara dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui
adanya fraud sering kali ditunjukkan adanya gejala awal (symptoms)
berupa red flag (fraud indicator) misalnya perilaku tidak etis manajemen.
Red flag ini biasanya muncul dalam setiap kasus kecurangan
(fraud) yang terjadi. Effendi (2008) mengutip penelitian Wilopo (2006)
yang membuktikan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
dapat
diturunkan
dengan
meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi.
Selain itu, riset Wilopo (2006) menunjukkan bahwa dalam upaya
menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan
kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak parsial.
Upaya-upaya tersebut antara lain:
1.
Mengefektifkan pengendalian internal.
2.
Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian.
3.
Pelaksanaan good corporate governance
4.
Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan
dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan,
negara, dan masyarakat.
38
Universitas Sumatera Utara
Konsep keyakinan yang diberikan kepada auditor selama
melaksanakan tanggung jawab perlu diketahui sepenuhnya oleh pihak
auditor sendiri dan pihak manajemen. Tanggung jawab untuk mendeteksi
kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan menjadi bagian dalam
tanggung jawab umum auditor. Tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan - kesalahan yang disengaja
diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
Menurut Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316.1
mengenai pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan
menyatakan bahwa: “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”.
Auditor dalam menerima tugas audit memiliki keterbatasan dalam
melaksanakan
tanggung
jawabnya
untuk
mendeteksi
dan
mengungkapkan kecurangan. Keterbatasan itu dapat dilihat dari segi
ekonomisnya yaitu dari segi biaya dan waktu. Namun bukan berarti
dalam hal ini auditor laporan keuangan kemudian tidak melakukan
pendeteksian kecurangan. Seorang auditor laporan keuangan harus dapat
mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material
untuk membuat pertimbangan audit.
Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor, khususnya di
Indonesia, dalam pendeteksian kecurangan yaitu:
39
Universitas Sumatera Utara
1.
Auditor
kesulitan
untuk
mendeteksi
berbagai
karakteristik
kecurangan karena keterbatasan pengalaman dan keahlian dalam
menghadapi kecurangan tersebut.
2.
Kurang memadainya standar pengauditan mengenai pendeteksian
kecurangan di Indonesia.
3.
Tekanan kompetensi dan fee audit.
4.
Tekanan waktu.
5.
Hubungan auditor dan auditee yang terbentur dengan independensi
dan obyektivitas auditor.
6.
Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian
kecurangan
2.1.3. Pengendalian Intern
2.1.3.1. Definisi, Tujuan dan Sasaran Pengendalian Internal
Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang
dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan
mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Tindakan/aktivitas
pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Tahun 2009 tentang Pengendalian Internal, antara lain:
a.
Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk
mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak
diinginkan terjadi.
40
Universitas Sumatera Utara
b.
Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk
menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang
sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.
c.
Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan
bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali
dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
Menurut Midjan dan Susanto (2001:58) pengendalian internal
meliputi :
Struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu
perusahaan
yang
saling
terkoordinasi
dengan
tujuan
untuk
mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta
mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah
digariskan oleh pemimpin perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001:163), pengendalian intern meliputi
“struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan
untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen”.
Definisi Pengendalian Internal menurut The Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission’s (COSO)
adalah “suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,
41
Universitas Sumatera Utara
manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang
untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan
pencapaian tujuan dalam kategori berikut :
Efektivitas dan efisiensi operasi
Keandalan laporan keuangan
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
American Institute of Certified Public Accountants mendefinisikan
pengendalian internal ialah struktur organisasi, semua metode dan
ketentuan – ketentuan yang terkordinasi yang dianut dalam perusahaan
untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa
jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan
mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.
Tujuan pengendalian internal menurut Azhar, La Midjan dan
Susanto (2001:58) adalah:
Mengamankan harta perusahaan.
Menguji ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Meningkatkan efisiensi perusahaan.
Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan pimpinan
perusahaan.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan
pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat
menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan
42
Universitas Sumatera Utara
dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
Sasaran Pengendalian Intern adalah :
1.
Mendukung operasi perusahaan yang efektif dan efisien.
2.
Laporan Keuangan yang handal/akuntabel
3.
Perlindungan aset
4.
Mengecek keakuratan dan kehandalan data akuntansi
5.
Kesesuaian dengan hukum dan peraturan–peraturan yang berlaku
6.
Membantu menentukan kebijakan manajerial
2.1.3.2. Klasifikasi Pengendalian Intern
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat
dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi (preventive
controls) dan pengendalian intern administratif (feedback controls).
a.
Pengendalian intern akuntansi (aktif)
Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya
adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan
keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi.
Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit
organisasi, pemberian otorisasi atau persetujuan, pelaksanaan dan
pencatatan transaksi serta pertanggungjawabannya.
Ada empat konsep dasar yang secara implisit ada dalam
pengendalian akuntansi, yaitu :
43
Universitas Sumatera Utara
1.
Tanggung jawab manajemen
Dalam pelaksanaan sistem, manajemen harus memberi buku
pegangan prosedur yang meliputi rincian metode – metode yang
harus diikuti. Demi keefektifan sistem pengendalian intern maka
harus ada pengawasan secara terus menerus dari manajemen
2.
Jaminan yang beralasan
Maksudnya ialah tujuan yang diharapkan seperti pengamanan
harta atau aktiva dan dipercayainya data akuntansi akan tercapai.
3.
Pembatasan – pembatasan
Semua sistem pengendalian akuntansi dipengaruhi atau dibatasi
oleh batasan - batasan yang melekat. Satu batasannya adalah
faktor manusia yang berada pada sebagian prosedur. Oleh
karena itu, faktor manusia memiliki peran yang sangat penting
dalam pengendalian.
4.
Metode pengolahan data
Sistem pengolahan data dapat seluruhnya dikerjakan secara
manual atau dapat dikombinasi dengan mekanis dan elektronis.
Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap sistem
pengendalian akuntansi.
Kelemahan pengendalian intern aktif ialah :
Musuh utamanya ialah sumber daya manusia.
44
Universitas Sumatera Utara
Sangat rawan untuk ditembus oleh para pelaku kecurangan.
Biayanya mahal.
Banyak unsur dari pengendalian akuntansi (aktif) yang
menghambat pelayanan. Contohnya mengecek tanda tangan,
mencocokkan dokumen, dsb.
b.
Pengendalian intern administratif (pasif)
Pengendalian administrasi meliputi rencana organisasi serta prosedur
– prosedur dan catatan – catatan yang berhubungan dengan proses
pembuatan keputusan yang mengarah kepada tindakan manajemen untuk
menyetujui atau memberi wewenang. Tujuan pengendalian administrasi
diutamakan pada pencapaian tujuan operasional, seperti efisiensi dan
efektivitas operasi serta mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen
(dikerjakan
setelah
adanya
pengendalian
akuntansi).
Contoh
:
pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk
kemudian diambil tindakan.
Dalam sistem pengendalian administrasi ada dua unsur yang
mempengaruhi, yaitu :
1.
Sistem rencana organisasi yang merupakan tulang punggung
(sarana). Dalam penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat
Sistem Pengendalian Intern perlu diadakan pemisahan tugas antara
berbagai fungsi operasi.
45
Universitas Sumatera Utara
2.
Sistem – sistem yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan
mencapai tujuan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan yang
tidak langsung berhubungan dengan catatan keuangan.
Semua kelemahan dari pengendalian intern aktif dihilangkan oleh
pengendalian intern pasif, dimana kedua pegendalian ini saling
melengkapi satu sama lain. Kelebihan pengendalian administratif (pasif)
ialah :
Tidak mahal
Tidak bergantung kepada manusia
Tidak mempengaruhi produktivitas
Tidak rawan untuk ditembus oleh pelaku kecurangan
2.1.3.3. Unsur-Unsur Pengendalian Intern
Pengendalian intern mempunyai berbagai unsur, dimana setiap
unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengawasan perusahaan
demikian juga dengan langkah-langkah yang ditempuh perusahaan dalam
memenuhinya. Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang
memadai maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Unsur pokok pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:164)
adalah :
1.
Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas.
46
Universitas Sumatera Utara
Struktur
organisasi
merupakan
rerangka
(framework)
pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Struktur organisasi yang baik belum tentu sama bagi
setiap
perusahaan
mempengaruhinya,
karena
seperti
adanya
jenis
beberapa
usaha,
faktor
banyaknya
yang
cabang
perusahaan dan sebagainya.
Struktur organisasi yang baik harus memperlihatkan secara
jelas pemisahan fungsi antara fungsi operasi, pencatatan, dan
pemeriksaan intern selain itu tanggung jawab setiap bagian harus
ditetapkan secara jelas, sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Suatu sistem dan prosedur pencatatan
harus
diatur
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
mewujudkan
pengendalian akuntansi yang memadai terhadap kegiatan-kegiatan
usaha dan transaksi yang terjadi serta memudahkan klasifikasi data
keuangan, untuk itu diperlukan formulir-formulir dan suatu pedoman
akuntansi.
47
Universitas Sumatera Utara
3.
Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
Praktek yang sehat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap
organisasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas pengendalian
intern. Prosedur-prosedur yang menyangkut pemberian otorisasi,
pencatatan, transaksi, dan penyelenggaraan penyimpanan harta
perusahaan harus didukung oleh praktek yang sehat sehingga dapat
memberikan jaminan yang memadai bagi manajemen tentang
kebenaran transaksi yang diikuti dan mempertinggi kemungkinan
ditemukannya kesalahan-kesalahan dan kecurangan lebih dini.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi
dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk
mendorong praktek yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada
manusia yang melaksanakannya. Sumber daya manusia menjadi
faktor penting dalam melaksanakan pengendalian internal.
Pengendalian internal sebagaimana didefinisikan oleh COSO,
terdiri atas lima komponen yang saling terkait (Mustafa, 2004), yaitu:
a.
Lingkungan pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu
organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para
anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi
48
Universitas Sumatera Utara
komponen pengendalian internal lainnya, memberikan disiplin dan
struktur serta mencakup :
b.
Integritas dan nilai etika
Komitmen terhadap kompetensi
Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
Filosofi dan gaya operasi manajemen
Struktur organisasi
Pemberian otoritas dan tanggung jawab
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Penaksiran risiko (risk assessment)
Proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang
relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk
menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi,
industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan
mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko
spesial terkait dengan perubahan tersebut.
c.
Aktivitas pengendalian (control activities)
Kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh manajemen untuk
mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif. Aktivitas
pengendalian dapat digolongkan dalam pemisahan tugas yang
memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas,
pendokumentasian dan pencatatan yang cukup, pengawasan aset
antara catatan dan fisik, serta pemeriksaan independen atas kinerja.
49
Universitas Sumatera Utara
d.
Informasi dan komunikasi (information and communication)
Metode
yang
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan semua
transaksi entitas, serta untuk memelihara akuntabilitas yang
berhubungan dengan aset. Transaksi-transaksi harus memuaskan
dalam hal eksistensi, kelengkapan, ketepatan, klasifikasi, tepat
waktu, serta dalam posting dan mengikhtisarkan.
e.
Pemantauan (monitoring)
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses
untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu.
Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang
berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari
keduanya.
2.1.3.4. Sifat (Characteristics) Sistem Pengendalian Intern
Ada lima sifat sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya
(Hartadi, 1999) :
1.
Kualitas karyawan sesuai dengan tanggungjawabnya.
Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam pengendalian
adalah orang-orang yang dapat menunjang suatu sistem dapat
berjalan baik. Masalah karyawan kadang-kadang menimbulkan
permasalahan dalam pengendalian intern. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam hubungannya dengan kualitas karyawan, yaitu :
50
Universitas Sumatera Utara
a.
Menarik tenaga kerja, manajemen harus mengusahakan seluas
mungkin sumber tenaga kerja. Luasnya sumber tenaga kerja
akan lebih besar kemungkinan mendapat calon tenaga kerja
yang dikehendaki.
b.
Pengembangan mutu karyawan, menyangkut usaha-usaha
meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau
keterampilannya.
c.
Pengukuran prestasi, menilai pelaksanaaan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawab masing-masing karyawan.
2.
Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi secara
layak
Tujuan dari pemisahan adalah agar tidak ada seorang pun yang
harus mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi. Hal ini
memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu karyawan akan sulit
berbuat kecurangan dan adanya saling cek (cross-check) suatu
transaksi karena adanya koordinasi.
3.
Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan yang
wajar
untuk
mengadakan
pengendalian
atas
aktiva,
utang,
penghasilan dan biaya.
Setiap
melaksanakan
manajemen
dan
bertanggung
memelihara
jawab
serta
untuk
menentukan,
meningkatkan
sistem
pengendaliannya. Manajemen harus menentukan ukuran untuk mengakui
transaksi dalam sistem akuntansinya dan untuk pengawasan persetujuan
transaksi. Perusahaan juga harus memiliki bagan rekening (chart of
51
Universitas Sumatera Utara
accounts) dan dengan penjelasan dan instruksi tertulis tentang klasifikasi
transaksi. Pengawasan adalah suatu alat untuk memonitor dan menjaga
sistem pengendalian agar dapat berjalan dengan baik.
4.
Pengendalian aktiva, dokumen dan formulir yang penting.
Pengendalian fisik atas aktiva, catatan dan dokumen lainnya
harus dibatasi kepada orang-orang tertentu saja. Pengendalian ini
bertujuan untuk menghindari dari kesalahan dan ketidakberesan dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
5.
Perbandingan secara periodik
Perbandingan secara periodik dapat meliputi perhitungan fisik
saldo kas, rekonsiliasi bank, dan teknik-teknik lainnya yang
dilakukan untuk menentukan apakah catatan akuntansi sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Manajemen yang melakukan perbandingan
secara periodik akan mempunyai kesempatan lebih banyak dalam
menemukan
kesalahan
dalam
catatan-catatan
daripada
tidak
melakukannya.
2.1.4. Pengembangan Mutu Karyawan
Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha
meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.
Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan
bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan
karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien.
52
Universitas Sumatera Utara
Perusahan bertujuan untuk mengembangkan mutu karyawan agar
tercapainya engaged performance. Engaged Performance merupakan hasil
yang dicapai oleh suatu organisasi bisnis dengan cara merangsang
antusiasme. Perusahan bertujuan untuk mengembangkan mutu karyawan agar
tercapainya engaged performance. Engaged Performance merupakan hasil
yang dicapai oleh suatu organisasi bisnis dengan cara merangsang antusiasme
karyawan terhadap pekrjaannya dan mengarahkannya pada kesuksesan
organisasi tersebut.
Dengan kata lain, karyawan yang terlbat sepenuhnya dengan apa yg
mereka lakukan, dan terhadap organisasi tempatnya bekerja, akan
mengerahkan upaya ekstra untuk mencapai strategi dan tujuan organisasi.
Keuntungan lain dengan memiliki karyawan yg engaged adalah bahwa
mereka akan tetap tinggal di organisasi dalam jangka waktu yg lama,
sehingga organisasi dapat menghemat biaya terkait dengan turn over
karyawan.
Beberapa Hal yang mendukung terciptanya EP (engaged performance)
ialah :
1.
Efektifitas organisasi dan kepemimpinan yang dipersepsikan.
2.
Support dari organisasi kepada karyawan untuk memampukan mereka
dalam menjalankan peran di pekerjaannya.
3.
Kewajaran
dan
keadilan
organisasi
dalam
pengembangan
dan
penghargaan karyawan.
53
Universitas Sumatera Utara
Jadi, pada akhirnya, suatu organisasi bisnis yang ingin maju secara
berkesinambungan, apapun bentuk dan skala usahaya, harus mampu
menciptakan karyawan yang "engaged".
Sifat Pengembangan Mutu Karyawan, yaitu:
Pengembangan pengetahuan
Proses
pengembangan
dilakukan
dengan
pengembangan
intelektualitas dari karyawan, dimana metode pengembangan yang
digunakan seperti memberikan sekolah ataupun kuliah bagi karyawan dan
mengadakan Programmed Instruction bagi karyawan terhadap hal-hal baru
yang berkembang mengenai perusahaan.
Pengembangan keterampilan
Proses pengembangannya dilakukan dengan pemberian latihan/praktik
langsung kepada karyawan, dimana metode pengembangan yang
digunakan seperti diskusi kasus, permainan bisnis, studi proyek.
Pengembangan sikap
Proses
pengembangan
dilakukan
dengan
pengembangan
sifat
emosional, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti
melakukan permainan, uji sensitivitas dan latihan.
54
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berpedoman dari tinjauan-tinjauan
teori, jurnal-jurnal nasional dan internasional serta penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan pengaruh pengendalian intern terhadap kecurangan akuntansi di
perusahaan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat pada tabel
berikut ini
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian
Variabel
Kesimpulan
Kirsty, Rae dan
Nava Subramaniam
(2008)
Kualitas prosedur
pengendalian
internal Anteseden
dan efek
moderating pada
keadilan organisasi
terhadap penipuan
karyawan
Independent =
Pengendalian
internal
Keadilan organisasi
Dependent =
Penipuan karyawan
Rahmawati,Adriana
Peni
(2012)
Analisis pengaruh
faktor internal dan
moralitas
manajemen
terhadap
kecenderungan
Independent =
Faktor internal dan
moralitas
Dependent =
Kecenderungan
kecurangan
Kejadian
penipuan lebih
tinggi terjadi di
suatu perusahaan
ketika kualitas
pengendalian
internal dan
persepsi karyawan
terhadap keadilan
organisasi dalam
keadaan yang
tidak
diperhatikan,
maka kualitas
pengendalian
internal dan
keadilan
organisasi
merupakan hal
yang sangat
penting untuk
mencegah
kecurangan
Pengendalian
internal dan
moralitas
manajemen
berpengaruh
positif dan
55
Universitas Sumatera Utara
kecurangan
akuntansi.
akuntansi.
Gusnardi
(2009)
Pengaruh peran
komite audit,
pengendalian
internal,audit
internal,dan
pelaksanaan tata
kelola perusahaan
terhadap
pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Independent =
Peran komite
audit,pengendalian
internal,audit
internal,
pelaksanaan tata
kelola perusahaan.
Dependent =
Pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Monica, Agnes (2012)
Pengaruh keefektifan
pengendalian internal
dan kesesuaian
kompensasi terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi
Independent=
Keefektifan
pengendalian internal
Kesesuaian
kompensasi
Dependent=
Kecenderungan
kecurangan akuntansi
signifikan
terhadap
pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Bahwa
pengendalian
internal yang
baik, peran
komite audit dan
pelaksanaan tata
kelola perusahaan
memberikan
dampak yang
signifikan dalam
pencegahan
kecurangan
akuntansi.
Bahwa keefektifan
pengendalian
internal dan
kesesuaian
kompensasi
berpengaruh
signifikan secara
simultan dan
keefektifan
pengendalian
internal berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan
secara teoritis antara variabel-variabel penelitian untuk memecahkan masalah
penelitian serta merumuskan hipotesis.
56
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap
elemen di perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Para ahli
memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh
fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah
pada pencegahannya untuk dapat melawan terjadinya kecurangan di suatu
perusahaan.
Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dapat dimulai dari
pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan
(fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan, yang dilakukan perusahaan
ketika melakukan pengembangan terhadap mutu karyawan dan upaya menilai
risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari
waktu ke waktu oleh manajemen, dewan komisaris dan direksi.
2.3.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
57
Universitas Sumatera Utara
H1
: Pengendalian Internal bidang akuntansi berpengaruh secara
parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi PT.Perkebunan
Nusantara IV (Persero) Medan.
H2
: Pengembangan Mutu Karyawan berpengaruh secara parsial
terhadap pencegahan kecurangan akuntansi PT.Perkebunan Nusantara IV
(Persero) Medan.
H3
: Pengendalian internal bidang akuntansi dan pengembangan mutu
karyawan berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan kecurangan
akuntansi PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.
Peterson dan Gibson (2003), secara detail menjelaskan bahwa prosedur
pengendalian intern yang jelek berhubungan pada kekurangan dalam
pemisahan tugas dan ketidakhadiran rekonsiliasi bebas dari uang dan
dokumentasi yang jelek dipandang sebagai faktor dimana memungkinkan
kecurangan untuk terjadi. Rae dan Nava (2008), dalam penelitiannya
menghasilkan suatu kesimpulan, bahwa kejadian penipuan karyawan lebih
tinggi terjadi di suatu perusahaan yang kualitas pengendalian internalnya
buruk ataupun rendah.
Prosedur pengendalian intern yang tidak memadai, seperti kurangnya
pemisahan tugas atau prosedur pengolahan transaksi yang lemah, selanjutnya
akan meningkatkan risiko karyawan menjadi lebih mudah dalam melakukan
perbuatan curang di perusahaan. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa pengendalian intern menjadi suatu hal yang sangat penting dalam
mencegah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Dalam penelitian ini,
58
Universitas Sumatera Utara
peneliti mencoba untuk lebih mengetahui sejauh mana peranan pengendalian
intern pada pencegahan kecurangan karyawan di perusahaan.
Dengan mempersempit ruang lingkup pengendalian intern, maka
peneliti melakukan penelitian terhadap pengaruh pengendalian intern bidang
akuntansi dalam pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dengan
demikian, hipotesis pertama dari penelitian ini adalah keefektifan
pengendalian intern bidang akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.
Sifat pengembangan mutu karyawan ada tiga yaitu: pengembangan
pengetahuan, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap.
Ketiga sifat ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.
Selain dapat meningkatkan kinerja karyawan agar lebih baik lagi dalam
mencapai tujuan perusahaan dengan lebih efektif dan efisien, pengembangan
mutu karyawan juga sangat efektif dalam menumbuh kembangkan
pemahaman karyawan untuk dapat mengetahui kecurangan (fraud awareness)
dengan lebih luas dan mencegah terjadinya hal tersebut di perusahaan.
Rae dan Nava (2008), melakukan penelitian terhadap keadilan
organisasi yang terjadi di lingkungan perusahaan bagi para karyawan
perusahaan. Dari penelitiannya mereka menghasilkan suatu kesimpulan
bahwa keadilan organisasi menjadi suatu hal yang berpengaruh dalam
mencegah terjadinya penipuan karyawan di lingkungan perusahaan. Roberta
(2010), melakukan penelitian terhadap denda yang diberikan terhadap
kar