Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

(1)

Lampiran Kuesioner Nomor kuesioner : Kepada :

Yth. Para Responden

Dalam rangka menyelesaikan skripsi saya, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi, saya Olyvia Khristin Tambunan (140522030) mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Strata I ekstensi Akuntansi Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi (Fraud) Pada PT.Perkebunan Nusantara IV(PERSERO) Medan, mohon kesediaan Anda mengisi kuesioner di bawah ini dengan jujur dan benar. Data atau informasi yang terkumpul akan saya gunakan untuk hanya untuk kepentingan ilmiah semata. Saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuan, partisipasi dan kerjasama yang Anda berikan.

Hormat saya,

Olyvia Khristin Tambunan

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah data responden pada tempat yang telah disediakan.

2. Berilah jawaban untuk setiap nomor kuesioner dengan member tanda check list ( √ ) pada kolom disebelah pernyataan.

STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju

KS = Kurang Setuju S = Setuju

SS = Sangat Setuju

3. Berikanlah jawaban yang sejujurnya.

4. Kami akan menjamin kerahasiaan jawaban anda. Identitas Responden :

Nama : ……….( Bila tidak keberatan )

Umur : ……. tahun Jenis Kelamin : L/P

Pendidikan Terakhir : SMA/D3/S1/S2 Nama Perusahaan :


(2)

NO PERTANYAAN STS TS KS S SS

Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi

1 Di perusahaan tempat anda bekerja, transaksi – transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan/wewenang, baik yang bersifat umum atau khusus.

2 Di perusahaan tempat anda bekerja, laporan keuangan disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum ( PABU ).

3 Di perusahaan tempat anda bekerja, penggunaan atas harta/aktiva diberikan hanya dengan persetujuan manajemen

4 Di perusahaan tempat anda bekerja, jumlah aktiva seperti yang ada pada laporan/catatan perusahaan dibandingkan dengan aktiva yang ada dan bila terjadi perbedaan dilakukan tindakan yang tepat.

5 Di perusahaan tempat anda bekerja, apabila dilakukan pembelian aktiva lama maka dicatat dengan harga dan diakui sebagai pembelian aktiva baru sering terjadi. 6 Di perusahaan tempat anda bekerja, bila laporan

keuangan perlu segera diterbitkan, maka otorisasi transaksi dan bukti pendukung dapat diabaikan.

7 Di perusahaan tempat anda bekerja, penyimpangan yang terjadi harus dilaporkan kepada manajemen.

8 Di perusahaan tempat anda bekerja, pengawasan bidang akuntansi selain dilakukan oleh auditor internal juga dilakukan oleh auditor eksternal.

9 Di perusahaan tempat anda bekerja, pengendalian intern bidang akuntansi sudah ada dan berjalan dengan baik. 10 Pemisahan fungsi untuk setiap tugas telah dilakukan oleh

perusahaan tempat anda bekerja.


(3)

tidak dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional perusahaan.

12 Di perusahaan tempat anda bekerja, buku pegangan prosedur akuntansi dan bagian rekening ( chart of

accounts ) telah digunakan.

13 Sistem pengolahan data secara mekanis atau elektronis ataupun kombinasi keduanya, telah dilakukan oleh perusahaan tempat anda bekerja.

14 Pengawasan dilakukan pada saat atau waktu yang beralasan dan mendadak ( tanpa pemberitahuan terlebih dahulu ) dilakukan oleh perusahaan tempat anda bekerja. 15 Dilakukan pembatasan untuk memasuki gudang atau

tempat penyimpanan kecuali orang yang berwenang, dilakukan di perusahaan tempat anda bekerja. 16 Pemanfaatan teknologi informasi ( penggunaan

password, mendokumentasikan dokumen secara

terstruktur dll ) telah dimanfaatkan dengan baik di tempat anda bekerja.

Pengembangan Mutu Karyawan STS TS KS S SS

17 Di perusahaan tempat anda bekerja, diberikan sekolah ataupun kuliah gratis bagi karyawan yang berprestasi 18 Di perusahaan tempat anda bekerja, diberikan

Programmed Instruction secara berkala oleh instruktur

yang telah ditunjuk oleh perusahaan.

19 Di perusahaan tempat anda bekerja, diberikan pelatihan tentang pemahaman pengendalian internal secara berkala. 20 Di perusahaan tempat anda bekerja, diberikan pelatihan

tentang pemahaman pencegahan terhadap kecurangan akuntansi.

21 Diskusi kasus untuk membahas hal – hal yang berkembang menyangkut masalah ekonomi sering dilakukan di perusahaan tempat anda bekerja 22 Pengembangan sikap / sifat emosional dari para

karyawan dilakukan oleh tempat anda bekerja setiap saat di lingkungan perusahaan


(4)

yang berprestasi di perusahaan tempat anda bekerja 24 Tidak pernah diadakan pelatihan dalam bentuk apa pun

untuk pengembangan mutu karyawan di perusahaan tempat anda bekerja

25 Pelatihan yang pernah diadakan oleh perusahaan tempat anda bekerja, memang sesuai dengan kebutuhan

karyawan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di perusahaan

26 Mutu karyawan menjadi sesuatu hal yang sangat penting di perusahaan tempat anda bekerja. Contohnya

penempatan karyawan sesuai dengan bidang ilmunya

Pencegahan Kecurangan Akuntansi

27 Anda ikut merasa memiliki perusahaan di tempat anda bekerja sekarang,sehingga anda ikut membantu

perusahaan dengan memberikan saran demi tercapainya tujuan perusahaan.

28 Anda mengetahui dan menaati setiap pengendalian intern yang ada, dalam melakukan tanggung jawab di

perusahaan tempat anda bekerja

29 Di perusahaan tempat anda bekerja, kesadaran mengenai bahaya kecurangan akuntansi yang mengintai cukup tinggi

30 Penilaian resiko terjadinya kecurangan oleh bagian yang terkait dengan bidang akuntansi dilakukan dari waktu ke waktu

31 Bila ingin menunjukkan laba perusahaan yang lebih besar dari yang sebenarnya, penanggung jawab penyusun laporan keuangan di perusahaan ini diperkenankan untuk memperkecil atau menghapus cadangan piutang tak tertagih

32 Di perusahaan tempat anda bekerja, terjalin komunikasi yang positif dan kekeluargaan yang erat satu sama lain untuk saling mengingatkan kesalahan yang terjadi 33 Agar laba perusahaan tampak lebih besar, maka wajar

bagian akuntansi di perusahaan ini memperkecil biaya-biaya yang tercatat dalam pembukuan perusahaan.


(5)

34 Di perusahaan tempat anda bekerja, memiliki suatu aturan yang tegas terhadap semua pihak yang melakukan kecurangan akuntansi. Contohnya sanksi pemutusan hubungan kerja.

35 Di tempat anda bekerja, diberikan imbalan ataupun penghargaan bagi siapa pun yang melaporkan kecurangan akuntansi yang sedang atau akan terjadi

36 Di perusahaan tempat anda bekerja, pencegahan terhadap terjadinya kecurangan akuntansi dilakukan dengan sangat baik.

37 Tidak pernah terjadi kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh karyawan di perusahaan tempat anda bekerja

38 Anda memiliki suatu tanggung jawab moral untuk melakukan tanggung jawab semaksimal mungkin di perusahaan tempat anda bekerja sesuai dengan tujuan yang ingin di capai perusahaan

39 Anda merasa nyaman untuk bekerja di lingkungan perusahaan tempat anda bekerja saat ini

40 Anda menilai bahwa seluruh kebijakan – kebijakan yang berlaku di perusahaan tempat anda bekerja sudah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai oleh perusahaan 41 Dibenarkan untuk mempercantik laporan keuangan di

perusahaan tempat anda bekerja, untuk membuat grafik perusahaan tetap stabil


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Syed Hussein, 1986. Sosiologi Korupsi, LP3ES, Jakarta.

Adji, Oemar Seno, 1996 Penyitaan Harta Kekayaan Yang Berasal Dari Tindak Pidana Kejahatan, Tri Grafika, Jakarta.

Arens, Alvin A., dan James K. Loebbecke, 2000. Auditing An Integrated Approach, Alih Bahasa Amir Abadi Jusuf, Eighth, Jilid 1, Prentice – Hall International, Inc, New York.

Azhar, La Midjan dan Susanto, 2001, Sistem Informasi Akuntansi I dan II.,Edisi Ke Sebelas, Lembaga Informatika, Bandung.

Bologna, J. G., dan Lindquist, R. J. (1987). Fraud auditing and forensic accounting.

New York: Willey.

Chairunnisa, Darwanis Sephi (2013). Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ,Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi, Vol. 6 No. 2.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Gultom, Rina, 2011. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Gusnardi, 2009, Pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Riau.

Hartadi, Bambang. 1999. Sistem Pengendalian Intern, dalam hubungannya dengan manajemen dan audit, Edisi Ketiga, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Cetakan Kedua. Salemba Empat, Jakarta.

Karni, Soejono. 2000. Auditing : Audit khusus & Audit forensik dalam praktik.

Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Messier, Glover dan Prawitt, 2008. Auditing & Assurance Services, Buku Satu,


(7)

Monica, Agnes, 2012. Pengaruh keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.Skripsi Fakultas Ekonomi,Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mukhina, Albina Serafimovna (2015). International Concept of an Assesment of Internal Control Efficiency in The Conduct of an Audit , Journal of Information System, Vol. 11 No. 8, pp. 1-21.

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi . Salemba empat, Jakarta.

Rae,Kristy,dan subramaniam, 2008. Quality of internal control procedures:antecedents and moderating effect on organisational justice

and employed fraud” Managerial Auditing Journal, vol 23

no.2,pp.104-124.

Rahmawati,Adriana Peni, 2012. Analisis pengaruh faktor internal dan moralitas manajemen terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi:Studi pada Dinas Pengelola keuangan dan asset daerah kota Semarang.Skripsi Fakultas Ekonomi,Universitas Diponegoro,Semarang.

Rustiana, 2008. Kemampuan Auditor Untuk Mendeteksi Kekeliruan Dalam Pengauditan Siklus Pendapatan: Studi Lab Eksperimen Laporan Penelitian Fakultas Ekonomi UAJY.

Sekaran, Uma, 2006. Research Methods For Business, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta

Sawyer, Dittenhofer dan Scheiner, 2003. Audit Internal Sawyer, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.

Silverstone Howard, Michael Sheetz, 2004., Forensic Accounting and Fraud invstigation for NonExpertsm 2nd Edition, John Wiley & Sons Inc, Ney Jersey.

Sugiyono, 2004. Statistik Untuk Penelitian. Al Fabeta CV, Jakarta

Tuanakota, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2011. Audit Kecurangan dan Akuntansi Forensik, Havarindo, Jakarta.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang ingin diteliti, penelitian ini menggunakan studi kausal (causal study). Studi kausal ialah studi yang dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah. Tujuan dari studi kausal ialah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner secara langsung dan wawancara singkat secara langsung kepada responden yaitu Staff accounting unit akuntansi di PT.Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan.

September 2015

Oktober 2015

November 2015

Desember 2015

Januari 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul Pengumpulan Data

Penyelesaian Proposal

Pengelelolaan & Analisis Data


(9)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

3.3. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Independent

3.3.1.1 Pengendalian Intern Bidang Akuntansi

Pengendalian intern akuntansi (aktif), dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi terdiri dari 16 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka pengendalian intern bidang akuntansi semakin efektif.

3.3.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan

Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya. Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral Bimbingan

Skripsi Penyelesaian Skripsi


(10)

yang tinggi dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengembangan mutu karyawan terdiri dari 10 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka pengembangan mutu karyawan berjalan efektif.

3.3.2. Variabel Dependent

3.3.2.1. Pencegahan Kecurangan Akuntansi (fraud)

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap elemen di perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dimulai dari pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, termasuk dewan komisaris dan direksi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pencegahan kecurangan akuntansi terdiri dari 14 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin efektif pencegahan kecurangan akuntansi.


(11)

Variabel Instrumen Penelitian Indikator Pengendalian Intern Bidang Akuntansi

(�1)

Dikembangkan oleh peneliti dari IAI (2001) dan Hartadi (1999)

• Pengamanan harta/aktiva • Dipercayainya catatan akuntansi • Pemberian otorisasi terhadap setiap transaksi • Metode pengolahan data • Tanggung jawab manajemen • Pemisahan fungsi

• Pengendalian fisik

• Pemantauan dan evaluasi

Pengembangan mutu karyawan

(�2)

Dikembangkan oleh peneliti dari

Hartadi (1999)

• Pengembangan intelektualitas • Pengembangan keterampilan • Pengembangan sikap Tabel 3.2


(12)

3.3.3 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran untuk variabel X dan variabel Y adalah ordinal dengan tipe skala likert. Tipe skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan pengukuran menggunakan skala likert ini, responden diminta mengisi pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (positif) atau tidak mendukung pernyataan (negatif)

Jawaban Responden Skor

Sangat setuju 5

Setuju 4

Kurang Setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Tabel 3.3

Scoring Jawaban Kuesioner

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.


(13)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004).

Dalam penelitian ini, kuesioner akan diarahkan kepada Staff accounting pada departemen keuangan di perusahaan karena yang posisi jabatan ini mengetahui dengan baik seluruh kegiatan akuntansi di perusahaan, seperti penyusunan laporan keuangan serta secara umum juga dapat memberikan informasi lebih dan mengetahui kejadian kecurangan pada tiap-tiap bagian dalam organisasi, sehingga dapat membantu mencegah terjadinya kecurangan akuntansi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a) Staff accounting yang bekerja di PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.Penentuan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini di dasarkan pada pendapat Arikunto(2006:2012) mengatakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi.tetapi jika subjeknya besar dan lebih dari seratus dapat diambil antara 10-15% atau 25% atau lebih,pendapat tersebut juga sesuai menurut roscoe bahwa ukuran sampel yang layak adalah antara 30-500.dan pada penelitian ini diambil 35 sampel sesuai dengan jumlah seluruh staff accounting pada PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.


(14)

3.5. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer (primary data). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan kuesioner dan melakukan wawancara langsung kepada para responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Instrumen pertanyaan dalam kuesioner dan wawancara langsung pada para responden yang diberikan oleh peneliti merupakan instrumen pertanyaan yang dikembangkan oleh para peneliti sebelumnya, yaitu dari Ikatan Akuntan Indonesia (2001), Hartadi (1999) dan Tuanakotta (2010).

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan survey method, yaitu data diperoleh dengan pendistribusian kuesioner yang diberikan kepada responden secara langsung maupun melaui jaringan link person. Responden yang sempat dan bersedia secara langsung menjawab kuesioner yang diberikan dapat langsung dikumpulkan kepada peneliti maupun jaringan link person yang ditunjuk dan bagi responden yang bersedia secara langsung menjawab kuesioner akan dilakukan juga wawancara singkat untuk semakin menguatkan sumber informasi yang diperoleh berkaitan dengan penelitian. Kuesioner yang terkumpul melalui jaringan link person selanjutnya akan dikirimkan kepada peneliti.

3.7. Metode dan Teknik Analisis Data 3.7.1 Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2006 : 19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar


(15)

deviasi, varian, maksimum dan minimum. Dalam penelitian saya ini, menjelaskan gambaran umum mengenai responden, seperti jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan masa kerja. Data tersebut saya peroleh dari kuesioner yang kembali kepada saya dan yang dipastikan diisi sendiri oleh responden yang bersangkutan.

3.7.2 Uji Kualitas Data

Menurut Hair et al (1996) kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas. Pengujian yang dimaksud adalah untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Prosedur pengujian kualitas data adalah sebagai berikut:

3.7.2.1 Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai correlated Item. Total Correlation dengan kriteria sebagai berikut: Jika nilai �ℎ� � lebih besar dari � �� dan nilainya positif, maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan “valid” (Ghozali, 2006). Namun sebaliknya, jika nilai �ℎ� � lebih kecil dari � ��, maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan “tidak valid”.


(16)

3.7.2.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2005) suatu kusioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung koefisien cronbach alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien cronbach alpha lebih dari 0,60 (Nunnally, 1969 dalam Ghozali, 2005).

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda (multiple regression), maka diperlukan uji asumsi klasik yang terdiri dari :

3.7.3.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Normalitas data dapat dideteksi dengan menggunakan alat analisis grafik yang berupa uji Kolmorov Smirnov yang dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :

 Apabila probabilitas atau signifikansi > 0,05, maka distribusi data normal.

 Apabila probabilitas atau signifikansi < 0,05, maka distribusi data tidal normal.


(17)

3.7.3.2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang digunakan ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji Multikolinearitas data dapat dilihat dari besarnya nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai teloransi (tolerance value). ). Jika nilai teloransi > 0.10 atau VIF < 5, artinya tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen dan apabila nilai teloransi < 0.10 atau VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas (Ghozali, 2005).

3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Modal regresi yang baik adalah tidak terjadinya heterokedastisistas. Gejala heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai residual dan variabel dependen suatu penelitian. Jika terdapat pola tertentu, maka telah terjadi gejala heterokedastisitas.


(18)

3.7.4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda, yaitu metode statistik yang digunakan untuk menguji hubungan suatu variabel dependen terhadap lebih dari satu variabel independen. Dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Menurut Ghozali (2006 : 83), “analisis regresi berganda dilaksanakan dengan cara mengukur goodness of fit model regresi untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, setidaknya goodness of fit dapat diukur dari nilai adjusted �2, signifikansi nilai statistik F dan nilai statistik t”. Model dasar pengujian ini adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + ε Keterangan:

Y = Pencegahan Kecurangan Akuntansi α = konstanta

β1 β2 = Koefisien regresi

X1 = Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi X2 = Pengembangan Mutu Karyawan

ε = error (tingkat kesalahan)

Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian


(19)

secara parsial digunakan uji statistik t (t–test). Pengujian secara simultan digunakan uji signifikansi simultan (F-test).

3.7.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0<R2< 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel terikat independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen dan apabila nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel-variabel independen hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.7.4.2 Uji Simultan (F-test)

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh secara bersama-sama (simultan). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah :

1) � diterima apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,


(20)

2) � ditolak apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

3.7.4.3 Uji Parsial (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasan/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Menurut Ghozali (2007 : 55), “uji-t digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda”. Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:

1) � diterima apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05.

2) � ditolak apabila thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.


(21)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Hasil Penelitian

4.1.1Deskripsi Variabel Penelitian

Pada penelitian ini penulis menyebarkan kuisioner kepada seluruh responden yang berjumlah 35 orang. Dimana responden dalam penelitian ini adalah karyawan staff accounting pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan Pada penelitian ini penulis menggunakan kuisioner sebagai alat untuk menganalisa data agar dapat menghasilkan penelitian yang berguna.

Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang diamati ada dua (2) variabel X, yaitu keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi, pengembangan mutu karyawan dan 1 (satu) variabel Y yaitu pencegahan kecurangan akuntansi (Y).

4.1.1.1 Karakteristik Responden

Dalam menyebarkan kuisioner yang penulis lakukan terhadap 35 responden, tentu memiliki perbedaan karateristik baik itu secara usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Banyaknya karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, oleh karena itu perlu adanya pengelompokan untuk masing-masing identitas pribadi para responden.


(22)

Data kuesioner yang disebarkan diperoleh beberapa karakteristik responden, yakni jenis usia, kelamin dan pendidikan. Tabel-tabel dibawah ini akan menjelaskan karakteristik responden penelitian

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia Frequency Percent Valid Percent

25 – 30 10 28.0 28.0

> 30 25 72.0 72.0

Total 35 100 100

Sumber data : SPSS

Tabel diatas menunjukkan bahwa karyawan PTPN IV (Persero) Medan terdiri dari berbagai karakteristik usia yang berbeda-beda dari yang muda sampai yang tua. Hal ini berarti karyawan PTPN IV (Persero) Medan tidak didominasi satu karakteristik usia tetapi dari yang muda sampai yang tua mempunyai pendapat yang sama.

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Kelamin Frequency Percent Valid Percent

Laki-Laki 30 86.0 86.0

Wanita 5 14.0 14.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber data : SPSS

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden penelitian ini terdiri wanita 5 orang (14%) dan laki-laki 30 orang (86%). Persentase karyawan PTPN IV (Persero) Medan pada staff accounting didominasi karyawan laki-laki Hal ini


(23)

berarti karakteristik berdasarkan jenis kelamin karyawan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki , tetapi setiap laki-laki maupun perempuan memiliki pendapat mengenai pencegahan kecurangan.

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Frequency Percent Valid Percent

SMA 0 0 0

Diploma 15 43.0 43.0

S1 20 57.0 57.0

Total 35 100.0 100.0

Sumber data : SPSS

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah S1 yaitu sebanyak 20 orang (57%). Hal ini menunjukkan bahwa karyawan lebih banyak berpendidikan S1. Dan karyawan memiliki karakteristik pendidikan cukup tinggi. Sehingga diharapkan mampu memahami variabel-variabel dalam penelitian ini.

4.1.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas 4.1.2.1 Uji Validitas

Tabel 4.4 Uji Validitas X1

Pertanyaan Nilai Korelasi Rtabel Keterangan Pertanyaan 1 0,255 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 2 0,412 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 3 0,426 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 4 0,399 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 5 0,527 (positif) 0,117 Valid


(24)

Pertanyaan 6 0,572 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 7 0,270 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 8 0,343 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 9 0,485 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 10 0,238 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 11 0,947 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 11 0,367 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 12 0,431(positif) 0,117 Valid Pertanyaan 13 0,929 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 14 0,455 (positif) 0,117 Valid Sumber : Data Diolah SPSS 2016

Dari 16 pertanyaan mengenai keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi berupa ketanggapan yang diajukan penulis kepada responden, 16 pertanyaan dinyatakan valid.

Tabel 4.5 Tabel Uji Validitas X2

Pertanyaan Nilai Korelasi Rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,416 (positif) 0,117 Valid

Pertanyaan 2 0,739 (positif) 0,117 Valid

Pertanyaan 3 0,659 (positif) 0,117 Valid

Pertanyaan 4 0,701 (positif) 0,117 Valid

Pertanyaan 5 0,751 (positif) 0,117 Valid

Pertanyaan 6 0,768 (positif) 0,117 Valid

Pertanyaan 7 0,701 (positif) 0,117 Valid


(25)

Pertanyaan 9 0,677 (positif) 0,117 Valid

Pertanyaan 10 0,418 (positif) 0,117 Valid

Sumber : Data Diolah SPSS 2016

Dari 10 pertanyaan mengenai pengembangan mutu karyawan berupa ketanggapan yang diajukan penulis kepada responden, 10 pernyataan dinyatakan valid.

Tabel 4.6 Tabel Uji Validitas Y

Pertanyaan Nilai Korelasi Rtabel Keterangan Pertanyaan 1 0,389 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 2 0,587 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 3 0,323 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 4 0,237 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 5 0,296 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 6 0,569 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 7 0,444 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 8 0,581 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 9 0,554 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 10 0,277 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan11 0,277 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 12 0,520 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 13 0,563 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan14 0,505 (positif) 0,117 Valid Pertanyaan 15 0,219 (positif) 0,117 Valid


(26)

Dari 15 pertanyaan mengenai pencegahan kecurangan berupa ketanggapan yang diajukan penulis kepada responden, 15 pertanyaan dinyatakan valid

4.1.2.2 Uji Reliabilitas

Tabel 4.7 Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach's Alpha N of Items

keefektifan pengendalian internal 0,580 35

pengembangan mutu karyawan 0,599 35

pencegahan kecurangan akuntansi 0,689 35

Dari hasil pengujian reability dengan menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa nilai dari cronbach alpha setiap variabel > 0.5 maka reability data tersebut cukup baik.

4.1.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multikolonearitas, dan Uji Heterokedastisitas

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik Histogram, dan


(27)

grafik Normal Plot. Uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Dalam uji Kormogrov-Smirnov, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu:

1) jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal, 2) jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal.

Hasil uji kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4.8

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 Y

N 35 35 35

Normal Parameters(a,b) Mean Std. Deviation 62.8857 40.7429 63.2857 4.17113 2.96393 4.22577 Most Extreme

Differences

Absolute .090 .093 .123

Positive .081 .079 .073

Negative -.090 -.093 -.123

Kolmogorov-Smirnov Z .533 .549 .730

Asymp. Sig. (2-tailed) .939 .924 .662

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai K ol mog or ov -Smi r no v adalah keefektifan pengendalian internal (X1) 0.939, pengembangan mutu karyawan (X2) 0.924, , dan pencegahan kecurangan (Y) 0.662 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena p > 0,05. Data yang terdistribusi secara normal tersebut.


(28)

Gambar 4.1 Histogram

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (s kewness ) ke kiri maupun ke kanan.

Gambar 4.2 Grafik P-Plot


(29)

Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-plot dibawah ini. Pada grafik normal p-plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

4.1.3.2 Multikolinearitas

Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan korelasi antara variabel independent. Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah multikolinearitas sehingga model regresi tidak dapat digunakan. Mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Besarnya tingkat multikolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance > 0.10, dan nilai VIF < 5. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian multikolonearitas:

Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9.704 4.157 2.334 .026

X1 1.033 .086 -.033 10.384 .000 .537 1.862

X2 1.366 .121 .958 11.306 .000 .537 1.862

a Dependent Variable: Y

Berdasarkan pada tabel 4.9 diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolonearitas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1. Nilai tolerance keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi adalah 0,537, pengembangan mutu


(30)

karyawan adalah 0,537, variabel independen juga lebih kecil dari 5 yaitu untuk keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi 1,862, pengembangan mutu karyawan 1.862.

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, karena untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk menguji ada tidaknya situasi heteroskedastisitas dalam varian error terms untuk model regresi. Dalam penelitian ini akan digunakan metode chart (Diagram Scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa :

1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar keatas dan dibawah 0


(31)

Gambar 4.3 Scaterplot 4.1.4 Analisis Regresi

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Bes t Linear Unbias ed Est imator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

4.1.4.1 Persamaan Regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linier, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh keefektifan pengendalian internal, pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS Versi 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10 Regresi Berganda Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9.704 4.157 2.334 .026


(32)

X2 1.366 .121 .958 11.306 .000 .537 1.862 Berdasarkan tabel diatas didapatlah persamaan regresi sebagai berikut

PK = 9,704+1,033 X1+1,366 X2+µ Keterangan:

1) konstanta sebesar 9,704 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X1 = 0, X2 = 0,) maka nilai pencegahan kecurangan sebesar 9,704.

2) β1 sebesar 1,033 menunjukkan bahwa setiap kenaikan keefektifan pengendalian internal sebesar 1% akan diikuti oleh peningkatan pencegahan kecurangan sebesar 1,033 dengan asumsi variabel lain tetap.

3) β2 sebesar 1,366 menunjukkan bahwa setiap kenaikan pengembangan mutu karyawan sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan pencegahan kecurangan akuntansi sebesar 1,366 dengan asumsi variabel lain tetap.

4.1.4.2 Analisis Koefisien Regresi

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila data nilai R berada diantara 0,5 dan mendekati 1. Koefisien determinasi (R Square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R Square adalah 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R Square semakin mendekati 1, maka variabel-variabel independen mendekati semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R S q u a r e maka kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R S q u a r e memiliki kelemahan


(33)

yaitu nilai R Square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel dependen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.11 Koefisien Determinasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .936a .877 .869 1.53030 1.169

Hasil pengujian dengan menggunakan koefisien determinasi menunjukkan bahwa nilai R = 0,936 berarti hubungan antara keefektifan pengendalian internal dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi sebesar 93.6%. Artinya hubungannya erat. Semakin besar R berarti hubungan semakin erat.

R Square sebesar 0,877 berarti 87.7% pencegahan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh kesadaran keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan. Sisanya 12.3% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak masuk dalam model penelitian ini.

Adjusted R Square sebesar 0,869 berarti 86.9% keefektifan pengendalian internal dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan sementara sisanya 13.1% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak masuk dalam model penelitian ini.


(34)

4.1.5 Uji Hipotesis 4.1.5.1 Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 18, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.12 Uji t Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9.704 4.157 2.334 .026

X1 1.033 .086 -.033 10.384 .000 .537 1.862

X2 1.366 .121 .958 11.306 .000 .537 1.862

Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya thitung untuk variabel keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi sebesar 10.384 dengan nilai signifikan 0,000, sedangkan ttabel adalah 1,66, sehingga th i t u n g > tt a b e l (10.384 > 1,68), maka keefektifan pengendalian internal menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya keefektifan pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.

Pengembangan mutu karyawan memiliki thitung sebesar 11.306 dengan nilai signifikan 0,000, sedangkan ttabel adalah 1,68, sehingga th i t u n g > tt a b e l (11.306 > 1,68), maka pengembangan mutu karyawan secara individual mempengaruhi pencegahan kecurangan akuntansi. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya pengembangan mutu karyawan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.


(35)

4.1.5.2 Uji F

Untuk melihat pengaruh keefektifan pengendalian internal dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi secara simultan dapat dihitung dengan menggunakan F test. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13 Uji F ANOVA(b) Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 532.205 2 266.103 113.632 .000(a)

Residual 74.938 32 2.342

Total 607.143 34

a Predictors: (Constant), X2, X1 b Dependent Variable: Y

Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh Fhitung sebesar 113.632 dengan tingkat signifikansi 0,000, sedangkan Ftabel sebesar 3,09 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keefektifan pengendalian internal dan pengembangan mutu karyawan secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan karena Fh i t u n g > Ft a b e l (113.632 > 3,09) dan signifikansi penelitian < 0,05 (0,000 < 0,05).

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi

Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya thitung untuk variabel keefektifan pengendalian internal sebesar 10.384 dengan nilai signifikan 0,000, sedangkan


(36)

ttabel adalah 1,66, sehingga th i t u n g > tt a b e l (10.384 > 1,68), maka keefektifan pengendalian internal menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya keefektifan pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan.

4.2.2 Pengaruh Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi.

Pengembangan mutu karyawan memiliki thitung sebesar 11.306 dengan nilai signifikan 0,000, sedangkan ttabel adalah 1,68, sehingga th i t u n g > tt a b e l (11.306 > 1,68), maka pengembangan mutu karyawan secara individual mempengaruhi pencegahan kecurangan akuntansi. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya pengembangan mutu karyawan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.

4.2.3 Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi Dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi.

Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh Fhitung sebesar 113.632 dengan tingkat signifikansi 0,000, sedangkan Ftabel sebesar 3,09 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan akuntansi karena Fh i t u n g > Ft a b e l (113.632 > 3,09) dan signifikansi penelitian < 0,05 (0,000 < 0,05


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1.

2. variabel keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi mempengaruhi pencegahan kecurangan akuntansi. th i t u n g > tt a b e l (10.384 > 1,68), maka keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.

3. pengembangan mutu karyawan secara individual mempengaruhi pencegahan kecurangan akuntansi. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya pengembangan mutu karyawan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.

4. keefektifan pengendalian internal bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan akuntansi karena Fh i t u n g > Ft a b e l (113.632 > 3,09) dan signifikansi penelitian < 0,05 (0,000 < 0,05)


(38)

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya antara lain :

1. Seharusnya pemimpin instansi meningkatkan pengendalian internal perusahaan dan pengembangan mutu karyawan agar terciptanya pencegahan kecurangan akuntansi pada perusahaan.

2. Pemimpin perusahaaan dapat membantu karyawan yang tertarik untuk memahami dan mengetahui betapa pentingnya pencegahan kecurangan akuntansi pada perusahaan sehingga tercapainya tujuan perusahaan.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor sehingga hasilnya lebih baik lagi.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Audit

2.1.1.1. Pengertian Audit

Audit berasal dari bahasa Latin “Audire” yang berarti

mendengarkan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu laporan pertanggungjawaban keuangan dibacakan oleh penanggungjawab, dimana petugas controller ikut duduk sebagai seorang pendengar yang kritis. Kata audit yang sering kita jumpai saat ini, berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang artinya ialah pemeriksaan, sehingga secara substantif dua istilah tersebut sebenarnya, mempunyai makna yang sama.

Menurut Arens dan Leobbecke (1998), Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994, audit adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematis terdokumentasi, periodik dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi yang baik.


(40)

Sedangkan Komite Konsep Audit Dasar (Committee on Basic Auditing Concepts) merumuskan defenisi umum dari audit yaitu suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

2.1.1.2. Konsep – Konsep Dasar Melaksanakan Audit Konsep penting yang terlibat dalam melaksanakan audit ialah :

Risiko Audit (Audit Risk) ialah risiko yang terjadi karena tanpa sepengetahuannya auditor gagal untuk memodifikasi secara benar pendapatnya, atas laporan keuangan yang salah saji material.

Materialitas (materiality) adalah salah saji informasi akuntansi, yang dalam hubungannya dengan kondisi sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang mengandalkan informasi tersebut akan terpengaruh dengan salah saji tersebut.

 Bukti mengenai asersi manajemen, bahwa auditor harus memperoleh relevansi dan keandalan dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh pihak manajemen, sehingga auditor dapat memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.


(41)

2.1.1.3. Fase Audit

Fase-fase besar dalam audit ialah :

a) Menerima/ melanjutkan klien dan menetapkan syarat – syarat perikatan

b) Praperencanaan

c) Menetapkan materialitas dan menentukan risiko d) Merencanakan audit

e) Mempertimbangkan dan mengaudit pengendalian internal f) Audit proses bisnis dan akun terkait misalnya menghasilkan

pendapatan.

g) Menyelesaikan audit

h) Mengevaluasi hasil dan menerbitkan laporan audit

2.1.1.4. Klasifikasi Audit

Menurut Kell dan Boyton berdasarkan tujuan dilaksanakannya, audit diklasifikasikan atas :

a) Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan, telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi yang Bersifat Umum (PABU).


(42)

b) Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan tersebut berasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah.

c) Audit operasional (operational audit)

Audit operasional meliputi penghimpunan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektifitas, maupun kehematan operasional.

Berdasarkan tujuan dilaksanakannya Audit Fraud termasuk dalam kelompok Compliance Audit, yaitu untuk mempertimbangkan apakah klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah di tetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.

2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor

Tiga sikap dan tindak pikir yang selalu harus melekat pada diri seorang auditor, yakni :

 Independen.  Objektif.


(43)

 Skeptis.

2.1.2. Kecurangan (Fraud) 2.1.2.1. Pengertian Fraud

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) fraud adalah perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah :

 Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan;

 Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya


(44)

berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat;

 Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.

Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraud ialah “setiap tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada aplikasi kekerasan atau ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh partai dan organisasi untuk memperoleh kekayaan uang, atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau hilangnya layanan, atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis”.

Bologna dan Lindquist (1987) mendefinisikan fraud adalah “istilah generik, dan mencakup semua sarana yang beraneka kecerdikan manusia bisa merancang, yang terpaksa oleh satu individu, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dengan keterangan palsu.” Silverstone dan Sheetz (2004) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai “sebuah aktivitas yang mengambil lokasi di bidang sosial dan memiliki konsekuensi yang besar untuk perekonomian, perusahaan, dan individu-individu.”


(45)

Menurut AICPA US Auditing Standards (AU 312) dalam Rustiana (2008) error meliputi:

1. Kesalahan dalam proses menyusun laporan keuangan secara tidak disengaja.

2. Kesalahan penerapan prinsip akuntansi (jumlah, klasifikasi, penyajian, dan pengungkapan) secara tidak disengaja.


(46)

Dari beberapa pengertian di atas, secara garis besar para ahli memiliki makna dan tujuan yang sama dalam menjelaskan arti dari fraud. Kecurangan (fraud) memiliki beberapa unsur yang menandakan bahwa hal tersebut merupakan fraud, bila tidak terdapat unsur fraud maka hal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai fraud. Berikut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam fraud, yaitu :

a) Harus terdapat kesalahan penyajian (misrepresentation) b) Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present) c) Faktanya bersifat material (material fact)

d) Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (recklessly) e) Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan pihak lain bereaksi; f) Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap kesalahan

penyajian tersebut (misrepresentation)

g) Mengakibatkan kerugian (detriment). Fraud disini tidak terbatas pada manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.

2.1.2.2. Jenis Tindakan Fraud 2.1.2.2.1. Korupsi (Corruption)

Menurut Associatian of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan corruption sebagai berikut :


(47)

a) Conflicts of interest ialah suatu keadaan dimana para pejabat memanfaatkan kuasanya untuk menggunakan keluarga ataupun kroninya menjadi pemasok atau rekanan di lembaga – lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun.

b) Bribery ialah pemberian hadiah kepada seseorang dengan maksud untuk mencapai sutu tujuan (penyuapan).

c) Illegal gratuities ialah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Contoh hadiah ulang tahun, parsel dll.

d) Economic extortion ialah suatu bentuk meminta dengan mengancam (pemerasan) kepada orang lain.

Berdasarkan pemahaman dan dimensi baru mengenai kejahatan yang memiliki konteks pembangunan pengertian korupsi tidak lagi hanya diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja. Tindakan bribery (penyuapan) dan kickbacks juga dinilai sebagai sebuah kejahatan. Penilaian yang sama juga diberikan pada tindakan tercela dari oknum pemerintah seperti bureaucratic corruption atau tindak pidana korupsi, yang dikategorikan sebagai bentuk dari offences beyond the reach of the law (kejahatan- kejahatan yang tidak terjangkau oleh hukum). Banyak contoh diberikan untuk kejahatan-kejahatan semacam itu, misalnya tax evasion (pelanggaran pajak), credit fraud (penipuan di bidang kredit), embezzlement and


(48)

misapropriation of public funds (penggelapan dan penyalahgunaan dana masyarakat), dan berbagai tipologi kejahatan lainnya yang disebut sebagai invisible crime (kejahatan yang tak terlihat) Istilah invisble crime banyak ditujukan untuk menunjuk pada kejahatan yang sulit dibuktikan maupun tingkat profesionalitas yang tinggi dari pelakunya.

Untuk kepentingan perumusan strategi pemberantasan korupsi dipandang perlu untuk terlebih dahulu mengenali karakteristik dan jenis korupsi. Syed Hussain Alatas (1987), seorang ahli sosiologi korupsi, membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya sebagai berikut :

1) Transactive corruption

Adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya. Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah atau masyarakat dan pemerintah.

2) Exortive corruption

Jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya, atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya. 3) Investive corruption


(49)

Pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.

4) Nepotistic corruption Penunjukkan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan, dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.

5) Defensive corruption

Perilaku korban korupsi ini adalah dengan pemerasan. Alasan melakukan korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri si pelaku sendiri.

6) Autogenic corruption

Korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya seorang diri. Misalnya pembuatan laporan keuangan yang tidak benar.

7) Supportive corruption

Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah ada. Misalnya menyewa preman untuk berbuat jahat, menghambat pejabat yang jujur dan cakap agar tidak menduduki jabatan tertentu.


(50)

2.1.2.2.2. Penyimpangan Atas Aset (Asset Misappropriation) Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan cash dilakukan dalam tiga bentuk yaitu : skimming, larceny, dan fraudulent disbursements,dalam skimming, uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke perusahaan.sedangkan kalau uang sudah secara fisik masuk ke perusahaan. Sedangkan kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian baru dijarah, maka fraud ini disebut larceny..

Fraudulent disbursements ialah pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah. Modus operandi dalam penjarahan aset yang bukan uang tunai atau uang di bank adalah misuse dan larceny. Misuse adalah penyalahgunaan, misalnya penggunaan kendaraan bermotor perusahaan atau aset tetap lainnya untuk kepentingan pribadi. Kalau hanya dipakai selama menjabat disebut misuse, namun kalau tidak dikembalikan sesudah tidak lagi menjabat disebut larceny.

2.1.2.2.3. Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)

Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit (opinion audit). Fraudulent statement meliputi


(51)

tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. Fraud ini berupa salah saji aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari sebenarnya (asset/revenue overstatements) dan menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements).

2.1.2.3. Faktor Terjadinya Fraud

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:

1. Greed (keserakahan) 2. Opportunity (kesempatan) 3. Need (kebutuhan)

4. Exposure (pengungkapan)

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku fraud (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud (disebut juga faktor generik/umum).


(52)

Kecurangan atau penipuan yang disengaja (intentional deception) adalah suatu strategi untuk mencapai sasaran strategi untuk mencapai sasaran individu atau organisasi atau untuk memuaskan kebutuhan manusiawi. Secara umum, daya saing yang kompetitif dapat menjadi motivasi untuk melakukan tindakan yang benar maupun yang tidak benar. Bila persaingan berlangsung secara ketat dan sangat kompetitif, melakukan hal yang tidak benar sering dianggap rasional (hal yang salah namun dianggap benar).

Donald Cressey’s (1950) mengemukakan fraud triangle sebagai faktor faktor terjadinya fraud :

1. Insentif/ Tekanan (Insentives/Pressures) : Manajemen atau pegawai merasakan suatu tekanan yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk melakukan fraud. Melalui penelitiannya, Cressey menyimpulkan bahwa status sosial pun dapat menjadi suatu tekanan bagi seseorang untuk melakukan fraud. Cressey mengelompokkannya atas :


(53)

Violation of ascribed obligation, yaitu suatu keadaan melakukan

fraud akibat seseorang harus menjaga martabatnya saat memiliki kedudukan atau jabatan

Problems resulting from personal failure, yaitu suatu keadaan

melakukan fraud karena kegagalan yang terjadi pada diri sendiri akibat perbuatan sendiri.

Business reversals, yaitu suatu keadaan melakukan fraud yang di

akibatkan oleh faktor eksternal. Contohnya tingkat bunga yang tinggi.

Physical isolation, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di

akibatkan oleh keterpurukan dalam kesendirian.

Status gaining, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di

akibatkan oleh tidak mau kalah dengan orang lain.

Employer-employee relations, yaitu uatu keadaan melakukan

fraud yang di akibatkan oleh kekesalan atau kebencian kepada perusahaannya.

2. Kesempatan (opportunity) : Adanya persepsi bahwa ada peluang atau kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan fraud. Ada dua persepsi, yaitu :

General information, yaitu pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi.


(54)

Technical skill, yaitu keahlian yang dimiliki seseorang dan yang menyebabkan seseorang tersebut mendapat kedudukan.

3. Sikap/Rasionalisasi (attitudes/rationalization) : Sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak benar, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak benar.

2.1.2.4. Karakteristik Pemeriksa Fraud

Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik. Di samping keahlian teknis, seorang pemeriksa fraud yang sukses mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara adil (fair), tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan), akurat serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap. Kemampuan untuk memastikan kebenaran dari fakta yang dikumpulkan dan kemudian melaporkannya dengan akurat dan lengkap adalah sama pentingnya.

Pemeriksa fraud adalah gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan detektif (investigator).

Art Buckwalter mengatakan, “The secret is for each private investigator to be the kind of person others will want to deal with.”


(55)

(“Rahasia seorang private investigator adalah menjadi sosok yang disukai orang lain.”). Pemeriksa yang menyesatkan orang lain, sering kali tersesat sendiri. Pemeriksa memang berurusan dengan orang yang bersalah, tetapi ia juga kan bertemu dengan para saksi yang tidak bersalah. Para saksi ini dan kesaksian mereka merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam metodologi pemeriksaan fraud. Oleh karena pemeriksa berurusan dengan segala macam jenis manusia dari berbagai latar belakang, kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri orang lain itu, sangat menentukan.

Oleh karena setiap orang itu unik (tidak ada duanya), maka pemeriksa fraud harus mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka. Seorang sarjana tidak dapat ditanya dengan bahasa yang sama seperti seorang yang tidak menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Seseorang dengan latar belakang perbendaharaan kata teknis (seperti akuntansi, hukum, dan lain-lain) tidak akan memberikan tanggapan yang sama dengan orang berlatar belakang seni. Oleh karena setiap kasus berbeda, pemeriksa juga akan berbeda dalam pendekatannya. Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Ciri yang unik dari kasus-kasus fraud, yakni berbeda dengan kejahatan tradisional atas harta benda, adalah identitas pelakunya biasanya diketahui.


(56)

Dalam perampokan bank misalnya, issue-nya bukanlah kejahatan terjadi, melainkan siapa pelakunya? Dalam kasus-kasus fraud, issue-nya bukanlah penentuan identitas pelakunya, namun apakah perbuatannya dapat dianggap meruapakan fraud.

Sangat penting bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsep-konsep keuangan sehingga para saksi dapat memahami apa yang dimaksudkannya. Dalam kenyataannya kebanyakan kasus fraud sangat sederhana, namun metode-metode penyembunyiannya atau penyamarannya yang membuatnya terlihat rumit.

2.1.2.5. Ruang Lingkup Audit Fraud Ruang lingkup audit fraud mencakup :

1. Pencegahan (preventive), yaitu upaya untuk mencegah terjadinya fraud dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor faktor penyebab terjadinya fraud. Pencegahan dilakukan dengan Anti Fraud Control, yang isinya antara lain :

 Audit dengan kunjungan mendadak  Alih tugas/ wajib ambil cuti

 Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan  Program dukungan bagi karyawan

Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif  Audit internal


(57)

2. Pendeteksian (detective), yaitu proses mengarahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan terjadinya fraud dengan cepat, tepat, dan dengan biaya yang rasional. Teknik- teknik untuk mendeteksi fraud ialah :

 Penggunaan teknik – teknik audit yang dilakukan oleh internal maupun eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan, namun secara lebih mendalam dan luas.

 Pemanfaatan teknik audit investigatif  Penelusuran jejak – jejak arus uang

 Penerapan teknik analisi dalam bidang hukum  Penggunaan computer forensics

 Penggunaan teknik interogasi  Pemanfaatan whistleblower

3. Penginvestigatian (investigative) yaitu upaya untuk menangani dan memproses tindakan fraud sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. K. H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar-standar tersebut adalah :

 Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui (accepted bes practies).


(58)

Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.

 Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, diindeks dan jejak audit tersedia.

 Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya.

 Beban pembuktian ada yang “menduga” pegawainya melakukan

kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum administrative maupun hukum pidana.

 Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.

 Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, melibatkan dan/atau melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

2.1.2.6. Keterbatasan Audit Laporan Keuangan dalam Pendeteksian Kecurangan


(59)

Menurut Rustiana (2008), fraudulent dalam suatu organisasi merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, akuntan publik harus dapat mencegah dan mendeteksi secara dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud sering kali ditunjukkan adanya gejala awal (symptoms) berupa red flag (fraud indicator) misalnya perilaku tidak etis manajemen.

Red flag ini biasanya muncul dalam setiap kasus kecurangan (fraud) yang terjadi. Effendi (2008) mengutip penelitian Wilopo (2006) yang membuktikan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Selain itu, riset Wilopo (2006) menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak parsial. Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Mengefektifkan pengendalian internal.

2. Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian. 3. Pelaksanaan good corporate governance

4. Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara, dan masyarakat.


(60)

Konsep keyakinan yang diberikan kepada auditor selama melaksanakan tanggung jawab perlu diketahui sepenuhnya oleh pihak auditor sendiri dan pihak manajemen. Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan menjadi bagian dalam tanggung jawab umum auditor. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan - kesalahan yang disengaja diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.

Menurut Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316.1 mengenai pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan menyatakan bahwa: “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”.

Auditor dalam menerima tugas audit memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendeteksi dan mengungkapkan kecurangan. Keterbatasan itu dapat dilihat dari segi ekonomisnya yaitu dari segi biaya dan waktu. Namun bukan berarti dalam hal ini auditor laporan keuangan kemudian tidak melakukan pendeteksian kecurangan. Seorang auditor laporan keuangan harus dapat mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material untuk membuat pertimbangan audit.

Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor, khususnya di Indonesia, dalam pendeteksian kecurangan yaitu:


(61)

1. Auditor kesulitan untuk mendeteksi berbagai karakteristik kecurangan karena keterbatasan pengalaman dan keahlian dalam menghadapi kecurangan tersebut.

2. Kurang memadainya standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan di Indonesia.

3. Tekanan kompetensi dan fee audit. 4. Tekanan waktu.

5. Hubungan auditor dan auditee yang terbentur dengan independensi dan obyektivitas auditor.

6. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian kecurangan

2.1.3. Pengendalian Intern

2.1.3.1. Definisi, Tujuan dan Sasaran Pengendalian Internal

Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Tindakan/aktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Tahun 2009 tentang Pengendalian Internal, antara lain:

a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.


(62)

b. Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.

c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

Menurut Midjan dan Susanto (2001:58) pengendalian internal meliputi :

Struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001:163), pengendalian intern meliputi “struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.

Definisi Pengendalian Internal menurut The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission’s (COSO) adalah “suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,


(63)

manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut :

 Efektivitas dan efisiensi operasi  Keandalan laporan keuangan

 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

American Institute of Certified Public Accountants mendefinisikan pengendalian internal ialah struktur organisasi, semua metode dan ketentuan – ketentuan yang terkordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

Tujuan pengendalian internal menurut Azhar, La Midjan dan Susanto (2001:58) adalah:

 Mengamankan harta perusahaan.

 Menguji ketelitian dan keandalan data akuntansi.  Meningkatkan efisiensi perusahaan.

 Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan pimpinan perusahaan.

Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR... ... iii

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... IX DAFTAR LAMPIRAN………... X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Audit ... 7

2.1.1.1 Pengertian Audit ... 7

2.1.1.2 Konsep-Konsep Dasar Melaksanakan Audit . 8

2.1.1.3 Fase Audit ... 9

2.1.1.4 Klasifikasi Audit ... 9

2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor ... 10

2.1.2 Kecurangan (Fraud) ... 11

2.1.2.1 Pengertian Fraud ... 11

2.1.2.2 Jenis Tindakan Fraud………...……… 13

2.1.2.2.1 Korupsi (Corruption) ... 13

2.1.2.2.2 Penyimpangan Atas Aset ... 16

2.1.2.2.3 Pernyataan Palsu ... 17

2.1.2.3 Faktor Terjadinya Fraud ... 18

2.1.2.4 Karakteristik Pemeriksa Fraud ... 20

2.1.2.5 Ruang Lingkup Audit Fraud ... 22

2.1.2.6 Keterbatasan Audit Laporan Keuangan ... 25

2.1.3 Pengendalian Internal ... 27

2.1.3.1 Defenisi Dan Tujuan Pengendalian Internal .. 27

2.1.3.2 Klasifikasi Pengendalian Intern……….. 30

2.1.3.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern……….. 33

2.1.3.4 Sifat Sistem Pengendalian Intern……… 36

2.1.4 Pengembangan Mutu Karyawan……….. 38

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu……… 41

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian………. 42


(2)

7

2.3.2 Hipotesis Penelitian………. 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian... . 47

3.3 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... . 48

3.3.1 Variabel Independent ... . 48

3.3.1.1 Pengendalian Internal Bidang Akuntansi…. 48 3.3.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan………….. 48

3.3.2 Variabel Dependent……….. 49

3.3.2.1 Pencegahan Kecurangan Akuntansi………. 49

3.3.3 Skala Pengukuran Variabel……….. 51

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 52

3.5 Jenis Data dan Sumber Data………... 53

3.6 Metode Pengumpulan Data………. 54

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data……….. 54

3.7.1 Statristik Deskriptif……….. 54

3.7.2 Uji Kualitas Data……….. 54

3.7.2.1 Uji Validitas………. 55

3.7.2.2 Uji Rehabilitas……….. 55

3.7.3 Uji Asumsi Klasik………. 56

3.7.3.1 Uji Normalitas……….. 56

3.7.3.2 Uji Multikolinearitas………. 56

3.7.3.3 Uji Heterokedisitas……`……… 57

3.7.4 Pengujian Hipotesis………... 57

3.7.4.1 Koefisien Determinasi………... 58

3.7.4.2 Uji Simultan (F-test)………. 59

3.7.4.3 Uji Parsial (T-test)………. 59

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Hasil Penelitian ... 61

4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 61

4.1.1.1 Karakteristik Responden ... 61

4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 63

4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 66

4.1.3.1 Uji Normlitas ... 66

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas... 68

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.1.4 Analisis Regresi ... 70

4.1.4.1 Persamaan Regresi ... 71

4.1.4.2 Analisis Koefisien Regresi ... 72

4.1.5 Uji Hipotesis ... 73

4.1.5.1 Uji t ... 73

4.1.5.2 Uji F ... 74

4.2 Pembahasan ... 75


(3)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(4)

9 DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 41

3.1 Jadwal Penelitian ... 47

3.2 Indikator Pengukuran Penelitian ... 50

3.3 Scoring Jawaban Kuisioner ... 52

4.1 Distribusi Responden berdasarkan usia... 61

4.2 Distribusi Responden berdasarkan kelamin………... 61

4.3 Distribusi Responden berdasarkan pendidikan……….. 62

4.4 Uji Validitas X1……….. 62

4.5 Uji Validitas X2……….. 63

4.6 Uji Validitas Y……… 64

4.7 Uji Reliabilitas……… 64

4.8 Uji Normalitas………. 66

4.9 Uji Multikoleniaritas……… 68

4.10 Regresi Berganda………... 70

4.11 Koefisien Determinasi……… 71

4.12 Uji t……….. 72

4.13 Uji F……….. 73


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.2 Fraud Triangle ... 19

2.3 Kerangka Konseptual ... 42

4.1 Histogram……… 66

4.2 P-plot………. 67


(6)

11 DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Kuisioner ... 80 2 Hasil Olah Data Spss ... 85


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan

8 90 120

Pengaruh Pengendalian Internal dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

1 13 101

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 11

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 2

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 6

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 44

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 4 2

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 1 5

Pengaruh Pengendalian Internal dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 11

Pengaruh Pengendalian Internal dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 2