Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM SI REGULER MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERN BIDANG AKUNTANSI DAN PENGEMBANGAN MUTU

KARYAWAN TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN AKUNTANSI

DI PERUSAHAAN

OLEH

NAMA : Nico Sahap Tua Simanjuntak

NIM : 090503259

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2013


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2013

Nico Sahap Simanjuntak


(3)

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap staff accounting di 24 perusahaan yang berada di Kotamadya Medan. Data diperoleh dengan memberikan pernyataan dalam bentuk kuesioner dan wawancara langsung pada responden untuk memperoleh data yang valid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Sedangkan untuk pengembangan mutu karyawan memberikan pengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dari penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 12,2 %, angka ini menunjukkan bahwa pencegahan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan sebesar 12,2 % dan sisanya 88,8 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar kedua variabel independent dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Pengendalian Intern Bidang Akuntansi, Pengembangan Mutu Karyawan dan Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan.


(4)

ABSTRACT

Formulation of the problem in this research is the extent to which the influence of the effectiveness of internal control and accounting employees on the prevention of the development of quality accounting fraud at the company. This study aimed to examine the effect of the effectiveness of internal controls in accounting and the development of quality employees on the prevention of accounting fraud at the company.

Primary data were collected using a survey of accounting staff in 24 companies located in Medan. Data obtained by giving a statement in the form of questionnaires and interviews in respondents to obtain valid data.

The results of this study show that the effectiveness of internal controls in accounting had no effect on the prevention of significant partial accounting fraud at the company. As for the development of the quality of the employees have a significant impact on the prevention of partial accounting fraud at the company. Values obtained from this study Adjusted R Square of 12.2%,this figure suggests that prevention is influenced by the effectiveness of accounting fraud and internal control quality development of employees by 12,2 % and the remaining 88,8 % is influenced by other factors outside of the second independent variables in this study.

Keywords: Internal Control Sector Accounting, Quality Employee Development and Prevention of Fraud Accounting in the company.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena anugerah-Nya yang teramat besar sehingga Penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan”.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M. selaku Pelaksana tugas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si. Ak. selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah sangat banyak membantu dan membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai, yang telah memberikan saran sehingga saya dapat lebih menyempurnakan skripsi ini.


(6)

6. Secara khusus untuk orangtua penulis ayahanda tersayang J.E Simanjuntak, S.E. (Alm) dan ibunda tercinta D.P.M Hutagaol yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, nasehat dan selalu mendoakan anak-anaknya agar dikuatkan untuk mencapai cita-cita, juga kepada abang Dody Simanjuntak, S.E. , kakak Mayanti Simanjuntak, Amd. dan Triana Simanjuntak, S.H. yang telah memberikan motivasi bagi saya dalam pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa juga rekan-rekan seperjuangan di Akuntansi stambuk 2009, FE USU dan GMKI Komisariat FE USU yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih buat segala yang telah dilalui bersama.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Januari 2013

Nico Sahap Simanjuntak NIM:090503259


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ...ii

KATA PENGANTAR ... ...iii

DAFTAR ISI ... ...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Audit ... 7

2.1.1.1 Pengertian Audit ... 7

2.1.1.2 Konsep – konsep dasar melaksanakan audit... ... 8

2.1.1.3 Fase Audit ... 9

2.1.1.4 Klasifikasi Audit ... 9

2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor ... 10

2.1.2 Kecurangan (Fraud) ... ...11

2.1.2.1 Pengertian Fraud ... 11

2.1.2.2 Fraud Tree (Pohon Kecurangan) ... 13

2.1.2.2.1 Korupsi ( Corruption ) ... 16

2.1.2.2.2 Penyimpangan atas Aset... 18

2.1.2.2.3 Pernyataan Palsu ... 19

2.1.2.3 Faktor terjadinya Fraud ... 20

2.1.2.4 Karakteristik Pemeriksa Fraud ... 22

2.1.2.5 Ruang Lingkup Audit Fraud ... 24

2.1.2.6 Keterbatasan Audit Laporan Keuangan ... 27

2.1.3 Pengendalian Intern ... 29

2.1.3.1 Definisi dan Tujuan Pengendalian Internal ... 29

2.1.3.2 Klasifikasi Pengendalian Intern ... 32

2.1.3.3 Unsur-unsur Pengendalian Intern ... 35

2.1.3.4 Sifat Sistem Pengendalian Intern ... 39

2.1.4 Pengembangan Mutu Karyawan ... 41

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 43

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 45


(8)

2.3.1 Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 51

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 52

3.3.1 Variabel Independent ... 52

3.3.1.1 Pengendalian Intern Bidang Akuntansi ... 52

3.3.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan ... 52

3.3.2 Variabel Dependent ... 53

3.3.2.1 Pencegahan Kecurangan Akuntansi ... 53

3.3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 54

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.5 Jenis Data dan Sumber Data ... 57

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 57

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ... 57

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 57

3.7.2 Uji Kualitas Data ... 58

3.7.2.1 Uji Validitas ... 58

3.7.2.2 Uji Reliabilitas ... 58

3.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 59

3.7.3.1 Uji Normalitas ... 59

3.7.3.2 Uji Multikolinearitas ... 59

3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 60

3.7.4 Pengujian Hipotesis ... 60

3.7.4.1 Koefisien Determinasi ... 61

3.7.4.2 Uji Simultan (F-test) ... 62

3.7.4.3 Uji Parsial (t-test) ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 64

4.2 AnalisisDeskripsi ... 65

4.2.1 Data Demografi Responden ... 65

4.2.2 Analisis Frekuensi ... 67

4.3 Uji Kualitas Data ... 69

4.3.1 Uji Validitas ... 69

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 71

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 73

4.4.1 Uji Normalitas ... 73

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 74

4.4.3 Uji Multikolinearitas... 76

4.5 Pengujian Hipotesis ... 76

4.5.1 Uji Determinan ... 76

4.5.2 Uji F ( Uji simultan) ... 77


(9)

4.6 Pembahasan ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 44

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 51

Tabel 3.2 Indikator Pengukuran Penelitian ... 53

Tabel 3.3 Scoring Jawaban Kuesioner ... 55

Tabel 4.1 Penyebaran Kuesioner ... 65

Tabel 4.2 Data Demografi Responden ... 66

Tabel 4.3 Frekuensi Jawaban Responden ... 67

Tabel 4.4 Uji Validitas ... 69

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas ... 76

Tabel 4.6 Uji Determinan ... 77

Tabel 4.7 Uji F (Uji secara simultan) ... 78


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Fraud Tree ... 15

Gambar 2.2 Fraud Triangle ... 21

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 45

Gambar 4.1 Histogram ... 73

Gambar 4.2 Grafik Linear Regression Plot ... 74


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 90

Lampiran 2 Nama Perusahaan untuk Sampel Penelitian ... 95

Lampiran 3 Data Mentah ... 97

Lampiran 4 Hasil Uji Reliability dan Uji Validitas ... 100

Lampiran 5 Hasil Uji Determinan ... 104

Hasil Uji F ... 104

Hasil Uji t ... 105

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 105

Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 106


(13)

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap staff accounting di 24 perusahaan yang berada di Kotamadya Medan. Data diperoleh dengan memberikan pernyataan dalam bentuk kuesioner dan wawancara langsung pada responden untuk memperoleh data yang valid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Sedangkan untuk pengembangan mutu karyawan memberikan pengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dari penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 12,2 %, angka ini menunjukkan bahwa pencegahan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan sebesar 12,2 % dan sisanya 88,8 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar kedua variabel independent dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Pengendalian Intern Bidang Akuntansi, Pengembangan Mutu Karyawan dan Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan.


(14)

ABSTRACT

Formulation of the problem in this research is the extent to which the influence of the effectiveness of internal control and accounting employees on the prevention of the development of quality accounting fraud at the company. This study aimed to examine the effect of the effectiveness of internal controls in accounting and the development of quality employees on the prevention of accounting fraud at the company.

Primary data were collected using a survey of accounting staff in 24 companies located in Medan. Data obtained by giving a statement in the form of questionnaires and interviews in respondents to obtain valid data.

The results of this study show that the effectiveness of internal controls in accounting had no effect on the prevention of significant partial accounting fraud at the company. As for the development of the quality of the employees have a significant impact on the prevention of partial accounting fraud at the company. Values obtained from this study Adjusted R Square of 12.2%,this figure suggests that prevention is influenced by the effectiveness of accounting fraud and internal control quality development of employees by 12,2 % and the remaining 88,8 % is influenced by other factors outside of the second independent variables in this study.

Keywords: Internal Control Sector Accounting, Quality Employee Development and Prevention of Fraud Accounting in the company.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini, dalam kehidupan kita sehari – hari tindak kejahatan dan pelanggaran menjadi sesuatu hal yang sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh masyarakat. Terkhusus di Indonesia kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) semakin berkembang, oleh sebab itu maka dasar hukum perundang – undangan yang mengaturnya harus mengalami penyesuaian dengan perkembangannya. Namun, walaupun telah ada suatu aturan ataupun hukum yang mengatur kehidupan kita, tetap saja aturan itu dilanggar oleh masyarakat. Aturan dianggap menjadi sesuatu yang harus dilanggar oleh masyarakat, bukan untuk ditaati ataupun dijalankan.

Jenis tindak pidana kejahatan di Indonesia yang sering terjadi di kehidupan kita sehari – hari misalnya dalam hal politik, terhadap kepala negara, terhadap ketertiban umum, terhadap kekuasaan umum termasuk memberi suap, penggelapan dan penipuan. Tindak kejahatan dan pelanggaran pasti menyebabkan suatu kerugian yang bersifat material atau signifikan dalam kehidupan kita. Tidak terkecuali dalam bidang akuntansi pun terjadi kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) yang oleh para akuntan dikenal sebagai kecurangan (fraud). Beberapa tindak pidana yang berhubungan dengan bidang akuntansi, antara lain :


(16)

• Pencurian

• Pemerasan dan pengancaman

• Penggelapan

• Menghancurkan atau merusakkan benda

Terkhusus untuk di Indonesia, kecurangan dalam bidang akuntansi yang paling sering terjadi ialah kejahatan kerah putih (white-collar crime) atau yang lebih dikenal dengan sebutan korupsi. Kejahatan ini dilakukan oleh seseorang yang memiliki kedudukan dan jabatan penting di lingkungan organisasinya. Dimana, dengan memanfaatkan semua yang ia punya, maka akan memberikannya kemudahan untuk melakukan kecurangan tersebut tanpa dicurigai oleh siapa pun. Di Indonesia, seluruh kalangan masyarakat telah menilai korupsi sudah menjadi sebagai suatu budaya dalam kehidupan sehari – hari yang disebabkan oleh mulai banyaknya kasus – kasus korupsi yang mulai diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan banyak pihak dari semua kalangan, baik dari tingkatan desa hingga pemerintah pusat.

Namun kecurangan (fraud) bidang akuntansi bukan hanya soal korupsi saja, namun lebih luas lagi seperti pengambilan aset secara ilegal dan bahkan dalam penyusunan laporan keuangan sekalipun dapat ditemui kecurangan (fraud) yang biasa disebut salah saji yang akan menyesatkan secara material atau signifikan. Dalam hal ini, laporan keuangan menyajikan aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (asset/revenue overstatements) dan menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements).


(17)

Kecurangan (fraud) terjadi baik pada sektor pemerintahan maupun pada sektor swasta tanpa terkecuali. Di sektor pemerintah misalnya adanya praktik mark up dalam proyek – proyek yang dikerjakan oleh pemerintah yang dilakukan oleh para pejabat dan yang paling sering ialah bisnis plat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga – lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun. Pada sektor swasta kecurangan (fraud) yang sering terjadi, antara lain melalui pembayaran gaji karyawan yang dilakukan pemalsuan jumlah gaji sampai membuat adanya karyawan fiktif, pembayaran kembali biaya – biaya yang sudah dibayar dan penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kenyataannya, sehingga menyesatkan bagi pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

Penyebab atau akar permasalahan dari kecurangan (fraud) dijelaskan secara ringkas melalui ungkapan fraud by need, by greed, and by opportunity (kecurangan terjadi karena kebutuhan, karena serakah dan karena ada peluang). Sedangkan menurut Cressey, kecurangan (fraud) disebabkan oleh tekanan (pressure), persepsi akan adanya peluang (perceived opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).

Untuk membantu menyelesaikan masalah kecurangan dalam akuntansi, berkembanglah suatu sub ilmu akuntansi dalam auditing yaitu bidang audit kecurangan (fraud audit). Audit kecurangan terdiri atas dua komponen utama yaitu audit kecurangan yang proaktif (proactive fraud audit) dan audit investigatif (investigative audit). Untuk proactive fraud audit dilakukan kajian


(18)

sistem yang bertujuan mengidentifikasikan potensi – potensi atau resiko terjadinya fraud. Sedangkan investigative audit, bertujuan untuk membuktikan terjadinya kecurangan (fraud).

Fraud adalah kejahatan yang dapat ditangani dengan dua cara, yaitu dengan mencegah dan mendeteksi fraud. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya ialah dengan melakukan pencegahan pada kecurangan (fraud). Karena seperti penyakit pada tubuh manusia, maka kecurangan (fraud) lebih baik untuk dicegah daripada diobati. Pencegahan terhadap kecurangan (fraud) dimulai dengan pengendalian intern, di samping itu dilakukan pencegahan dengan dua konsep penting lainnya untuk mencegah kecurangan (fraud) yakni menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment).

Melalui pengendalian intern, fraud awareness, dan fraud risk assessment setiap perusahaan yang menjalankan atau menerapkannya berharap untuk dapat mencegah, menghilangkan bahkan menekan sedapat mungkin need dan greed yang mengawali terjadinya kecurangan (fraud) yang dilakukan sejak menerima seseorang sebagai karyawan dan membantu untuk mengurangi unsur karena ada peluang, yang dapat timbul di perusahaan dan membuat peluang bagi karyawan untuk melakukan kecurangan (fraud).


(19)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut yaitu: Apakah pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

1.3.3 Manfaat penelitian

Peneliti berharap penellitian ini dapat berguna tidak hanya bagi peneliti saja, tetapi juga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti:

1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan peneliti di bidang akuntansi terutama mengenai audit kecurangan (fraud) dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia untuk mengatur tentang masalah dalam bidang audit kecurangan (fraud),


(20)

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian - penelitian yang terkait audit kecurangan (fraud),


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Audit

2.1.1.1 Pengertian Audit

Audit berasal dari bahasa Latin “Audire” yang berarti mendengarkan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu laporan pertanggungjawaban keuangan dibacakan oleh penanggungjawab, dimana petugas controller ikut duduk sebagai seorang pendengar yang kritis. Kata audit yang sering kita jumpai saat ini, berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang artinya ialah pemeriksaan, sehingga secara substantif dua istilah tersebut sebenarnya, mempunyai makna yang sama.

Menurut Arens dan Leobbecke (1998), Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994, audit adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematis terdokumentasi, periodik dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi yang baik.


(22)

Sedangkan Komite Konsep Audit Dasar (Committee on Basic Auditing Concepts) merumuskan defenisi umum dari audit yaitu suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

2.1.1.2 Konsep – Konsep Dasar Melaksanakan Audit

Konsep penting yang terlibat dalam melaksanakan audit ialah :

• Risiko Audit (Audit Risk) ialah risiko yang terjadi karena tanpa sepengetahuannya auditor gagal untuk memodifikasi secara benar pendapatnya, atas laporan keuangan yang salah saji material.

• Materialitas (materiality) adalah salah saji informasi akuntansi, yang dalam hubungannya dengan kondisi sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang mengandalkan informasi tersebut akan terpengaruh dengan salah saji tersebut.

• Bukti mengenai asersi manajemen, bahwa auditor harus memperoleh relevansi dan keandalan dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh pihak manajemen, sehingga auditor dapat memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.


(23)

2.1.1.3 Fase Audit

Fase – fase besar dalam audit ialah

a) Menerima/ melanjutkan klien dan menetapkan syarat – syarat perikatan

b) Praperencanaan

c) Menetapkan materialitas dan menentukan risiko d) Merencanakan audit

e) Mempertimbangkan dan mengaudit pengendalian internal

f) Audit proses bisnis dan akun terkait misalnya menghasilkan pendapatan

g) Menyelesaikan audit

h) Mengevaluasi hasil dan menerbitkan laporan audit 2.1.1.4 Klasifikasi Audit

Menurut Kell dan Boyton berdasarkan tujuan dilaksanakannya, audit diklasifikasikan atas :

a) Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan, telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi yang Bersifat Umum (PABU).


(24)

b) Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan tersebut berasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah.

c) Audit operasional (operational audit)

Audit operasional meliputi penghimpunan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektifitas, maupun kehematan operasional.

Berdasarkan tujuan dilaksanakannya, Audit Fraud termasuk dalam kelompok Compliance Audit, yaitu untuk mempertimbangkan apakah klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah di tetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.

2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor

Tiga sikap dan tindak pikir yang selalu harus melekat pada diri seorang auditor, yakni :


(25)

• Independen.

• Objektif.

• Skeptis. 2.1.2 Kecurangan (Fraud)

2.1.2.1 Pengertian Fraud

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) fraud adalah:

Perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah :

a. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan;

b. Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat;

c. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta


(26)

material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.

Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraud ialah

setiap tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada aplikasi kekerasan atau ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh partai dan organisasi untuk memperoleh kekayaan uang, atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau hilangnya layanan, atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis

Bologna dan Lindquist (1987) mendefinisikan fraud adalah “istilah generik, dan mencakup semua sarana yang beraneka kecerdikan manusia bisa merancang, yang terpaksa oleh satu individu, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dengan keterangan palsu.” Silverstone dan Sheetz (2004) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai “sebuah aktivitas yang mengambil lokasi di bidang sosial dan memiliki konsekuensi yang besar untuk perekonomian, perusahaan, dan individu-individu.”

Menurut AICPA US Auditing Standards (AU 312) dalam Rustiana (2008) error meliputi:

1. Kesalahan dalam proses menyusun laporan keuangan secara tidak disengaja.

2. Kesalahan penerapan prinsip akuntansi (jumlah, klasifikasi, penyajian, dan pengungkapan) secara tidak disengaja.


(27)

Dari beberapa pengertian di atas, secara garis besar para ahli memiliki makna dan tujuan yang sama dalam menjelaskan arti dari fraud. Kecurangan (fraud) memiliki beberapa unsur yang menandakan bahwa hal tersebut merupakan fraud, bila tidak terdapat unsur fraud maka hal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai fraud. Berikut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam fraud, yaitu :

a. Harus terdapat kesalahan penyajian (misrepresentation) b. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present) c. Faktanya bersifat material (material fact)

d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (recklessly) e. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan pihak lain bereaksi; f. Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap kesalahan

penyajian tersebut (misrepresentation)

g. Mengakibatkan kerugian (detriment). Fraud disini tidak terbatas pada manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.

2.1.2.2 Fraud Tree (Pohon Kecurangan)

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), merupakan organisasi professional bergerak di bidang pemeriksaan atas fraud yang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas fraud, menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree.


(28)

Corruption Asset Misappropriation Fraudulent Statements Conflicts of interest Economic Extortion Bribery Illegal

Gratuities Purchases Schemes Other Sales Schemes Invoice Kickbacks Bid Rigging Other Asset Overstatement Non Financial Internal Documents Employment Credentials Asset Understateme nts Cocealed Liabilities External Documents Financial Improper Disclosures Ficticious Revenues Timing Differences Improper Asset Cash on Hand From the Deposit Larceny Cash Other Writeoff Schemes Receivables Skimming Lapping Schemes Understated Unrecorded

Sales Refunds

and other Misuse Non Cash False sales Shipping Asset and Transfer Larceny Unconcealed Larceny


(29)

Gambar 2.1 Fraud Tree

Sumber: Association of Certified Fraud Examiners, 2008 Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse.

Fraudulent Disbursements Billing Schemes Personal Purchases Payroll Schemes Shell Company Workers Compensation Ghost Employees Commission Schemes Falsified Wages NonAccomplice Vendor Expense Schemes Mischaracterized Expenses Overstated Expenses Check Tampering Forged Maker Ficticious Expenses Forged Endorsement Altered Payee Multiple

Reimbursements Concealed Checks Authorized Maker False Voids Register Disbursements False Refunds


(30)

2.1.2.2.1 Korupsi (Corruption)

Menurut Associatian of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan corruption sebagai berikut :

a. Conflicts of interest ialah suatu keadaan dimana para pejabat memanfaatkan kuasanya untuk menggunakan keluarga ataupun kroninya menjadi pemasok atau rekanan di lembaga – lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun.

b. Bribery ialah pemberian hadiah kepada seseorang dengan maksud untuk mencapai sutu tujuan (penyuapan).

c. Illegal gratuities ialah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Contoh hadiah ulang tahun, parsel dll.

d. Economic extortion ialah suatu bentuk meminta dengan mengancam (pemerasan) kepada orang lain.

Menurut Adji (1996) berdasarkan pemahaman dan dimensi baru mengenai kejahatan yang memiliki konteks pembangunan pengertian korupsi tidak lagi hanya diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja.

Tindakan bribery (penyuapan) dan kickbacks juga dinilai sebagai sebuah kejahatan. Penilaian yang sama juga diberikan pada tindakan tercela dari oknum pemerintah seperti bureaucratic corruption atau tindak pidana korupsi, yang dikategorikan sebagai bentuk dari offences beyond the reach of the law (kejahatan-kejahatan yang tidak terjangkau oleh hukum). Banyak contoh diberikan untuk kejahatan-kejahatan semacam itu, misalnya tax evasion (pelanggaran pajak), credit fraud (penipuan di bidang kredit), embezzlement and misapropriation of public funds (penggelapan dan penyalahgunaan dana masyarakat), dan berbagai tipologi kejahatan lainnya yang


(31)

disebut sebagai invisible crime (kejahatan yang tak terlihat). Istilah invisble crime banyak ditujukan untuk menunjuk pada kejahatan yang sulit dibuktikan maupun tingkat profesionalitas yang tinggi dari pelakunya.

Untuk kepentingan perumusan strategi pemberantasan korupsi dipandang perlu untuk terlebih dahulu mengenali karakteristik dan jenis korupsi. Syed Hussain Alatas (1987), seorang ahli sosiologi korupsi, membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya sebagai berikut :

(1) Transactive corruption

Adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya. Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah atau masyarakat dan pemerintah.

(2) Exortive corruption

Jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya, atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya. (3) Investive corruption

Pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.

(4) Nepotistic corruption

Penunjukkan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang


(32)

memberikan perlakuan yang mengutamakan, dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.

(5) Defensive corruption

Perilaku korban korupsi ini adalah dengan pemerasan. Alasan melakukan korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri si pelaku sendiri.

(6) Autogenic corruption

Korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya seorang diri. Misalnya pembuatan laporan keuangan yang tidak benar.

(7) Supportive corruption

Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah ada. Misalnya menyewa preman untuk berbuat jahat, menghambat pejabat yang jujur dan cakap agar tidak menduduki jabatan tertentu.

2.1.2.2.2 Penyimpangan Atas Aset (Asset Misappropriation)

Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan cash dilakukan dalam tiga bentuk yaitu : skimming, larceny, dan fraudulent disbursements. Dalam skimming, uang dijarah sebelum uang tersebut


(33)

secara fisik masuk ke perusahaan. Sedangkan kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian baru dijarah, maka fraud ini disebut larceny.

Fraudulent disbursements ialah pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah. Modus operandi dalam penjarahan aset yang bukan uang tunai atau uang di bank adalah misuse dan larceny. Misuse adalah penyalahgunaan, misalnya penggunaan kendaraan bermotor perusahaan atau aset tetap lainnya untuk kepentingan pribadi. Kalau hanya dipakai selama menjabat disebut misuse, namun kalau tidak dikembalikan sesudah tidak lagi menjabat disebut larceny.

2.1.2.2.3 Pernyataan Palsu (FraudulentStatement)

Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit (opinion audit). Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. Fraud ini berupa salah saji aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari sebenarnya (asset/revenue overstatements) dan menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements).


(34)

2.1.2.3 Faktor Terjadinya Fraud

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:

1. Greed (keserakahan) 2. Opportunity (kesempatan) 3. Need (kebutuhan)

4. Exposure (pengungkapan)

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku fraud (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud (disebut juga faktor generik/umum).

Kecurangan atau penipuan yang disengaja (intentional deception) adalah suatu strategi untuk mencapai sasaran strategi untuk mencapai sasaran individu atau organisasi atau untuk memuaskan kebutuhan manusiawi. Secara umum, daya saing yang kompetitif dapat menjadi motivasi untuk melakukan tindakan yang benar maupun yang tidak benar. Bila persaingan berlangsung secara ketat dan sangat kompetitif, melakukan hal yang tidak benar sering dianggap rasional (hal yang salah namun dianggap benar).

Donald Cressey’s (1950) mengemukakan fraud triangle sebagai faktor – faktor terjadinya fraud :


(35)

Pressure

Opportunity Rationalization Sumber : Tuanakotta (2011)

Gambar 2.2 Fraud Triangle

1. Insentif/ Tekanan (Insentives/Pressures) : Manajemen atau pegawai merasakan suatu tekanan yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk melakukan fraud. Melalui penelitiannya, Cressey menyimpulkan bahwa status sosial pun dapat menjadi suatu tekanan bagi seseorang untuk melakukan fraud. Cressey mengelompokkannya atas :

Violation of ascribed obligation, yaitu suatu keadaan melakukan fraud akibat seseorang harus menjaga martabatnya saat memiliki kedudukan atau jabatan

Problems resulting from personal failure, yaitu suatu keadaan melakukan fraud karena kegagalan yang terjadi pada diri sendiri akibat perbuatan sendiri.

Business reversals, yaitu suatu keadaan melakukan fraud yang di akibatkan oleh faktor eksternal. Contohnya tingkat bunga yang tinggi.

Physical isolation, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di akibatkan oleh keterpurukan dalam kesendirian.


(36)

Status gaining, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di akibatkan oleh tidak mau kalah dengan orang lain.

Employer-employee relations, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di akibatkan oleh kekesalan atau kebencian kepada perusahaannya.

2. Kesempatan (opportunity) : Adanya persepsi bahwa ada peluang atau kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan fraud. Ada dua persepsi, yaitu :

General information, yaitu pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi.

Technical skill, yaitu keahlian yang dimiliki seseorang dan yang menyebabkan seseorang tersebut mendapat kedudukan.

3. Sikap/Rasionalisasi (attitudes/rationalization) : Sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak benar, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak benar.

2.1.2.4 Karakteristik Pemeriksa Fraud

Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik. Di samping keahlian teknis, seorang pemeriksa fraud yang sukses mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara adil (fair), tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan), akurat serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan


(37)

lengkap. Kemampuan untuk memastikan kebenaran dari fakta yang dikumpulkan dan kemudian melaporkannya dengan akurat dan lengkap adalah sama pentingnya. Pemeriksa fraud adalah gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan detektif (investigator).

Art Buckwalter mengatakan, “The secret is for each private investigator to be the kind of person others will want to deal with.” (“Rahasia seorang private investigator adalah menjadi sosok yang disukai orang lain.”). Pemeriksa yang menyesatkan orang lain, sering kali tersesat sendiri. Pemeriksa memang berurusan dengan orang yang bersalah, tetapi ia juga kan bertemu dengan para saksi yang tidak bersalah. Para saksi ini dan kesaksian mereka merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam metodologi pemeriksaan fraud. Oleh karena pemeriksa berurusan dengan segala macam jenis manusia dari berbagai latar belakang, kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri orang lain itu, sangat menentukan.

Oleh karena setiap orang itu unik (tidak ada duanya), maka pemeriksa fraud harus mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka. Seorang sarjana tidak dapat ditanya dengan bahasa yang sama seperti seorang yang tidak menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Seseorang dengan latar belakang perbendaharaan kata teknis (seperti akuntansi, hukum, dan lain-lain) tidak akan memberikan tanggapan yang sama dengan orang berlatar belakang seni. Oleh karena setiap kasus berbeda, pemeriksa juga akan berbeda dalam pendekatannya.


(38)

Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Ciri yang unik dari kasus-kasus fraud, yakni berbeda dengan kejahatan tradisional atas harta benda, adalah identitas pelakunya biasanya diketahui. Dalam perampokan bank misalnya, issue-nya bukanlah kejahatan terjadi, melainkan siapa pelakuissue-nya? Dalam kasus-kasus fraud, issue-nya bukanlah penentuan identitas pelakunya, namun apakah perbuatannya dapat dianggap meruapakan fraud.

Sangat penting bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsep-konsep keuangan sehingga para saksi dapat memahami apa yang dimaksudkannya. Dalam kenyataannya kebanyakan kasus fraud sangat sederhana, namun metode-metode penyembunyiannya atau penyamarannya yang membuatnya terlihat rumit.

2.1.2.5 Ruang Lingkup Audit Fraud Ruang lingkup audit fraud mencakup :

1. Pencegahan (preventive), yaitu upaya untuk mencegah terjadinya fraud dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor – faktor penyebab terjadinya fraud. Pencegahan dilakukan dengan Anti Fraud Control, yang isinya antara lain :

• Audit dengan kunjungan mendadak

• Alih tugas/ wajib ambil cuti

• Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan


(39)

• Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif

• Audit internal

2. Pendeteksian (detective), yaitu proses mengarahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan terjadinya fraud dengan cepat, tepat, dan dengan biaya yang rasional. Teknik- teknik untuk mendeteksi fraud ialah :

• Penggunaan teknik – teknik audit yang dilakukan oleh internal maupun eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan, namun secara lebih mendalam dan luas.

• Pemanfaatan teknik audit investigatif

• Penelusuran jejak – jejak arus uang

• Penerapan teknik analisi dalam bidang hukum

• Penggunaan computer forensics

• Penggunaan teknik interogasi

• Pemanfaatan whistleblower

3. Penginvestigatian (investigative), yaitu upaya untuk menangani dan memproses tindakan fraud sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. K. H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar-standar tersebut adalah:


(40)

a. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui (accepted bes practies).

b. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.

c. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, diindeks dan jejak audit tersedia.

d. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya.

e. Beban pembuktian ada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana.

f. Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.

g. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, melibatkan dan/atau melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.


(41)

2.1.2.6 Keterbatasan Audit Laporan Keuangan dalam Pendeteksian Kecurangan

Menurut Rustiana (2008), fraudulent dalam suatu organisasi merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, akuntan publik harus dapat mencegah dan mendeteksi secara dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud sering kali ditunjukkan adanya gejala awal (symptoms) berupa red flag (fraud indicator) misalnya perilaku tidak etis manajemen. Red flag ini biasanya muncul dalam setiap kasus kecurangan (fraud) yang terjadi. Effendi (2008) mengutip penelitian Wilopo (2006) yang membuktikan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Selain itu, riset Wilopo (2006) menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak parsial. Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Mengefektifkan pengendalian internal.

2. Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian. 3. Pelaksanaan good corporate governance.


(42)

4. Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara, dan masyarakat.

Konsep keyakinan yang diberikan kepada auditor selama melaksanakan tanggung jawab perlu diketahui sepenuhnya oleh pihak auditor sendiri dan pihak manajemen. Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan menjadi bagian dalam tanggung jawab umum auditor. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan - kesalahan yang disengaja diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.

Menurut Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316.1 mengenai pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan menyatakan bahwa: “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”.

Auditor dalam menerima tugas audit memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendeteksi dan mengungkapkan kecurangan. Keterbatasan itu dapat dilihat dari segi ekonomisnya yaitu dari segi biaya dan waktu. Namun bukan berarti dalam hal ini auditor laporan keuangan kemudian tidak melakukan pendeteksian kecurangan. Seorang auditor laporan keuangan harus dapat mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material


(43)

untuk membuat suatu pertimbangan audit. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor, khususnya di Indonesia, dalam pendeteksian kecurangan yaitu:

1. Auditor kesulitan untuk mendeteksi berbagai karakteristik kecurangan karena keterbatasan pengalaman dan keahlian dalam menghadapi kecurangan tersebut.

2. Kurang memadainya standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan di Indonesia.

3. Tekanan kompetensi dan fee audit. 4. Tekanan waktu.

5. Hubungan auditor dan auditee yang terbentur dengan independensi dan obyektivitas auditor.

6. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian kecurangan.

2.1.3 Pengendalian Intern

2.1.3.1 Definisi, Tujuan dan Sasaran Pengendalian Internal

Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Tindakan/aktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam (BPK, 2009) :


(44)

a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.

b. Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.

c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Menurut Midjan dan Susanto (2001:58) pengendalian internal meliputi :

Struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001:163), pengendalian intern meliputi “struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.

Definisi Pengendalian Internal menurut The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission’s (COSO) adalah “suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang


(45)

untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut :

• Efektivitas dan efisiensi operasi • Keandalan laporan keuangan

• Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

American Institute of Certified Public Accountants mendefinisikan pengendalian internal ialah struktur organisasi, semua metode dan ketentuan – ketentuan yang terkordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

Tujuan pengendalian internal menurut Midjan dan Susanto (2001:58) adalah :

• Mengamankan harta perusahaan.

• Menguji ketelitian dan keandalan data akuntansi.

• Meningkatkan efisiensi perusahaan.

• Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan pimpinan perusahaan.

Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.


(46)

Sasaran Pengendalian Intern adalah :

1. Mendukung operasi perusahaan yang efektif dan efisien. 2. Laporan Keuangan yang handal/akuntabel

3. Perlindungan aset

4. Mengecek keakuratan dan kehandalan data akuntansi

5. Kesesuaian dengan hukum dan peraturan–peraturan yang berlaku 6. Membantu menentukan kebijakan manajerial

2.1.3.2 Klasifikasi Pengendalian Intern

Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi (preventive controls) dan pengendalian intern administratif (feedback controls).

a. Pengendalian intern akuntansi (aktif)

Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi, pemberian otorisasi atau persetujuan, pelaksanaan dan pencatatan transaksi serta pertanggungjawabannya.

Ada empat konsep dasar yang secara implisit ada dalam pengendalian akuntansi, yaitu :

1. Tanggung jawab manajemen

Dalam pelaksanaan sistem, manajemen harus memberi buku pegangan prosedur yang meliputi rincian metode – metode yang


(47)

harus diikuti. Demi keefektifan sistem pengendalian intern maka harus ada pengawasan secara terus menerus dari manajemen. 2. Jaminan yang beralasan

Maksudnya ialah tujuan yang diharapkan seperti pengamanan harta atau aktiva dan dipercayainya data akuntansi akan tercapai. 3. Pembatasan – pembatasan

Semua sistem pengendalian akuntansi dipengaruhi atau dibatasi oleh batasan - batasan yang melekat. Satu batasannya adalah faktor manusia yang berada pada sebagian prosedur. Oleh karena itu, faktor manusia memiliki peran yang sangat penting dalam pengendalian.

4. Metode pengolahan data

Sistem pengolahan data dapat seluruhnya dikerjakan secara manual atau dapat dikombinasi dengan mekanis dan elektronis. Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap sistem pengendalian akuntansi.

Kelemahan pengendalian intern aktif ialah :

• Musuh utamanya ialah sumber daya manusia.

• Sangat rawan untuk ditembus oleh para pelaku kecurangan.

• Biayanya mahal.

• Banyak unsur dari pengendalian akuntansi (aktif) yang menghambat pelayanan. Contohnya mengecek tanda tangan, mencocokkan dokumen, dsb.


(48)

b. Pengendalian intern administratif (pasif)

Pengendalian administrasi meliputi rencana organisasi serta prosedur – prosedur dan catatan – catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang mengarah kepada tindakan manajemen untuk menyetujui atau memberi wewenang. Tujuan pengendalian administrasi diutamakan pada pencapaian tujuan operasional, seperti efisiensi dan efektivitas operasi serta mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi). Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.

Dalam sistem pengendalian administrasi ada dua unsur yang mempengaruhi, yaitu :

1. Sistem rencana organisasi yang merupakan tulang punggung (sarana). Dalam penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat Sistem Pengendalian Intern perlu diadakan pemisahan tugas antara berbagai fungsi operasi.

2. Sistem – sistem yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan mencapai tujuan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan yang tidak langsung berhubungan dengan catatan keuangan. Semua kelemahan dari pengendalian intern aktif dihilangkan oleh pengendalian intern pasif, dimana kedua pegendalian ini saling melengkapi satu sama lain. Kelebihan pengendalian administratif (pasif) ialah :


(49)

• Tidak mahal

• Tidak bergantung kepada manusia

• Tidak mempengaruhi produktivitas

• Tidak rawan untuk ditembus oleh pelaku kecurangan

2.1.3.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Pengendalian intern mempunyai berbagai unsur, dimana setiap unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengawasan perusahaan demikian juga dengan langkah-langkah yang ditempuh perusahaan dalam memenuhinya. Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang memadai maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Unsur pokok pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:164) adalah :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

Struktur organisasi merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Struktur organisasi yang baik belum tentu sama bagi setiap perusahaan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis usaha, banyaknya cabang perusahaan dan sebagainya.


(50)

Struktur organisasi yang baik harus memperlihatkan secara jelas pemisahan fungsi antara fungsi operasi, pencatatan, dan pemeriksaan intern selain itu tanggung jawab setiap bagian harus ditetapkan secara jelas, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Suatu sistem dan prosedur pencatatan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat mewujudkan pengendalian akuntansi yang memadai terhadap kegiatan-kegiatan usaha dan transaksi yang terjadi serta memudahkan klasifikasi data keuangan, untuk itu diperlukan formulir-formulir dan suatu pedoman akuntansi.

3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Praktek yang sehat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap organisasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas pengendalian intern. Prosedur-prosedur yang menyangkut pemberian otorisasi, pencatatan, transaksi, dan penyelenggaraan penyimpanan harta perusahaan harus didukung oleh praktek yang sehat sehingga


(51)

dapat memberikan jaminan yang memadai bagi manajemen tentang kebenaran transaksi yang diikuti dan mempertinggi kemungkinan ditemukannya kesalahan-kesalahan dan kecurangan lebih dini.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktek yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam melaksanakan pengendalian internal.

Pengendalian internal sebagaimana didefinisikan oleh COSO, terdiri atas lima komponen yang saling terkait (Mustafa, 2004), yaitu: a. Lingkungan pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen pengendalian internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur serta mencakup :

• Integritas dan nilai etika

• Komitmen terhadap kompetensi

• Partisipasi dewan komisaris atau komite audit • Filosofi dan gaya operasi manajemen


(52)

• Pemberian otoritas dan tanggung jawab • Kebijakan dan praktik sumber daya manusia b. Penaksiran risiko (risk assessment)

Proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.

c. Aktivitas pengendalian (control activities)

Kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh manajemen untuk mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif. Aktivitas pengendalian dapat digolongkan dalam pemisahan tugas yang memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas, pendokumentasian dan pencatatan yang cukup, pengawasan aset antara catatan dan fisik, serta pemeriksaan independen atas kinerja. d. Informasi dan komunikasi (information and communication)

Metode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan semua transaksi entitas, serta untuk memelihara akuntabilitas yang berhubungan dengan aset. Transaksi-transaksi harus memuaskan dalam hal eksistensi, kelengkapan, ketepatan, klasifikasi, tepat waktu, serta dalam posting dan mengikhtisarkan.


(53)

e. Pemantauan (monitoring)

Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.

2.1.3.4 Sifat (Characteristics) Sistem Pengendalian Intern

Ada lima sifat sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya (Hartadi, 1999) :

• Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.

Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam pengendalian adalah orang-orang yang dapat menunjang suatu sistem dapat berjalan baik. Masalah karyawan kadang-kadang menimbulkan permasalahan dalam pengendalian intern. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan kualitas karyawan, yaitu :

a. Menarik tenaga kerja, manajemen harus mengusahakan seluas mungkin sumber tenaga kerja. Luasnya sumber tenaga kerja akan lebih besar kemungkinan mendapat calon tenaga kerja yang dikehendaki.

b. Pengembangan mutu karyawan, menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.


(54)

c. Pengukuran prestasi, menilai pelaksanaaan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing karyawan. • Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi

secara layak

Tujuan dari pemisahan adalah agar tidak ada seorang pun yang harus mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu karyawan akan sulit berbuat kecurangan dan adanya saling cek (cross-check) suatu transaksi karena adanya koordinasi.

• Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya.

Setiap manajemen bertanggung jawab untuk menentukan, melaksanakan dan memelihara serta meningkatkan sistem pengendaliannya. Manajemen harus menentukan ukuran untuk mengakui transaksi dalam sistem akuntansinya dan untuk pengawasan persetujuan transaksi. Perusahaan juga harus memiliki bagan rekening (chart of accounts) dan dengan penjelasan dan instruksi tertulis tentang klasifikasi transaksi. Pengawasan adalah suatu alat untuk memonitor dan menjaga sistem pengendalian agar dapat berjalan dengan baik.


(55)

• Pengendalian aktiva, dokumen dan formulir yang penting

Pengendalian fisik atas aktiva, catatan dan dokumen lainnya harus dibatasi kepada orang-orang tertentu saja. Pengendalian ini bertujuan untuk menghindari dari kesalahan dan ketidakberesan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

• Perbandingan secara periodik

Perbandingan secara periodik dapat meliputi perhitungan fisik saldo kas, rekonsiliasi bank, dan teknik-teknik lainnya yang dilakukan untuk menentukan apakah catatan akuntansi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Manajemen yang melakukan perbandingan secara periodik akan mempunyai kesempatan lebih banyak dalam menemukan kesalahan dalam catatan-catatan daripada tidak melakukannya.

2.1.4 Pengembangan Mutu Karyawan

Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya. Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien.


(56)

Perusahan bertujuan untuk mengembangkan mutu karyawan agar tercapainya engaged performance. Engaged Performance merupakan hasil yang dicapai oleh suat antusiasme karyawan terhadap pekrjaannya dan mengarahkannya pada kesuksesan organisasi tersebut.

Dengan kata lain, karyawan yang terlbat sepenuhnya dengan apa yg mereka lakukan, dan terhadap organisasi tempatnya bekerja, akan mengerahkan upaya ekstra untuk mencapai strategi dan tujuan organisasi. Keuntungan lain dengan memiliki karyawan yg engaged adalah bahwa mereka akan tetap tinggal di organisasi dalam jangka waktu yg lama, sehingga organisasi dapat menghemat biaya terkait dengan turn over karyawan.

Beberapa Hal yang mendukung terciptanya EP (engaged performance) ialah :

1. Efektifitas organisasi dan kepemimpinan yang dipersepsikan.

2. Support dari organisasi kepada karyawan untuk memampukan mereka dalam menjalankan peran di pekerjaannya.

3. Kewajaran dan keadilan organisasi dalam pengembangan dan penghargaan karyawan.

Jadi, pada akhirnya, suatu organisasi bisnis yang ingin maju secara berkesinambungan, apapun bentuk dan skala usahaya, harus mampu menciptakan karyawan yang "engaged".


(57)

Sifat pengembangan mutu karyawan, yaitu: • Pengembangan pengetahuan

Proses pengembangan dilakukan dengan pengembangan intelektualitas dari karyawan, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti memberikan sekolah ataupun kuliah bagi karyawan dan mengadakan Programmed Instruction bagi karyawan terhadap hal-hal baru yang berkembang mengenai perusahaan.

• Pengembangan keterampilan

Proses pengembangannya dilakukan dengan pemberian latihan/praktik langsung kepada karyawan, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti diskusi kasus, permainan bisnis, studi proyek.

• Pengembangan sikap

Proses pengembangan dilakukan dengan pengembangan sifat emosional, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti melakukan permainan, uji sensitivitas dan latihan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berpedoman dari tinjauan-tinjauan teori, jurnal-jurnal nasional dan internasional serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh pengendalian intern terhadap kecurangan akuntansi di perusahaan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(58)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti

(tahun)

Judul Penelitian Variabel Kesimpulan Kirsty, Rae

dan Nava Subramaniam (2008)

Kualitas prosedur pengendalian internal Anteseden dan efek moderating pada keadilan organisasi terhadap penipuan karyawan Independent = Pengendalian internal Keadilan organisasi Dependent = Penipuan karyawan Kejadian penipuan lebih tinggi terjadi di suatu perusahaan

ketika kualitas pengendalian internal

dan persepsi karyawan terhadap keadilan organisasi dalam keadaan yang tidak diperhatikan, maka kualitas pengendalian internal dan keadilan organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah kecurangan

A. (2009)

Bagaimana audit internal dapat efektif dalam pencegahan terhadap penipuan kerja Independent = Audit internal Dependent = Pencegahan penipuan kerja Bahwa pengendalian internal dan audit yang kuat dan paham dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan penipuan Barra,

Roberta Ann (2010)

Dampak pengendalian internal dan denda pada penipuan Independent = Pengendalian internal Denda Dependent = Pencegahan penipuan karyawan Bahwa pengendalian internal yang baik dan pemberian denda bagi

karyawan yang melakukan kesalahan memberikan dampak yang signifikan dalam pencegahan penipuan


(59)

Monica, Agnes (2012)

Pengaruh keefektifan pengendalian

internal dan

kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi Independent= Keefektifan pengendalian internal Kesesuaian kompensasi Dependent= Kecenderungan kecurangan akuntansi Bahwa keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh signifikan secara simultan dan keefektifan pengendalian internal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.

13

2

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Pengendalian

Intern Bidang Akuntansi

(�1)

Pengembangan Mutu Karyawan

(�2)

Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan (Y)


(60)

Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap elemen di perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya untuk dapat melawan terjadinya kecurangan di suatu perusahaan.

Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dapat dimulai dari pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan, yang dilakukan perusahaan ketika melakukan pengembangan terhadap mutu karyawan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, dewan komisaris dan direksi.

2.3.3 Hipotesis Penelitian

Pengendalian intern merupakan pondasi dasar yang dibuat oleh setiap perusahaan sebagai pencegahan kecurangan akuntansi yang akan dilakukan oleh karyawan. Pengendalian intern dibagi menjadi pengendalian intern bidang akuntansi dan pengendalian administrasi. Pengendalian intern bidang akuntansi meliputi rencana organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta/aktiva dan dapat dipercayainya catatan keuangan dan dirancang untuk meyakinkan :


(61)

a) Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan manajemen

b) Trannsaksi dicatat agar memudahkan penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi dan mengadakan pertanggungjawaban atas aktiva

c) Penggunaan atas harta/aktiva diberikan hanya dengan persetujuan manajemen

d) Jumlah aktiva seperti yang ada pada laporan/catatan perusahaan dibandingkan dengan aktiva yang ada dan bila terjadi perbedaan dilakukan tindakan yang tepat.

Peterson dan Gibson (2003), secara detail menjelaskan bahwa prosedur pengendalian intern yang jelek berhubungan pada kekurangan dalam pemisahan tugas dan ketidakhadiran rekonsiliasi bebas dari uang dan dokumentasi yang jelek dipandang sebagai faktor dimana memungkinkan kecurangan untuk terjadi. Rae dan Nava (2008), dalam penelitiannya menghasilkan suatu kesimpulan, bahwa kejadian penipuan karyawan lebih tinggi terjadi di suatu perusahaan yang kualitas pengendalian internalnya buruk ataupun rendah.

Prosedur pengendalian intern yang tidak memadai, seperti kurangnya pemisahan tugas atau prosedur pengolahan transaksi yang lemah, selanjutnya akan meningkatkan risiko karyawan menjadi lebih mudah dalam melakukan perbuatan curang di perusahaan. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengendalian intern menjadi suatu hal yang sangat penting dalam


(62)

mencegah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk lebih mengetahui sejauh mana peranan pengendalian intern pada pencegahan kecurangan karyawan di perusahaan. Dengan mempersempit ruang lingkup pengendalian intern, maka peneliti melakukan penelitian terhadap pengaruh pengendalian intern bidang akuntansi dalam pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dengan demikian, hipotesis pertama dari penelitian ini adalah keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Sifat pengembangan mutu karyawan ada tiga yaitu pengembangan pengetahuan, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap. Ketiga sifat ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Selain dapat meningkatkan kinerja karyawan agar lebih baik lagi dalam mencapai tujuan perusahaan dengan lebih efektif dan efisien, pengembangan mutu karyawan juga sangat efektif dalam menumbuh kembangkan pemahaman karyawan untuk dapat mengetahui kecurangan (fraud awareness) dengan lebih luas dan mencegah terjadinya hal tersebut di perusahaan.

Rae dan Nava (2008), melakukan penelitian terhadap keadilan organisasi yang terjadi di lingkungan perusahaan bagi para karyawan perusahaan. Dari penelitiannya mereka menghasilkan suatu kesimpulan bahwa keadilan organisasi menjadi suatu hal yang berpengaruh dalam mencegah terjadinya penipuan karyawan di lingkungan perusahaan. Roberta (2010), melakukan penelitian terhadap denda yang diberikan terhadap karyawan yang melakukan


(63)

suatu kesalahan di lingkungan perusahaan, dari penelitiannya tersebut Roberta menghasilkan suatu kesimpulan bahwa dengan memberikan denda bagi seorang karyawan dapat memberikan pengaruh terhadap pencegahan kecurangan di suatu perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di luar dari faktor yang telah diteliti oleh para peneliti terdahulu, yaitu meneliti sejauh mana pengaruh pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dengan demikian, hipotesis kedua dari penelitian ini adalah pengembangan mutu karyawan berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dapat dimulai dari membuat adanya suatu pengendalian intern di perusahaan, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, termasuk dewan komisaris dan direksi.

Dalam penelitiannya Rae dan nava (2008), menyatakan bahwa ada inetraksi yang signifikan antar persepsi karyawan dalam keadilan organisasi dan kualitas prosedur internal kontrol dalam mempengaruhi kejadian penipuan karyawan. Berdasarkan faktor- faktor di atas dalam upaya mencegah kecurangan di perusahaan. Maka peneliti berpendapat bahwa dengan meningkatkan pengaruh pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan di suatu perusahaan akan menjadi suatu


(64)

pondasi awal yang lebih baik lagi bagi memberantas kecurangan ataupun niat melakukan kecurangan bagi para karyawan di lingkungan perusahaan.

Dalam penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan dapat mewakili faktor – faktor lain yang ada dalam mencegah terjadinya kecurangan karyawan di lingkungan perusahaan. Dengan demikian, hipotesis ketiga dari penelitian ini adalah keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.


(65)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang ingin diteliti, penelitian ini menggunakan studi kausal (causal study). Studi kausal ialah studi yang dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah. Tujuan dari studi kausal ialah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner secara langsung dan wawancara singkat secara langsung kepada responden yaitu Staff accounting unit keuangan di perusahaan BUMN dan perusahaan swasta yang ada di kota Medan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian

Agustus 2012

September 2012

Oktober 2012

November 2012 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan judul

Pengumpulan data Penyelesaian Proposal

Bimbingan Proposal Pengelolaan dan Analisis data Bimbingan skripsi Penyelesaian skripsi


(66)

3.3. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Independent

3.3.1.1 Pengendalian Intern Bidang Akuntansi

Pengendalian intern akuntansi (aktif), dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi terdiri dari 16 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka pengendalian intern bidang akuntansi semakin efektif.

3.3.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan

Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya. Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengembangan mutu karyawan terdiri dari 10 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka pengembangan mutu karyawan berjalan efektif.


(1)

Penyimpangan karyawan

4,6000

,56324

30

Pengawasan auditor eksternal

3,8000

1,27035

30

Pengendalian intern bidang akuntansi

3,9667

,99943

30

Pemisahan fungsi

4,1667

,79148

30

Sistem akuntansi

1,9000

,80301

30

Chart of accounts

3,8667

1,00801

30

Sistem pengolahan data

4,0000

,90972

30

Pengawasan mendadak

4,2667

,73968

30

Pembatasan untuk memasuki gudang

4,0000

1,01710

30

Pemanfaatan teknologi informasi

4,4000

,49827

30

Sekolah ataupun kuliah gratis

3,7333

,98027

30

Programmed Instruction

3,5000

1,22474

30

Pelatihan tentang pengendalian intern

4,0667

1,01483

30

Pelatihan tentang pencegahan

4,0667

1,01483

30

Diskusi kasus-kasus

3,8667

1,10589

30

Pengembangan sikap / sifat

3,6333

1,21721

30

Pemberian penghargaan/ bonus

4,2333

,77385

30

Tidak pernah diadakan pelatihan

1,8333

1,01992

30

Pelatihan sesuai dengan kebutuhan

3,8333

1,05318

30

Pentingnya mutu karyawan

4,2333

1,10433

30

Ikut merasa memiliki perusahaan

3,7667

1,16511

30

Mengetahui dan menaati

4,1333

,68145

30

Kesadaran akan bahaya kecurangan

3,6000

,81368

30

Penilaian secara berkala

3,9667

,92786

30

Diperkenankan merubah piutang

1,4000

,49827

30

Terjalin komunikasi yang positif

4,4000

,49827

30

Memperkecil biaya-biaya

1,7667

,81720

30

Aturan yang tegas untuk karyawan

4,3333

,60648

30

Pemberian imbalan atau penghargaan

4,0000

,78784

30

Pencegahan kecurangan akuntansi

4,5000

,57235

30

Tidak pernah terjadi kecurangan

4,2000

,80516

30

Tanggung jawab moral karyawan

4,5333

,57135

30

Nyaman untuk bekerja

4,3667

,76489

30

Kebijakan perusahaan sudah tepat

4,0000

1,01710

30

Mempercantik laporan keuangan

1,6333

,85029

30


(2)

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Transaksi-transaksi 146,9000 270,714 ,548 ,914

Laporan keuangan 146,8000 273,476 ,400 ,915 Penggunaan atas aktiva 146,9000 270,714 ,548 ,914 Pelaporan aktiva 147,0333 272,792 ,421 ,915 Pembelian aktiva 150,1667 267,592 ,803 ,913 Otorisasi transaksi 150,1000 269,817 ,621 ,914 Penyimpangan karyawan 146,8667 271,085 ,466 ,915 Pengawasan auditor eksternal 147,6667 245,264 ,834 ,908 Pengendalian intern bidang akuntansi 147,5000 260,741 ,567 ,913 Pemisahan fungsi 147,3000 266,217 ,511 ,914 Sistem akuntansi 149,5667 289,771 -,379 ,923 Chart of accounts 147,6000 257,766 ,657 ,912 Sistem pengolahan data 147,4667 257,637 ,739 ,911 Pengawasan mendadak 147,2000 263,200 ,679 ,912 Pembatasan untuk memasuki gudang 147,4667 256,878 ,679 ,911 Pemanfaatan teknologi informasi 147,0667 269,444 ,633 ,914 Sekolah ataupun kuliah gratis 147,7333 266,409 ,396 ,915 Programmed Instruction 147,9667 245,068 ,873 ,908 Pelatihan tentang pengendalian intern 147,4000 253,145 ,801 ,910 Pelatihan tentang pencegahan 147,4000 252,869 ,810 ,910 Diskusi kasus-kasus 147,6000 252,800 ,740 ,910 Pengembangan sikap / sifat 147,8333 245,178 ,876 ,908 Pemberian penghargaan/ bonus 147,2333 264,599 ,590 ,913 Tidak pernah diadakan pelatihan 149,6333 306,516 -,770 ,930 Pelatihan sesuai dengan kebutuhan 147,6333 255,689 ,690 ,911 Pentingnya mutu karyawan 147,2333 252,875 ,739 ,910 Ikut merasa memiliki perusahaan 147,7000 262,976 ,416 ,915 Mengetahui dan menaati 147,3333 269,678 ,443 ,915 Kesadaran akan bahaya kecurangan 147,8667 267,637 ,441 ,915 Penilaian secara berkala 147,5000 267,224 ,394 ,915 Diperkenankan merubah piutang 150,0667 270,823 ,548 ,914 Terjalin komunikasi yang positif 147,0667 280,409 -,036 ,918 Memperkecil biaya-biaya 149,7000 268,769 ,396 ,915 Aturan yang tegas untuk karyawan 147,1333 271,361 ,416 ,915 Pemberian imbalan atau penghargaan 147,4667 280,120 -,026 ,919


(3)

Pencegahan kecurangan akuntansi 146,9667 270,654 ,482 ,914 Tidak pernah terjadi kecurangan 147,2667 268,202 ,425 ,915 Tanggung jawab moral karyawan 146,9333 271,168 ,455 ,915 Nyaman untuk bekerja 147,1000 267,817 ,465 ,914 Kebijakan perusahaan sudah tepat 147,4667 283,430 -,129 ,922 Mempercantik laporan keuangan 149,8333 293,109 -,473 ,924

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

151,4667 280,051 16,73471 41

DATASET ACTIVATE DataSet1.

SAVE OUTFILE='C:\Users\ASUS\Documents\Kampus\Skripsii\Validitas 1.sav'


(4)

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT Pencegahan

/METHOD=ENTER VAR00014 VAR00017 /SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*SRESID)

/RESIDUALS HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID).

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed

Method

1

Pengembangan mutu karyawan,

Pengendalian intern bidang akuntansib

. Enter

a. Dependent Variable: Pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,382a ,146 ,122 ,73178

a. Predictors: (Constant), Pengembangan mutu karyawan, pengendalian intern bidang akuntansi

b. Dependent Variable: Pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 6,590 2 3,295 6,153 ,003b

Residual 38,557 72 ,536

Total 45,147 74

a. Dependent Variable: Pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan


(5)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,725 ,428 1,696 ,094

pengendalian intern

bidang akuntansi ,150 ,082 ,201 1,835 ,071

Pengembangan

mutu karyawan ,236 ,074 ,348 3,179 ,002

a. Dependent Variable: Pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1,4970 2,6546 2,1067 ,29842 75

Std. Predicted Value -2,043 1,836 ,000 1,000 75

Standard Error of Predicted

Value ,096 ,223 ,142 ,035 75

Adjusted Predicted Value 1,4543 2,7662 2,1073 ,29996 75

Residual -1,65458 1,58112 ,00000 ,72183 75

Std. Residual -2,261 2,161 ,000 ,986 75

Stud. Residual -2,336 2,205 ,000 1,006 75

Deleted Residual -1,76616 1,64677 -,00059 ,75098 75

Stud. Deleted Residual -2,413 2,268 -,001 1,016 75

Mahal. Distance ,292 5,906 1,973 1,445 75

Cook's Distance ,000 ,123 ,014 ,020 75

Centered Leverage Value ,004 ,080 ,027 ,020 75

a. Dependent Variable: Pencegahan kecurangan akuntansi di suatu perusahaan


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 2 101

Pengaruh Pengendalian Intern Bidang Akuntansi, Mutu Karyawan dan Kesesuaian Kompensasi Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi pada Perusahaan Pengolahan Air Minum Swasta di Jakarta

2 13 96

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 11

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 2

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 6

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 0 44

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 4 2

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

0 1 5

Pengaruh Pengendalian Intern Bidang Akuntansi, Mutu Karyawan dan Kesesuaian Kompensasi Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi pada Perusahaan Pengolahan Air Minum Swasta di Jakarta

0 0 11

Pengaruh Pengendalian Intern Bidang Akuntansi, Mutu Karyawan dan Kesesuaian Kompensasi Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi pada Perusahaan Pengolahan Air Minum Swasta di Jakarta

0 0 2