Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Urutan Kelahiran (Birth Order)

Lampiran 1: Ijin Penelitian dari UKSW

77

Lampiran 2: Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kota Salatiga

78

Lampiran 3: Interview Guide
Interview guide

1. Kewenangan dan tanggung jawab
Seperti apa? Mohon penjelasan. Berikan contoh
berhasil dan kurang berhasil.
a. Dilakukan sendiri
b. Mendelegasikan sebagian besar wewenang dan
tetap mempertahankan tanggung jawab utama
c. Menyerahkan tanggung jawab dan wewenang
pada bawahan
2. Penugasan terhadap bawahan

Bagaimana cara penugasan? Mohon penjelasan.
Berikan contoh berhasil dan kurang berhasil.
a. Menugaskan seseorang melaksanakan tugas
tertentu
b. Dibagi berdasarkan partisipasi bawahan dalam
pengambilan keputusan
c. Bawahan diminta mengerjakan sesuai dengan
kehendak dan kemampuan

79

3. Pola komunikasi
Seperti apa? Mohon penjelasan. Berikan contoh
berhasil dan kurang berhasil.
a.

b.

Dari atas ke bawah


Bottom up, dari atas ke bawah, juga
dari bawah ke atas

c.

Horisontal, sesama rekan kerja

4. Tekanan bagi bawahan
Seperti apa? Mohon penjelasan. Berikan contoh
berhasil dan kurang berhasil.
a. Diberikan, supaya kinerja teratur dan bisa
diramalkan
b. Komitmen personal lebih diutamakan
c. Tidak perlu campur tangan atasan
5. Inisiatif dari bawahan
Perlukah? Ada pertanyaan lanjutan untuk Ya/Tidak.
Mohon penjelasan. Berikan contoh berhasil dan
kurang berhasil.



Bila YA, apakah termasuk juga dalam
pengambilan keputusan? Apakah musyawarah
untuk mufakat menghabiskan waktu?



Bila TIDAK, apakah kelompok dapat dipercaya
untuk melakukan sesuatu tanpa arahan?

80

6. Gaya Kepemimpinan
Seperti apa deskripsi gaya kepemimpinan Ibu
atau Bapak?
7. Bagaimana menghadapi masalah/tuntutan
Seperti apa? Mohon penjelasan. Berikan contoh
berhasil dan kurang berhasil.
8. Pemanfaatan teknologi
Seperti apa? Mohon penjelasan. Berikan contoh
berhasil dan kurang berhasil.


81

Lampiran 3: Biodata dan Transkrip Wawancara
BIODATA
Nama

:

Yahya Kristanto, S.Pd

Tempat/tgl.lahir :

Pati, 13 Desember 1982

Alamat

:

?


Anak ke

:

Bungsu dari 2 bersaudara

Pengalaman

:

 2008-2011, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan
 2011-2015, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum
TRANSKRIP WAWANCARA PAK YAHYA, S.Pd (YK)
Hari/ tanggal

: Senin, 13 Juli 2015

Tempat


: SMP Kristen 2 Salatiga

Dian

:

Baik pak saya mulai dengan pertanyaan
seputar ini biodata. Nama Bapak?

YK

:

Yahya Kristanto

Dian

:

Tempat tanggal lahir Pak?


YK

:

Pati, 13 Desember 1982

Dian

:

Pendidikan terakhir?

YK

:

S1

ya


di

Satya

Wacana

,

jurusan

pendidikan fisika
Dian

:

Lulus tahun berapa Pak?

YK


:

2005

Dian

:

Menjabat tahun berapa?

YK

:

Juli 2015

Dian

:


Mohon

deskripsi

pengalaman Bapak
82

singkat

tentang

YK

:

Saya masuk di Yayasan pendidikan Eben
Haezer khususnya SMP Kristen II itu th
2006, lalu pada tahun 2007 itu saya
diberikan


kepercayaan

utk

menjadi

WaKa Kesiswaan, dari 2007-2010, lalu
2011-2015 saya menjabat sebagai Waka
Kurikulum, 2015-2019 menjadi Kepala
Sekolah
Dian

:

Baik, cukup lengkap Pak. Saya masuk
pada

pertanyaan

pertama

tentang

kewenangan dan tanggung jawab. Kira2
yang

akan

Bapak

lakukan

untuk

kewenangan dan tanggung jawab ini
seperti apa. Mohon penjelasan.
YK

Oke. Untuk kewenangan dan tanggung
jawab, jelas semua ada pada kepala
sekolah, jadi seluruh kegiatan itu posisi
kepala

sekolah

penanggung
demikian

jawab,
memang

adalah

sebagai

tapi

meskipun

pada

program-

program tertentu itu sudah dibentuk
kepanitiaan, di pembagian tugas, itu
sudah

ada

koordinatornya

tetapi

kooordinator tetap bertanggung jawab
terhadap kepala sekolah. Jadi memang, e
apa, susunan tertinggi itu ada di kepala
sekolah ya, penanggung jawab semua
kegiatan.
Dian

:

Jadi tetap tanggung jawab utama ada di
83

Bapak kemudian ada yang didelegasikan
begitu ya?, baik baik.
YK

:

Ya

Dian

:

Jika demikian saya lanjut ke nomor 2 ya
Pak?

Pertanyaan

ke

2

Pak

tentang

penugasan

terhadap

bawahan.

Bagaimana

penugasan

terhadap

bawahan.
YK

:

Baik,

untuk

bawahan

penugasan

terhadap

biasanya

saya

dan

kapasitas.

kemampuan

melihat
Saya

mencampurkan antara guru-guru yang
senior dan yunior, termasuk guru yang
potensial dan yang biasa saja. Tetapi
biasanya saya melakukan pendekatan
terlebih

dahulu

dengan

yang

bersangkutan. Jadi kira2 kalau saya beri
tugas ini e gimana responnya begitu.
Jadi pendekatan dulu secara persuasif
dengan

yang

bersangkutan,

kalau

memang oke secara umum, kemudian
kita bawa ke rapat, namanya Rapat
Pembagian Tugas dan ini diketahui oleh
semua Dewan Guru dan Karyawan. Jadi
kami

buatkan

dulu

draftnya,

jadi

kepanitiaan dalam 1 tahun itu apa saja
nanti dibagi rata, dicampurkan antara
guru senior dengan yang yunior, karena
ini saya kira penting karena kadang
84

kadang ada gap ya antara senir dan
yunior ini, o ini yang dipake kok anak2
muda saja yang tua tidak pernah atau
sebaliknya, kami yang muda kaya tidak
dihargai yang diperhatikan hanya yang
tua saja. Kami belajar kalau di suatu
kepanitiaan itu misalnya ketua yg senior
memang punya kemampuan, kapasitas,
sekretaris dan bagian2 lain itu dari
yunior.

Jadi

harapannya

adalah

semuanya bisa bekerja baik tanpa ada
gap antara guru senior dan guru yunior.
Dian

:

Jadi melihat partisipatif mereka dulu
begitu? Baru ditentukan

YK

:

Ya, jadi kita melihat kinerjanya selama
ini ya, tetapi meskipun demikian tidak
serta

merta

misalnya

pekerjaannya

kurang bagus begitu terus tidak dipakai
Dian

:

Ya

YK

:

Saya

tetap

memberikan

memberikan
arahan,

dorongan,

khususnya

ini

kalau untuk anak2 muda mereka belum
berani, misalnya harus dicoba, begitu.
Dian

:

Pertanyaan nomor 3 Pak tentang pola
komunikasi.

Bagaimana

yang

akan

Bapak terapkan, mohon dijelaskan
YK

:

E kalau menurut saya komunikasi ini
adalah bagian penting, bagian terpenting
dalam kita menyelesaikan segala bentuk
85

permasalahan yang ada di lembaga ini.
Jadi kalau kami memang mengutamakan
ke 2 arah ya e kami harus tahu apa yang
dikeluhkan

oleh

sebaliknya,

ketika

memberikan
penting

itu

bawahan

atau

saya

harus

instruksi-instruksi
juga

harus

ada

yang
umpan

baliknya, kira –kira ini cocok apa ndak
jadi

perlu

dibicarakan

bersama,

kemudian e komunikasi ini sekarang
sudah kita lakukan, e bagi saya tidak
harus secara resmi , formal semuanya,
untuk itu ada bagian, ada hal-hal yang
bisa kita informasikan secara informal,
sekarang sudah ada e smartphone, e ada
bbm.nya, kita punya grup.
Dian

:

O, punya grup juga

YK

:

Iya, saya kira itu sangat efektif. Misalnya
ada hal2 yang sifatnya mendesak dan itu
bisa kita apa kita share kan begitu dan
langsung bisa kita tanggapi, itu salah
satunya. Kemudian selain itu ada juga
komunikasi yang sifatnya individual ya.
Mungkin

ada

guru-guru

yang

perlu

mendapat masukan begitu ya, perlu
mendapat

teguran

begitu

ya,

kita

panggil secara individu, kemudian kita
sampaikan

secara

klasikal,

artinya

Bapak Ibu dapat mengambil keputusan
86

bersama.
Dian

:

O begitu, sudah dipakai untuk apa saja
Pak grup BBM ini Pak?

YK

:

Banyak hal ya, banyak hal. Jadi e
misalnya

saja

ini

kita

menghadapi

akreditasi
Dian

:

O ya

YK

:

Heeh, jadi kita sudah bagi per standar
itu masing-masing kita cek, kita tanya
misalnya standar isi

Dian

:

Oh, sampai mana?

YK

:

Ya,

sampai

mana

perkembangannya,

progress nya apa, dokumennya yang
belum ada apa e biasanya kita apa
sampaikan itu di grup BBM. Meskipun e
sebenarnya di rapat pleno sudah kita
sampaikan

progres-progres

itu

perkembangannya seperti apa. misalnya
hal-hal yang kecil, e misalnya ini kan
masih

liburan,

kita

masih

masuk,

misalnya teman2 ini liburnya kapan, nah
sebenarnya sudah diberi tahu, nah bisa
dipakai untuk itu
Dian

:

Mengulang informasi

YK

:

Heeh, mengulang informasi begitu.

Dian

:

Untuk pertanyaan nomor 4 Pak, untuk
penyelesaian

pekerjaan

Pak,

apakah

perlu diberikan tekanan atau bagaimana
Bapak

memberikan

itu

kepada
87

kelompok. Mohon dijelaskan.
YK

:

Untuk tekanan pada bawahan, ini yang
saya terapkan, ini sebenarnya adalah
komitmen bersama di awal ketika tahun
ketika pembagian tugas di awal tahun
pelajaran. Jadi di situ selain membagi
tugas kami juga berkomitmen bersama,
contoh

misalnya

hal

yg

sederhana

selama ini masuknya itu jam berapa
pulangnya

jam

berapa

katakanlah

e

anak-anak itu kan mulai KBM jam 7 jadi
jam 7 kurang 15 e semua guru sudah
harus berada di lingkungan sekolah,
terlebih untuk guru piket itu setengah
jam jadi setengah 7 sudah datang
Dian

:

O ada sistem Guru Piket juga

YK

:

Ada, ada guru piket, jadi ini kami
sepakati bersama. kami berkomitmen
bersama. Meskipun demikian, e juga
perlu

diingatkan

kembali,

jadi

tidak

hanya di rapat satu kali itu tapi terusterus harus dipantau, harus dikawal,
diingatkan, jadi misalnya tugas-tugas
administrasi mulai tidak beres misalnya
tidak bisa selesai tepat waktu, dan ini
mulai

mengganggu

kinerja

sekolah

begitu, maka akan kami panggil yang
bersangkutan, maka harus kami berikan
pemahaman itu. Jadi kalau dibilang
88

tekanan sih tidak ya, tapi komitmen.
Mengulang

komitmen

di

awal,

jadi

diingatkan kembali.
Dian

:

Baik, jadi lebih diutamakan komitmen di
awal daripada sekedar harus begini,
harus begini, begitu?

YK

:

Ya betul

Dian

:

Pertanyaan

terakhir,

bawahan,

perlukah,

pertanyaan

lanjutan

pertanyaan

tentang
bila
bila

inisiatif
YA

ada

TIDAK

lanjutan.

ada

Bagaimana

menurut bapak
YK

:

Perlu

Dian

:

Baik, bila perlu, apakah termasuk juga
dalam pengambilan keputusan, mohon
dijelaskan.

YK

:

Iya, saya kira perlu ya? Saya sangat
terbuka e masukan dari bawahan atau
dari

siapapun

itu,

termasuk

semua

stakeholder yang, dari orang tua dari
yayasan

atau

dari

pihak

pendidikan. Jadi jelas ya e

dinas
ini juga

menjadi pertimbangan untuk mengambil
keputusan. Saya kira e masukan itu
penting bagi saya.
Dian

:

Jadi

bila

ada

diputuskan

sesuatu
lebih

yang

harus

mengutamakan

musyawarah?
YK

:

Iya
89

Dian

:

Meskipun

seandainya

menghabiskan

waktu?
YK

:

Iya. Kan begini, tahapan musyawarah
kan di tempat kami ada. Yang pertama
itu

harus

kami

lakukan

dengan

pimpinan. Tergantung nanti masalahnya,
ranahnya ke mana. Jadi yang utama
kami pasti akan langsung berkumpul
dengan Kepala Sekolah dengan wakil
kami, kami godog dulu. Baru setelah itu
misalnya

kami

masalahnya

dengan

siswa, berarti kami harus menggandeng
bagian

BP

masalahnya

dan

wali

dengan

kelas.

apa

Kalau

dunia

luar

begitu, dengan orang luar berarti kami
harus

perlu

membicarakan

dengan

Yayasan dan seterusnya begitu. Jadi
utamanya

kami

mengutamakan

musyawarah
Dian

:

Betul. Dan ada tahapan?

YK

:

Ya, dan ada tahapan. Jadi tahapan yang
satu harus muncul sebelum tahapan
yang lain begitu?

Dian

:

Jadi tahapan yang satu harus muncul
sebelum tahapan yang lain begitu? Iya,
harus ikut?

YK

:

Iya, harus ikut

Dian

:

Meskipun lebih lama tetap yang harus
diutamakan

90

musyawarah

begitu?

Utamanya begitu
YK

:

Iya, utamanya begitu, tapi nanti kita
lihat

dulu.

Tahapannya

sebenarnya

begini, kalau ada hal tertentu saya akan
komunikasi khususnya dengan pimpinan
bertiga orang dengan saya
Dian

:

3 orang itu?

YK

:

Saya dan WaKa

Dian

:

Oh, ada 2 WaKa. Kesiswaan dan

YK

:

Kurikulum. Ini yang selalu saya ajak
komunikasi sebelum kita melangkah ke
tahap berikutnya, tadi saya katakan kan,
ini masalahnya ke ranah yang mana,
kami perlu melibatkan siapa itu yang
nanti kami tambahkan begitu.

Salatiga, 15 Juli 2015
Menyetujui Kebenarannya,

Yahya Kristanto, S. Pd

91

Lampiran 4: Biodata dan Transkrip Wawancara Anak
Sulung
BIODATA
Nama

:

Ana Maria Andarini, M.Pd

Tempat/tgl.lahir :

Salatiga, 28 Januari 1963

Alamat

Jl. Kemiri 70 A Salatiga

:

Anak ke
Pengalaman

1 dari 6 bersaudara
:

 2004-2013, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
dan Humas dan Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum dan Humas
 2014-sekarang, Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kota
Salatiga
Keaktifan di masyarakat:
 2002-2011, Ketua MGMP Bahasa Inggris
 2004-2007, Ketua PKK Tegalrejo Permai
 2006-2010, Pengurus Karya Ilmiah Guru
 2012-sekarang, Pengurus Tim Pemantau Penyiaran
Kota Salatiga
 2014-sekarang, Ketua Lingkungan Santa Maria
Bunda Yesus
Motto/Visi
“Maju Terus Pantang Mundur”
Ketika sudah punya kemauan, masuk di forum
tertentu, harus total.

92

TRANSKRIP WAWANCARA BU ANNA (A)
Hari/ tanggal

: Sabtu, 25 Juli 2015

Tempat

: SMP N 7 Salatiga

Dian

:

Bu, untuk pertanyaan nomor 1 tentang
kewenangan dan tanggung jawab, manakah
yang

kira2

lebih

sesuai

dengan

tipe

kepemimpinan ibu. Mohon dijelaskan beserta
contoh, baik yang berhasil dan yang kurang
berhasil. Monggo ibu.
A

:

Untuk kewenangan ini, ada 3 pilihan ya? Ini
saya

cenderung

sebagian

yang

besar

b,

mendelegasikan

wewenang

dan

tetap

mempertahankan tanggung jawabnya yang
utama. Jadi, contoh, untuk Kurikulum ini
saya beri kewenangan untuk merencanakan
kegiatan-kegiatan
kemudian
semester.

selama

diperpendek
Demikian

juga

satu

tahun,

menjadi
untuk

satu
urusan-

urusan yang lain, jadi seperti e kesiswaan,
humas, maupun sarana

prasarana, ya. Di

awal tahun kita biasanya mengadakan IHT
dan setiap urusan memaparkan rencana.
Dian

:

IHT Bu?

A

:

IHT. In House Training, In House Training,
jadi

setiap

urusan

masing-masing
forum

guru,

kewenangan

dengan

memaparkan
semacam

atau

itu

kebijakan

anggotanya
rencana
ya.
ya

di

Tetapi
tentang

segala sesuatu itu tetep ada di tangan Kepala
93

Sekolah ya semacam itu.
Dian

:

Mohon

diberikan

contoh

Bu,

baik

yang

berhasil maupun yang kurang berhasil
A

:

O ya. E, yang berhasil ya contohnya yang
berhasil e untuk e, contoh kecil di bidang
kurikulum e mereka apa ya telah bisa
membuat

rencana-rencana

tahunan,

jadi

misalnya apa itu penyelenggaraan tes-tes
semacam itu. Hanya yang kurang berhasil
dalam hal ini mungkin kurikulum ini setelah
perjalanan itu kurang memantau kepada
Bapak Ibu Guru sehingga apa itu perangkatperangkat yang telah disiapkan kurikulum
jadi seperti daftar hadir siswa, kemudian
kemajuan kelas yang harus diisi guru ketika
mengajar, itu kadang2 kosong, nah ini,
dalam hal ini Kepala Sekolah juga harus
turun tangan, nah semacam itu. Kalau yang
berhasil ya itu tadi kalau ada rencanarencana yang rutin, rutinitas, seperti tes-tes
itu

berjalan,

tanpa

saya

mengingatkan

mereka sudah tahu pekerjaannya sendiri. Ya.
Dian

:

Terima kasih Bu. Untuk nomor 2 Bu, tentang
penugasan terhadap bawahan. Bagaimana
cara

penugasan

ibu,

mohon

penjelasan.

Kemudian berikan contoh berhasil maupun
kurang berhasil. Monggo Bu.
A

:

Ya, untuk penugasan terhadap bawahan
cenderung

94

yang

b

lagi

yaitu

dibagi

berdasarkan

partisipasi

pengambilan

keputusan

bawahan
ya.

Jadi

dan
dalam

pembagian tugas, pertama dari saya dulu, ya
dari Kepala Sekolah, ini saya menentukan
personil-personil sesuai dengan kemampuan
mereka dan tanggung jawab mereka ya,
contoh, 4 Waka, saya pilih dulu orang-orang
yang sesuai dengan kemampuannya, setelah
itu, di bawah Waka ada koordinator. Ini juga
saya pilih orang yang bisa bekerja sama
dengan Waka. Waka saya mintai pendapat
dulu

kira

2

cocok

dengan

siapa

gitu,

kemudian baru anggota-anggota yang lain.
Anggota-anggota yang lain ini, pertama saya
punya apa ya pilihan, ini, ini, ini, kemudian e
setelah kami susun pembagian tugas secara
lengkap, ya, itu kami paparkan kepada
Bapak Ibu Guru, ya. Pada waktu pleno, ya ,
rapat tersebut, e apabila ada Bapak Ibu Guru
yang kurang pas dengan tugas yang saya
berikan, mereka kan usul Bu saya minta ini,
ini, saya lihat, saya pertimbangkan apa ya
positif

dan

negatifnya,

kemudian

kalau

sudah saya pertimbangkan keuntungan dan
kerugiannya, kadang2 ada yang saya terima
usulan mereka tapi ada juga yang harus
nurut saya kalau menurut saya baik. Jadi
untuk

penugasan

semacam

itu.

Terus

contoh? Contoh untuk penugasannya. E
95

ketidakberhasilannya,

memang

ada

yang

kurang pas, saya menempatkan e seseorang
di suatu kegiatan kepanitiaan atau di suatu
urusan ya. Orang ini sudah pas, sudah apa,
keterampilannya

ada,

saya

lihat

keterampilannya mampu, keterampilan di
Pramuka

misalnya,

keterampilan,

gesit,

oh
eh

ini

punya

ternyata

setelah

dalam perjalanan, setelah dalam perjalanan
ternyata

orang

ini

tidak

bisa

pendapat orang lain, termasuk

menerima
menerima

pendapat saya. Setiap membuat proposal,
ada yang dicoreti malah mutung, nah inilah
kegagalan saya melihat sepintas orang itu,
seperti itu, ya. Tapi karena sudah terlanjur
kita memilih dia di bidang itu ya mau tidak
mau e kita bimbing sampai nanti akhir tugas,
gitu. Nah, kalau contoh yang berhasil juga
banyak, contoh yang berhasil juga banyak.
Jadi misalnya humas, Bu saya ndak cocok di
humas ik, tapi saya lihat kok,Ndak Pak
Njenengan cocok, yang tahun kemarin kan
juga sudah bagus, tahun ini mau minta
berhenti saya tidak boleh. Nah itu yang
berhasil Njih. Jadi apa yang dia rencanakan
sesuai dengan pelaksanaannya, pelaksanaan
hariannya.
Dian

:

Terima kasih Bu. Pertanyaan nomor 3 Bu,
tentang pola komunikasi. Bagaimana yang

96

diterapkan di sekolah ini, kemudian mohon
contohnya.
A

:

Untuk komunikasi, saya menerapkan bottom
up, yang b. Jadi suatu ketika, pendelegasian
wewenang atau pemberian tugas, e suatu
ketika dari Kepala Sekolah, tapi kadangkadang ada kegiatan-kegiatan tertentu yang
dari bawah, usulan dari bawah. E mungkin
secara garis besar, untuk e apa ya, acara
atau kegiatan, contoh saja misalnya ada
kegiatan

kepramukaan,

kepramukaan

misalnya,

mendelegasikan

pembina,

ada

lomba

ini
e

saya

koordinator

pembina pramuka untuk mempersiapkan
segala

sesuatunya,

merancang

segala

sesuatunya sehingga nanti pada hari-H itu
anak siap ya. Setelah itu, koordinator atau
penanggung jawab Pramuka ini membuat
rencana, rencana kerja maupun rencana
anggaran

dalam

pengelolaan

siswa

ini,

kemudian datang ke tempat saya, Kepala
Sekolah apa meminta persetujuan, o saya
mau melakukan ini, ini, ini, rencana ini, itu,
e sehingga Kepala Sekolah menyetujui ya,
hal-hal yang sudah baik, sedangkan yang
kurang ini kami perbaiki, atau kami beri
masukan-masukan

kira2

hal2

apa

yang

kurang, nah saya beri masukan, semacam
itu.
97

Dian

:

Contoh yang kurang berhasil Bu?

A

:

O contoh yang kurang berhasil, itu tadi ya,
jadi suatu ketika, ada koordinator yang tidak
bisa melaksanakan tugasnya sesuai dengan
rencana, ya, rencana yang mereka buat dan
sudah disetujui oleh Kepala Sekolah, contoh
ketika tidak ada Pembina Pramuka dari luar,
mereka saya suruh cari tidak ketemu2, tidak
menemukan, akhirnya saya yang mencari
Pembina dari luar. Kebetulan saya, Pembina
ini kan e sudah mengajar di sekolah yang
lama dan saya dulu kan juga jadi Pembina
Pramuka,

jadi

sudah

kenal

baik

dan

beliaunya juga mau membantu. Ternyata
setelah saya bawa ke sini ya, itu Pembinanya
nggak cocok, jadi Pembina Dalam tidak cocok
dengan Pembina yang dari luar, e , jadi inilah
yg tidak berhasil. Tapi ada juga yang berhasil
untuk dalam hal Pramuka, dalam hal kecil,
dalam suatu kegiatan, itu kan penanggung
jawab atau koordinator kan kita buat ganti2,
jadi misalnya perkemahan ini atau mungkin
Persami atau latihan harian itu Penanggung
Jawabnya beda2 ya. Ada penanggung jawab
tertentu bisa berhasil, contohnya ketika wide
game, ke arah muncul, itu juga sama, saya
beri

tugas,

membuat

kamu

rencana,

pembina
ini,

ini,

ini,
ini,

terus
sudah

disetujui, jalankan, ini lancar, bisa, karena
98

sesuai dengan rencana sebelumnya yang
sudah disetujui, tapi, Pembinan yang satu
tadi, karena dia tidak itu tadi, tidak bisa
bekerja sama dengan yang lain, tidak mau
menerima masukan terutama dari Kepala
Sekolah, ini terus jalan sendiri dan akhirnya
dia tidak mau melaksanakan apa yang sudah
jadi program. Nah ini tidak pas, dalam hal ini
saya sebagai Kepala Sekolah mungkin tidak
pas

memilih

orang

tersebut

untuk

menduduki jabatan ini dan tahun ini tidak
saya berikan ke dia. Dah itu.
Dian

:

Terima kasih Bu, Untuk nomor 4 Bu, tentang
tekanan

terhadap

bawahan,

bagaimana

penjelasan ibu tentang hal ini, kemudian
contoh , baik yang berhasil maupun yang
kurang berhasil. Monggo.
A

:

Untuk tekanan terhadap bawahan ya, ini
memang
memang

perlu
perlu

diberikan,
diberikan

suatu

ketika

ya

supaya

kinerjanya itu bisa teratur dan juga laporan
kegiatan itu selesai sesuai dengan rencan.
Itu, dan juga, tekanan, atau di sini mungkin
bukan tekanan ya, tapi apa ya, penekanan
atau mungkin mengingatkan Bapak Ibu Guru
untuk tugas tugasnya. Ini selalu diulangulang ya setiap hari Senin, contoh, misalnya
untuk mendisiplinkan siswa, ini eBapak Ibu
Guru juga harus, tidak hanya Kesiswaan
99

saja,

tidak

hanya

beberapa

orang

yang

bertugas, tapi semua Guru juga harus kita
tekankan.

Kita

mau

menegakkan

kedisiplinan, jam 7 tet gerbang ditutup, ini
juga harus kita tekankan setiap hari Senin,
atau sudah berjalan, mungkin agak saya
longgarkan, tapi suatu ketika, ya, itu saya
tekankan lagi kalau sudah mulai kendor,
begitu. Jadi contohnya ya, yang berhasil,
yang berhasil,ketika bel itu pintu gerbang
langsung kita tutup. E kesiswaan, dari anakanak itu ada yang jaga, ya, kemudian
Pembinanya

juga

ada,

semacam

itu.

Kemudian yang terlambat harus mencatat.
Nah ini, lama –lama ini sedikit anak-anak
yang terlambat. Begitu juga Bapak Ibu Guru,
jadi Bapak Ibu Guru kalau terlambat ya
sama, sama, di luar. Maka di pembinaan
yang hari Senin itu saya katakan, kalau
Bapak

Ibu

malu

terlambat

ya

jangan

terlambat, paling tidak jam 7 sudah masuk di
kelas. Kalau Bapak Ibu tidak mau dikancingi,
sama –sama dengan anak, tidak bisa pagi,
berangkat siang sekalian, berangkat siang
sekalian, jam 1 atau jam 12 saya gitukan.
Dalam arti tidak memberi kelonggaran tapi
maksud saya, saya apa bahasa Jawanya saya
lulu itu lo Mbak, apa namanya, semacam itu.
Memang beberapa kali, tahun yang lalu, pada
100

waktu kita canangkan pertama kali masih
banyak yang terlambat, lari-lari. Tapi setelah
beberapa bulan samapai kemarin itu sudah
lumayan ndak ada, paling yang terlambat ya
paling 3, 5 orang, ya itu wajar karena alasan
ya mungkin kebanan dan sebagainya. Juga, e
kedisiplinan tentang pakaian olahraga, ini
yang pada waktu saya masuk di sini setahun
yang lalu,kaos olahraga itu dicoret-coret dari
belakang, penuh, itu dengan kata-kata yang
kotor, kata-kata yang tidak senonoh, yang
tidak pantas untuk anak SMP, nah itu dari
sedikit

demi

sedikit

Mbak,

tidak

bisa

langsung apa kita hilangkan. Trus anu, saya
beri penjelasan dulu pada guru olahraga,
kepada semua Bapak Ibu Guru bahwa nanti
mulai minggu depan, akan saya razia kaos
yang ada tulisannya. Kita kan terbiasa setiap
hari Jumat jalan-jalan, pakai kaos olahraga,
jadi kelihatan, Bapak Ibu setuju apa tidak?
Setuju begitu, kita , jadi semua harus sama,
semacam itu, sehingga kemarin kita terakhir
pas kenaikan kelas itu ya tinggal ada 10
anak lah yang bajunya ini, pokoknya kalau
tidak bersih, diambil, milik sekolah, saya
buat untuk pel, saya gitu. Nah, mudah
mudahan tahun depan ini sudah bersih, gitu.
Dian

:

Untuk yang kurang berhasil Bu?

A

:

Untuk yang kurang berhasil, itu tadi tekanan
101

ya? Yah, meskipun sudah saya beri tekanantekanan, peringatan-peringatan ya semacam
itu, ya tapi kadang-kadang ada keteledoran,
contoh ini, yang tugas nutup itu, kan yang
tugas nutup Pak Satpam. Justru dari dia,
kadang jam 7 tet gitu belum apa, belum
ditutup, sehingga tetep saya dari sini juga
tutup, harus tetep diingatkan, lha itu kurang
berhasil. Juga untuk teman2 belakang, ya,
teman-teman tenaga teknis, kebersihan, itu
juga sudah koordinasi berkali-kali, sudah
diberikan, katanya pas koordinasi alatnya,
nggak punya, sudah kita belikan itu kadangkadang juga tetep tidak sesuai dengan apa
yang mereka janjikan pas koordinasi. Jadi
memang tekanan-tekanan ini perlu tapi ada
yang berhasil, ada yang tidak berhasil juga,
tapi tetep tekanan harus rutin dilakukan.
Dian

:

Terima kasih Bu. Untuk pertanyaan nomor 5
tentang inisiatif dari bawahan, perlukah Ibu?

A

:

Ya, perlu sekali, jadi bawahan juga kita beri
apa

ya,

kesempatan

untuk

memberikan

masukan-masukan, berkenaan dengan ya,
semua kegiatan di sekolah, baik secara
akademis maupun yang non akademis.
Dian

:

Kemudian Bu, bila ya, apakah juga termasuk
dalam pengambilan keputusan?

A

:

Untuk pengambilan keputusan itu tetap ada
di Kepala Sekolah, jadi e mereka hanya

102

memberikan masukan dan mungkin kadangkadang saya yang meminta masukan. Jadi
ada 2 cara atau 2 sisi, jadi kadang-kadang
Bapak Ibu sendiri yang langsung menemui
saya untuk memberi masukan, baik itu
masukan positif atau, masukan musti positif
ya, masukan positif, e tapi kadang-kadang
saya yang memanggil mereka untuk saya
ajak bincang2, ini kok ada seperti ini,
terutama para Waka, itu yang saya ajak
bincang-bincang,

diskusi

untuk

menyelesaikan suatu masalah.
Dian

:

Terima kasih Bu, contoh?

A

:

Contoh ya,yang dari bawah? O ya, contoh
riil? Contoh yang riil, bawahan itu ada 2,
mungkin dari Bapak Ibu Guru bisa, dari
siswa juga bisa. Itu dari staff juga bisa.
Untuk dari Guru itu pernah ada yang
mengusulkan e Bu, kebiasaan kita yang 10
menit sebelum dan sesudah pelajaran itu
untuk kebersihan itu e mbok dihilangkan,
karena

itu

menghabiskan

waktu

dan

kelihatannya tidak efektif begitu, karena di
sini sudah sejak lama memang sudah ada
kebiasaan itu. Tapi saya pikir, wah ini kan
kebiasaan
dihilangkan,

yang
tapi

sudah
justru

baik,
ini

jangan

yang

kita

teruskan, kita pelihara, atau kita tingkatkan
bagaimana cara mengefektifkan 10 menit
103

sebelum dan sesudah pelajaran. Ya semacam
itu. Itu tadi contoh masukan yang dari
bawah ya, juga dari siswa. Jaman sekarang
itu ada yang berani, anak langsung masuk ke
ruang saya, Bu mbok ini Bu, saya usul,
ekstrakurikulernya

ditambah,

ada

drum

band, kan kita belum punya drum band. Anu
Bu, lagi, ditambah dance. Lho kan sudah ada
tari,

itu

kan

tari

tradisional.

Kita

kepengennya dance. O ya nanti dipikirkan.
Ada lagi bu, latihan Pramukanya mbok
jangan

hari

Sabtu.

Sabtunya

itu

Sabtu

sepulang sekolah. Lha kamu maunya kapan?
Sore Bu biar ndak panas, karena memang
pulang sekolah kemarin itu dari jam 11
sampai jam 1. Jadi kan pas panas2nya. Oiya,
bisa juga ini, ya nanti kita pikirkan. Nah, ini
dari bawahan, semacam itu.
Dian

:

Yang kurang berhasil Bu?

A

:

Tadi yang kurang berhasil opo dari bawahan
sama atasan?

Dian

:

Mmmm, yang kurang berhasil Bu, juga

A

:

Maksudnya?

Dian

:

Inisiatif mereka, namun rupanya kurang
berhasil

A

:

O, masukan dilaksanakan namun rupanya
kurang berhasil? Kalau masukan tapi saya
tolak, beda?

Dian
104

:

Berbeda

A

:

Berbeda ya? Heem. O ini untuk masukan,
bagi anak-anak yang bolos. Bu, bagi anakanak yang bolos itu mbok di.skors, diskors
ndak boleh ikut pelajaran, ya. Terus disuruh
pulang, ada yang semacam itu. Lha itu
ternyata, atau atau ada juga anak-anak yang
usul, anak-anak yang mbolosan itu di apa,
dikumpulkan terus ditaruh di lapangan itu,
lha terus diberi hukuman di situ, diberi
sanksi di situ. Dia dilihat teman-temannya
terus malu. Nah

untuk 2 usulan ini kalau

yang dipulangkan, saya nggak setuju karena
kalau dipulangkan nanti malah kalau anakanak di sini nggak sampai di rumah. Malah
nanti seneng bablas dolan. Malah nanti kita
kesalahan kalau ada ini heeh. Nah, di sana
kita jalankan yang sudah, yang usulan ke 2
saja, anak2 paling tidak 1 jam atau 2 jam
biarkan di sana, biar malu, sambil diberi apa
dari

kesiswaan,

punishment.

ndak

Lha,

tahu,

ternyata

atau
itu

yo

diberi
ndak

berhasil, anak ya itu itu terus sing tetep
mbolos loncat pager, yang tetep ke Warnet.
Anaknya ya itu-itu aja. Semacam itu. Tidak
berhasil juga, jadi anak dikumpulkan di situ
ndak pelajaran terus dihukum di situ, ya wis
dihukum di situ, seharian dihukum di situ,
malah ndak malu. Tapi kalau yang anak
terlambat, itu kan punishmentnya, kan 10
105

menit, 10 menit yang lainnya membersihkan
kelas

kalau

membersihkan

dia

terlambat,

depan,

halaman

khusus
depan,

gitu,sambil dicatat. Itu, kalau itu lumayan
berhasil, tapi anaknya yang terlambat ya wis
itu-itu

saja.

Jadi

tetap,

tapi

lumayan

berhasil, dari banyak menjadi sedikit. Kalau
yang itu tetap, misalnya ada yang ketahuan
merokok di belakang, saya taruh di situ ya
tetep, suatu ketika ketangkap lagi, terutama,
ya itu.
Dian

:

Terima kasih Bu. Untuk nomor 6 Bu, tentang
Gaya Kepemimpinan, mohon dideskripsikan
Gaya Kepemimpinan Ibu.

A

:

Untuk Gaya Kepemimpinan, kita, e saya
cenderung ke musyawarah dan mufakat, ya,
contoh, ini tadi, ketua panitia atau panitia
halal bihalal, ya, yang apa kemarin kan
sudah

merencanakan

lesehan.

Tempatnya

lesehan,
kecil

ya

begitu,
memang

lesehan, kira2 seratus orang.
Dian

:

Aula?

A

:

Iya, aula, karena memang ya kita belum
punya kursi ya, baru punya kursi 50. Lalu
saya punya pikiran, kalau yang sepuh2, lha
itu,

yang

sepuh2,

kalau

lesehan

kan

kelihatannya nggak enak dan juga mungkin
Dian

:

Dengkulnya

A

:

Ya itu, dengkulnya. Nah ini saya terapkan

106

saya sendiri, semacam itu. Lha terus saya
punya ide memang kita punya rencana mau
beli kursi untuk tahun ini, kursi dari plastik
itu, ya udah, 50, kemarin saya udah, udah
kontak ke sarana prasarana untuk beli,
kursinya dah siap. Terus ketua panitianya
sudah oke,kemarin saya hubungi. Ternyata
ini tadi dari seksi konsumsi, yang ndak
setuju karena tidak sesuai dengan apa,
konsumsi yang akan ditampilkan. Mereka
sudah menyeting konsumsinya itu lesehan,
tidak didusi. Nah ini tadi kan makanya terus
matur, gimana. Ya sudah, kalau saya kan
memikirkannya untuk tamu-tamu undangan.
Kalau

untuk

hidangan

tidak

sampai

ke

hidangan, saya gitu. Nah kalau memang,
alasannya,

nanti

hidangannya

kesulitan

dalam menyajikan dan gelasnya karena kan
memang tidak ada mejanya. Saya ya sudah,
sesuai rencana semula, apa, lesehan, saya
gitu, tapi tempat tetap harus dihias, saya
gitu.
Dian

:

Biar agak indah gitu

A

:

Iya

Dian

:

Seandainya Bu, ada kasus, permasalahan
yang musyawarah untuk mufakatnya akan
menhabuskan waktu begitu, apakah akan
tetap melakukan musyawarah untuk mufakat
itu atau
107

A

:

Benar2 Mbak. Dulu ini pernah terjadi. Ya, e,
ya sebenarnya ini bukan kedinasan tapi juga
masih

termasuk

kedinasan

juga,

yaitu

tentang koperasi, koperasi sekolah, ya milik,
karyawan, karyawan dan guru ya. Pada
waktu itu kan RAT namanya.
Dian

:

Rapat Anggota Tahunan

A

:

Heeh, itu kan pemilihan, jasi serah terima,
pertanggungjawaban
pemilihan

pengurus

pengurus

pertanggungjawaban

lama

baru.

dulu,

dan
Kan

nah

pas

pertanggungjawabannya ini, lama sekali, jadi
banyak yang.
Dian

:

Ini itu Bu

A

:

Heeh, jadi banyak yang sampe lama sekali,
nah terus heeh, jam 10 sampai jam 2 itu
belum selesai. Nah, kemudian padahal masih
ada

pemilihan

e

anggota

baru,

padahal

pemilihan itu bisa kalau ini sudah clear, jadi
ada yang, ndak tahu, ada yang bertanya, ada
yang kurang beres, ada yang kurang puas
dengan laporan itu kan terus, jadi debat lama
banget, ya terus saya putus, ya Bapak Ibu
kalau ini dilanjutkan, saya kan bisa melihat
gelagat

kalau

semacam

itu,

ini

kalau

diteruskan sampai besok pagi pun tidak akan
selesai, saya gitu. Ini kita berhentikan, itu
makanan sudah dingin, saya gitu, saya belum
sempat makan. Mah, makanan sudah dingin,
108

sudah anu. Nah,untuk apa, ini karena masih
ada ketidakpuasan dari anggota akan laporan
dari pengurus, ya maka ini kita pending
samapai di sini. Pengurus harus memperbaiki
dulu

sesuai

dengan

apa

yang

tadi

dipertanyakan oleh para anggota. Dan juga,
apa itu, e pemilihan pengurus juga belum
bisa

kita

laksanakan,

karena

ini

belum

selesai. Jadi kita pending, terus akhirnya
pengurus

lama

di

forum

setuju,

nanti

diperbaiki dulu seminggu, seminggu lagi baru
diadakan lagi.
Dian

Ndak rampung2

A

Iya, begitu dan suasana panas

Dian

Untuk

nomor

7

Bu,

bagaimana

Ibu

menghadapi masalah atau tuntutan, mohon
diberikan

penjelasan

seperti

apa

berikut

contohnya.
A

Untuk masalah, ya ini sering kali ada, baik
itu masalah dengan siswa, masalah dengan
guru, maupun masalah dalam kedinasan ya
dalam kedinasan. Nah ini contoh nya yang
mana Mbak?

Dian

Monggo, pilih 1 Bu

A

1 ya, misalnya kalau akreditasi saya belum
pernah mengalami di sini, heeh, yang sudah
yaitu, apa, kita menerima NHP, ya, NHP itu
Naskah

Hasil,

laporan

dari

Inspektorat,

begitu ya, semacam itu.
109

Dian

Hasil pemeriksaan

A

Heeh,

hasil

pemeriksaan

untuk

sekolah-

sekolah negeri, untuk Bos itu lo
Dian

:

Dana Bos

A

:

Iya, Dana Bos, nah ini, tidak bisa saya
selesaikan sendiri, saya harus mengajak
bendahara saya, bendahara saya tanya o ini
temuan2 ini, terus nanti pembagian. Nah di
sini bendaharanya, kan kemarin ada 2, jadi
peralihan antara bendahara lama dan baru
dan saya. Jadi semuanya baru. Jadi antara
bendahara lama setengah tahun, bendahara
baru setengah tahun, trus ini baru saya. Jadi
sebenarnya bukan masalah saya, masalah
yang lama, tapi tetep saya yang harus
menyelesaikan karena kan, heeh, menjabat
sekarang, tapi yang diperiksa kan tahun lalu,
sehingga yang bersangkutan dengan masalah
itu, yang tahu, bendaharanya saya panggil,
oh itu masalahnya ini, ini, ini. Pembagian,oh
ya Bu ini saya tahu, jadi kita pembagian
tugas untuk membuat laporan itu, semacam
itu, kita carikan ini solusinya bagaimana, ini
solusinya bagaimana, begitu. Jadi tetap saya
mengajak staff untuk mencari solusi.

:

Selama ini Bu, adakah yang kurang berhasil
Bu?

:

Ya, saya katakan bukan tidak berhasil, tapi
kurang,

110

kurang

ya?

Atau

belum,

heeh,

mungkin belum berhasil ya, itu masalah
prestasi siswa kalau ini ya. Jadi untuk
prestasi siswa memang sekolah di sini itu ya
sekolah pinggiran, sekolah yang e inputnya
juga paling bawah, iya, jadi dari 10 SMP itu,
SMP 7 itu jadi yang terakhir, ini terus terang
saja ini, jadi e apa setelah di sekolah lain ini
tidak diterima, trus larinya ke sini, tapi kita
juga bersyukur, melebihi, jadi melebihi kuota
yang mendaftar. Target 224 kemarin yang
mendaftar di sini ada 300 an. Nah ini, untuk
mengatasi

masalah

bagaimana

cara

akademik
bukan
lakukan

siswa

tahun

meningkatkan
ini

main,

sudah

ya,

dari

memberikan

setiap

prestasi

bagaimana,
berbagai

tambahan

ya,

sulitnya

cara

kurikulum
pelajaran,

kita

sudah
yang

dulunya cuma 2 hari, yang tahun kemarin
saya di sini sudah saya jadikan 4 hari, Senin
sampai Kamis. Dulu cuma 2 hari lho, coba
Pak yo kita 4 hari, toh nilainya masih juga
belum bisa, belum bisa seperti yang kita
angankan. Meningkat berapa poin gitu ya,
paling tidak peringkatnya, itu yang belum
bisa. Terus kita juga punya strategi, e kita
kelompokkan yuk, jadi e dari anak 8 kelas
itu, grade A, B, gradenya yang pinter2, terus
yang tengah itu yang sedang2, terus 2 grade
yang paling bawah itu paling bawah, jadi kita
111

polanya yang baik ya kita pacu, yang kurang
kita kelola, dengan seperti itu juga kita
belum. Ya tidak tahu apakah di sekolah lain
juga sama-sama memacu jadi grade kita
tetep,

tetep

apa

namanya,

belum

bisa

meloncat.
Dian

:

Terima kasih Bu, nomor 8 Bu tentang
pemanfaatan
mohon

teknologi,

dijelaskan

seperti

kemudian

apakah,
diberikan

contohnya
A

:

Ya, untuk pemanfaatan teknologi, ini baru
kami rintis terus terang. Web baru kita buat
tahun kemarin, tetapi saya pantau ini isinya
belum maksimal, semacam itu, tapi sudah
mulai

dibuat

web.

Kemudian

untuk

hubungan antar guru, saya dengan guruguru ini masih pakai sms jadi belum, belum
pakai grup, juga kelihatannya belum, belum
banyak yang pakai ya, atau untuk beberapa
orang untuk Waka-Waka kami pakai WA
kadang-kadang, untuk beberapa orang, tapi
kalau secara keseluruhan itu belum, atau
tidak menggunakan
Dian

:

Atau bahkan ada yang tidak menggunakan
WA?

A

:

Heeh, jadi bebrapa orang, yang ada WA nya
ya kita pakai WA, yang engga ya engga. Trus
untuk siswa ini baru kita rintis. Kemarin itu
ada, untuk pembelajaran ya, kita tu punya

112

LCD, saya masuk sini saya tanya,lha ini
semua

kelas

q

belum

ada

LCD

yang

terpasang. Mereka takut kalau hilang. Lha
karena memang, ya saya maklum, karena
memang di sini beberapa tahun yang lalu itu
kehilangan komputer itu satu ruangan. Satu
ruangan itu sekitar 40 unit atau berapa
komputer baru.
Dian

:

Dalam semalam?

A

:

Iya, dalam semalam, juga komputer yang di,
juga komputer di lab bahasa. Jadi kita ndak
punya lab bahasa, itu kosong, sama lab
komputer itu sama sekali ndak punya. Dan
untuk lab komputer itu dulu sudah 2 kali
kehilangan, jadi guru-guru di sini sepertinya
trauma, begitu, dan saya masuk di sini
memang masih minim desktop, itu masih
minim. Bu mbok dibelikan. Ya, sedikit demi
sedikit ruangan saya beri paling tidak satu.
Terus LCD itu numpuk di gudang. Ada 20,
lho ada 20, jadi mereka cuma mbawa,
ditenteng gitu kalo mau ngajar. Nah terus,
wah kalau seperti ini, kapan maju, nggak
cepet, pokoknya mau pasang. Bu, nanti
hilang, dah doa saja pokoknya ndak hilang.
Terus akhirnya pada waktu itu mereka tidak
berani karena pintu itu tidak ada kuncinya,
ndak bisa dikunci, jadi saya setahun itu
memperbaiki, kunci sama pintu. Ada malah
113

pintunya itu yang mlompong, ya ampun,
saya

gitu.

Ya

sudah,

setahun

saya

membenahi itu dulu, baru tahun ini sudah
saya pasang, dari 20 itu ternyata yang bisa
dipasang cuma 17, yang 3 sudah rusak, ndak
bisa, heeh yang penting 2 tingkat, ini sudah
saya pasang LCD, tinggal 1 tingkat, 8 kelas
kurang, nanti pelan-pelan. Nah ini, dengan
sudah terpasangnya LCD, nanti Bapak Ibu
Guru pembelajarannya bisa dengan mudah
pakai IT, bisa apa iya biar lancar. Trus untuk
internet

di

sini

memang

sudah

ada

sebenarnya, pakai Indi atau apa, tapi kurang
lancar, entah nanti, untuk tahun-tahun ke
depan, mungkin kita coba-coba lagi untuk
internet, biar gampang lah.
Dian

:

Untuk keamanan bila malam?

A

:

Lha untuk keamanan, mulai Juli ini karena
saya

sudah

pasang

maka

saya

harus

tanggung jawab akan apa, amannya barang
itu sehingga saya mengambil 1 orang petugas
teknis

untuk

tidur

di

sini

dengan

keluarganya, kebetulan kok mau, jadi jadi
penjaga sekolah, kalau dulu kan tidak ada
penjaga sekolah, jadinya ya, nah ini karena
sekarang penjaga sekolah sudah ada maka
saya berani pasang dan pintunya juga sudah.
Dulu tidak ada penjaga sekolah, adanya kan
cuma penjaga malam. Nah mungkin penjaga
114

malamnya pas lengah.
Dian

:

Terima kasih Bu
Salatiga, 25 Juli 2015
Menyetujui Kebenarannya,

Anna Maria, M.Pd

115

Lampiran 4: Biodata dan Transkrip Wawancara Anak
Tengah
BIODATA
Nama

:

Ngadiman, M.Or

Tempat/tgl.lahir :

Salatiga, 13 September 1965

Alamat

Jl. Kartini 26, Gg. Widya Pratama

:

2 Salatiga
Anak ke

:

Pengalaman

:

5 dari 6 bersaudara

 1988 – 2014, Guru Pendidikan Jasmani dan Olah
Raga SMP 2
 Jan 2015 – sekarang, Kepala Sekolah SMP Negeri 9
Kota Salatiga
Keaktifan di masyarakat:
 2002-sekarang, Pengurus KONI
 2006-2014, Pengurus PGRI Kota Salatiga, Sekbid
Keolahragaan
 2007-sekarang, Bendahara RT 04/RW 01
 2008-sekarang, Sekretaris RW 1, Margosari
Motto/Visi
“Sopo temen, tinemu”
Siapa yang bekerja dengan baik, sungguh-sungguh,
profesional, maka akan menuai hasilnya.

116

TRANSKRIP WAWANCARA 1
PAK NGADIMAN, M.Or (N)
Hari/ tanggal

: Selasa, 14 Juli 2015

Tempat

: SMP N 9 Salatiga

Dian :

Selamat Pagi Pak, eh siang ding

N

Selamat Siang

:

Dian :

E

Bapak,

saya

akan

berlanjut

pada

pertanyaan nomor 1 tentang kewenangan
dan

tanggung

jawab.

Mohon

penjelasan

Bapak kemudian mohon diberikan contoh
baik yang berhasil maupun yang kurang
berhasil
N

:

Terimakasih, Mbak Dian ya?

Dian

:

Njih

N

:

Mbak Dian, jadi di SMP Negeri 9 Salatiga
kewenangan

dan

tanggung

jawab

yang

dilaksanakan di sini adalah berdasarkan
struktur organisasi dan job description yang
telah dibuat setiap awal tahun pelajaran
sehingga tugas-tugas dari seluruh personil
yang ada, dari Kepala Sekolah, kemudian
dari kurikulum, kesiswaan, humas sampai
dengan

pada

tenaga

administrasi,

ini

berdasarkan pembagian tugas, kewenangan
masing2, job description. Sebagai contoh di
sini ada WaKa Kurikulum yang menangani
tentang kurikulum yang digunakan di SMP 9,
117

kebetulan di SMP 9 menggunakan kurikulum
2006 atau KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.

Masing2

punya

tugas

dan

fungsinya , jadi kurikulum di SMP 9 ini telah
cukup berhasil karena telah mengangkat
SMP

9

sebagai

indikatornya

adalah

keberhasilan di dalam Ujian Nasional karena
kemarin peringkat 3 setelah SMP 2, jadi
peringkat 1 SMP 1, kedua SMP 2 dan ke 3
SMP 9. Ini tidak lepas dari guru-guru sendiri
dapat

melakukan

tugas

dengan

sebaik-

baiknya, dengan komitmen guru juga yang
sangat tinggi. Namun demikian, di samping
keberhasilan-keberhasilan

juga

ada

yang

belum dalam arti belum bisa melakukan
tugas

mereka

sesuai

dengan

job

descriptionnya, ambil contoh misalkan di
ketatausahaan juga ada sebagian yang baru
melaksanakan tugasnya sebagian, demikian
profesionalitas dari Tata Usaha perlu kita
tingkatkan.
lakukan

Peningkatan

dalam

bentuk

itu

sering

workshop

kita
yaitu

namanya IHT (In House Training) yang kita
lakukan setiap awal tahun pelajaran. Ini
rencana mungkin gitu, IHT di awal tahun
pelajaran, untuk 2016 akan kita laksanakan
di buan Agustus, begitu Mbak Dian
Dian

:

Berarti
tanggung

118

Pak,

untuk

jawab

tadi

kewenangan

dan

dapatkah

saya

simpulkan

bahwa

telah

ada

pembagian,

Bapak menyerahkan begitu?
N

:

Penyerahan tugas kepada selurh warga SMP
9

Dian

:

Dapat dipercayakan begitu ya Pak?

N

:

Iya, menurut pengamatan, profesionalitas
masing-masing personil

Dian

:

Pertanyaan nomor dua tentang penugasan
terhadap bawahan Pak, bagaimana Bapak
menugaskan
penjelasan

bawahan
berikut

Bapak.

contoh

yang

Mohon
berhasil

maupun kurang berhasil.
N

:

Terima kasih Mbak Dian, untuk penugasan
terhadap

bawahan,

kami

mengambil

beberapa cara, yang pertama masukan dari
teman-teman,

yang

kedua

dari

evaluasi

kinerja yang ketiga dari analisa yang telah
mereka lakukan sehari-hari. Dari sini kami
maka kami mengetahui tingkat kemampuan
yang bersangkutan, atau personal-personal
yang bersangkutan, sehingga tidak hanya
dari satu sisi Kepala Sekolah namun juga
bottom up dari bawah. Dengan demikian
andaikata

nanti

kebijakan

itu

ada
adalah

sebuah

penentuan

kebijakan

yang

demokratis dari bawah dan juga dari atas .
Dari atas adalah berdasarkan pilihan orangorang yang profesional yang benar-benar
mampu di dalam bidang tersebut, jadi tidak
119

serta

merta

asal

Bapak

senang

namun

berdasarkan evaluasi kinerja. Kita harapkan
nanti hasil dari kerja-kerja mereka juga
senantiasa baik. Jadi seperti itu Mbak Dian,
dan Alhamdullilah di sini sudah berjalan itu
juga sudah menghasilkan hasil yang baik dari
evaluasi kinerja yang kita tetapkan, begitu
Mbak Dian.
Dian :

Terima kasih Pak. Untuk pola komunikasi
Pak mohon dijelaskan, mana yang Bapak
lakukan selama ini beserta contoh baik yang
berhasil maupun yang kurang berhasil.

N

:

Baik Mbak Dian, jadi pola komunikasi, pola
komunikasi ya yang diterapkan di sekolah
kami, di SMP 9 adalah saya senantiasa
menerapkan

koordinasi

dan

komunikasi

antar teman, jadi segala sesuatu senantiasa
kami musyawarahkan dengan teman-teman.
Saya

punya

sebuah

prinsip

sekolah

itu

keberhasilan
bukan

dalam

keberhasilan

pribadi atau pimpinan, namun keberhasilan
dari teman-teman semuanya. Oleh sebab itu
di

dalam

membuka,

kami

berkomunikasi,

membuka

ini

saya

seluas-luasnya

baik

dari teman-teman yang GTT, PTT, dari temanteman kebersihan, baik dari atasan pun kami
senantiasa

membuka

komunikasi

secara

luas. Untuk itu segala keputusan pun juga
adalah keputusan bersama. Meskipun Kepala
120

Sekolah memiliki kebijakan namun adalah
kebijakan Kepala Sekolah ini yang diambil
berdasarkan demokrasi, komunikasi diantara
rekan kerja.
Dian :

Selama ini efektif begitu Pak?

N

Sangat efektif ya. Jadi ternyata dengan pola

:

komunikasi antar teman ini, dengan sistem
demokrasi ternyata sangat efektif karena
sebagaimana

evaluasi

saya,

keberhasilan

pada kepemimpinan sebelumnya itu adanya
kurang komunikasi diantara teman-teman
dalam suatu masyarakat SMP 9 itu, adalah
satu, salah satunya kekurangan di sana,
sehingga

dari

evaluasi

saya

dari

tahun

sebelumnya saya menggunakan pendekatan
personal

dan

komunikasi

di

antara

masyarakat SMP 9, begitu Mbak Dian.
Dian :

Mohon diberikan contoh Pak, baik yang
berhasil

maupun

yang

kurang

berhasil,

menurut Bapak
N

:

Yang

berhasil

komunikasi
permasalahan,

tentunya

yang
segala

baik

dengan
itu,

pola
segala

permasalahan

yang

terjadi di sekolah kami itu senantiasa akan
cepat kami kami dapatkan, akan secara cepat
kami ketahui. Sehingga segala sesuatu yang
menjadi

permasalahan-permasalahan

itu

akan segera senantiasa terselesaikan, kita
carikan solusi, jadi tidak akan tertunda121

tunda sebuah permasalahan itu, tapi untuk
pola komunikasi yang terbuka seperti ini,
juga

ada

kelemahan

tentunya.

Kelemahannya, kemungkinan, tapi bukan,
bukan terjadi pada diri saya pribadi, banyak
pimpinan yang jaim, tapi di sini akhirnya
begitu dekatnya antara bawahan dengan
atasan, yang kadang juga batas-batas itupun
tidak jelas begitu
Dian :

Supaya anu Pak, meredakan gap begitu Pak?

N

Betul

:

Dian :

Mari kita ke nomor 4. Pertanyaan nomor 4
Pak,

untuk

mohon

tekanan

dijelaskan,

terhadap
seperti

bawahan,
apa

yang

diterapkan di SMP 9 ini pada penyelesaian
pekerjaannya, mohon diberikan juga contoh
bagi yang berhasil maupun yang kurang
berhasil, monggo Pak.
N

:

Terima kasih Mbak Dian,kalau boleh saya
mengatakan, tekanan pada bawahan, kami
tidak pernah menekan Mbak Dian,hahahaha

Dian :

Hahahaha, njih

N

Mungkin

:

kalimatnya

tidak

tekanan

bagi

bawahan, mungkin bisa dibuat reward dan
punishment njih?
Dian :

Hahahaha, njih

N

Untuk para pegawai, guru, karyawan di

:

sekolah kami, di SMP 9 khususnya itu setiap
awal tahun pelajaran mereka harus membuat
122

SKP , Sasaran Kinerja Pegawai. Nah, di situ
untuk masing-masing guru, ya, jadi guru
juga buat SKP, TU juga buat SKP yang itu
merupakan perencanaan dalam kerja mereka
dalam satu tahun ke depan. Nah, dari dari
situ senantiasa kita evaluasi, jadi setiap akhir
semester juga akan kita lihat seperti apa
kinerja mereka, terus pada akhir tahun juga
akan kita evaluasi, pencapaian target dari
Sasaran Kinerja Pegawai yang nantinya akan
diajukan

dalam

angka,

dimana

Sasaran

Kinerja Pegawai itu nanti target yang dicapai
akan menentukan prestasi kerja dalam satu
tahun. Nah tentu saja dari pencapaian target
itu ada semacam reward dan punishment,
bagi mereka yang kurang bisa mencapai dari
target

yang

ditetapkan

mendapatkan

teguran,

tentu
baik

saja
itu

akan

teguran

secara lisan maupun secara tertulis. Dan
tentu saja itu nanti akan mempengaruhi di
dalam penilaian yang dulu kita sebut dengan
DP 3
Dian :

Iya

N

Dulu DP 3 sekarang adalah

:

Dian :

SKP

N

Iya, jadi prestasi kerja pegawai, jadi seperti

:

itu,

terus

kemudian

disamping

Sasaran

Kinerja yang sudah kita tetapkan, kehadiran
dari guru karyawan pun juga kita pantau,
123

karena sebagaimana Peraturan Pemerintah,
kalau tidak salah PP 54 itu menggariskan
guru, karyawan, atau PNS yang tidak masuk
dalam

waktu

5

hari

pun

kita

harus

memberikan teguran secara lisan, selebihnya
nanti bisa secara tertulis, selebihnya lagi
penundaan kenaikan pangkat mereka dan
bisa

juga

apabila

dilaksanakan

apa

pelanggaran-pelanggaran yang cukup berarti
itu bisa penurunan kenaikan pangkat dan
penurunan 1 tingkat jabatan di bawahnya.
Begitu Mbak Dian, jadi kita berdasarkan
aturan regulasi yang sudah ditentukan dari
pemerintah.
Dian

:

Mohon diberikan contoh Pak

N

:

Untuk contohnya, saya senantiasa membuat
capaian SKP yang nanti akan saya terbitkan
menjadi Penilaian Kinerja Pegawai, dan juga
bagi

mereka

yang

tidak

disiplin,

saya

membuat teguran secara lisan dan juga
teguran tertulis. Jadi termasuk guru yang
tidak masuk itu daftar hadir juga akan saya
fotokopi sebelum saya panggil, karena kita
khawatirkan nanti
Dian

:

Bukti

N

:

Saya tidak punya bukti, jadi dipanggil trus
diberitahu temannya, trus diisi penuh, nah
padahal sudah saya fotokopi dulu

Dian
124

:

Hahahaha, baik

N

:

Begitu Mbak Dian

Dian

:

Bagi

contoh

apakah

ada

yang

kurang

begitu?

berhasil

Pak,

reward

dan

Untuk

punishment tadi kata Bapak
N

:

Yang kurang berhasil tentu saja ada, jadi di
sini

ada

pegawai

kehadirannya

juga

yang

ya

belum

mungkin

baik,

perlu

peningkatan, njih, trus kemudian capaian
SKPnya juga belum 100 %, nah ini kita
harapkan nantinya juga 100% dengan nanti
pola-pola pembinaan, koordinasi, dan juga
tidak kalah pentingnya juga nanti evaluasi
akhir tahun. begitu Mbak Dian
Dian

:

Njih, Terima kasih Pak. Pertanyaan terakhir
Pak tentang inisiatif terhadap bawahan,perlu
kah ini?

N

:

Untuk inisiatif dari bawahan Mbak Dian,
teramat sangat perlu, sebagaimana tadi yang
saya sampaikan di depan bahwasanya pola
kepemimpinan saya adalah pola
kepemimpinan demokrasi demokratis,
sehingga dengan demikian cukup jelas
bahwasanya bawahan ini juga cukup
menentukan di dalam keberhasilan sekolah
itu. Maka, untuk inisiatif dari bawahan ini
juga amat saya perlukan dalam upaya
pencapaian prestasi yang baik karena kadang
inisiatif-inisiatif itu akan bersifat
membangun bagi kemajuan sekolah.
125

Dian

:

Berarti termasuk juga dalam pengambilan
keputusan ya Pak?

N

:

Iya, untuk pengambilan keputusan, jelas
sekali saya
inisiatif

tetap akan mempertimbangkan

dari

bawahan,

masukan

dari

bawahan, jadi untuk bawahan ini merupakan
teman kerja, mitra kerja, yang juga akan
menentukan bagi keberhasilan saya. Untuk
itu amat sangat saya perlukan
Dian

:

Meskipun Pak, musyawarah untuk mufakat
itu menghabiskan waktu, tetap Bapak akan
melakukannya?

N

:

Ya, musyawarah mufakat itu tentu saja kita
akan

melihat

mufakat

itu

sepanjang

tidak

musyawarah

berkepanjangan

yang

memakan waktu lama, itupun juga akan kita
batasi

sehingga

musyawarah
tidak

ada

Sekolah

misalkan

mufakat

itu

kalau

berkepan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kemandirian Siswa SMU Negeri 1 Pabelan Dintinjau dari Urutan Kelahiran

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Urutan Kelahiran (Birth Order) T2 942014706 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Urutan Kelahiran (Birth Order) T2 942014706 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Urutan Kelahiran (Birth Order) T2 942014706 BAB IV

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Urutan Kelahiran (Birth Order) T2 942014706 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Urutan Kelahiran (Birth Order)

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Recency Bias Berdasarkan Urutan Penyajian Informasi dan Jenis Kelamin

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Recency Bias Berdasarkan Urutan Penyajian Informasi dan Jenis Kelamin

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Recency Bias Berdasarkan Urutan Penyajian Informasi dan Jenis Kelamin

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Urutan Kelahiran

0 0 2