Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)
70
LAMPIRAN 1
ALUR PIKIR
Irigasi dalam Perawatan Endodonti
meliputi
1. Perawatan
endodonti
preparasi saluran akar (cleaning &
shaping), desinfeksi, dan obturasi.
2. Irigasi penting pada perawatan
endodonti sebagai desinfeksi dan
membuang smear layer selama dan
sesudah proses preparasi.
3. Bahan irigasi yang ideal sebaiknya:
a memiliki sifat antimikroba
melarutkan
jaringan
b mampu
nekrotik dan debris
c sebagai debridement di saluran
akar
d memiliki toksisitas yang rendah
e memiliki tegangan permukaan
yang rendah
f dapat menjadi pelumas yang baik
g efektif mensterilkan saluran akar
h mampu mencegah pembentukan
smear layer selama instrumentasi
atau membuangnya
i menginaktifkan endotoksin.
4. Bahan irigasi yang sering digunakan
adalah sodium hipoklorit, EDTA,
hidrogen peroksida, atau kombinasi
dari bahan-bahan tersebut.
5. Kecepatan aliran bahan irigasi dapat
mempengaruhi
besarnya
tekanan
apikal sehingga mempengaruhi jumlah
larutan yang ekstruksi. (Boutsioukis et
al, 2010)
6. Ekstrusi bahan irigasi ke jaringan
periapikal dapat mengaktifkan sistem
inflamasi
dalam
tubuh
dan
menghambat proses penyembuhan
selular (Pappen et al, 2009)
7. Ekstrusi bahan irigasi dapat terjadi
apabila tekanan saluran akar lebih
besar
daripada
back-pressure
Bahan Irigasi
1. Sodium Hipoklorit
– Diperkenalkan oleh Dakin pada
Perang Dunia I
– Pertama kali digunakan sebagai
terapi saluran akar oleh Walker
tahun 1936
– Digunakan sebagai medikamen
oleh Grossmann pada tahun 1941
– Sodium hipoklorit 2,5% dan 5%
dapat melarutkan jaringan nekrotik
(Madden, 1977)
– Memiliki sifat antimikroba dan
bleaching
– Toksisitas tinggi
– Tidak mampu melarutkan bahan
organik setelah instrumentasi
2. Hidrogen Peroksida
– Mampu menghasilkan radikal
bebas hidroksil (-OH) untuk
membunuh
bakteri
dengan
merusak DNA & protein bakteri
– Sering
dikombinasi
dengan
sodium hipoklorit 5% sebagai
irigasi terakhir
3. EDTA
– Bahan irigasi chelator
– Mampu mengeliminasi materi
anorganik seperti smear layer dan
debris dentin
– EDTA bereaksi dengan jaringan
anorganik dan menggantikan ion
kalsium dengan ion natrium
sehingga membentuk senyawa
baru yang larut dalam cairan
irigasi
– Memiliki
efek
samping
demineralisasi
pada
dentin
radikuler jika tidak dikontrol
(Pascon, 2006)
71
(Boutsioukis et al, 2007)
8.
Iritasi parah pada nervus mentalis atau
nervus alveolaris inferior karena
ekstrusi
bahan
irigasi
dapat
menyebabkan parastesi (Hulssman et
al, 2000)
9. Larutan sodium hipoklorit yang
terpercik ke mata dapat menyebabkan
rasa sakit dan terbakar, eritema, hilang
lapisan sel epitelial pada kornea dan
harus segera dirujuk ke ahli mata
(Ingram, 1990)
10. Larutan sodium hipoklorit memiliki
efek toksik ke jaringan vital seperti
hemolisis, ulser, dan nekrosis (Pashley
et al, 1985)
–
–
–
–
–
–
4.
Klorheksidin
– Memiliki efek antimikrobial yang
terus-menerus dengan durasi yang
panjang
– Sering
digunakan
sebagai
pembilas terakhir saat irigasi
– Tidak dapat melarutkan jaringan
organik
– CHX 2% memiliki efek toksik
lebih rendah dibandingkan dengan
NaOCl
Dari uraian di atas terlihat bahwa bahan irigasi yang selama ini digunakan terbuat
dari bahan-bahan kimia yang dapat memberi efek samping atau toksik pada
jaringan.
Diperlukan suatu bahan irigasi yang memiliki khasiat yang lebih baik dan
biokompatibel
JAKSTRA (2000-2004)
Penggunaan tanaman tradisional danlimbah alam
dalam area kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa untuk pembangunan
nasional
Penelitian Irham F dan Yanti N (2008) menggunakan ekstrak lerak sebagai bahan
uji antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang dibandingkan dengan Sodium
hipoklorit. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan efek antibakteri yang
signifikan antara Lerak dengan sodium hipoklorit.
Penelitian Marsa RD dan Yanti N (2011) membuktikan bahwa ekstrak lerak dalam
pelarut etanol mempunyai efek antibakteri terhadap E. faecalis.
Penelitian Chandran T dan Trimurni (2012) menggunakan daun mimba sebagai
alternatif bahan irigasi dengan menguji efek antibakterinya terhadap F. nucleatum.
72
Kitosan
– Ditemukan oleh Rouget (1859) sebagai biopolimer alami polisakarida
turunan kitin
deasetilasi kitin + lar. NaOH pekat
– Struktur poly-ß-1,4-glucosamine
– Kitosan terdiri dari molekul rendah, sedang dan tinggi yang berasal dari hewan
laut bercangkang keras seperti kepiting, kerang, dan blankas, serta dari hewan
laut bercangkang lunak seperti udang, cumi-cumi, dan lainnya.
– Tarsi dan Muzarelli et al (1997)
Sifat kitosan yang mendukung kemampuan
untuk menghambat perlekatan bakteri sbb: Mencegah kerusakan permukaan gigi
oleh asam organik dan menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri patogen
– Sano et al, 2002
Menggunakan kitosan sebagai larutan obat kumur untuk
mengurangi pembentukan plak dan mengurangi bakteri Streptokokus mutan
– Trimurni et al. (2006)
Kitosan blangkas (Tachypleus gigas) dalam bidang
medis, kedokteran gigi, dipakai sebagai bahan pulp caping.
– Kitosan blangkas dikembangkan sebagai bahan dressing yang bersifat alami,
biodegradable, biokompatibel dan bersifat antibakteri.
–
Tarigan G dan Trimurni (2008) membuktikan bahwa kitosan blangkas dapat
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
– Penelitian Banurea dan Trimurni (2008) menunjukkan bubuk kitosan blankas
bermolekul tinggi bereaksi positif sebagai antibakteri terhadap bakteri
Fusobacterium nucleatum
– Penelitian Rahmy dan Trimurni (2009) menunjukkan larutan kitosan blankas 1%
dan 0,5% yang diaplikasikan dengan pelarut gliserin mampu menghambat
bakteri Fusobacterium nucleatum jika digunakan sebagai pengembangan bahan
dressing saluran akar.
– Penelitian Ivanti dan Trimurni (2009) menyatakan bahwan kitosan blangkas
bermolekul tinggi dengan pelarut gliserin memiliki efek antifungal dan dapat
menghambat pertumbuhan Candida albicans.
– Silva et al (2012) meneliti kitosan sebagai bahan chelator pada tindakan irigasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa 0,2% kitosan efektif mengangkat smear layer
pada setengah dan sepertiga apikal saluran akar dan memberi efek yang baik
pada dentin dengan waktu 3 menit
73
Dari uraian di atas, terlihat bahwa kitosan blankas bermolekul tinggi merupakan
bahan multipurpose yang memiliki efek.antibakterial, antifungal, biodegradable dan
biokompatibel. Namun sejauh ini belum dilakukan penelitian mengenai efek larutan
kitosan blankas sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar bila dibandingkan dengan
Sodium hipoklorit.
Timbul permasalahan:
- Apakah larutan kitosan blankas bermolekul tinggi mampu mengurangi ekstrusi
debris dibandingkan dengan larutan sodium hipoklorit pada tindakan irigasi?
Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui perbandingan jumlah ekstrusi debris antara larutan kitosan blankas
dengan sodium hipoklorit selama irigasi saluran akar
Judul penelitian:
Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Pada Tindakan Irigasi Antara Kitosan Blangkas
Bermolekul Tinggi dengan Sodium Hipoklorit.
74
LAMPIRAN 2
ALUR PENELITIAN
1.
Pembuatan larutan kitosan
Bubuk kitosan blangkas molekul tinggi (DD=84,20% dan berat molekul 893.000
Mv) dibagi menjadi 2 kelompok dengan berat masing-masing
0,1 gram dan 0,2 gram
Larutan asam asetat disiapkan dalam 2 labu ukur masing-masing 100ml
Bubuk kitosan dicampur dengan larutan asam asetat dan diaduk dengan magnetic
stirrer selama 2 jam hingga larutan homogen dan diberi CMC sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogen kembali
Didapat larutan kitosan blangkas molekul tinggi
konsentrasi 0,1% dan 0,2%
2.
Pengenceran NaOCl 5,25%
Sodium hipoklorit 5,25% sebanyak 250ml
Tambahkan dengan 275ml aquades
Didapat larutan irigasi sodium hipoklorit 2,5% sebanyak 525ml
75
3.
Pengukuran jumlah debris yang ekstrusi
Timbang tabung eppendorf kosong sebagai B0
Sampel gigi dipersiapkan dan ditanam dalam tabung eppendorf
Preparasi kavitas sampel gigi hingga terlihat orifisi. Irigasi dengan aquades agar orifisi
terlihat jelas
Saluran akar dipreparasi menggunakan teknik hybrid dengan instrumen rotary Protaper
S1 – F3. Setiap pergantian file, saluran diirigasi sesuai dengan kelompok perlakuan.
Sampel gigi diberi irigasi akhir dan ekstrusi larutan dan debris ditampung.
Gigi dilepas dari tabung. Kemudian tabung diinkubasi selama 3x24 jam dengan suhu
40°C. Kemudian tabung eppendorf ditimbang kembali dan dihitung sebagai berat debris
(Bx)
Jumlah debris yang ekstrusi dihitung dengan rumus:
Berat debris = Bx – B0
76
LAMPIRAN 3
JADWAL PENELITIAN
Waktu Penelitian (Bulan
No
1
2
Ke-)
Kegiatan
1
2
Pembuatan proposal
X
X
1.
Persiapan penelitian
X
X
2.
Pembuatan surat izin
X
X
3
4
5
6
7
Pelaksanaan
1. Pembuatan larutan kitosan
X
2. Persiapan sampel gigi
X
3. Pengukuran tegangan
X
X
X
X
permukaan
4. Pengukuran debris yang
terangkat
X
X
X
X
3
Pembuatan laporan penelitian
X
4
Penggandaan laporan
X
X
77
LAMPIRAN 4. UJI STATISTIK
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Kelompok
Skor
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kitosan 0,1%
.206
7
.200
*
.890
7
.274
Kitosan 0,2%
.311
7
.039
.781
7
.056
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
.218
7
.200
*
.851
7
.126
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
.227
7
.200
*
.869
7
.182
NaOCl 2,5%
.224
7
.200
*
.896
7
.307
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
.213
7
.200
*
.910
7
.393
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
78
Oneway
Descriptives
Skor
95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
Kitosan 0,1%
7
9.471
1.3756
.5199
8.199
10.744
8.0
11.4
Kitosan 0,2%
7
11.714
2.4654
.9318
9.434
13.994
9.7
16.9
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
7
9.700
1.6186
.6118
8.203
11.197
8.0
11.7
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
7
12.429
1.9448
.7351
10.630
14.227
9.9
14.6
NaOCl 2,5%
7
13.600
3.0265
1.1439
10.801
16.399
10.1
17.6
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
7
19.129
3.7717
1.4256
15.640
22.617
14.0
23.4
42
12.674
4.0266
.6213
11.419
13.929
8.0
23.4
Total
Test of Homogeneity of Variances
Skor
Levene Statistic
2.959
df1
df2
5
Sig.
36
.054
79
ANOVA
Skor
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Between Groups
438.210
5
87.642
Within Groups
226.551
36
6.293
Total
664.761
41
Sig.
13.927
.000
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Skor
LSD
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Kitosan 0,1%
Kitosan 0,2%
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
-2.2429
1.3409
.103
-4.962
.477
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
-.2286
1.3409
.866
-2.948
2.491
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
-2.9571
*
1.3409
.034
-5.677
-.238
NaOCl 2,5%
-4.1286
*
1.3409
.004
-6.848
-1.409
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-9.6571
*
1.3409
.000
-12.377
-6.938
80
Kitosan 0,2%
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
NaOCl 2,5%
Kitosan 0,1%
2.2429
1.3409
.103
-.477
4.962
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
2.0143
1.3409
.142
-.705
4.734
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
-.7143
1.3409
.598
-3.434
2.005
NaOCl 2,5%
-1.8857
1.3409
.168
-4.605
.834
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-7.4143
*
1.3409
.000
-10.134
-4.695
Kitosan 0,1%
.2286
1.3409
.866
-2.491
2.948
Kitosan 0,2%
-2.0143
1.3409
.142
-4.734
.705
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
-2.7286
*
1.3409
.049
-5.448
-.009
NaOCl 2,5%
-3.9000
*
1.3409
.006
-6.619
-1.181
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-9.4286
*
1.3409
.000
-12.148
-6.709
Kitosan 0,1%
2.9571
*
1.3409
.034
.238
5.677
Kitosan 0,2%
.7143
1.3409
.598
-2.005
3.434
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
2.7286
*
1.3409
.049
.009
5.448
NaOCl 2,5%
-1.1714
1.3409
.388
-3.891
1.548
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-6.7000
*
1.3409
.000
-9.419
-3.981
Kitosan 0,1%
4.1286
*
1.3409
.004
1.409
6.848
Kitosan 0,2%
1.8857
1.3409
.168
-.834
4.605
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
3.9000
*
1.3409
.006
1.181
6.619
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
1.1714
1.3409
.388
-1.548
3.891
-5.5286
*
1.3409
.000
-8.248
-2.809
9.6571
*
1.3409
.000
6.938
12.377
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
Kitosan 0,1%
81
Kitosan 0,2%
7.4143
*
1.3409
.000
4.695
10.134
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
9.4286
*
1.3409
.000
6.709
12.148
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
6.7000
*
1.3409
.000
3.981
9.419
NaOCl 2,5%
5.5286
*
1.3409
.000
2.809
8.248
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
LAMPIRAN 1
ALUR PIKIR
Irigasi dalam Perawatan Endodonti
meliputi
1. Perawatan
endodonti
preparasi saluran akar (cleaning &
shaping), desinfeksi, dan obturasi.
2. Irigasi penting pada perawatan
endodonti sebagai desinfeksi dan
membuang smear layer selama dan
sesudah proses preparasi.
3. Bahan irigasi yang ideal sebaiknya:
a memiliki sifat antimikroba
melarutkan
jaringan
b mampu
nekrotik dan debris
c sebagai debridement di saluran
akar
d memiliki toksisitas yang rendah
e memiliki tegangan permukaan
yang rendah
f dapat menjadi pelumas yang baik
g efektif mensterilkan saluran akar
h mampu mencegah pembentukan
smear layer selama instrumentasi
atau membuangnya
i menginaktifkan endotoksin.
4. Bahan irigasi yang sering digunakan
adalah sodium hipoklorit, EDTA,
hidrogen peroksida, atau kombinasi
dari bahan-bahan tersebut.
5. Kecepatan aliran bahan irigasi dapat
mempengaruhi
besarnya
tekanan
apikal sehingga mempengaruhi jumlah
larutan yang ekstruksi. (Boutsioukis et
al, 2010)
6. Ekstrusi bahan irigasi ke jaringan
periapikal dapat mengaktifkan sistem
inflamasi
dalam
tubuh
dan
menghambat proses penyembuhan
selular (Pappen et al, 2009)
7. Ekstrusi bahan irigasi dapat terjadi
apabila tekanan saluran akar lebih
besar
daripada
back-pressure
Bahan Irigasi
1. Sodium Hipoklorit
– Diperkenalkan oleh Dakin pada
Perang Dunia I
– Pertama kali digunakan sebagai
terapi saluran akar oleh Walker
tahun 1936
– Digunakan sebagai medikamen
oleh Grossmann pada tahun 1941
– Sodium hipoklorit 2,5% dan 5%
dapat melarutkan jaringan nekrotik
(Madden, 1977)
– Memiliki sifat antimikroba dan
bleaching
– Toksisitas tinggi
– Tidak mampu melarutkan bahan
organik setelah instrumentasi
2. Hidrogen Peroksida
– Mampu menghasilkan radikal
bebas hidroksil (-OH) untuk
membunuh
bakteri
dengan
merusak DNA & protein bakteri
– Sering
dikombinasi
dengan
sodium hipoklorit 5% sebagai
irigasi terakhir
3. EDTA
– Bahan irigasi chelator
– Mampu mengeliminasi materi
anorganik seperti smear layer dan
debris dentin
– EDTA bereaksi dengan jaringan
anorganik dan menggantikan ion
kalsium dengan ion natrium
sehingga membentuk senyawa
baru yang larut dalam cairan
irigasi
– Memiliki
efek
samping
demineralisasi
pada
dentin
radikuler jika tidak dikontrol
(Pascon, 2006)
71
(Boutsioukis et al, 2007)
8.
Iritasi parah pada nervus mentalis atau
nervus alveolaris inferior karena
ekstrusi
bahan
irigasi
dapat
menyebabkan parastesi (Hulssman et
al, 2000)
9. Larutan sodium hipoklorit yang
terpercik ke mata dapat menyebabkan
rasa sakit dan terbakar, eritema, hilang
lapisan sel epitelial pada kornea dan
harus segera dirujuk ke ahli mata
(Ingram, 1990)
10. Larutan sodium hipoklorit memiliki
efek toksik ke jaringan vital seperti
hemolisis, ulser, dan nekrosis (Pashley
et al, 1985)
–
–
–
–
–
–
4.
Klorheksidin
– Memiliki efek antimikrobial yang
terus-menerus dengan durasi yang
panjang
– Sering
digunakan
sebagai
pembilas terakhir saat irigasi
– Tidak dapat melarutkan jaringan
organik
– CHX 2% memiliki efek toksik
lebih rendah dibandingkan dengan
NaOCl
Dari uraian di atas terlihat bahwa bahan irigasi yang selama ini digunakan terbuat
dari bahan-bahan kimia yang dapat memberi efek samping atau toksik pada
jaringan.
Diperlukan suatu bahan irigasi yang memiliki khasiat yang lebih baik dan
biokompatibel
JAKSTRA (2000-2004)
Penggunaan tanaman tradisional danlimbah alam
dalam area kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa untuk pembangunan
nasional
Penelitian Irham F dan Yanti N (2008) menggunakan ekstrak lerak sebagai bahan
uji antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang dibandingkan dengan Sodium
hipoklorit. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan efek antibakteri yang
signifikan antara Lerak dengan sodium hipoklorit.
Penelitian Marsa RD dan Yanti N (2011) membuktikan bahwa ekstrak lerak dalam
pelarut etanol mempunyai efek antibakteri terhadap E. faecalis.
Penelitian Chandran T dan Trimurni (2012) menggunakan daun mimba sebagai
alternatif bahan irigasi dengan menguji efek antibakterinya terhadap F. nucleatum.
72
Kitosan
– Ditemukan oleh Rouget (1859) sebagai biopolimer alami polisakarida
turunan kitin
deasetilasi kitin + lar. NaOH pekat
– Struktur poly-ß-1,4-glucosamine
– Kitosan terdiri dari molekul rendah, sedang dan tinggi yang berasal dari hewan
laut bercangkang keras seperti kepiting, kerang, dan blankas, serta dari hewan
laut bercangkang lunak seperti udang, cumi-cumi, dan lainnya.
– Tarsi dan Muzarelli et al (1997)
Sifat kitosan yang mendukung kemampuan
untuk menghambat perlekatan bakteri sbb: Mencegah kerusakan permukaan gigi
oleh asam organik dan menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri patogen
– Sano et al, 2002
Menggunakan kitosan sebagai larutan obat kumur untuk
mengurangi pembentukan plak dan mengurangi bakteri Streptokokus mutan
– Trimurni et al. (2006)
Kitosan blangkas (Tachypleus gigas) dalam bidang
medis, kedokteran gigi, dipakai sebagai bahan pulp caping.
– Kitosan blangkas dikembangkan sebagai bahan dressing yang bersifat alami,
biodegradable, biokompatibel dan bersifat antibakteri.
–
Tarigan G dan Trimurni (2008) membuktikan bahwa kitosan blangkas dapat
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
– Penelitian Banurea dan Trimurni (2008) menunjukkan bubuk kitosan blankas
bermolekul tinggi bereaksi positif sebagai antibakteri terhadap bakteri
Fusobacterium nucleatum
– Penelitian Rahmy dan Trimurni (2009) menunjukkan larutan kitosan blankas 1%
dan 0,5% yang diaplikasikan dengan pelarut gliserin mampu menghambat
bakteri Fusobacterium nucleatum jika digunakan sebagai pengembangan bahan
dressing saluran akar.
– Penelitian Ivanti dan Trimurni (2009) menyatakan bahwan kitosan blangkas
bermolekul tinggi dengan pelarut gliserin memiliki efek antifungal dan dapat
menghambat pertumbuhan Candida albicans.
– Silva et al (2012) meneliti kitosan sebagai bahan chelator pada tindakan irigasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa 0,2% kitosan efektif mengangkat smear layer
pada setengah dan sepertiga apikal saluran akar dan memberi efek yang baik
pada dentin dengan waktu 3 menit
73
Dari uraian di atas, terlihat bahwa kitosan blankas bermolekul tinggi merupakan
bahan multipurpose yang memiliki efek.antibakterial, antifungal, biodegradable dan
biokompatibel. Namun sejauh ini belum dilakukan penelitian mengenai efek larutan
kitosan blankas sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar bila dibandingkan dengan
Sodium hipoklorit.
Timbul permasalahan:
- Apakah larutan kitosan blankas bermolekul tinggi mampu mengurangi ekstrusi
debris dibandingkan dengan larutan sodium hipoklorit pada tindakan irigasi?
Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui perbandingan jumlah ekstrusi debris antara larutan kitosan blankas
dengan sodium hipoklorit selama irigasi saluran akar
Judul penelitian:
Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Pada Tindakan Irigasi Antara Kitosan Blangkas
Bermolekul Tinggi dengan Sodium Hipoklorit.
74
LAMPIRAN 2
ALUR PENELITIAN
1.
Pembuatan larutan kitosan
Bubuk kitosan blangkas molekul tinggi (DD=84,20% dan berat molekul 893.000
Mv) dibagi menjadi 2 kelompok dengan berat masing-masing
0,1 gram dan 0,2 gram
Larutan asam asetat disiapkan dalam 2 labu ukur masing-masing 100ml
Bubuk kitosan dicampur dengan larutan asam asetat dan diaduk dengan magnetic
stirrer selama 2 jam hingga larutan homogen dan diberi CMC sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogen kembali
Didapat larutan kitosan blangkas molekul tinggi
konsentrasi 0,1% dan 0,2%
2.
Pengenceran NaOCl 5,25%
Sodium hipoklorit 5,25% sebanyak 250ml
Tambahkan dengan 275ml aquades
Didapat larutan irigasi sodium hipoklorit 2,5% sebanyak 525ml
75
3.
Pengukuran jumlah debris yang ekstrusi
Timbang tabung eppendorf kosong sebagai B0
Sampel gigi dipersiapkan dan ditanam dalam tabung eppendorf
Preparasi kavitas sampel gigi hingga terlihat orifisi. Irigasi dengan aquades agar orifisi
terlihat jelas
Saluran akar dipreparasi menggunakan teknik hybrid dengan instrumen rotary Protaper
S1 – F3. Setiap pergantian file, saluran diirigasi sesuai dengan kelompok perlakuan.
Sampel gigi diberi irigasi akhir dan ekstrusi larutan dan debris ditampung.
Gigi dilepas dari tabung. Kemudian tabung diinkubasi selama 3x24 jam dengan suhu
40°C. Kemudian tabung eppendorf ditimbang kembali dan dihitung sebagai berat debris
(Bx)
Jumlah debris yang ekstrusi dihitung dengan rumus:
Berat debris = Bx – B0
76
LAMPIRAN 3
JADWAL PENELITIAN
Waktu Penelitian (Bulan
No
1
2
Ke-)
Kegiatan
1
2
Pembuatan proposal
X
X
1.
Persiapan penelitian
X
X
2.
Pembuatan surat izin
X
X
3
4
5
6
7
Pelaksanaan
1. Pembuatan larutan kitosan
X
2. Persiapan sampel gigi
X
3. Pengukuran tegangan
X
X
X
X
permukaan
4. Pengukuran debris yang
terangkat
X
X
X
X
3
Pembuatan laporan penelitian
X
4
Penggandaan laporan
X
X
77
LAMPIRAN 4. UJI STATISTIK
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Kelompok
Skor
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kitosan 0,1%
.206
7
.200
*
.890
7
.274
Kitosan 0,2%
.311
7
.039
.781
7
.056
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
.218
7
.200
*
.851
7
.126
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
.227
7
.200
*
.869
7
.182
NaOCl 2,5%
.224
7
.200
*
.896
7
.307
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
.213
7
.200
*
.910
7
.393
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
78
Oneway
Descriptives
Skor
95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
Kitosan 0,1%
7
9.471
1.3756
.5199
8.199
10.744
8.0
11.4
Kitosan 0,2%
7
11.714
2.4654
.9318
9.434
13.994
9.7
16.9
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
7
9.700
1.6186
.6118
8.203
11.197
8.0
11.7
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
7
12.429
1.9448
.7351
10.630
14.227
9.9
14.6
NaOCl 2,5%
7
13.600
3.0265
1.1439
10.801
16.399
10.1
17.6
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
7
19.129
3.7717
1.4256
15.640
22.617
14.0
23.4
42
12.674
4.0266
.6213
11.419
13.929
8.0
23.4
Total
Test of Homogeneity of Variances
Skor
Levene Statistic
2.959
df1
df2
5
Sig.
36
.054
79
ANOVA
Skor
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Between Groups
438.210
5
87.642
Within Groups
226.551
36
6.293
Total
664.761
41
Sig.
13.927
.000
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Skor
LSD
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Kitosan 0,1%
Kitosan 0,2%
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
-2.2429
1.3409
.103
-4.962
.477
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
-.2286
1.3409
.866
-2.948
2.491
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
-2.9571
*
1.3409
.034
-5.677
-.238
NaOCl 2,5%
-4.1286
*
1.3409
.004
-6.848
-1.409
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-9.6571
*
1.3409
.000
-12.377
-6.938
80
Kitosan 0,2%
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
NaOCl 2,5%
Kitosan 0,1%
2.2429
1.3409
.103
-.477
4.962
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
2.0143
1.3409
.142
-.705
4.734
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
-.7143
1.3409
.598
-3.434
2.005
NaOCl 2,5%
-1.8857
1.3409
.168
-4.605
.834
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-7.4143
*
1.3409
.000
-10.134
-4.695
Kitosan 0,1%
.2286
1.3409
.866
-2.491
2.948
Kitosan 0,2%
-2.0143
1.3409
.142
-4.734
.705
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
-2.7286
*
1.3409
.049
-5.448
-.009
NaOCl 2,5%
-3.9000
*
1.3409
.006
-6.619
-1.181
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-9.4286
*
1.3409
.000
-12.148
-6.709
Kitosan 0,1%
2.9571
*
1.3409
.034
.238
5.677
Kitosan 0,2%
.7143
1.3409
.598
-2.005
3.434
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
2.7286
*
1.3409
.049
.009
5.448
NaOCl 2,5%
-1.1714
1.3409
.388
-3.891
1.548
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
-6.7000
*
1.3409
.000
-9.419
-3.981
Kitosan 0,1%
4.1286
*
1.3409
.004
1.409
6.848
Kitosan 0,2%
1.8857
1.3409
.168
-.834
4.605
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
3.9000
*
1.3409
.006
1.181
6.619
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
1.1714
1.3409
.388
-1.548
3.891
-5.5286
*
1.3409
.000
-8.248
-2.809
9.6571
*
1.3409
.000
6.938
12.377
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
Kitosan 0,1%
81
Kitosan 0,2%
7.4143
*
1.3409
.000
4.695
10.134
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
9.4286
*
1.3409
.000
6.709
12.148
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
6.7000
*
1.3409
.000
3.981
9.419
NaOCl 2,5%
5.5286
*
1.3409
.000
2.809
8.248
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.