Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

70

LAMPIRAN 1
ALUR PIKIR
Irigasi dalam Perawatan Endodonti
meliputi
1. Perawatan
endodonti
preparasi saluran akar (cleaning &
shaping), desinfeksi, dan obturasi.
2. Irigasi penting pada perawatan
endodonti sebagai desinfeksi dan
membuang smear layer selama dan
sesudah proses preparasi.
3. Bahan irigasi yang ideal sebaiknya:
a memiliki sifat antimikroba
melarutkan
jaringan
b mampu
nekrotik dan debris
c sebagai debridement di saluran

akar
d memiliki toksisitas yang rendah
e memiliki tegangan permukaan
yang rendah
f dapat menjadi pelumas yang baik
g efektif mensterilkan saluran akar
h mampu mencegah pembentukan
smear layer selama instrumentasi
atau membuangnya
i menginaktifkan endotoksin.
4. Bahan irigasi yang sering digunakan
adalah sodium hipoklorit, EDTA,
hidrogen peroksida, atau kombinasi
dari bahan-bahan tersebut.
5. Kecepatan aliran bahan irigasi dapat
mempengaruhi
besarnya
tekanan
apikal sehingga mempengaruhi jumlah
larutan yang ekstruksi. (Boutsioukis et

al, 2010)
6. Ekstrusi bahan irigasi ke jaringan
periapikal dapat mengaktifkan sistem
inflamasi
dalam
tubuh
dan
menghambat proses penyembuhan
selular (Pappen et al, 2009)
7. Ekstrusi bahan irigasi dapat terjadi
apabila tekanan saluran akar lebih
besar
daripada
back-pressure

Bahan Irigasi
1. Sodium Hipoklorit
– Diperkenalkan oleh Dakin pada
Perang Dunia I
– Pertama kali digunakan sebagai

terapi saluran akar oleh Walker
tahun 1936
– Digunakan sebagai medikamen
oleh Grossmann pada tahun 1941
– Sodium hipoklorit 2,5% dan 5%
dapat melarutkan jaringan nekrotik
(Madden, 1977)
– Memiliki sifat antimikroba dan
bleaching
– Toksisitas tinggi
– Tidak mampu melarutkan bahan
organik setelah instrumentasi
2. Hidrogen Peroksida
– Mampu menghasilkan radikal
bebas hidroksil (-OH) untuk
membunuh
bakteri
dengan
merusak DNA & protein bakteri
– Sering

dikombinasi
dengan
sodium hipoklorit 5% sebagai
irigasi terakhir
3. EDTA
– Bahan irigasi chelator
– Mampu mengeliminasi materi
anorganik seperti smear layer dan
debris dentin
– EDTA bereaksi dengan jaringan
anorganik dan menggantikan ion
kalsium dengan ion natrium
sehingga membentuk senyawa
baru yang larut dalam cairan
irigasi
– Memiliki
efek
samping
demineralisasi
pada

dentin
radikuler jika tidak dikontrol
(Pascon, 2006)

71

(Boutsioukis et al, 2007)
8.

Iritasi parah pada nervus mentalis atau
nervus alveolaris inferior karena
ekstrusi
bahan
irigasi
dapat
menyebabkan parastesi (Hulssman et
al, 2000)
9. Larutan sodium hipoklorit yang
terpercik ke mata dapat menyebabkan
rasa sakit dan terbakar, eritema, hilang

lapisan sel epitelial pada kornea dan
harus segera dirujuk ke ahli mata
(Ingram, 1990)
10. Larutan sodium hipoklorit memiliki
efek toksik ke jaringan vital seperti
hemolisis, ulser, dan nekrosis (Pashley
et al, 1985)











4.


Klorheksidin
– Memiliki efek antimikrobial yang
terus-menerus dengan durasi yang
panjang
– Sering
digunakan
sebagai
pembilas terakhir saat irigasi
– Tidak dapat melarutkan jaringan
organik
– CHX 2% memiliki efek toksik
lebih rendah dibandingkan dengan
NaOCl

Dari uraian di atas terlihat bahwa bahan irigasi yang selama ini digunakan terbuat
dari bahan-bahan kimia yang dapat memberi efek samping atau toksik pada
jaringan.
Diperlukan suatu bahan irigasi yang memiliki khasiat yang lebih baik dan
biokompatibel
JAKSTRA (2000-2004)

Penggunaan tanaman tradisional danlimbah alam
dalam area kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa untuk pembangunan
nasional
Penelitian Irham F dan Yanti N (2008) menggunakan ekstrak lerak sebagai bahan
uji antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang dibandingkan dengan Sodium
hipoklorit. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan efek antibakteri yang
signifikan antara Lerak dengan sodium hipoklorit.
Penelitian Marsa RD dan Yanti N (2011) membuktikan bahwa ekstrak lerak dalam
pelarut etanol mempunyai efek antibakteri terhadap E. faecalis.
Penelitian Chandran T dan Trimurni (2012) menggunakan daun mimba sebagai
alternatif bahan irigasi dengan menguji efek antibakterinya terhadap F. nucleatum.

72

Kitosan
– Ditemukan oleh Rouget (1859) sebagai biopolimer alami polisakarida
turunan kitin
deasetilasi kitin + lar. NaOH pekat
– Struktur poly-ß-1,4-glucosamine
– Kitosan terdiri dari molekul rendah, sedang dan tinggi yang berasal dari hewan

laut bercangkang keras seperti kepiting, kerang, dan blankas, serta dari hewan
laut bercangkang lunak seperti udang, cumi-cumi, dan lainnya.
– Tarsi dan Muzarelli et al (1997)
Sifat kitosan yang mendukung kemampuan
untuk menghambat perlekatan bakteri sbb: Mencegah kerusakan permukaan gigi
oleh asam organik dan menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri patogen
– Sano et al, 2002
Menggunakan kitosan sebagai larutan obat kumur untuk
mengurangi pembentukan plak dan mengurangi bakteri Streptokokus mutan
– Trimurni et al. (2006)
Kitosan blangkas (Tachypleus gigas) dalam bidang
medis, kedokteran gigi, dipakai sebagai bahan pulp caping.
– Kitosan blangkas dikembangkan sebagai bahan dressing yang bersifat alami,
biodegradable, biokompatibel dan bersifat antibakteri.


Tarigan G dan Trimurni (2008) membuktikan bahwa kitosan blangkas dapat
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.

– Penelitian Banurea dan Trimurni (2008) menunjukkan bubuk kitosan blankas

bermolekul tinggi bereaksi positif sebagai antibakteri terhadap bakteri
Fusobacterium nucleatum
– Penelitian Rahmy dan Trimurni (2009) menunjukkan larutan kitosan blankas 1%
dan 0,5% yang diaplikasikan dengan pelarut gliserin mampu menghambat
bakteri Fusobacterium nucleatum jika digunakan sebagai pengembangan bahan
dressing saluran akar.
– Penelitian Ivanti dan Trimurni (2009) menyatakan bahwan kitosan blangkas
bermolekul tinggi dengan pelarut gliserin memiliki efek antifungal dan dapat
menghambat pertumbuhan Candida albicans.
– Silva et al (2012) meneliti kitosan sebagai bahan chelator pada tindakan irigasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa 0,2% kitosan efektif mengangkat smear layer
pada setengah dan sepertiga apikal saluran akar dan memberi efek yang baik
pada dentin dengan waktu 3 menit

73

Dari uraian di atas, terlihat bahwa kitosan blankas bermolekul tinggi merupakan
bahan multipurpose yang memiliki efek.antibakterial, antifungal, biodegradable dan
biokompatibel. Namun sejauh ini belum dilakukan penelitian mengenai efek larutan
kitosan blankas sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar bila dibandingkan dengan

Sodium hipoklorit.

Timbul permasalahan:
- Apakah larutan kitosan blankas bermolekul tinggi mampu mengurangi ekstrusi
debris dibandingkan dengan larutan sodium hipoklorit pada tindakan irigasi?

Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui perbandingan jumlah ekstrusi debris antara larutan kitosan blankas
dengan sodium hipoklorit selama irigasi saluran akar

Judul penelitian:
Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Pada Tindakan Irigasi Antara Kitosan Blangkas
Bermolekul Tinggi dengan Sodium Hipoklorit.

74

LAMPIRAN 2
ALUR PENELITIAN

1.

Pembuatan larutan kitosan
Bubuk kitosan blangkas molekul tinggi (DD=84,20% dan berat molekul 893.000
Mv) dibagi menjadi 2 kelompok dengan berat masing-masing
0,1 gram dan 0,2 gram

Larutan asam asetat disiapkan dalam 2 labu ukur masing-masing 100ml

Bubuk kitosan dicampur dengan larutan asam asetat dan diaduk dengan magnetic
stirrer selama 2 jam hingga larutan homogen dan diberi CMC sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogen kembali

Didapat larutan kitosan blangkas molekul tinggi
konsentrasi 0,1% dan 0,2%

2.

Pengenceran NaOCl 5,25%
Sodium hipoklorit 5,25% sebanyak 250ml

Tambahkan dengan 275ml aquades

Didapat larutan irigasi sodium hipoklorit 2,5% sebanyak 525ml

75

3.

Pengukuran jumlah debris yang ekstrusi
Timbang tabung eppendorf kosong sebagai B0

Sampel gigi dipersiapkan dan ditanam dalam tabung eppendorf

Preparasi kavitas sampel gigi hingga terlihat orifisi. Irigasi dengan aquades agar orifisi
terlihat jelas

Saluran akar dipreparasi menggunakan teknik hybrid dengan instrumen rotary Protaper
S1 – F3. Setiap pergantian file, saluran diirigasi sesuai dengan kelompok perlakuan.
Sampel gigi diberi irigasi akhir dan ekstrusi larutan dan debris ditampung.

Gigi dilepas dari tabung. Kemudian tabung diinkubasi selama 3x24 jam dengan suhu
40°C. Kemudian tabung eppendorf ditimbang kembali dan dihitung sebagai berat debris
(Bx)

Jumlah debris yang ekstrusi dihitung dengan rumus:
Berat debris = Bx – B0

76

LAMPIRAN 3

JADWAL PENELITIAN
Waktu Penelitian (Bulan
No

1

2

Ke-)

Kegiatan
1

2

Pembuatan proposal

X

X

1.

Persiapan penelitian

X

X

2.

Pembuatan surat izin

X

X

3

4

5

6

7

Pelaksanaan
1. Pembuatan larutan kitosan

X

2. Persiapan sampel gigi

X

3. Pengukuran tegangan

X

X

X

X

permukaan
4. Pengukuran debris yang
terangkat

X

X

X

X

3

Pembuatan laporan penelitian

X

4

Penggandaan laporan

X

X

77

LAMPIRAN 4. UJI STATISTIK

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Kelompok
Skor

Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

Kitosan 0,1%

.206

7

.200

*

.890

7

.274

Kitosan 0,2%

.311

7

.039

.781

7

.056

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

.218

7

.200

*

.851

7

.126

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

.227

7

.200

*

.869

7

.182

NaOCl 2,5%

.224

7

.200

*

.896

7

.307

EDTA 17% + NaOCl 2,5%

.213

7

.200

*

.910

7

.393

a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

78

Oneway
Descriptives
Skor
95% Confidence Interval for Mean
N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

Minimum

Maximum

Kitosan 0,1%

7

9.471

1.3756

.5199

8.199

10.744

8.0

11.4

Kitosan 0,2%

7

11.714

2.4654

.9318

9.434

13.994

9.7

16.9

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

7

9.700

1.6186

.6118

8.203

11.197

8.0

11.7

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

7

12.429

1.9448

.7351

10.630

14.227

9.9

14.6

NaOCl 2,5%

7

13.600

3.0265

1.1439

10.801

16.399

10.1

17.6

EDTA 17% + NaOCl 2,5%

7

19.129

3.7717

1.4256

15.640

22.617

14.0

23.4

42

12.674

4.0266

.6213

11.419

13.929

8.0

23.4

Total

Test of Homogeneity of Variances
Skor
Levene Statistic
2.959

df1

df2
5

Sig.
36

.054

79

ANOVA
Skor
Sum of Squares

df

Mean Square

F

Between Groups

438.210

5

87.642

Within Groups

226.551

36

6.293

Total

664.761

41

Sig.

13.927

.000

Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Skor
LSD
95% Confidence Interval

Mean Difference
(I) Kelompok

(J) Kelompok

Kitosan 0,1%

Kitosan 0,2%

(I-J)

Std. Error

Sig.

Lower Bound

Upper Bound

-2.2429

1.3409

.103

-4.962

.477

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

-.2286

1.3409

.866

-2.948

2.491

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

-2.9571

*

1.3409

.034

-5.677

-.238

NaOCl 2,5%

-4.1286

*

1.3409

.004

-6.848

-1.409

EDTA 17% + NaOCl 2,5%

-9.6571

*

1.3409

.000

-12.377

-6.938

80

Kitosan 0,2%

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

NaOCl 2,5%

Kitosan 0,1%

2.2429

1.3409

.103

-.477

4.962

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

2.0143

1.3409

.142

-.705

4.734

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

-.7143

1.3409

.598

-3.434

2.005

NaOCl 2,5%

-1.8857

1.3409

.168

-4.605

.834

EDTA 17% + NaOCl 2,5%

-7.4143

*

1.3409

.000

-10.134

-4.695

Kitosan 0,1%

.2286

1.3409

.866

-2.491

2.948

Kitosan 0,2%

-2.0143

1.3409

.142

-4.734

.705

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

-2.7286

*

1.3409

.049

-5.448

-.009

NaOCl 2,5%

-3.9000

*

1.3409

.006

-6.619

-1.181

EDTA 17% + NaOCl 2,5%

-9.4286

*

1.3409

.000

-12.148

-6.709

Kitosan 0,1%

2.9571

*

1.3409

.034

.238

5.677

Kitosan 0,2%

.7143

1.3409

.598

-2.005

3.434

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

2.7286

*

1.3409

.049

.009

5.448

NaOCl 2,5%

-1.1714

1.3409

.388

-3.891

1.548

EDTA 17% + NaOCl 2,5%

-6.7000

*

1.3409

.000

-9.419

-3.981

Kitosan 0,1%

4.1286

*

1.3409

.004

1.409

6.848

Kitosan 0,2%

1.8857

1.3409

.168

-.834

4.605

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

3.9000

*

1.3409

.006

1.181

6.619

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

1.1714

1.3409

.388

-1.548

3.891

-5.5286

*

1.3409

.000

-8.248

-2.809

9.6571

*

1.3409

.000

6.938

12.377

EDTA 17% + NaOCl 2,5%
EDTA 17% + NaOCl 2,5%

Kitosan 0,1%

81

Kitosan 0,2%

7.4143

*

1.3409

.000

4.695

10.134

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%

9.4286

*

1.3409

.000

6.709

12.148

NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%

6.7000

*

1.3409

.000

3.981

9.419

NaOCl 2,5%

5.5286

*

1.3409

.000

2.809

8.248

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Dokumen yang terkait

Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar(In Vitro)

3 56 72

Pengaruh Tindakan Irigasi Dengan Kitosan Blangkas (Tachypleus Gigas), Sodium Hipoklorit Dan Edta Terhadap Penyingkiran Smear Layer (Penelitian In Vitro)

8 107 128

Efek Antifungal Kitosan Blangkas (Limulus polyphemus) Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Terhadap Candida Albicans Sebagai Alternatif Bahan Dressing Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 63 69

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 8 13

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 26

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro) Chapter III VII

1 13 33

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 4

Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar(In Vitro)

0 0 14