Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro) Chapter III VII

33

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep
Kegagalan pada endodonti dapat disebabkan oleh terjadinya ekstrusi debris
dan larutan irigasi pada saat tindakan irigasi. Debris yang ekstrusi dapat mengandung
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi sekunder sedangkan larutan irigasi
dengan toksisitas tinggi dapat menyebabkab iritasi dan inflamasi yang parah. Ekstrusi
debris dan larutan dapat terjadi karena adanya tekanan balik dari apikal gigi saat
cairan irigasi dialirkan pada saat tindakan irigasi saluran akar. Banyak penelitian yang
telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekstrusi bahan irigasi,
yaitu kecepatan aliran, tekanan jarum irigasi, jarak penetrasi jarum dalam saluran
akar, teknik instrumentasi yang digunakan, serta larutan irigasi itu sendiri.
Berdasarkan penelitian terdahulu, teknik irigasi konvensional spuit dan jarum
irigasi masih sering digunakan oleh para klinisi. Namun teknik ini memberi
kemungkinan ekstrusi debris lebih tinggi. Beberapa modifikasi telah dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya ekstrusi debris dan meningkatkan pembersihan
saluran akar. Menurut penelitian, jarum irigasi yang aman digunakan adalah ukuran
28G dan 30G dengan penetrasi jarum 1-3 mm dari panjang kerja. Penetrasi jarum

yang terlalu jauh dari panjang kerja tidak dapat membersihkan 1/3 apikal saluran akar
dengan baik. Namun, semakin dekat ke foramen apikal, jumlah vortex yang terbentuk
semakin berkurang sehingga ekstrusi debris dan bahan irigasi meningkat.
Bahan irigasi yang digunakan saat pembersihan saluran akar ternyata
mempengaruhi jumlah debris yang ekstrusi saat tindakan irigasi. Berdasarkan
penelitian sebelumnya, NaOCl 5,25% menghasilkan jumlah ekstrusi debris yang
paling tinggi, diikuti oleh NaOCl 2,5% dan terakhir CHX dengan jumlah terkecil.
Kemampuan bahan tersebut melarutkan jaringan dapat memberi pengaruh terhadap
debris dan smear layer yang terbentuk saat proses instrumentasi dan kemampuan

34

larutan untuk mengangkat debris dan smear layer tersebut dapat mempengaruhi
jumlah debris dan smear layer yang ekstrusi.
Larutan irigasi sodium hipoklorit 2,5% mengandung ion klorin dan memiliki
tiga mekanisme yaitu reaksi saponifikasi yang dapat melarutkan jaringan organik,
reaksi netralisasi dan kloraminasi yang dapat membunuh mikroorganisme
(antimikrobial). Larutan ini memiliki spektrum antibakteri paling baik, mampu
menginaktifkan endotoksin, dan tidak seperti larutan lainnya, sodium hipoklorit
mampu melarutkan jaringan nekrotik dan mengangkat komponen organik smear

layer. Akan tetapi, NaOCl memiliki toksisitas yang dapat menyebabkan iritasi dan
inflamasi yang parah di sekitar jaringan bila terjadi ekstrusi bahan saat tindakan
irigasi. Larutan ini mampu merusak dan menekan jaringan periapikal, bersifat korosif,
dan menyebabkan reaksi alergi.
Dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan bahan irigasi alternatif dari kitosan
blangkas molekul tinggi (Tachypleus gigas) yang dilarutkan dalam asam asetat 1%
sehingga didapat konsentrasi larutan kitosan konsentrasi 0,1% dan 0,2% (pH ±3).
Kitosan molekul tinggi dari kulit blangkas memiliki glukosamin yang dipercaya
berperan dalam mekanisme antimikrobialnya membunuh mikroba dan chelating
agent untuk melarutkan jaringan anorganik dan mengangkat smear layer selama
irigasi. Dengan penggunaan bahan irigasi alternatif ini pada tindakan irigasi saluran
akar, diharapkan ekstrusi debris yang dihasilkan lebih sedikit bila dibandingkan
dengan bahan irigasi NaOCl. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus amina yang
mampu melarutkan dan mengikat ion Ca2+ yang terdapat dalam smear layer
anorganik sehingga terdegradasi.

3.2 Hipotesis penelitian
Dari uraian di atas, maka diambil suatu hipotesis bahwa ada perbedaan jumlah
debris yang ekstrusi dari foramen apikal antara bahan irigasi alternatif kitosan
blangkas molekul tinggi 0,1% dan 0,2% dengan NaOCl 2,5%.


35

Kerangka Konsep

Bahan
irigasi

Sodium hipoklorit
(NaOCl)

Kitosan blangkas
molekul tinggi

Ion klorin

Glukosamin

Mampu melarutkan
jaringan organik


Mampu melarutkan
smear layer anorganik

Konsentrasi
2,5%

?

Konsentrasi
0,1%

Jumlah Ekstrusi Debris
pada Tindakan Irigasi

Konsentrasi
0,2%

36


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian

: Eksperimental laboratorium

Rancangan penelitian

: Desain posttest only control group

4.2 Tempat dan Waktu
Tempat

: 1. Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU
2. Laboratorium Kimia FMIPA USU

Waktu


: 10 bulan (Juli 2012 s.d. April 2013)

4.3 Sampel Penelitian dan Kriteria Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah gigi-gigi premolar bawah yang dicabut
untuk keperluan ortodonti dengan kriteria seperti berikut :
1. Akar utuh dan relatif lurus
2. Hanya memiliki satu saluran akar dan satu foramen apikal
3. Mahkota utuh dan tidak ada karies
4. Akar dan foramen apikal telah terbentuk sempurna
5. Memiliki diameter dan panjang kerja gigi yang hampir sama untuk semua
kelompok penelitian (panjang kerja = 20 – 23 mm)
6. Tidak ada kalsifikasi saluran akar

4.4 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer:
(t – 1) (r – 1) > 15

37

Keterangan :

t = banyaknya kelompok perlakuan (6)
r = jumlah replikasi
(t-1) (r-1)

> 15

(6-1) (r-1) > 15
5 (r-1)

> 15

r-1

> 3,5

r

> 4,5

Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas

adalah 7 (tujuh). Penelitian ini membagi kelompok perlakuan menjadi 6 kelompok,
yaitu:
1. Kelompok I

: 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan kitosan molekul

tinggi 0,1%.
2. Kelompok II : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan kitosan molekul
tinggi 0,2%.
3. Kelompok III : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% +
kitosan molekul tinggi 0,1%.
4. Kelompok IV : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% +
kitosan molekul tinggi 0,2%.
5. Kelompok V : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%.
6. Kelompok VI : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan EDTA 17% +
NaOCl 2,5%.

38

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas
– Bahan irigasi alternatif kitosan molekul

Variabel tergantung
- Jumlah debris yang

tinggi dari kulit blangkas konsentrasi

ekstrusi (dalam satuan

0,1% dan 0,2%

berat miligram)

– Bahan irigasi NaOCl 2,5%

Variabel terkendali

Variabel tidak terkendali






Gigi premolar bawah bersaluran akar tunggal

Variasi anatomi

sesuai kriteria inklusi

internal saluran akar



Panjang kerja gigi (20-23 mm)

gigi; diameter awal




Teknik preparasi saluran akar hybrid dengan

saluran akar, bentuk

rotary instrument Protaper

orifisi, ukuran

Jumlah file yang digunakan (5file: S1, S2, F1, F2

foramen apikal, apikal

dan F3) dengan MAF (F3)

konstriksi





Jarak waktu



Ukuran tapering saluran akar (6%)



Desain ujung jarum one side-vented

pencabutan dengan



Ukuran jarum 30G

perlakuan yang



Tekanan spuit saat irigasi 150kPa dengan

diberikan



kecepatan aliran 0,22ml/dtk dan waktu 25 detik



Kelengkungan akar

menggunakan alat ukur pressure gauge dan



Pembentukan smear

stopwatch

layer saat

Penggantian cairan irigasi selama instrumentasi

instrumentasi

(4x)






Instrumentasi

Jumlah bahan irigasi yang digunakan

disebabkan perubahan

3ml/penggantian file = 12ml

letak rubber stop

Jumlah bahan irigasi sebagai final rinsing (5ml)

39

4.5.1 Variabel bebas
a. Bahan irigasi alternatif kitosan molekul tinggi dari kulit blangkas
konsentrasi 0,1% dan 0,2%.
b. Bahan irigasi NaOCl 2,5%

4.5.2 Variabel tergantung
a. Jumlah debris yang ekstrusi melewati foramen apikal selama proses
cleaning & shaping dengan instrumentasi dan irigasi saluran akar dalam
satuan berat miligram.

4.5.3 Variabel terkendali
a. Gigi premolar bawah bersaluran akar tunggal dengan kriteria inklusi
b. Panjang kerja gigi (20-23 mm)
c. Teknik preparasi saluran akar hybrid dengan rotary instrument Protaper
d. Jumlah file yang digunakan (5 file: S1, S2, FI, F2 dan F3)
e. Ukuran MAF (F3)
f. Ukuran tapering saluran akar (6%)
g. Desain ujung jarum, yaitu one side-vented
h. Ukuran jarum 30G
i. Tekanan spuit saat irigasi 150kPa dengan kecepatan aliran 0,22ml/dtk dan
waktu 25 detik menggunakan alat ukur pressure gauge dan stopwatch
j. Penggantian cairan irigasi (4x)
k. Jumlah bahan irigasi yang digunakan 3ml/penggantian file = 12ml
l. Jumlah bahan irigasi pada awal irigasi 5ml dan final rinsing 5ml

4.5.4 Variabel tidak terkendali
a. Variasi anatomi internal saluran akar gigi
b. Diameter awal saluran akar
c. Bentuk orifisi
d. Ukuran foramen apikal dan apikal konstriksi

40

e. Jarak waktu pencabutan dengan perlakuan yang diberikan
f. Kelengkungan akar
g. Pembentukan smear layer saat instrumentasi
h. Instrumentasi disebabkan perubahan letak rubber stop

41

4.6 Definisi Operasional
NO VARIABEL
BEBAS
1
Larutan
kitosan
molekul tinggi dari
kulit blangkas 0,1%
dan 0,2%

DEFINISI
OPERASIONAL
Bahan irigasi alernatif yang
terbuat dari bubuk kitosan
blangkas yang dilarutkan
dalam larutan asam asetat
1%
Larutan
irigasi Bahan irigasi perawatan
NaOCl 2,5%
saluran akar yang sering
digunakan,
dibuat
dari
pengenceran Bayclin 5,25%
menggunakan aquadest

CARA UKUR

ALAT
UKUR
Menimbang
berat Neraca
bubuk kitosan untuk analitik
dilarutkan dalam 100ml dan labu
asam asetat 1%
ukur

SATUAN SKALA
UKUR
UKUR
gram dan Rasio
mililiter

2

Menghitung
volume Labu ukur
NaOCl dengan rumus :
C1 x V1 = C2 x V2

mililiter

Rasio

HASIL UKUR

SATUAN
UKUR
miligram

SKALA
UKUR
Rasio

NO VARIABEL
TERGANTUNG
1
Jumlah debris yang
ekstrusi

DEFINISI
OPERASIONAL
Jumlah debris yang ekstrusi
selama proses cleaning &
shaping saluran akar dengan
instrumentasi dan irigasi.

ALAT
UKUR
Menimbang
tabung Neraca
eppendorf yang berisi analitik
ekstrusi debris

42

4.7 Alat dan Bahan Penelitian
4.7.1 Alat penelitian




Labu ukur (Pyrex®, USA)



Magnetic stirrer (Ganz, Germany)





Beaker glass (Pyrex®, USA)

Spuit 10 ml (York, USA)
Jarum irigasi berbentuk one side-vented ukuran 27 G dan 30G (Max-iprobe®, Dentsply, USA)

Gambar 14. Jarum irigasi one sided-vented 30G (Max-i
probe, Dentsply, USA)







Diamond bur (Carlo, Italy)
Micromotor (Marathon, China)
Handpiece contra-angle (NSK, Japan)

Gambar 15. Micromotor dan Handpiece contra-angle
(Marathon, China)



Ni-ti rotary instrument Protaper® 6% (Dentsply, Swiss)

43



Endomotor (VDW, Germany)

Gambar 16. Endomotor (VDW, Germany)





Neraca analitik elektronik (Sartorius, Japan)
Light cure (Runyes®, China)

A

B

Gambar 17. (a) Neraca analitik elektronik, (b) Light cure
(Runyes, China) & flowable resin (Madenta, Germany)



Pressure gauge (Oxford, China)

A

B

Gambar 18. (a) Tabung eppendorf, (b) Pressure gauge
(Oxford, China)

44





Pipa berdiameter kecil



Tabung vial



Tabung eppendorf

Penggaris logam

4.7.2 Bahan penelitian




Lautan kitosan blangkas (Tachypleus gigas) molekul tinggi



Larutan NaOCl 2,5% (Bayclin, Indonesia)



Gigi premolar mandibular



Aquadest



Carboxymethil Cellulose (CMC) Emulsifier



Flowable Resin Komposit (Megadenta, Germany)

Larutan saline

4.8 Prosedur Penelitian
4.8.1 Persiapan sampel
Sampel penelitian berjumlah 42 buah premolar mandibula yang dicabut untuk
keperluan perawatan ortodonti dan sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel gigi
dibersihkan dari jaringan dan kotoran yang melekat. Untuk memiliki panjang kerja
yang hampir sama dan sesuai kriteria inklusi, seluruh sampel gigi diukur panjangnya
dan kemudian sampel gigi direndamkan di larutan saline sebelum diberi perlakuan.

4.8.2 Perhitungan dan Pengenceran larutan NaOCl
Pada penelitian ini, jumlah NaOCl yang diberikan berbeda-beda sesuai
dengan kelompok perlakuannya, dimana bila NaOCl diberikan saat irigasi awal 5ml,
pada setiap pergantian kelompok 3 ml (empat kali pergantian file) dan irigasi akhir
5ml. Kelompok I dan II tidak membutuhkan larutan NaOCl 2,5%. Kelompok III
(N=7) dan IV (N=7) menggunakan larutan NaOCl 2,5% pada irigasi awal dan pada

45

setiap pergantian file sehingga membutuhkan larutan NaOCl 2,5% sebanyak 17 ml
pada setiap sampel. Kelompok V (N=7) menggunakan NaOCl 2,5% pada seluruh
tindakan irigasi saluran akar sehingga membutuhkan 22 ml larutan pada setiap
sampel. Kelompok VI (N=7) menggunakan NaOCl 2,5% hanya pada irigasi akhir
sehingga membutuhkan 5ml larutan pada setiap sampel. Maka total larutan NaOCl
2,5% yang dibutuhkan adalah 427 ml. Perhitungan larutan dapat dilihat pada Tabel 1.
Larutan NaOCl 2,5% disediakan dengan mengencerkan larutan NaOCl 5,25% karena
hanya terdapat larutan NaOCl 5,25% di pasaran. Untuk mempermudah pengenceran
dilakukan pembulatan, yaitu 630ml. Pengenceran dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
C1V1 = C2V2
Keterangan :

C1 = Konsentrasi sebelum diencerkan

V1 = Volume larutan sebelum diencerkan

C2 =Konsentrasi sesudah diencerkan

V2 = Volume larutan sesudah diencerkan

Dengan diketahuinya C1, C2 dan V1, yaitu 5,25%, 2,5% dan 250ml, volume
larutan sesudah diencerkan dapat dihitung, yaitu 525 ml. Maka, 275 ml aquadest yang
harus ditambahkan ke 250 ml larutan NaOCl 5,25% agar didapat NaOCl 2,5%.

Gambar 19. Pengenceran NaOCl 5,25%

46

Tabel 1. PERHITUNGAN LARUTAN NaOCl 2,5%
Kelompok

Jumlah
sampel

Tindakan Irigasi
Awal ->

S1 ->

S2 ->

F1 ->

F2 ->

S1

S2

F1

F2

F3

Akhir

Total

Total

/sampel

/kelompok

I

7

-

-

-

-

-

-

-

-

II

7

-

-

-

-

-

-

-

-

III

7

5 ml

3 ml

3 ml

3 ml

3 ml

-

17 ml

119 ml

IV

7

5 ml

3 ml

3 ml

3 ml

3 ml

-

17 ml

119 ml

V

7

5 ml

3 ml

3 ml

3 ml

3 ml

5 ml

22 ml

154 ml

VI

7

-

-

-

-

-

5 ml

5 ml

35 ml

Total

427 ml

47

4.8.3 Pembuatan larutan kitosan
Larutan kitosan 0,1% dibuat dengan melarutkan bubuk kitosan blangkas
molekul tinggi (DD 84,20% dan berat molekul 893.000 Mv) sebanyak 0,1 gram
(ditimbang dengan neraca analitik) dalam 100ml asam asetat 1% diaduk hingga
homogen dengan magnetic stirrer selama 2 jam. Kemudian dilakukan penambahan
bahan

pengemulsi

Carboxymetil

Celulose

(CMC)

untuk

mempertahankan

konsistensinya dan larutan diaduk kembali hingga homogen. Pembuatan larutan
kitosan 0,2% menggunakan bubuk kitosan 0,2 gram dalam 100ml asam asetat 1%
dengan cara yang sama. Larutan kitosan kemudian disimpan dalam suhu kamar.
Pada penelitian ini, jumlah larutan kitosan yang dibutuhkan berbeda-beda,
dimana bila kitosan digunakan pada irigasi awal 5ml, pada setiap pergantian
kelompok 3 ml (empat kali pergantian file) dan irigasi akhir 5ml. Kelompok I (N=7)
menggunakan larutan kitosan 0,1% pada keseluruhan tindakan irigasi sehingga
membutuhkan 22ml larutan setiap sampelnya. Kelompok III menggunakan kitosan
0,1% hanya pada irigasi akhir sehingga membutuhkan kitosan sebanyak 5ml pada
setiap sampel. Kelompok II, IV, V dan VI tidak menggunakan kitosan 0,1%. Maka
total larutan kitosan 0,1% yang dibutuhkan adalah 189 ml. Perhitungan larutan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Untuk kitosan 0,2%, hanya digunakan pada kelompok II dan IV. Kelompok II
(N=7) menggunakan larutan kitosan 0,2% pada keseluruhan tindakan irigasi sehingga
membutuhkan 22ml larutan setiap sampelnya. Kelompok IV menggunakan kitosan
0,2% hanya pada irigasi akhir sehingga membutuhkan kitosan sebanyak 5ml pada
setiap sampel. Maka total larutan kitosan 0,2% yang dibutuhkan adalah 189 ml.
Perhitungan kedua larutan dapat dilihat pada Tabel 3.

48

Gambar 20. Alur pembuatan larutan kitosan. (A) Larutan asam asetat 1%. (B) Kitosan blangkas
molekul tinggi. (C) Carboxymethyl cellulose. (D) Timbang kitosan pada neraca
analitik sebanyak 0,1 gram dan 0,2 gram. (E) Masukkan pada labu ukur, tambahkan
larutan asam asetat 1% sebanyak 100ml pada masing-masing labu ukur. (F) Aduk
larutan menggunakan magnetic stirrer hingga homogen. (G) Tambahkan CMC. (H)
Aduk kembali hingga homogen. (I) Larutan kitosan blangkas molekul tinggi
konsentrasi 0,1%. (J) Larutan kitosan blangkas molekul tinggi 0,2%.

49

Tabel 2. PERHITUNGAN LARUTAN KITOSAN 0,1%
Kelompok

Jumlah
sampel

Tindakan Irigasi
Awal -> S1

S1 -> S2

S2 -> F1

F1 -> F2

F2 -> F3

Akhir

Total

Total

/sampel

/kelompok

I

7

5 ml

3 ml

3 ml

3 ml

3 ml

5 ml

22 ml

154 ml

II

7

-

-

-

-

-

-

-

-

III

7

-

-

-

-

-

5 ml

5 ml

35 ml

IV

7

-

-

-

-

-

-

-

-

V

7

-

-

-

-

-

-

-

-

VI

7

-

-

-

-

-

-

-

-

Total

189 ml

Tabel 3. PERHITUNGAN LARUTAN KITOSAN 0,2%
Kelompok

Jumlah
sampel

Tindakan Irigasi
Awal -> S1

S1 -> S2

S2 -> F1

F1 -> F2

F2 -> F3

Akhir

Total

Total

/sampel

/kelompok

I

7

-

-

-

-

-

-

-

-

II

7

5 ml

3 ml

3 ml

3 ml

3 ml

5 ml

22 ml

154 ml

III

7

-

-

-

-

-

-

-

-

IV

7

-

-

-

-

-

5 ml

5 ml

35 ml

V

7

-

-

-

-

-

-

-

-

VI

7

-

-

-

-

-

-

-

-

Total

189 ml

50

4.8.4 Preparasi akses
Panjang kerja diukur dengan mengukur panjang gigi dan dikurangi 1mm.
Outline form untuk kavitas preparasi digambarkan pada permukaan oklusal gigi sampel
sebagai panduan dalam mempreparasi kavitas. Preparasi akses dilakukan dengan
menggunakan bur diamond bulat dan fisur dengan handpiececontra-angle yang
dihubungkan ke mikromotor untuk mendapatkan akses lurus ke orifisi saluran akar.
Preparasi akses dilakukan hingga menembus kamar pulpa dan terlihat orifisi saluran
akar. Sepanjang preparasi akses, sejumlah larutan aquadest diberikan untuk
membersihkan debris dentin dan enamel serta memberikan visual yang baik dalam
mencari orifisi saluran akar. Kemudian k-file #10 dimasukkan ke dalam saluran akar
dan dilakukan foto ronsen untuk memastikan sampel gigi hanya memiliki satu saluran
akar, melihat lebar saluran akar dan mengukur panjang kerja.

4.8.5 Perlakuan Sampel
Perlakuan pada sampel ini disesuaikan dengan penelitian Myers dan
Montgomery (1991) dengan modifikasi Parirokh (2012). Pada spuit 10 ml dibuat suatu
lubang kecil pada ujungnya lalu dipasangkan pipa berdiameter kecil ke lubang tersebut.
Pipa kecil tersebut dihubungkan ke pressure gauge untuk mengukur tekanan yang
diberikan sewaktu melakukan irigasi. Kedua ujung pipa kecil tersebut dipastikan utuh
dan tidak kebocoran. Hal ini untuk menyamakan tekanan yang diberikan kepada seluruh
sampel penelitian saat tindakan irigasi.
Pada tabung eppendorf dibuat suatu lubang kecil pada penutupnya dengan
menggunakan mikromotor. Kemudian berat tabung eppendorf yang kosong ditimbang
terlebih dahulu dan dicatat sebagai berat nol (B0). Tiga pengukuran terhadap masingmasing tabung dilakukan menggunakan neraca analitik 0,0001 hingga didapat berat
tabung yang hanya memiliki perbedaan 1-2 pada angka terakhir. Neraca analitik ini
diletakkan pada ruang tertutup dengan pintu yang tertutup pada saat penimbangan.

51

Sampel gigi dimasukkan ke lubang tersebut dan difiksir menggunakan flowable
resin yang disinari dengan Light cure. Pada tindakan preparasi dan irigasi saluran akar,
tabung eppendorf akan menampung debris yang ekstrusi bersama larutan irigasi. Ujung
jarum 27G dimasukkan ke dalam tutup tabung eppendorf untuk menyamakan
keseimbangan udara di dalam dan di luar tabung. Kemudian tabung diletakkan pada
tabung vial agar dapat berdiri tegak.
Saluran akar dipreparasi dengan teknik hybrid dengan menggunakan rotary
instrument Protaper dari S1 sampai no F3 dengan urutan S1, S2, F1, F2, dan F3 sesuai
dengan panjang kerja gigi dan pengaturan kecepatan endomotor (VDW, Munich,
Jerman) disesuaikan dengan ketentuan pabrik. Setiap pergantian file, sampel diirigasi
dengan larutan irigasi sesuai dengan kelompok perlakuan sebanyak 3ml. Setelah
preparasi selesai, setiap sampel diberi irigasi akhir sesuai kelompok perlakuan sebanyak
5ml. Tekanan spuit yang diberikan saat irigasi pada setiap sampel sama untuk
menyamakan kondisi sampel perlakuan yaitu 150kPa.

52

Gambar 21. Perlakuan Sampel (a) Flowable resin & Light cure, (b) aplikasi Flowable resin,
(c)
aplikasi Light Cure, (d) protokol Myers & Montgomery, (e) spuit yang dimodifikasi
dengan pressure gauge, (f) aplikasi Protaper S1, (g) aplikasi Protaper S2, (h) aplikasi
Protaper F1, (i) aplikasi Protaper F2, (j) aplikasi Protaper F3, (k) Tabung eppendorf
tanpa gigi yang sudah selesai diirigasi

4.8.6 Pengukuran Ekstrusi Debris
Setelah bahan irigasi diberikan, sampel gigi dilepas dari tabung dan tabung
eppendorf diinkubasi selama 3x24 jam dengan suhu 40°C agar larutan irigasi mengering
dan hanya tertinggal debris di dlam tabung eppendorf. Tabung eppendorf ditimbang
kembali untuk mendapatkan berat x (Bx). Cara menghitung berat debris yang ekstrusi

53

menggunakan rumus pada penelitian Parirokh et al (2012). Berat debris yang keluar dari
foramen apikal selama tindakan irigasi saluran akar diperoleh dengan mengurangkan
berat x dengan berat nol.
Berat debris yang ekstrusi = Bx – B0

Keterangan :
Bx = berat tabung eppendorf setelah perlakuan
B0 = berat tabung eppendorf sebelum perlakuan

4.9 Analisa Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan memakai uji statistik sebagai berikut:
1. Uji analisis One Way ANOVA digunakan untuk melihat adanya perbedaan
jumlah debris yang terangkat secara keseluruhan pada sampel uji.
2. Uji Least Significant Different dilakukan untuk melihat pengaruh signifikan
pada masing-masing kelompok uji.

54

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Uji Karakteristik Larutan Kitosan Blangkas Molekul Tinggi
Pada penelitian ini, dibuat suatu bahan irigasi alternatif yang terbuat dari
pelarutan bubuk kitosan blangkas molekul tinggi dengan larutan asam asetat 1% dengan
penambahan Carboxymetil cellulose untuk menjaga kestabilan larutan. Konsentrasi
larutan kitosan yang dibuat adalah 0,1% dan 0,2% dengan pH ±3 dan viskositas 32 cps
dengan tegangan permukaan 30,4 dynes/cm untuk konsentrasi 0,1% dan viskositas 43
cps dengan tegangan permukaan 36,72 dynes/cm.

5.2 Ekstrusi Debris pada Tindakan Irigasi Saluran Akar
Penelitian ini dilakukan terhadap 42 gigi premolar mandibula bersaluran akar
tunggal yang dibagi dalam enam kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri
atas 7 (tujuh) sampel gigi. Kelompok pertama diirigasi dengan larutan kitosan blangkas
molekul tinggi konsentrasi 0,1%, kelompok kedua diirigasi dengan larutan kitosan
blangkas molekul tinggi konsentrasi 0,2%, kelompok ketiga diirigasi dengan kombinasi
larutan NaOCl 2,5% dan kitosan blangkas molekul tinggi 0,1%, kelompok keempat
diirigasi dengan kombinasi larutan NaOCl 2,5% dan kitosan blangkas molekul tinggi
0,2%, kelompok kelima diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%, dan kelompok keenam
sebagai kelompok kontrol diirigasi dengan larutan EDTA 17% dan NaOCl 2,5%.
Hasil penelitian tentang rata-rata jumlah ekstrusi debris berdasarkan larutan
irigasi yang digunakan dan kombinasinya tercantum pada tabel 4.

55

Tabel 4. RATA-RATA DAN STANDAR DEVIASI HASIL JUMLAH
EKSTRUSI DEBRIS BERDASARKAN LARUTAN IRIGASI YANG
DIGUNAKAN
Larutan Irigasi
N
Rata-rata ± SD (mg)
Kitosan 0,1%
7
9,471 ± 1.3756
Kitosan 0,2%
7
11,714 ± 2.4654
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1%
7
9,700 ± 1.6186
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%
7
12,429 ± 1.9448
NaOCl 2,5%
7
13,600 ± 3.0265
EDTA 17% + NaOCl 2,5%
7
19,129 ± 3.7717

Tabel 4 menunjukkan bahwa larutan kitosan 0,1% yang digunakan sendiri
maupun kombinasinya dengan larutan NaOCl 2,5% memiliki ekstrusi debris yang
terendah dibandingkan dengan larutan irigasi lainnya yaitu 9,471 mg dan 9,700 mg,
diikuti dengan kitosan 0,2% dan kombinasinya dengan NaOCl 2,5%, yaitu 11,714 mg
dan 12,429 mg. Kelompok larutan NaOCl 2,5% yang digunakan sendiri menghasilkan
ekstrusi debris yang lebih banyak bila dibandingkan dengan kelompok NaOCl 2,5%
yang dikombinasikan dengan kitosan 0,1% dan 0,2%, yaitu 13,6 mg. Kombinasi EDTA
17% dan NaOCl 2,5% menghasilkan ekstrusi debris paling banyak dibandingkan
dengan seluruh kelompok perlakuan yaitu 19,2 mg.

56

mg

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

19,2
12,429

11,714

13,6

9,7

9,471

Kitosan 0,1% Kitosan 0,2%

NaOCl
NaOCl
NaOCl 2,5%
EDTA
2,5%+Kitosan 2,5%+Kitosan
17%+NaOCl
0,1%
0,2%
2,5%
Ekstrusi debris

Grafik 1. Perbandingan jumlah ekstrusi debris

Grafik 1 menunjukkan gambaran perbandingan jumlah ekstrusi debris yang
dipengaruhi oleh larutan irigasi yang digunakan. Kelompok I (kitosan 0,1%)
menghasilkan ekstrusi debris yang paling sedikit diikuti oleh kelompok III (NaOCl
2,5% + kitosan 0,1%), kelompok II (kitosan 0,2%), kelompok IV (NaOCl 2,5% +
kitosan 0,2%), kelompok V (NaOCl 2,5%) dan yang paling banyak menghasilkan
ekstrusi debris adalah kelompok VI (EDTA 17% + NaOCl 2,5%).
Tabel 5. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH (α = 0,05)
Variabel
Jumlah ekstrusi debris
antar grup*
Keterangan:

*P < 0,05

Mean Square
64.204

Signifikan
.000

57

Dalam uji statistik ANOVA Satu Arah, terdapat perbedaan jumlah ekstrusi
debris yang nyata antar kelompok (P = 0,0001). Hal ini menunjukkan bahwa berbagai
larutan irigasi yang digunakan memberi pengaruh yang berbeda terhadap ekstrusi
debris yang dihasilkan pada saat tindakan cleaning & shaping saluran akar. (Tabel 5)
Oleh karena itu Post Hoc Test – Least Significant Difference dapat digunakan untuk
membandingkan kesignifikanan pengaruh masing-masing kelompok dalam penelitian
ini. (Tabel 6)

Tabel 6. HASIL UJI LSD
Kelompok
Kit 0,1%
Kit 0,2%
NaOCl
2,5%+ Kit
0,1%
NaOCl
2,5%+ Kit
0,2%
NaOCl
2,5%
EDTA 17%
+ NaOCl
2,5%

Kit 0,1%

Kit 0,2%

NaOCl 2,5%+
Kit 0,1%

NaOCl 2,5%+
Kit 0,2%

.103
.866

.103
.142

.866
.142

.034*
.598
.049*

.034*

.598

.049*

.004*

.168

.006*

.388

.0001*

.0001*

.0001*

.0001*

-

-

NaOCl
2,5%

EDTA 17%+
NaOCl 2,5%

.004*
.168
.006*

.0001*
.0001*
.0001*

.388

.0001*

-

.0001*

.0001*

-

Keterangan: *signifikan

Tabel 6 menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kelompok Kitosan 0,1%
dengan kelompok NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%, NaOCl 2,5% dan kelompok EDTA
17% + NaOCl 2,5% namun tidak ditemukan perbedaan yang nyata dengan kelompok
lainnya. Kelompok kitosan 0,2% hanya memberi perbedaan yang nyata dengan
kelompok EDTA 17% + NaOCl 2,5%. Kelompok NaOCl 2,5% + kitosan 0,1%
memiliki hasil yang sama seperti kelompok kitosan 0,1%, yaitu hanya memberi
perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan kelompok NaOCl 2,5% + Kitosan
0,2%, NaOCl 2,5% sendiri dan kelompok EDTA 17%+NaOCl 2. Sedangkan kelompok
NaOCl 2,5% + kitosan 0,2% memiliki hasil yang sama dengan kelompok NaOCl 2,5%

58

sendiri, yaitu hanya memberi perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan kitosan
0,1%, kelompok NaOCl 2,5% +kitosan 0,1% dan kelompok EDTA 17% + NaOCl
2,5%. Kelompok EDTA 17% memberi perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan
keseluruh kelompok lainnya. Seluruh kelompok diuji menggunakan tes LSD dengan
α=0,05.
Dengan ini dapat dikatakan hipotesa diterima, artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara kitosan 0,1% dengan NaOCl 2,5% dan kitosan 0,1% dan 0,2% dengan
kombinasi EDTA 17% + NaOCl 2,5%.

59

BAB 6
PEMBAHASAN

Penelitian ini membandingkan pengaruh berbagai larutan irigasi dan
kombinasinya terhadap ekstrusi debris pada saat tindakan cleaning & shaping saluran
akar. Menurut Silva et al (2012), larutan kitosan 0,2% memiliki efek yang sama baiknya
dengan EDTA 15% dalam mengangkat smear layer.20 Dalam penelitian ini, larutan
yang diuji adalah alternatif bahan irigasi kitosan dari kulit blangkas (Tachypleus gigas)
bermolekul tinggi yang dilarutkan dalam asam asetat 1% dengan konsentrasi yang diuji
adalah 0,1% dan 0,2%.
Menurut Praveena (2011), konsentrasi larutan NaOCl 1% dapat melarutkan
jaringan pulpa dengan sempurna. Oleh karena itu, konsentrasi larutan NaOCl yang
digunakan dalam perawatan saluran akar seharusnya tidak melebihi 1%. Akan tetapi,
waktu yang dibutuhkan larutan NaOCl 1% untuk melarutkan jaringan pulpa lebih lama
dibandingkan dengan larutan NaOCl dengan konsentrasi yang lebih tinggi.43 Prabaswari
et al (2010) telah membandingkan pengaruh konsentrasi larutan NaOCl terhadap
kebersihan dinding saluran akar. Penelitian tersebut membuktikan bahwa larutan NaOCl
2,5% cukup aman digunakan dan mempunyai efek melarutkan jaringan pulpa yang
efektif.8 Dalam penelitian ini digunakan larutan irigasi NaOCl 2,5% sebagai
pembanding terhadap alternatif bahan irigasi kitosan blangkas 0,1% dan 0,2%.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa larutan kitosan 0,1% dan
kombinasi NaOCl 2,5% dengan kitosan 0,1% sebagai final rinse menghasilkan ekstrusi
debris yang paling sedikit dan tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan kitosan
0,2% dan kombinasi NaOCl 2,5% dengan Kitosan 0,2%. Namun, kitosan 0,1% dan
kombinasi NaOCl 2,5% dengan kitosan 0,2% memiliki perbedaan yang bermakna
dengan larutan NaOCl 2,5% yang digunakan tanpa kombinasi. Keempat kelompok
kitosan dan kombinasinya memberikan perbedaan yang bermakna dengan kombinasi
EDTA 17% dan NaOCl 2,5% sebagai final rinse.

60

Vande Visse dan Brilliant (1975) Cit Myers (1991) dan Parirokh (2012)
menyatakan bahwa tindakan pebersihan saluran akar tanpa menggunakan larutan irigasi
tidak menghasilkan ekstrusi debris. Tindakan preparasi saluran akar tanpa irigasi dapat
menyebabkan akumulasi debris pada ujung apeks saluran akar gigi dan ini dapat
membentuk apical plug. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya larutan irigasi yang
mengangkat debris dan smear layer yang terbentuk selama preparasi saluran akar ke
korona.13,44
Parirokh et al (2012) pertama kali meneliti hubungan antara bahan irigasi serta
konsentrasi bahan irigasi dengan ekstrusi debris. Bahan irigasi yang digunakan adalah
khlorheksidin 2%, NaOCl 2,5% dan 5%, dengan teknik preparasi disamakan yaitu
crown-down menggunakan Hero rotary instrument dan teknik irigasi manual dengan
jarum irigasi side-vented ukuran 28G dan jarak penetrasi jarum 2mm dari panjang kerja.
Hasilnya menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara NaOCl 5% dengan 2
kelompok lainnya dimana NaOCl 5% memiliki ekstrusi debris tertinggi dibanding
NaOCL 2,5% dan khlorheksidin. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi bahan irigasi
memberi pengaruh terhadap jumlah ekstrusi debris.13
Perbedaan jumlah ekstrusi debris yang dihasilkan oleh masing-masing larutan
irigasi dapat dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan larutan irigasi dalam melarutkan
jaringan dan dinding dentin serta mengangkatnya ke arah korona. Hasil penelitian ini
didapat bahwa kitosan 0,2% memberi jumlah ekstrusi debris lebih besar dibanding
kitosan 0,1% meskipun perbedaannya tidak signifikan (P = 0,103). Menurut Silva et al
(2012), pengaplikasian kitosan 0,1% selama 3 menit tidak menimbulkan erosi pada
dentin, namun pengaplikasian kitosan 0,2% selama 3 menit menunjukkan adanya erosi
pada peritubular dentin. Pengaplikasian kitosan baik 0,1% maupun 0,2% selama 5 menit
menimbulkan efek erosi yang parah pada permukaan dentin.45 Hal ini dapat memberi
kemungkinan bahwa pengaplikasian kitosan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan
waktu aplikasi yang lebih lama menyebabkan dinding dentin lebih banyak terlarut
sehingga jumlah debris dan smear layer yang terbentuk saat proses cleaning & shaping
pun semakin banyak. Kitosan 0,2% lebih banyak menghasilkan dentin yang erosi

61

dibanding 0,1%,45 sehingga debris dan smear layer yang terbentuk lebih banyak,
menyebabkan kemungkinan ekstrusi debris pun semakin besar.
Kelompok kombinasi NaOCl 2,5% dengan kitosan, baik konsentrasi 0,1% dan
0,2% memberi hasil ekstrusi debris yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok
kitosan tanpa kombinasi meskipun hasilnya tidak signifikan (K I – K III, P = 0,866; K
II – K IV, P = 0,598). Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan NaOCl yang
melarutkan jaringan organik sehingga memberikan efek yang lebih tinggi dalam
terbentuknya smear layer. Smear layer dan debris dalam saluran akar terdiri dari
jaringan organik dan anorganik.1-5 NaOCl mampu melarutkan jaringan organik3,4,23,24
dan kitosan memiliki efek chelator dengan ion kalsium pada dentin20,21,45 sehingga pada
proses instrumentasi, kombinasi kedua larutan ini memberi efek pembentukan smear
layer dan debris yang lebih banyak dibandingkan dengan larutan kitosan yang
digunakan tanpa kombinasi.
Ekstrusi debris yang dihasilkan oleh kombinasi EDTA 17% dan NaOCl 2,5%
memberi perbedaan yang bermakna bila dibanding dengan larutan kitosan (P=
0,0001) dimana kombinasi penggunaan EDTA 17% dan NaOCl 2,5% menghasilkan
debris yang ekstrusi lebih banyak hingga 2x lipat. Menurut Silva et al (2012), EDTA
15% memiliki efek yang lebih besar dalam melarutkan jaringan anorganik dibandingkan
dengan kitosan 0,2% dengan cara menghitung jumlah ion kalsium yang terdapat pada
larutan irigasi yang ditampung setelah penggunaannya pada irigasi saluran akar.20 Hal
ini dapat memberi kemungkinan bahwa kombinasi EDTA 17% dengan NaOCl 2,5%
dapat melarutkan jaringan lebih banyak dibandingkan dengan kitosan berbagai
konsentrasi dan kombinasinya sehingga menyebabkan ekstrusi debris yang lebih
banyak.
Selain kemampuan melarutkan jaringan yang menyebabkan banyaknya smear
layer yang terbentuk, ekstrusi debris pun dapat dipengaruhi oleh hidrodinamika dari
larutan irigasi yang digunakan. Penetrasi larutan irigasi, aksi pembilasan dan ekstrusi
debris bergantung pada sistem saluran akar, instrumentasi, teknik irigasi, penetrasi
jarum serta volume dan karakteristik dari larutan irigasi tersebut.10 Pada penelitian ini,
digunakan teknik irigasi manual menggunakan spuit dan jarum. Teknik ini masih luas

62

digunakan oleh para praktisi dokter gigi umum maupun endodontis dan dianggap
sebagai teknik irigasi yang paling efisien dan mampu mengatur kedalaman penetrasi
jarum dalam saluran akar dan volume cairan yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan jarum one-side-vented 30G. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, desain ujung jarum dan ukuran jarum mempengaruhi tekanan apikal yang
dihasilkan sehingga menyebabkan terjadinya ekstrusi debris. Jarum dengan ujung
tertutup memberi efek yang lebih kecil dibandingkan dengan jarum ujung terbuka.
Sedangkan jarum berukuran 30G memberi laju aliran yang lebih kecil dibandingkan
dengan jarum 28G dan memiliki kemungkinan ekstrusi lebih kecil.12 Selain itu,
penelitian oleh Vinothkumar (2007) menyatakan bahwa jarum ujung tertutup one-sidevented secara signifikan lebih efisien dalam mengeliminasi bakteri saluran akar
dibandingkan dengan two-side-vented dan jarum hipodermik.13
Penetrasi jarum merupakan faktor yang penting dalam terjadinya ekstrusi debris.
Penetrasi jarum 2mm dari panjang kerja direkomendasikan menjadi penetrasi yang
ideal.11,12 Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan jarak penetrasi jarum

2 mm

dari panjang kerja. Namun, pada saat penelitian ini dilakukan, dapat terjadi kesalahan
penetrasi ujung jarum sehingga penetrasi menjadi lebih dalam dan kemungkinan
ekstrusi menjadi lebih besar.
Selain itu, pada penelitian ini digunakan Ni-ti rotary instrument Protaper 6%.
Penggunaan instrumen rotary saat pembentukan saluran akar dapat menyebabkan
terjadinya kelebihan instrumentasi bila ada perubahan pada posisi rubber stop sebagai
penanda panjang kerja sehingga menyebabkan panjang kerja menjadi lebih panjang dan
foramen terbuka.13 Hal ini dapat menyebabkan ekstrusi debris lebih besar. Pada saat
penelitian ini dilakukan, dapat terjadi perubahan posisi rubber stop pada file Protaper
saat instrumentasi sehingga kemungkinan ekstrusi menjadi lebih besar.
Karakteristik cairan dari larutan irigasi yang digunakan memberikan pengaruh
terhadap pergerakan larutan dalam saluran akar untuk mengangkat debris ke arah
korona. Pada penelitian ini didapat larutan kitosan yang digunakan memiliki pH asam
yaitu ±3. Nilai pH yang asam dapat memberi pengaruh terhadap kemampuannya
melarutkan jaringan. Viskositas larutan juga dapat mempengaruhi laju alirannya dan

63

kemampuannya dalam mengangkat debris dan smear layer ke arah korona. Hukum
Stokes dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh viskositas larutan bahan irigasi
terhadap kecepatan partikel debris untuk bergerak ke atas permukaan.(Gambar.23)

Gambar 23. Hukum stokes46

Berdasarkan rumus tersebut, kecepatan debris (partikel) terangkat ke arah
korona berbanding terbalik dengan dengan bertambahnya viskositas larutan. Viskositas
yang lebih tinggi menghasilkan kecepatan partikel ke arah korona lebih lambat sehingga
dapat menyebabkan debris terakumulasi lebih besar di dalam saluran akar.46 Hal ini
dapat menyebabkan pergerakan debris untuk ekstrusi melewati foramen apikal lebih
besar. Pada penelitian ini, didapat viskositas larutan kitosan blangkas molekul tinggi
dengan konsentrasi 0,1% adalah 32cps dan konsentrasi 0,2% adalah 43 cps. Hal ini
membuat kemungkinkan pergerakan debris yang terdapat pada sepertiga apikal ke arah
korona pada larutan kitosan blangkas konsentrasi 0,2% menjadi lebih lambat bila
dibandingkan dengan konsentrasi 0,1%. Oleh karena itu, debris yang ekstrusi dari
foramen apikal menggunakan larutan irigasi kitosan 0,2% lebih banyak dibanding
dengan 0,1%.
Penelitian ini merupakan studi laboratorium (in vitro), dan hasil yang berbeda
mungkin didapat bila dilakukan dengan model studi in vivo atau saat klinis. Pada
penelitian ini, tidak terdapat jaringan pulpa dalam saluran akar dan tidak terdapat
jaringan periapikal sebagai tahanan agar tidak terjadi ekstrusi debris. Mohorn (1971) Cit
Parirokh (2012) menyatakan bahwa jaringan periapikal dapat memberi pengaruh baik
mengurangi atau meningkatkan jumlah ekstrusi debris. Oleh karena itu, hasil dalam

64

penelitian ini hanya secara relatif dan tidak dapat menggambarkan kondisi yang
sebenarnya. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan secara in vivo agar didapat hasil
yang lebih relevan dan sesuai kondisi yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapat bahwa kitosan 0,1% dan 0,2%
menghasilkan ekstrusi debris yang lebih kecil dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dan
kombinasi EDTA 17% dengan NaOCl 2,5%. Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan
NaOCl 2,5% dengan toksisitas yang lebih tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa
larutan kitosan blangkas molekul tinggi dalam penelitian ini lebih aman digunakan
sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar karena efek ekstrusi debrisnya yang lebih
kecil.

65

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini, berbagai larutan irigasi diberikan pada tindakan irigasi
saluran akar untuk melihat perbedaan ekstrusi debris yang terjadi. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata ekstrusi debris Kitosan 0,1% adalah 9,471 ± 1,3756 mg,
kombinasi NaOCl 2,5% dan Kitosan 0,1% adalah 11,714 ± 2,4654 mg, Kitosan 0,2%
adalah 9,700 ± 1,6186 mg, kombinasi NaOCl 2,5% dan kitosan 0,2% adalah 12,429 ±
1,9448 mg, NaOCl 2,5% adalah 13,600 ± 3,0265 mg, dan kombinasi EDTA 17% dan
NaOCl 2,5% adalah 19,129 ± 3,7717 mg. Hasil uji statistik ANOVA dan uji post hoc
Least Signifficant Difference (α=0,05) menunjukkan bahwa kitosan 0,1% dan 0,2%
menghasilkan ekstrusi debris yang paling sedikit dan berbeda secara signifikan dengan
NaOCl 2,5% (P = 0,040) dan kelompok kontrol (P = 0,0001).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa larutan kitosan blangkas molekul
tinggi menghasilkan ekstrusi debris paling sedikit bila dibandingkan dengan larutan
NaOCl 2,5% dan dapat dikembangkan sebagai bahan irigasi alternatif di masa depan.

7.2 Saran
Penelitian ini masih berupa penelitian in vitro dan perlu penelitian lebih lanjut
mengenai kitosan blangkas (Tachypleus gigas) molekul tinggi sebagai bahan irigasi
dilihat dari syarat bahan irigasi ideal lainnya. Oleh karena itu:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan secara in vivo pada mulut pasien
agar dapat memperoleh data yang lebih representatif secara klinis karena melibatkan
kondisi-kondisi in vivo dalam penelitian.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan efek pembersihan smear
layer pada tindakan irigasi dan post-operative pain setelah tindakan irigasi
menggunakan larutan kitosan blangkas molekul tinggi 0,1% dan 0,2%.

Dokumen yang terkait

Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar(In Vitro)

3 56 72

Pengaruh Tindakan Irigasi Dengan Kitosan Blangkas (Tachypleus Gigas), Sodium Hipoklorit Dan Edta Terhadap Penyingkiran Smear Layer (Penelitian In Vitro)

8 107 128

Efek Antifungal Kitosan Blangkas (Limulus polyphemus) Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Terhadap Candida Albicans Sebagai Alternatif Bahan Dressing Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 63 69

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 8 13

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 26

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 4

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 12

Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar(In Vitro)

0 0 14