Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia Lisan Pada Anak Autistik di Sekolah TKLB.B.UPT.SLB-E.N PembinaKajian Psikolinguistik

BAB II
KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep yang mendasari penelitian ini adalah penderita anak autis dan
pemerolehan bahasa.

2.1.1

Penderita Autis

Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autisme
seakan-akan hidup di dunianya sendiri.Autisme adalah gangguan yang parah pada
kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun
pertama,ketidakmampuanberkomunikasi

ini

diduga

mengakibatkan


anak

penyandangautis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain
(Sarwindah, 2002).
Mengacu pada pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan autis adalah
kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir
ataupun saat masa balita dengan gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak
mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan
yang komplek, serta mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan
kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan
tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata-sosial, tingkat pendidikan,
geografis, tempat tinggal, maupun jenis makanan.

10
Universitas Sumatera Utara

Anak autis berbeda dari anak normal pada umumnya. Menurut Kurikulum
Pendidikan Luar Biasa tentang pedoman bimbingan di sekolah, karakteristik
anak autis adalah sebagai berikut:
1. Interaksi sosial

a. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka
menyendiri.
b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk
bertatapan.
c. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan, misalnya bila ingin meminta minum.

2. Komunikasi
a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
b. Senang meniru atau membeo (echolalia);bila senang meniru, dapat
hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.
c. Anak tampak seperti tuli,sulit berbicara,atau pernah berbicara tapi
sirna.
d. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
e. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat
dimengerti orang lain;bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi.
f. Sebagian anak ini tidak berbicara(non verbal) atau sedikit
berbicara(kurang verbal)sampai usia dewasa.

3. Pola bermain

a.Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
b.Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin dan
gasing.
c.Tidak bermain sesuai fungsi mainan,misalnya sepeda dibalik lalu
d.

Rodanya di putar-putar,tidak kreatif,tidak imajinatif.

e.Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus
dan dibawa kemana-mana.

11
Universitas Sumatera Utara

2.1.2

Bahasa Lisan dan Tulis
1) Bahasa Lisan
Bahasa lisan adalah bentuk bahasa yang diungkapkan secara langsung


menggunakan tutur kata secara lisan.Oleh karena itu, bentuk bahasa ini terkait
dengan ruang dan waktu, di mana aspek situasi berpengaruh besar terhadap
pemahaman isi bahasa tersebut.Selain ucapan, pengungkapan bahasa lisan
biasanya juga dilengkapi dengan nada suara,gerak tubuh,dan ekpresi wajah.
2) Bahasa Tulisan
Bahasa tulisan adalah bentuk bahasa yang memakai teks tertulis sebagai
media perantaranya.Itu sebabnya, jenis bahasa ini terkait dengan ruang dan
waktu.Dalam pembuatannya, bahasa tulisan mempunyai aturan-aturan dasar yang
bersifat mengikat. Pada umumnya, bahasa tulisan banyak memanfaatkan tanda
baca, diksi yang tepat,dan unsur-unsur gramatikal lainnya untuk memudahkan
pemahaman akanisi bahasa.

2.1.3 Autistik
Kata autistik berasal bahasa Yunani auto yang berarti sendiri. Jika kita
perhatian maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autistik itu seolaholah hidup di dunianya sendiri. Pemakaian istilah autistik diperkenalkan pertama
kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dan Hervard (Kanner, AutisticDisturbance
of Affective Contact)pada tahun 1943.Sekalipun kelainan ini sudah ada sejak
berabad-abad sebelumnya.
Di dalam kajian psikologi, anak autistik (anak autis) merupakan bagian
integral dari anak luar biasa. Hadis (2006:43) menyatakan bahwa anak autistik

adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat yang antara lain
12
Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan
orang lain. Autisme juga merupakan

gangguan perkembangan organik yang

mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam berinteraksi dan menjalani
kehidupannya (Hanafi dalam

hadis, 2006:2002). Selain itu, Simanjuntak

memberikan defenisi autistik sebagai sebuah penyakit yang disebabkan oleh
banyak faktor genetik memegang kemungkinan yang sangat besar dan faktorfaktor nongenetik memberikan sumbangan ke dalam rantaian penyebab autistik ini
(Simanjuntak, 2009:251).Jadi, dapat disimpulkan bahwa autistik ini sebenarnya
adalah sebuah keadaan dimana penderitanya mengalami gangguan dari segi psikis
yang disebabkan oleh banyak faktor, baik genetik maupun non genetik.
Gangguan perkembangan ini sangat kompleks menyangkut komunikasi,

interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi anak, serta emosional anak.Dengan kata
lain, pada anak autisme terdapat hambatan yang berat dalam kemampuan
perkembangan verbal dan interaksi non-verbal.Anak-anak dengan autisme
menggunakan komunikasi dan strategi yang kacau dalam belajar bahasa.Apabila
diberi stimulus yang kompleks, maka anak autis cenderung memberi respon pada
satu komponen.Pola respon demikian disebut stimulus overselectivity atau
overselective attention.
Hampir semua anak autis mengalami kesulitan dalam kemampuan
verbalnya, kadang mereka mampu untuk berbicara. Namun, tidak termasuk dalam
kategori komunikasi, salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa anak autis dapat dilakukan pembelajaran bahasa pada mereka, bentuk
pembelajaran bahasa yang dapat dilakukan berupa terapi wicara dapat
dikombinasikan dengan metode ABA.
13
Universitas Sumatera Utara

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam terapi wicara menyentuh ranah
(Veskarisyanti,2008:48-49) :
1. Artikulasi atau pengucapan:
Anak autis mengalami kekurang sempurnaan dalam pengucapan

karena daerah artikulasinya mengalami gangguan. Hal yang dapat
dilakukan adalah dengan latihan pengucapan dengan melibatkan cara
dan tempat artikulasi (Place and manners of articulation). Latihan
yang dapat diberikan anatara lain, propoceptive neuromuscular.
2. Organ bicara dan sekitarnya :
Sifatnya

fungsional,

sehingga

diperlibatkan

oral

peripheral

mechanismexercises dan oral motor activities, aktivitas yang melatih
fungsi dari motorik organ bicara pada manusia.
3. Untuk bahasa.

Aktivitas yang dilakukan adalah dalam tahapan fonologi, semantik
morfologi,sintaksis, wacana, metalinguistik, dan pragmatik.
4. Pendengaran
Terapi yang dapat diberikan adalah dengan menyertakan alat bantu
bersifat medis dan penggunaan sensori lainnya.
5. Suara
Gangguan pada suara adalah penyimpangan dari nada, intensitas,
kualitas, atau penyimpangan lain dari atribut dasar pada suara, yang
menimbulkan gangguan komunikasi, memberikan kesan negative pada
si pembicara akan mempengaruhi pendengar.

2.1.4 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisasi bahasa adalah proses yang berlangsung
di dalam otak seorang anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau
bahasa ibunya.Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa
(language learning). Pembelajaraan bahasa berkaitan dengan proses-proses yang
terjadi pada waktu anak mempelajari bahasa kedua,setelahdia memperoleh bahasa
14
Universitas Sumatera Utara


pertamanya, Jadi, pemerolehan bahasa berkenanaan dengan bahasa kedua (dalam
Chaer:167).

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan
sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukkan identitas
sosial.Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan
menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarkat.Bahasa memudahkan
anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara benar-benar dapat
diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk
memperoleh

nilai-nilai

budaya,

agama,

dan


nilai-nilai

lain

dalam

masyarakat.Sejak dini bayi telah berinteraksi didalam lingkungan sosialnya,
seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada bayi untuk ikut dalam
komunikasi sosial dengannya.Kala itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi,
bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa. Pemerolehan bahasa
atau akuisasi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak
ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan
bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa.Pembelajaran bahasa
berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak
mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa bahasa pertamanya.
Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167)

15

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Psikolinguistik
Psikolinguistik berasal dari kata psikologi dan linguistik. Secara etimologi
kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu psyche dan logos.Kata
psyche berarti jiwa, roh, atau sukma, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi secara
arafiah,

psikologi

adalah

ilmu

yang

mempelajari

tentang

perilaku

manusia.Linguistik adalah ilmu bahasa atau ilmu yang objek kajiannya adalah
bahasa.Linguistik juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hakikat
bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh,dan bagaiamana bahasa
itu berkembang.Jadi, psikolinguistik adalah suatu ilmu yang mencoba
menguraikan

proses-proses

psikologi

yang

berlangsung

jika

seseorang

mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan
bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia, Slobin dalam
(Chaer, 2003:5). Sedangkan Harley (Dardjowidjojo, 2003:7) berpendapat bahwa
psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian
bahasa.
Psikolinguistik mempelajari empat topik utama (a) komprehensi, yakni
proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat
menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud, (b)
produksi, yakni proses-proses mental pada diri manusia yang membuat manusia
dapat berujar seperti yang diujarkan, (c) landasan biologis serta neurologis yang
membuat manusia bisa berbahasa, (d) memperoleh bahasa, yakni bagaimana anak
memperoleh bahasa mereka (Dardjowidjojo, 2003:7).

16
Universitas Sumatera Utara

2.2.3

Psikolinguistik Behaviorisme
Teori Behaviorisme diperkenalkan oleh John B.Watson (1878-1958)

seorang ahli psikologi berkebangsan Amerika.Teori ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari teori pembiasan klasik Pavlov dalam bentuk baru dan yang lebih
terperinci serta didukung oleh eksperimen baru dengan binatang (terutama tikus)
dan anak kecil (bayi).
Di Amerika Serikat, Watson dikenal sebagai Bapak Behaviorisme karena
prinsip-prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teori Stimulus- Respons Bond,
(S – R bond). Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson tujuan utama
psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku dan
sedikit pun tidak ada kaitannya dengan kesadaran.Yang dapat dikaji oleh
psikologi menurut teori ini adalah benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati
secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respon) sedangkan
hal-hal yang terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian.Maka dalam proses
pembelajaran, menurut Watson tidak ada perbedaan manusia dengan hewan.
Oleh karena kesadaran tidak termasuk benda yang dikaji oleh behaviorisme,
maka psikologi ini telah menjadikan ilmu mengenai perilaku manusia ini menjadi
sangat sederhana dan mudah dikaji.Mengapa?Karena semua perilaku menurut
behaviorisme termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya
rangsangan (stimulus).Jadi, jika gerak balas telah diamati dan diketahui, maka
rangsangan pun dapat diprediksikan. Begitu juga, jika rangsangan telah diketahui
dan diamati, maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Dengan demikian, setiap
perilaku itu dapat diprediksikan dan dikendalikan.Watson juga tegas menolak

17
Universitas Sumatera Utara

pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku.Jadi semua perilaku
dipelajari menurut hubungan stimulus-respons.
Dalam pembelajaran yang didasarkan pada hubungan stimulus-respons ini,
Watson mengemukakan dua prinsip penting yaitu (1) recency principle (prinsip
kebaruan), dan (2) frequency principle (prinsip frekuensi). Menurut recency
principle jika stimulus baru saja menimbulkan respons, maka kemungkinan
stimulus itu untuk menimbulkan respons, maka diberikan umpan lagi akan lebih
besar daripada kalau stimulus itu diberikan setelah lama berselang. Menurut
frequency principle apabila suatu stimulus itu dibuat lebih sering menimbulkan
respon yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar.
Selain itu, psikolinguistik behaviorisme berusaha menjelaskan bahwa proses
pemerolehan bahasa pertama sebenarnya dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu
rangsangan yang diberikan melalui lingkungan (Chaer, 2002:222)
Penerapan teori behaviorisme ini didasarkan oleh adanya rangsangan
(stimulus) kemudian diikuti oleh reaksi (respon). Bila rangsangan menghasilkan
reaksi yang benar maka akan diberi hadiah atau imbalan (reinforcement) yang
menyenangkan dan kemungkinan rangsangan itu akan dilakukan berulang-ulang.
Namun, jika reaksi yang dihasilkan salah akan dihukum, yaitu penghentian
imbalan. Bagi anak autistik, imbalan ini sangat diperlukan agar mereka mematuhi
perintah yang diberikan.Perlu sekali diperhatikan bahwa imbalan harus terkesan
sebagai upah dan bukan sebagai suap atau sogokan (Handojo, 2008:55).
Handojo (2008:56-57) juga menjelaskan bahwa imbalan semacam ini
dapatdiberikan dalam bentuk pemberian makanan atau minuman dalam porsi kecil

18
Universitas Sumatera Utara

karena harus diberikan secara berulang-ulang.Selain itu, dalam bentuk
memberikan

mainan

kepada

anak.Imbalan

verbal

juga

perlu

diberikanseperti’’bagus”,”pintar”sebagai pujian karena telah melaksanakan
intruksi dengan benar.
2.2.4

Kata Ulang Bahasa Indonesia
Menurut Muslich, (1990:48) proses pengulangan merupakan peristiwa

pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun
sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks
maupun tidak.
Kata ulang merupakan kata yang mengalami proses pengulangan kata.
Kata ulang ada yang berupa kata ulang utuh, sebagian, dan perubahan bunyi.
Selain itu, ada juga kata ulang semu dan berimbuhan.
Macam-macam Pengulangan
1. Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa
perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan
afiks. Misalnya :
Sepeda

 Sepeda-sepeda

Buku

 Buku-buku

Sekali

 Sekali-sekali

Pertempuran  Pertempuran-pertempuran
Pembangunan  Pembangunan-pembangunan

19
Universitas Sumatera Utara

2. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk
dasarnya.Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.Hampir semua
bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks.Yang
berupa bentuk tunggal hanyalah kata lelaki yang dibentuk dari bentuk
dasar laki,beberapa yang dibentuk dari bentuk dasar berapa, pertamatama yang dibentuk dari bentuk dasar pertama, dan segala-gala yang
dibentuk dari bentuk segala.
a. Misalnya - bentuk meN :
Mengambil

 mengambil-ambil

Membaca

 membaca-baca

Pada kata mengambil-ambil nasal morfem meN- tidak diulang
pada ambil yang kedua karna bentuk asal kata mengambil-ambil,
ialah ambil, berawal dengan vocal.Disini, nasal morfem meNdiulang pada ngemasi karena bentuk asal mengemas-ngemasi
berawal dengan konsenan.Bentuk asal nya bukan emas melainkan
kemas.
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan
berkombinasi

dengan

proses

pembubuhan

afiks,

maksudnya

pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan
afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi.

20
Universitas Sumatera Utara

Ada dua pilihan.Pilihan pertama adalah bentuk dasar kereta diulang
menjadikereta-kereta, lalu mendapat bubuhan afiks-an, menjadi
kereta-keretaan. Jadi proses nya sebagai berikut
Keretakereta-keretakereta-keretaan
4. Pengulangan dengan perubahan fonem
Kata ulang yang pengulangan nya termasuk golongan ini sebenarnya
sangat

sedikit.Disamping

bolak-balik

terdapat

kata

kebalikan,

sebaliknya,dibalik,membalik.Dari perbandingan itu dapat disimpulkan
bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang
seluruhnya dengan perubahan fonem.
Contoh lain misalnya :
Gerak  gerak-gerik
Robek  robak-rabik
Serba  serba-serbi

2.3 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan atas tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber
yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Adapun sumber tersebut antara
lain:Peeters(2004:2-4)bahwa apa yang membuat hidup kita benar-benar berarti
dalam berkomunikasi dengan orang lain dan menghadapi orang lain dengan cara
kreatif. Dalam ketiga bidang inilah para penyandang autistik mengalami
kesulitandalam hidup mereka.Anak autistik berusaha keras agar dapat memahami
bahasa lisan, tetapi selalu dihadapkan ketidakberdayaan mereka.Hal ini
menyebabkan sebagian besar anak autistik mengalami depresi(tekanan).Perawatan
terbaik untuk menghadapi depresi tersebut adalah dengan bantuan psikiater.
21
Universitas Sumatera Utara

Salhiadani Nasution (1995) dalam skripsinya yang berjudul Hubungan
Neurolinguistik

Terhadap

Psikolinguistik

Gangguan

Komunikasi

Bahasa

Indonesia. Anak yang menderita penyakit autistik ini terlambat kemampuan
bicaranya dan mempunyai cara bicara yang ganjil. Misalnya ia tidak dapat
membedakan kata ganti seperti “kamu” dan “saya”, dan ia mengulang apa yang
dikatakan orang kepadanya. Biasanya anak ini suka mengasingkan diri, ia
menghindar dari kontak mata dan kontak fisik, ia senang permainan yang
berulang dan ada kalaanya berlebihan.
Darjowidjojo (2000 ) tentang penelitian longitudinalnya yang menggunakan
waktu lima tahun terhadap cucu nya Echa mengungkapkan bahwa pemerolehan
bahasa itu terdiri atas pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis, simantik,
leksikon dan pragmatik. Darjowidjojo juga mengatakan bahwa bahasa tidak dapat
terjadi

hanya

karena

adanya

bekal

kodrating

(innate

propertis

)

belaka.Pemorelahan bahasa juga tidak mungkin terjadi karena hanya adanya
faktor.
Gustianingsih (2009) dalam desertasinya yang berjudul Produksi Dan
KomprehensiBunyi

Ujaran

Bahasa

Indonesia

Pada

Anak

Penyandang

AutistikSpekrum Disorder, menyimpulkan bahwa anak autistik sering melakukan
penyimpangan pada awal dan akhir kata.Hal ini mengindikasikan bahwa anak
autistik mengalami gangguan pada inisiasi dan mengalami kesulitan untuk
menuntaskan ujaran.anak autistik ini sering mengulang-ulang ujaran dan akhirnya
tidak tuntas.

22
Universitas Sumatera Utara

Rismawati Sitorus (2010), dalam skripsinya yang berjudul Kalimat Lisan
BahasaIndonesia Anak AutistikPada Yayasan Tali Kasih Medan, menyimpulkan
bahwa kalimat lisan anak autistik di yayasan tali kasih medan berbeda dengan
kalimat lisan anak normal mereka sangat sulit melakukan interaksi dengan orang
lain.Mereka hanya mampu mengajarkan penggalan awal atau akhiran setiap
kalimat lisan yang diujarkan guru.
Listari (2011) dalam skripsinya yang berjudul Pemerolehan Morfologi Bahasa
JawaAnak Usia lima tahun didesa Sialang Pamoran Labuhan Batu Selatan
mengatakan bahwa pada anak usia lima tahun yang berbahasa Jawa telah mampu
membentuk kalimat dengan menggunakan atau menyisipkan kata ulang. Pada
anak usialima tahun yang sering muncul adalah kata ulang yang berimbuhan dan
kata ulang dwilingga salin suara. Adapun teori yang digunakan dalam penilitian
ini adalah teori psikolinguistik dan pemerolehan morfologi pada anak usia lima
tahun. Untuk mengumpulkan data, metode yang digunakan adalah metode simak
dengan teknik lanjutannya yaitu teknik simak libat cakap yang dilanjutkan dengan
teknik rekam dan catat. Data tersebut dikemudian dianalisis dengan menggunakan
metode padan dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dengan
alatnya yaitu gaya pilah yang bersifat mental. Hasil dari penelitian ini adalah
pada anak usia lima tahun yang berbahasa Jawa telah mampu membentuk kalimat
dengan menggunakan atau menyisipkan kata ulang. Pada anak usia lima tahun
kata ulang yang sering muncul adalah kata dwilingga. Pada kata ulang yang
muncul adalah nomina, verba, adjektiva, dan kata ulang lain yang agak sering
muncul adalah kata ulang yang berimbuhan dan kata ulang dwilingga salin suara.
Kontribusi penelitian ini yaitu peneliti dapat melihat metodenya lalu

23
Universitas Sumatera Utara

mengaplikasikan metode tersebut pada penelitian peneliti untuk menggabungkan
antara psikolinguistik dan morfologi karena kajian peneliti juga menggabungkan
psikolinguistik dengan morfologi.
Prastika (2011) dalam skripsinya yang berjudul Kosa Kata Benda Bahasa
IndonesiaLisan Anak Autistik Di Medan, menyimpulkan anak autistik lebih
banyak menyimpan kosa kata nama bagian tubuh, karena sering diulang dalam
bentuk nyanyian, pemberian hadiah juga, semakin memancing si anak semakin
banyak berbicara.Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dengan melalukan
observasi.Hal ini dilakukan untuk mengamati pemahaman kosa kata benda yang
diucapkan anak autistik.Kemudian, metode penelitian yang digunakan Prastika
dalam penelitiannya adalah metode simak.Adapun teknik dasar yang digunakan
untuk mengembangkan metode simak adalah metode sadap. Metode yang
digunakan adalah metode dasar yang digunakan untuk mengembangkan metode
padan tersebut adalah teknik pilah unsur penentu yang memiliki suatu alat yaitu
daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti. Teknik lanjutan yang
digunakan adalah teknik hubung banding membedakan.Selain itu juga Prastiska
melakukan teknik rekam dan teknik gambar. Prastiska juga menggunakan teknik
catat, yaitu dengan cara mencatat semua data yang sudah terkumpul. Data yang
sudah terkumpul itu akan dianalisis dan diklasifikasikan sesuai dengan bentuk
kosa kata benda konkret bahasa Indonesia dan jumlah kosa kata yang paling
banyak muncul dalam lisan anak autistik.
Dalam penelitiannya analisis yang dilakukan Prastika adalah medeskripsikan
bagaimana kosa kata benda konkret dalam bahasa lisan anak autistik untuk
mengetahui kosa kata benda konkret apa yang paling banyak muncul dalam
24
Universitas Sumatera Utara

bahasa lisan anak autistik usia 3-4 tahun dengan berdarkan data pada data-data
yang telah ditranskripkan. Penelitian ini menggunakan kajian psikolinguistik
sedangkan peneliti menggunakan teori psikolinguistik behaviorisme Watson
sehingga sangat berhubungan dengan penelitian peneliti. Metode yang digunakan
oleh Prastika sangat membantu peneliti yaitu menggunakan metode pengumpulan
data yang mengumpulkan data teknik cakap bertemu muka, sehingga memberikan
referensi dan menambah pemahaman bagi peneliti bagaimana cara kerja metode
pengumpulan data tersebut.

25
Universitas Sumatera Utara