Pelaksanaan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Serta keselamatan kerja
meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan ditempat kerja (Anwar Prabu,
2009). Menurut Rika Ampuh dalam penelitian Resky Lestary Samban (2016)
keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi
standar yang menjadi acuan dalam bekerja.
Anwar Prabu (2009) mengemukakan bahwa untuk kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau
rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Menurut Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Dimana paradigma baru dalam aspek kesehatan
mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati,
merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,
perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal
mungkin.
Universitas Sumatera Utara
9
Berdasarkan pengertian dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang
sudah dijelaskan diatas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting
untuk diterapkan dalam sebuah perusahaan karena dapat menciptakan lingkungan
yang aman dan sehat serta dapat memberikan perlindungan bagi para pekerja.
OHSAS 18001 : 2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah kondisi-kondisi atau faktor-faktor yang berdampak pada keselamatan dan
kesehatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel
kontraktor, atau orang lain) ditempat kerja.
Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan
penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat dari setiap pekerjaan yang
dilakukan (Tarwaka, 2008). Dimana Keselamatan Kerja hanya meliputi
perlindungan karyawan dari kecelakaan ditempat kerja, sedangkan kesehatan kerja
merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik ataupun mental.
2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut UU No. 1 Tahun
1970 antara lain :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
selalu dalam keadan selamat dan sehat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
Universitas Sumatera Utara
10
Menurut Anwar Prabu (2009) tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah sebagai berikut :
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Budiono dalam (Mawar, 2012) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi :
a. Faktor manusia / pribadi (personal factor)
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,
mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian,
dan stres serta motivasi yang tidak cukup.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Faktor kerja / lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa,
pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja, dan
penyalahgunaan.
2.2
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara umum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan kesehatan yang
baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun
menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat pada hukum dan
aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap
menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna, 2006).
Menurut Rizky Argama dalam penelitian (Kusuma, 2010) Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat
bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya
kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur
yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian risiko
dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman,
meliputi:
Universitas Sumatera Utara
12
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun, dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindak lanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3 .
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti
alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya
program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat
berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi
bahaya dari kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program
keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing
perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan
pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).
Efektifitas Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat tergantung
kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan
meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja
antara lain (Nasution, 2005) :
Universitas Sumatera Utara
13
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya, beracun, dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program K3 yang terpenting adalah pernyataan dan kebijakan
perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk memenuhi
syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan
dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan .
2.2.1 Program Keselamatan Kerja
Program Keselamatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur (Anwar Prabu, 2002). Menurut Suma’mur
(2009) keselamatan kerja merupakan sarana untuk pencegahan kecelakaan cacat
dan kematian akibat kecelakan kerja. Keselamatan kerja merupakan tindakan
pencegahan yang mengacu pada dukungan manajemen puncak dalam pelaksanaan
kebijakan perusahaan, dan menciptakan suasana kerja yang aman dan damai bagi
karyawan yang bekerja di perusahaan.
Undang-undang Tentang Keselamatan Kerja ini dikeluarkan tanggal 12
Januari 1970, yang merupakan keinginan pemerintah untuk lebih mengatur
masalah keselamatan kerja di tempat kerja. Setiap program keselamatan kerja
dapat terdiri dari salah satu atau lebih elemen-elemen berikut ini (Sirait, 2006) :
Universitas Sumatera Utara
14
a. Didukung oleh manajemen puncak (top management)
b. Menunjuk seorang direktur program keselamatan
c. Pembangunan pabrik dan operasi yang bersifat aman
d. Mendidik para karyawan untuk bertindak dengan aman
e. Menganalisis kecelakaan
f. Menyelenggarakan perlombaan keamanan/keselamatan kerja
g. Menjalankan peraturan-peraturan keselamatan kerja
2.2.2 Program Kesehatan Kerja
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang sangat penting dan
perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Adanya program kesehatan yang baik
akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih
jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga
secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Tulus
Agus dalam penelitian Resky Lestari Samban (2016) program kesehatan kerja
dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini menjaga
kesehatan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan
sebagainya. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan
mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas.
Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat
stress emosi atau gangguan fisik (Anwar Prabu, 2009). Program Kesehatan Kerja
Universitas Sumatera Utara
15
termuat dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
disamping usaha untuk mencegah para karyawan mengalami kecelakaan,
perusahaan perlu juga memelihara kesehatan para karyawan. Menurut Sirait
(2006) program kesehatan ini menyangkut :
1.
Kesehatan Fisik
Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan, sebaiknya terdiri
dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen berikut :
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima
pekerja;
b. Pemeriksaan kesehatan para karyawan kunci secara periodik;
c. Pemeriksaan kesehatan secara suka rela untuk semua karyawan secara
periodik;
d. Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup;
e. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif terhadap masalah
ketegangan industri (industrial stresses).
2.
Kesehatan Mental
Untuk membuat program kesehatan mental, perlu dilakukan salah satu atau
keseluruhan cara berikut ini :
a. Tersedianya psychiatrist untuk konsultan;
b. Kerja sama dengan psychiatrist di luar perusahaan atau yang ada di
lembaga-lembaga konsultan;
c. Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan
mental;
Universitas Sumatera Utara
16
d. Mengembangkan dan memelihara program-program human relations yang
baik.
Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja.
Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Anwar Prabu, 2009)
adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan
mencegah kebisingan.
b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.
Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan
kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas
kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai
tingkat kecelakaan yang tinggi.
2.2.3 Landasan Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Layaknya sebuah program, maka program keselamatan dan kesehatan
kerja di perusahaan harus memiliki landasan hukum yang kuat. Ada empat
landasan hukum, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan
keselamatan kerja, syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan,
tentang kecelakaan, kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban memasuki
Universitas Sumatera Utara
17
tempat kerja, kewajiban pengurus dan ketentuan penutup (ancaman
pidana) dan lain-lain.
2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 yang Meratifikasi Konvensi
ILO nomor 81
Pada 19 Juli 1947, badan PBB International Labour Organization
(ILO) telah mengesahkan konvensi ILO No. 81 tentang pengawasan tenaga
kerja bidang industri dan perdagangan (Labour Inspection in Industry and
Commerce). Sebanyak 137 negara atau lebih dari 70 persen anggota ILO
meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia.
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86
dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1 : Setiap Pekerja / Buruh mempunyai Hak
untuk memperoleh perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Pasal 86 ayat 2 : Untuk melindungi keselamatan Pekerja / Buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pasal 87 : Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem
Manajemen Perusahaan.
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pada UU No 36 Tahun 2009 Bab XII Pasal 164 ayat (1) : upaya kesehatan
kerja yang ditunjuk untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
Universitas Sumatera Utara
18
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan
oleh pekerja.
Pasal 165 ayat (1) : pengelola tempat kerja wajib melakukan segala upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan
pemulihan bagi tenaga kerja.
2.2.4 Elemen-elemen Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Kerja K3 merupakan Sistem dan Prosedur pelaksanaan penerapan
elemen-elemen sistem manajemen K3 di dalam seluruh kegiatan operasional
perusahaan yang dilakukan melalui suatu rencana kerja. Apabila organisasi K3
yang juga merupakan salah satu dari elemen Sistem Manajemen K3 (elemen-1)
telah dibentuk, maka selanjutnya dapat dibuat Program Kerja K3 yang intinya
adalah penerapan elemen-elemen dari Sistem Manajemen K3 (Rijanto, 2010).
International Loss Control Institute (ILCI) telah mengidentifikasi 20
elemen program yang dipertimbangkan termasuk esensial untuk suksesnya upaya
pengendalian kerugian (loss). Elemen program tersebut adalah:
1. Kepimimpinan dan Administrasi
2. Manajemen pelatihan
3. Inspeksi yang terencana
4. Analisis tugas dan prosedur
5. Penyelidikan kecelakaan
6. Observasi Pekerjaan
7. Kesiapan keadaan darurat
8. Aturan organisasi
Universitas Sumatera Utara
19
9. Analisis kecelakaan
10. Pelatihan karyawan
11. Alat Pelindung Diri
12. Jasa dan kontrol kesehatan
13. Sistem evaluasi program
14. Kontrol enjinering/rekayasa
15. Komunikasi personal
16. Pertemuan kelompok
17. Promosi umum
18. Pekerja baru dan penempatan
19. Kontrol pembelian
20. K3 di luar kerja
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) elemenelemen utama dalam pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yaitu :
1. Komitmen Manajemen dan Keterlibatan Karyawan
Untuk mencapai hasil terbaik di setiap organisasi, manajemen
percaya bahwa keselamatan dan kesehatan kerja sama pentingnya dengan
biaya, produktivitas, kualitas, dan tingkat pelayanan. Unsur-unsur
komitmen manajemen dan keterlibatan karyawan saling melengkapi dan
membentuk inti dari setiap program keselamatan dan kesehatan kerja.
Komitmen manajemen menyediakan kekuatan yang memotivasi dan
sumber daya untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan dalam sebuah
Universitas Sumatera Utara
20
organisasi. Sebuah program yang efektif, manajemen menganggap
keselamatan dan kesehatan pekerja sebagai nilai fundamental organisasi
dan komitmennya berlaku untuk keselamatan dan perlindungan kesehatan
dengan banyak semangat untuk tujuan organisasi lainnya. Keterlibatan
karyawan menyediakan sarana pekerja untuk mengembangkan dan atau
mengungkapkan
komitmen
mereka
sendiri
untuk
perlindungan
keselamatan dan kesehatan bagi dirinya dan bagi rekan-rekan mereka.
Ada berbagai cara untuk memberikan komitmen dan dukungan
oleh manajemen dan karyawan dalam melaksanakan program keselamatan
dan kesehatan kerja, beberapa tindakan yang direkomendasikan dijelaskan
secara singkat sebagai berikut :
a. Kebijakan di tempat kerja bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja
yang aman dan sehat, hal tersebut di perlukan tanggung jawab dari
semua
pihak
dan
memahami
sepenuhnya
tentang
pentingnya
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Membangun dan mengkomunikasikan tujuan yang jelas untuk program
keselamatan dan kesehatan serta menentukan tujuan sehingga semua
anggota organisasi memahami hasil yang diinginkan dan langkahlangkah yang direncanakan untuk mencapai tujuan.
c. Menyediakan
keterlibatan
manajemen
puncak
terlihat
dalam
melaksanakan program sehingga semua karyawan memahami bahwa
komitmen manajemen serius.
Universitas Sumatera Utara
21
d. Mengatur dan mendorong keterlibatan karyawan dalam struktur dan
operasi program dan keputusan yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan karyawan sehingga mereka akan melakukan tanggung jawab
mreka untuk mencapai tujuan dan sasaran program keselamatan dan
kesehatan kerja.
e. Menetapkan dan mengkomunikasikan tanggung jawab untuk semua
aspek dari program sehingga manajer, supervisor, dan karyawan di
semua bagian organisasi tahu apa kinerja yang diharapka.
f. Memberikan kewenangan dan sumber daya yang memadai kepada
pihak yang bertanggung jawab sehingga tanggung jawab yang
ditugaskan dapat dipenuhi.
Manajer, supervisor, dan karyawan bertanggung jawab untuk
memenuhi tanggung jawab mereka sehingga tugas-tugas penting akan
dilakukan. Operasi program dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan
mereka dalam memenuhi tujuan dan sasaran sehingga kekurangan dapat
diidentifikasi serta program dan tujuan dapat direvisi ketika mereka tidak
memenuhi tujuan keselamatan yang efektif dan perlindungan kesehatan.
2. Analisis Tempat Kerja
Sebuah analisis praktis dari lingkungan kerja melibatkan berbagai
pemeriksaan tempat kerja untuk mengidentifikasi kondisi bahaya yang ada
dan operasi di mana perubahan mungkin terjadi yang dapat menimbulkan
bahaya baru.
Universitas Sumatera Utara
22
Bahaya yang timbulkan dari suatu kegagalan pemeriksaan tempat
kerja tanda bahwa kebijakan dan atau praktik keselamatan dan kesehatan
tidak berjalan efektif. Manajemen yang efektif selalu menganalisa
pekerjaan dan tempat kerja untuk mencegah dan mengantisipasi bahaya.
Langkah-langkah untuk mengidentifikasi semua bahaya potensial
yang ada, yaitu :
a. Melakukan survei tempat kerja komprehensif untuk keselamatan
dan kesehatan dan survei periodik pembaruan yang komprehensif
dan melibatkan karyawan dalam upaya ini.
b. Menganalisis perencanaan dan fasilitas baru, proses, bahan, dan
peralatan.
c. Lakukan analisis rutin pada bahaya pekerjaan.
d. Menilai faktor-faktor risiko pada tugas-tugas pekerja.
e. Melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan secara teratur
sehingga bahaya baru atau sebelumnya tidak terulang lagi dan
kontrol bahaya diidentifikasi.
f. Menyediakan
sistem
yang
handal
bagi
karyawan
untuk
memberitahu personil manajemen tentang kondisi bahaya yang
muncul dan untuk menerima respon yang tepat dan mendorong
karyawan
untuk
menggunakan
sistem
tanpa
takut
akan
pembalasan. Sistem ini memanfaatkan wawasan dan pengalaman
karyawan dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan serta
kekhawatiran karyawan yang harus ditangani.
Universitas Sumatera Utara
23
g. Menyelidiki kecelakaan dan "near miss" insiden sehingga
penyebab dan cara pencegahan dapat diidentifikasi.
h. Menganalisis cedera dan penyakit tren dari waktu ke waktu
sehingga penyebab utama dapat diidentifikasi dan dicegah.
3. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
Dimana biasanya bahaya di tempat kerja dicegah dengan desain
yang efektif dari tempat kerja atau pekerjaan. Dimana biasanya tidak dapat
menghilangkan bahaya tersebut, karyawan harus dikontrol untuk mencegah
terjadinya paparan yang tidak aman dan tidak sehat. Eliminasi atau kontrol
harus dilakukan pada waktu yang tepat pada saat datangnya bahaya atau
potensi bahaya. Secara khusus, sebagai bagian dari program ini, pengusaha
harus menetapkan prosedur untuk memperbaiki atau mengendalikan
datangnya bahaya atau potensial pada waktu yang tepat. Prosedur ini harus
mencakup langkah-langkah seperti berikut :
a. Gunakan teknik rekayasa yang layak dan tepat.
b. Pada saat awal menetapkan, praktek kerja yang aman dan prosedur
yang dipahami dan diikuti oleh semua pihak yang terkena dampak.
Pemahaman dan kepatuhan adalah hasil dari pelatihan, penguatan
positif, koreksi kinerja yang tidak aman, dan jika perlu penegakan
melalui sistem disiplin jelas dikomunikasikan.
c. Menyediakan alat pelindung diri .
d. Gunakan kontrol administratif, seperti mengurangi durasi paparan.
Universitas Sumatera Utara
24
e. Menjaga fasilitas dan peralatan untuk mencegah kerusakan
peralatan.
f. Merencanakan dan mempersiapkan untuk keadaan darurat, dan
melakukan pelatihan dan latihan darurat, sesuai kebutuhan.
g. Menetapkan program medis yang mencakup pertolongan pertama
di tempat kerja serta dokter dan perawatan medis darurat untuk
mengurangi risiko cedera atau sakit yang terjadi.
4. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan merupakan komponen penting dari program keselamatan
dan kesehatan kerja yang efektif. Pelatihan membantu mengidentifikasi
tanggung jawab keselamatan dan kesehatan manajemen dan karyawan di
perusahaan. Pelatihan yang paling efektif ketika dimasukkan ke dalam
persyaratan
pendidikan
atau
kinerja
lainnya
dan
praktek
kerja.
Kompleksitas pelatihan tergantung pada ukuran dan kompleksitas tempat
kerja serta karakteristik dari bahaya dan potensi bahaya di lokasi.
a. Pelatihan Karyawan
Program pelatihan karyawan harus dirancang untuk memastikan
bahwa semua karyawan memahami dan sadar akan bahaya yang
mereka dapat dan metode yang tepat untuk menghindari bahaya
tersebut.
b. Pelatihan Pengawas
Supervisor harus dilatih untuk memahami peran kunci mereka
bermain di keselamatan tempat kerja dan memungkinkan mereka
Universitas Sumatera Utara
25
untuk melaksanakan tanggung jawab keselamatan dan kesehatan
kerja mereka secara efektif. Program pelatihan bagi supervisor
harus mencakup topik-topik berikut :
-
Menganalisis pekerjaan di bawah pengawasan mereka untuk
mengantisipasi dan mengidentifikasi potensi bahaya.
-
Menjaga perlindungan fisik di wilayah kerja mereka.
-
Memperkuat pelatihan karyawan pada sifat dari potensi bahaya
dalam pekerjaan mereka dan langkah-langkah perlindungan
yang diperlukan melalui umpan balik kinerja terus-menerus
dan jika perlu melalui penegakan praktek kerja yang aman.
-
Memahami tanggung jawab keselamatan dan kesehatan
mereka.
2.2.5 Pelaksanaan Program K3 di PTPN IV Gunung Bayu
PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki beberapa program yang
mengadopsi program dari Disnaker. Semua program K3 di PT. Perkebunan
Nusantara IV ini sudah berjalan sebagaimana mestinya walaupun belum secara
maksimal . Adapun program K3 yang ada di PT. Perkebunan Nusantara IV
Gunung Bayu yaitu :
a. Program Keselamatan Kerja
1. Inspeksi dan Investigasi
2. Simulasi keadaan darurat (kebakaran, huru-hara, dan gempa bumi)
3. Manajemen Risiko
4. Safety Talk
Universitas Sumatera Utara
26
5. Pemeriksaan Lingkungan Kerja
6. Pelatihan
7. APD
b. Program Kesehatan Kerja
1. Pemeriksaan Kesehatan
Ketua P2K3 melaporkan kinerja penerapan program K3 perusahaan
kepada Dinas Tenaga Kerja setempat melalui laporan triwulan P2K3. Ketua P2K3
juga menugaskan sekretaris P2K3 untuk memantau dan membantu pelaksanaan
program K3 oleh anggota atau unit yang ditunjuk. Pemantauan kinerja program
K3 secara rutin dibahas dalam rapat rutin P2K3. Setiap kendala yang dihadapi
oleh pelaksanaan program K3 akan dikonsultasikan dengan sekretaris P2K3
dibahas dalam rapat P2K3. Pelatihan K3 juga dapat dilakukan melalui kegiatan
sosialisasi dengan tenaga kerja atau kegiatan P2K3 lainnya tanpa melalui
koordinasi dengan pihak yang bertanggung jawab. Setiap akhir tahun pihak
perusahaan melalui forum P2K3 menyusun tujuan, sasaran, dan program K3
untuk tahun berikutnya.
2.2.6 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum adalah
mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Menurut Rizky
Argama (2010), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja.
Universitas Sumatera Utara
27
Menurut Ernawati (2009), tujuan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah:
1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang
mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja.
2. Memelihara kesehatan para pekerja untuk memperoleh hasil pekerjaan
yang optimal.
3. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.
4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang
diakibatkan oleh sesama pekerja.
5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.
6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
2.2.7 Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Schuler dan Jackson dalam Kusuma (2010) mengatakan apabila
perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan
baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
Universitas Sumatera Utara
28
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi danras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Menurut Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan antara lain:
1. Pengurangan Absentisme
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit
kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena
alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk
mengalami cedera atau sakit akibat kerjaadalah kecil, sehingga makin kecil
pula kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.
3. Pengurangan Turnover Pekerja
Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim pesan yang jelas pada
pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan
mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih
bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
29
4. Peningkatan Produktivitas
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sulistyarini (2006) di CV.
Sahabat Klaten menunjukkan bahwa baik secara individual maupun
bersama-sama program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh
positif terhadap produktivitas kerja.
Universitas Sumatera Utara
30
2.3
Kerangka Teori
1.
Kepimimpinan dan
Administrasi
Elemen-elemen
Program K3 menurut
ILCI
(International
Loss Control Institute)
2.
Manajemen pelatihan
3.
Inspeksi yang terencana
4.
Analisis tugas dan prosedur
5.
Penyelidikan kecelakaan
6.
Observasi Pekerjaan
7.
Kesiapan keadaan darurat
8.
Aturan organisasi
9.
Analisis kecelakaan
10. Pelatihan karyawan
11. Alat Pelindung Diri
12. Jasa dan kontrol kesehatan
13. Sistem evaluasi program
14. Kontrol enjinering/rekayasa
15. Komunikasi personal
16. Pertemuan kelompok
17. Promosi umum
18. Pekerja baru dan penempatan
19. Kontrol pembelian
20. K3 di luar kerja
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
31
2.4
Kerangka Pikir
Pelaksanaan
Program K3 di
PTPN IV Gunung
Bayu
Program Keselamatan Kerja
1. Inspeksi dan Investigasi
Program Kesehatan Kerja
1. Pemeriksaan Kesehatan
2. Simulasi Keadaan Darurat
(kebakaran, huru-hara, dan
gempa bumi)
3. Manajemen Risiko
4. Safety Talk
5. Pemeriksaan
Lingkungan
Kerja
6. Pelatihan Pekerja
7. Alat Pelindung Diri
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Keterangan Gambar :
Berdasarkan teori ILCI tentang 20 elemen program K3 yang dipertimbangkan
termasuk esensial untuk suksesnya upaya pengendalian kerugian (loss) di
perusahaan maka dalam pelaksanaan program K3 di PTPN IV Gunung Bayu
dibagi menjadi 2 yaitu program keselamatan kerja yang meliputi inspeksi &
investigasi, simulasi keadaan darurat, manajemen risiko, safety talk, pemeriksaan
lingkungan kerja, pelatihan pekerja, dan alat pelindung diri (APD). Sementara
untuk program kesehatan kerja adalah pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
32
kesehatan dilakukan oleh dokter kesehatan dari Balai K3 Medan pada kegiatan
HIPERKES (Higiene Perusahaan dan Kesehatan) setiap satu tahun sekali dan
penyediaan fasilitas kesehatan berupa BPJS Ketenagakerjaan dan Polibun
(Poliklinik Perkebunan).
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Serta keselamatan kerja
meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan ditempat kerja (Anwar Prabu,
2009). Menurut Rika Ampuh dalam penelitian Resky Lestary Samban (2016)
keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi
standar yang menjadi acuan dalam bekerja.
Anwar Prabu (2009) mengemukakan bahwa untuk kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau
rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Menurut Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Dimana paradigma baru dalam aspek kesehatan
mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati,
merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,
perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal
mungkin.
Universitas Sumatera Utara
9
Berdasarkan pengertian dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang
sudah dijelaskan diatas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting
untuk diterapkan dalam sebuah perusahaan karena dapat menciptakan lingkungan
yang aman dan sehat serta dapat memberikan perlindungan bagi para pekerja.
OHSAS 18001 : 2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah kondisi-kondisi atau faktor-faktor yang berdampak pada keselamatan dan
kesehatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel
kontraktor, atau orang lain) ditempat kerja.
Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan
penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat dari setiap pekerjaan yang
dilakukan (Tarwaka, 2008). Dimana Keselamatan Kerja hanya meliputi
perlindungan karyawan dari kecelakaan ditempat kerja, sedangkan kesehatan kerja
merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik ataupun mental.
2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut UU No. 1 Tahun
1970 antara lain :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
selalu dalam keadan selamat dan sehat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
Universitas Sumatera Utara
10
Menurut Anwar Prabu (2009) tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah sebagai berikut :
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Budiono dalam (Mawar, 2012) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi :
a. Faktor manusia / pribadi (personal factor)
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,
mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian,
dan stres serta motivasi yang tidak cukup.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Faktor kerja / lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa,
pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja, dan
penyalahgunaan.
2.2
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara umum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan kesehatan yang
baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun
menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat pada hukum dan
aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap
menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna, 2006).
Menurut Rizky Argama dalam penelitian (Kusuma, 2010) Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat
bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya
kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur
yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian risiko
dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman,
meliputi:
Universitas Sumatera Utara
12
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun, dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindak lanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3 .
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti
alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya
program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat
berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi
bahaya dari kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program
keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing
perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan
pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).
Efektifitas Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat tergantung
kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan
meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja
antara lain (Nasution, 2005) :
Universitas Sumatera Utara
13
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya, beracun, dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program K3 yang terpenting adalah pernyataan dan kebijakan
perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk memenuhi
syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan
dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan .
2.2.1 Program Keselamatan Kerja
Program Keselamatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur (Anwar Prabu, 2002). Menurut Suma’mur
(2009) keselamatan kerja merupakan sarana untuk pencegahan kecelakaan cacat
dan kematian akibat kecelakan kerja. Keselamatan kerja merupakan tindakan
pencegahan yang mengacu pada dukungan manajemen puncak dalam pelaksanaan
kebijakan perusahaan, dan menciptakan suasana kerja yang aman dan damai bagi
karyawan yang bekerja di perusahaan.
Undang-undang Tentang Keselamatan Kerja ini dikeluarkan tanggal 12
Januari 1970, yang merupakan keinginan pemerintah untuk lebih mengatur
masalah keselamatan kerja di tempat kerja. Setiap program keselamatan kerja
dapat terdiri dari salah satu atau lebih elemen-elemen berikut ini (Sirait, 2006) :
Universitas Sumatera Utara
14
a. Didukung oleh manajemen puncak (top management)
b. Menunjuk seorang direktur program keselamatan
c. Pembangunan pabrik dan operasi yang bersifat aman
d. Mendidik para karyawan untuk bertindak dengan aman
e. Menganalisis kecelakaan
f. Menyelenggarakan perlombaan keamanan/keselamatan kerja
g. Menjalankan peraturan-peraturan keselamatan kerja
2.2.2 Program Kesehatan Kerja
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang sangat penting dan
perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Adanya program kesehatan yang baik
akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih
jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga
secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Tulus
Agus dalam penelitian Resky Lestari Samban (2016) program kesehatan kerja
dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini menjaga
kesehatan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan
sebagainya. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan
mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas.
Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat
stress emosi atau gangguan fisik (Anwar Prabu, 2009). Program Kesehatan Kerja
Universitas Sumatera Utara
15
termuat dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
disamping usaha untuk mencegah para karyawan mengalami kecelakaan,
perusahaan perlu juga memelihara kesehatan para karyawan. Menurut Sirait
(2006) program kesehatan ini menyangkut :
1.
Kesehatan Fisik
Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan, sebaiknya terdiri
dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen berikut :
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima
pekerja;
b. Pemeriksaan kesehatan para karyawan kunci secara periodik;
c. Pemeriksaan kesehatan secara suka rela untuk semua karyawan secara
periodik;
d. Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup;
e. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif terhadap masalah
ketegangan industri (industrial stresses).
2.
Kesehatan Mental
Untuk membuat program kesehatan mental, perlu dilakukan salah satu atau
keseluruhan cara berikut ini :
a. Tersedianya psychiatrist untuk konsultan;
b. Kerja sama dengan psychiatrist di luar perusahaan atau yang ada di
lembaga-lembaga konsultan;
c. Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan
mental;
Universitas Sumatera Utara
16
d. Mengembangkan dan memelihara program-program human relations yang
baik.
Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja.
Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Anwar Prabu, 2009)
adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan
mencegah kebisingan.
b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.
Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan
kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas
kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai
tingkat kecelakaan yang tinggi.
2.2.3 Landasan Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Layaknya sebuah program, maka program keselamatan dan kesehatan
kerja di perusahaan harus memiliki landasan hukum yang kuat. Ada empat
landasan hukum, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan
keselamatan kerja, syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan,
tentang kecelakaan, kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban memasuki
Universitas Sumatera Utara
17
tempat kerja, kewajiban pengurus dan ketentuan penutup (ancaman
pidana) dan lain-lain.
2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 yang Meratifikasi Konvensi
ILO nomor 81
Pada 19 Juli 1947, badan PBB International Labour Organization
(ILO) telah mengesahkan konvensi ILO No. 81 tentang pengawasan tenaga
kerja bidang industri dan perdagangan (Labour Inspection in Industry and
Commerce). Sebanyak 137 negara atau lebih dari 70 persen anggota ILO
meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia.
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86
dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1 : Setiap Pekerja / Buruh mempunyai Hak
untuk memperoleh perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Pasal 86 ayat 2 : Untuk melindungi keselamatan Pekerja / Buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pasal 87 : Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem
Manajemen Perusahaan.
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pada UU No 36 Tahun 2009 Bab XII Pasal 164 ayat (1) : upaya kesehatan
kerja yang ditunjuk untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
Universitas Sumatera Utara
18
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan
oleh pekerja.
Pasal 165 ayat (1) : pengelola tempat kerja wajib melakukan segala upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan
pemulihan bagi tenaga kerja.
2.2.4 Elemen-elemen Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Kerja K3 merupakan Sistem dan Prosedur pelaksanaan penerapan
elemen-elemen sistem manajemen K3 di dalam seluruh kegiatan operasional
perusahaan yang dilakukan melalui suatu rencana kerja. Apabila organisasi K3
yang juga merupakan salah satu dari elemen Sistem Manajemen K3 (elemen-1)
telah dibentuk, maka selanjutnya dapat dibuat Program Kerja K3 yang intinya
adalah penerapan elemen-elemen dari Sistem Manajemen K3 (Rijanto, 2010).
International Loss Control Institute (ILCI) telah mengidentifikasi 20
elemen program yang dipertimbangkan termasuk esensial untuk suksesnya upaya
pengendalian kerugian (loss). Elemen program tersebut adalah:
1. Kepimimpinan dan Administrasi
2. Manajemen pelatihan
3. Inspeksi yang terencana
4. Analisis tugas dan prosedur
5. Penyelidikan kecelakaan
6. Observasi Pekerjaan
7. Kesiapan keadaan darurat
8. Aturan organisasi
Universitas Sumatera Utara
19
9. Analisis kecelakaan
10. Pelatihan karyawan
11. Alat Pelindung Diri
12. Jasa dan kontrol kesehatan
13. Sistem evaluasi program
14. Kontrol enjinering/rekayasa
15. Komunikasi personal
16. Pertemuan kelompok
17. Promosi umum
18. Pekerja baru dan penempatan
19. Kontrol pembelian
20. K3 di luar kerja
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) elemenelemen utama dalam pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yaitu :
1. Komitmen Manajemen dan Keterlibatan Karyawan
Untuk mencapai hasil terbaik di setiap organisasi, manajemen
percaya bahwa keselamatan dan kesehatan kerja sama pentingnya dengan
biaya, produktivitas, kualitas, dan tingkat pelayanan. Unsur-unsur
komitmen manajemen dan keterlibatan karyawan saling melengkapi dan
membentuk inti dari setiap program keselamatan dan kesehatan kerja.
Komitmen manajemen menyediakan kekuatan yang memotivasi dan
sumber daya untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan dalam sebuah
Universitas Sumatera Utara
20
organisasi. Sebuah program yang efektif, manajemen menganggap
keselamatan dan kesehatan pekerja sebagai nilai fundamental organisasi
dan komitmennya berlaku untuk keselamatan dan perlindungan kesehatan
dengan banyak semangat untuk tujuan organisasi lainnya. Keterlibatan
karyawan menyediakan sarana pekerja untuk mengembangkan dan atau
mengungkapkan
komitmen
mereka
sendiri
untuk
perlindungan
keselamatan dan kesehatan bagi dirinya dan bagi rekan-rekan mereka.
Ada berbagai cara untuk memberikan komitmen dan dukungan
oleh manajemen dan karyawan dalam melaksanakan program keselamatan
dan kesehatan kerja, beberapa tindakan yang direkomendasikan dijelaskan
secara singkat sebagai berikut :
a. Kebijakan di tempat kerja bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja
yang aman dan sehat, hal tersebut di perlukan tanggung jawab dari
semua
pihak
dan
memahami
sepenuhnya
tentang
pentingnya
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Membangun dan mengkomunikasikan tujuan yang jelas untuk program
keselamatan dan kesehatan serta menentukan tujuan sehingga semua
anggota organisasi memahami hasil yang diinginkan dan langkahlangkah yang direncanakan untuk mencapai tujuan.
c. Menyediakan
keterlibatan
manajemen
puncak
terlihat
dalam
melaksanakan program sehingga semua karyawan memahami bahwa
komitmen manajemen serius.
Universitas Sumatera Utara
21
d. Mengatur dan mendorong keterlibatan karyawan dalam struktur dan
operasi program dan keputusan yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan karyawan sehingga mereka akan melakukan tanggung jawab
mreka untuk mencapai tujuan dan sasaran program keselamatan dan
kesehatan kerja.
e. Menetapkan dan mengkomunikasikan tanggung jawab untuk semua
aspek dari program sehingga manajer, supervisor, dan karyawan di
semua bagian organisasi tahu apa kinerja yang diharapka.
f. Memberikan kewenangan dan sumber daya yang memadai kepada
pihak yang bertanggung jawab sehingga tanggung jawab yang
ditugaskan dapat dipenuhi.
Manajer, supervisor, dan karyawan bertanggung jawab untuk
memenuhi tanggung jawab mereka sehingga tugas-tugas penting akan
dilakukan. Operasi program dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan
mereka dalam memenuhi tujuan dan sasaran sehingga kekurangan dapat
diidentifikasi serta program dan tujuan dapat direvisi ketika mereka tidak
memenuhi tujuan keselamatan yang efektif dan perlindungan kesehatan.
2. Analisis Tempat Kerja
Sebuah analisis praktis dari lingkungan kerja melibatkan berbagai
pemeriksaan tempat kerja untuk mengidentifikasi kondisi bahaya yang ada
dan operasi di mana perubahan mungkin terjadi yang dapat menimbulkan
bahaya baru.
Universitas Sumatera Utara
22
Bahaya yang timbulkan dari suatu kegagalan pemeriksaan tempat
kerja tanda bahwa kebijakan dan atau praktik keselamatan dan kesehatan
tidak berjalan efektif. Manajemen yang efektif selalu menganalisa
pekerjaan dan tempat kerja untuk mencegah dan mengantisipasi bahaya.
Langkah-langkah untuk mengidentifikasi semua bahaya potensial
yang ada, yaitu :
a. Melakukan survei tempat kerja komprehensif untuk keselamatan
dan kesehatan dan survei periodik pembaruan yang komprehensif
dan melibatkan karyawan dalam upaya ini.
b. Menganalisis perencanaan dan fasilitas baru, proses, bahan, dan
peralatan.
c. Lakukan analisis rutin pada bahaya pekerjaan.
d. Menilai faktor-faktor risiko pada tugas-tugas pekerja.
e. Melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan secara teratur
sehingga bahaya baru atau sebelumnya tidak terulang lagi dan
kontrol bahaya diidentifikasi.
f. Menyediakan
sistem
yang
handal
bagi
karyawan
untuk
memberitahu personil manajemen tentang kondisi bahaya yang
muncul dan untuk menerima respon yang tepat dan mendorong
karyawan
untuk
menggunakan
sistem
tanpa
takut
akan
pembalasan. Sistem ini memanfaatkan wawasan dan pengalaman
karyawan dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan serta
kekhawatiran karyawan yang harus ditangani.
Universitas Sumatera Utara
23
g. Menyelidiki kecelakaan dan "near miss" insiden sehingga
penyebab dan cara pencegahan dapat diidentifikasi.
h. Menganalisis cedera dan penyakit tren dari waktu ke waktu
sehingga penyebab utama dapat diidentifikasi dan dicegah.
3. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
Dimana biasanya bahaya di tempat kerja dicegah dengan desain
yang efektif dari tempat kerja atau pekerjaan. Dimana biasanya tidak dapat
menghilangkan bahaya tersebut, karyawan harus dikontrol untuk mencegah
terjadinya paparan yang tidak aman dan tidak sehat. Eliminasi atau kontrol
harus dilakukan pada waktu yang tepat pada saat datangnya bahaya atau
potensi bahaya. Secara khusus, sebagai bagian dari program ini, pengusaha
harus menetapkan prosedur untuk memperbaiki atau mengendalikan
datangnya bahaya atau potensial pada waktu yang tepat. Prosedur ini harus
mencakup langkah-langkah seperti berikut :
a. Gunakan teknik rekayasa yang layak dan tepat.
b. Pada saat awal menetapkan, praktek kerja yang aman dan prosedur
yang dipahami dan diikuti oleh semua pihak yang terkena dampak.
Pemahaman dan kepatuhan adalah hasil dari pelatihan, penguatan
positif, koreksi kinerja yang tidak aman, dan jika perlu penegakan
melalui sistem disiplin jelas dikomunikasikan.
c. Menyediakan alat pelindung diri .
d. Gunakan kontrol administratif, seperti mengurangi durasi paparan.
Universitas Sumatera Utara
24
e. Menjaga fasilitas dan peralatan untuk mencegah kerusakan
peralatan.
f. Merencanakan dan mempersiapkan untuk keadaan darurat, dan
melakukan pelatihan dan latihan darurat, sesuai kebutuhan.
g. Menetapkan program medis yang mencakup pertolongan pertama
di tempat kerja serta dokter dan perawatan medis darurat untuk
mengurangi risiko cedera atau sakit yang terjadi.
4. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan merupakan komponen penting dari program keselamatan
dan kesehatan kerja yang efektif. Pelatihan membantu mengidentifikasi
tanggung jawab keselamatan dan kesehatan manajemen dan karyawan di
perusahaan. Pelatihan yang paling efektif ketika dimasukkan ke dalam
persyaratan
pendidikan
atau
kinerja
lainnya
dan
praktek
kerja.
Kompleksitas pelatihan tergantung pada ukuran dan kompleksitas tempat
kerja serta karakteristik dari bahaya dan potensi bahaya di lokasi.
a. Pelatihan Karyawan
Program pelatihan karyawan harus dirancang untuk memastikan
bahwa semua karyawan memahami dan sadar akan bahaya yang
mereka dapat dan metode yang tepat untuk menghindari bahaya
tersebut.
b. Pelatihan Pengawas
Supervisor harus dilatih untuk memahami peran kunci mereka
bermain di keselamatan tempat kerja dan memungkinkan mereka
Universitas Sumatera Utara
25
untuk melaksanakan tanggung jawab keselamatan dan kesehatan
kerja mereka secara efektif. Program pelatihan bagi supervisor
harus mencakup topik-topik berikut :
-
Menganalisis pekerjaan di bawah pengawasan mereka untuk
mengantisipasi dan mengidentifikasi potensi bahaya.
-
Menjaga perlindungan fisik di wilayah kerja mereka.
-
Memperkuat pelatihan karyawan pada sifat dari potensi bahaya
dalam pekerjaan mereka dan langkah-langkah perlindungan
yang diperlukan melalui umpan balik kinerja terus-menerus
dan jika perlu melalui penegakan praktek kerja yang aman.
-
Memahami tanggung jawab keselamatan dan kesehatan
mereka.
2.2.5 Pelaksanaan Program K3 di PTPN IV Gunung Bayu
PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki beberapa program yang
mengadopsi program dari Disnaker. Semua program K3 di PT. Perkebunan
Nusantara IV ini sudah berjalan sebagaimana mestinya walaupun belum secara
maksimal . Adapun program K3 yang ada di PT. Perkebunan Nusantara IV
Gunung Bayu yaitu :
a. Program Keselamatan Kerja
1. Inspeksi dan Investigasi
2. Simulasi keadaan darurat (kebakaran, huru-hara, dan gempa bumi)
3. Manajemen Risiko
4. Safety Talk
Universitas Sumatera Utara
26
5. Pemeriksaan Lingkungan Kerja
6. Pelatihan
7. APD
b. Program Kesehatan Kerja
1. Pemeriksaan Kesehatan
Ketua P2K3 melaporkan kinerja penerapan program K3 perusahaan
kepada Dinas Tenaga Kerja setempat melalui laporan triwulan P2K3. Ketua P2K3
juga menugaskan sekretaris P2K3 untuk memantau dan membantu pelaksanaan
program K3 oleh anggota atau unit yang ditunjuk. Pemantauan kinerja program
K3 secara rutin dibahas dalam rapat rutin P2K3. Setiap kendala yang dihadapi
oleh pelaksanaan program K3 akan dikonsultasikan dengan sekretaris P2K3
dibahas dalam rapat P2K3. Pelatihan K3 juga dapat dilakukan melalui kegiatan
sosialisasi dengan tenaga kerja atau kegiatan P2K3 lainnya tanpa melalui
koordinasi dengan pihak yang bertanggung jawab. Setiap akhir tahun pihak
perusahaan melalui forum P2K3 menyusun tujuan, sasaran, dan program K3
untuk tahun berikutnya.
2.2.6 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum adalah
mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Menurut Rizky
Argama (2010), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja.
Universitas Sumatera Utara
27
Menurut Ernawati (2009), tujuan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah:
1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang
mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja.
2. Memelihara kesehatan para pekerja untuk memperoleh hasil pekerjaan
yang optimal.
3. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.
4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang
diakibatkan oleh sesama pekerja.
5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.
6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
2.2.7 Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Schuler dan Jackson dalam Kusuma (2010) mengatakan apabila
perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan
baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
Universitas Sumatera Utara
28
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi danras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Menurut Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan antara lain:
1. Pengurangan Absentisme
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit
kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena
alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk
mengalami cedera atau sakit akibat kerjaadalah kecil, sehingga makin kecil
pula kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.
3. Pengurangan Turnover Pekerja
Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim pesan yang jelas pada
pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan
mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih
bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
29
4. Peningkatan Produktivitas
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sulistyarini (2006) di CV.
Sahabat Klaten menunjukkan bahwa baik secara individual maupun
bersama-sama program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh
positif terhadap produktivitas kerja.
Universitas Sumatera Utara
30
2.3
Kerangka Teori
1.
Kepimimpinan dan
Administrasi
Elemen-elemen
Program K3 menurut
ILCI
(International
Loss Control Institute)
2.
Manajemen pelatihan
3.
Inspeksi yang terencana
4.
Analisis tugas dan prosedur
5.
Penyelidikan kecelakaan
6.
Observasi Pekerjaan
7.
Kesiapan keadaan darurat
8.
Aturan organisasi
9.
Analisis kecelakaan
10. Pelatihan karyawan
11. Alat Pelindung Diri
12. Jasa dan kontrol kesehatan
13. Sistem evaluasi program
14. Kontrol enjinering/rekayasa
15. Komunikasi personal
16. Pertemuan kelompok
17. Promosi umum
18. Pekerja baru dan penempatan
19. Kontrol pembelian
20. K3 di luar kerja
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
31
2.4
Kerangka Pikir
Pelaksanaan
Program K3 di
PTPN IV Gunung
Bayu
Program Keselamatan Kerja
1. Inspeksi dan Investigasi
Program Kesehatan Kerja
1. Pemeriksaan Kesehatan
2. Simulasi Keadaan Darurat
(kebakaran, huru-hara, dan
gempa bumi)
3. Manajemen Risiko
4. Safety Talk
5. Pemeriksaan
Lingkungan
Kerja
6. Pelatihan Pekerja
7. Alat Pelindung Diri
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Keterangan Gambar :
Berdasarkan teori ILCI tentang 20 elemen program K3 yang dipertimbangkan
termasuk esensial untuk suksesnya upaya pengendalian kerugian (loss) di
perusahaan maka dalam pelaksanaan program K3 di PTPN IV Gunung Bayu
dibagi menjadi 2 yaitu program keselamatan kerja yang meliputi inspeksi &
investigasi, simulasi keadaan darurat, manajemen risiko, safety talk, pemeriksaan
lingkungan kerja, pelatihan pekerja, dan alat pelindung diri (APD). Sementara
untuk program kesehatan kerja adalah pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
32
kesehatan dilakukan oleh dokter kesehatan dari Balai K3 Medan pada kegiatan
HIPERKES (Higiene Perusahaan dan Kesehatan) setiap satu tahun sekali dan
penyediaan fasilitas kesehatan berupa BPJS Ketenagakerjaan dan Polibun
(Poliklinik Perkebunan).
Universitas Sumatera Utara