Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja pada Bagian Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di PTPN IV Kebun Sosa Tahun 2015

(1)

PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

EVA NOVIA ANDANI (101000228)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

EVA NOVIA ANDANI NIM. 101000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.


(4)

(5)

ABSTRAK

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa tahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang, sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.

Hasil penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat risiko kecelakaan kerja yang berisiko tinggi pada stasiun perebusan pada tingkat risiko high risk dengan score 10-16 yang artinya risiko kecelakaan dilakukan pemantauan intensif dan pengendalian. Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi.

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA didapatkan kesimpulan Penilaian risiko dengan tingkat risiko high adalah pada stasiun perebusan pada jenis pekerjaan buka pintu rebusan keluarkan lori buah yang telah masak.Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja pada lingkungan proyek perlu dibahas secara mendalam dan detail untuk mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi


(6)

ABSTRACT

Risks associated with the uncertainty of this happened because of lack or unavailability of enough information about what is going to happen. Something uncertain (uncertain) can result in beneficial or detrimental. Every hour, at least one case of occupational accidents in Indonesia. The figure puts Indonesia in the group of countries that have cases of occupational accidents in the world.

This research is a descriptive that aims to find gambaranpenilaian risk of workplace accidents in the palm oil processing (MCC) in PTP N IV Sosa garden. The population in this study were all workers palm processing section (MCC) in PTP N IV gardens Sosa 2015 as many as 100 people, the samples in this study were 50 people.

Results of this study shown in Table 4.1 can be seen that the average level of risk of workplace accidents in the fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.2 it can be seen that the level of risk at high risk of work accidents at boiling stations on the risk level of high risk with a score of 10-16, which means the risk of accidents conducted intensive monitoring and control. In Table 4.3 it can be seen that the average level of risk of workplace accidents in penebahan station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.4 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.5 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance.

Based on the analysis and discussion of the results of research on risk assessment of workplace accidents in the processing of palm oil in PTPN IV MCC SOSA risk assessment was concluded with a high degree of risk is at boiling on the type of work station open door remove lorries fruit stew that. Prevention before work on the project's environmental accidents need to be discussed in depth and detail to reduce workplace accidents that occur.


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eva Novia Andani

Tempat/Tanggal Lahir : Laras/ 04 November 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Erwin Syahbuddin

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Tukini

Suku Bangsa Ibu : Indonesia

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 091674 Bahgunung Tahun 1997 – 2003

2. SMP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Tahun 2003 – 2006

3. SMA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Tahun 2006 – 2009

4. Lama Studi di FKM USU : Tahun 2010 – 2015

Riwayat Organisasi

1. Anggota PMI SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar

2. Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar

3. Anggota Bela Diri SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memeroleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji atas keluangan waktu, bimbingan, dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing I atas keluangan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. M.S selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.Ibu Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.Bapak dr. Mhd.Makmur Sinaga,


(9)

M.Kes selaku Dosen Penguji II skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Umi Salmah,SKM,M.Kesselaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

5. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

6. Saudara senasib seperjuangan di FKM USU : Cut Tatiana Rosa, anggi mutiah sakdiyah, Ayu Febrini, Hesty Lestari, Try Desfy Rahayu dan teman-teman yang lainnya yang telah banyak berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.

7. Teman – teman stambuk 2010 yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu atas proses pembelajaran di FKM USU selama ini.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua orang tua yang saya sayangi, ayah Erwin Syahbuddin dan ibu Tukini atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Doan M.H Panjaitan yang telah membantu mengingatkan dan mendoakan dalam kelancaran skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Amin.

Medan, 02 Mei 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR ISTILAH... viii

RIWAYAT HIDUP... viii

BAB 1 PENDAHULUAN………..……… 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………... 9

1.3. Tujuan Penelitian……….. 9

1.3.1. Tujuan Umum………... 9

1.3.2. Tujuan Khusus……….. 9

1.4. Manfaat Penelitian……… 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 11

2.1. Manajemen Risiko……….. 11

2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko……… 11

2.1.2. Manfaat Manajemen Risiko………. 13

2.2. Kecelakaan Kerja ...………... 13

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja………... 13

2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja ...………. 15

2.2.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja………. 16

2.2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja……… 17

2.2.5. Dampak Kecelakaan Kerja ... 19

2.2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 20

2.3. Proses Manajemen Risiko………. 22

2.4. Penilaian Risiko ...……… 25

2.5. Kerangka Konsep………. 27

BAB 3 METODE PENELITIAN……….. 28

3.1. Jenis Penelitian………. 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 28

3.3. Populasi dan sampel……… 28

3.4. Definisi Operasional………. …….. 29

3.5. Teknik Pengumpulan Data…... 30

3.6. Aspek Pengukuran………. 30

3.7. Analisa Data………. 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN………... 33

4.1. Gambaran Perusahaan……….. 33


(11)

4.1.3. Dampak Keberadaan PKS………... 35

4.1.4. Dampak Lingkungan ... 36

4.1.5. Sarana Kesejahteraan Sosial Karyawan ... 37

4.1.6. Letak Geografis ... 38

4.1.7. Struktur Organisasi Perusahaan ... 39

4.1.8. Jam Kerja ... 41

4.2. Proses Produksi ...………... 42

4.2.1. Standard Mutu Produk ... 42

4.2.2. Bahan Yang Digunakan ... 42

4.3. Uraian Proses Produksi ...…………... 44

4.3.1. Stasiun Penerimaan Buah ...………... 44

4.3.2. Stasiun Perebusan ...………….... 45

4.3.3. Stasiun Penebahan ...…... 46

4.3.4. Stasiun Pengempaan ……… 47

4.3.5. Stasiun Pemurnian Minyak ... 48

4.4. APD Yang Digunakan ... 51

4.5. Penilaian Risiko ... 51

4.5.1. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Penerimaan Buah……… 51

4.5.2. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Perebusan ... 52

4.5.3. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Penebahan ... 52

4.5.4. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Pengempaan ... 53

4.5.5. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Pemurnian Minyak ... 54

BAB 5 PEMBAHASAN………. 55

5.1. Proses Kerja Pengolahan Kelapa Sawit……….. 55

5.1.1. Stasiun Penerimaan Buah ...………... 55

5.1.2. Stasiun Perebusan………... 57

5.1.3. Stasiun Penebahan…………... 60

5.1.4. Stasiun Pengempaan………... 62

5.1.5. Stasiun Pemurnian Minyak... 63

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 64

6.1. Kesimpulan………... 64

6.2. Saran………. 64 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja PTPN IV Kebun Sosa... 8

Tabel 3.1 Keparahan... 31

Tabel 3.2 Kemungkinan... 31

Tabel 3.3 Tingkat Risiko... 34

Tabel 4.1 Penilaian Risiko Pada Stasiun Penerimaan Buah... 51

Tabel 4.2 Penilaian Risiko Pada Stasiun Perebusan... 52

Tabel 4.3 Penilaian Risiko Pada Stasiun Penebahan... 52

Tabel 4.4 Penilaian Risiko Pada Stasiun Pengempaan... 53


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PTP Nusantara IV PKS SOSA... 40

Gambar 4.2 Timbangan TBS... 45

Gambar 4.3 Perebusan... 46

Gambar 4.4 Penebahan... 47

Gambar 4.5 Pengempaan... 48


(14)

DAFTAR ISTILAH

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

APD : Alat Pelindung Diri PKS : Pabrik Kelapa Sawit CPO : Crude Palm Oil


(15)

ABSTRAK

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa tahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang, sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.

Hasil penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat risiko kecelakaan kerja yang berisiko tinggi pada stasiun perebusan pada tingkat risiko high risk dengan score 10-16 yang artinya risiko kecelakaan dilakukan pemantauan intensif dan pengendalian. Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi.

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA didapatkan kesimpulan Penilaian risiko dengan tingkat risiko high adalah pada stasiun perebusan pada jenis pekerjaan buka pintu rebusan keluarkan lori buah yang telah masak.Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja pada lingkungan proyek perlu dibahas secara mendalam dan detail untuk mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi


(16)

ABSTRACT

Risks associated with the uncertainty of this happened because of lack or unavailability of enough information about what is going to happen. Something uncertain (uncertain) can result in beneficial or detrimental. Every hour, at least one case of occupational accidents in Indonesia. The figure puts Indonesia in the group of countries that have cases of occupational accidents in the world.

This research is a descriptive that aims to find gambaranpenilaian risk of workplace accidents in the palm oil processing (MCC) in PTP N IV Sosa garden. The population in this study were all workers palm processing section (MCC) in PTP N IV gardens Sosa 2015 as many as 100 people, the samples in this study were 50 people.

Results of this study shown in Table 4.1 can be seen that the average level of risk of workplace accidents in the fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.2 it can be seen that the level of risk at high risk of work accidents at boiling stations on the risk level of high risk with a score of 10-16, which means the risk of accidents conducted intensive monitoring and control. In Table 4.3 it can be seen that the average level of risk of workplace accidents in penebahan station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.4 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.5 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance.

Based on the analysis and discussion of the results of research on risk assessment of workplace accidents in the processing of palm oil in PTPN IV MCC SOSA risk assessment was concluded with a high degree of risk is at boiling on the type of work station open door remove lorries fruit stew that. Prevention before work on the project's environmental accidents need to be discussed in depth and detail to reduce workplace accidents that occur.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai anatara lain dengan mekanisme elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin, pesawat-pesawat instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Kemajuan ini tentunya membawa dampak positif bagi kehidupan manusia, selain itu juga menambah jumlah dan ragam sumber bahaya apabila dalam pelaksanaannya tidak menggunakan sistem yang terkontrol, antara lain akan terjadi lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat dan proses,dan sifat kerja yang berbahaya serta peningkatan jumlah maupun keseriusan kecelakaan kerja.penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (Depnaker dan Transmigrasi RI,2003)

Undang-Undang Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan Undang-undang-Undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara


(18)

berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/ penyakit ( UU No 1 Tahun 1970)

Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja, bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap risiko memiliki dampak yang berlainan (Syaaf, 2008).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Di tingkat global, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja juga mendapat perhatian dari ILO (International

Labour Organization) melalui berbagai pedoman dan konvensi mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai anggota ILO, Indonesia telah meratifikasi dan mengikuti berbagai standard dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja termasuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) (Menakertrans, 2011).

Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan pada tahun 2006, sedikitnya terjadi 92.200 kasus kecelakaan kerja di Indonesia, atau hanya turun 4.000 kasus dari tahun 2005. Meskidemikian, data tersebut belum termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidakmengikuti program Jamsostek.

Di Indonesia berdasarkan laporan PT. Jamsostek, kecelakaan kerja berjumlah 105.846 kasus (2003), 95.418 kasus (2004), 96.081 kasus (2005), dan


(19)

70.069 kasus (hingga september 2006). Meskipun terjadi penurunan, data itu menunjukan kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi.Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi dan gangguan produksi.

Data di PT Jamsostek menyebutkan kejadian kecelakaan cenderung meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, menyusul makin bertambahnya jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2011 tercatat sebanyak 99.491 kasus kecelakaan kerja atau rata-rata 414 kasus per hari, dengan pembayaran jaminan mencapai Rp 504 miliar.Tahun 2012 meningkat menjadi 103.000 kasus atau naik sebesar 3,41%. Jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja relatif masih tinggi pada tiap tahunnya. PT Jamsostek yang sekarang ditransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mendata selama tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang dengan perincian sekitar 69,59% terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Terjadi di luar perusahaan sebanyak 10,26 % dan sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas. Sementara data BPJS Ketenagakerjaan mencatat terjadinya 8.900 kasus kecelakaan kerja dalam rentang waktu Januari - April 2014(BPJS, 2015).

Kerugian materi akibat kecelakaan seperti kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan kompensasi ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan pengusaha di Indonesia akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing.K3 tidak akan berjalan seperti apa adanya tanpa ada intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itulah ahli K3


(20)

sejak awal tahun 1980-an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3 (health and safety management). Semua sistem manajemen K3 betujuan untuk mengelola risiko K3 di perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau menimbulkan kerugian dapat dicegah (Ramli, 2010).

Dunia usaha saat ini disibukkan dengan adanya sejumlah persyaratan dalam perdagangan global, yang tentu akan menambah beban bagi industri. Persyaratan tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 87memuat hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan kerja yang menjelaskan bahwa setiap perusahaan wajib membentuk suatu menajemen kesehatan kerja yang terintegrasi dengan menajemen perusahaan yang pelaksanaannya kemudian diatur oleh peraturan pemerintah. Persyaratan ini sebenarnya suatu kewajiban karena seharusnya sudah diperhitungkan sebagai investasi perusahaan (Ramli,2010).

Suma‟mur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan dan kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Risiko” dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Risiko


(21)

merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini.

Mengapa risiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena risiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus


(22)

kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.

Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh oktavianus (2011) tentang identifikasi bahaya,penilaian dan pengendalian risiko di unit destilasi atmosferis pengolahan minyak pusdiklat migas cepu menunjukkan bahwa tingkat bahaya tinggi adalah tersandung,terciprat, dan kebocoran minyak.

Kebun Sosa adalah salah satu unit usaha dariPTPN IV (Persero) yang berada di kabupaten padang lawas dan berkantor pusat di jalan Letjend Suprapto Medan. Kebun ini bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan CPO (Crude Palm OIL) dan PK (Palm Kernel). Untuk mengelolakelapa sawit menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm Lernel), kebun ini telah memiliki pabrik kelapa sawit yang memiliki 5tahap pengolahan, yaitu : Stasiun Penerimaan TBS, Stasiun Penimbangan Buah, Stasiun Rebusan,Stasiun penebah,dan Stasiun Pemurnian Minyak.

Proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV Sosa dimulai dari stasiun penerimaan bahan buah / TBS yang berasal dari kebun dan pembelian. Pada stasiun ini TBS melalui tahapan proses yaitu tahap penimbangan buah dan tahap penumpukan dan pemindahan buah. Setelah itu setiap truk yang mengangkut TBS


(23)

kepabrik ditimbang terlebih dahulu di stasiun jembatan timbang (bridge weighing) untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Jembatan timbang menggunakan mekanikal hybrid dengan kapasitas 50 ton. Dilengkapi dengan sistem komputasi, jembatan timbangan ditera oleh Badan Meterologi 1 kali setahun. TBS (tandan buah segar) yang sudah ditimbang dimasukkan ke loading ramp.Kemudian di stasiun rebusan TBS yang berada dalam lory rebusan diangkut dari stasiun penerimaan buah dengan bantuan transfer carrier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Stasiun penebah memisahkan brondolan dari tandannya buah matang dari sterilizer diatur masuk sebagai umpan ke dalam thresher yang kecepatannya diatur oleh variabel speed. Kemudian pengempaan dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan yang terakhir stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Desember 2014, diketahui data kecelakaan kerja di PTP N IV Kebun Sosa dari tahun 2013 sampai Januari 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PTP N 4 Kebun Sosa

No Proses Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

1 Stasiun Penerimaan TBS 2 1 1

2 Stasiun Rebusan 1

3 Stasiun Penebah 1

4 Stasiun Pengempaan 1

5 Stasiun Pemurnian

minyak

1

Jumlah 5 3 1


(24)

Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa jumlah kecelakaan kerja hampir sering terjadi. Dapat dilihat kejadian kecelakaan yang paling sering terjadi pada proses di stasiun penerimaan buah sebanyak 4 pekerja yang mengalami kecelakaan, dan pada stasiun lainnya juga terjadi kecelakaan setiap tahunnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti resiko kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Sosa tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menilai risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa yaitu:

a. Stasiun Penerimaan TBS

b. Stasiun Rebusan c. Stasiun Penebah

d. Stasiun Pengempaan

e. Stasiun Pemurnian Minyak

2. Untuk mengetahui tingkat risiko kecelakaan kerja di bagian proses pengolahan antara lain:


(25)

a. Stasiun Penerimaan TBS

b. Stasiun Penimbangan

c. Stasiun Rebusan d. Stasiun Penebah

e. Stasiun Pengempaan

f. Stasiun Pemurnian Minyak

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja di bagian pengolahan kelapa sawit di PTP N IV Kebun Sosa.

2. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang penilaian risiko kejadian kecelakaan kerja pada bagian pengolahan.

3. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga hasil penelitian ini dapat dijalankan dalam praktik yang sesungguhnya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Risiko

2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2010).

Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun „accident’.

Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko adalah “the culture, process, and structures that are directed towards the effective management of potential opportunities and adserve effects”. Menurut standar AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko ( Ramli, 2010)

Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.


(27)

Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.

Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.

Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.

Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisai harus menetapkan prosedur mengenai identifikasi bahaya (Hazards identification), penilaian risiko (Risk


(28)

Assessment), dan menentukan pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat HIRARC.

2.1.2. Manfaat manajemen risiko

a. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya

b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan

c. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasinya

d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan

e. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman, 2010).

2.2. Kecelakaan Kerja

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang


(29)

tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009).

Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidakdapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan ataudiduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Olehkarena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan sertaperlengkapan produksi sesuai dengan standar kewajiban oleh UU ini (Bennet,Silalahi N.B 1984).

Menurut Silalahi (1991) kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Foressman (1973) mendefinisikan bahwa kecelakaan kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent) secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau fungsi faali.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu :

a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja

sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.


(30)

2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah yang besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian. Menurut statistik 85% penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15% disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition). Secara garis besar sebab-sebab kecelakaan adalah :

Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman, penerangan yang kurang baik, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai yang berminyak, dan lain-lain.

Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah, tidak memakai alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya pengetahuan dalam proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Ada faktor yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah faktor yang menjadi unsur penyebab bersama-sama.

2.2.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia

kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan

diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:


(31)

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu : lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 2004).

2. Teori Domino terbaru

Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

3. Teori Frank E. Bird Petersen

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:

a. Manajemen kurang kontrol

b. Sumber penyebab utama

c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar) d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)

e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari mmperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya


(32)

suatukecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen (Soekidjo, 2010).

2.2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Tahun 1989, kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : a. Terjatuh

b. Tertimpa benda

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi g. Terkena arus listrik

h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi 2. Klasifikasi menurut penyebab :

a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air

c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya

d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat kimia, dan sebagainya

e. Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah )


(33)

f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : a. Patah tulang

b. Dislokasi ( keseleo ) c. Regang otot (urat)

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Luka di permukaan

g. Geger dan remuk

h. Luka bakar

i. Keracunan-keracunan mendadak

j. Pengaruh radiasi k. Lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : a. Kepala

b. Leher

c. Badan

d. Anggota atas

e. Anggota bawah

f. Banyak tempat

g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut. 2.2.5. Dampak Kecelakaan Kerja

Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja : 1. Meninggal dunia


(34)

Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.

2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

4. Tidak mampu bekerja sementara

Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.

2.2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :

1. Perundang-undangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis dan pemeriksaan kesehatan.


(35)

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higiene umum atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkatan dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebab-sebabnya.

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja.


(36)

10.Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11.Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

2.3. Proses Manajemen Risiko

Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management Standard AS/NZS 4360, yang meliputi:

a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya b. Identifikasi risiko,

c. Analisis risiko, d. Evaluasi risiko, e. Pengendalian risiko,

f. Pemantauan dan telaah ulang,

g. Koordinasi dan komunikasi.

a. Menentukan Konteks

Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat visi misi perusahaan, ruang lingkup bisnis perusahaan mulai dari proses kerja awal sampai akhir. Hal ini dilakukan karena konteks risiko disetiap perusahaan berbeda-beda sesuai dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan kriteria risiko yang berlaku untuk perusahaan berdasarkan aspek nilai kerugian yang dapat ditanggulangi oleh perusahaan. Kriteria risiko didapat dari kombinasi kriteria tingkat kemungkinan dan keparahan


(37)

b. Identifikasi Risiko

Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari manajemen risiko k3 yang bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang ada pada suatu kegiatan kerja/ proses kerja tertentu. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :

a.Mengurangi peluang kecelakaan karena dengan melakukan identifikasi dapat diketahui faktor penyebab terjadinya keceakaan,

b.Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya yang ada dari setiap aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan karyawan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan safety saat bekerja,

c.Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan penanganan yang tepat, selain itu perusahaan dapat memprioritaskan tindakan pengendalian berdasarkan potensi bahaya tertinggi.

d.Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan.

Cara melakukan identifikasi bahaya adalah : 1. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi

2. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada tahap akhir pekerjaan.

3. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia, mekanik, biologi, ergonomic, psikologi, listrik dan kebakaran.


(38)

4. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan dampak/kerugian yang dapat ditimbulkan dari potensi bahaya tersebut. Dapat menggunakan metode What-If. 5. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.

Salah satu metoda yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya adalah dengan membuat Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis. Selain JSA, ada beberapa teknik yang dapat dipakai seperti (Fault Tree Analysis) FTA, (Event Tree Analysis) ETA, (Failure Mode and Effect Analysis) FMEA, (Hazards and Operability Study) Hazop, (Preliminary Hazards Analysis) PHA, dll.

c. Analisis Risiko

Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat diabaikan.

d. Evaluasi Risiko

Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.


(39)

e. Pengendalian Risiko

Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.

f. Pemantauan dan telaah ulang

Pemantauan dan telaah ulang terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan. g. Koordinasi dan komunikasi

Koordinasi dan komunikasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan. 2.4. Penilaian Risiko

Setelah semua tahapan kerja diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko untuk menentukan besarnya tingkatan risiko yang ada.

Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.

Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik atau peringkat risiko sebagai berikut :

1. E : Extreme Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan pengendalian )

2. H : High Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan pengendalian )


(40)

4. L : Low Risk ( risiko masih dapat ditoleransi oleh perusahaan ).

Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang sangat beragam (Ramli, 2010).

Analisa ini dilakukan berdasarkan konteks yang telah ditentukan oleh perusahaan, seperti nilai tingkat kemungkinan, nilai tingkat keparahan, dan nilai tingkat risiko . Cara melakukan analisa adalah :

1. Lakukan analisa dari setiap langkah kerja yang telah diidentifikasi pada tahapan identifikasi bahaya.

2. Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya incident dari setiap tahapan kegiatan yang dilakukan berdasarkan acuan konteks yang telah ditentukan pada tabel 1.

3. Mengukur tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan dari setiap potensi bahaya pada setiap tahapan kerja yang telah diidentifikasi. Ukuran tingkat keparahan ditentukan berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel 2. 4. Setelah tingkatan kemungkinan dan keparahan diketahui, lakukan perhitungan menggunakan rumus berikut untuk mengetahui nilai risikonya :


(41)

Tabel 2.1 Matriks Risiko

6. Tentukan tingkatan risiko pada setiap tahapan kerjanya berdasarkan nilai risiko yang telah didapat dari perhitungan. Ukuran tingkat risiko dinilai berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel matriks risiko.

2.5.KERANGKA KONSEP PENILAIAN RISIKO 1. Stasiun penerimaan TBS 2. Stasiun Perebusan 3. Stasiun Penebahan

4. Stasiun Pengempaan

5. Stasiun Pemurnian Minyak

Tingkat Risiko

1. Extreme Risk

2. High Risk

3. Moderat Risk


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptifyang bertujuan untuk mengetahui gambaranpenilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di bagian pengolahan kelapa sawit mulai bulan Desember 2014.

3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosatahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang. 3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian pekerja di bagian pengolahan kelapa sawit :

1. Stasiun penerimaan buah : 13 pekerja

2. Stasiun perebusan buah : 15 pekerja

3. Stasiun penebah : 4 pekerja

4. Stasiun pengempaan : 8 pekerja

5. Stasiun pemurnian minyak : 10 pekerja

Menggunakan rumus penentuan besar sampel (Saryono, 2008) : �= �


(43)

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)

Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : �= 100

100 0,12 + 1

= 100

1,0 + 1

=100

2,0 = 50

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan dijadikan sampel digunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak.

3.4. Definisi Operasional

1. Stasiun penerimaan buah yaitu proses penimbangan Tandan Buah Segar 2. Stasiun Perebusan yaitu dimana proses perebusan buah yang dimasukkan

kedalam perebusan untuk mempermudah brondolan lepas dari tandan 3. Stasiun Penebahan/Hoisting Crane adalah proses buah yang dimasukkan

didalam lori kemudian lori diangkat dan dituangkan isi lori hooper.

4. Stasiunpengempaanadalahdimanaprosespengambilanminyakdilakukanden


(44)

5. Stasiun Pemurnian Minyak adalah proses akhir yangsecara keseluruhan untuk memisahkan lumpur, kotoran dan air sehingga di dapatkan standart mutu minyak yang baik

6. Penilaian risiko yaitu proses menentukan risiko kecelakaan yang ditinjau dari kemungkinan kejadian dan keparahan yang ditimbulkan dalam proses pengolahan kelapa sawit.

7. Kemungkinan kejadian yaitu suatu kejadian yang mungkin terjadi seperti kejadian yang hampir pasti terjadi, sering terjadi, dapat terjadi dan kadang-kadang terjadi di proses pengolahan kelapa sawit.

8. Keparahan yaitu seberapa parah kecelakaan/sakit yang terjadi seperti kecelakaan bencana, kecelakaan berat, kecelakaan sedang, kecelakaan kecil, kecelakaan tidak signifikan di pengolahan kelapa sawit.

9. Tingkat Risiko merupakan hasil matriks dari kemungkinan kejadian dan keparahannya seperti risiko low,moderate,high, dan extreme high di PTPN IV PKS SOSA.

3.5. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari :

1. Data primer diperolehdengan melakukan observasi langsung dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosadengan menggunakan lembar ceklist penilain risiko sebagai panduan penulis untuk melakukan observasi langsung di pengolahan kelapa sawit Sosa.

2. Data sekunder diperoleh dari PTP N IV Kebun Sosa yaitu data pekerja di pengolahan kelapa sawit.


(45)

3.6.Aspek Pengukuran

Untuk memberikan makna terhadap potensi bahaya yang teridentifikasi, akan diberikan nilai dengan menggunakan tabel matrik risiko kecelakaan kerja untuk mengkategorikan tingkat risikonya (Ramli, 2010)

Rumus:

Keparahan Kemungkinan Tingkat Risiko 1 : Tidak signifikan 1 : Sangat Jarang 1-4 : Rendah 2 : Kecil 2 : kadang-kadang 5-9 : Sedang 3 : Sedang 3 : Dapat Terjadi 10-16 : Tinggi

4 : Berat 4 : Sering >25 : Sangat Tinggi 5 : Bencana 5 : Pasti Terjadi

a. KEPARAHAN :

Merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan suatu tingkatan dampak/akibat berdasarkan keparahan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja. Level-1 (Tidak signifikan) Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah,

kerusakan peralatan ringan.

Level-2 (Kecil) Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K),

peralatan rusak ringan.

Level-3 (Sedang) Menyebabkan cidera yang memerlukan

perawatan medis ke rumah sakit, peralatan rusak sedang.

Level-4 (Berat) Menyebabkan cidera yang menyebabkan

cacatnya angota tubuh permanen, peralatan rusak berat.

Level-5 (Fatal/bencana) Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih,

kerusakan berat pada mesin sehingga mengganggu proses produksi.

Tabel 3.1 Keparahan

b. KEMUNGKINAN :

Merupakan suatu nilai yang ditetapkan sebagai untuk menentukan tingkat Penilaian Risiko = Kemungkinan x Keparahan


(46)

Level-1 (Sangat Jarang) Hampir tidak pernah terjadi

Level-2 (Jarang/kadang-kadang) Frekuensi kejadian jarang terjadi waktu tahunan

Level-3 (Mungkin terjadi) Frekuensi kejadian sedang dalam waktu

bulanan

Level-4 (Sering) Hampir 100 % terjadi kejadian tersebut.

Level-5 (Pasti terjadi) 100 % kejadian pasti terjadi.

Tabel 3.2 Kemungkinan c. Tingkat Risiko :

Merupakan hasil perkalian dari kemungkinan dan keparahan sehingga dapat ditetapkan sebagai tingkat bahaya dari suatu pekerjaan yang dilakukan.

Tingkat Risiko Score Keterangan

Low 1-4 Masih dapat ditoleransi

Moderate 5-9 Dikendalikan sampai batas toleransi

High 10-16 Pemantauan intensif & Pengendalian

Extreme High >25 Pemantauan intensif & Pengendalian

Tabel 3.3 Tingkat Risiko 3.7. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran penilaian risiko kecelakaan kerja.


(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Perusahaan

PTP. Nusantara IV (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang Agrobisnis, mengemban tugas Tri Dharma Perkebunan dengan Visi membangun PTPN-IV (Persero) menjadi Agribisnis Perkebunan yang tangguh dan Misi menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya saing produk secara terus menerus menghasilkan laba berkesinambungan dengan mengelola usaha secara profesional serta memberikan perhatian dan peran kepada masyarakat lingkungan.

PTP. Nusantara IV (Persero) Medan sebagai pelopor utama pembukaan areal kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan Hutan yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal berubah menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan Plasma.

PTP N IV Sosa yang berlokasi di kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas provinsi Sumatera Utara mempunyai Iklim kering, selama ratusan tahun digarap oleh penduduk dengan sistem ladang berpindah, disamping itu merupakan penggembalaan ternak secara tradisional, hal tersebut menyebabkan ekosistem tidak dapat dipertahankan mengakibatkan kelestarian Sumber Daya Alam semakin merosot sehingga Padang Lawas berubah menjadi Savana. Keadaan tersebut membuat lokasi Padang Lawas terpilih sebagai objek Pembangunan Kebun Inti dan Plasma.


(48)

Pembangunan Pabrik Minyak Sawit dimulai pada tanggal 11 Agustus 1988 yang bekerjasama dengan PT.United Tractor sebagai pelaksana pekerjaannya. Bangunan Pabrik ini dirancang dengan kapasitas 60 ton TBS / jam , namun pembangunannya dilaksanakan secara bertahap yaitu :

a. Pembangunan tahap I dengan kapasitas 15 ton TBS / Jam yang pelaksanaannya mulai tanggal 11 Agustus 1988 sampai 05 Desember 1988 .

Pembangunan tahap I ini dimaksudkan untuk mempercepat pengoperasiannya menggantikan Pabrik Mini .

b. Pembangunan tahap II , sebagai kelanjutan dan penyempurnaan kapasitas menjadi 30 ton TBS / jam dilaksanakan mulai tanggal 05 Desember 1988 sampai tanggal 03 Juli 1990 .

c. Tahap selanjutnya adalah perluasan kapasitas ( line II ) dari 30 ton TBS / jam menjadi 50 ton TBS / jam yang pembangunannya secara paket bertahap mulai dari stasion Loading Ramp tanggal 20 April 1993 dan terakhir stasion Ketel Uap selesai tanggal 20 Maret 1995 .

4.1.1. Areal PKS Sosa

Areal yang menjadi pengolahan dan tanggung jawab PKS Sosa adalah seluas 24,53 Ha yang terdiri dari :

a. Lokasi Pabrik : 5.02 Ha

b. Lokasi Perumahan : 12,06 Ha

c. Lapangan olah raga, taman dll : 7,45 Ha


(49)

4.1.2.Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja yang dikaryakan di PKS Sosa saat ini berjumlah 234 orang yang dipimpin oleh 1 orang Manajer Unit dibantu 6 orang Karyawan Pimpinan , 232 orang Gol, IB s/d IID dan 2 orang Gol, IA. Sedangkan jumlah jiwa yang menjadi tanggungan perusahaan seluruhnya adalah 914 jiwa yang terdiri dari pekerja, isteri dan anak dalam tanggungan.Komposisi SDM yang ada menurut jenjang pendidikannya adalah mayoritas tamatan SLTA / Sederajat sebanyak 157 orang, sedangkan jenjang pendidikan lainnya adalah : S1 / D3 sebanyak 4 orang , SLTP / Sederajat 49 orang dan SD sebanyak 24 orang .Untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada , baik peningkatan pengetahuan maupun keterampilan , sebagian karyawan PKS Sosa diprogramkan secara bertahap mengikuti pendidikan / kursus keterampilan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada sesuai job/ bidang tugas masing – masing.

4.1.3.Dampak Keberadaan PKS

Pembangunan PKS di Sosa secara nyata memberikan dampak yang sangat positif bagi pertumbuhan social ekonomi bagi daerah Sosa dan sekitarnya. Hal ini terbukti dengan tersedianya lapangan kerja formal maupun non formal, disamping itu dampak yang paling nyata dirasakan masyarakat adalah perubahan pola pikir ekonomis yang dulunya masyarakat berperilaku eknomis sebagai petani dan peternak tradisional dan sangat luas lahan-lahan menjadi terlantar dan tidak sesuai. Namun dengan pengembangan kelapa sawit yang di pelopori oleh PTPN IV (d/h PTP VII) dan terutama dengan dibangunnya pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai sarana penunjang utama, maka lahan-lahan yang dulunya terlantar


(50)

saat ini sebagian besar telah membentang menjadi hamparan kelapa sawit yang diusahai baik petani-petani kecil maupun perusahaan swasta pemilik modal besar. 4.1.4.Dampak Lingkungan

Dangan keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit ini tentunya mau atau tidak mau akan memberikan dampak yang kurang baik bagi eko system lingkungan sekitarnya apabila limbah yang dihasilkan tidak dapat dikelola dengan baik. PTPN IV sebagai BUMN punya kewajiban baik secara moral maupun secara langsung dengan komitmrn yang tinggi untuk turut brtanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup seperti yang telah digariskan pemerintah dan hal ini merupakan salah satu misi perusahaan. Langkah nyata yang dilaksanakan untuk kelestarian lingkungan hidup ini adlah meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan di

percayakan kepada konsultan perusahaan yang secara bertahap telah melaksanakan kegiatan untuk kelestarian lingkungan hidup guna memenuhi ketentuan dan norma-norma yang telah ditentukan pemerintah.

b. Membangun unit pengolahan limbah bersamaan dengan dibangunnya pabrik mini tahun 1988 senilai Rp. 354.000.000, dan pada tahun 1995 diadakan pebaikan dan penyempurnaan unit pengolahan limbah PKS Sosa sejalan dengan perkembangan volume produksi yang dihasilkan unit PKS Sosa agar limbah yang dihasilkan pabrik benar-benar dapat tertampung seluruhnya pada kolam limbah/unit pengolahan limbah. Nilai assets yang ada pada kolam limbah terahir berjumlah Rp.1.130.820.168 (satu koma satu milyar rupiah lebih).


(51)

4.1.5. Sarana Kesejahteraan Sosial Karyawan

Bagi karyawan yang menjaditanggungan, perusahaan memberikan sarana dan prasarana untuk menunjang kesejahteraan social antara lain :

a. Perawatan kesehatan, disediakan poliklinik pusat kesehatan dandibantu tenaga dokter honor (dibawah manajemen kebun Sosa).

b. Perumahan dinas diberikan kepada semua karyawan staf, karyawan bulanan dan karyawan harian tetap untuk di tempati oleh karyawan dan keluarga selama berdinas di perusahaan. Jumlah perumahan yang disediakan di PKS.Sosa adalah :

Bangunan rumah staf 10 pintu

Bangunan rumah type G.I 11 pintu Bangunan rumah type G.II 212 pintu Jumlah 233 pintu

Sistem gaji yang digunakan PTP Nusantara IV PKS Sosa adalah sistem gaji yang dibayarkan dua kali sebulan. Pada gaji pertama disebut panjar gaji atau gajian kecil sejumlah 30 % dari gaji pokok yang sebenarnya. Gajian kecil ini dibayar pada akhir minggu ketiga setiap bulannya. Sedangkan gaji kedua disebut pelunasan gaji atau gajian besar yaitu sejumlah gaji pokok ditambah tunjangan tetap dan lembur kecuali untuk bagian administrasi. Besarnya gaji yang diberikan untuk bagian administrasi adalah sejumlah gaji pokok ditambah tu njangan tetap dan premi selama satu bulan. Gajian besar ini dibayar pada akhir minggu pertama setiap bulannya.

Kesejahteraan umum bagi pegawai dan karyawan pabrik merupakan hal yang sangat penting. Produktivitas kerja seoarang karyawan sangat dipengaruhi


(52)

tingkat kesejahteraannya. PTPN IV PKS SOSA memikirkan hal ini dengan memberikan beberapa fasilitas yaitu:

a. Perumahan bagi staff, karyawan dan keluarganya, yang berada di lokasi perkebunan sekitar. Apabila tidak mengambil perumahan diberikan bantuan dana sewa rumah sebesar 25 %.

b. Sarana pendidikan dan memberikan bantuan dana pendidikan berupa uang

pemondokan untuk anak–anak staff maupun karyawan yang kuliah atau bersekolah jauh dari rumah.

c. Sarana kesehatan untuk staff dan karyawan beserta keluarganya berupa Rumah Sakit PTPN IV.

d. Membangun sarana olah raga yang tersedia di lokasi kompleks perumahan karyawan.

e. Rumah ibadah yaitu mesjid yang dibangun di lokasi lingkungan pabrik. f. Rumah ibadah yaitu berupa gereja yang dibangun di lokasi lingkungan

pabrik.

4.1.6. Letak Geographis 1. Batas-batas

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Barumun Tengah

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dalu-Dalu Riau

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pasir Pangaraian- Riau

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Lubuk Sutam

2. Thopographi rata dan bergelombang dengan vegetasi semak belukar dan Ilalang.


(53)

3. Ketinggian diatas permukaan laut Sosa-I = 150 Meter diatas permukaan laut, Sosa-II = 161 Meter diatas permukaan laut.

4.1.7. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi bagi perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugas yang harus dilakukan serta dari siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.

Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab. Organisasi ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha dan besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan. Dalam rangka mencapai efektifitas dan efisiensi kerja yang baik, PTPN IV PKS Sosa telah berusaha menciptakan pengendalian intern yang sesuai dengan menyusun unit-unit kerja dan bagian-bagian yang ditunjukkan pada gambar 5.1. Struktur organisasi PTPN IV PKS Sosa menggunakan struktur lini dan fungsional, yaitu antara posisi yang sama memiliki hubungan fungsional

.


(54)

STRUKTUR ORGANISASI

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV ( PERSERO ) UNIT PKS SOSA PADANG LAWAS

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PTP Nusantara IV PKS SOSA

MANAGER UNIT KEPALA DINAS TATA USAHA KEPALA DINAS PENGOLAHAN KEPALA DINAS TEKNIK ASISTEN PENGOLAHAN 1 ASISTEN PENGOLAHAN 2 ASISTEN PENGOLAHAN 3 ASST.TEKNIK PABRIK PERWIRA PENGAMAN

( PAPAM )

LABORANT PENGOLAHAN

PENGOLAHAN HARIAN

PENGOLAHAN SHIFT A & B BIDANG GUDANG SDM / KANTOR TEKNIK REPARASI BENGKEL TEKNIK TEKNIK TRANSPORT BIDANG KEAMANAN


(55)

4.1.8. Jam Kerja

Tenaga kerja yang bekerja di PKS Sosa dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 1. Pegawai staff, golongan III-A sampai IV-B

2. Pegawai non staff, golongan I-A sampai II-D

Pada masa produksi, jam kerja yang diberlakukan bagi setiap karyawan pengolahan adalah dengan pembagian jam kerja menjadi 2 shift yaitu sebagai berikut :

1. Shift A: Pukul 07.00 WIB – 18.00 WIB 2. Shift B: Pukul 18.00 WIB – 07.00 WIB

Sedangkan untuk karyawan di bagian administrasi masa kerja selama 6 hari kerja dalam seminggukecuali hari minggu dengan jam kerja kantor adalah sebagai berikut :

1. Senin – Kamis

Pukul 07.00 WIB – 12.00 WIB : Jam Kerja Pukul 12.00 WIB – 14.00 WIB : Jam Istirahat

Pukul 14.00 WIB – 16.00 WIB : Jam Kerja setelah Istirahat 2. Jumat

Pukul 07.00 WIB – 11.30 WIB : Jam Kerja Pukul 11.30 WIB – 14.00 WIB : Jam Istirahat

Pukul 14.00 WIB – 16.00 WIB : Jam Kerja setelah Istirahat 3. Sabtu


(56)

4.2.Proses Produksi

Proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) di PKS Kebun Sosa bertujuan untuk memperoleh minyak dan inti yang berkualitas. Proses pengolahan ini akan menghasilkan dua jenis produk, yaitu:

1. Minyak Sawit (Crude Palm Oil) dari hasil olahan daging buah

2. Inti Minyak Sawit (Palm Kernel) yaitu inti yang dihasilkan dari pengolahan biji (Nut)

Hasil sampingan dari proses pengolahan sawit ini adalah ampas, cangkang dan tandan kosong. Ampas dan cangkang dipergunakan sebagai bahan bakar boiler.

4.2.1. Standard Mutu Produk

Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh cara memanen buah. Dalam hal ini standard mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standard mutu internasional, yang meliputi Asam Lemak Bebas (ALB), air dan kotoran.

Panen yang tepat, mempunyaikandungan minyak maksimal dan kadar ALB yang rendah. Pada saat ini, mutu minyak sawit yang baik untuk dipasarkan jika kadar ALB di bawah 3% dan 2% untuk inti sawit.

Terbentuknya ALB dalam buah sawit disebabkan proses hidrolisa “trigliserida” dari lemak dengan adanya enzim lipase pada kondisi yang sama. 4.2.2. Bahan yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan di pabrik kelapa sawit Sosa adalah buah sawit yang berasal dari kebun PTPN IV Sosa. Pada umumnya kelapa sawit terdiri dari beberapa varietas berdasarkan karakteristiknya yaitu:


(57)

a. Dura

Dura adalah jenis varietas kelapa sawit yang mempunyai buah agak bulat dan karakteristik lainnya adalah:

a. Tebal daging buah (pericarp) : 2-6 mm

b. Tebal cangkang: 2-5 mm

c. Persen pericarp terhadap buah: 50-70% d. Tebal cangkang terhadap buah: 30% e. Persen inti terhadap buah: 8-10% b. Pesifera

Pesifera adalah jenisvarietas kelapa sawit yang mempunyai buah agak lonjong dan karakteristik lainnya adalah:

a. Pericarp: sangat tebal b. Tebal cangkang: 0-0,1 mm

c. Persen pericarp terhadap buah: 95-100% d. Persen inti terhadap buah : 0-5%

c. Tenera

Tenera adalah jenis kelapa sawit yang mempunyai buah agak lonjong dengan karakteristik adalah:

a. Tebal pericarp: 4-10 mm

b. Tebal pericarp terhadap buah : 70-80% c. Persen cangkang terhadap buah : ±10% d. Persen inti terhadap buah : 8-10%

Varietas yang paling banyak di kebun Sosa adalah varietas tenera. Tenera ini merupakan hasil persilangan antara dura dengan pesifera. Salah satu cara untuk


(58)

meningkatkan produksi tandan buah segar adalah dengan melepaskan serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS) ke seluruh areal kebun.

4.3. Uraian Proses Produksi

Secara garis besar, prosedur pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak dan inti sawit dibagi atas 5 tahapan (stasiun), yaitu:

4.3.1.Stasiun Penerimaan Buah

Pada stasiun ini terdiri dari ( 13 ) pekerja

Jembatan timbang (weighbridge) adalah alat ukur timbangan berupa jembatan untuk kendaraan. Jembatan timbang terdiri dari beberapa bagian utama yaitu platform untuk menerima beban secara langsung, indikator untuk membaca berat yang diterima oleh bagian platform, dan unit komputer untuk memproses pembacaan indikator.Setelah penimbangan brutto, tandah buah segar yang masuk ke PKS dibawa ke loading ramp untuk disortir menurut kriteria sortasi buah.

a. Tujuan :Untuk mendapatkan hasil timbangan yang akurat

b. Pelaksana : Operator Timbangan

c. Alat/Bahan :Timbangan Digital dan Manual

d. Kegiatan : 1.Menimbang tandan buah segar yang masuk

2.Menimbang CPO atau PK yang keluar


(59)

Gambar 4.2 Penerimaan Buah 4.3.2. Stasiun perebusan

Pada strasiun ini terdiri dari ( 15 ) pekerja

Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana uap bertekanan.

a. Tujuan :Melaksanakan Perebusan untuk mendapatkan hasil rebusan

yang optimum

b. Pelaksana : Operator Rebusan

c. Alat/Bahan :Rebusan

d. Kegiatan : 1.Masukkan lori buah kedalam rebusan

2.Merebus TBS


(60)

Gambar 4.3 Perebusan 4.3.3 Stasiun penebahan

Pada stasiun ini terdiri dari ( 4 ) pekerja

Stasiun bantingan merupakan tabung horizontal yang berguna untuk memisahkan brondolan buah dari janjangnya. Cara kerja stasiun ini ialah dengan memasukkan TBS yang telah direbus kedalam thresser kemudian thresser tersebut diputar terus-menerus sehingga TBS yang telah direbus tadi terbanting. Bantingan inilah yang mampu melepaskan buah dari janjang, buah yang terlepas akan lolos melalui kisi-kisi yang ada di dalam tabung dan buah tersebut akan dibawa conveyor ke stasiun presser, sedangkan janjang yang sudah tidak ada buahnya (janjang kosong) akan dibawa ke stasiun empty bunch.

a. Tujuan :Melaksanakan Bantingan untuk memisahkan janjangan


(61)

b. Pelaksana : Operator Bantingan

c. Alat/Bahan :Auto Feeder, Bantingan, Ularan, Timba buah / Brondolan

d. Kegiatan :

1.Buah yang telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher melalui hooper

2. Pengisian tandan rebus ke drum thresher

Gambar 4.4 Penebah

4.3.4. Stasiun pengempaan

Pada stasiun ini terdiri dari ( 8 ) pekerja

Stasiun ini terdiri atas mesin pencacah dan mesin press. Buah yang sudah melalui stasiun thresser selanjutnya dibawa conveyor menuju mesin pencacah (digester), fungsi dari digester ini ialah untuk menghancurkan kulit buah (sabut) menggunakan pisau pemotong yang ada di dalam digester sehingga memudahkan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

AS/NZS 4360 (2004), 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on Risk

Darma, Eka R (2009) Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja Menggunakan Fault Tree

Harrington, J. M., dan F. S. Gill., 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Repblik Indonesia Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Ramli, Soehatman., 2010. “Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management - hal 54-55”. Jakarta : PT.Dian Rakyat. Republik Indonesia., 2003. Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia., 1970. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta.

Riduwan (2009), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung Silalahi, Bennet N.B dan rumondang B. Silalahi. 1984.,Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Suma‟mur, P. K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). CV Sagung Seto. Jakarta.

Tarwaka., 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta. Harapan Press. http://fani-purnama.blogspot.com/2013/03/manajemen-risiko-k3.html, diunduh : 7 Januari 2015

http://belajar-k3.blogspot.com/2012/09/manajemen-risiko-dalam-keselamatan-dan.html, diunduh : 7 Januari 2015


(2)

https://alenhyp05.wordpress.com/ identifikasi-bahaya-dan-penilaian-resiko-jsa-ra-job-safety-analysis-risk-assessment/


(3)

No Reaponden

Jenis Kelamin

Bagian Kegiatan Risiko Tingkat Risiko

1 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang tandan buah yang masuk

Tangan/kaki tertusuk duri buah Moderate Risk 2 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang tandan buah yang

masuk

Tangan/kaki tertusuk duri buah Moderate Risk 3 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang tandan buah yang

masuk

Tangan/kaki tertusuk duri buah Moderate Risk 4 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang tandan buah yang

masuk

Tangan/kaki tertusuk duri buah Moderate Risk 5 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang tandan buah yang

masuk

Tangan/kaki tertusuk duri buah Moderate Risk 6 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang tandan buah yang

masuk

Tangan/kaki tertusuk duri buah Moderate Risk 7 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang CPO/PK yang

keluar

Tangan terkena tali seling Low Risk 8 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang CPO/PK yang

keluar

Tangan terkena tali seling Low Risk 9 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang CPO/PK yang

keluar

Tangan terkena tali seling Low Risk 10 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang CPO/PK yang

keluar

Tangan terkena tali seling Low Risk 11 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang janjangan kosong Low back pain Moderate Risk


(4)

yang keluar

12 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang janjangan kosong yang keluar

Low back pain Moderate Risk 13 Pria Stasiun Penerimaan Buah Menimbang janjangan kosong

yang keluar

Low back pain Moderate Risk 14 Pria Stasiun Perebusan Memasukkan Buah Kedalam

Perebusan

Tangan/kaki Terjepit Lori Moderate Risk 15 Pria Stasiun Perebusan Memasukkan Buah Kedalam

Perebusan

Tangan/kaki Terjepit Lori Moderate Risk 16 Pria Stasiun Perebusan Memasukkan Buah Kedalam

Perebusan

Tangan/kaki Terjepit Lori Moderate Risk 17 Pria Stasiun Perebusan Memasukkan Buah Kedalam

Perebusan

Tangan/kaki Terjepit Lori Moderate Risk 18 Pria Stasiun Perebusan Memasukkan Buah Kedalam

Perebusan

Tangan/kaki Terjepit Lori Moderate Risk 19 Pria Stasiun Perebusan Merebus TBS Terkena lemparan seling penarik

lori

Moderate Risk 20 Pria Stasiun Perebusan Merebus TBS Terkena lemparan seling penarik

lori

Moderate Risk 21 Pria Stasiun Perebusan Merebus TBS Terkena lemparan seling penarik

lori

Moderate Risk 22 Pria Stasiun Perebusan Merebus TBS Terkena lemparan seling penarik

lori

Moderate Risk 23 Pria Stasiun Perebusan Merebus TBS Terkena lemparan seling penarik

lori

Moderate Risk 24 Pria Stasiun Perebusan Buka pintu rebusan, keluarkan

lori yang telah masak

Terkena semburan steam High Risk 25 Pria Stasiun Perebusan Buka pintu rebusan, keluarkan

lori yang telah masak


(5)

26 Pria Stasiun Perebusan Buka pintu rebusan, keluarkan lori yang telah masak

Terkena semburan steam High Risk 27 Pria Stasiun Perebusan Buka pintu rebusan, keluarkan

lori yang telah masak

Terkena semburan steam High Risk 28 Pria Stasiun Perebusan Buka pintu rebusan, keluarkan

lori yang telah masak

Terkena semburan steam High Risk 29 Pria Stasiun Penebah Buah yang telah direbus di

sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher melalui hooper

Tangan/kaki terkena Kabel seling putus

Moderate Risk

30 Pria Stasiun Penebah Buah yang telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher melalui hooper

Tangan/kaki terkena Kabel seling putus

Moderate Risk

31 Pria Stasiun Penebah Pengisian tandan rebus ke drum thresher

Tertimpa Lori Moderate Risk 32 Pria Stasiun Penebah Pengisian tandan rebus ke

drum thresher

Tertimpa Lori Moderate Risk 33 Pria Stasiun Pengempaan Membersihkan talang Terjepit talang Moderate Risk 34 Pria Stasiun Pengempaan Membersihkan talang Terjepit talang Moderate Risk 35 Pria Stasiun Pengempaan Membersihkan talang Terjepit talang Moderate Risk 36 Pria Stasiun Pengempaan Membersihkan/membuang

batu,potongan janjang dari polishing drum

Terjepit polishing drum Moderate Risk

37 Pria Stasiun Pengempaan Membersihkan/membuang batu,potongan janjang dari polishing drum


(6)

38 Pria Stasiun Pengempaan Membersihkan/membuang batu,potongan janjang dari polishing drum

Terjepit polishing drum Moderate Risk

39 Pria Stasiun Pengempaan Memeriksa volume silo inti Terpleset/terjatuh dari silo inti Moderate Risk 40 Pria Stasiun Pengempaan Memeriksa volume silo inti Terpleset/terjatuh dari silo inti Moderate Risk 41 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Mengoperasikan mesin Kebisingan Moderate Risk 42 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Mengoperasikan mesin Kebisingan Moderate Risk 43 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pencucian bowldisc Terjepit bowldisc Moderate Risk 44 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pencucian bowldisc Terjepit bowldisc Moderate Risk 45 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pencucian bowldisc Terjepit bowldisc Moderate Risk 46 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pencucian bowldisc Terjepit bowldisc Moderate Risk 47 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pengutipan minyak dari

seeding pond

Terpleset kekolam seeding pond Moderate Risk 48 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pengutipan minyak dari

seeding pond

Terpleset kekolam seeding pond Moderate Risk 49 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pengutipan minyak dari

seeding pond

Terpleset kekolam seeding pond Moderate Risk 50 Pria Stasiun Pemurnian Minyak Pengutipan minyak dari

seeding pond