Pelaksanaan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pesatnya perkembangan sektor industri banyak memberikan dampak

positif maupun negatif terhadap kondisi di tempat kerja. Sektor industri sendiri
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena banyaknya
persaingan

di

dunia

kerja.

Penelitian


Kurniawan

(2014)

mengatakan

perkembangan dunia industri juga diiringi dengan perkembangan teknologi,
dimana pemanfaatan dari teknologi tersebut disamping memberikan kemudahan
dalam proses produksi juga dapat menimbulkan berbagai risiko dan potensi
bahaya lainnya yang dapat merugikan tenaga kerja maupun perusahaan. Hal ini
ditandai dengan adanya proses mekanisme, efektifitas, dan modernisasi serta
transformasi globalisasi.
Di masa sekarang ini perusahaan dituntut untuk memiliki suatu sistem
yang dapat mengatur keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya.
Menurut Kusuma dan Ismi (2010) mengatakan Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) berupa Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
yang bertujuan untuk menekan terjadinya angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang ditimbulkan dari berbagai hubungan kerja saat proses produksi
berlangsung. Faktor-faktor dalam pelaksanaan produksi yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja di perusahaan antara lain terdiri dari manusia, mesin, dan

lingkungan kerja.

Universitas Sumatera Utara

2

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 86
dan 87 menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, dimana setiap
perusahaan dituntut untuk wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dengan sistem manajemen perusahaan.
Banyak peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah
negara Republik Indonesia untuk mencegah terjadinya kecelakaan, namun tidak
sedikit perusahaan yang masih tidak memaksimalkan pelaksanaan program K3
sebagai perlindungan karyawan. Masih banyak perusahaan yang menganggap K3
kurang bermanfaat dan hanya menambah beban pengeluaran perusahaan yang
semakin besar. Tetapi kesalahan tidak boleh hanya dipandang dari satu pihak
yaitu pihak perusahaan saja. Banyak juga dijumpai di lapangan kecelakaan terjadi
karena rendahnya kesadaran karyawan dalam menerapkan K3 sehingga kasus
kecelakaan tidak dapat dihindari, padahal pihak perusahaan telah berupaya

semaksimal mungkin dalam pelaksanaan program K3 tersebut.
Penerapan K3 yang baik dalam sebuah perusahaan dapat mendukung
kondisi tenaga kerja yang sehat dan terjaminnya keselamatan tenaga kerja
sehingga tujuan dari sebuah perusahaan dapat tercapai dengan baik. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Mawar (2012) tentang penerapan aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT.
Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011
dimana Penerapan K3 di industri masih belum menunjukkan hasil yang
diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih

Universitas Sumatera Utara

3

tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala
menengah dan kecil, tapi tidak tertutup kemungkinan hal ini juga bisa terjadi pada
skala besar. Apabila dilakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan,
peledakan, kebakaran, dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan
karena tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar di tempat kerja.
Berdasarkan data ILO (International Labour Organization) ditemukan

bahwa di Indonesia tingkat pencapaian penerapan kinerja K3 di perusahaan masih
sangat rendah. Data tersebut menunjukkan ternyata hanya 2% (sekitar 317 buah)
perusahaan skala besar yang sudah menerapkan K3 secara baik dan sisanya 98%
(sekitar 14.700) perusahaan belum menerapkan K3 secara baik. (Depnakertrans,
2009).
Tabel 1.1 Kasus Kecelakaan Akibat Kerja Menurut ILO Tahun 2011-2016
TAHUN
KASUS KECELAKAAN AKIBAT
KERJA
2011
99.491
2012
103.000
2013
103.285
2014
105.383
2015
105.182
2016

101.367
Berdasarkan data ILO tahun 2013 terdapat 160 pekerja mengalami sakit
akibat kerja, sedangkan tahun 2012 sebanyak 9 juta kematian diakibatkan karena
kecelakaan kerja dan sebanyak 2 juta kematian diakibatkan karena penyakit akibat
kerja.
Perkembangan era globalisasi pemerintah juga melakukan upaya
membudayakan K3 dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang
berprestasi dan Zero Accident yaitu penghargaan kepada perusahaan yang

Universitas Sumatera Utara

4

mencapai jumlah jam kerja tertentu tanpa kehilangan waktu kerja karena
kecelakaan kerja (Notoatmodjo, 2007). Penghargaan nihil kecelakaan kerja Tahun
2016 diberikan kepada 840 perusahaan berdasarkan penilaian secara berjenjang
dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.
Data Depnakertrans pada tahun 2009 jumlah perusahaan yang memperoleh
penghargaan sertifikat SMK3 berjumlah 150 perusahaan, sedangkan menurut
Mawar (2012) pada tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 192 perusahaan

dan tahun 2012 menjadi 714 perusahaan yang telah menerapkan SMK3
berdasarkan evaluasi laporan audit yang dilakukan oleh lembaga audit SMK3.
Pelaksaanaan program keselamatan dan kesehatan kerja sangat perlu dan
penting, karena membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik,
sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja bagi dirinya maupun perusahaan (Mangkunegara, 2001).
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja memerlukan dukungan secara penuh
dari pihak perusahaan dan dalam pelaksanaannya sangat diperlukan partisipasi
dari para tenaga kerja agar mencegah terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat
tercipta lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan diperoleh data mengenai program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilakukan oleh PTPN IV Gunung Bayu
dan data kecelakaan kerja tahun 2014-2016. Program K3 di PTPN IV Gunung
Bayu terdiri dari program keselamatan kerja yaitu inspeksi dan investigasi,
simulasi keadaan darurat (kebakaran, huru-hara, dan gempa bumi), manajemen
risiko, safety talk, pemeriksaan lingkungan kerja, pelatihan pekerja, dan APD.

Universitas Sumatera Utara

5


Untuk program kesehatan kerja adalah pemeriksaan kesehatan. Data kecelakaan
kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu dalam sepanjang
tiga tahun terakhir terjadi penurunan jumlah kecelakaan kerja dari Tahun 2014
sebanyak tiga orang; Tahun 2015 sebanyak satu orang, dan Tahun 2016 sebanyak
satu orang, walaupun penyebab dari kasus kecelakaan kerja tersebut masih sama
setiap tahunnya yaitu kurangnya kesadaran karyawan dalam bekerja yang tidak
sesuai dengan program K3 yang ada.
Pelaksanaan program K3 secara umum sudah berjalan dengan baik sesuai
peraturan namun untuk waktu pelaksanaannya belum sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan oleh pihak perusahaan dalam program kerja K3, dimana waktu
pelaksanaannya masih sering terlambat. Program K3 di PTPN IV Gunung Bayu
merupakan program penerapan yang sifatnya masih rutinitas seperti yang sudah
dilaksanakan, dari hasil audit yang dilakukan oleh pihak audit mengharapkan agar
membuat program kerja yang sifatnya proyek.
Program kesehatan kerja di PTPN IV Gunung Bayu seperti ketersedian
Alat Pelindung Diri (APD) selama 2 tahun terakhir ini tidak terealisasi sesuai
perencanaan

permintaan


pembeliaan

setiap

tahunnya

oleh

perusahaan.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilihat dilapangan masih ada ditemukan
karyawan yang tidak memakai APD saat bekerja seperti helmet, sarung tangan,
sepatu, ear plug atau ear muff, dan masker di beberapa stasiun pengolahan
produksi karena minimnya ketersediaan APD dan kesadaran. Penggunaan APD
pada warna Helmet juga tidak sesuai dengan jabatan dan tugas dari karyawan.
Akibat dari ketidaktersediaan APD tersebut maka pihak perusahaanpun tidak

Universitas Sumatera Utara


6

tegas dalam menegur dan memberikan sanksi kepada karyawan yang tidak patuh
akan peraturan-peraturan yang berlaku di lokasi kerja. Safety talk yang dilakukan
setiap pagi di kantor bagian pengolahan juga belum sesuai dengan teori yang
seharusnya. Untuk pelaksanaan program kesehatan kerja hanya dilakukan satu
tahun sekali oleh Hiperkes yang dimana dalam pelaksanaannya tidak semua
karyawan bagian pengolahan medapatkan pemeriksaan kesehatan.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan, peneliti tertarik
melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pelaksanaan Program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu
Tahun 2017”.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu
Tahun 2017”.

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan dari tiap-tiap program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu
Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

7

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pelaksanaan dari tiap-tiap program keselamatan kerja di
bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan dari tiap-tiap program kesehatan kerja di
bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu.
1.4


Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal sebagai

berikut :
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan program K3
bagi PTPN IV Gunung Bayu.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan
judul penelitian yang sama.
3. Menambah wawasan penulisan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dalam aplikasi keilmuan K3 khususnya tentang pelaksanaan program K3.
4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan.

Universitas Sumatera Utara