Aspek Biologi Reprodusi Ikan Selar Kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

7

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Ikan Selar Kuningmerupakan salah satu ikan yang banyak diminati
masyarakat. Permintaan yang banyak dan harga yang cukup tinggi akan
mendorong peningkatan penangkapan pada ikan ini . ikan Selar kuning hidup
bergerombol di perairan lepas pantai, daerah-daerah pantai laut dalam, kadar
garam tinggi, panjang ikan dapat mencapai 20 cm, umumnya 15 cm termasuk ikan
pelagis kecil, pemakan plankton. Penangkapan dengan purse seine, payang, jaring
insang, pukat beton, jala lompo (Febrianti dan asih, 2013).
Ikan selar kuning memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan pipih tegak
atau yang biasa disebut fusiform, pangkal ekor kecil. Bentuk mulut ikan ini adalah
subterminal. Mempunyai sisik-sisik kecil tipis jenis sikloid. Terdapat bintik hitam
besar dibagian atas tutup insang. Sisi tubuh dan perut berwarna keperakan. Bagian
punggung ikan berwarna biru dan terdapat garis kuning di bagian punggung.
Rumus sirip ikan D. VIII. I. 25; A. II. I. 20; 26.

Gambar 2. Ikan Selar Kuning (S. Leptolepis).


Universitas Sumatera Utara

8

Adapun Klasifikasi menurut Mas‟ud (2015) sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub-phylum

: Vertebrata

Class

: Actinopterygii


Ordo

: Perciformes

Family

: Carangidae

Genus

: Selaroides

Species

: Selaroides leptolepis.

Ikan selar kuning merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting. Ikan
ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk olahan perikanan seperti ikan
asin, ikan bakar, pindang, tepung ikan dan surimi. Selain itu ikan ini juga

diperdagangkan dalam keadaan segar. Berdasarkan statistik perikanan tangkap
Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan tahun 2003-2013 terjadi penurunan produksi
dan peningkatan upaya penangkapan ikan yang mengakibatkan catch per unit
effort (CPUE) ikan selar kuning menurun. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan
mengganggu kelestarian sumberdaya ikan selar kuning, sehingga diperlukan
adanya dasar pengelolaan ikan selar kuning agar tetap optimal, lestari dan
berkelanjutan antara lain melalui pendekatan dinamika populasi dan biologi
reproduksi.
Penelitian mengenai dinamika populasi dan aspek biologi reproduksi ikan
selar kuning masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui beberapa aspek dinamika populasi dan biologi reproduksi ikan
selar kuning. Aspek biologi reproduksi meliputi sebaran frekuensi panjang,

Universitas Sumatera Utara

9

hubungan panjang berat, faktor kondisi, ukuran pertama kali matang gonad,
nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad
(IKG), diameter telur dan fekunditas (Sharfina, 2014).

Ikan selar kuning (S. leptolepis) merupakan salah-satu jenis ikan konsumsi
yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah-satu tangkapan di
Perairan Kepulauan Riau. Mencermati pentingnya sumberdaya ikan bagi
kebutuhan manusia baik untuk pemenuhan gizi maupun kegiatan perekonomian,
mendorong

manusia

untuk

mengeksploitasi

sumberdaya

ikan

sebanyak

banyaknya, termasuk ikan selar kuning. Kegiatan penangkapan ikan ini dapat
mempengaruhi dan mengubah status stok sumberdaya ikan selar kuning terutama

di laut Trikora. Hal inilah yang mendorong perlunya pengkajian stok dan upaya
pengelolaan terhadap sumberdaya ikan selar kuning (Sapira, dkk., 2013)
Ikan selar kuning merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai
ekonomis penting. Dengan semakin meningkatnya permintaan komoditas dan
semakin bertambahnya angkatan kerja disektor penangkapan mengakibatkan
semakin meningkatnya tekanan penangkapan terhadap sumberdaya ikan karang.
Penambahan jumlah upaya penangkapan pada batas waktu tertentu akan
menyebabkan peningkatan produksi, tetapi apabila terus terjadi penambahan
upaya, maka pada suatu saat akan terjadi penurunan stok. Apabila kondisi pola
pemanfaatan sumberdaya ikan selar kuning yang ada pada saat ini tetap berjalan,
diduga dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penurunan stok sumberdaya
bahkan dapat terancam punah (Mas„ud, 2015)
Pertumbuhan populasi ikan di alam sangat tergantung pada strategi
reproduksi dan respons dari perubahan lingkungan. Selama musim hujan

Universitas Sumatera Utara

10

(banjir),ikan pada umumnya memasuki perairan pedalaman hingga ke daerah

rawa-rawauntuk melakukan pemijahan. Pemijahan adalah salah satu dari proses
reproduksi ikan, dan proses lainnya meliputi seksualitas, tingkat kematangan
gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan fekunditas. Fekunditas
merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan
populasi dengan dinamikanya. Penangkapan ikan seluang di perairan umum
cenderung tidak terkendali, karena hasil tangkapan merupakan prioritas bagi
nelayan. Tidak jarang pada ikan yang matang gonad dan siap berpijah juga ikut
tertangkap. Hal ini dapat menyebabkan penuruna pertumbuhan populasi.
Dikhawatirkan pada masa yang akan datang keberadaan ikan seluang akan
terancam, seperti berupa kepunahan atau terjadi penurunan genetik. Oleh sebab itu
jenis ikan ini perlu dilestarikan melalui pengelolaan habitat dan populasi yang
rasional. Untuk hal tersebut diperlukan informasi dan data tentang keadaan
reproduksinya (Lisna, 2011).
Distribusi Ikan selar kuning
Ikan pelagis sangat penting diketahui sebagai bahan masukan guna
keberhasilan pengelolaan potensi sumberdaya perikanan tersebut. Salah satu
perairan di Indonesia yang potensial untuk pengelolaan sumberdaya tersebut
adalah perairan Laut Cina selatan. Perairan Laut Cina Selatan merupakan bagian
daerah paparan sunda yang dangkal. Berdasarkan kepadatan biomassa ikannya
perairan tersebut diperkirakan rangking pertama yaitu 2.35 ton/km2. Untuk

mengetahui sumberdaya ikan pada suatu perairan tidak dapat terlepas dari faktor
lingkungan

perairan

itu

sendiri

sebagai

ekosistem

dengan

komponen-

komponennya (Effendie, 1997). Hasil penelitian mengenai sumberdaya ikan di

Universitas Sumatera Utara


11

perairan Laut Cina Selatan menunjukkan adanya pengelompokan jenis ikan
tertentu.Pengelompokan tersebut diduga erat hubungannyan dengan variasi faktor
lingkungan perairan tersebut (Ridho, dkk., 2010).
Daerah penyebaran ikan selar dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu meliputi
Pasifik bagian barat, tersebar hampir di seluruh Indonesia, Persian, Philippina,
Jepang bagian utara, Arafuru bagian selatan dan Australia. Ikan selar hidupnya di
berada di kedalaman 1-25 di wilayah perairan Indonesia yang dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Peta Distribusi Ikan Selar Kuning di Indonesia (GBIF OBIS, 2010)
Distribusi Ikan selar termasuk ikan laut perenang cepat dan kuat.
Penyebaran ikan ini adalah semua laut di daerah tropis dan semua lautan
Indopasifik. Ikan ini banyak tertangkap di perairan pantai serta hidup
berkelompok (Djuhanda, 1981 diacu dalam Wijayanti, 2009). Menurut Nontji
(1993) ikan dari genus Carangidae teridentifikasi di perairan Indonesia sebanyak
30 jenis, yang tersebar mulai dari perairan Indonesia Barat sampai Indonesia
Timur. Ikan selar lebih banyak jumlah dan jenisnya di perairan Indonesia Timur

dibandingkan dengan perairan Indonesia Barat. Daerah distribusi ikan selar
meliputi Sumatera (Tarusan, Padang, Tiku, Pariaman, dan Sibolga), Nias, Pulau

Universitas Sumatera Utara

12

Weh, Singapura, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi (Makasar, Bulukumba
dan Manado), dan Laut Banda (Nontji, 1993).
Selat Malaka secara geografis membentang sepanjang 500 mil laut berada
diantara sepanjang Malaya dan Pulau Sumatera. Lebar alur masuk di sebelah utara
adalah sekitar 220 mil laut dan berakhir pada ujung sebelah selatan yang
merupakan wilayah tersempit yaitu sekitar 8 mil laut. Selat Malaka juga
tersambung dengan selat Singapura yang mempunyai panjang selat 60 mil, dan
sejak jaman dahulu Selat Malaka merupakan jalur transportasi yang dilayari
kapal-kapal. Estimasi potensi sumberdaya ikan di perairan Selat Malaka menurut
hasil survey Direktorat Jendral Perikanan Tangkap (2011) adalah 276.000
ton/tahun. Terdiri atas ikan pelagis besar 27.700 ton/tahun, ikan pelagis kecil
147.300 ton/tahun, ikan demersal 82.400 ton/tahun, dan ikan karang konsumsi
5.000 ton/tahun. Status tingkat eksploitasi kelompok sumberdaya ikan pelagis

kecil termasuk dalam kategori fully-exploited. Ikan Selar Kuning (Selaroides
leptolepis) memiliki nilai gizi yang tinggi dan merupakan salah satu bahan pangan
yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang
semakin

meningkat,

maka

perlu

dilakukan

pengelolaan

yang

baik

(Nasution, dkk., 2015).


Universitas Sumatera Utara

13

Alat Tangkap Ikan selar kuning
Nelayan di Belawan dalam melakukan operasi penangkapan ikan
menggunakan berbagai alat penangkapan ikan. Ikan Selar Kuning

biasanya

ditangkap dengan menggunakan alat tangkap Pukat layang.
Aktivitas perikanan di daerah Belawan tergolong tinggi. Hasil tangkapan
purse seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Secara umum, hasil tangkapan yang
didaratkan di PPS Belawan masih cukup baik dan layak dikonsumsi. Hal ini
disebabkan operasi penangkapan kapal purse seine umumnya cukup lama
(Ismy dkk., 2014).
Purse seine digolongkan dalam jenis jarang lingkar yang cara operasinya
adalah dengan melingkarkan jaring pada suatu kelompok ikan di suatu perairan,
kemudian ditarik ke kapal. Alat ini merupakan jaring lingkar yang telah
mengalami perkembangan setelah beach seine (jaring tarik pantai) dan ring net.
Disebut pukat cincin, karena alat ini dilengkapi dengan cincin dan juga termasuk
didalamnya tali cincin dan tali kerut ini penting terutama waktu pengoperasian
jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang semula tidak
berkantong akan terbentuk kantong pada saat akhir penangkapan (Genisa, 1998).

Gambar4 . Purse seine

Universitas Sumatera Utara

14

Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berupa jaring yang pada
umumnya berbentuk empat persegi panjang yang mempunyai ukuran mata jaring
(mesh size) yang sama pada seluruh badan jaring, di mana jumlah mata jaring ke
arah panjangnya lebih banyak daripada jumlah mata jaring ke arah lebarnya atau
dalamnya. Jaring insang dikenal dengan sebutan gill net, hal ini karena ikan-ikan
yang tertangkap bagian insangnya atau operkulumnya terjerat atau terpuntal pada
mata jaring tersebut (Efkipano, 2012).
Alat tangkap ini berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan
pelampung, pemberat ris atas, ris bawah (kadang tanpa ris bawah). Besar mata
jaring bervariasi disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap (ikan, udang).
Ikan yang tertangkap itu karena terjerat (gilled) pada bagian belakang lubang
penutup insang (operculum), terbelit atau terpuntal (entangle) pada mata jaring
yang terdiri dari satu lapis, dua lapis maupun liga lapis. Jaring ini terdiri dari
satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi
penangkapannya biasanya terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi
satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300-500 m),
tergantung dari banyaknya tinting yang akan dioperasikan. Jaring insang termasuk
alat tangkap selektif, besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan
yang akan ditangkap (Genisa, 1998).

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar5. Jaring Insang
Pengoperasian alat ini dilakukan pada pagi hari atau menjelang matahari
terbit dan selesai pada sore hari hari atau menjelang matahari terbenam. Sekitar
pukul 07.00 kapal berangkat dari dermaga kapal, sekitar sekitar pukul 17.00 kapal
sudah berada dilokasi fishing base yang kemudian bersiap untuk melakukan
setting. Penebaran jaring (setting) dilakukan 2 kali dalam 1 malam untuk 1 ukuran
mata jaring (mesh size) (Tambunan dkk., 2010).
Jaring payang termasuk jenis jaring lingkar tradisionil, banyak
dipergunakan di perairan laut Jawa. penangkapan ikan dengan payang ini dapat
dikatakan belum mengalami perubahan karena menurut sekelompok nelayan alat
ini masih dianggap produktif.Alat payang adalah berupa jaring yang terdiri dari
sebuah kantong yang panjang dan dua buah saya (Genisa, 1998).

Gambar6. Jaring Payang

Universitas Sumatera Utara

16

Payang dioperasikan pada lapisan permukaan air (water surface) dengan
tujuan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang membentuk kelompok
(schooling). Operasi penangkapan ikan dengan payang dapat dilakukan baik pada
malam hari maupun siang hari. Pengoperasian pada malam hari terutama pada
hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu lampu petromak (kerosene pressure lamp) sebagai Fish
Agregating Device (FAD). Selain menggunakan alat bantu penangkapan ikan,
pengoperasian payang juga melihat tanda-tanda keberadaan gerombolan ikan
(Rachman, dkk., 2013).
Pertumbuhan
Pertumbuhan pada ikan adalah suatu proses pertambahan panjang dan
bobot dengan semua aspek yang mendukung pertumbuhannya. ikan Ikan-ikan
muda akan memiliki pertumbuhan yang relatif cepat sedangkan ikan-ikan dewasa
akan semakin lambat untuk mencapai panjang asimptot atau panjang
maksimumnya,

selanjutnya

akan terhenti pada

saat mencapai

panjang

asimptotnya. Hal ini disebabkan karena energi yang diperoleh dari makanan tidak
lagi dipergunakan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan kematangan
gonad (Nikolsky, 1963).
Faktor‐faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat digolongkan
menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor‐faktor
ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya
adalah faktor yang sulit untuk dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis
kelamin, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi
pertumbuhan seperti suhu air, kandungan oksigen terlarut, amonia, salinitas, dan

Universitas Sumatera Utara

17

fotoperiod (panjang hari). Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan
bersama‐sama dengan faktor‐faktor lainnya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas
makanan, umur, serta tingkat kematian yang dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).
Analisis hubungan panjang berat bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat
dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari
perhitungan panjang berat ini adalah untuk menduga berat dari panjang atau
sebaliknya. Selain itu juga dapat diketahui pola pertumbuhan, kemontokan, dan
pengaruh perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).
Hubungan panjang berat sangat penting dalam biologi perikanan, karena
dapat memberikan informasi tentang kondisi stok. Data biologi berupa panjang
dan bobot melalui proses lebih lanjut akan menghasilkan keluaran terakhir berupa
tingkat

penangkapan

optimum

dan

hasil

tangkapan

maksimum

lestari

(Sparre dan Venema, 1998).
Hasil analisis pertumbuhan panjang-bobot akan menghasilkan suatu nilai
konstanta (b), yang akan menunjukkan laju pertumbuhan parameter panjang dan
bobot. Ikan yang memiliki nilai b=3 (isometrik) menunjukkan pertambahan
panjangnya seimbang dengan pertambahan bobot. Sebaliknya jika nilai b≠3
(allometrik) menunjukkan pertambahan panjang tidak seimbang dengan
pertambahan bobotnya. Jika pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan
pertambahan panjang (b>3), maka disebut sebagai pertumbuhan allometrik positif.
Sedangkan apabila pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan

Universitas Sumatera Utara

18

bobot

(b

Dokumen yang terkait

Aspek Biologi Reprodusi Ikan Selar Kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 31

Aspek Biologi Reprodusi Ikan Selar Kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 4 6

Aspek Biologi Reprodusi Ikan Selar Kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

Aspek Biologi Reprodusi Ikan Selar Kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Aspek Biologi Reprodusi Ikan Selar Kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 1 16

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 3 19

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 5 5