Perbedaan Kadar Ion Kalsium Saliva Pasien Periodontitis Kronis yang Merokok dan Tidak Merokok di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU Chapter III VI
18
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain penelitian case
control, merupakan penelitian yang mengukur variable efek kemudian variabel
risikonya dicari secara retrospektif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
1. Pengambilan saliva
Pengambilan saliva dilakukan di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU.
2. Pengukuran kadar ion kalsium saliva
Pengukuran kadar ion kalsium saliva dilakukan
di Laboratorium Penelitian
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni - Agustus 2017, dimulai dari
pengumpulan sampel, kemudian dilakukan penelitian, analisis data, penulisan hasil dan
pembahasan penelitian ini.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU.
3.3.2 Sampel Penelitian
Besar sampel ini dihitung menggunakan rumus :
=
.
2
.
+
µ −µ
2
2
Universitas Sumatera Utara
19
=
. , 42 .
=
,
, 6+ ,
, 2
2
,
n = 12,108 ≈ 13
Keterangan :
n
= jumlah sampel minimal
α
= level of significant, penelitian ini menggunakan 5%, sehingga Z α= 1,96
β
= power of test, penelitianini menggunakan β= 10%, sehingga Z β= 1,282
α2
= varian rata-rata antar kelompok
µ 0-µa = selisih rerata penelitian sebelumnya dengan yang diinginkan peneliti, pada
penelitian ini µ 0-µa= 10 %
Besar sampel pada penelitian ini adalah 13 orang periodontitis kronis yang
merokok dan 13 orang periodontitis tidak merokok, sehingga total sampel penelitian
26 orang. Sampel penelitian diperoleh menggunakan purposive sampling yaitu lakilaki periodontitis kronis yang merokok dan tidak merokok di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3 Kriteria Inklusi
1. Pasien yang telah didiagnosis periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU berusia 35 tahun ke atas.
2. Kehilangan perlekatan minimal 3 mm.
3. Kebiasaan merokok lebih dari 1 tahun minimal 1 batang per hari.
4. Bersedia menjadi responden di dalam penelitian.
5. Minimal memiliki 20 gigi.
3.3.4 Kriteria Eksklusi
1. Menderita penyakit sistemik.
2. Menggunakan piranti ortodonti.
3. Menggunakan antibiotik atau obat-obatan yang dapat memengaruhi kadar ion
kalsium minimal 6 bulan terakhir.
Universitas Sumatera Utara
20
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
3.4.1
Variabel Penelitian
Variabel bebas
1. Periodontitis kronis yang merokok.
2. Periodontitis kronis yang tidak merokok.
Variabel tergantung
Kadar ion kalsium saliva.
3.4.2
Defenisi Operasional
Variabel
Defenisi Operasional
Pasien
Orang
yang
menderita
periodontitis
penyakit periodontitis kronis,
kronis
dengan terbentuknya poket
Hasil Ukur
Mm
Alat
Skala
Ukur
Ukur
Prob
Ordinal
Kuisioner
Nominal
Kuesioner
Ordinal
periodontal dan terjadi di
regio anterior mandibular
dan keadaan telah terjadi
kehilangan
perlekatan
minimal 3 mm,.
Perokok
Orang yang telah memiliki Ya/ Tidak
kebiasaan merokok lebih dari
1
tahun
dan
merokok
minimal 1 batang per hari
dan masih merokok pada saat
penelitian.
Indeks
Indeks
Brinkman
menentukan derajat beratringannya
merokok
untuk -
merokok,
berdasarkan jumlah batang
rokok yang dihisap sehari
dan lama merokok dalam
Universitas Sumatera Utara
21
tahun,29
dengan
kategori
sebagai berikut :
0-200 : perokok ringan
201-600: perokok sedang
>600
Whole saliva
: perokok berat
Campuran atau sekresi yang ml
tidak
hanya
terdiri
Pipet ukur
Ratio
Spektro-
Ratio
dari
sekresi saliva, tetapi juga
cairan, debris dan sel-sel
yang
tidak
berasal
dari
kelenjar saliva
Kadar
ion Jumlah kadar ion kalsium mmol/l
kalsium saliva
yang ditemukan di dalam
fotometeri
saliva
serapan
dan
didapatkan
menggunakan
alat
spektrofotometeri
serapan
atom,
kategori
dengan
atom
(SSA)
sebagai berikut:
Saliva
normal
mmol/L),
ringan
(1-1,4
hiperkalsemia
(1,43-2
mmol/L),
hiperkalsemia sedang (2-35,5
mmol/L),
hiperkalsemia
tinggi (>3,5 mmol/L).41
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
1. Spektofotometri serapan atom (SSA)
2. Cooling box
3. Cooling pack
4. Pot/ wadah sampel
5. Label pot / wadah sampel
6. Labu takar 25 ml
Universitas Sumatera Utara
22
7. Corong
8. Kertas saring whatmann No. 42
9. Pipet volume 1 ml
10. Pipet tetes
11. Beaker glass 250 ml dan 500 ml
12. Masker
13. Sarung tangan
3.5.2 Bahan Penelitian
1. Saliva sebagai bahan pemeriksaan
2. Larutan akua demineralisata
3. Larutan baku kalsium
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pengisian Kuesioner
Penelitian dilakukan terhadap pasien periodontitis kronis yang merokok dan yang
tidak merokok. Pemilihan subjek penelitian dilakukan melalui wawancara langsung
mengenai identitas subjek dengan bantuan kuesioner terhadap para responden. Subjek
yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian maka subjek diminta menandatangai lembar informed consent.
Gambar 4. Pengisian kuesioner
Universitas Sumatera Utara
23
3.6.2 Pengumpulan Saliva
Pengumpulan saliva dilakukan menggunakan metode spitting dengan unstimulated
saliva pada jam 09.00-12.00 WIB. Satu jam sebelum penelitian dilakukan, subjek tidak
diperkenankan untuk makan, minum dan merokok. Sebelum menampung saliva,
subjek diminta untuk berkumur dengan air putih untuk menghilangkan debris. Setelah
itu, subjek diinstruksikan duduk dengan tenang dan diam sambil menundukkan kepala
dan tangan kanan memegang pot penampungan saliva. Pengumpulan saliva dilakukan
selama 5 menit, kemudian setiap interval 1 menit subjek diminta untuk mengeluarkan
saliva yang terkumpul dalam mulut ke dalam pot penampungan saliva.
Gambar 5. Pengambilan sampel
3.6.3 Persiapan Sampel
Pot yang berisi sampel saliva dan telah diberi label harus ditutup rapat kemudian
disusun ke dalam cooler box yang berisi dry ice dan dibawa ke Laboratorium Penelitian
Farmasi Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pengukuran kadar ion kalsium
saliva.
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 6. Pot saliva dibungkus
dengan parafilm
3.6.4 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva
3.6.4.1 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
Larutan baku kalsium (1000 µg/ml) diambil menggunakan pipet sebanyak 1 ml dan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan akua
demineralisata hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (100 µg/ml) dipipet masingmasing 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, 1,25 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25
ml kemudian dilakukan pengenceran dengan larutan akua demineralisata sampai garis
tanda sehingga diperoleh larutan berkonsentrasi 1; 2; 3; 4;5 µg/ml. Lakukan
pengukuran larutan tersebut dengan SSA pada panjang gelombang 422,7 nm dan dibuat
kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.
Gambar 7. Kurva standar pada pemeriksaan kalibrasi kalsium
Universitas Sumatera Utara
25
3.6.4.2 Pengukuran Kadari Ion Kalsium Sampel
Saliva sampel sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam labu takar 25 ml dengan
menggunakan spuit kemudian diencerkan dengan larutan akua demineralisata sampai
garis tanda dan dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan kertas saring
Whatmann No. 42 ke dalam labu takar dan dihomogenkan kembali. Lakukan
pengukuran kadar ion kalsium pada larutan sampel dengan menggunakn SSA pada
panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm.
a
b
c
a
a
a
a
a
a
Gambar 8. (a) Pengenceran sampel menggunakan aquademineralisata, (b)
Penyaringan menggunakan ketas saring Whatmann No.42, (c)
Sampel siap diukur.
Gambar 9. Pengukuran sampel menggunakan SSA
Universitas Sumatera Utara
26
Perhitungan kadar ion kalsium saliva pada penelitian ini menggunakan rumus
molaritas agar hasil yang didapatkan dalam satuan mmol/l, yaitu :
�. �
�=(
�
��
Dengan keterangan sebagai berikut:
)�
M = nilai molaritas (mmol/l)
c
= konsentrasi kalsium (ppm)
v
= volume saliva yang dipipetkan (ml)
Ar = massa atom relatif kalsium
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Data yang telah diperoleh diolah menggunakan sistem komputerisasi.
Analisis statistik menggunakan uji t-tak berpasangan jika data terdistribusi normal.
Jika data tidak terdistribusi normal maka uji yang dipakai adalah Mann-whitney U.
Gambaran statistik meliputi kadar ion kalsium dalam saliva pada pasien periodontitis
yang merokok dan tidak merokok di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU.
Universitas Sumatera Utara
27
3.8 Alur Penelitian
Penentuan subjek sesuai kriteria inklusi dan pengisian kuesioner
Subjek mengisi lembaran informed consent
Pengumpulan saliva dilakukan antara jam 09.00-12.00 WIB
Saliva dikumpulkan dengan metode spitting. Subjek diinstruksikan untuk
duduk tenang dikuris dengan meludahkan saliva ke dalam pot penampungan
saliva
Pengukuran kadar ion kalsium saliva dengan Spektofotometri Serapan Atom
(SSA)
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara
28
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai perbedaan ion kalsium saliva
pada pasien periodontitis yang merokok dan tidak merokok. Total subjek yang
diperiksa berjumlah 26 orang, terdiri dari 13 pasien yang tidak merokok, 13 pasien
yang merokok dan seluruhnya merupakan pasien periodontitis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU. Pengumpulan data diperoleh dari kuesioner yang diajukan kepada
subjek. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei – Juli 2017 di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU dan Laboratorium penelitian Farmasi USU.
4.1 Data Demografi Subjek Penelitian
Data demografi subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, dan kelompok usia
dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi data demografi pasien periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM FKG
USU
Variabel
Tidak Merokok (n=13)
Merokok (n=13)
n
%
n
%
a. Laki-laki
0
0
13
100
b. Perempuan
13
100
0
0
a. 30-44
5
38,5
3
23,1
b. 45-59
6
46,1
7
53,8
c. 60-74
2
15,4
3
23,1
Jenis kelamin
Kelompok usia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data demografi (Tabel 4.1)
pasien periodontitis yang tidak merokok semuanya perempuan (100%), dan pasien
periodontitis yang merokok semuanya laki-laki (100%). Dan terlihat bahwa sebagian
Universitas Sumatera Utara
29
besar subjek berusia 45-59 tahun yaitu 6 pasien periodontitis yang tidak merokok
(46,1%) dan 7 pasien periodontitis yang merokok (53,8).
4.2 Karakteristik Kebiasaan Merokok
Data karakteristik perilaku merokok (Tabel 4.2) menunjukkan sebagian besar
subjek perokok yang diteliti telah merokok lebih dari 15 tahun ( 84,6%). Frekuensi
jumlah rokok yang dikonsumsi terbesar adalah 11- 20 batang rokok per hari yaitu
sebanyak 8 pasien ( 61,5%), sedangkan frekuensi terkecil adalah >20 batang rokok per
hari yaitu sebanyak 1 pasien ( 7,7%).
Tabel 4.2 Karakteristik kebiasaan merokok pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU
Karakteristik Kebiasaan Merokok
Periodontitis yang merokok (n=13)
n
%
a. 5-10
1
7,7
b. 11-15
1
7,7
c. >15
11
84,6
a.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain penelitian case
control, merupakan penelitian yang mengukur variable efek kemudian variabel
risikonya dicari secara retrospektif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
1. Pengambilan saliva
Pengambilan saliva dilakukan di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU.
2. Pengukuran kadar ion kalsium saliva
Pengukuran kadar ion kalsium saliva dilakukan
di Laboratorium Penelitian
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni - Agustus 2017, dimulai dari
pengumpulan sampel, kemudian dilakukan penelitian, analisis data, penulisan hasil dan
pembahasan penelitian ini.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU.
3.3.2 Sampel Penelitian
Besar sampel ini dihitung menggunakan rumus :
=
.
2
.
+
µ −µ
2
2
Universitas Sumatera Utara
19
=
. , 42 .
=
,
, 6+ ,
, 2
2
,
n = 12,108 ≈ 13
Keterangan :
n
= jumlah sampel minimal
α
= level of significant, penelitian ini menggunakan 5%, sehingga Z α= 1,96
β
= power of test, penelitianini menggunakan β= 10%, sehingga Z β= 1,282
α2
= varian rata-rata antar kelompok
µ 0-µa = selisih rerata penelitian sebelumnya dengan yang diinginkan peneliti, pada
penelitian ini µ 0-µa= 10 %
Besar sampel pada penelitian ini adalah 13 orang periodontitis kronis yang
merokok dan 13 orang periodontitis tidak merokok, sehingga total sampel penelitian
26 orang. Sampel penelitian diperoleh menggunakan purposive sampling yaitu lakilaki periodontitis kronis yang merokok dan tidak merokok di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3 Kriteria Inklusi
1. Pasien yang telah didiagnosis periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU berusia 35 tahun ke atas.
2. Kehilangan perlekatan minimal 3 mm.
3. Kebiasaan merokok lebih dari 1 tahun minimal 1 batang per hari.
4. Bersedia menjadi responden di dalam penelitian.
5. Minimal memiliki 20 gigi.
3.3.4 Kriteria Eksklusi
1. Menderita penyakit sistemik.
2. Menggunakan piranti ortodonti.
3. Menggunakan antibiotik atau obat-obatan yang dapat memengaruhi kadar ion
kalsium minimal 6 bulan terakhir.
Universitas Sumatera Utara
20
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
3.4.1
Variabel Penelitian
Variabel bebas
1. Periodontitis kronis yang merokok.
2. Periodontitis kronis yang tidak merokok.
Variabel tergantung
Kadar ion kalsium saliva.
3.4.2
Defenisi Operasional
Variabel
Defenisi Operasional
Pasien
Orang
yang
menderita
periodontitis
penyakit periodontitis kronis,
kronis
dengan terbentuknya poket
Hasil Ukur
Mm
Alat
Skala
Ukur
Ukur
Prob
Ordinal
Kuisioner
Nominal
Kuesioner
Ordinal
periodontal dan terjadi di
regio anterior mandibular
dan keadaan telah terjadi
kehilangan
perlekatan
minimal 3 mm,.
Perokok
Orang yang telah memiliki Ya/ Tidak
kebiasaan merokok lebih dari
1
tahun
dan
merokok
minimal 1 batang per hari
dan masih merokok pada saat
penelitian.
Indeks
Indeks
Brinkman
menentukan derajat beratringannya
merokok
untuk -
merokok,
berdasarkan jumlah batang
rokok yang dihisap sehari
dan lama merokok dalam
Universitas Sumatera Utara
21
tahun,29
dengan
kategori
sebagai berikut :
0-200 : perokok ringan
201-600: perokok sedang
>600
Whole saliva
: perokok berat
Campuran atau sekresi yang ml
tidak
hanya
terdiri
Pipet ukur
Ratio
Spektro-
Ratio
dari
sekresi saliva, tetapi juga
cairan, debris dan sel-sel
yang
tidak
berasal
dari
kelenjar saliva
Kadar
ion Jumlah kadar ion kalsium mmol/l
kalsium saliva
yang ditemukan di dalam
fotometeri
saliva
serapan
dan
didapatkan
menggunakan
alat
spektrofotometeri
serapan
atom,
kategori
dengan
atom
(SSA)
sebagai berikut:
Saliva
normal
mmol/L),
ringan
(1-1,4
hiperkalsemia
(1,43-2
mmol/L),
hiperkalsemia sedang (2-35,5
mmol/L),
hiperkalsemia
tinggi (>3,5 mmol/L).41
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
1. Spektofotometri serapan atom (SSA)
2. Cooling box
3. Cooling pack
4. Pot/ wadah sampel
5. Label pot / wadah sampel
6. Labu takar 25 ml
Universitas Sumatera Utara
22
7. Corong
8. Kertas saring whatmann No. 42
9. Pipet volume 1 ml
10. Pipet tetes
11. Beaker glass 250 ml dan 500 ml
12. Masker
13. Sarung tangan
3.5.2 Bahan Penelitian
1. Saliva sebagai bahan pemeriksaan
2. Larutan akua demineralisata
3. Larutan baku kalsium
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pengisian Kuesioner
Penelitian dilakukan terhadap pasien periodontitis kronis yang merokok dan yang
tidak merokok. Pemilihan subjek penelitian dilakukan melalui wawancara langsung
mengenai identitas subjek dengan bantuan kuesioner terhadap para responden. Subjek
yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian maka subjek diminta menandatangai lembar informed consent.
Gambar 4. Pengisian kuesioner
Universitas Sumatera Utara
23
3.6.2 Pengumpulan Saliva
Pengumpulan saliva dilakukan menggunakan metode spitting dengan unstimulated
saliva pada jam 09.00-12.00 WIB. Satu jam sebelum penelitian dilakukan, subjek tidak
diperkenankan untuk makan, minum dan merokok. Sebelum menampung saliva,
subjek diminta untuk berkumur dengan air putih untuk menghilangkan debris. Setelah
itu, subjek diinstruksikan duduk dengan tenang dan diam sambil menundukkan kepala
dan tangan kanan memegang pot penampungan saliva. Pengumpulan saliva dilakukan
selama 5 menit, kemudian setiap interval 1 menit subjek diminta untuk mengeluarkan
saliva yang terkumpul dalam mulut ke dalam pot penampungan saliva.
Gambar 5. Pengambilan sampel
3.6.3 Persiapan Sampel
Pot yang berisi sampel saliva dan telah diberi label harus ditutup rapat kemudian
disusun ke dalam cooler box yang berisi dry ice dan dibawa ke Laboratorium Penelitian
Farmasi Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pengukuran kadar ion kalsium
saliva.
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 6. Pot saliva dibungkus
dengan parafilm
3.6.4 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva
3.6.4.1 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
Larutan baku kalsium (1000 µg/ml) diambil menggunakan pipet sebanyak 1 ml dan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan akua
demineralisata hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (100 µg/ml) dipipet masingmasing 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, 1,25 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25
ml kemudian dilakukan pengenceran dengan larutan akua demineralisata sampai garis
tanda sehingga diperoleh larutan berkonsentrasi 1; 2; 3; 4;5 µg/ml. Lakukan
pengukuran larutan tersebut dengan SSA pada panjang gelombang 422,7 nm dan dibuat
kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.
Gambar 7. Kurva standar pada pemeriksaan kalibrasi kalsium
Universitas Sumatera Utara
25
3.6.4.2 Pengukuran Kadari Ion Kalsium Sampel
Saliva sampel sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam labu takar 25 ml dengan
menggunakan spuit kemudian diencerkan dengan larutan akua demineralisata sampai
garis tanda dan dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan kertas saring
Whatmann No. 42 ke dalam labu takar dan dihomogenkan kembali. Lakukan
pengukuran kadar ion kalsium pada larutan sampel dengan menggunakn SSA pada
panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm.
a
b
c
a
a
a
a
a
a
Gambar 8. (a) Pengenceran sampel menggunakan aquademineralisata, (b)
Penyaringan menggunakan ketas saring Whatmann No.42, (c)
Sampel siap diukur.
Gambar 9. Pengukuran sampel menggunakan SSA
Universitas Sumatera Utara
26
Perhitungan kadar ion kalsium saliva pada penelitian ini menggunakan rumus
molaritas agar hasil yang didapatkan dalam satuan mmol/l, yaitu :
�. �
�=(
�
��
Dengan keterangan sebagai berikut:
)�
M = nilai molaritas (mmol/l)
c
= konsentrasi kalsium (ppm)
v
= volume saliva yang dipipetkan (ml)
Ar = massa atom relatif kalsium
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Data yang telah diperoleh diolah menggunakan sistem komputerisasi.
Analisis statistik menggunakan uji t-tak berpasangan jika data terdistribusi normal.
Jika data tidak terdistribusi normal maka uji yang dipakai adalah Mann-whitney U.
Gambaran statistik meliputi kadar ion kalsium dalam saliva pada pasien periodontitis
yang merokok dan tidak merokok di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU.
Universitas Sumatera Utara
27
3.8 Alur Penelitian
Penentuan subjek sesuai kriteria inklusi dan pengisian kuesioner
Subjek mengisi lembaran informed consent
Pengumpulan saliva dilakukan antara jam 09.00-12.00 WIB
Saliva dikumpulkan dengan metode spitting. Subjek diinstruksikan untuk
duduk tenang dikuris dengan meludahkan saliva ke dalam pot penampungan
saliva
Pengukuran kadar ion kalsium saliva dengan Spektofotometri Serapan Atom
(SSA)
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara
28
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai perbedaan ion kalsium saliva
pada pasien periodontitis yang merokok dan tidak merokok. Total subjek yang
diperiksa berjumlah 26 orang, terdiri dari 13 pasien yang tidak merokok, 13 pasien
yang merokok dan seluruhnya merupakan pasien periodontitis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU. Pengumpulan data diperoleh dari kuesioner yang diajukan kepada
subjek. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei – Juli 2017 di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU dan Laboratorium penelitian Farmasi USU.
4.1 Data Demografi Subjek Penelitian
Data demografi subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, dan kelompok usia
dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi data demografi pasien periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM FKG
USU
Variabel
Tidak Merokok (n=13)
Merokok (n=13)
n
%
n
%
a. Laki-laki
0
0
13
100
b. Perempuan
13
100
0
0
a. 30-44
5
38,5
3
23,1
b. 45-59
6
46,1
7
53,8
c. 60-74
2
15,4
3
23,1
Jenis kelamin
Kelompok usia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data demografi (Tabel 4.1)
pasien periodontitis yang tidak merokok semuanya perempuan (100%), dan pasien
periodontitis yang merokok semuanya laki-laki (100%). Dan terlihat bahwa sebagian
Universitas Sumatera Utara
29
besar subjek berusia 45-59 tahun yaitu 6 pasien periodontitis yang tidak merokok
(46,1%) dan 7 pasien periodontitis yang merokok (53,8).
4.2 Karakteristik Kebiasaan Merokok
Data karakteristik perilaku merokok (Tabel 4.2) menunjukkan sebagian besar
subjek perokok yang diteliti telah merokok lebih dari 15 tahun ( 84,6%). Frekuensi
jumlah rokok yang dikonsumsi terbesar adalah 11- 20 batang rokok per hari yaitu
sebanyak 8 pasien ( 61,5%), sedangkan frekuensi terkecil adalah >20 batang rokok per
hari yaitu sebanyak 1 pasien ( 7,7%).
Tabel 4.2 Karakteristik kebiasaan merokok pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU
Karakteristik Kebiasaan Merokok
Periodontitis yang merokok (n=13)
n
%
a. 5-10
1
7,7
b. 11-15
1
7,7
c. >15
11
84,6
a.