Status Antioksidan Total pada Saliva Pasien Periodontitis Kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Selamat Pagi/Siang,
Saya Desi Khairunnisa, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Status Antioksidan Total pada Saliva Pasien Periodontitis Kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU”.
Saya mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status antioksidan pada pasien periodontitis kronis dan subjek sehat tanpa kelainan periodontal. Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan kepada Bapak/Ibu untuk menjaga hidup sehat dan konsumsi makanan sehat agar status antioksidan total dalam tubuh kembali stabil dan sehat.
Bapak/Ibu sekalian, kebersihan mulut yang buruk dapat menimbulkan berbagai penyakit gusi dimulai gusi mudah berdarah sampai ke tahap yang parah gusi mulai turun dan gigi mudah goyang. Hal ini juga dapat semakin diperparah dengan kebiasaan hidup tidak sehat seperti merokok.
Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan langsung pada rongga mulut. Dalam penelitian ini saya akan meminta Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner. Dan setelah lembar kuesioner dikembalikan saya akan memeriksa rongga mulut Bapak/Ibu dengan kaca mulut, prob periodontal dan selama pemeriksaan tidak akan menimbulkan sakit.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, dan tidak ada pemaksaan dari peneliti. Apabila bapak/Ibu tidak bersedia tidak akan ada perubahan mutu pelayanan dari klinik ini. Bapak/Ibu akan tetap mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan prosedur pelayanan kesehatan.
Pada penelitian ini, identitas bapak/Ibu akan disamarkan. Hanya peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Bapak/Ibu dapat dijamin sepenuhnya.
(2)
Apabila selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada Bapak/Ibu dapat menghubungi saya Desi Khairunnisa di nomor telepon 082165105857.
Demikianlah infomasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
(3)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ... Alamat : ... No telepon/ HP: ...
Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:
“Status Antioksidan Total pada Saliva Pasien Periodontitis Kronis Di Instalasi Periodonsia FKG USU”
Secara sadar dan tanpa paksaan, maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek penelitian ini.
Medan,... Yang menyetujui,
Subjek penelitian
(4)
LAMPIRAN 3
No. Urut : Tanggal Pemeriksaan: Data Subjek Penelitian
Status Antioksidan Total pada Saliva Pasien Periodontitis Kronis Di Instalasi Periodonsia FKG USU
KUESIONER
I. Data Responden
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : L / P
Telp. / HP :
Pilih salah satu jawaban yang biasa anda lakukan
II. Status Kesehatan Rongga Mulut
1. Apakah Anda menyikat gigi secara teratur setiap hari?
a. Ya b. Tidak 1
2. Berapa kali dalam sehari anda menyikat gigi ? a. 1 x sehari
b. 2-3 x sehari 2
c. lebih dari 3 x sehari
3. Apakah anda rutin menggunakan obat kumur setelah
menyikat gigi ? 3
a. Ya b. Tidak
DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(5)
4. Kapan terakhir kali Anda berobat ke dokter gigi? a. 1-4 minggu yang lalu
b. 1-3 bulan yang lalu 4
c.lebih dari 3 bulan
5. Apakah Anda memakai gigi palsu?
a. Ya b. Tidak 5
6. Apakah Anda seorang perokok?
a. Ya b. Tidak 6
7. Sudah berapa lama anda merokok ? a. 6 bulan
b. 1 tahun 7
c. > 1 tahun
8. Apakah ada mengonsumsi obat rutin ?
a. Ya b. Tidak 8
9. Apakah anda pernah di rawat di Rumah Sakit ?
a. Ya b. TIdak 9
10. Apakah anda mengonsumsi alkohol ?
(6)
- Kedalaman Poket ( Probing Depth ) III. Pemeriksaan Klinis Rongga Mulut
Hasil Pengukuran Skor
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
- Kehilangan perlekatan (Clinical Attachment Level)
Hasil Pengukuran Skor
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
- Plaque Index ( PI )
Hasil Pengukuran Skor
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
(7)
- Papillary Bleeding Index (PBI)
Hasil pengukuran Skor
v o
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 o
v
- Calculus Index
Hasil pengukuran Skor
v o
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 o
(8)
LAMPIRAN 4
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
1. Peralatan Penelitian
No Peralatan Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp) 1. Tabung Eppendorf 40 unit Rp 1.000,- Rp 40.000,- 2. Wadah saliva 45 unit Rp 1.000,- RP 45.000,- 3. Prob 2 unit Rp 185.000,- Rp 370.000,- 4. Kaca mulut 2 unit Rp 32.000,- Rp 64.000,- 5. Sonde 2 unit Rp 20.000,- Rp 40.000,- 6. Pinset 2 unit Rp 35.000,- Rp 70.000,- 7. Nearbeken 2 unit Rp 25.000,- Rp 50.000,-
Total Rp 679.000,-
2. Bahan Penelitian
No Bahan Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Jumlah Harga (Rp) 1. Cotton roll 1 bungkus Rp 42.500,- Rp 42.500,- 2. Reagen DTAC 50 set Rp 100.000,- Rp 5.000.000,- 3. Sarung tangan 1 kotak Rp 56.000,- Rp 56.000,- 4. Masker 1 kotak Rp 25.000,- Rp 25.000,-
(9)
3. Administrasi dan lain-lain
No Peralatan Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp) 1. Fotokopi lembar
pemeriksaan 50 set Rp 200,- Rp 10.000,- 2. Administrasi Ethical
Clearance - - Rp 100.000,- 3. Pemeriksaan Sampel 40 sampel Rp 10.000,- Rp 400.000,- 4. Souvenir 40 unit Rp 10.000,- Rp 400.000,-
Total Rp 910.000,-
4. Total Dana yang Dibutuhkan
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Peralatan Penelitian Rp 679.000,-
2 Bahan Penelitian Rp 5.123.500,-
3 Administrasi dan lain-lain Rp 910.000,-
Total Rp 6.712.500,-
Total Biaya Penelitian Rp 6.712.500,-
(10)
(11)
(12)
LAMPIRAN 6
T-Test PI
Case Processing Summary
Kelompok subjek
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent indeks plak periodontitis
kronis
20 100.0% 0 .0% 20 100.0% periodonsium
sehat
20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Descriptives Kelompok
Subjek Statistic
Std. Error indeks plak Periodontitis
kronis
Mean 30.3760 3.72739
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 22.5745 Upper Bound 38.1775
5% Trimmed Mean 29.4433
Median 27.5100
Variance 277.869
Std. Deviation 16.66941
Minimum 4.16
Maximum 73.38
Range 69.22
Interquartile Range 26.38
Skewness .886 .512
Kurtosis .924 .992
periodonsium sehat
Mean 14.4500 3.41781
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
(13)
Upper Bound
21.6036
5% Trimmed Mean 12.8889
Median 9.5000
Variance 233.629
Std. Deviation 15.28493
Minimum 1.00
Maximum 56.00
Range 55.00
Interquartile Range 14.75
Skewness 1.698 .512
Kurtosis 2.435 .992
Tests of Normality Kelompok
subjek
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. indeks plak Periodontitis
kronis
.157 20 .200* .946 20 .315 periodonsium
sehat
.208 20 .023 .785 20 .001
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok subjek N Mean Rank Sum of Ranks indeks plak periodontitis kronis 20 26.50 530.00
periodonsium sehat 20 14.50 290.00
(14)
Test Statisticsb
indeks plak Mann-Whitney U 80.000
Wilcoxon W 290.000
Z -3.247
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.001a a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok subjek
T-Test PBI
Case Processing Summary
kelompok subjek
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
indeks pendarahan gingival
Periodontitis kronis
20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
periodonsium sehat
20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
descriptive
Tests of Normality
kelompok subjek
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
indeks pendarahan gingival
periodontitis kronis
.162 20 .180 .923 20 .116
Periodonsium Sehat
.212 20 .019 .804 20 .001
(15)
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok subjek N Mean Rank Sum of Ranks
indeks pendarahan gingival
periodontitis kronis 20 30.40 608.00
periodonsium sehat 20 10.60 212.00
Total 40
Test Statisticsb
indeks pendarahan
gingival
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 212.000
Z -5.369
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000a
a. Not corrected for ties.
(16)
Uji Normalitas Shapiro – Wilk
Tests of Normality
Subjek Penelitia n
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Status Antioksidan
periodon titis kronis
.150 20 .200* .944 20 .286
periodon sium sehat
.165 20 .159 .910 20 .064
(17)
Descriptives
Subjek
Penelitian Statistic
Std. Error Status Antioksidan periodontitis kronis
Mean 181.545 18.5417
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 142.737
Upper Bound 220.353
5% Trimmed Mean 183.500
Median 199.000
Variance 6875.874
Std. Deviation 82.9209
Minimum 27.9
Maximum 300.0
Range 272.1
Interquartile Range 106.8
Skewness -.462 .512
Kurtosis -.699 .992
periodonsium sehat
Mean 152.935 19.1012
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 112.956
Upper Bound 192.914
5% Trimmed Mean 146.339
Median 125.000
Variance 7297.103
Std. Deviation 85.4231
Minimum 48.6
Maximum 376.0
Range 327.4
Interquartile Range 123.4
Skewness 1.099 .512
(18)
Uji t- Independent T-Test
Group Statistics
Subjek Penelitian N Mean
Std.
Deviation Std. Error Mean Status
Antioksidan
periodontitis kronis
20 181.545 82.9209 18.5417
periodonsium sehat
20 152.935 85.4231 19.1012
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variance
s t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t Df
Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen
ce Lower Upper
Status Antioksida n Equal variance s assumed .00 0
.987 1.07 5
38 .289 28.6100 26.6205
-25.280 3 82.5003 Equal variance s not assumed 1.07 5 37.9 66
.289 28.6100 26.6205
-25.281 9
(19)
Frequencies periodontitis kronis
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 4 20.0 20.0 20.0
perempuan 16 80.0 80.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Frequencies periodonsium sehat
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 5 25.0 25.0 25.0
perempuan 15 75.0 75.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Jenis Kelamin * kelompok Crosstabulation
Subjek
Total Periodontiti
s kronis
Peridonsiu m sehat Jenis
Kelamin
laki-laki Count 4 5 9
% within Jenis
Kelamin 44.4% 55.6% 100.0%
% of Total 10.0% 12.5% 22.5%
perempuan Count 16 15 31
% within Jenis
Kelamin 51.6% 48.4% 100.0%
% of Total 40.0% 37.5% 77.5%
Total Count 20 20 40
% within Jenis
Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%
(20)
DAFTAR PUSTAKA
1. Prayitno A. Kelainan gigi dan jaringan pendukung gigi yang sering ditemui. CDK166 2008; 35(7) : 411-4.
2. Newman MG, The normal periodontium. In: Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA. Eds Clinical Periodontology. 11 th ed. China: Saunders Company, 2006: 11-43.
3. Kementrian Kesehatan RI. Rencana program pelayanan kesehatan gigi dan mulut 2012.
4. Wahyukundari MA. Perbedaan kadar mmp-8 setelah skeling dan Pemberian
tetrasiklin pada gingiva crevicular fluid periodontitis kronis. Jurnal pdgi 2008; 58(1): 1-6.
5. Praptiwi YH, Sukmasari S, Mulyanti S. Daya antibakteri ekstrak daun sisik naga dibandingkan dengan ekstrak daun saga, daun sirih dan kayu manis terhadap isolate bakteri dari penderita periodontitis kronis. Jurnal riset kesehatan 2009; 2(1): 58-64.
6. American academy of periodontology. Types of gum disease
Oktober 2015)
7. Dewi NM. Peran stres terhadap kesehatan jaringan periodonsium.1. Jakarta: EGC, 2010: 3-4.
8. Azizi A, Sarlati F, Parchakani A,et al. Evaluation of whole saliva antioxidant capacity in patients with periodontal diseases. Open Journal of Stomatology 2014; 4: 228-31.
9. Chakraborty S,Tewari S, Sharma RK,et al. Impact of iron deficiency anemia on chronic periodontitis and superoxide dismutase activity: a cross-sectional study. J Periodontal Implant Sci 2014; 44: 57-64.
10.Liu Z, Liu Y, Song Y,et al. Sistemic Oxidative Stres Biomarkers in Chronic Periodontitis: A Meta-Analysis. Hindawi Publishing Corporation Disease Markers 2014; 1-8.
(21)
11.Kim SC, Kim OS, Kim OJ,et al. Antioxidant profile of whole saliva afterscaling and root planing in periodontal disease. J Periodontal Implant Sci 2010; 40: 164-71.
12.Eley BM, Manson JD. Periodontics. 5. China: Wright, 2004: 29-41.
13.Gupta G. Gingiva crevicular fluid as a periodontal diagnostic indicator- I: Host derived enzymes and tissue breakdown products. Journal of Medicine and Life 2012; 5(4): 390-7.
14.D Wei, X-L Zhang, Y-Z Wang et.al. Lipid peroxidation levels, total oxidant status and superoxide dismutase in serum, saliva and gingiva crevicular fluid in chronic periodontitis patients before and after periodontal therapy. Australian dental journal 2010; 55: 70-8.
15.Manjunath RGS. Role of antioxidants as an adjunct in periodontal therapy. Journal of Academy of Advanced Dental Research 2011; 2(2): 9-16.
16.Winarsi H, Wijayanti S, Purwanto A. Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase, Katalase, dan Glutation Peroksidase Wanita Penderita Sindrom Metabolik. MKB 2012; 44(1): 7-12.
17.Mojtaba E, Davood K, Hussein D. Lower Total Antioxidant Capacity in Smokers Compare to Non-smokers. An International Journal 2014; 6(2): 305-9.
18.Lesmana RA. Faktor-faktor periodontal yang harus dipertimbangkan pada
perawatan dengan gigi tiruan cekat. JKGUI 1999; 6(3); 34-43.
19.Rose LF, Genco RJ, Cohen DW et.al. Periodontal Medicine. London: B.C.
Decker Inc, 2000: 4-8.
20.Rateitschak KH, Rateitschak EM, Wolf HF et.al. Color atlas of periodontology. New York: Thieme Inc, 1985: 2-4.
21.India E. Carranza's Clinical Periodontology: South Asia Edition. India: Elsevier, 2013: 26-28.
22.National Institute of Dental and Craniofacial Research. Periodontal (Gum) Diseas
23.Nath SG, Raveendran R. An update on chronic and aggressive periodontitis. Journal of Indian Society of Periodontology 2011; 15(4): 319-22.
(22)
24.Agrali OB, Kuru BE. Periodontal treatment in a generalized severe chronic periodontitis patient: A case report with 7‑year follow‑up. European Journal of
Dentistry 2015; 9(2): 288-92.
25.Bertoldi C,Lalla M, Pradelli JM,et al. Risk faktors and socioeconomic condition effects on periodontal and dental health: A pilot study among adults over fifty years of age. European Journal of Dentistry 2013; 7(3): 336-46.
26.Andayani R, Maimunah, Lisawati Y. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 2008; 13(1): 31-7.
27.Suarsana IN, Wresdiyati T, Suprayogi A. Respon Stres Oksidatif dan Pemberian Isoflavon terhadap Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase dan Peroksidasi Lipid pada Hati Tikus. JITV 2013; 18( 2): 146-52.
28.Al-Rawi NH. Oxidative stres, antioxidant status and lipid profile in the saliva of type 2 diabetics. Diabetes & Vascular Disease Research 2011. 8(1): 22–8.
29.Shirzaiy M, Ansari SM, Dehghan JH.Total Anti-Oxidant Capacity of Saliva in Chronic Periodontitis Patients Before and After Periodontal Treatment. J Nepal Health Res Counc 2014 Sep - Des;12(28):172-6.
30.Novakovic N, Cakic S, Todorovic t et.al. Antioxidative Status of Saliva before and after Non-Surgical Periodontal Treatment. Srp Arh Celok Lek. 2013; 141(3-4): 163-8.
31.D. V. Sculley, S. C. Langley-Evans. Salivary antioxidants and periodontal disease status. Proceedings of the Nutrition Society (2002), 61, 137–43.
32.
Saliva in Type 2 Diabetic Patients with and without Periodontal Disease: A
(23)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Pasien didata dan diperiksa sesuai dengan kriteria dan pengambilan sampel saliva di Instalasi Periodonsia FKG USU. Penelitian kadar status antioksidan total di Laboratorium Terpadu FK USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 – Februari 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien periodontitis kronis yang ada di Instalasi Periodonsia FKG USU pada bulan Desember 2015 - Februari 2016, dan mahasiswa FKG USU sebagai subjek dengan periodonsium sehat.
3.3.2 Sampel Penelitian
Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sampel yang diambil adalah pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU dan mahasiswa FKG USU dengan periodonsium yang sehat yang memenuhi kriteria inklusi.
a. Kriteria inklusi subjek periodontitis kronis - Penderita periodontitis kronis
(24)
- Terdapat poket periodontal
- Bersedia menjadi sampel penelitian
b. Kriteria inklusi subjek dengan periodonsium sehat - Tidak adanya inflamasi gingiva
- Tidak terdapat kehilangan perlekatan - Tidak terdapat poket periodontal
- Tidak merokok
c. Kriteria eksklusi subjek periodontitis kronis
- Merokok
- Wanita hamildan menyusui
- Menggunakan pesawat ortodonti
- Rutin mengonsumsi vitamin , anti-inflamasi ataupun antibiotik sebulan terkahir
- Memiliki penyakit sistemik seperti diabetes melitus, jantung, hipertensi
- Alkoholik
- Suplemen tambahan secara rutin
d. Kriteria eksklusi subjek dengan periodonsium sehat
- Memiliki penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, jantung, hipertensi - Rutin mengonsumsi vitamin , anti-inflamasi ataupun antibiotik sebulan
terkahir
- Merokok
- Wanita hamil dan menyusui
- Suplemen tambahan secara rutin
- Alkoholik
- Menggunakan pesawat ortodonti
3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel
(25)
Variabel bebas : Subjek periodontis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat
Variabel terkendali : Metode pengambilan saliva, sterilisasi alat dan bahan, media penyimpanan saliva (-80˚C), jumlah saliva yang diambil, keterampilan peneliti
Variabel tak terkendali : konsumsi makanan/diet, olahraga
3.4.2 Definisi Operasional NO VARIABEL DEFINISI
OPERASIONAL CARA UKUR HASIL UKUR SKALA UKUR ALAT UKUR 1 Periodontitis
kronis Periodontitis kronis keadaan dimana terjadi kehilangan perlekatan dan terbentuknya poket dengan kedalaman Prob periodontal dimasukkan kedalam sulkus gingiva dan diukur kedalaman poket serta kehilangan perlekatan-nya Kedalam an poket , kehilang-an perlekat-an (mm)
Ratio Prob
2 Subjek dengan periodonsium sehat
Subjek dengan periodonsium sehat adalah yang tidak memiliki poket periodontal, kehilangan perlekatan Pemeriksaan mengguna-kan prob untuk melihat ada atau tidaknya kelainan periodontal Kedalam -an poket, Kehilang -an perlekat-an (mm)
Ratio Prob
3 Saliva Saliva adalah cairan yang ada didalam rongga mulut Saliva dikumpul-kan selama 5 menit dengan metode spitting, dimasukkan ke wadah saliva sebanyak 2 ml
ml Ratio Timbang-an digital
(26)
4 Status antioksidan total pada saliva Status antioksidan total pada saliva adalah jumlah kadar antioksidan yang terkandung didalam saliva pasien dan subjek sehat yang diukur dengan spektrofotometri menggunakan reagen antioxidant assay kit. Dilakukan analisis status antioksidan total dengan mengguna-kan raeagen antioxidant assay kit dengan alat spektro-fotometri
uM Ratio Spektro-fotometri
3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat
1. Tabung Eppendorf 2. Wadah saliva 3. Spektrofotometri 4. Mikropipet
5. Lemari pendingin penyimpan sampel suhu -80˚C 6. Sentrifugase
7. Kaca mulut 8. Pinset 9. Sonde 10. Prob 11. Nerbeken 12. Cooling box
3.5.2 Bahan
1. Saliva
2. Reagen antioxidant assay kit 3. Masker
(27)
5. Celemek 6. Mikroplat 7. Tip Kuning
3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.6.1 Pengisian Kuesioner
Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan wawancara langsung mengenai identitas subjek dan riwayat penyakit disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan juga dengan bantuan kuesioner terhadap para pasien di Instalasi Periodonsia FKG USU untuk mendapatkan subjek periodontitis, dan juga dilakukan pada mahasiswa FKG USU untuk subjek dengan periodonsium sehat. Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta menandatangani lembar informed consent.
Gambar 3. Alat Penelitian A.Spektrofotometri, B.Kulkas -80oC, C.Sentrifugase, D.Mikropipet, E.Mikroplate, F.Ependorf
C
B
A
F
E
(28)
3.6.2 Pemeriksaan Rongga Mulut
Pemeriksaan rongga mulut dilakukan untuk menentukan kedalaman poket, kehilangan perlekatan, indeks plak, indeks kalkulus dan indeks pendarahan gingiva sehingga diketahui subjek tersebut penderita periodontitis maupun subjek dengan periodonsium sehat.
3.6.3 Proses Pengumpulan Saliva
Pengumpulan saliva dengan metode spitting yaitu dengan menginstruksikan subjek untuk mengumpulkan saliva pada dasar mulut selama 5 menit sebanyak ± 2 ml dan meludahkannya pada pot saliva. Pemeriksaan status antioksidan total pada saliva dilakukan di laboratorium terpadu FK USU dengan menggunakan alat Spektrofotometri.
Gambar 4. Pengumpulan saliva tidak distimulasi
3.6.4 Pemeriksaan Status Antioksidan Total
Saliva dibawa dengan menggunakan cooling box ke Laboratorium Terpadu FK USU. Saliva dapat disimpan di dalam kulkas (-80oc) apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan. Sebelum diperiksa saliva dipindahkan ke dalam tabung ependorf sebanyak 20 uL menggunakan mikropipet. Setelah itu dilakukan sentrifugasi 4000rpm pada suhu 4oC 30 detik untuk menghilangkan debris. Selanjutnya dilakukan pencampuran sampel saliva dengan reagen antioxidant assay kit yang terdiri dari reagen a (100uL) reagen b (8uL). Lakukan sentrifugasi kembali agar seluruh larutan tercampur merata. Setelah 10 menit larutan sebanyak 120uL dipindahkan ke dalam
(29)
mikroplat. Lalu mikroplat dimasukkan ke spektrofotometri dan dilakukan pembacaan status antioksidan total pada saliva secara komputerisasi.
Gambar 5. Tahapan pemeriksaan di laboratorium A. Saliva dibawa menggunakan
cooling box, B. Saliva disimpan pada suhu -80oc, C. Pengambilan saliva dan
pencampuran dengan reagen di tabung efendorf, D. Sentrifugasi, E. sampel dimasukkan kedalam mikroplat, F. Pemeriksaan menggunakan spektrofotometri.
D
B A
E
C
(30)
3.7 Skema Alur Penelitian
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini akan dilakukan secara komputerisasi dengan ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis data pada penelitian ini dilakukan setelah pengujian status antioksidan total pada saliva di laboratorium terpadu FK USU. Dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data kelompok dan dilakukan uji t-independent untuk menganalisis perbedaan status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat.
Mencari subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi dengan bantuan kuesioner
Memberikan informed concent meminta kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan
Melakukan pemeriksaan rongga mulut subjek penelitian
Saliva diperiksa di laboratorium terpadu FK USU untuk mengetahui status antioksidan total dengan
metode spektrofotometri
Pencatatan hasil pemeriksaan
Dilakukan pengolahan data Melakukan pengambilan cairan saliva dan
(31)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Populasi subjek pada penelitian ini terbagi atas 2 kelompok yaitu subjek periodontitis kronis dan subjek sehat yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok subjek periodontitis kronis merupakan pasien yang ada di Instalasi Periodonsia FKG USU tahun 2016 sebanyak 20 orang. Kelompok subjek dengan periodonsium sehat merupakan Mahasiswa FKG USU sebanyak 20 orang.
Tabel 1. Data demografi subjek periodontitis kronis dan subjek periodonsium sehat
Variabel Periodontitis Kronis Periodonsium Sehat
n % n %
Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 4 16 20% 80% 5 15 25% 75% Usia
a. 18-35 tahun b. 35-50 tahun c. > 50 tahun
7 10 3 35% 50% 15% 20 0 0 100% 0% 0% Menyikat gigi secara teratur setiap hari
a. Ya b. Tidak 20 0 100% 0 20 0 100% 0% Frekuensi menyikat gigi
a. 1 x sehari b. 2-3 x sehari
c. lebih dari 3 x sehari
0 20 0 0% 100% 0% 1 19 0 5% 95% 0% Menggunakan obat kumur setelah
menyikat gigi a. Ya b. Tidak 2 18 10% 90% 0 20 0% 100% Kunjungan ke dokter gigi terakhir kali
a. 1-4 minggu yang lalu b. 1-3 bulan yang lalu c.lebih dari 3 bulan
0 2 18 0% 10% 90% 0 4 16 0% 20% 80% Menggunakan gigi palsu
a. Ya b. Tidak 1 19 5% 95% 3 17 15% 85% Klasifikasi periodontitis kronis (kehilangan
perlekatan)
a. ringan ( 1-2mm ) b. sedang ( 3-4mm ) c. berat ( ≥ 5mm )
9 7 4 45% 35% 20% - -
(32)
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa mayoritas subjek penelitian adalah perempuan. Sebanyak 50% dari subjek periodontitis kronis memiliki usia 35-50 tahun sedangkan untuk subjek sehat memiliki usia 18-35 tahun. Keseluruhan subjek periodontitis kronis menyikat gigi teratur setiap hari, dengan frekuensi menyikat gigi 2-3 kali sehari, sedangkan subjek sehat ada 5% yang menyikat gigi 1 kali sehari dan tidak ada yang menggunakan obat kumur. Sebanyak 10% dari kelompok subjek periodontitis kronis dan 20% dari kelompok subjek dengan periodonsium sehat yang melakukan kunjungan ke dokter gigi selama 3 bulan terakhir, dan selebihnya lebih dari 3 bulan terakhir. Sebanyak 5% subjek periodontitis kronis dan 15% subjek sehat menggunakan gigi palsu. Sebanyak 45% subjek periodontitis kronis kategori ringan, 35% kategori sedang dan 20% kategori berat.
Tabel 2. Data klinis pada pemeriksaan awal pada kelompok subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat (median ± interqurtile range )
Variabel Subjek
periodontitis kronis
Subjek dengan
periodonsium sehat p
Skor Plak 27.5 ± 26.3 9.5 ± 14.7 0.001
Skor pendarahan gingival
49.0 ± 38.7 4.0 ± 9.5
0.000 Kehilangan
perlekatan (mm)
3.1 -
Kedalaman poket (mm)
2.9 -
Skor kalkulus 83.05 -
Uji Mann-Whitney ; p<0.05
Berdasarkan tabel 2 uji Mann-Whitney dapat dilihat rerata skor plak dan skor pendarahan gingiva pada subjek periodontitis kronis lebih tinggi dibandingkan subjek dengan periodonsium sehat. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik p<0.05. Hasil data kelompok periodontitis menunjukkan terdapat rata-rata kedalaman poket pada seluruh subjek yaitu sebesar 2.9mm, rata-rata kehilangan perlekatan sebesar 3.1mm dan rata-rata untuk skor kalkulus sebesar 83.05.
(33)
Tabel 3. Uji normalitas status antioksidan total pada subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat
Kelompok Signifikan
(2-tailed) Subjek
Periodontitis kronis 0.286
Subjek
dengan periodonsium sehat 0.064
Uji Shapiro-Wilk (p>0.05)
Berdasarkan tabel 3 uji normalitas Shapiro-Wilk diatas diperoleh bahwa nilai pada kelompok subjek periodontitis kronis dan nilai kelompok subjek dengan periodonsium sehat dimana nilai kedua data tersebut berada diatas 0.05 sehingga menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal (p>0.05).
Tabel 4. Hasil uji statistik perbedaan status antioksidan total pada saliva pasien periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat
Kelompok Mean ± SD Perbedaan rata-rata p (sig)
Subjek Periodontitis
kronis 181.54 ± 82.92
28.61 0.289
Subjek dengan
periodonsium sehat 152.93 ± 85.42
Uji t-independent ; p<0.05
Berdasarkan tabel 4 hasil uji statistik t-independent diperoleh data bahwa rata-rata status antioksidan total pada kelompok subjek periodontitis kronis lebih tinggi dibandingkan rata-rata status antioksidan total pada kelompok subjek dengan periodonsium sehat, namun perbedaan tersebut tidak berbeda secara statistik p=0.28.
(34)
BAB 5
PEMBAHASAN
Periodontitis kronis terjadi akibat hasil dari ketidakseimbangan antara koloni bakteri dari rongga mulut dan pertahanan imun host.30 Oksigen yang berasal dari Spesies Oksigen Reaktif (SOR) dan aktifitas antioksidan merupakan hal yang mempengaruhi terhadap mekanisme patogenesis penyakit ini.14 Banyak penelitian yang melihat hubungan antara SOR dan antioksidan dimana memiliki peranan penting terhadap patogenesis penyakit. Banyak peneliti membandingkan status antioksidan total pada saliva pasien periodontitis kronis sebagai penyakit inflamasi yang paling banyak terjadi dengan individu yang memilliki kesehatan periodonsium.30 Penelitian ini dilakukan pada 2 kelompok subjek penelitian. Kelompok pertama subjek periodontitis kronis sebanyak 20 orang. Kelompok kedua subjek dengan periodonsium sehat sebanyak 20 orang. Penelitian ini menggunakan sampel saliva yang diambil pada masing-masing subjek dan selanjutnya dilakukan pencampuran dengan antioxidant assay kit dan diperoleh status antioksidan total pada masing-masing subjek tersebut dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Moore dkk. melakukan penelitian dengan mengukur status antioksidan total pada saliva pasien periodontitis kronis dan subjek sehat menggunakan trolox untuk uji kapasitas antioksidan. Pengkuran menggunakan saliva yang distimulasi dan tidak distimulasi. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan dari status antioksidan total pada saliva antara pasien periodontitis kronis dan subjek sehat.31 Penelitian Moore Chapple dan Wei yang gagal menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap status antioksidan total pada pasien periodontitis kronis dibandingkan dengan subjek sehat.29 Dalam sebuah penelitian lebih lanjut Benzie & Strain terhadap 18 pasien, dan didapati nilai antioksidan yang tinggi.31 Hal ini berbeda dengan penelitian A.Azizi dkk. yang menemukan bahwa status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis lebih rendah dibandingkan dengan kelompok subjek sehat.11 Sama halnya dengan penelitian dari Novakovic dkk. mengenai status antioksidan total.30 Kim dkk.
(35)
menyatakan bahwa status antioksidan total pada pasien periodontitis kronis lebih rendah dibandingkan kelompok sehat sebelum dilakukan skeling. Demikian juga dalam penelitian Canakci yang menemukan bahwa status antioksidan total pada saliva mengalami penurunan seiring dengan peningkatan inflamasi. Guentsch juga menyatakan hal yang sama mengenai status antioksidan total.29 Guarnieri dkk. menemukan PMN dalam jumlah tinggi pada daerah inflamasi gingiva. Mereka
menduga bahwa produksi O2 oleh PMN sebagai respon pertahanan host dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif jika tidak diimbangi dengan peningkatan konsentrasi antioksidan.31
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis tidak ada perbedaan secara statistik jika dibandingkan dengan status antioksidan total pada subjek dengan periodonsium sehat (p>0.05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dibandingkan dengan rata-rata status antioksidan total subjek dengan periodonsium sehat atau dugaan bahwa status antioksidan total pada subjek sehat lebih tinggi tidak didukung oleh data.
Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan oleh karena adanya perbedaan metode atau perbedaan kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan dan berbagai faktor yang lain.29,31 Kriteria inklusi pada kedua kelompok subjek pada penelitian ini tidak ditentukan batas usia. Hal ini juga mungkin disebabkan subjek peridodontitis kronis yang digunakan pada penelitian ini bukan merupakan pasien periodontitis kronis kondisi berat.31 Hal ini jugalah yang menyebabkan pada penelitian ini data status antioksidan total pada subjek periodontitis kronis terlalu beragam oleh karena subjek yang digunakan tidak dibatasi peneliti tingkatan penyakitnya berupa periodontitis kronis ringan, sedang dan berat. Mayoritas subjek yang digunakan oleh peneliti dengan tingkat keparahan periodontitis ringan sehingga hasil yang diperoleh tidak terlalu menunjukkan data perbedaan yang signifikan.
Penyakit periodontal merupakan hal penting yang harus dikontrol kondisinya oleh para tenaga medis dan seluruh populasi. Dari berbagai bukti mengenai mediator
(36)
inflamasi yang mempengaruhi terjadinya penyakit menunjukkan bahwa status antioksidan total memiliki peranan penting terhadap perkembangan awal kolonisasi bakteri.31 Produksi antioksidan dapat ditingkatkan dengan berbagai cara seperti
olahraga teratur, konsumsi nutrisi yang baik, konsumsi suplemen tambahan.17
Antioksidan juga dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, E dan betakaroten serta senyawa fenolik.26 Oleh karena itu penting untuk
melakukan diet antioksidan dan mengonsumsi suplemen untuk melakukan pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai penyakit kronis yang ada di rongga mulut.31
(37)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dibandingkan dengan subjek dengan periodonsium sehat, dimana status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis tidak terlalu tampak penurunan dan kenaikannya jika dibandingkan dengan status antioksidan total pada saliva subjek dengan periodonsium sehat.
6.2 Saran
1. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya penelitian dilaksanakan dengan menggunakan kelompok pasien periodontitis kronis kategori sedang - berat dan dilakukan dengan metode lain.
2. Dibutuhkan penelitian lanjutan tentang keadaan stres oksidatif pada saliva pasien periodontitis kronis sehingga dapat dengan jelas dilihat perbedaan status antioksidan total maupun status oksidan totalnya.
(38)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang menempel pada permukaan gigi terutama pada daerah dibawah gusi.2 Bakteri subgingiva berkoloni membentuk poket periodontal dan menyebabkan inflamasi lanjut pada jaringan gingiva.2 Antioksidan banyak dilepaskan pada daerah inflamasi oleh PMNs untuk melindungi dari serangan radikal bebas.14 Spesies Oksigen Reaktif (SOR) seperti O2
dan H2O2 yang dihasilkan oleh PMNs selama proses fagositosis dapat
menyingkirkan patogen periodontal dan merusak host.8
2.1 Jaringan Periodontal
Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi (gingiva), tulang alveolar, ligamentum periodontal dan sementum yang melekat pada akar gigi.18 Gingiva sehat biasanya berwarna merah jambu tidak ada warna kemerahan inflamasi, dan melekat dengan baik ke gigi, struktur stippling pada permukaan.19 Tekstur permukaan ini berhubungan denga keratinisasi epitel.18 Gingiva yang sehat biasanya berwarna pink koral, namun dapat juga berwarna lebih gelap pada bangsa kulit hitam.20 Ukuran dari gingiva sesuai dengan jumlah elemen seluler dan interseluler dan aliran darahnya, kontur gusi bervariasidan tergantung dari bentuk gigi dan lengkung gigi geligi pada rahang, lokasi dan ukuran area kontak proksimal.18 Subjek sehat tidak mengalami kehilangan perlekatan dan kedalaman poketnya hanya 3 mm.11
(39)
Gambar 1. Gambaran klinis gingiva sehat.21
2.1.1 Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal didefinisikan sebagai penyakit dengan kehilangan struktur kolagennya pada daerah yang menyangga gigi, dan ini merupakan respon dari akumulasi bakteri pada jaringan periodontal, tetapi patogenesis secara molekular masih belum jelas.2 Penyakit yang menyerang gingiva dan jaringan pendukung gigi ini merupakan penyakit infeksi yang serius dan apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan tanggalnya gigi. Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak terawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal berupa kerusakan serat ligamen periodontal dan tulang alveolar. Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50 % dari jumlah populasi dewasa.2
Salah satu gambaran klinis penyakit periodontal adalah terbentuknya poket periodontal.2 Poket periodontal didefinisikan sebagai bertambah dalamnya sulkus gingiva karena faktor patologis. Sulkus gingiva adalah cekungan yang dangkal atau ruang di sekitar gigi yang melekat pada permukaan gigi pada salah satu sisinya dan pada epithelium linning gingiva bebas pada sisi lainnya. Sulkus gingiva berbentuk 'V' dan dapat diukur dengan menggunakan prob periodontal. Penentuan klinis kedalaman
(40)
sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting. Kedalaman probing pada sulkus gingiva manusia yang normal secara klinis adalah 2 - 3 mm.2
Periodontitis merupakan penyakit peradangan pada jaringan pendukung yang disebabkan oleh mikroorganisme.8,9,10 Interaksi antara patogen dan host jaringan periodontal menyebabkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi.14 Jika tidak dilakukan perawatan maka tulang, gingiva, jaringan pendukung gigi akan mengalami kerusakan sehingga dapat menyebabkan kehilangan gigi.22
2.2 Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis merupakan penyakit yang terlokalisir dimana terjadi kehilangan perlekatan jaringan dan kerusakan tulang alveolar.17 Periodontitis kronis termasuk penyakit yang berjalan lambat dibandingkan dengan periodontitis agresif.23 Kerusakan tulang alveolar menyebabkan terbentuknya poket periodontal dan berdampak pada kehilangan gigi.24
2.2.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis
Salah satu gambaran klinis penyakit periodontal adalah terbentuknya poket periodontal yaitu bertambah dalamnya sulkus gingiva akibat pergerakan tepi gingiva kearah koronal atau pergerakan perlekatan gingiva ke apikal atau kombinasi kedua proses tersebut. Tanda-tanda klinis yang menunjukkan adanya poket periodontal meliputi tepi gingiva berwarna merah kebiruan, perdarahan, supurasi gingiva dan gigi goyang, pembentukan diastema dan gejala-gejala lain seperti nyeri yang terlokalisir atau nyeri yang dalam pada tulang.2
Terdapat poket periodontal yang dalam sebagai hasil dari destruksi tulang yang nantinya akan menyebabkan kehilangan gigi.24 Jaringan periodontal tersusun dari komponen matriks ekstraseluler yaitu kolagen yang berperan dalam proses regenerasi dan kerusakan jaringan. Kolagen intersisial jaringan periodontal berfungsi untuk penyembuhan dan pembentukan jaringan baru.4
Bentuk kerusakan yang terjadi tergantung jumlah gigi yang terlibat. Berdasarkan klasifikasi tahun 1999 jika bagian gigi yang terlibat <30% dari jumlah
(41)
gigi maka disebut periodontitis kronis lokalisata dan jika gigi yang terlibat >30% dari jumlah gigi maka disebut periodontitis generalisata.Pada pasien periodontitis kronis ataupun agresif generalisata terlihat inflamasi gingiva. Pada pasien peridontitis kronis biasanya memiliki deposit polimikrobial pada permukaan akar yang tebal dan banyak.2
Gambar 2. Gambaran klinis periodontitis kronis.2
2.2.2 Etiologi Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis termasuk penyakit yang berjalan lambat dibandingkan dengan periodontitis agresif. Periodontitis kronis adalah salah satu penyakit dalam rongga mulut yang disebabkan oleh multifaktorial, penyebab utamanya adalah bakteri gram negatif atau bakteri pigmen hitam. Perjalanan penyakit peridontitis sulit untuk dipahami karena banyaknya faktor yang memengaruhi seperti kebersihan rongga mulut, perawatan gigi, genetik, penyakit sistemik, dan hal lainnya seperti merokok.23
Penyakit ini menyebabkan peradangan pada ligamen periodontal dan jaringan
penyangga gigi.5 Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan
penyebab utama penyakit periodontal. Penyakit periodontal terjadi karena kehilangan struktur kolagennya pada daerah yang menyangga gigi, sebagai respon dari akumulasi bakteri pada jaringan periodontal, tapi patogenesis secara molekular masih belum jelas.4 Periodontitis biasanya tidak menimbulkan keluhan dan merupakan fokal infeksi tinggi terhadap risiko gagal jantung akibat penumpukkan plak bakteri pada pembuluh darah jantung yang dibawa aliran darah dari rongga mulut. Selain hal di
(42)
atas, periodontitis adalah penyebab utama dari bau mulut (halitosis).5 Berbagai faktor lokal dan sistemik yang memengaruhi kesehatan gigi. Beberapa faktor tersebut termasuk merokok, hiperglikemia, status nutrisi, karies memengaruhi terjadinya penyakit periodontal.25
Spesies oksigen reaktif (SOR) seperti O2 dan H2O2 yang dihasilkan oleh PMNs
selama proses fagositosis dapat menyingkirkan patogen periodontal dan merusak
pejamu.8 PMNs memproduksi radikal dalam jumlah besar yang dapat merusak
ligamen periodontal, jaringan gingiva, tulang alveolar.9,10 SOR dapat menyebabkan peroksidasi lipid pada DNA, kerusakan protein, oksidasi enzim, dan menstimulasi monosit dan makrofag untuk menghasilkan sitokin pro- inflamatori, yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan gangguan pada integritas sel.8,9 Stres oksidatif memegang peranan penting dalam proses patogenesis penyakit ini.10
2.3 Status Antioksidan Total dan Stres Oksidatif pada Periodontitis Kronis 2.3.1 Antioksidan
Spesies oksigen reaktif (SOR) adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Dalam mencapai kestabilan atom atau molekul, SOR akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus-menerus dalam tubuh, dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya.26
Sehubungan dengan potensi toksisitas senyawa radikal bebas, maka tubuh memiliki mekanisme sistem pertahanan alami berupa enzim antioksidan endogen yang berfungsi menetralkan dan mempercepat degradasi senyawa SOR untuk mencegah kerusakan komponen makromolekul sel.26,27
Antioksidan dapat diartikan sebagai zat yang secara signifikan dapat menghambat upaya oksidasi dari lemak, protein, karbohidrat dan DNA.28 Antioksidan juga terdapat pada kelenjar submandibukar dan kelenjar parotid sebagai komponen antibakteri. Antioksidan dihasilkan oleh PMNs untuk melindungi tubuh dari radikal
(43)
bebas.8 Antioksidan seperti superperoksida dismutase, asam urea, asam askorbat, ketoferrule, myeloperoksida, glutation, dan albumin akan bertindak sebagai elektron yang dapat mendonorkan atom hydrogen untuk melengkapi pasangan dari elektron
SOR yang tidak berpasangan.8,28 Mereka mengubah SOR yang reaktif menjadi
substansi yang tidak reaktif.28 Superperoksida dismutase (SOD) merupakan salah satu antioksidan paling penting yang mengkatalisis ion, dan melindungi sel-sel terhadap efek berbahaya dari radikal bebas. SOD merupakan salah satu antioksidan endogen yang berfungsi mengkatalisis reaksi dismutasi SOR anion superoksida (O2) menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen.27 Superperoksida dismutase terdiri dari
sitosolik Cu, Zn-SOD, mitokondrial Mn-SOD, ekstraseluler Cu, Zn-SOD.9
Superperoksida dismutase juga mengalami penurunan signifikan di dalam poketperiodontal. Sebuah studi terbaru telah menunjukkan pentingnya peran antioksidan dalam saliva.8 Status oksidan total pada serum, saliva, dan cairan sulkus gingiva lebih tinggi pada kelompok periodontitis kronis dibandingkan kelompok kontrol sehat, dan peningkatan status oksidan total tidak hanya didapati secara lokal melainkan juga secara sistemik. Status oksidan total pada serum lebih tinggi dibandingkan dari saliva, dan kadar tertinggi terdapat pada cairan sulkus gingiva. Hasil ini didukung oleh penelitian Akalin dkk. yang menyatakan bahwa status oksidan total pada jaringan periodontal pasien periodontitis kronis lebih tinggi.14
Antioksidan juga dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin c, vitamin e dan betakaroten serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya.26 Produksi antioksidan dapat ditingkatkan dengan berbagai cara seperti olahraga teratur, konsumsi nutrisi yang baik, konsumsi suplemen tambahan. Penurunan status antioksidan total dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun rangsangan eksternal dan salah satunya adalah merokok.17
(44)
2.3.2 Stres Oksidatif
Stres oksidatif didefinisikan sebagai kondisi ketidakseimbangan produksi oksidan dan status anti-oksidan endogenus.16 Halliwell (2006) mendefinisikan stres oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara SOR dengan antioksidan, dimana jumlah SOR lebih banyak bila dibandingkan dengan antioksidan.27
Jika produksi SOR melebihi dari kemampuan antioksidan intrasel untuk menetralkannya, maka kelebihan SOR sangat potensial menyebabkan kerusakan sel. Sering kali kerusakan ini disebut sebagai kerusakan oksidatif, yaitu kerusakan biomolekul penyusun sel yang disebabkan oleh reaksinya dengan radikal bebas. Adanya peningkatan stres oksidatif berdampak negatif pada beberapa komponen penyusun membran sel, yaitu kerusakan pada lipid membran membentuk malonaldehida (MDA), kerusakan protein, karbohidrat, dan DNA. Menurut Kevin dkk. dan Valko dkk. kerusakan oksidatif yang diakibatkan oleh SOR berimplikasi pada berbagai kondisi patologis, yaitu kerusakan sel, jaringan, dan organ seperti hati, ginjal, jantung baik pada manusia maupun hewan. Kerusakan ini dapat berakhir pada kematian sel sehingga terjadi percepatan timbulnya berbagai penyakit degeneratif.27
Tingginya stres oksidatif ditunjukkan oleh rendahnya status antioksidan selular, didukung oleh tingginya produk peroksidasi lipid.16 Pada kondisi stres oksidatif terjadi produksi SOR yang berlebihan. Meningkatkan produksi SOR di dalam tubuh dapat menurunkan ensim-ensim antioksidan intrasel dan menyebabkan kerusakan sel. Oleh karena itu, asupan antioksidan eksogen sangat penting misalnya isoflavon guna membantu kerja ensim antioksidan intrasel untuk mencegah kerusakan sel.27
Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat dan lisisnya tulang disekitar akar gigi yang nantinya menyebabkan kehilangan gigi. Stres oksidatif memiliki peranan pada paogenesis dari berbagai penyakit sistemik seperti reumatid atritis, penyakit paru-paru, sindrom defisiensi imun, aterosklerosis.9 Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat stres oksidatif pada pembuluh darah tepi pasien periodontitis dibanding dengan pasien sehat.10
(45)
2.3.3 Status Antioksidan Total pada Saliva
Spesies Oksigen Reaktif (SOR) merupakan atom ataupun molekul yang dapat
menyebabkan kerusakan makromolekul.Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk
melawan SOR tersebut. Berbagai cara untuk mempertahankan keseimbangan antara SOR dan antioksidan agar tidak sampai terjadi stress oksidatif.29 Antioksidan yang ada pada saliva melindungi integritas jaringan pada rongga mulut dan menetralkan radikal bebas.30 Antioksidan dapat terlihat pada seluruh cairan dan jaringan pada tubuh.31 Saliva terdiri dari air, protein, elektrolit, cairan sulkus gingiva, bakteri, molekul organik. Selain itu juga terdapat kadar antioksidan yang memengaruhi terjadinya reaksi inflamasi.11 Saliva memiliki berbagai bentuk antioksidan seperti asam urat, vitamin c, glutation, glutation oksidasi, dan lainnya.32 Whole saliva adalah
kombinasi antara cairan sulkus gingiva, serum, cairan dari kelenjar saliva yaitu kelenjar parotid, submandibular, sublingual yang merupakan tiga sumber utama. Asam urat merupakan antioksidan dominan yang terdapat pada saliva dan serum. Antioksidan pada saliva yang lain meliputi asam asorbik dan albumin. Saliva yang distimulasi memilliki konsentrasi antioksidan yang lebih rendah dibandingkan saliva yang tidak distimulasi.31,32 Bagaimanapun saliva yang tidak distimulasi lebih mempresentasikan secara utuh kondisi rongga mulut, hal ini menyebabkan pemeriksaan antioksidan lebih akurat.31
Sculley dan Langley-Evans menyatakan bahwa antioksidan erat kaitannya dengan kondisi periodontal. Mereka menyatakan status antioksidan total pada saliva berhubungan dengan peningkatan cedera akibat oksidan. Pada gingivitis dan periodontitis terdapat penurunan kadar antioksidan dan peningkatan kerusakan oksidatif.11 Pada saliva orang sehat terdapat total oksidan dan antioksidan yang seimbang. Ketika manusia dalam keadaan kurang sehat, maka total oksidan lebih tinggi dibanding status antioksidan total yang mana disebabkan oleh stres okdidatif.8
Sementara itu, Moore dkk. melakukan pengukuran terhadap status antioksidan total pada saliva pada pasien periodontitis dan subjek sehat tanpa kelainan periodontal, dan menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok tersebut.11 Sedangkan Canakci dkk. melakukan penelitian pada status
(46)
antioksidan total pada serum, saliva, dan cairan sulkus gingiva pada wanita yang mengalami periodontitis dan preeklamsia. Mereka menemukan bahwa tingkat SOD, aktifitas glutatin peroksidasi pada cairan sulkus gingiva dan serum, dan status antioksidan total pada saliva, cairan sulkus gingiva, dan serum pada pasien perempuan dengan preeklamsia dan periodontitis lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol.11 Hasil penelitian dari Miricesue dkk. menunjukkan bahwa antioksidan yang terkandung didalam saliva perokok, penderita liken planus, dan periodontitis lebih sedikit dibanding pada subjek yang sehat. Sama halnya Novakovic dkk. dalam studinya menunjukan adanya penurunan status antioksidan total. Pada saliva orang sehat terdapat total oksidan dan antioksidan yang seimbang, dan ketika manusia dalam keadaan kurang sehat total oksidan lebih tinggi dibanding status antioksidan total yang mana disebabkan oleh stres okdidatif.8 Berdasarkan hasil penelitian kadar plasma pada masyarakat menunjukkan bahwa adanya penurunan penyerapan Vitamin E dan C sebagai antioksidan yang kuat untuk melawan radikal bebas.1
(47)
2.4 Kerangka Teori
Jaringan Penyangga Gigi sehat
Gingiva
Ligamentum Periodontal Tulang Alveolar
Sementum
Spesies oksigen reaktif (SOR) ↑↑ pada saliva
Status Antioksidan Total
↓↓ pada saliva
Stres Oksidatif
PMN ↑↑
Periodontitis Kronis Bakteri
(48)
2.5 Kerangka Konsep
Subjek periodontitis kronis dan subjek dengan
periodonsium sehat Status antioksidan total
pada saliva
Variabel tak terkendali : konsumsi makanan / diet, olahraga
Variabel terkendali : Metode pengambilan saliva, sterilisasi alat dan bahan, media penyimpanan saliva (-80˚C), jumlah saliva yang diambil, keterampilan peneliti
(49)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periodonsium adalah jaringan penyangga gigi yang terdiri dari jaringan gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum yang melekat pada akar gigi.1 Penumpukan plak bakteri pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak dirawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal berupa kerusakan serat ligamen periodontal dan tulang alveolar.2 Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut ke dua terbanyak diderita masyarakat ± 70%, dan sebesar ± 4-5% penduduk menderita penyakit periodontal lanjut yang dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas, saat ini paling banyak di temukan pada usia muda.3 Penyakit periodontal di Indonesia menduduki urutan ke dua tertinggi yang terjadi di masyarakat.4 Hampir 98,5% penduduk Indonesia terserang penyakit ini.5 Berbagai bentuk periodontitis, bentuk yang paling umum terjadi yaitu peridodontitis agresif, peridodontitis kronis, periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik dan periodontitis ulseratif nekrosis.6 Hasil penelitian epidemiologi di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa 90% populasi menderita berbagai bentuk penyakit periodontal, dan 10-20% dari populasi ini menderita periodontitis berat.7
Periodontitis kronis merupakan penyakit peradangan pada jaringan pendukung yang disebabkan oleh mikroorganisme.8,9,10 Periodontitis disebabkan oleh reaksi imun antara bakteri dan host.11 Aktivitas sistem imun dapat menyebabkan kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar yang progresif.8,9,10 Faktor primer penyebab penyakit periodontal adalah bakteri. Faktor sekundernya berupa kegagalan restorasi,
(50)
karies, sisa makanan, desain gigi tiruan yang buruk, pesawat ortodonti dan kebiasaan merokok.12
Pemeriksaan yang akurat untuk mendeteksi perkembangan penyakit periodontal serta faktor risikonya masih sangat sulit. Beberapa bentuk pemeriksaan telah dikembangkan guna mendeteksi perkembangan penyakit periodontitis. Terdapat tiga cairan pada rongga mulut seperti cairan sulkus gingiva, serum dan saliva. Bentuk pengumpulan dan pemeriksaan yang sederhana dari cairan sulkus gingiva dan saliva dapat digunakan dalam penentuan status periodontal serta memonitor respon pengobatan yang dilakukan.13
Berdasarkan penelitian Wei dkk. status oksidan total pada serum, saliva, dan cairan sulkus gingiva lebih tinggi pada kelompok periodontitis kronis dibandingkan kelompok kontrol sehat, dan peningkatan status oksidan total tidak hanya didapati secara lokal melainkan juga secara sistemik.14 Saliva terdiri dari air, protein, elektrolit, cairan sulkus gingiva, bakteri, dan molekul organik. Selain itu juga terdapat komponen antioksidan yang mempengaruhi terjadinya proses inflamasi.11
Antioksidan banyak dilepaskan pada daerah inflamasi oleh PMNs untuk melindungi dari serangan radikal bebas.14 Spesies Oksigen Reaktif (SOR) seperti O2
dan H2O2 yang dihasilkan oleh PMNs selama proses fagositosis dapat
menyingkirkan patogen periodontal dan merusak pejamu.8 SOR dapat menyebabkan peroksidasi lipid pada DNA, kerusakan protein, oksidasi enzim, dan menstimulasi monosit dan makrofag untuk menghasilkan sitokin pro-inflamatori, yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan gangguan pada integritas sel.8,9
Stres oksidatif didefinisikan sebagai kondisi ketidakseimbangan produksi SOR dan status anti-oksidan endogenus. Antioksidan mengalami deplesi, kemampuan gingiva terhadap stres oksidatif dan memelihara jaringan normal serta mengontrol kerusakan yang disebabkan oleh bakteri mengalami gangguan.15 Tingginya stres oksidatif ditunjukkan oleh rendahnya status antioksidan selular, dan didukung oleh tingginya produk peroksidasi lipid.16
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat stres oksidatif pada pembuluh darah tepi pasien periodontitis dibanding dengan pasien sehat.10 Pada
(51)
saliva orang sehat terdapat total oksidan dan antioksidan yang seimbang. Ketika manusia kondisinya kurang sehat total oksidan lebih tinggi dibanding status antioksidan total yang tersebut disebabkan oleh stres okdidatif.8 Stimulus dari luar maupun dari dalam dapat menyebabkan penurunan status antioksidan total dan berdampak pada peningkatan produksi radikal bebas, sebagai contoh dampak dari merokok terhadap sistem antioksidan.17
Hasil penelitian dari Miricesue dkk. menunjukkan bahwa antioksidan yang terkandung dalam saliva perokok, penderita liken planus, dan periodontitis lebih sedikit dibanding pada subjek yang sehat. Sama halnya Novakovic dkk. dalam studinya menunjukan adanya penurunan status antioksidan total.8 Berdasarkan penelitian Mojtaba dkk. juga didapatkan status antioksidan total yang rendah pada laki-laki. Temuan tersebut menunjukan dampak merokok yang dapat menghancurkan sistem pertahanan serta meningkatkan stres oksidatif.17 Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Chapple dkk. dalam penelitiannya menunjukkan tidak adanya perbedaan status antioksidan total antara pasien periodontitis kategori ringan, berat serta pasien sehat.8 Status oksidan total pada serum lebih tinggi dibandingkan pada saliva, dan kadar tertinggi terdapat pada cairan sulkus gingiva. Hasil ini didukung oleh penelitian Akalin dkk yang menyatakan bahwa status oksidan total pada jaringan periodontal pasien periodontitis kronis lebih tinggi.14
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat
(52)
1.3 Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis
2.Untuk mengetahui status antioksidan total pada saliva subjek dengan periodonsium sehat
1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat.
1.5Manfaat Penelitian
1. Untuk memperoleh pengetahuan tambahan kepada para tenaga medis
mengenai status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat.
2. Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya tentang status antioksidan total saliva pada pasien periodontitis kronis.
3. Sebagai dasar untuk mengembangkan suatu bahan yang dapat meningkatkan status antioksidan total dalam perawatan penyakit periodontal di bidang kedokteran gigi
(53)
Abstrak Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2016
Desi Khairunnisa
Status Antioksidan Total pada Saliva Pasien Periodontitis Kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU
x + 33 halaman
Periodontitis kronis disebabkan reaksi imun antara bakteri dan host. Beberapa bentuk pemeriksaan telah dikembangkan guna mendeteksi perkembangan penyakit periodontitis melalui saliva. Saliva terdiri dari air, protein, elektrolit, cairan sulkus gingiva, bakteri, molekul organik dan komponen antioksidan. Antioksidan banyak dilepaskan pada daerah inflamasi oleh PMNs untuk melindungi dari Spesies Oksigen Reaktif (SOR). SOR seperti O2 dan H2O2 yang dihasilkan oleh polimorphonuklear
leukosit (PMNs) selama proses fagositosis dapat menyebabkan peroksidasi lipid pada DNA, kerusakan protein, oksidasi enzim, dan menstimulasi monosit dan makrofag untuk menghasilkan sitokin pro- inflamatori, yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan gangguan pada integritas sel. Tingginya stres oksidatif ditunjukkan oleh rendahnya status antioksidan selular. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan status antioksidan total pada saliva pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU dan subjek dengan periodonsium sehat. Subjek penelitian terdiri dari 20 orang pasien periodontitis kronis yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia FKG USU dan dipilih dengan cara purporsive sampling, dan 20 orang subjek dengan periodonsium sehat. Subjek penelitian diinstruksikan mengumpulkan saliva 5 menit dengan cara spitting kedalam pot saliva. Setelah pengambilan saliva, peneliti melakukan pemeriksaan sampel saliva ke Laboratorium terpadu FK USU untuk diukur status antioksidan total dengan metode spektrofotometri. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-independent untuk mengetahui perbedaan status antioksidan total pada saliva subjek peridontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat. Hasil penelitian menunujukkan bahwa rata-rata status
(54)
antioksidan total pada saliva kelompok subjek periodontitis kronis lebih tinggi dibandingkan subjek dengan periodonsium sehat, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik p >0,05.
(55)
STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA SALIVA
PASIEN PERIODONTITIS KRONIS DI INSTALASI
PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
Desi Khairunnisa NIM: 120600018
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(56)
Abstrak Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2016
Desi Khairunnisa
Status Antioksidan Total pada Saliva Pasien Periodontitis Kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU
x + 33 halaman
Periodontitis kronis disebabkan reaksi imun antara bakteri dan host. Beberapa bentuk pemeriksaan telah dikembangkan guna mendeteksi perkembangan penyakit periodontitis melalui saliva. Saliva terdiri dari air, protein, elektrolit, cairan sulkus gingiva, bakteri, molekul organik dan komponen antioksidan. Antioksidan banyak dilepaskan pada daerah inflamasi oleh PMNs untuk melindungi dari Spesies Oksigen Reaktif (SOR). SOR seperti O2 dan H2O2 yang dihasilkan oleh polimorphonuklear
leukosit (PMNs) selama proses fagositosis dapat menyebabkan peroksidasi lipid pada DNA, kerusakan protein, oksidasi enzim, dan menstimulasi monosit dan makrofag untuk menghasilkan sitokin pro- inflamatori, yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan gangguan pada integritas sel. Tingginya stres oksidatif ditunjukkan oleh rendahnya status antioksidan selular. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan status antioksidan total pada saliva pasien periodontitis kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU dan subjek dengan periodonsium sehat. Subjek penelitian terdiri dari 20 orang pasien periodontitis kronis yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia FKG USU dan dipilih dengan cara purporsive sampling, dan 20 orang subjek dengan periodonsium sehat. Subjek penelitian diinstruksikan mengumpulkan saliva 5 menit dengan cara spitting kedalam pot saliva. Setelah pengambilan saliva, peneliti melakukan pemeriksaan sampel saliva ke Laboratorium terpadu FK USU untuk diukur status antioksidan total dengan metode spektrofotometri. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-independent untuk mengetahui perbedaan status antioksidan total pada saliva subjek peridontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat. Hasil penelitian menunujukkan bahwa rata-rata status
(57)
antioksidan total pada saliva kelompok subjek periodontitis kronis lebih tinggi dibandingkan subjek dengan periodonsium sehat, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik p >0,05.
(58)
Abstract Faculty of Dentistry
Department of Periodontology Year 2016
Desi Khairunnisa
Total Antioxidant Status of Saliva in Patients with Chronic Periodontitis in Periodontics Installation , Faculty of Dentistry USU.
x + 33 pages
Chronic periodontitis is caused by the immune reaction between bacteria and host. Some forms of examination have been developed to detect the development of periodontitis disease through saliva. Saliva consists of water, protein, electrolytes, gingival sulcus fluids, bacteria, organic molecules, antioxidant components. Antioxidants are released at inflammation sites by PMNs to protect from theReactive Oxygen Species (ROS).ROSsuch as O2 dan H2O2 are released by PMNs during
phagocytosis that can cause lipid peroxidation in DNA, protein damage, oxidation enzymes and stimulation monocytes and macrophages to produce pre-inflammatory cytokines, which can cause oxidative stress and disruption of cell integrity. High of oxidative stress is indicated by low cellular antioxidant status. The purpose of this study was to analyze the difference of total antioxidant status in the saliva of patients with chronic periodontitis in Periodontics Installation, Faculty of Dentistry USUand subjects with healthy periodontium.Samples of this study consisted of 20 patients with chronic periodontitis who visited Installation Periodonsia FKG USU and selected by purporsive sampling, and 20 subjects with healthy periodontium. Subjects were instructed to accumulate saliva 5 minutes by spitting the saliva into the pot. After the saliva was accumulated, researchers examined the saliva samples in the Laboratory of Integrated FK USU for total antioxidant status and measured by spectrophotometry methods.Data were analyzed by independent t-test to determine differences in total antioxidant status in the saliva of chronic peridontitis subjects and subjects with healthy periodontium. The results of this study indicate that the average
(59)
of total antioxidant status in chronic periodontitis's subjects are higher than healthy periodontium's subjects, but this difference was not statistically significant p > 0.05.
(60)
STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA SALIVA
PASIEN PERIODONTITIS KRONIS DI INSTALASI
PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
Desi Khairunnisa NIM: 120600018
Pembimbing:
Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) NIP : 19710702 199601 2 001
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(61)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 16 Maret 2016
Pembimbing : Tanda tangan
Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) ... NIP : 19710702 199601 2 001
(62)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan tim penguji Pada tanggal 16 Maret 2016
TIM PENGUJI
KETUA : Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) ...
ANGGOTA : 1. Rini Octavia Nasution, drg.,SH.,Sp.Perio.,M.Kes ... 2. Martina Amalia, drg., Sp.Perio ...
Mengetahui:
SEKRETARIS DEPARTEMEN
Pitu Wulandari , drg.,S.Psi.,Sp. Perio ...
(63)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Uswatun hasanah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs.H Syafi’i AK dan Ibunda Dra. Hj Deliarna, Kakak tersayang Hj. Defi Chairunisa S.Psi dan abang tersayang Bayu Pranata SE yang senantiasa menyayangi, mendoakan dan mendukung penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dokter Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Pitu Wulandari, drg., Sp.Psi., Sp.Perio selaku Sekretaris Departemen
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG USU.
4. Seluruh staf pengajar di Departemen Periodonsia FKG USU yang telah
(64)
ix
5. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium Terpadu FK USU yang telah banyak
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
6. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan bimbingan dalam mengkonsultasikan mengenai besar sampel penelitian dan olah data statistika.
7. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJK (K) selaku ketua Komisi Etik
Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.
8. Sahabat-sahabat terbaik penulis, nazlia, arfita, ratna, aini, debbi, dila, yeyen, ami, chandra, ulfa, ari, mus’ab, alfiteman-teman stambuk 2012 lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, dan keluarga besar HMI Komisariat FKG USU yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan semangat selama studi dan penelitian ini.
9. Saufi Khairani, drg dan teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia, almira, viknes, debbi, naila, regina, chandra, lamora, dita, nathania, gwee, ester, jayu, ragunathan, ryanti, usha, jia en, dharseni yang telah banyak membantu selama studi dan penelitian ini.
Medan, 16 Maret 2016 Penulis,
(Desi Khairunnisa) NIM. 120600018
(65)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Jaringan Periodontal ... 5
2.1.1 Penyakit Periodontal ... 6
2.2 Periodontitis Kronis ... 7
2.2.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis ... 7
2.2.2 Etiologi Periodontitis Kronis ... 8
2.3 Status Antioksidan Total dan Stres Oksidatif pada Periodontitis Kronis ... 9
2.3.1 Antioksidan ... 9
(66)
2.3.3 Status Antioksidan Total pada Saliva ... 12
2.4 Kerangka Teori... 14
2.5 Kerangka Konsep ... 15
BAB 3 METODE PENELITIAN... 16
3.1 Jenis Penelitian ... 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 16
3.2.2 Waktu Penelitian... 16
3.3 Populasi dan Sampel ... 16
3.3.1 Populasi Penelitian ... 16
3.3.2 Sampel Penelitian ... 16
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 17
3.4.1 Variabel ... 17
3.4.2 Definisi Operasional ... 18
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 19
3.5.1 Alat ... 19
3.5.2 Bahan ... 19
3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ... . 20
3.6.1 Pengisian Kuesioner ... 20
3.6.2 Pemeriksaan Rongga Mulut... 21
3.6.3 Proses Pengumpulan Saliva ... 21
3.6.4 Pemeriksaan Status Antioksidan Total ... 21
3.7 Skema Alur Penelitian... 23
3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 24
BAB 5 PEMBAHASAN ... 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
6.1 Kesimpulan ... 30
6.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
(67)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data demografi subjek periodontitis kronis dan subjek dengan
periodonsium sehat……… 24 2 Data klinis pada pemeriksaan awal pada kelompok subjek
periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat (rata-rata ± SD )……… 25 3 Uji normalitas status antioksidan total pada subjek
periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium
sehat………..…….…. 26 4 Hasil uji statistik perbedaan status antioksidan total pada
saliva pasien periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat………...………… 26
(68)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Gambaran Klinis Gingiva Sehat……….………... 6
2 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis ………. 8
3 Alat Penelitian………..………. 20
4 Pengumpulan saliva tidak distimulasi………... 21
(69)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
2. Informed Consent
3. Kuesioner
4. Anggaran Biaya Penelitian
5. Surat Ethical Clearance
6. Surat Selesai Penelitian 7. Hasil Data Spss
(1)
5. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium Terpadu FK USU yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.
6. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan bimbingan dalam mengkonsultasikan mengenai besar sampel penelitian dan olah data statistika.
7. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJK (K) selaku ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.
8. Sahabat-sahabat terbaik penulis, nazlia, arfita, ratna, aini, debbi, dila, yeyen, ami, chandra, ulfa, ari, mus’ab, alfiteman-teman stambuk 2012 lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, dan keluarga besar HMI Komisariat FKG USU yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan semangat selama studi dan penelitian ini.
9. Saufi Khairani, drg dan teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia, almira, viknes, debbi, naila, regina, chandra, lamora, dita, nathania, gwee, ester, jayu, ragunathan, ryanti, usha, jia en, dharseni yang telah banyak membantu selama studi dan penelitian ini.
Medan, 16 Maret 2016 Penulis,
(Desi Khairunnisa) NIM. 120600018
(2)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Jaringan Periodontal ... 5
2.1.1 Penyakit Periodontal ... 6
2.2 Periodontitis Kronis ... 7
2.2.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis ... 7
2.2.2 Etiologi Periodontitis Kronis ... 8
2.3 Status Antioksidan Total dan Stres Oksidatif pada Periodontitis Kronis ... 9
2.3.1 Antioksidan ... 9
2.3.2 Stres Oksidatif ... 11
(3)
2.3.3 Status Antioksidan Total pada Saliva ... 12
2.4 Kerangka Teori... 14
2.5 Kerangka Konsep ... 15
BAB 3 METODE PENELITIAN... 16
3.1 Jenis Penelitian ... 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 16
3.2.2 Waktu Penelitian... 16
3.3 Populasi dan Sampel ... 16
3.3.1 Populasi Penelitian ... 16
3.3.2 Sampel Penelitian ... 16
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 17
3.4.1 Variabel ... 17
3.4.2 Definisi Operasional ... 18
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 19
3.5.1 Alat ... 19
3.5.2 Bahan ... 19
3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ... . 20
3.6.1 Pengisian Kuesioner ... 20
3.6.2 Pemeriksaan Rongga Mulut... 21
3.6.3 Proses Pengumpulan Saliva ... 21
3.6.4 Pemeriksaan Status Antioksidan Total ... 21
3.7 Skema Alur Penelitian... 23
3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 24
BAB 5 PEMBAHASAN ... 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
6.1 Kesimpulan ... 30
6.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN
(4)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data demografi subjek periodontitis kronis dan subjek dengan
periodonsium sehat……… 24 2 Data klinis pada pemeriksaan awal pada kelompok subjek
periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat (rata-rata ± SD )……… 25 3 Uji normalitas status antioksidan total pada subjek
periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium
sehat………..…….…. 26 4 Hasil uji statistik perbedaan status antioksidan total pada
saliva pasien periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat………...………… 26
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Gambaran Klinis Gingiva Sehat……….………... 6
2 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis ………. 8
3 Alat Penelitian………..………. 20
4 Pengumpulan saliva tidak distimulasi………... 21
5 Tahapan pemeriksaan di laboratorium ………. 22
(6)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 2. Informed Consent
3. Kuesioner
4. Anggaran Biaya Penelitian
5. Surat Ethical Clearance 6. Surat Selesai Penelitian 7. Hasil Data Spss