Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Glukomanan Dan Gom Xantan Dengan Pewangi Minyak APEL

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, H., Agus S., dan Kristinah H. (2013). Karakteristik Tepung Konjak dari
Tanaman iles-iles (Amorphallus oncophyllus) di Daerah Gunung Kreo Semarang
Jawa Tengah. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(4): 41-47
Anonim. (2012). Aromaterapi. Diakses tanggal 19 april
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01732-DS.pdf.

2017.

Badan Standar Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau
Sensori. Diakses tanggal 15 Desember 2016. http://www.scribd.com/doc/
65447618/SNI-01-2346-200a6. Halaman 1
Buchbauer, G., W. Jager, H. Dietrich, Ch. Plank., dan E. Karamat. (1991).
Aromatherapy: Evidence for Sedative Effects of Essential Oil of Lavender after
Inhalation. Journal of Biosciences; 46c, 1067-1072.
Buckle, J. (1999). Use of Aromatherapy as Complementary Treatment for
Chronic Pain. Journal Alternative Therapies; 5, 42-51.
Cohen, A., Sarah, J., dan Gina, S. (2007). Hidden Hazards of Air Fresheners.
New York: NRDC issue paper. Halaman 5-9.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 534.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 558 dan 712.
Departemen Pertanian. (2010). Multifungsi glukomannan dari umbi Iles-Iles.
http://perkebunan. litbangdeptan.go.id/?p=berita.2.184. (16 Mei 2017)
De Roos, K.B. (2003). Effect of Texture and Microstructure on Flavour Retention
and Release. Review. International Dairy Journal. 13 (2): 93–105.
Fitrah, A.N. (2013). Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan
Karagenan dan Glukomanan dengan Pewangi Minyak Jeruk Purut dan Kenanga.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 20, 24, 35.
Ford, D.M. ; and Chesey, P.A. (1986). Air or oil emulsiion food product having
glucomannans sole as stabilizer-thickener. US Patent 4, 582, 714
Fariaz, D. (1989). Hidrokoloid. Bogor: Laboratorium Kimia dan Biokimia
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Garcia, F., Santos, V. S., Casas, J., A dan Gomez, E. (2000). Xanthan Gum:
production,recovery and properties. Biotechnology Advances. 18 (2000): 551-552.
Gilman, A.G., Rall, T.W., Nies, A.S., dan Taylor. (1991). The Pharmacological
Basis of Therapeutics, 8th ed, New York : McGraw-Hill.

Universitas Sumatera Utara


Hutasoit, A.I (2002). Panduan Praktis Aroma therapy Untuk Pemula. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Imeson. (2000). Carragenan. Philips, G.O., dan Williams, P.A., editor. Handbook
of Hydrocolloids. Boca Raton: CRC Press. Halaman 169-173.
Jeeva, S., Mohan, T.S., Palavesam, A., Lekshmi, N.C.J.P., dan Brindha, J.R.
(2011). Production and optimization study of a Novel Extracellular
Polysaccharide by wild-type isolates of Xanthomonas campestris. Journal of
Microbiology and Biotechnology Research.1 (4):176.
Johnson A. (2002). Konjac glucomanan. http://www.glucomannan.com/. [2 Mei
2017].
Kaya, A.O.W., Ani, S., dan Joko S. (2015). The Effect of Gelling Agent
Concentration on the Characteristic of Gel Produced From the Mixture of Semirefined Carrageenan and Glukomannan. International Journal of Sciences: Basic
and Applied Research (IJSBAR). 20 (1): 315, 320.
Ketaren, S. (1975). Minyak Atsiri. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian,
IPB. Halaman 36.
Kiswanti, E. D. (2009). Pemanfaatan karagenan yang ditambahkan minyak sereh
wangi pada formula gel penolak nyamuk Culex quinquefasciatus .skripsi. Bogor :
Program Sarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Kritsanakriangkrai, V., dan Pongsawatmanit R. (2005). Influence of
Glucomannan and pH on Properties of Kappa Carrageenan Gel. 31th Congress on

Science and Technology of Thailand. Suranaree University of Technology.
Bangkok
Mas, S. (2013). Pengaruh Penambahan Minyak Nilam Sebagai Fiksatif Terhadap
Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami. Skripsi. Bogor: Institus
Pertanian Bogor. Halaman 6, 8-9, 13.
Nasarah, M. (2015). Pengaruh Minyak Nilam (Oleum Pogostemon) Terhadap
Ketahanan Wangi Minyak Lavender (Oleum Lavandulae) Dalam Sediaan Gel
Pengharum Ruangan Memakai Basis Gel Campuran Agar Agar Dan Xanthan
Gum. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 19-21.
Nasharuddin, M.N. (2008). Patchcouli Oil Extraction Using Ultrasonic Extraction
Method. A Thesis Submitted In Fulfillment Of Therequirement for The Award of
The Degree of Bachelor of Chemical Engineering Faculty of Chemical
Engineering and Natural Resource. University Malaysia Pahang.
Ozu, E.M., Baianu, I.C., dan Wei, L.S. (1993). Physical and Chemical Properties
of Glucomannan Gels and Related Polysaccharides. In : Physical Chemistry of
Food Process. Van Nostran New York: Reinhold.

Universitas Sumatera Utara

Padmaja., Anbuselvi, S., Sathish K.M., dan Vikram, M. (2013). A Comparative

Study On Biosynthesis Of Xanthan Gum Using Three Different Xanthomonas
Strains Isolated From Diseased Plants. International Journal of Pharma and Bio
Sciences. Research Article Biotechnology. Int J Pharm Bio Sci. 3 (3):1-6.
Poerwadi, B., Ismuyanto, B., Agustina, D., dan Nirwana C. (2013). Karakteristik
Gel Pengharum Ruangan Dengan Berbagai Grade Patchauli Alkohol Dan
Konsentrasi Minyak Nilam. Jurnal Tehnik Kimia. 7 (2): 49-50.
Rahmaisni, A. (2011). Aplikasi Minyak Atsiri Pada Produk Gel Pengharum
Ruangan Anti Serangga. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 10,
28.
Rowe, C., Raymond., Sheskey, J.P., dan Owen, C.S. (2003). Handbook of
Pharmaceutical Excipients. London: Pharmaceutical Press. Halaman 592, 627.
Saha, D., dan Suvendu, B. (2010). Hydrocolloids as Thickening and Gelling
Agents in Food: A Critical Review. Juornal Food Sciences Technology. 47(6):
587–597.
Santoso, H.B. (1990). Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta:
Kanisius. Halaman 18-23.
Sugiyama, N., dan Shimahara, H. (1974). Method reducing serum cholesterol
level with extract of konjac mannan. US Patent 3, 856, 945
Sufrida dan Maloedyn, S. (2006). 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Edisi I.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Supriati, Y. (2016). Keanekaragaman Iles-iles (Amorphophallus spp) dan
Potensinya Untuk Industri Pangan Funsional, Kosmetik dan Bioetanol. Jurnal
Litbag Pertanian. 35(2): 69-80.
Takigami, S. (2000). Konjac Mannan, di dalam Handbook of Hydrocolloids. G.O.
Thomas, W.R. (1997). Konjac gum. In: A. Imeson, Ed. Thickening and Gelling
Agents for Food. Edisi II. halaman 169-79. London: Blackie Academic &
Professional.
Tranggono. (1989). Bahan Makanan Tambahan (Food Aditive). Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi.Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 25-26.
Widjanarko, S. B. (2008). Bahan Pembentuk Gel. http://widjanarko.com Tanggal
akses, 15 Mei 2017.
Winarno, F.G. (1994). Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminasi.
Pustaka Sinar Harapan, Bekerja Sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Bogor: IPB. Halaman 23-24.
Viktor. (2008). Bahaya Pengharum Ruangan Buat Anak. Dinas Kesehatan
Sumatera Barat. Halaman 45-46.

Universitas Sumatera Utara

Zhang, Y. Q., Xie, B. J., dan Gan, X. (2005). Advance in application of konjac

glucomannan and its derivatives. Carbohyd Polym 60 : 27-31. DOI:
10.1016/j.carbpol.2004.11.003.

Universitas Sumatera Utara