Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Chapter III V

BAB III
ASPEK HUKUM OBLIGASI DAERAH DI INDONESIA

A. Obligasi
1. Pengertian dan Unsur-Unsur Obligasi
Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda “obligatie” yang secara harfiah
berarti hutang atau kewajiban. Dalam kamus hukum Sudarsono, obligasi
mempunyai dua pengertian, yaitu : 42
a. Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat
diperdagangkan atau diperjualbelikan; atau
b.Surat utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku bunga
tertentu, dimana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik
dana dari masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.
Dalam UUPM tidak terdapat definisi obligasi secara eksplisit, tetapi juga
terdapat kata“obligasi” pada Pasal 1 butir 5, Penjelasan Pasal 21 ayat (3), Pasal 24
ayat (1), dan Penjelasan Pasal 25 ayat (1), di mana intinya bahwa obligasi
termasuk salah satu jenis efek. Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada
Penjelasan Pasal 51 ayat (4), di mana dikatakan bahwa obligasi sebagai contoh
efek yang bersifat utang jangka panjang.Obligasi dapat didefinisikan sebagai efek
utang pendapatan tetap yang di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk
membayar.

42

Sudarsono, Kamus Hukum, Cet.3, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Obligasi dapat didefinisikan sebagai efek utang pendapatan tetap yang di
masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap
untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada
saat jatuh tempo. Jadi sertifikasi obligasi merupakan suatu surat pengakuan hutang
atas pinjaman yang diterima oleh emiten (penerbit obligasi) dari pemodal. Jangka
waktu obligasi telah ditentukan (umumnya 5-10 tahun) da siserati dengan
pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya juga telah
ditetapkan dalam perjanjian.
2. Jenis- Jenis Obligasi
Obligasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, tergantung pada susur mana
dilihatnya. Berikut beberapa jenis obligasi, antara lain :
a. Obligasi Berdasarkan Definisi
Berdasarkan definisinya obligasi dibagi menjadi 6 (enam) jenis yaitu : 43
1). Debentures, yaitu surat utang jangka panjang yang tidak dijamin

(unsecured) dengan aset tertentu.
2). Subordinated Debentures, yaitu surat utang yang pengakuan klaimnya
berada setelah secure-debt dan utang jangka panjang lainnya.
3). Mortgage Bonds, yaitu surat utang dengan jaminan properti. Biasanya niai
properti yang dijaminkan tersebut lebih besar dari mortgage bonds yang
dikeluarkan.
4). Zero and Very Low Coupon Bonds, yaitu surat utang yang dikeluarkan
dengan sedikit atau tanpa pembayaran kupon tahunan. Jadi, obligasi ini
43

Adrian Sutedi. Aspek Hukum Obligasi & Sukuk, (Jakarta :Sinar Grafika : 2008) ,hlm.6-7

Universitas Sumatera Utara

tidak memberikan pembayaran bunga.Pemegang obligasi menerima secara
penuh pokok utang pada saat jatuh tempo.
5). Junk Bonds, yaitu surat utang yang memilik rating merah dan biasanya
dikeluarkan oleh perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Obligasi
ini memiliki peringkat dibawah peringkat investasi yang dikeluarkan
lembaga pemeringkat efek.

6). Euro Bonds, yaitu surat utang yang dikeluarkan di negara dimana mata
uangnya adalah yang tertera pada surat utang, dalam hal ini euro.

b. Obligasi Berdasarkan Bunga
Obligasi berdasarkan bunganya dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: 44
1). Obligasi dengan Bunga Tetap
Obligasi ini memberikan bunga tetap

yang

dibayar

setiap

periode

tertentu.Karena bunga tetap, maka pergerakan harga obligasi di pasar sekunder
umumnya berlawanan dengan pergerakan tingkat suku bunga yan berlaku
umum.
2). Obligasi dengan Bunga Tidak Tetap

Dalam menentukan suku bunga pada obligasi ini, maka disesuaikan dengan
tingkat suku bunga yang berlaku pada bank pemerintah atau dengan LIBOR
(London Inter Bank Offer Rate) dan SIBOR (Singapore Inter Bank Offer
Rate).
3). Obligasi Tanpa Bunga
44

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya.Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. (Jakarta :
Prenada Media: 2004), hal.185.

Universitas Sumatera Utara

Obligasi ini tidak memiliki bunga, keuntungan yang diperoleh berdasarkan
selisih antara nilai pada waktu jatuh tempo dengan nilai harga pembelian
4). Obligasi dengan Bunga Mengambang
Obligasi ini memeberikanbunga kupon secara mengambang.
c. Obligasi Berdasarkan Jaminan
Obligasi dengan jaminan dibedakan menjadi 8 (delapan), yaitu : 45
1). Guaranteed Bond, yaitu obligasi bergaransi, bila perusahaan tidak
mencukupi dalam memberikan jaminan, maka perusahaan tersebut

berafilisasi dengan perusahaan lain yang mampu memberikan jaminan
terhadap pelunasan utang pokok dan bunga obligasi.
2). Mortgage Bond, yaitu obligasi dengan jaminan real assets.
3). Collateral Trust Bond, yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang
dimiliki emiten dalam bentuk porto folio.
4). Equipment Trust Bond, obligasi dengan jaminan equipment yang
digunakan sehari-hari oleh emiten.
5). Unsecured Bond, yaitu obligasi tanpa jaminan.
6). Debenture Bond, obligasi dengan jaminan karakter si penerbit atau
jaminannya berbentuk kejujuran, nama baik si penerbit obligasi.
7). Subordinate Bond, yaitu obligasi yang memiliki peringkat prioritas lebih
rendah dibandingkan obligasi lainnya yang diterbitkan oleh penerbit
obligasi dalam hal terjadinya likuidasi.

45

Adrian Sutedi. Aspek Hukum Obligasi & Sukuk.(Jakarta :Sinar Grafika ,2008). Hal 9-10

Universitas Sumatera Utara


8). Efek beragun asset, yaitu obligasi yang pembayaran bunga dan utang
pokok dijamin oleh acuan berupa arus kas yang diperoleh dari penghasilan
asset. Contoh efek beragun KPR.

d. Obligasi Berdasarkan Konvertibilitas
Obligasi konversi adalah obligasi yang dapat diubah (dikonversi) menjadi
saham biasa dan pemilik obligasi konversi memiliki obligasi dan opsi call atas
saham perusahaan. 46

e. Obligasi Berdasarkan Penerbit
Obligasi ini dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1). Company Bond, yaitu obligasi yang diterbitkan perusahaan.
2). Government Bond, yaitu obligasi yang diterbitkan pemerintah. Contoh
obligasi yang diterbitkan pemerintah Indonesia yaitu obligasi rekap,
obligasi ritel Indonesia, Surat Utang Negara, dan Surat Berharga Syariah
Negara.
3). Municipal Bond, yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
Contoh obligasi pemerintah provinsi DKI Jakarta.

f. Obligasi Berdasarkan Pemegang

Obligasi ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : 47

46

Farid Harianto dan Sudomo.Perangkat dan Teknik Analisis Investasi.( Bursa Efek
Jakarta),hal.586.

Universitas Sumatera Utara

1). Obligasi atas nama, yaitu obligasi yang pokok pinjaman dan bunganya
tercantum nama pemilik obligasi.
2). Obligasi atas unjuk, yaitu obligasi yang nama pemilik tidak tercantum
pada obligasi. Ciri-ciri obligasi ini adalah :
a) Nama pemilik tidak tercantum dalam warkat obligasi.
b) Setiap warkat obligasi disertai dengan kupon bunga yang dilepaskan
setiap pembayaran bungadilakukan.
c) Sangat mudah untuk dialihkan.
d) Warkat obligasi dibuat dengan bahan yang sama dengan uang.
e) Bunga dan utang pokok hanya dibayarkan kepada orang yang dapat
menunjukan kupon bunga dan warkat obligasi.

f) Kupon bunga dan warkat obligasi yang hilang tidak dapat dimintakan
penggantian

g. Obligasi Berdasarkan Nilai Pelunasan
Dalam pelunasan obligasi ini terkait dengan indeks harga tertentu, seperti,
klausula emas, klausula perak, valuta asing, indeks harga konsumen. 48

h. Obligasi Berdasarkan Waktu Jatuh Tempo
Obligasi ini dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu : 49

47

Adrian Sutedi. Aspek Hukum Obligasi & Sukuk. (Jakarta, Sinar Grafika :2008). hal. 23-

24.
48

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. (Jakarta,
Prenada Media:2004). hlm. 185.
49

Ibid, hal.187.

Universitas Sumatera Utara

1) .Obligasi jangka pendek (sampai dengan 1 tahun)
2).Obligasi jangka menengah (sampai dengan 5 tahun)
3).Obligasi jangka panjang (lebih dari 5 tahun)

3. Pihak – Pihak dalam Obligasi
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur
tentang pihak pihak yang terlibat dalam obligasi.
Adapun pihak pihak yang terlibat dalam obligasi antara lain :
a. Emiten
Berdasarkan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Pasar Modal yang dimaksud
dengan emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.Pihak adalah
orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi atau kelompok yang
terorganisasi. 50 Pihak yang dapat bertindak sebagai Emiten adalah perusahaan,
Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara, pemerintah daerah,
negara, badan-badan internasional, atau badan otonomi khusus. 51 Untuk mencari
dana dari masyarakat pemodal (investor), maka emiten menerbitkan dan

memperjualbelikan efek yang bersifat utang (obligasi) di pasar modal. Ada 4
keharusan yang wajib dilakukan emiten untuk beraktivitas di pasar modal, yaitu: 52
1). Keterbukaan Informasi

50

BabI Pasal angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Levi Lana, Bisnis Vol.10, Penerbitan Obligasi dan Pembangunan dengan Obligasi
(Tinjauan Aspek Yuridis dan Praktis), Jurnal Hukum 2000.hlm. 60, seperti yang dikutip oleh
Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab
Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., 2006, hlm. 56
52
M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.cit., hlm. 151-154.
51

Universitas Sumatera Utara

Setiap Emiten yang pernyataan pendaftaran telah menjadi efektif wajib
menyampaikan kepada Bapepam (OJK)


53

dan menyampaikan kepada

masyarakat secepat mungkin apabila terjadi suatu peristiwa, informasi atau
fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan
investasi pemodal. Pelakasanaan prinsip keterbukaan dalam tiga tahapan,
antara lain:
a). Tahap keterbukaan pada saat Emiten melakukan penawaran umum
(primary market level).
b). Tahap keterbukaan setelah Emiten mencatat dan memperdagangkan
sahamnya di bursa efek (secondary market level), dimana Emiten
berkewajiban untuk menyampaikan secara terus-menerus laporan
berkala (continuosly disclosure) kepada Bapepam.
c). Tahap keterbukaan karena terjadi peristiwa penting yang laporannya
harus disampaikan secara tepat waktu kepada Bapepam dan Bursa Efek
(timely disclosure).
2). Peningkatan Likuiditas
Emiten dapat meningkatkan likuiditas Efek di pasar modal melalui
penambahan jumlah efek yang beredar. Yang dapat dilakukan melalui
penawaran dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), penerbitan
obligasi konversi, dan lain lain. Dengan meningkatnya transaksi efek, berarti
peningkatan likuiditas efek di pasar modal.
53

Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang OJK menyatakan sejak tanggal 31 Desember 2012,
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di Sektor Pasar
Modal, Peransuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
ke OJK.

Universitas Sumatera Utara

3).Pemantauan Harga Efek
Emiten harus selalu memantau harga efeknya di pasar modal karena harga efek
adalah jaminan dari kinerja dan kondisi dari emiten tersebut.Harga efek yang
tinggi berarti kionerja dari emiten baik dan sebaliknya harga efek yang rendah
menunjukkan kinerja emiten yang buruk.
4). Menjaga hubungan baik dengan investor.
Untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham ataupun calon investor
kepada perusahaan, Emiten perlu terus menerus membina hubungan baik
pemegang saham dan calon investor. Sehingga apabila suatu saat Emiten
memerlukan tambahan dana, Emiten tidak mengalami kendala komunikasi,
karena hubungan baik telah terbangun melalui komunikasi. Denganbegitu
calon investor atau pemegang saham telah mengenal, mengetahui, dan percaya
kepada kinerja perusahaan.

b. Penjamin Emisi Efek
1). Kesanggupan penuh (Full commitement underwriting)
Full commitmentatau sering juga disebut firm commitment underwriting,
yaitu suatu perjanjian penjamin emisi Efek dimana penjamin emisi mengikat diri
untuk menawarkan Efek kepada masyarakat dan pembeli sisa Efek yang tidak
laku terjual. Dari pengertian tersebut berlaku bahwa underwriter berusaha
menjual di pasar, kemudian membeli Efek yang ternyata tidak laku terjual dengan
harga yang sama dengan harga penawaran pada pasar perdana.
2).Kesanggupan terbaik (Best effort commitment)

Universitas Sumatera Utara

Dalam komitmen ini, penjamin emisi efek akan berusaha semaksimal
mungkin menjual efek-efek emiten. Apabila efek yang belum habis terjual
penjamin emisi efek tidak wajib membelinya, dan oleh karena itu mereka hanya
membayar semua efek yang berhasil terjual dan mengembalikan sisanya kepada
emiten.
3). Kesanggupan siaga (Standby Commitmen)
Dalam hal ini, penjamin emisi efek berusaha menawarkan efek
semaksimalnya kepada investor.Kemudian apabila ada sisa yang belum terjual
sampai batas waktu penawaran yang telah ditetapkan, maka penjamin emisi efek
menyanggupi membeli sisa efek tersebut dengan harga tertentu sesuai dengan
perjanjian yang besarnya dibawah harga penawaran pada pasar perdana.
4). Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none commitment)
Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan ternyata
sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama sekali.
Dengan pengertian bahwa bagian efek yang telah laku dipesan oleh investor akan
dibatalkan penjualannya dan semua sisa efek dikembalikan kepada emiten. Dalam
hal ini dikenal istilah komitmen minimum atau maksimum.Apabila penjualan efek
telah mencapai batas penjualan minimum yang telah ditentukan, maka penjamin
emisi efek dapat meneruskan penawaran sampa batas minimum penjualan. Akan
tetapi apabila :
a). batas waktu tertentu efek yang terjual belum memenuhi ketentuan jumlah
minimum, maka penjualan efek dibatalkan. Pada prakteknya biaya atas
pemberian jasa-jasa penjamin emisi efek terdiri atas 20% untuk

Universitas Sumatera Utara

management fee (lead underwriter), 20% untuk underwriting fee, dan
sisanya yaitu 60% untuk selling feeyang ditunjuk oleh brokeratau
perusahaan efek.
b). Wali Amanat (Trustee)
c). Penanggung (Guarantor)
Jasa penanggung (guarantor)diperlukan apabila suatu pihak (perusahaan,
negara, pemerintah daerah) menerbitkan obligasi.Hal ini ditujukan untuk
menjamin pelunasan seluruh pinjamanpokok beserta bunga, apabila
ternyata dikemudian hari emiten tidak mampu membayar atau
wanprestasi.Biasanya jasa pertanggungan ini dilaksanakan oleh bank
atau lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai reputasi yang
cukup baik.
d). Investor (Masyarakat pemodal)
Investor adalah pihak yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
kegiatan pasar modal, atau bisa dikatakan salah satu indikator terpenting
dalam pasar modal adalah keberadaan investor. Investor sebagai pihak
yang yang menginvestasikan dananya di pasar modal, dengan cara
membeli efek yang bersifat utang (obligasi) maupun efek yang bersdifat
ekuitas. Investor yang terlibat dalam pasar modal Indonesia adalah
investor domestik dan asing, perorangan dan institusi yang mempunyai
karakteristik masing-masing. 54 Dengan kata lain bahwa investor dapat
dijadikan sebgai tolok ukur kredibiltas pasar modal di suatu negara.

54

M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 165

Universitas Sumatera Utara

e). Lembaga Kliring
Lembaga ini berfungsi menyelesaikan semua hak-hak dan kewajiban
yang timbul dari transaksi di bursa efek. Maka dari itu berdasarkan PP
Nomor 45 Tahun 1995 pasal 15 dan pasal 16 menyebutkan Lembaga
Kliring dan Penjamin haruslah telah memperoleh izin dari Bapepam dan
memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 15.000.000.000 (lima
belas miliar rupiah). Selain itulembaga ini juga dapat bertindak sebagai
agen pembayaran atas transaksi jual beli obligasi.Umumnya yang
ditunjuk sebagai lembaga kliring adalah bank.Ia bertugas membayar
bunga dan pinjaman pokok atas obligasi masuk di bursa Efek atau di
pasar sekunder. 55
f). Bursa Efek
Bursa efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara
mereka. 56 Sama halnya dengan suatu pasar yang bersifat konvensional
yang mempertemukan penjual dan pembeli.Perdangan efek yang sah
adalah di bursa efek.Penyelenggara bursa efek haruslah perseroan yang
telah memperoleh izin usaha dari Bapepam. 57 Berdasarkan pembagian

55

Levi Lana., Op. cit, hlm. 62-63 seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja dalam
bukunya Penerbitan Obligasi & Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, hlm.
61.
56
Bab I Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
57
Bab I Pasal 6 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Universitas Sumatera Utara

segmentasi perdagangan di Bursa Efek lebih banyak memperdagangkan
obligasi, saham juga diperdagangkan namun tidak banyak. 58
g). Profesi Penunjang Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Bab VII dan PP nomor 45 Tahun
1995 Bab X, ada beberapa ketentuan khusus bagi profesi penunjang
pasar modal, antara lain :
(1). Profesi penunjang pasar modal wajib terdaftar di Bapepam
(2). Setiap profesi pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi
yang ditetapkan masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang Pasar Modal dan/atau peraturan pelaksanaannya.
(3). Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bidang pasar modal profesi
penunjang pasar modal wajib memberikan pendapat atau penilai
independen.
Profesi penunjang yang terdapat di pasar modal antara lain :
(1). Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan pihak yang berfungsi memeriksa kondisi
keuangan emiten serta memberikan pendapatnya tentang kelayakan emiten dalam
menerbitkan obligasi.Disamping hal tersebut, akuntan di pasar modal juga
berperan dalam mendorong perusahaan untuk memenuhi prinsip good corporate
governance, khususnya mengenai keterbukaan dan transparansi.Laporan akuntan
salah satu sarana penilaian bagi masyarakat perihal kondisi posisi keuangan

58

M. Irsan Nasarudin,dkk, Op.cit., hlm. 129

Universitas Sumatera Utara

emiten.Akuntan yang dimaksud disini adalah akuntan yang telah memperoleh izin
dari Menteri dan telah terdaftar di Bapepam.
(2). Konsultan Hukum
Konsultan hukum adalah ahli hukum yang membantu dalam aspek hukum
emiten yang akan melakukan emisi obligasi. Konsultan hukum yang ditunjuk oleh
emiten berperan sebagai legal drafter and adviserkepada pihak lain sehubungan
dengan suatu emisi obligasi. Dari segi keberpihakan, fungsi konsultan hukum
dapat dibedakan menjadi dua, anatara lain : 59
(a).Inhouse Lawyer
Sebagai inhouse lawyer, tugas dari konsultan hukum adalah menyiapkan
semua dokumen untuk kepentingan emiten, terutama membantu emiten
menyiapkan

perjanjian

emisi,

perjanjian

perwaliamanatan,

perjanjian

penanggungan, perjanjian dengan lembaga kliring, perjanjian dengan akuntan
publik, dan memberikan nasihat mengenai masalah-masalah hukum sehubungan
dengan emisi obligasi. Tugas konsultan hukum sebagai inhouse lawyerini, dapat
mewakili emiten dalam melakukan negosiasi dengan pihak-pihak tertentu, dan
berusaha mempertahankan kepentingan emiten dalam berbagai persoalan hukum.
(b).Independent Lawyer
Sebagai independent lawyer, tugasnya adalah melakukan legal audit, dan
memberikan pendapat hukum atas emisi obligasi.Adapun nilai dari pendapat
hukum yang diberikan oleh konsultan hukum bisa sedemikian menentukan,
menjadi salah satu faktor dalam mengambil keputusan.Pada dasarnya seorang
59

Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali
Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 63

Universitas Sumatera Utara

independent lawyer haruslah bersikap netral dan objektif dalam melakukan tugas
dan tanggung jawabnya.
Pada dasarnya konsultan hukum yang akan melakukan kegiatan profesi
penunjang pasar modal haruslah terlebih dahulu memenuhi syarat-syarat tertentu
yang ditentukan oleh peraturan dan terdaftar di Bapepam.
(3). Penilai
Penilai merupakan pihak yang akan menerbitkan dan menandatangani
laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas nilai wajar aktiva yang
disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dari si penilai. 60Penilai disini
juga harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam sebelum melakukan kegiatan
sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal.
(4). Notaris
Di pasar modal, seorang notaris diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang maksimal khususnya dalam proses emisi efek dan penyusunan kontrakkontrak penting. Adapun yang menjadi tugas pokok seorang notaris di pasar
modal antara lain : 61
(a). Membuat berita acara RUPS (Rapat Umum Pemegang saham).
(b) Membuat konsep akta perubahan anggaran dasar.
(c). Menyiapkan perjanjian dalam rangka emisi efek.
(5). Agen Pembayaran (Paying Agent)

60

Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali
Amanat di Pasar Modal, Loc. Cit.
61
Alwi Iskandar, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,
2003), hlm. 31-32 seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan
Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, Op. cit., hlm. 64

Universitas Sumatera Utara

Agen pembayaran bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya
dilakukan setiap dua kali dalam setahun dan pelunasannya yaitu pada saat
obligasi jatuh tempo.
(6). Agen Penjual (Selling Agent)
Agen ini pada dasarnya dilakukan oleh perusahaan efek dengan
tugas sebagai berikut: 62
(a). Melayani investor yang akan memegang saham.
(b). Melaksanakan pengembalian uang pesanan (refund) kepada investor.
(c). Menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan (investor)

B. Tinjauan Umum Obligasi Daerah
1. Pengertian dan Unsur-Unsur Obligasi Daerah
Pengertian tentang obligasi daerah diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah pada pasal 1 angka (4) disebutkan bahwa
obligasi daerah adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal.Obligasi ini tidak dijamin oleh Pemerintah Pusat
(Pemerintah) sehingga segala resiko yang timbul sebagai akibat dari penerbitan
Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
Penerbitan surat utang merupakan bukti bahwa pemerintah daerah telah
melakukan pinjaman/utang kepada pemegang surat utang tersebut. Pinjaman akan

62

Ibid

Universitas Sumatera Utara

dibayar kembali sesuai dengan jangka waktu dan persyaratan yang disepakati.
Peraturan mengenai pinjaman yang dilakukan oleh daerah juga telah diakomodir
sebelumnya

di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah
memberikan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu, didalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara bab V mengenai Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga Asing
disebutkan bahwa selain mengalokasikan Dana Perimbangan kepada Pemerintah
Daerah, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada
Pemerintah Daerah. Dengan demikian, pinjaman daerah merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
Adapun sumber-sumber pinjaman daerah terdiri dari : 63
a. Pemerintah, berasal dari APBN termasuk dana investasi Pemerintah,
penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau penerusan Pinjaman Luar
Negeri;

63

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/417-artikel-perimbangan-

keuangan/20172-obligasi-daerah-sebagai-alternatif-pembiayaan-kegiatan-investasi-publikoleh-pemerintah-daerah (diakess pada tanggal 23 Maret 2017, pukul 20.30 WIB)

Universitas Sumatera Utara

b. Pemerintah Daerah lain;
c. Lembaga Keuangan Bank, yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai
tempat kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Lembaga Keuangan Bukan Bank, yaitu lembaga pembiayaan yang berbadan
hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia; dan
e. Masyarakat, berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui penawaran
umum kepada masyarakat di pasar modal dalam negeri.
Adapun manfaat dari obligasi daerah antara lain: 64
a. Membiayai defisit anggaran.
Pemerintah daerah dapat memenuhi ketidakcukupan sumber pembiayaan
sendiri yang diakibatkan oleh local tax income, minimya dana trnsfer dari
pemerintah pusat, keterbatasan pinjaman dari lembaga keuangandalam atau
luar negeri.
b. Sumber dana jangka panjang.
Pemerintah daerah mendapatkan suber pembiayaan jangka panjang yang
dapat

disesuaikan

dengan

kebutuhan

pembangunan,potensi,

serta

kemampuan pembayaran, yang pada akhirya akan membawa kemakmuran
bagi masyarakat di daerah tersebut.
c.

Membiayai suatu proyek yang strategis.
Dana hasil penjualan oligasi daerah dapat digunakan untuk membiayai
proyek-proyek yang besifat strategis untuk kepntingan pelayanan publik
64

http://uwkshukum.blogspot.co.id/2014/07/makalah-pemda-obligasi-daerahmerupakan.html (Diakese pada tanggal 9 Mei, PUKUL 18.00 wib)

Universitas Sumatera Utara

atau medantangkan pendapatan bagi pemerintah daerah, yang karena
keterbatasan anggaran tidak dapat dibiayai oleh APBD
d. Mempercepat pembangunan daerah.
Pemerintah daerah dapat memicu dan memacu pembangunaan di daerahya.
Pembangunaan tersebut akan meciptakan multiplier effect (pelipatgandaan
manfaat ekonomi) antara lain dalam bentuk penciptaan lapangan pekerjaan,
tersediaya sarana prasarana yang dapat mempercepat perputaran roda
perekonomian sehingga akan menigkatkan kesejahreraan masyrakat.
e.

Terciptaya instrumen investasi baru.
Adaya obligasi daerah, selain memberikan mafaat langsung dengan
dibangunya infrastruktur, masyarakat juga dapat menikmati imbal hasil
(yield) dan mugkin juga insentif lain atas investasiya dalam obligasi daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah,

mengamanatkan bahwa obligasi daerah yang diterbitkan hanya jenis obligasi
pendapatan (revenue bonds).Kegiatan yang didanai melalui penerbitan obligasi
daerah harus menghasilkan penerimaan, namun tidak harus mencapai pemulihan
biaya penuh (full cost recovery). Peraturan yang sama juga mengamanatkan bahwa
apabila kegiatan belum menghasilkan dana yang cukup untuk membayar pokok,
bunga, dan denda maka pembayaran dilakukan dari APBD.
Pemerintah Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah hanya untuk
membiayai kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat yang menjadi urusan Pemerintah Daerah

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.Obligasi yang diterbitkan dapat
digunakan untuk membiayai beberapa kegiatan yang berbeda.
Kegiatan pemerintah daerah yang dapat dibiayai dengan obligasi daerah di
antaranya: 65
a. pelayanan air minum;
b. penanganan limbah dan persampahan;
c. transportasi;
d. rumah sakit;
e. pasar tradisional;
f. tempat perbelanjaan;
g. pusat hiburan;
h. wilayah wisata dan pelestarian alam;
i.

terminal dan sub terminal;

j.

perumahan dan rumah susun;

k. pelabuhan lokal dan regional.
Dengan demikian macam/jenis pembangunan infrastruktur daerah yang
dapat dibiayai melalui obligasi daerah sangatlah beragam dan vital serta memiliki
peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi kas daerah bersangkutan,
tentunya sebelumnya dengan mempertimbangkan nilai keekonomian kegiatan
infrastruktur dimaksud.

65

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/417-artikel-perimbangankeuangan/20172-obligasi-daerah-sebagai-alternatif-pembiayaan-kegiatan-investasi-publik-olehpemerintah-daerah (Diakses pada tanggal 9 Mei, Pukul 17.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara

2. Landasan Hukum Obligasi Daerah
Pengaturan mengenai Obligasi Daerah dapat ditemukan dalam:
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
b.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
KeuanganDaerah;
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2006 tentang Tata
CaraPenerbitan, Pertanggungjawaban dan Publikasi Informasi Obligasi
Daerah;
f.

Paket Peraturan Ketua Bapepam dan LK terkait Penawaran Umum
ObligasiDaerah, yaitu:
1). Peraturan Nomor VIII.G.14 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan Daerah,
2).Peraturan Nomor VIII.G.15 tentang Pedoman Penyusunan Comfort
Letter Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah,
3). Peraturan Nomor VIII.G.16 tentang Pedoman Penyusunan Surat
Pernyataan Kepala Daerah di Bidang Akuntansi Dalam Rangka
Penawaran Umum

Obligasi Daerah,

4). Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi
Daerah,

Universitas Sumatera Utara

5). Peraturan Nomor IX.C.13 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah, dan
6).Peraturan Nomor IX.C.14 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi
Daerah.
g. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Surabaya No. SK-010 /Dir/BES/V/2007
tentang Peraturan Pencatatan Obligasi Daerah

3. Pihak-Pihak Dalam Obligasi Daerah
Adapun pihak-pihak yang terlibat di dalam obligasi daerah antara lain:
a. Regulator,adalah lembaga/instansi pemerintah yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengawasi pelaksanaan penawaran umum obligasi
daerah di pasar modal. Pengawasan tersebut merupakan tanggung jawab
departemen keuangan dimana secara prakteknya dilakukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan, dan Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan.

1). Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), merupakan unsur
di dalam Departemen Keuangan, yang bertindak atas nama Menteri
Keuangan untuk mengevaluasi dan memberikan persetujuan atas rencana
penerbitanobligasi daerah yang diajukan oleh pemerintah daerah serta
mengawasi

pengelolaan obligasi daerah, sesuai dengan kerangka kerja

pinjaman daerah seperti diatur dalam PP 54/2005.

Universitas Sumatera Utara

2).Bapepam Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), 66adalah Badan Pengawas
PasarModal dan Lembaga Keuangan yang bertugas untuk melaksanakan
pembinaan,pengaturan dan pengawasan Pasar Modal dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan
efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
b. Self Regulatory Organizations (SRO), merupakan lembaga/organisasi
yang berwenang untuk mengeluarkan peraturan bagi kegiatan usahanya. Di
pasar modal, SRO terdiri dari bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian.
1). Bursa Efek, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek pihak-pihak lain dengan tujuan mempedagangkan efek di antara
mereka.
2). Lembaga

Kliring

Dan

Penjaminan,

adalah

pihak

yang

menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
bursa. Di Indonesia, lembaga kliring dan penjaminan yang telah mendapat
izin dari Bapepam LK adalah PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT.
KPEI).
3). Lembaga

Penyimpanan

Dan

Penyelesaian, adalah pihak yang

menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian,

66

Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang OJK menyatakan sejak tanggal 31 Desember 2012,
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di Sektor Pasar
Modal, Peransuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
ke OJK.

Universitas Sumatera Utara

perusahaan efek, dan pihak lain. Di Indonesia, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian yang telah mendapat izin dari Bapepam LK adalah PT.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI)
c. Emiten, merupakan pihak yang melakukan penawaran umum. Dalam
kaitannya dengan obligasi daerah, pihak yang menjadi emiten adalah
pemerintah daerah.
d. Pemegang Efek, adalah investor atau pihak yang menanamkan modalnya
dalam bentuk pemberian pinjaman kepada pemerintah daerah dalam bentuk
obligasi daerah.
e. Perusahaan Efek, adalah perusahaan yang mempunyai aktivitas sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi atau
gabungan dari ketiga kegiatan tersebut.
1). Penjamin emisi efek, adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten
untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau
tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
2). Perantara pedagang efek, adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha
jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
3). Manajer Investasi, adalah pihak yang kegiatan usahanya adalah
mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio
investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi,
dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

f. Lembaga Penunjang, merupakan pihak-pihak penunjang terlaksananya
pelaksanaan penawaran umum, yang terdiri dari biro administrasi efek,
kustodian dan wali amanat.
1). Biro Admisnistrasi Efek, adalah pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian
hak yang berkaitan dengan efek.
2). Kustodian, adalah pihak yang mermberikan jasa penitipan efek dan harta
lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden,
bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili
pemengang rekening yang menjadi nasabahnya.
3). Wali Amanat, adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek
bersifat utang (termasuk obligasi daerah). Penunjukan wali amanat
dilakukan melalui perjanjian bersama seluruh pihak pada penerbitan
obligasi daerah.Wali amanat bertugas untuk mengendalikan seluruh
aspek-aspek

administratif

penerbitan

obligasi

daerah

termasuk

memastikan bahwa penerbitan obligasi daerah telah sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan pada perjanjian obligasi daerah.
g. Profesi Penunjang, merupakan pihak-pihak lain yang juga terlibat dalam
pelaksanaan penawaran umum obligasi daerah di pasar modal, namun tidak
terlibat secara langsung dalam proses transaksi perdagangan efek, yang
terdiri dari penyedia penguatan kredit, lembaga pemeringkat efek serta
penasihat investasi.

Universitas Sumatera Utara

1). Lembaga Pemeringkat Efek, merupakan lembaga yang memberikan
peringkat kredit bagi penerbit obligasi daerah. Lembaga pemeringkat
mengukur kelayakan kredit, kemampuan membayar pinjaman yang akan
mempengaruhi tingkat bunga.
2). Penyedia Penguatan Kredit, adalah pihak yang memberikan penguatan
kredit melalui pernyataan kesediaan menjamin obligasi daerah, dimana
penguatan kredit ini akan memberikan kenyamanan bagi investor dan
dapat mempengaruhi tingkat bunga.
3). Penasihat Investasi, merupakan pihak yang memberikan nasihat kepada
pihak lain berkaitan dengan penjualan dan pembelian efek dengan
memperoleh imbalan jasa.

C. Penerbitan Obligasi Daerah
Proses persiapan penerbitan obligasi daerah secara garis besar terbagi atas
dua tahap, yaitu proses pada Pemerintah Daerah dan Kementerian Keuangan.
Yang perlu mendapat perhatian sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah, pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa
penerbitan obligasi daerah hanya dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
yang audit terakhir atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mendapat opini
Wajar Dengan Pengecualian atau Wajar Tanpa Pengecualian
Sebelum penerbitan obligasi daerah di pasar modal, terdapat beberapa
tahap yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah terlebih dahulu.Tahap-tahap

Universitas Sumatera Utara

tersebut meliputi persiapan di daerah, persetujuan Menteri Keuangan, tahap praregistrasi dan registrasi, hingga tahap penawaran umum.Thapan ini merupakan
langkah-langka yang harus ditempuh secara berurutan sesuai dengan peraturan
menteri keuangan nomor 111/PMK.07/2012 dan peraturan-peraturan Bapepam
dan LK.
1. Persiapan Penerbitan pada Pemerintah Daerah
Proses penerbitan obligasi daerah diawali dengan tahap persiapan
penerbitan. Gubernur, bupati atau walikota melaksanakan persiapan penerbitan
obligasi daerah. 67 Persiapan penerbitan ini dilakukan oleh Tim Persiapan ynag
dibentuk oleh Kepala Daerah. 68
Persiapan penerbitan obligasi daerah paling kurang meliputi: 69
a. Penentuan kegiatan
Dalam mempersiapkan penerbitan obligasi daerah pemerintah daerah terlebih
dahulu menentukan kegiatan yang akan dibiayai. Dalam melakukan penentuan
yang akan dibiayai obligasi daerah, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yang diantaranya adalah :
1) Kegiatan yang akan didanai harus sudah tercantum dalam pembangunan
jangka menengah daerah (RPJMD); dan

67

Pasal 8 ayat (1) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah
68

Alur Proses Penerbitan Obligasi Daerah, sesuai yang disampaikan dalam Sosialisasi
Peraturan Terkait Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Direktorat Jendral Perimbangan
Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah di Jakarta pada tanggal 27 November
2013
69
Pasal 8 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah

Universitas Sumatera Utara

2) Pemerintah daerah harus memantau batas kumulatif pinjaman pada tahun
akan diterbitkannya obligasi daerah, serta posisi kumulatif pinjaman
daerahnya.

70

Untuk mengetahui posisi kumulatif pinjaman daerahnya, pemerintah daerah perlu
memperoleh informasi resmi dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
b. Membuat kerangka acuan kegiatan
Suatu rencana investasi yang baik terlihat dari kerangka acuan kegiatan
yang jelas,sistematis serta memuat keterangan tentang kegiatan secara
spesifik. Pada prinsipnya, bentuk Kerangka Acuan Kegiatan sangat bervariasi
dan sangat bergantung dari tipe kegiatan yang akan dilakukan. Semakin besar
skala kegiatan yang akan dilakukan, semakin kompleks pula skema Kerangka
Acuan Kegiatan yang diharapkan dibuat oleh pemerintah daerah.

71

c. Membuat perhitungan batas kumulatif pinjaman
Batas kumulatif maksimal pinjaman daerah adalah jumlah total pinjaman
seluruh daerah pada tahun anggaran tertentu. 72 Batas maksimal kumulatif
pinjaman daerah tahun anggaran 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma
tiga persen) dari proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) tahun anggaran

70

Buku Panduan Obligasi Daerah, http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/
Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf, (diakses 26 Maret 2014, pukul 15.05 WIB).
71
Ibid
72

Pasal 1 angka 9 PMK Nomor 125/PMK.07/2013tentang Batas Maksimal Kumulatif
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah,dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014

Universitas Sumatera Utara

2014 73. Proyeksi PDB yang dimaksud adalah proyeksi yang digunakan dalam
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2014 74.
d. Membuat

penghitungan rasio

kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman atau debt service coverade ratio (DCSR).
Salah satu persyaratan yang diwajiban kepada pemerintah daerah dalam
melakukan pinjaman daerah – termasuk obligasi daerah – adalah memenuhi
ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman 75.
Penetapan nilai rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman daerah paling sedikit 2,5 (dua koma lima) dengan memperhatikan
perkembangan perekonomian nasional dan kapasitas fiskal daerah. 76
e. Menyiapkan struktur organisasi, perangkat kerja, dan sumber daya manusia
unit pengelola obligasi daerah .
f. Mengajukan Permohonan Persetujuan Prinsip kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Sebelum diajukan kepada Menteri Keuangan, rencana penerbitan obligasi
daerah harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan prinsip dari komisi di
DPRD yang menangani keuangan. Persetujuan prinsip DPRD yang dimaksud
sekurang-kurangnya memuat persetujuan atas:

73

Pasal 5 Ayat (1)PMK nomor 125/PMK.07/2013 Tentang Batas Maksimal Kumulatif
Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Daerah, Dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.
74
Pasal 5 ayat (3) PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Maksimal Kumulatif
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.
75
76

Pasal 15 ayat (1) huruf b PP Nomor 30 Tahun 2011tentang Pinjaman Daerah.
Pasal 16 ayat (2) PP Nomor 30 Tahun 2011tentang Pinjaman Daerah.

Universitas Sumatera Utara

a. Nilai bersih maksimal obligasi daerah yang akan diterbitkan pada saat
penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
b.Kesediaan pembayaran pokok dan bunga sebagai akibat penerbitan obligasi
daerah; dan
c. Kesediaan pembayaran segala biaya yang timbul dari penerbitan obligasi
daerah 77.

2. Tahap Persetujuan Menteri Keuangan
a. Rencana Pengajuan Penerbitan Obligasi Daerah
Setelah persiapan di daerah dianggap telah memenuhi persyaratan maka
pemerintah daerah dapat mengajukan usul penerbitan Obligasi Daerah kepada
Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.
Gubernur, bupati, walikota menyampaikan surat usulan rencana penerbitan
obligasi daerah kepada Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan. Surat usulan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan dokumen sebaggai berikut:
1) Kerangka acuan kegiatan (KAK);
2)Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir;
3)Peraturan Daerah mengenai APBD tahun yang berkenaan;
4)Perhitungan jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah dan defisit
APBD;
77

Pasal 8 ayat (3) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
.

Universitas Sumatera Utara

5)Perhitungan

rasio

kemampuan

keuangan

daerah

untuk

mengembalikanpinjaman atau DSCR;
6)Surat persetujuan prinsip DPRD; dan
7)Struktur organisasi, perangkat kerja, dan sumber daya manusia unit
pengelola Obligasi Daerah 78
b. Mekanisme penilaian
berdasarkan surat usulan penerbitan obligasi daerah, direktorat jenderal
perimbangan keuangan melakukan penilaian tehadap rencana penerbitan
obligasi daerah dalam dua tahap yaitu :
1) Penilaian admisnistrasi
Berupa penilaian atas kelengkapan dokumen rencana penerbitan obligasi
daerah dan kesiapan unit pengelola obligasi daerah.Dalam melaksanakan
penilaian administrasi atas kesiapan unit pengelola obligasi daerah,
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan memperhatikan pertimbangan
dari direktur jenderal pengelolaan utang.
2) Penilaian Keuangan
a). Penilaian atas jumlah kumulatif pinjaman
Penilaian atas jumlah kumulatif pinjaman, yaitu jumlah sisa pinjaman
daerah ditambah sisa jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi
75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD
tahun

sebelumnya.

Jumlah

kumulatif

78

Pasal 9 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.

Universitas Sumatera Utara

pinjamanPemerintahdanPemerintah Daerah dihitung dengan cara
menjumlah

Net

Pinjaman

Pemerintahdengan

Net

Pinjaman

PemerintahDaerah. Net Pinjaman Pemerintahadalah total seluruh
pinjamanPemerintahdikurangi piutang kepadaPemerintahDaerah. Net
PinjamanPemerintah Daerah adalah total pinjamanPemerintahDaerah
setelah dikurangi piutangkepada Pemerintah dan PemerintahDaerah
lainnya.Setiap

tahun

batas

kumulatif

pinjaman

untuk

seluruh

PemerintahDaerah ditentukanberdasarkan Peraturan MenteriKeuangan
denganmengikuti variabel jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah.
Dalam memberikan penilaian atas usul penerbitanObligasiDaerah,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan juga harus memperhatikan
apakahnilai Obligasi Daerahmelebihi batas kumulatifpinjaman daerah
untuk tahun yang bersangkutan 79.
b). Penilaian atas DCSR
Penilaian ini dilakukan berdasarkan

pada kemampuan pemerintah

daerah untuk membayar bunga dan pokok obligasi daerah yang akan
dikeluarkan. Penilaian ini juga dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya
tunggakan

atas

pengembalian

pinjaman

yang

berasal

dari

pemerintah.Pada prinsipnya, pemerintah daerah tidak dapar melakukan
pinjaman (jangka menengah ataupun jangka panjang) jika terdapat
tunggakan atas pengembalian pinajaman sebagaimana dimaksud

79

Buku Panduan Obligasi Daerah, http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/
Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf,( diakses 26 Maret 2014, pukul 15.05 WIB).

Universitas Sumatera Utara

disini 80 . Penilaian atas rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman atau DCSR, yaitu paling sedikit 2,5 (dua
koma lima) 81.
c. Penilaian atas jumlah defisit APBD
Dalam memberikan persetujuan penerbitan obligasi daerah, Menteri
Keuangan juga harus memperhatikan jumlah defisit APBD daerah yang
bersangkutan dengan memperhatikan batas maskimal kumulatif defisit
Anggara Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk mengendalikan bahwa
jumlah kumulatif APBN dan APBD tidak melebihi batas tersebut, maka
Menteri Keuangan menentukan batas maksimal defisit APBD masingmasing daerah setiap tahunnya. Dalam memberikan persetujuan atas
rencana penerbitan obligasi daerah, perlu diperhatikan bahwa jumlah
defisit APBD tidak melebihi batas tersebut pada tahun yang
bersangkutan 82.
Berdasarkan hasil penilaian administrasi dan keuangan, Direktur
Jenderal Perimbangan dan Keuangan atas nama Menteri Keuangan
memberikan persetujuan atau penolakan atas rencana penerbitan obligasi
daerah. Persetujuan atau penolakan atas rencana penerbitan obligasi daerah

80

Ibid.
Pasal 10 ayat (5) huruf b PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan
dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
81

82

Buku Panduan Obligasi Daerah, http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/
Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf, (diakses 26 Maret 2014, pukul 15.05 WIB).

Universitas Sumatera Utara

tersebut diberikan paling lama 2 (dua) bulan setelah diterimanya dokumen
rencana penerbitan obligasi daerah secara lengkap dan benar 83.

3. Peraturan Daerah Tentang Obligasi Daerah
Gubernur, bupati, atau walikota wajib menyampaikan peraturan daerah
mengenai penerbitan obligasi daerah kepada otoritas di bidang pasar modal
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, sebelum
pernyataan efektif obligasi daerah 84.
Peraturan daerah mengenai penerbitan obligasi derah paling kurang memuat
ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah nominal obligasi daerah yang akan diterbitkan;
b. penggunaan dana obligasi daerah; dan
c. tanggung jawab atas pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya yang
timbul sebagai akibat diterbitkannya obligasi daerah 85.
Dalam hal obligasi deerah yang akan diterbitkan dalam beberapa tahun
anggaran, Peraturan daerah mengenai penerbitan obligasi daerah tersebut harus
memuat ketentuan mengenai jadwal penerbitan tahunan obligasi daerah. Dalam
hal obligasi daerah yang akan diterbitkan membutuhkan jaminan, peraturan

83

Pasal 11PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
84

Pasal 13 ayat (1)PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
85

Pasal 13 ayat (2)PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.

Universitas Sumatera Utara

daerah mengenai penerbitan obligasi daerah harus memenuhi ketentuan
mengenai barang milik daerah yang akan dijaminkan 86.

Mekanisme Penerbitan Obligasi Daerah Di Pasar Modal
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
disebutkan bahwa pasar modal adalah suatu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Penerbitan obligasi daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik
dan dalam mata uang rupiah, dimana obligasi daerah digunakan untuk membiayai
kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan
publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan
atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut. Nilai obligasi daerah pada
saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal obligasi daerah saat diterbitkan 87.
Mekanisme penerbitan obligasi daerah di pasar modal di mulai dari
tahap 88:
a. Persiapan
1). Penunjukan profesi-profesi penunjang
a)Penjamin Pelaksana Emisi Efek

86

Pasal 13 ayat (3) dan (4)PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan
dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah
87
Regulasi Public Finance Obligasi Daerah , sesuai yang disampaikan dalam Sosialisasi
Peraturan Terkait Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Direktorat Jendral Perimbangan
Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah di Jakarta pada tanggal 27 November
2013
88
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Berfungsi untuk membantu Pemerintah Daerah menyiapkan dokumendokumen pernyataan pendaftaran serta melakukan penjaminan atas
penerbitan Obligasi Daerah 89.
b). Akuntan Publik
Akuntan Publik bertugas melakukan financial due diligence, yang
didalamnya mencakup audit APBD selama tiga tahun terakhir,
menyiapkan analisa dan pembahasan manajemen dan menyiapkan
ringkasan laporan keuangan.Setelah financial due diligence, maka
Akuntan Publik

mengeluarkan

Auditor’s Comfort

Lettersebagai

pernyataan bahwa laporan keuangan yang dimiliki oleh pemerintah
daerah telah diperiksa.
c). Konsultan Hukum
Bertugas melakukan melakukan legal due diligence, yang di dalamnya
mencakup pemeriksaan status hukum Pemerintah Daerah serta legal
audit.Setelah melakukan legal due diligence, Konsultan Hukum
memberikan legal opini90.Selain itu, Konsultan Hukum juga melakukan
pendataan atas perjanjian, perijinan, perkara, dll.
d). No