Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 1 ayat 3 secara tegas menyatakan
bahwa Indonesia merupakan negara hukum.Pasal tersebut telah memberikan
batasan yang jelas bagi seluruh warga negara Indonesia bahwa semua aspek
kehidupan diatur berdasarkan hukum yang bersifat adil dan berlaku secara
menyeluruh. Dalam konteks negara hukum ini, Indonesia menerapkan
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa:“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten dan kota mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan UndangUndang“.
Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan
haruslah

berdasarkan

pada


hukum

yang

berlaku

(wetmatigheid

van

bestuur).Sebagai negara yang menganut desentralisasi mengandung arti bahwa
urusan pemerintahan itu terdiri atas Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
artinya ada perangkat Pemerintah Pusat dan ada perangkat Pemerintahan Daerah,

Universitas Sumatera Utara

yang diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan
mengurus urusan rumah tangga daerah. 1
Secara hukum, pelaksanaan otonomi daerah diatur oleh Undang-Undang
Nomor


23

tahun

2014

tentang

Pemerintahan

Daerah.Undang-Undang

Pemerintahan Daerah pada intinya mengatur bahwa pemerintahan daerah
diarahkan untuk mampu menyelenggarakan kewenangan dan urusannya secara
lebih efektif dan efisien untuk mewujudkan pelayanan publik dan kesejahteraan
umum secara lebih baik.
Untuk mendorong pembangunan di daerah, pemerintahan daerah
senantiasa berupaya untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian yang
berbasis potensi lokal yang diharapkan akan memiliki dampak positif terhadap

bidang dan sektor pembangunan lainnnya. Pada pelaksanaannya, guna
mewujudkan pertumbuhan perekonomian daerah yang baik diperlukan dukungan
berbagai stuktur maupun infrastuktur di daerah yang lebih memadai.
Guna

menyediakan

infrastuktur

yang

memadai,

pada

umumnya

pemerintahan daerah terkendala oleh berbagai keterbatasan, khususnya dalam
pembiayaan


pembangunan

infrastuktur.

Pemerintahan

daerah

masih

mengandalkan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang
bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan Dana Perimbangan, sehingga
pemerintahan daerah perlu meningkatkan kemampuan pembiayaan pembangunan
di daerah melalui sumber-sumber pembiayaan baru baik bersifat konvensional
maupun non konvensional.
1

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hlm.

17.


Universitas Sumatera Utara

Pada kondisi tersebut, regulasi telah mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan alternatif pembiayaan pembangunan di daerah yang dapat diperoleh dari
pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu berdasarkan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah terdapat salah satu alternatif pembiayaan yaitu melalui
pinjaman daerah. Pinjaman daerah tersebut dapat dilaksanakan melalui cara
penerbitan obligasi oleh pemerintahan daerah untuk membiayai proyek atau
kegiatan yang memiliki kriteria tertentu, namun demikian pemerintahan daerah
seyogyanya perlu mengkaji mengenai kemungkinan penerbitan obligasi daerah,
bagaimana pengelolaan obligasi daerah, sekaligus mencermati resiko yang akan
dihadapi dalam penerbitan obligasi.
Secara teoritik, obligasi merupakan salah satu jenis efek yang mempunyai
jangka waktu cukup panjang. 2 Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah
obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah yang besar yang ditawarkan
secara luas kepada publik. 3Artinya, di Indonesia obligasi daerah yang diterbitkan
oleh pemerintahan daerah harus dijual kepada masyarakat melalui transaksi di
pasar modal. Hasil penjualan obligasi daerah oleh pemerintah daerah akan di

manfaatkan sebagai sumber dana alternatif utuk membiayai pembangunan
daerah. 4

2

Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 2.
3

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 2

4

Budi Purnomo, Obligasi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 50.

Universitas Sumatera Utara

Penerbitan obligasi daerah diharapkan akan memberikan banyak manfaat,
baik bagi pemerintahan daerah sebagai pihak emiten, investor, pelaku pasar modal
lainnya, serta tentu saja masyarakat luas. Lebih jauh, manfaat penerbitan obligasi

daerah antara lain adalah sebagai berikut :5
1. Membiayai defisit anggaran pemerintahan daerah yang dapat memenuhi
ketidakcukupan sumber pembiayaan sendiri yang diakibatkan oleh lemahnya
local tax income, minimnya dan transfer dari pemerintah pusat;
2. Percepatan pembangunan daerah dapat memicu dan memacu pembanguan di
daerahnya. Pembangunan tersebut akan menciptakan multiplier effect
(pelipatgandaan manfaat ekonomi) antara lain dalam penciptaan lapangan
kerja dan kesempatan kerja, tersedianya sarana dan prasarana yang dapat
mempercepat perputaran roda perekonomian sehingga akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat;
3. Terciptanya instrumen investasi baru. Selain memberikan manfaat langsung
dengan dibangunnya infrastruktur, masyarakat juga dapat menikmati imbal
hasil (yield) dan mungkin juga insentif lain atas investasinya dalam obligasi
daerah.
Pada prinsipnya, penerbitan obligasi daerah relatif sama dengan penerbitan
obligasi pada umumnya. Pemerintah daerah di dalam melaksanakan penerbitan
obligasi bertindak sebagai emiten. Dalam melakukan pinjaman daerah yang
ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal, pemerintah
daerah diwajibkan mengikuti tata cara penerbitan yang telah diatur sesuai
peraturan perundang-undangan.

Salah satu tata cara penerbitan obligasi yang harus dilalui Pemerintah
Daerah adalah perlu adanya peran dari profesi penunjang pasar modal dalam
penerbitan obligasi tersebut. Pada dasarnya pekerjaan utama dari profesi
penunjang pasar modal adalah membantu emiten dalam proses go public dan
dalam memenuhi persyaratan mengenai keterbukaan yang sifatnya terus menerus.
5

Ibid.,hlm. 51.

Universitas Sumatera Utara

Profesi penunjang pasar modal, untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, perlu
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai undang-undang pasar modal dan
peraturan pelaksanaannya serta ikut bertanggung jawab atas kepatuhan dan
ketaatan emiten yang menjadi pengguna jasanya dalam mematuhi ketentuan pasar
modal yang berlaku dan secara aktif memberikan nasihat kepada nasabahnya
untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. 6
Berdasarkan Pasal 80 ayat 1(d) Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal menyatakan :
”Profesi penunjang Pasar Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau

keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran, wajib
bertanggung jawab, baik sendiri –sendiri maupun bersama –sama atas kerugian
yang timbul akibat perbuatan dimaksud”.
Lalu ayat 2,
“Pihak sebagaimana di maksud dalam ayat (1) huruf d hanya tertanggung jawab
atas pendapat atau keterangan yang diberikannya”.
Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 64 (1)
menyatakan bahwa profesi penunjang pasar modal terdiri dari :
a. Akuntan
b. Konsultan hukum
c. Penilai
d. Notaris, dan
e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
6

Jusuf Anwar (1), Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi,
(Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 127.

Universitas Sumatera Utara


Profesi penunjang pasar modal yang sering menjadi sorotan pelaku bursa
adalah akuntan publik.Akuntan publik adalah pihak yang memiliki kewenangan
memeriksa laporan keuangan emiten, guna memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh emiten dan Akuntan Publik yang ada di pasar
modal haruslah yang terdaftar di Lembaga Orientasi Jasa Keuangan.Laporan
keuangan merupakan informasi penting, karena pengambilan keputusan invetasi
dimulai dari indikator keuangan ini. 7
Hal ini diatur dalam Undang-Undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal dan diatur juga di dalam Peraturan Menteri Keuangan No.111/PMK.07
/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
Inilah yang menjadi dasar untuk melindungi investor dari risiko gagal bayar serta
untuk menciptakan

full disclosure didalam laporan keuangan emiten, maka

dibutuhkan profesi penunjang yang independen di dalam memberikan opininya
terhadap kewajaran laporan keuangan yang akan diberikan kepada publik.
Akuntan publik merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan
publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi
dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntanbilitas entitas yang

berkaitan. 8 Jasa profesional akuntan publik merupakan hak exclusive akuntan
publik dan hasil pekerjaan akuntan publik digunakan oleh publik (pengguna
laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam mengambil keputusan
ekonomi.Pengguna hasil pekerjaan Akuntan Publik tidak hanya klien yang
7

Aristides Katoppo, Pasar Modal Indonesia (Restrospeksi Lima Tahun Swastanisasi
BEJ), (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1997), hal.161-162.
8
Mardiasmo, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor
Publik, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2, No. 1, Mei 2006, hlm 9

Universitas Sumatera Utara

memberikan penugasan, namun juga publik (investor/pemegang saham, kreditor,
pemerintah, masyarakat, dll).
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan
Publik, 9 jasa yang diberikan diatur dalam Pasal 3 bahwa akuntan publik
memberikan jasa asuran, yang meliputi : jasa audit atas informasi keuangan
historis; jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan jasa asurans lainnya..
Profesi akuntan publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya
adalah jasa atestasi/asurans.Hasil pekerjaan akuntan publik digunakan secara luas
oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan
keputusan.Profesi akuntan publik memiliki peranan sangat penting dalam
mendukung terwujudnya perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan.Dalam
menjalankan profesinya, akuntan publik mengemban kepercayaan masyarakat
untuk memberikan opini atas laporan keuangan.Tanggung jawab akuntan publik
terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi
keuangan suatu entitas.
Berdasarkan pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 111/PMK.07/2012
meyebutkan bahwa penerbitan obligasi daerah hanya dapat dilaksanakan oleh
pemerintah daerah yang audit terakhir atas laporan keuangan pemerintah daerah
mendapat opini wajar dengan pengecualian atau wajar tanpa pengecualian.
Pemberian opini inilah yang menjadi fungsi dari akuntan publik dalam penerbitan
obligasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

9

Undang-Undang Akuntan Publik No. 5 tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara

Dari pemaparan di atas, dipandang perlu dilakukan studi tentang profesi
akuntan publik di pasar modal.Adapun skripsi ini dibuat untuk menguraikan dan
memberikan penjelasan mengenai peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi
daerah.Skripsi ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan guna menentukan
kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan investor yang berinvestasi melalui
obligasi.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan judul skripsi “Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan
Obligasi Daerah Ditinjau Dari UU Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal “
maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, agar
sistematika penulisan dan pembahasan dalam skripsi ini lebih teratur serta untuk
menghindari kesimpangsiuran pengertian oleh para pembaca skripsi ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan (eksistensi) profesi akuntan publik dalam hukum di
Indonesia ?
2. Bagaimana aspek hukum obligasi daerah di Indonesia ?
3. Bagaimana peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi daerah ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam skripsi ini dapat
diuraikan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui keberadaan (eksistensi) profesi akuntan publik dalam
hukumdi Indonesia.
2. Untuk mengetahui aspek hukum obligasi daerah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi daerah
ditinjau dari Undang – Undang No. 8 tahun 1995.
Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Pembahasan yang termuat dalam kajian mengenai “Peran Akuntan Publik
dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal” ini dapat memberikan pemahaman lebih jelas mengenai
peran dan tanggung jawab yang diemban oleh profesi akuntan publik,
khususnya dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan bagi daerah
yang akan menerbitkan obligasi.
Dibalik pentingnya peran profesi penunjang pasar modal ini, kegiatan
pengkajian dan evaluasi atas kinerja mereka selama ini dirasakan masih sangat
sedikit, sehingga pengembangan dari sisi regulasi, pengawasan dan pembinaan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) selaku otoritas pasar modal
juga belum berjalan dengan optimal. Sehingga diharapkan melalui skripsi ini,
sedikit banyak memberikan informasi kepada publik, khususnya dalam hal
peningkatan perannya untuk melindungi kepentingan emiten dalam penerbitan
obligasi.
2. Secara Praktis

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca
yang ingin mengetahui keberadaan akuntan publik dalam mengaudit Pemerintah
Daerah yang ditinjau dari Undang- Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Juga sebagai bahan kajian bagi para akademisidalam menambah wawasan
pengetahuan kewengan akuntan publik dalam mengaudit Pemerintah Daerah.

D. Keaslian Penulisan
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh, maka penulis menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Peran
Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah”. Untuk mengetahui
keaslian penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang
tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelusuran
yang dilakukan, ditemukan salah satu penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang berjudul Tanggung
Jawab Hukum Akuntan Publik Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan (Studi
Pada Kantor Akuntan Publik Prasetio,Utomo & Co) pada tahun 2002. Perbedaan
dengan penelitian ini ialah skripsi tersebut membahas bagaimana tanggung jawab
akuntan publik dalam laporan keuangan perusahaan sedangkan penelitian skripsi
ini membahas bagaimana peran akuntan publik dalam penerbitan obligasi daerah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis dari pada judul skripsi
ini adalah :
1. Audit

Universitas Sumatera Utara

Audit adalah pemeriksaan dengan resmi atau pernyataan yang
menyatakan sebuah laporan pembukuan telah di periksa secara resmi. 10
Auditing merupakan suatu proses sistemik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan.

11

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah
pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
tersebut. Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh auditor independen
ditujukan terhadap pernyataan mengenai kegiatan ekonomi, yang
disajikanoleh suatu oraganisasi dalam laporan keuangannya.Pemeriksaan
ini dilakukan oleh auditor independen untuk menilai kewajaran informasi
yang tercantum dalam laporan keuangan. 12
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk
catatan

yang

menyertainya,

bila

ada,

yang

dimakudkan

untuk

mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban

10

Piter Salim, Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta
:Modern English Press, 2002) , hal.103.
11
Mulyadi Kanaka Puradiredja, Auditing, (Jakarta : Salemba Empat, 1998), hal.7.
12
Ibid, hal.9.

Universitas Sumatera Utara

suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau
kewajiban selama periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum. 13
2. Akuntan Publik
Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari
Kementerian Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk
menjalankan praktek akuntan publik. 14
Menurut Ensiklopedia Berbahasa Indonesia Akuntan Publik atau yang
dikenal dengan akuntan ekstern adalah seorang praktisi dan gelar
profesional yang diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa audit
dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit khusus serta jasa
dalam bidang non-atestasi seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi, dan jasajasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan. 15
Untuk berpraktek sebagai auditor independen, seorang harus memenuhi
persyaratan pendidikan dan pengalam kerja tertentu.Auditor Independen
harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai
ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli

13

Ikatan Akuntansi Indonesia, Satndar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001.,
(Jakarta :Salemba Empat, 2002), Aturan Etika (AE), hal.20.1.
14
Ibid, hal.20.2.
15
Wikipediaindonesia.com merupakan kamus penelusuran bahasa indonesia dikunjungi
pada hari kamis 6 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara

Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktek dari
Menteri Keuangan. 16
Auditor independen atau Akuntan Publik memilik sifat independen
walupun dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya namun
akuntan publik dalam pemeriksaannya tidak boleh memihak pada
kepentingan klien ataupun pihak ketiga.
3. Obligasi
Obligasi merupakan istilah yang dipergunakan dalam dunia
keuangan yang merupakan pernyataan utang penerbit obligasi kepada
pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang
beserta kupon, dengan pembayaran bunga saat tanggal jatuh tempo.
Lebih lanjut Gunawan Widjaja menyatakan bahwa obligasi adalah : 17
Utang yang harus dipenuhi atau dilunasi oleh emiten yang menerbitkan
obligasi tersebut kepada investor publik yang membeli obligasi yang
diterbitkan dan selanjutnya menjadi pemilik dari obligasi tersebut.

F. Metode Penulisan
Dalam hal ini, apa yang dikemukan dalam tulisan ini merupakan
pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik. Maka
haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti.
Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut :

16

Mulyadi Kanaka Puradiredja, Op.Cit., Hal. 27.
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta:Kencana, 2006),hal.7
17

Universitas Sumatera Utara

1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Dengan demikan, penelitian
yang dilaksanakan adalah penelitianhukum normatif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau
data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam
bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. 18 Sifat penelitian deskriptif
adalah bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,keadaan,
gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatu atau
untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain
dalam masyarakat. 19

2. Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah
bahan hukum primer, sekunder dan juga tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain UndangUndang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang No. 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Undang-Undang
18

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33
19

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir abad ke-20, (Bandung :
Alumni, 1994), Hlm 1

Universitas Sumatera Utara

Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi
Daerahdan PP Nomor 30 Tahun 2011tentang Pinjaman Daerah.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku
buku, pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum
yang memberikan petunjuk dan penjelasan bermakna terhadap bahan hukum
primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik,
terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan metode penelitian
hukum normatif.Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library
Research).
Penelitian

ini

dilakukan

dengan

menggunakan

suatu

penelitian

kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan
dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka yang lebih dikenal dengan nama dan acuan dalam bidang hukum atau
bahan rujukan bidang hukum.
Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahanbahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan

Universitas Sumatera Utara

beberapa buku wacana yang dikemukakan oleh para sarjana ekonomi dan hukum
yang sudah mempunyai nama besar di bidangnya, koran serta majalah.

4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam
tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data hakikatnya merupakan kegiatan
untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data
dilakukan dengan : 20
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.
d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin
yang ada.
e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

G. Sistematika Penulisan
Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasan
dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan Skripsi ini terbagi ke
dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
Bab I ini berisi pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar
belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan
20

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:PT.
RajaGrafindoPersada, 2004), hlm. 45.

Universitas Sumatera Utara

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode
penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.
Bab II ini merupakan uraian mengenai suatu tinjauan umum mengenai
profesi akuntan

publik mulai dari pengertian akuntan publik, dasar hukum

profesi akuntan publik, fungsi dan peran akuntan publik. Selanjutnya akan
diuraikan mengenai pengaturan akuntan publik yang meliputi jenis jasa yang
diberikan, aspek perizinan, kantor akuntan publik, hak, kewajiban dan larangan,
pembinaan dan pengawasan.
Terakhir bab ini akan akan mencoba menguraikan tanggung jawab akuntan publik
secara etik, perdata dan pidana.
BabIII ini merupakan uraian mengenai obligasi, tinjauan umum obligasi
daerah, berikut penerbitan dan pengelolaan obligasi daerah serta tanggung jawab
pemerintah daerah terhadap pembayaran obligasi daerah.
Bab IV ini akan membahas tentang obligasi daerah sebagai instrumen
pasar modal, kedudukan dan peran akuntan publik di pasar modal, peran akuntan
publik dalam penerbitan obligasi daerah serta tanggung jawab akuntan publik
dalam penerbitan obligasi daerah.
Bab V ini akan memuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada babbabsebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran terhadap pembahasan
skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Prospektus Dalam Rangka Go Publik Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

5 71 128

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

1 27 160

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 9

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 1

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 1 23

Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

0 0 8

Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

0 0 1

Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

0 0 24

Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Chapter III V

0 0 65

Peran Akuntan Publik Dalam Penerbitan Obligasi Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

0 0 3