KOMUNIKASI POLITIK PARTAI IDEOLOGI NASIO

KOMUNIKASI POLITIK PARTAI IDEOLOGI NASIONALIS DAN ISLAM DALAM
PENJARINGAN CALON KEPALA DAERAH
( Studi Perbandingan Pada Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Keadilan
Sejahtera Kota Malang)
Oleh: Dewi Yuvita Endharta
Program Studi Ilmu Politik. Fisip, Universitas Brawijaya

Abstract
Head of Region elections Malang in 2013 made political parties devise
appropriate strategies of political communication in recruiting candidates
for the head area Malang forward in this year's election , in order to attract
public sympathy and certainly can have a positive impact on the popularity
of the party for the legislative elections in 2014 coming . Communication
nationalist and Islamic political parties in the elections of regional heads of
Malang city in 2013 was interesting to examine more deeply because both
parties nasionaslis and Islam have different political communication
strategy to attract public sympathy as well as a writer in the research of
data for this paper . In addition to knowing the form of political
communication and the application of each of the parties must be adapted
to the theory of political communication , political communication forms
and also the purpose of political communication nationalist and Islamic

parties . Subject of study in this paper is one of Gerindra plunge nationalist
party in the general election of regional heads in Malang in 2013 , while
the Islamic party that is the subject of a study is the Keadilan Sejahtera
party.
A. Latar Belakang
Pergantian sistem pemilihan umum kepala daerah (pilkada) dari
sistem perwakilan oleh anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
berganti menjadi langsung di pilih oleh masyarakat memang tidak sertamerta langsung disetujui oleh banyak pihak. Beberapa pertimbangan yang
akhirnya melegalkan wacana

pilkada langsung, salah satunya adalah

keberhasilan pemilihan umum presiden dan wakil presiden (pilpres) secara
langsung pada tahun 2004. Hal itulah yang kemudian mendasari pilkada
secara langsung diwujudkan guna memenuhi aspirasi masyarakat daerah

akan pemimpin yang mereka kenal dan juga tahu bagaimana cara
memajukan daerahnya.
Sebelum pilkada langsung diwacanakan terlebih dahulu otonomi
daerah (Otoda) dimunculkan oleh banyak pihak sebagai salah satu solusi

untuk memangkas alur pengambilan keputusan untuk pemerintah daerah
yang pegang oleh pemerintah pusat, hingga daerah berhak mengatur proses
administrasi dan sistem birokrasi di daerah tanpa harus bergantung pada
pemerintah pusat lagi. Dengan kata lain ketergantungan pada pemerintah
pusat sudah dikurangi dan daerah dapat mengatur kebijakannya sendiri yang
nantinya juga akan di sahkan oleh pusat.
Salah salah satu kebijkan yang dihasilkan setelah lahirnya otoda
adalah pilkada yang sebelumnya dipilih secara keterwakilan oleh anggota
DPRD kemudian berubah sistem menjadi pemilihan langsung oleh
masyarakat daerah tentunya menjadi suatu pekerjaan rumah bagi partai
politik (parpol) untuk lebih intensif melakukan pendekatan pada masyarakat
sekaligus merancang strategi yang dipergunakan dalam proses komunikasi
politik untuk meraih simpati masyarakat dan juga kesepahaman visi/misi
dari partai lain untuk dapat menjalin koalisi. Strategi komunikasi politik
yang dilakukan oleh partai nasionalis dan partai Islam di Indonesia memang
memiliki beberapa perbedaan baik dari segi ideologi, pengambilan
keputusan, rekruitmen kader, dan lain sebagainya.
Tetapi tidak hanya beberapa hal diatas yang membedakan parpol
dalam komunikasi politik yang dilakukan, tapi juga popularitas partai di
masyarakat. Bentuk komunikasi politik yang sering dilakukan oleh parpol

adalah propaganda melalui pemasangan baliho di beberapa lokasi strategis

agar dapat mempengaruhi pemikiran masyarakat tentang parpol itu sendiri
dan juga sebagai media untuk mempromosikan kader yang maju dalam
pilkada atau pileg, hal itulah yang dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia
Raya (Gerindra) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada pilkada Kota
Malang beberapa waktu yang lalu. Komunikasi politik yang dibangun oleh
Gerindra dan PKS dapat dibedakan secara mudah dari sisi ideologi yang
menjadi jati diri yang membentuk karakter partai dan juga pengambilan
keputusan yang nantinya akan menjadi program kerja yang diperuntukkan
bagi masyarakat luas. Gerindra yang merupakan partai pendatang baru pada
pemilu 2009, mencuri perhatian masyarakat dengan slogan “ Ekonomi
Kerakyatan” yang diserukan oleh Prabowo Subianto. Selain itu program
kerakyatan seperti revolusi putih, pengobatan gratis yang sering dilakukan
oleh DPC Gerindra Kota Malang memang dirasakan betul manfaatnya oleh
masyarakat di beberapa wilayah yang tersebar di Kota Malang. Sedangkan
PKS yang notabene sebagai partai ideologi Islam yang masih eksis sejak
pemilu 1999 (sebelumnya bernama Partai Keadilan) mampu bersaing dalam
dunia politik Indonesia yang dipenuhi dengan partai baru untuk menarik
simpati masyarakat. Sebagai partai berbasis agama, PKS memang lekat

dengan kegiatan agama Islam dalam mempromosikan partainya atau pun
melakukan komunikasi politik dengan partai lain. Cara Islami dianggap
cocok untuk diterapkan dalam menjalankan partai ini

karena dakwah

memang sama dengan politik, dengan kata lain politik adalah bagian untuk
menjalankan ajaran agama Islam.

Untuk Proses komunikasi politik PKS memang tidak seterbuka Gerindra,
karena mereka sebagai partai dakwah memang lebih menintik beratkan kegiatan
keagamaan dalam komunikasi politik. Sedangkan untuk komunikasi politik
dengan pemilih non-muslim, PKS mempergunakan baliho yang dipasangan
dibeberapa wilayah strategis di Kota Malang dan juga sharing kegiatan partai di
social media (facebook, twitter, web partai).
B. Tinjaun Teoritik
1. Komunikasi politik
Dalam komunikasi politik terdapat beberapa teori dasar yang
menunjang komunikasi politik, teori itu terbagi menjadi dua bagian yaitu:
teori kepribadian dan diri politik. Dan Nimmo menyatakan bahwa:“ Teori

kepribadian adalah jumlah teori tentang kepribadian sama banyaknya
dengan jumlah definisinya. 1 Pada tulisan ini akan difokuskan pada
beberapa saja diantaranya, tetapi lebih spesifik pada yang memberikan
gambaran tentang pembelajaran dalam politik, seperti teori kebutuhan dan
teori psikoanalitik dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Teori kebutuhan
Teori kebutuhan mengemukakan bahwa manusia memiliki
hierarki kebutuahn psikologis, rasa dan kepastian, kasih sayang,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Perilaku manusia
merefleksikan upaya untuk memenuhi kebutuhan ini. Orang
hanya berbalik kepada kebutuhan politik setelah memenuhi
kebutuhan pokok fisik dan sosial.
1

Dan, Nimmo. 2001. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hal: 91

Para perumus teori kebutuhan berargumen bahwa banyak
diantaranya yang dipelajari orang tentang politik bergantung
pada kepribadian yang diperoleh pada masa kanak-kanak,
sementara kebutuhan pokok psikologis dan sosial dipenuhi pada

masa usia dini.
2. Teori psikoanalitik
Dua variasi yang diperunakan dalam teori ini adalah personal dan
interpersonal, bagaimana kepribadian mempengaruhi cara belajar
dan perilaku politik seseorang. Aliran personal dalam teori
psikonalitik adalah tradisi Sigmud Freud. Freud berpendapat
bahwa “ orang bertindak atas dasar motif yang tidak disadarinya
maupun atas dasar pikiran, perasaan, dan kecenderungan yang
disadari dan sebagian disadari.”
Pada pembahasan diatas telah dijelaskan bahwa kepribadian adalah
totalitas perilaku individu yang terwujud dalam kecenderungan yang
berulang dan berpola pada seluruh variasi situasi dan mengenai berbagai
objek, salah satu objek tindakan orang sehari-hari adalah diri sendiri.
Tidak berbeda dengan tindakan terhadap orang lain, orang bisa
menghargai dan memotivasi diri sendiri atau merasa jijik, menyalahkan
dan menghukum diri sendiri.
Banyak orang yang memperoleh diri, Dedy Mulyana menyatakan
bahwa “ bagian dari individu yang terdiri atas paket orientasi mengenai
sosialisasi politik yang menghasilkan diri politik2”.


2

Mulyana, Deddy. 2005. Nuasa-Nuansa Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hal: 69.

2. Bentuk Komunikasi Politik
“Setelah membahas secara singkat mengenai

teori komunikasi

politik. Tentunya komunikasi politik yang dipergunakan oleh para ahli untuk
kepentingan akademis dan parpol untuk mempromosikan organisasinya pada
masyarakat, akan membentuk sesuatu hal agar lebih mudah untuk
melakukan komunikasi politik itu sendiri, berikut ini adalah bentuk dari
komunikasi politik yang lazim pergunakan sejak dahulu, antara lain adalah
sebagai berikut:”


Propaganda.

Berasal


dari

bahasa

latin,

propagare

(menanamkan tunas suatu tanaman) yang pada awalnya
sebagai

bentuk kegiatan penyebaran agama

katholik.

Biasanya, dilakukan oleh politikus atau kader partai politik
yang memiliki kemampuan dalam memberikan sugesti
kepada khalayak dan menciptakan suasana yang mudah
terkena sugesti ( sugestivitas).



Public

Relation

(PR)

Politic.

Adalah

upaya

untuk

mempromosikan parpol secara luas dengan membangun
hubungan baik dengan masyarakat agar dapat memperoleh
simpati masyarakat dalam pemilu.



Kampanye politik. Bentuk komunikasi politik yang dilakukan
orang-orang atau kelompok (organisasi) dalam waktu tertentu
untuk memperoleh dan memperkuat dukungan politik dari
rakyat atau pemilih.



Lobi Politik. Merupakan pembicaraan antar anggota parpol
atau pemegang kebijakan yang nantinya dapat menghasilan

cara pandang dan kesamaan tujuan yang dapat mempengaruhi
suatu kebijakan.


Lewat Media Massa. Dalam hal ini peran media massa adalah
penyampai pesan dari partai politik kepada masyarakat dalam
hal pencitraan, iklan politik, atau promosi program kerja
partai.3


3. Tujuan Komunikasi Politik
“Komunikasi politik tidak hanya memiliki bentuk-bentuk yang
dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memiliki
tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar memilih suatu partai
tertentu yang nantinya akan berpengaruh pada perolehan suara dalam
pemilu. Berikut ini adalah tujuan dari dilakukannya komunikasi politik
oleh parpol atau pun komunikan politik lainnya, antara lain adalah sebagai
berikut:”


Citra Politik
Merupakan pengambaran sebuah partai atau anggotanya
untuk

mempengaruhi

cara

pandang

seseorang

atau

masyarakat akan sesuatu hal.


Partisipasi Politik
Merupakan bentuk perhatian dari seorang atau sekumpulan
warga negara untuk menyampaikan aspirasinya pada pejabat
publik yang nantinya diharapkan dapat mempengaruhi
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

3

Mahi. Hikmat. 2010. Komunikasi Politik Teori Dan Praktik Dalam Pilkada. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media. Hal.37-38



Sosialisasi Politik
Menurut David Easton dan Jack Denis, sosialisasi politik
sebagai

suatu

proses

perkembangan seseorang untuk

mendapat orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah
laku.


Pendidikan Politik
Pendidikan politik adalah usaha menanamkan, mengubah
atau mempertahankan sistem nilai atau orientasi politik
dengan mengaktifkan proses sikap, perilaku, sistem berpikir,
serta pandangan seseorang atau kelompok, baik kader,
simpatisan maupu masyarakat umum, yang dilakukan oleh
politikus, professional dan aktivis (sebagai komunikator
politik) atau lembaga (organisasi) sebagai partai politik.

 Rekruitmen Politik
Rekruitmen politik adalah salah satu usaha untuk mengajak
individu-individu masuk ke dalam orientasi dan nilai politik
yang pada akhirnya menjadikan anggota politik, baik sebagai
simpatisan sampai menjadi kader politik dan pengurus
organisasi politik.4
Memang tidak semua tujuan komunikasi politik dapat dicapai oleh
semua parpol, karena ideologi parpol dan popularitasnya dimasyarakat lah yang
menentukan pencapaian komunikasi politik sebuah parpol yang hasil akhirnya
bisa dilihat dalam pemilu baik tingkat daerah, legislatif, maupun eksekutif.

4

Ibid. Hal. 39-40

4. Partai Politik
“Partai politik pertama-tama lahir di Eropa Barat. Dengan meluasnya
gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam
proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang
menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah di pihak lain. Partai
politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari sebuah sistem politik
yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri.
Maka, dewasa ini di negara-negara baru pun partai sudah mulai mejnadi
lembaga politik yang biasa dijumpai. Pada permulaan perkembangannya di
negara-negara Barat, seperti Inggris dan Perancis, kegiatan politik pada
mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen.
Kegiatan ini mula-mula bersifat elistis dan aristokratis, mempertahankan
kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tututan raja5”.
Dalam perkembangan selanjutnya di dunia barat timbul pula partai
yang lahir diluar parlemen. Partai ini bersandar pada suatu pandangan hidup
atau ideologi tertentu seperti Sosialisme, Kristen Demokrat, dan sebagainya.
Dalam partai semacam ini disiplin partai lebih kuat, sedangkan pimpinan
lebih bersifat terpusat.6

5

Budiarjo, Miriam, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hal:159
Pembagian dalam partai yang mempunyai” parliamentary origin” dan yang mempunyai “ extra-parliementary
origin” diambil dari Maurice Duverger, Political Parties (London Methue and Co., 1954) , h. xxxvii
6

C. Metode Penelitian
Dalam penelitian karya ilmiah ini penulis mempergunakan metode
kualitatif. Menurut Moleong metode kualitatif adalah metode yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain secara holistik dan cara deskripsi dengan memanfaatkan berbagai
macam metode alamiah. Moleong juga menambahkan bahwa metode
kualitatif menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan analisis
statistik ataupun cara kuantitatif lainnya.7 Untuk itu penelitian dilakukan
secara intensif, terperinci, serta mendalam untuk menganalisa apa bentuk
dan proses komunikasi politik yang dipergunakan oleh Gerindra dan PKS
dalam menjaring calon kepala daerah dalam pilkada Kota Malang.
Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan jenis penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang disebut juga
sebagai penelitian taksonomi yaitu, eksplorasi dan klarifikasi mengenai
suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan
sejmumlah fenomena yang terkait dengan masalah dan unit yang diteliti.
Jenis penlitian ini tidak sampai mempersoalkan hubungan antara fenomena
yang ada.

7

Lexy. J Moleong. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya: Hal. 4

D. Komunikasi Politik Partai Nasionalis dan Islam
1.

Partai Gerindra DPC Kota Malang
Komunikasi politik yang dilakukan Gerindra dalam pilkada kota

Malang tahun 2013, awalnya adalah menjalin lobi politik dengan sejumlah
partai politik (parpol) lain dan calon independen hingga menghasilkan 7
nama yang kemudian di lakukan musyawarah dengan pengurus harian DPC
Gerindra kota Malang dan menghasilkan 3 nama yang kemudian di berikan
pada DPP lewat DPD untuk memperoleh rekomendasi calon yang didukung
dan juga penentuan mitra koalisi. Untuk realisasi dari komunikasi politik di
masyarakat adalah dengan memasang baliho disejumlah tempat yang
strategis di kota Malang agar dapat dikenal oleh masyarakat dan juga
menunjukkan eksistensi partai Gerindra di masyarakat. Setelah menentukan
calon kepala daerah yang didukung oleh partai Gerindra yaitu M.Anton.
Gerindra melakukan sejumlah rencana untuk meraih simpati masyarakat
yang tentunya juga melalui program kampanye yang dilakukan oleh tim
sukses M. Anton dengan fokus kegiatan sosial berupa pemeriksaan
kesehatan gratis, panggung hiburan, wisata 5 wali yang pada pelaksanaannya
di selingi dengan pemutaran video tentang visi/misi M. Anton untuk menjadi
calon kepala daerah.
Selain melalui kegiatan sosial, komunikasi politik yang dilakukan
oleh Gerindra dalam menjaring calon kepala daerah adalah melakukan
sosialisasi pada masyarakat agar menyalurkan hak pilihnya dalam pilkada
serta meminimalisir golongan putih (golput) yang prosentasenya cukup
tinggi dikarenakan tidak percayanya masyarakat pada kepemimpinan
walikota Malang sebelumnya. Untuk itu dengan terpilihnya M.Anton-

Sutiaji dan sepakatnya koalisi antara Gerindra dan PKB dengan jargon”
Peduli Wong Cilik” memang cukup menyita perhatian masyarakat dan tidak
hanya menyasar masyarakat kalangan bawah tetapi juga anak muda dengan
diadakannya kompetisi dance yang diikuti oleh sejumlah dancer grup yang
ada di kota Malang.
Memang tidak semua komunikasi politik yang dilakukan oleh
Gerindra dilakukan secara efektif karena Gerindra sendiri terkesan pasif
dalam melakukan lobi politik dengan partai lain dan memang lebih fokus
pada promosi internal partai dan juga memilih partai koalisi.

2. Komunikasi Politik PKS DPD KOTA MALANG
Komunikasi politik yang dilakukan oleh PKS memang lebih aktif,
diawali dengan melakukan silaturahmi pada sejumlah partai yang memiliki
suara di DPRD dan juga tokoh politik serta permuka agama yang dianggap
potensial dalam melakukan propaganda di masyarakat selain kader sendiri.
Pelaksanaa komunikasi politik di internal dalam penentuan calon walikota
Malang dari internal melalui polling secara tertutup dengan badan pengurus
harian (BPH) dan kemudian mempromosikannya melalui sosialisasi kader
didaerah masing-masing serta keikutsertaan sang calon dari internal PKS
yaitu Arief Hari Setiawan (Arief HS) dalam proses komunikasi politik
langsung dengan masyarakat yang kemudian menghasilkan beberapa
program unggulan dari calon PKS antara lain: program kesehatan gratis
dengan hanya menujukkan KTP yang dikhususkan untuk masyarakat
menengah kebawah karena prihatin dengan pelayanan kesehatan yang tidak
terjangkau bagi masyarakat menengah kebawah padahal sudah tersedia dana

untuk itu, Pendidikan Gratis yang memang banyak diserukan oleh calon dari
partai lain, dan PKS konsen pada pendidikan wajib belajar 9 tahun.
Selanjutnya ada program perbaikan sarana dan prasarana yang
memang dibuat berdasarkan dialog langsung Arif Haris Setiawan dengan
masyarakat yang menginginkan sarana dan prasarana yang ada memadai
hingga masyarakat dapat mempergunakan fasilitas umum seperti jalan,
sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, dan lain sebagainya. Selain sarana dan
prasarana yang memadai, membangkitkan usaha kecil menengah ( UKM)
melalui RT/RW dengan memberikan kucuran dana Rp. 25 Juta juga menjadi
fokus Arief HS untuk mengurangi angka pengangguran di kota Malang
sekaligus menciptakan lapangan kerja agar dapat meningkatkan tingkat
ekonomi masyarakat menengah kebawah.
Dan program yang terakhir adalah religius dan berbudaya, religius
memang menjadi cirri utama PKS dalam melakukan komunikasi politik baik
internal maupun eksternal partai. Sebagai partai Islam PKS selalu
mengedepankan cara Islam dalam setiap langkah komunikasi politiknya
namun tetap disesuaikan dengan perkembangan jaman dan juga kultur sosial
yang berlaku di masyarakat. Berbudaya yang dimaksud adalah melestarikan
nilai-nilai kebudayan masyarakat kota Malang yang ramah dan santun juga
tidak meninggalkan norma sosial yang masih ditunjung tinggi hingga
sekarang ditengah serbuan budaya barat yang banyak diaplikasi oleh kaum
muda dan tidak memahami tentang adat ketimuran yang santun dan tetap
ada batasan dalam beberapa hal.

E. Kesimpulan

1. Komunikasi politik partai Gerindra cenderung lebih pasif dan
menunggu parpol lain yang akan melakukan lobi politik, untuk
pengambilan keputusan mempergunakan

musyawarah

dengan

struktur pengurus DPC maupun PAC, sedangkan komunikasi politik
PKS lebih aktif dalam melakukan lobi politik ke sejumlah parpol dan
koordinasi di internal ditekankan pada koordinasi dengan kader di
masing-masing kelurahan yang lebih mengetahui permasalahan
dikeluhkan oleh masyarakat.
2. Bentuk komunikasi politik yang dipergunakan oleh Gerindra lebih
beragam yang difokuskan pada bidang sosial, keagamaan, dan
kesehatan, sedangkan PKS lebih sedikit dalam mempergunakan
bentuk komunikasi politik dan lebih mengutamakan pada pendekatan
langsung ke masyarakat agar lebih mengetahui permasalahan yanga
ada serta dapat mencari solusi yang nantinya dapat menjadi nilai
tambah bagi calon dari internal atau pasangan calon yang didukung
PKS dalam koalisi partai. Keterlibatan kader dalam mengapilkasikan
bentuk komunikasi politik memang menjadi

salah satu bentuk

interaksi partai pada masyarakat sekaligus media promosi bagi partai
untuk meningkatkan elektabititas dan popularitas partai. Keterlibatan
kader Gerindra dalam komunikasi politik dan aplikasi bentuk
komunikasi politik frekuensinya tidak banyak karena sudah
dikoordinasi oleh PKB, Gerindra hanya melaksanakan saja,
sedangkan PKS lebih memaksimalkan kinerja kader, terutama

komunikasi interpersonal kader dengan masyarakat secara langsung
untuk

membangun

kedekatan

dengan

masyarakat

menguatkan branding image sebagai partai kader.

sekaligus

Daftar Pustaka
Buku.
Budiarjo, Miriam, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Dan, Nimmo. 2001. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Deddy. 2005. Nuasa-Nuansa Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosda

Karya

Efendi, Onong, Uchjana. 1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi .
Bandung: Citra Aditia Bakti.
Lexy. J Moleong. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda
Karya.
Lasstwell. Harlod. 1948. The Structure and Function Communication in
Siciety, The Communication of Iedal .
Mahi. Hikmat. 2010. Komunikasi Politik Teori Dan Praktik Dalam Pilkada .
Simbiosa Rekatama Media.

Miles and Hubermas. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis
Data . Jakarta:UI Pres.

Miller, Katrine. 2002. Comunication Theories, Perspectif, Processes, and
Contex
Pembagian dalam partai yang mempunyai” parliamentary origin” dan yang
mempunyai

“extra-parliementary

origin”

diambil

dari

Maurice

Duverger, Political Parties (London Methue and Co., 1954)

Rauf, Maswardi. 2000. Book Review Teori-Teori Politik. Jakarta:
Pascasarjana Ilmu Politik UI.
Rudy, May T. 2005. Komunikasi dan Human. Bandung: Grafika aditama.

Dokumen Resmi DPC Gerindra Kota Malang. 2013. Enam Program Aksi
Transformasi Gerindra.

Skripsi dan Jurnal
Amirullah, Akhirul. 2012. Strategi Komunikasi Politik PKS DPW
Jogjakarta

dalam

pileg

2009.

Malang.

Universitas

TribuanaTunggaDewi.
Syukri. M. Abdullah. 2012. Perilaku Politik Partai Nasionalis dan Islam
dalam Konteks Demokrasi Lokal. Malang. Universitas Brawijaya.

Internet
Raharjo,

2012.”Trianggulasi

Mudjinato,

Dalam

Penelitian”,

http://www.uinmailiki.ac.id. Diunduh pada tanggal 20 Maret 2013 pukul.
10.00
Bankom

Gerindra.

2012.

Lambang

Partai

Gerindra.

http://www.partaigerindra.or.id. Di unduh pada tanggal 20 Maret pukul
12.15.
DPC Gerindra Kota Malang. 2012. Badan dan Sayap Partai Gerindra.
http://www.gerindrakotamalang.blogspot.com. Di unduh pada 23 Mei 2013
pukul 13.18.
resmi

DPD

PKS

Kota

Malang.

2002.

Visi

&

Misi

PKS,

http://www.kotamalangpksjatim.org. di unduh pada 16 Mei pukul. 18.06
Nasution, Beli. 2012. Power Point Mata Kuliah Komunikasi Politik.
http://www.unri.ac.id. Diunduh pada 15 Juli 2013 pukul. 12.43