Sistem Penjenjangan Dalam Lembaga Pendid

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Sistem Jenjang Pendidikan Dalam Lembaga Islam

Indonesia sebagai negara yang majemuk, kaya dengan keaneka ragamansuku, budaya,
bahasa, dan adat istiadatnya memiliki berbagai bentuk Institusi Pendidikan. Sebagaimana
yang dituangkan dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Instutusi Pendidikan dikelompokkan menjadi tiga Kelomok, yaitu Pendidikan
Islam Formal, Pendidikan Islam Non-Formal, dan Pendidikan Islam In-Formal.
1. Pendidikan Formal
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan dengan
jelas bahwa “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.1 Abu Ahmad dan
Nur Uhbiyato memberi pengertian tentang lembaga penddikan sekolah, yaitu bila dalam
pendidikan tersebut diadakan ditempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjnagan
dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi,
dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi.2
Haidar Nawawi mengelompokkan lembaga pendidikan sekolah kepada lembaga
pendidikan yang kegiatan pendidikannya diselenggarakan secara sengaja, berencana,

sistematis dalam rangka membantu anak dalam mengembangkan potensinya agar mampu
menjlanakn tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi.3
Di Indonesia yang termasuk kategori lembaga pendidikan formal adalah sebagai
berikut:
a. Raudhatul Athfal (RA) atau Bustanul Athfal
RA ini merupakan salah satu jenis pendidikan islam formal bagi anak usia dini.
Jenjang usia untuk RA ini yaitu 4-6 tahun sama seperti TK. Nah ada beberapa ciri khas dari
RA ini sendiri:
1. Jika kita tahu bahwa lembaga resmi yang menaungi pendidikan itu pada umumnya
ada dua yaitu Depdiknas dan Depag. Nah untuk RA ini sendiri tidak dianungi oleh
Depdiknas tetapi oleh Depag. Mengapa? Karena RA merupakan pendikan untuk
anak usia dini yang bersifat islami, atau menekankan tentang keagamaan.
2. Oleh karena RA itu bersifat Islami maka otomatis anak-anak atau muridnya pun
beragama Islam semua dengan jenjang usia yang telah disebutkan di atas yaitu 4-6
tahun.
3. Baju seragam anak-anak yang Sekolah di RA juga merupakn baju seragam yang
islami, yaitu bajunya panjang seperti baju muslim.
1 Undang-Undang NO 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 11
2 Ramayulis, Ilmu Pendidikanm Islam,2006, halaman 282
3 Ibid., halaman 282


1

4. Pelajaran nya juga jika di RA lebih ditekankan kepada pelajaran keagamaan. Jadi
selain belajar tentang pengetahuan umum di RA juga anak akan
banyak mempelajari tentang keagamaannya, Jadi RA ini berusaha
menyeimbangkan antara pelajaran dunia dan akhirat.
5. Guru, guru di RA juga merupakan guru-guru yang basik agamanya kuat.
Ini dikarenakan selain pengetahuan umum yang mereka ajarkan mereka juga
akan mengajar tentang agama, sekalipun pengetahuan umum sebisa mungkin
harus dikaitkan dengan pengetahuan keagamaan. Selain itu tentu dari
penampilan juga mereka harus islami.
b. Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar
sekolah yang diharapkan mampu secara menerus memberikan pendidikan agama Islam
kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem
klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan yaitu:4







Diniyah Awaliyah
Madrasah Diniyah Awaliyah, dalam menyelenggarakan pendidikan agama islam
tingkat dasar selama 4 tahun dan jumlah belajarnya 18 jam pelajaran dalam
seminggu.
Diniyah Wustho
Madrasah Diniyah Wustho, dalam menyelenggarakan pendidikan agama islam
tingkat menengah pertama sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh
pada Madrasah Diniyah Awaliyah, masa belajar selama dua tahun dengan
jumlah jam pelajaran 18 jam dalam seminggu.
Diniyah Ulya
Madrasah Diniyah Ulya, dalam menyelenggarakan pendidikan agama islam
tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan mengembangkan pendidikan.
Madrasah Diniyah Wustho,
masa belajarnya 2 tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam per minggu.

c. Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar Islam (SDI)
Madrasah ibtidaiyah (disingkat MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal

di Indonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian
Agama. Pendidikan madrasah ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1
sampai kelas 6. Lulusan dari madrasah dasar dapat melanjutkan ke madrasah pertama.
Kurikulum madrasah ibtidaiyah sama dengan kurikulum sekolah dasar, hanya saja pada MI
terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan mata
pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan mata pelajaran:


Alquran dan Hadits
4 Zuhairini Mukhtarom, Sejarah Pendidikan Islam, 1997, halaman 130

2

Aqidah dan Akhlaq
 Fiqih
 Sejarah Kebudayaan Islam
 Bahasa Arab
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (sederajat)
3 tahun.



d. Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI), atau nama lain
yang setingkat dengan lembaga ini.
Madrasah tsanawiyah (disingkat MTs) adalah jenjang dasar pada pendidikan formal di
Indonesia, setara dengan sekolah menengah pertama, yang pengelolaannya dilakukan oleh
Departemen Agama. Pendidikan madrasah tsanawiyahditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai
dari kelas 7 sampai kelas 9.
e. Madrasah Aliyah (MA) atau Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau nama lain yang
setingkat dengan lembaga ini.
Madrasah aliyah (disingkat MA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan
formal di Indonesia, setara dengan sekolah menengah atas, yang pengelolaannya dilakukan
oleh Kementerian Agama. Pendidikan madrasah aliyahditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai
dari kelas 10 sampai kelas 12.
f. Perguruan Tinggi Islam antara lain adalah sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN), Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Universitas Islam Negeri (UIN) atau lembaga sejenis milik
Yayasan atau organisasi keIslaman.
Institut Agama Islam negeri (IAIN) adalah bentuk perguruan tinggi Islam
negeri di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam disiplin ilmu
keaagaman Islam. IAIN merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi Islam negeri

selain universitas Islam negeri (UIN) dan sekolah tinggi agama Islam negeri (STAIN).
IAIN dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1960 di kota Yogyakarta dengan nama IAIN
Al Jami'ah al-Islamiah al-Hukumiyah, yang merupakan gabungan dari Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) Jakarta.
Sejak tahun 1963, berdirilah cabang-cabang IAIN yang terpisah dari pusat. Pada
tahun 1965, nama IAIN di Yogyakarta diubah menjadi IAIN Sunan Kalijaga.
Pada abad ke-21, sejumlah IAIN berubah
(UIN), karena memiliki fakultas dan jurusan
Hidayatullah di Jakarta misalnya, berubah nama
Hidayatullah. Jika pada tahun 2000 tercatat masih
di antaranya telah berubah menjadi UIN.
Berikut adalah daftar IAIN di Indonesia:


IAIN Ambon, Ambon



IAIN Batusangkar, Tanah Datar
3


nama menjadi universitas Islam Negeri
di luar studi keislaman. IAIN Syarif
menjadi Universitas Islam Negeri Syarif
terdapat 14 IAIN di Indonesia, saat ini 11



IAIN Bengkulu, Bengkulu



IAIN Bukittinggi, Bukittinggi



IAIN Datokarama, Palu




IAIN Jember, Jember



IAIN Kerinci, Kerinci



IAIN Manado, Manado



IAIN Metro, Metro



IAIN Padangsidempuan, Tapanuli Selatan




IAIN Palangka Raya, Palangka Raya



IAIN Palopo, Palopo



IAIN Pontianak, Pontianak



IAIN Purwokerto, Purwokerto



IAIN Salatiga, Salatiga




IAIN Samarinda, Samarinda



IAIN Sultan Amai, Gorontalo



IAIN Sultan Qaimuddin, Kendari



IAIN Surakarta, Sukoharjo



IAIN Syekh Nurjati, Cirebon




IAIN Ternate, Ternate



IAIN Tulungagung, Tulungagung



IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, Langsa

Dan berikut adalah daftar eks-IAIN yang kini menjadi UIN beserta lokasi dan tahun
perubahan status dari IAIN menjadi UIN.


UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan (2002)



UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (2004)

4



UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang (2004)



UIN Sunan Gunung Djati, Bandung (2005)



UIN Alauddin, Makassar (2005)



UIN Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru (2005)



UIN Ar-Raniry, Banda Aceh (2013)



UIN Sunan Ampel, Surabaya (2013)



UIN Raden Fatah, Palembang (2014)



UIN Sumatera Utara, Medan (2014)



UIN Walisongo, Semarang (2014)



UIN Antasari, Banjarmasin (2017)



UIN Raden Intan, Bandar Lampung ( 2017)



UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Serang (2017)



UIN Sultan Thaha Saifuddin, Muaro Jambi (2017)



UIN Mataram, Mataram (2017)

2.

Pendidikan Non Formal
Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.5 Ramayulis mengartikan pendidikan Non-Formal adalah lembaga
pendidikan yang teratur namun tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. 6
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa penidikan Islam non-formal adalah pendidikan yang
diselengggrakan oleh masyarakat dengan tanpa mengikuti peraturan yang baku dari
pemerintah.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tertuang dalam PP No. 55 tahun 2007
mengatur tentang pelaksanaan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada
jenjang pendidikan formal, nonformal, dan informal. Di dalam PP No. 55 tahun 2007
menyebut majelis taklim, pengajian kitab, pendidikan Alquran dan diniyah taklimiyah
sebagai bagian dari pendidikan keagamaan Islam.
Beberapa diantara pendidikan Islam yang tidak formal diselenggrakan oleh
masyarakat dan masih tetap eksis hingga sekarang adalah sebagai berikut :


Masjid, Mushalla, Langgar, Surau dan Rangkang
5 Undang-Undang NO 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat Pasal 12
6 Ramayulis, Ilmu Pendidikanm Islam, halaman. 283

5







Madrasah Diniyah
Majlis Ta’lim, TPQ, Taman Pendidikan Seni al-Qur’an, Jama’ah wirid
Kursus-kursus KeIslaman
Badan-badan Pembinaan Rohani
Badan-Badan Konsultasi keagamaan

3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. 7 Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki pola-pola
kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum ada di lingkungannya.8
Pengertian ini berarti menegakkan bahwa yang masuk adalam ketagori pendidi Islam in
formal adalah pendidika Islam yang diberikan oleh orang tua kepada keluarganya dan juga
pendidikan Islam dilingkunangan masyarakat seperti majlis ta’lim yang ada di masjid-masjid
atau mushola.
Praktek pendidikan Islam informal tidak terikat dengan penjenjangan, waktu, atau
muatan kuirkulumnya. Pendidikan berjalan secara alami dan materi pendidikannya bersiafat
kondisonal dan sesuai dengan kebutuhan tanpa ada program waktu dan evaluasi.
B.

Lembaga Pendidikan Islam

Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk
pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan untuk mengadakan suatu penelitian
keilmuan atau melakukann suatu usaha.9 Istilah lembaga pendidikan Islam, secara
terminologi ada banyak pendapat yang menjelaskan pengertiannya. Ada yang memaknai
lembaga pendidikan Islam secara fisik dan ada yang mengartikannya secara abstrak.
Sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr Ramayulis, Hasan Langgulung menjelaskan bahwa
lembaga pendidikan adalah suatau sistem peratuaran yang bersifat mujarrad suatu konsepsi
yang terdiri dari Kode-kode, Norma-norma, Ideologi-ideologi dan sebagainya, baik tertulis
atau tidak, termasuk perlengkapan material dan organisasi simbolik.10 Pendapat Hasan
Langgulung inilah pendapat yang mencakup keduanya (Fisik dan Non-fisik) dan cukup
menggambarakan tentang realitas lembaga pendidikan Islam di Indonesia
Ada berbagai bentuk lembaga pendidikan Islam di Indonesia, antara lain adalah pondok
pesantren dengan berbagai variannya, sekolah Islam atau Madrasah dengan berbagai jenjang
dan modelnya, dan perguruan tinggi dengan berbagai program studinya.
1.

Pondok Pesantren
Pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam yang pertama di Indonesia.
Berdasarkan Pendataan DEPAG pada tahun 1984-1985, pondok pesantren tertua di Indonesia
adalah pondok pesantren Jan Tampes II berdiri pada tahun 1062 di Pamekasan Madura. 11
Sekalipun kebenarannya masih diragukan tapi pesantren merupakn lembaga pendidikan Islam
Tertua di Indonesia.
7 Undang-Undang NO 20 tahun 2003 ... Pasal 13
8 Ramayulis, Ilmu ..., halaman 281
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1990, halaman 572

10 [20] Ramayulis, Ilmu ....., halaman 277
11 Hasbullah , Kapita Selekta Pendidikan Islam. 1996, halaman 41

6

Istilah pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu.
Disamping itu kata Pondok mungkin berasal dari bahasa arab “Funduq” yang berarti Hotel
Atau Asrama.12 Sedangakan Pesantren menurut Mastuhu adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan
najaran Islam dengan menekankan oentingnay moral keagamaan sebagai pedoman perilaku
sehari-hari.13
Pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam yang pertama di Indonesia.
Keberadaan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, telah
tumbuh dan berkembang sejak masa penyiaran Islam dan telah banyak berperan dalam
mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sejarah perkembangan Pondok Pesantren
menunjukkan bahwa lembaga ini tetap eksis dan konsisten menjalankan fungsinya sebagai
pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) sehingga dari pesantren lahir
kader ulama, guru agama, mubaligh, tokoh politik dan lain-lain yang dibutuhkan masyarakat.
Pada sejarah berdirinya pesantren, awalnya pesantren didirikan dengan misi khusus,
sebagai berikut :
 pertama, sebagai wahana kaderisasi ulama’ yang nantinya diharapkan mampu
menyebarkan agama di tengah-tengah masyarakat;
 kedua, membentuk jiwa santri yang memiliki kualifikasi moral dan religius;
 ketiga, menanamkan kesadaran holistik bahwa belajar merupakan kewajiban dan
pengabdian kepada tuhan, bukan hanya untuk meraih prestasi kehidupan dunia.14
Kemampuan pesantren untuk tetap survive hingga kini tentu merupakan kebanggaan
tersendiri bagi umat Islam, terutama kalangan pesantren. Hal ini sangat beralasan, sebab
ditengah derasnya arus modern dan globalisasi, dunia pesantren masih konsis dengan kitab
kuning15 dan konsep pendidikan yang mungkin oleh sebagian orang dianggap tradisional.
Begitu pula dengan pelajaran kitab-kitab kuning (klasik) merupakan salah satu elemen dasar
dari tradisi pesantren. Seluruh sisi kehidupan pesantren bersifat religius-teosentris yang
merujuk kepada al-Qur’an dan Hadis, sehingga semua aktivitas pendidikan dipandang
sebagai ibadah kepada Tuhan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta arus informasi global, pendidikan di pondok pesantren juga mengalami
perubahan dalam rangka penyesuaian, khususnya menyangkut kurikulum dan metode serta
teknik pembelajarannya. Aktifitas belajar bukan hanya diposisikan sebagai media (alat),
tetapi sekaligus sebagai tujuan, karena itu proses belajar mengajar di pesantren sering tidak
mengalami dinamika dan tidak mempertimbangkan waktu, strategi, dan metode yang lebih
kontekstual dengan perkembangan zaman.16 Padahal, seiring dengan pergeseran zaman santri
membutuhkan formalitas, sebut saja Ijazah serta penguasaan bidang keahlian lain yang dapat
mengantarnya agar mampu menjalani kehidupan. Di era modern, santri tidak cukup hanya
berbekal nilai dan norma moral saja, tapi perlu pula dilengkapi dengan keahlian yang relevan
dengan dunia kerja modern.
12 Ibid, halaman 40
13
Mastuhu, Dinamika Sistem pendidikan Pesantren; Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai
Sistem Pendidikan Pesantren. 1994, halaman 55

14 Ainur Rofiq Dawam, Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Bebasis Pesantren. 2005, halaman 6
15 Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren. 2004, halaman 37
16
Muhibbuddin, “Modernisasi Manajemen Pendidikan Pesantren” Mozaik Pesantren,
2005,
halaman 36

7

Hal demikian inilah yang kemudian mengharuskan pendidikan di Pondok Pesantren
mengalami perubahan dan pengembangan khususnya kurikulum dan metode
pembelajarannya. Sejak tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikan yang diselenggarakan di
pesantren sudah sangat bervariasi. Bentuk-bentuk pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi
empat tipe, yakni:







Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum
nasional, baik yang hanya memilki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA. Dan PT.
Agama Islam) maupun yang juga memilki sekolah umum (SD, SMP, SMA, dan PT
Umum).
Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah
dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional.
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrsah diniyah.
Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.17
Pesantren jenis yang ketiga dan keempat ini masih mempertahankan pola pendidikan
khas pesantren yang telah lama berlaku di pesantren, baik kurikulum atau metode
pembelajarannya, sehingga disebut Pondok Pesantren Salafiyah. Berbeda dengan
Pondok pesantren jenis pertama, Pesantren ini tidak menggunakan kurikulum
pemerintah dan hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dengan mengkaji kitab-kitab
klasik atau yang disebut kitab Kuning. Metode pembelajarannya pun menggunakan
metode khas pesantren tradisional yaitu sorogan,bandongan dan halaqoh.18

Kebanyakan santrinya belum mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan
dasar, sehingga keluaran/lulusan Pesantren Salafiyah tersebut tidak mendapatkan Surat Tanda
Tamat Belajar (STTB) atau Ijazah sebagaimana lulusan pendidikan formal yang dapat
digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau untuk memenuhi
tuntutan pekerjaan.
Berdasarkan Pendataan pada tahun 2011/2012 Jumlah pondok pesantren di Indoensia
mencapai 27.230 pondok pesantren yang tersebar di sekuruh Indonesia Populasi Pondok
Pesantren terbesar berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten yang
berjumlah 78,60% dari jumlah seluruh Pondok Pesantren di Indonesia. Dengan rincian Jawa
Barat 7.624 (28,00%), Jawa Timur 6.003 (22,05%), Jawa Tengah 4.276 (15,70%), dan Banten
3.500 (12,85%). Dari seluruh Pondok Pesantren yang ada, berdasarkan tipologi Pondok
Pesantren, terdapat sebanyak 14.459 (53,10%) Pondok Pesantren Salafiyah, dan 7.727
(28,38%) Khalafiyah/Ashriyah, serta 5.044 (18,52%) sebagai Pondok Pesantren Kombinasi.
2. Sekolah Islam
Sekolah Islam merupakan bentuk dari modernisasi pendidikan Islam. Awal munculnya
Sekolah Islam berawal dari adanya sekelompok masyarakat yang berlatar belakang agama
yang mempuntai gagasan membuka sekolah dengan sistem “sekolah belanda” dengan
tambahan pelajaran Agama. Pemrakarsa Utama dalam modernisasi Pendidikan Islam adalah
organisasi mordernis Islam seperti Jami’at Khair, Al-Irsyad, dan Muhammadiyah.19
17 Amin Haedari, Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Moderen. 2004, halaman 16.
18
M.Habib Chirzin, “Agama, Ilmu dan Pesantren” dalam M.Dawam Raharjo
(ed), Pesantren dan Pembaharuan. ( Jakarta: LP3ES), halman 87-88.

19

Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan
Nasional [paradigma Baru], 2005, halaman 70

8

Dalam perkembangannya, pendirian pendidikan Islam ini menjadi inspirasi bagi hampir
semua organisasi pergerakan Islam seperti Nahdlotul Ulama’ (NU) dengan Pendidikan Maarif
tahun 1926 di Jawa timur, Persatuan Islam (Persis), Persatuan Umat Islam (PUI), AlWashliyah, Matalaul Anwar, dan Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti) dengan corak dan ciri
khas masing-masing. Sekolah yang mereka dirikan merupakan sekolah umum dengan
memasukkan pengajarah Agama dan menambahkan nama Islam di belakangnya sehingga
menjadi SD Islam, SMP Islam, dan SMA Islam. Selain itu, ada yang menggunakan nama
organisasi penyelenggara seperti SD Muhammadiyah, SMP Maarif NU, SMA Al-Irsyad. Ada
pula yang menggunakan perlambang berbahasa Arab, misalnya SD Al-Falah, SMP Futuhiyah.
Dan belakngan ini muncul nama SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) SMPIT (Sekolah
Menengah Pertama Islam terpadu).20 Belakangan ini muncul sekolah Islam dengan model
fullday atau Boarding Scholl.
Perkembangan Sekolah Islam saat ini mendapat Animo dari masyarakat yang cukup
besar. Hal ini terjadi sebagai imbas dari kekurangan yang ada pada Madrasah atau Sekolah.
Banyak masyarakat menilai bahwa pendidikan di madrasah kurang profesioanl dalam
biadang materi umum sehingga tertinggal dengan sekolah, sementara sekolah umum kurang
dalam memberikan layanan pendidikan Agama. Sekolah Islam muncul sebagai alterntif bagi
masyarakat yang ingin mendapatkan pendidikan Agama yang baik dan pendidikan umum
yang profesional.
3. Perguruan Tinggi Islam
Pendirian lembaga pendidikan tinggi Islam sudah dirintis sejak zaman
pemerintahan Hindia Belanda, dimana Dr. Satiman Wirjosandjoyo pernah mengemukakan
pentingnya keberadaan lembaga pendidikan tinggi Islam untuk mengangkat harga diri kaum
muslim di Hindia Belanda yang terjajah itu. Bagi Indonesia, kebutuhan Pendidikan tinggi
Islam sudah sanagat mendesak untuk mendidik tenaga ahli dalam bidang Ilmu agama Islam
dan sebagai pusat pengembanagan intelektualisme agama Islam. Keinginan tersebut berhasil
direalisasi di Minangkabau dengan didirikannya sekolah Tinggi oleh persatuan Guru-Guru
Agama Islam (PGAI) di Padang yang diresmikan pada tanggal 9 Desember 1940. 21 Sekolah
Tinggi Islam ini merupakan Sekolah Tinggi Islam yang pertama kali berdiri di Indonesia dan
menjadi cikal bakal Sekolah Tinggi Islam yang lain baik negeri maupun swasta.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasioanl pasal 19 ayat
1 menyatakan “Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi”. dari pernyataan tersebut dapat
dipahami bahwa yang dimaksud dengan perguruan tinggi Islam adalah jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah (SMA/MA) yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang berciri khas Islam.
Saat ini Pendidikan Tiggi Islam (PTI) di Indonesia baik yang negeri maupun yang
swasta terus berkembang dengan berbagai program studi dan jurusan. Saat ini Pergurun
Tinggi Islam Swasta se-Indonesia berjumlah 272 lembaga sementara Perguruan Tinggi Islam
Negeri berjumlah 52.

20 Ibid,,,, halaman 71
21 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan di Indonesia, 1992, halaman 117

9

BAB III
PENUTUP
1. Institusi Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapatdilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang, In-Formal (pendidikan keluarga dan lingkungan)

2.

Pondok Pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam yang pertama di
Indonesia. Saat ini Pondok Pesantren berkembang menjadi 4 tipe.:



Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan
kurikulum nasional



Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk
madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan
kurikulum nasional

10



Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrsah
diniyah.



Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian

3.

Madrasah merupakan lemabaga pendidikan Islam yang diakui bagian dari pendidikan
Nasional. Jenjang Madrsah tediri dari RA. MI, MTs, dan MA

4.

Sekolah Islam merupakan bentuk dari modernisasi pendidikan Islam yang di prakarsi oleh
tokoh-tokoh atau organisasi modernis Islam Indonesia

5.

Pergurun Tinggi Islam merupakan lembaga pendidikan Islam lanjutan dari tingkatan MA
atau SMA

6.

Sistem penyelnggraan pendidikan Islam In Ormal dan Non formal berjelan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi masyarakat tertentu, tidak terikat dengan waktu dan evaluasi yang
ditentukan oleh pemerintah

7.

Sistem penyelnggraan Institusi Pendidikan Islam Formal mengikuti ketentuan yang
ditetapak oleh pemerintah akan tetapi ada ciri khas tersendiri yang dibuat oleh lembaga

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia
Uhbiyati, Nur, 1998. Ilmu Pendidikan Islam, Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,
Bandung : Pustaka Setia.
Hasbullah, 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Ramayulis, 2006. Ilmu Pendidikanm Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Taufiq, Sholla Dkk, 2014. Madrasah Lebih Baik Madrasah The Best Choive,
Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

11

12