Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam
masyarakat. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak,
jadi dalam lingkungan keluargalah watak dan kepribadian anak akan dibentuk yang
sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan. Keluarga sebagai
sistem sosial terkecil mempunyai fungsi dan tugas agar sistem tersebut berjalan
seimbang dan berkesinambungan. Dalam keluarga, setiap anggota keluarga tersebut
tentunya memiliki peran masing-masing, terutama peran penting ayah dan ibu
sebagai orangtua.
Pada umumnya, sebuah keluarga memiliki dua sosok yang penanggung jawab
dalam segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan berumah tangga. Dua
sosok yang dapat selalu menjadi representasi sebuah keluarga ideal. Jika sosok dalam
keluarga tidak lengkap maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam mendidik
seorang anak dan fungsi keluarga yang tidak baik. Sebagian dari orang-tua harus
mengalami menjadi orang-tua tunggal oleh berbagai sebab, ada yang karena

pasangan meninggal dunia, bercerai, atau karena kehamilan di luar nikah (Sulitnya
menjadi orang tua tunggal. http://gayahidupsehatonline.com/ html diakses pada 11
februari 2016 pukul 15:33 WIB).
Menjadi orang tua tunggal dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah.
Baik pria maupun wanita, tentu sangat berat mengalami ditinggal pasangan.
Dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan anak, termasuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga. Saat ini keluarga dengan orang tua tunggal memiliki
serangkaian masalah khusus. Hal ini disebabkan hanya ada satu orangtua yang
4
Universitas Sumatera Utara

membesarkan anak. Bila diukur dengan angka, mungkin lebih sedikit sifat positif
yang ada dalam diri suatu keluarga dengan satu orangtua dibandingkan keluarga
dengan orang tua lengkap, karena orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan
untuk saling menopang. Berbagai masalah, seperti masalah sosial dan masalah
ekonomi timbul karena semua beban masalah itu ditanggung sendirian, belum lagi
anggapan sebagian masyarakat yang notabene masih memegang adat ketimuran yang
menganggap negatif posisi sebagai orang tua tunggal, padahal orang yang menjadi
orang tua tunggalbelum tentu menginginkan kondisi tersebut terjadi. Hal inilah yang
dialami oleh para orang tua tunggal. Beratnya tanggung jawab dan kesulitan yang

dihadapi itu, dapat membuat individu tersebut menjadi stres.
Seringkali orang tua tunggal dituntut harus bekerja ekstra keras untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Setiap individu yang berkeluarga sangat
mendambakan kehidupan yang harmonis dengan di penuhi rasa cinta dan kasih
sayang antar anggota keluarga. Keluarga yang damai, tentram dan bahagia
merupakan tujuan setiap individu dalam menuntun keluarganya. Keluarga sebagai
sistem sosial terkecil mempunyai fungsi dan tugas agar sistem tersebut berjalan
seimbang dan berkesinambungan. Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan
sangat bergantung dari sudut dan orientasi mana akan dilakukan, yaitu diantaranya
dari sudut biologi, sudut perkembangan, pendidikan, sosiologi, agama dan ekonomi
(Gunarsa & Gunarsa, 1993 : 73).
Keluarga tidak utuh memiliki pengaruh negatif bagi perkembangan anak.
Dalam masa perkembangannya seorang anak membutuhkan suasana keluarga yang
hangat dan penuh kasih sayang. Di dalam keluarga yang tidak utuh kebutuhan ini
tidak didapatkan secara memuaskan. Anak yang diasuh oleh ibu tunggal kehilangan
figure ayah dalam keluarga. Hilangnya figur ayah akibat perceraian mengakibatkan
anak kehilangan tokoh identifikasi. Tokoh tempat anak belajar bertingkah laku
5
Universitas Sumatera Utara


menjadi berkurang.Keluarga yang lengkap dan utuh merupakan idaman setiap orang.
Majelis umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengemukakan bahwa keluarga
sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan
kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat
dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna
tercapainya keluarga sejahtera (Sunarti, 2004 : 133).
Terdapat banyak tugas dan peran yang harus dilaksanakan sebagai orangtua,
dan hal tersebut membutuhkan kerjasama masing-masing pasangan. Suami atau istri
dalam rumah tangga yang normal merupakan partner yang sanggup memberikan
rasa aman dan nyaman. Selain itu dengan adanya pasangan seseorang dapat berbagi
tugas dalam menjawab berbagai kebutuhan hidup, dalam mengatasi berbagai
masalah dan tanggung jawab, namun ada kalanya nasib berkata lain, tidak setiap
orang dapat terus menerus hidup dengan pasangannya,tidak selamanya tugas yang
seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara kedua orang-tua harus
dijalankan bersama-sama. Adakalanya tugas tersebut hanya dijalankan oleh satu
orang-tua saja dimana seorang suami atau istri harus berperan ganda.
Menjadi orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dimana
seseorang harus berperan ganda menjadi ibu dan ayah sekaligus. Hal tersebut
memunculkan berbagai banyak pertanyaan bagaimanakah orang tua tunggal dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya dalam banyak peran. Fenomena orang tua tunggal

terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di
berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat hingga negara
berkembang seperti Indonesia dengan jumlah yang cukup tinggi.
Data dari Census Bureau tahun 2007 di Amerika Serikat, mencatat terdapat 14
juta keluarga orang tua tunggal dan 83% diantaranya adalah wanita. Di Inggris pada
tahun 2005 terdapat 1,9 juta orang tua tunggal dan 91% dari angka tersebut adalah
6
Universitas Sumatera Utara

wanita. (Single mothers in an International Context; The World’s Women 2000:
Trends and Statistics).
Data di Inggris menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yang menjadi
orangtua tunggal adalah wanita sebagai kepala keluarga merangkap sebagai ibu
rumah tangga, dalam kata lain wanita menjalankan peran ganda. Fakta yang terjadi di
Inggris tersebut menunjukkan hal sama yang terjadi pada negara lain termasuk
Indonesia (Alvita, 2008 :20). Di Indonesia pada Tahun 2010 Biro Pusat Statistik
(BPS) memperkirakan bahwa terdapat 65 juta keluarga dan sekitar 14 persen atau 9
juta dikepalai oleh perempuan. Angka 14 persen dan kenaikan jumlah ibu tunggal
tersebut bukanlah angka yang sedikit. Ada beberapa ibu tunggal yang benar-benar
mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Namun, tidak sedikit ibu

tunggal

yang

menjadi

beban

bagi

keluarga

asalnya.

(http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/3521, diakses pada 5 Februari 2016 pukul
13:22 WIB).
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000, terlihat lebih banyak janda
dibandingkan duda, yaitu sekitar 8.670.870 janda dan 1.763.613 duda. Survei yang
dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) tahun 2004 di
Indonesia diperoleh hasil sekitar 40 juta keluarga yang berkepala rumah tangga

dengan status janda. Berdasarkan hasil survei tersebut juga diketahui bahwa 13,4 %
janda di Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan (Saras, 2005 : 65).
Sementara itu, data dari Dinas Kependudukan Kota Medan tahun 2005 disebutkan
bahwa jumlah janda lebih besar dibandingkan jumlah duda, dimana janda cerai
sebanyak 1,48 %, dan janda karena kematian suami sebanyak 6,17 %. Jumlah duda
cerai sebanyak 0,56 % dan duda karena kematian istri sebanyak 1,01 %. Berdasarkan
data tersebut di atas apabila dikumulatifkan maka persentase janda lebih besar, yaitu
7,65 % daripada persentase duda yang hanya mencapai persentase 1,57 %.
7
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa peran sebagai orang-tua tunggal
ini

tampaknya

lebih

banyak


dipegang

oleh

wanita(http://id-

text.123doc.org/document/25840-makna-hidup-pada-wanita-yang-berperansebagai-orang-tua-tunggal.html, diakses pada 5 februari 2016 pukul 23:03 WIB).
Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 pasal 38 tentang
perkawinan dinyatakan bahwa perkawinan dapat putus karena perceraian, kematian
dan atas putusan pengadilan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui pula bahwa
dengan putusnya hubungan perkawinan akan menyebabkan anak terpaksa diasuh
oleh salah satu dari kedua orang tua (ayah atau ibu). Single parents atau biasa kita
kenal dengan istilah orang tua tunggal merupakan tumpuan keluarga, dimana orang
tua tesebut juga menjadi bagian dari dinamika sosial masyarakat, di Indonesia
banyak sekali fenomena orang tua tunggal. ayah atau ibu entah sebab cerai atau mati,
saat salah satunya tiada tentunya menjadi tuntutan tersendiri baginya untuk
membentuk proses pendewasaan keluarga.
Tugas sebagai orang tua terlebih bagi seorang ibu, akan bertambah berat jika
menjadi orang tua tunggal (single parent). Setiap orang, terlebih bagi wanita yang
tidak pernah berharap menjadiorang tua tunggal, keluarga lengkap pastilah idaman

setiap orang, namun ada kalanya nasib berkehendak lain. Kenyataannya kondisi ideal
tersebut Oleh karena itu orang tua khususnya ibu yang menjadi orang tua tunggal
harus memahami perannya dengan tepat guna menjaga perkembangan anak
sebagaimana seharusnya karena Terdapat beberapa hal yang berubah dan butuh
penyesuaian diri bagi seorang wanita yang ditinggalkan suami karena kematian
maupun perceraian Salah satunya adalah menjadi orang-tua tunggal. Hal tersebut
menjadikan hidup seorang wanita tidak hanya berperan sebagai ibu, namun juga
berperan sebagai ayah. Keadaan yang demikian menjadikan hidup sebagai orangtua
tunggal bukanlah perkara yang mudah. Wanita yang juga berperan sebagai kepala
8
Universitas Sumatera Utara

rumah tangga lebih sering mengalami stres secara psikologis sebagai hasil dari
perjuangannya untuk mempertahankan hidup. Mereka merasakan penderitaan seperti
depresi atau kecemasan, karena mengharuskan kemampuan mereka untuk menjadi
orang tua yang mendukung dan penuh perhatian terhadap anaknya.
Ibu sebagai orang tua tunggal tentu mengalami kesulitan-kesulitan, ia harus
bisa memenuhi kebutuhan hidup bersama anak-anaknya dan ia harus bisa melewati
itu semua tanpa ada suami di sisinya lagi (Rika, M.D. dan Risdayati, 2013:77). Ibu
sebagai orang tua tunggal harus mampu berperan ganda dalam membesarkan anakanaknya. Ia harus tetap menjalankan perannya sebagai ibu dalam memenuhi

kebutuhan psikologis anak-anaknya (pemberian kasih sayang, perhatian, rasa aman)
dan juga mengganti peran suami dalam memenuhi semua kebutuhan fisik anakanaknya (kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan
lain yang berkaitan dengan materi) dan kebutuhan lainnya (Alvita, 2008:24).
Ibu sebagai orang tua tunggal yang harus melanjutkan kehidupan keluarga
bersama anak-anaknya pasti menghadapi berbagai permasalahan. Berdasarkan hasil
studinya terhadap peran Ibu sebagai orang tua tunggal(Rika, M.D. dan Risdayati,
2013:75) menemukan masalah yang dihadapi Ibu sebagai orang tua tunggal antara
lain: masalah psikologis, interaksi sosial, dan ekonomi. Dari segi psikologis, masalah
yang dirasakan Ibu sebagai orang tua tunggal adalah tanggung jawab terhadap
keluarga yang harus ditanganinya seorang diri, ibu yang menjadi orang tua tunggal
harus dapat membuat keputusan-keputusan penting dan membimbing serta membina
anak seorang diri juga mempengaruhi keadaan psikologis Ibu sebagai orang tua
tunggal.
Dari segi interaksi sosial, kurangnya komunikasi ibu sebagai orang tua tunggal
dengan masyarakat di sekitarnya mengakibatkan hubungan diantaranya menjadi
kurang begitu akrab dan kurang mengenali satu sama lainnya. Kesibukan dari
9
Universitas Sumatera Utara

masing-masing individu membuat kedekatan emosional antar sesama sangat minim

sehingga perasaan solidaritas di antara mereka melemah. Dari segi ekonomi, single
mother harus bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keberlangsungan keluarga
beserta anak-anaknya. Single mother yang harus memenuhi kebutuhan hidup seorang
diri tanpa pasangannya berpendapat bahwa kebutuhan panganlah yang harus
dipenuhi, sehingga kebutuhan anak yang lain pun sering terabaikan.
Dari beberapa aspek permasalahan yang dialami ibu sebagai orang tua tunggal
di atas, faktor ekonomi merupakan faktor utama yang menjadi permasalahan di
dalam keluarga ibu sebagai orang tua tunggal. Yang menjadi permasalahan ekonomi
bagi ibu sebagai orang tua tunggal adalah pekerjaan dan pendapatan yang dimiliki
(Rika, M.D. dan Risdayati, 2013:38).sehingga ibu sebagai orang tua tunggal harus
dapat bekerja dan memiliki penghasilan agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan
hidup keluarga beserta anak-anaknya. Sayangnya, saat ini tidaklah gampang bagi ibu
sebagai orang tua tunggal untuk mendapatkan pekerjaan (Tulus, 2012 : 58).
Peran ibu sebagai orang tua tunggal tentu sangatlah berbeda dengan orang tua
yang lengkap, ibu sebagai orang tua tunggal memiliki tanggung jawab besar dalam
membangun keluarganya karena Keluarga mempunyai peran yang sangat penting,
menggambarkan

seperangkat


perilaku antar

pribadi,

sifat,

kegiatan

yang

berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat. Ibu sebagai orang tua tunggal memiliki peran yang ganda yaitu selain
menjalankan perannya sebagai seorang ibu ia juga menjalankan peran seorang ayah
sebagai kepala keluarga, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman serta sebagai anggota dari kelompok dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya guna terpenuhi kebutuhan
sosial ekonomi keluarga tersebut.
10
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara
mendalam berkenaan untuk mengetahui peran ibu sebagai orang tua tunggal dalam
memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga. Berangkat dari hal itu, peneliti
mengangkat permasalahan dalam bentuk sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi
dengan judul "Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi
Kebutuhan Sosial Ekonomi keluarga (Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel
Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)”.

1.2 Perumusan Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Penelitian ini perlu ditegaskan
dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini,yaitu : “Bagaimana peran ibu sebagai orang tua tunggal dalam
memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga (studi kasus : daerah pinggir rel
Gaperta kelurahan helvetia kecamatan medan helvetia kota medan).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran
ibu sebagai orang tua tunggal dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga
(studi kasus : daerah pinggir rel gaperta kelurahan helvetia kecamatan medan
helvetia kota medan)

1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka :

11
Universitas Sumatera Utara

a. Sebagai gambaran bagi orang tua tunggal khususnya ibu dalam memenuhi
kebutuhan sosial ekonomi keluarga
b. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk menambah bahan penelitian
dalam melengkapi suatu karya ilmiah.

1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan ke dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

:TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan poin-poin tentang konsep dan teori dan diisi dengan
berbagai konsep-konsep penelitian berkaitan dengan masalah dan
objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum tentang lokasi dimana peneliti
melakukan penelitian.

12
Universitas Sumatera Utara

BAB V

: ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian yang diperoleh dari penelitian dan
analisanya serta foto-foto yang menyangkut tentang data.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan
dengan penelitian yang telah dilakukan.

13
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PERAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)

0 37 7

Sumber Air Utama dan Status Kesehatan Keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

2 67 78

Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)

14 94 75

Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

4 94 91

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

2 24 131

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 0 10

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 0 2

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 1 27

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

1 1 3

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 1 8