Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

(1)

(2)

Pedoman Wawancara

PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)

A. INFORMAN UTAMA (8 ORANG IBU YANG MENJADI ORANG TUA TUNGGAL)

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis kelamin : d. Riwayat pendidikan :

e. Agama :

f. Suku :

g. Alamat :

PERTANYAAN Assesment

1. apa yang menyebabkan ibu menjadi orang tua tunggal? 2. sudah berapa lama ibu menjadi orang tua tunggal?

3. apa yang menjadi perbedaan dasar saat menjadi orang tua tunggal dan sebelum menjadi orang tua tunggal?

4. apa yang menjadi masalah utama semenjak ibu menjadi orang tua tunggal?

Pekerjaan

5. apakah ibu bekerja?


(3)

8. apakah ibu memiliki keterampilan yang menghasilkan guna menunjang ekonomi keluarga?

Penghasilan

9. ada berapa orang yang menjadi tanggungan ibu dalam keluarga? 10.berapa penghasilan ibu perbulannya?

11.apakah penghasilan ibu saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga? 12.berapakah pengeluaran ibu per bulan?

13.untuk apa saja pengeluaran itu? 14.apakah pendapatan ibu tetap?

15.bagaimana dengan status rumah ibu?

16.kondisi rumah : -Tipe : Papan/Semi Permanen/ Permanen -lantai : Tanah/ Papan/ Semen/ Keramik -atap : genteng/beton

17.berapa kali ibu dan keluarga makan sehari? 18.apakah ibu mengetahui tentang makanan bergizi? 19.apa yang ibu lakukan untuk memenuhi gizi keluarga? 20.apakah ibu sering makan bersama keluarga?

21.apakah anak sering membantu ibu dirumah? 22.apakah ibu mendapat batuan pemerintah?

23.apakah ibu ikut program jaminan kesehatan? (BPJS, jamkesmas, dll…) 24.bila ibu atau anggota keluarga sakit biasanya dibawa kemana?

25.apakah ibu sering berekreasi bersama keluarga?

Pendidikan

26.Menurut ibu seberapa penting pendidikan bagi anak? 27.Bagaimana harapan ibu akan pendidikan anak-anak ibu?


(4)

28.apakah anak sering membantu ibu dirumah?

29.apakah ibu sering mengobrol dengan tetangga sekitar rumah? 30.apa saja kegiatan di lingkungan ini?

31.apakah ibu mengikuti kegiatan kegiatan tersebut? 32.apa yang ibu lakukan di waktu senggang?

33.apakah ibu memiliki kerabat di medan ini?

34.bagaimana hubungan ibu dan keluarga dengan kerabat/saudara? 35.Bagaimana hubungan ibu dan keluarga dengan lingkungan sekitar ? 36.apa rencana ibu kedepannya untuk ibu dan keluarga?

37.apakah tindakan yang anda ambil bila anak anda berbuat kesalahan atau tidak menuruti perintah anda?

38.adakah nilai nilai penting yang anda tanamkan kepada anak anda?

39.apa saja kegiatan yang anda lakukan untuk berinteraksi dengan keluarga? 40.apakah anda mendukung setiap kegiatan yang dilakukan anggota keluarga?


(5)

Pedoman Wawancara

PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)

A. INFORMAN kunci (pekerja sosial masyarakat (PSM)) Identitas Informan

h. Nama :

i. Umur :

j. Jenis kelamin : k. Riwayat pendidikan :

l. Agama :

m. Suku :

n. Alamat :

PERTANYAAN

1. apakah anda mengetahui tentang orang tua tunggal?

2. apa yang menjadi penyebab dominan ibu menjadi orang tua tunggal di lingkungan ini?

3. bagaimana hubungan para orang tua tunggal dengan lingkungan sekitarnya? 4. bagaimana hubungan anggota keluarganya dengan lingkuungan sekitarnya ? 4. bagaimana sikap warga sekitar terhadap para orang tua tunggal di lingkungan ini? 5. apa saja yang menjadi mata pencaharian utama para ibu yang menjadi orang tua

tunggal di lingkungan ini?

6. apakah para ibu yang menjadi orang tua tunggal memiliki usaha lain guna memenuhi kebutuhan sosial ekonominya?


(6)

7. menurut anda apa saja yang menjadi kendala utama para ibu yang menjadi orang tua tunggal dilingkungan ini?

8. menurut anda bagaimana seharusnya ibu yang menjadi orang tua tunggal di daerah ini ?

9. apakah para ibu dan orang tua tunggal mendapatkan bantuan dari pemerintah ? 10. apakah bantuan tersebut membantu kehidupan keluarga tersebut ?

11. apakah ada kegiatan yang aktif diikuti oleh para ibu yang menjadi orang tua tunggal di daerah ini ?


(7)

Pedoman Wawancara

PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)

A. INFORMAN kunci (anak dari keluarga yang memiliki orang tua tunggal) Identitas Informan

a) Nama :

b) Umur :

c) Jenis kelamin : d) Riwayat pendidikan :

e) Agama :

f) Suku :

g) Alamat :

PERTANYAAN

1. apakah anda bersekolah? 2. Apa cita-cita anda?

3. bagaimana keadaan pendidikan anda?

4. Adakah hambatan yang menjadi penghalang untuk melanjutkan pendidikan anda? 5. apakah anda mengikuti kursus/les selain di sekolah?

6. apa saja yang biasanya anda kerjakan dirumah? 3. apa anda sering membantu ibu anda dirumah? 4. apa yang anda lakukan untuk mengisi waktu luang?

5. apakah anda sering bermain dengan teman-teman anda di lingkungan sekitar? 6. apa yang menjadi makanan kesukaaan anda?


(8)

8. apa yang menjadi hobi anda?


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Fahrudin, adi. 2012. Pengantar kesejahteraan sosial, Bandung: Refika Adiatama

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali press.

Suyanto, Bagong & karnaji, Penyusunan Instrumen Penelitian, dalam MetodePenelitian Sosial, Bagong & Sutinah (ed), Jakarta : kencana Prenada Media Group, 2005

Khairudin.1997. sosiologi keluarga. Yogyakarta: liberty

Krippendorff, Klaus. 1993, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodolog,. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Rika, M. D. & Risdayati. 2013. Peran perempuan single parent dalam menjalankan fungsi keluarga. Indonesia: Pekanbaru.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan Medan: PT.Grasindo Monoratama.

Mac Iver, R.M. dan Charles H. Page. 1961. Society An Introductory Analysis. London: Macmillan & Co Ltd.

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakaraya

Suleeman, E., 1990, “Komunikasi dalamKeluarga.” dalam Ihromi, T.O. “Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda.”


(10)

Sumber lain :

Admin. (2007). Sulitnya menjadi orang tua tunggal. http://gayahidupsehatonline.com/ html (diakses pada 11 februari 2016 pukul 15:33 WIB)

Alvita, N.O. (2008). Wanita sebagai single parent dalam membentuk anak yang berkualitas. http://okvina.wordpress.com/html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013.

Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia. Berbagai Edisi Tahun Penerbitan. BPS, Jakarta.

Bustanova, C.H. (2010). Keluarga Dengan Orang Tua Tunggal. http://bustanova. wordpress.com/2010/05/26/keluarga-dengan-orang-tua-tunggal/ (diakses pada tanggal 10 ferbuari 2016 pukul 22:30 WIB)

http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/3521, (diakses pada 5 Februari 2016 pukul 13:22 WIB)

http://www.scribd.com/doc/140955261/PEREMPUAN-SINGLE-PARENT#scribd diakses pada 5 Februari 2016, pukul 11:38 WIB

Ratri S. M. (2006). Orang tua tunggal. http://kompas.com/ html (diakses pada 10 februari 2016 pukul 23 : 20 WIB)

Daniel. (2014). pentingnya pendidikan dalam keluarga http://www.kompasiana.com/atonimeto/pentingnya-pendidikan-dalam

keluarga_54f68f92a333117d028b510d(diakses pada 23 april 2016 pukul 21:02 WIB)

Rika, M. D. & Risdayati. 2013. Peran perempuan single parent dalam menjalankan fungsi keluarga. Indonesia: Pekanbaru.


(11)

http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/09/makalah-single-parents.html ( diakses pada 12 februari 2016 pukul 22 : 21 WIB)

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 PASAL 38 TENTANG PERKAWINAN


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu sebagai orang tua tunggal dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga (studi kasus : daerah pinggir rel kelurahan helvetia kecamatan medan helvetia kota medan).

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan karena peneliti melihat fenomena Ibu sebagai orang tua tunggal yang berjuang untuk keluarganya merupakan suatu fenomena sosial yang perlu dikaji lebih dalam karena peran sebagai orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana cara individu mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang muncul semenjak tidak adanya sosok suami. ketika dihadapkan dengan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau membiayai sekolah anak-anak mereka. Alasan ini juga yang membuat peneliti memutuskan untuk lebih memfokuskannya lagi pada Ibu yang menjadi orang tua tunggal dan masih memiliki tanggungan anak yang masih sekolah karena dalam kondisi seperti tutuntutan ekonomi menjadi lebih tinggi dibandingkan pada janda


(13)

lokasi tersebut relative mudah terjangkau, ditinjau dari segi waktu dan biaya, sehingga prosedur ijin penelitian, pengambilan data akan memperoleh kemudahan. Masyarakat di lokasi tersebut tergolong dalam masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan memiliki 8 orang ibu yang menjadi orang tua tunggal. dengan kata lain para orang tua tunggal memiliki peran memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarganya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

3.3 Informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi informan utama, informan kunci.

3.3.1 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah 6 ibu yang menjadi orang tua tunggal yang tinggal di daerah pinggir rel kelurahan Helvetia kecamatan medan Helvetia kota medan.

3.3.2 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan kunci dalam penelitian ini adalah 6 orang anak yang menjadi bagian


(14)

pekerja sosial masyarakat (PSM) yang tinggal dan mendampingi masyarakat di daerah pinggir rel gaperta kelurahan Helvetia kecamatan medan Helvetia kota medan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan infornasi yang dibutuhkan sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber data pertama di lapangan. Data primer diperoleh dengan metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui :

a. Studi kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan karya tulis lainnya.

b. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Siagian, 2011:206)


(15)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deksriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam satu kesatuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004:247).

Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dalam penelitian berupa catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu analisis data yang baik dan dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.


(16)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Helvetia

Kelurahan Helvetia merupakan bagian dari Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kelurahan Helvetia berbatasan dengan kecamatan medan marelan di sebelah utara,Kecamatan Medan Sunggal dan kelurahan dwikora di sebelah selatan , Kelurahan Helvetia Timur dan Kecamatan Medan Helvetia di sebelah Timur kemudian Kelurahan Helvetia tengah di sebelah Barat.

Kelurahan Helvetia memiliki luas wilayah sebesar 15 Ha/m2,dengan keterangan luas sebagai berikut:

4.2 Keadaan Penduduk 4.2.1 Jumlah Penduduk

Menurut data kelurahan Tahun 2010/2011, penduduk Kelurahan Helvetia adalah 37.449 jiwa dengan 18.540 jiwa laki-laki dan 18.909 jiwa perempuan serta terdiri dari 8.667 kepala keluarga. Untuk lebih memahami aspek kependudukan Kelurahan Helvetia, berikut ini disajikan gambaran kependudukan tersebut : Luas wilayah : 14,4 Ha/m

2

Luas taman : 0,1 Ha/m

2

Luas perkantoran : 0,5 Ha/m

2

Total luas : 15 Ha/m


(17)

4.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan komposisi penduduk berdasarkan tingkatan usia:

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

NO Kelompok Usia Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 0 - 5 Tahun 2.297 6,13

2. 6 - 14 Tahun 5.039 13,45

3. 15 - 44 Tahun 15.487 41,36

4. 45 - 64 Tahun 8.547 22,83

5. > 65 Tahun 6.079 16,23

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia masih berusia produktif yang diperkirakan berada pada umur 15 - 44 Tahun, yakni sebanyak 15.487 jiwa (41,36%). Penduduk berusia 45 – 64 tahun sebanyak 8.547 jiwa (22,83%). Penduduk berusia 6 - 14 Tahun sebanyak 5.039 jiwa (13,45%). Penduduk berusia 0 - 5 tahun sebanyak 2,297 jiwa (6,13%) Sementara yang berusia non produktif sebanyak 6.079 jiwa (16,23%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi penduduk adalah tergolong usia produktif. Yang dimaksud usia produktif disini adalah kelompok usia yang masih bisa bekerja.


(18)

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 seperti di bawah ini:

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase

1. Laki-laki 18.540 49,50

2. Perempuan 18.909 50,49

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat kita lihat komposisi perbandingan jenis kelamin penduduk di Kelurahan Helvetia yaitu laki-laki sebanyak 18.540 jiwa (49,50%) dan perempuan sebanyak 18.909 jiwa (50,49%). Hal ini

menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan selisih sebesar 369 jiwa atau 0,98%.

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk Kelurahan Helvetia pada umumnya menganut agama Islam. Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase


(19)

2. Kristen Protestan 13.926 37,18

3. Katholik 921 2,45

4. Buddha 112 0,29

5. Hindu 23 0,06

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Helvetia mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 22.467 jiwa (59,99%) dari seluruh jumlah penduduk. Selanjutnya agama Kristen Protestan sebanyak 13.926 jiwa (37,18%), agama Katholik sebanyak 921 jiwa (2,45%), agama Buddha sebanyak 112 jiwa (0,29%), dan agama Hindu sebanyak 23 jiwa (0,06%).

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi tingkat potensi sumber daya manusia. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Jiwa)

1. Belum sekolah 1.563


(20)

3. Tamat SD/sederajat 18.881

4. Tamat SMP/sederajat 3.116

5. Tamat SMA/sederajat 5.421

6. Tamat D1 61

7. Tamat D2 21

8. Tamat D3 59

9. Tamat S1 3.315

10. Tamat S2 71

11. Tamat S3 25

Total 32.594

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ragam tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Helvetia, mulai dari yang belum sekolah, yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D1, D2, D3, tamat S1, S2, hingga penduduk yang telah menyelesaikan S3.

4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Penduduk Kelurahan Helvetia terdiri dari bermacam suku. Pada tabel 4.5 berikut akan disajikan komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa:


(21)

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Jawa 20.834 55,63

2. Batak Toba 11.730 31,32

3. Minang 812 2,16

4. Mandailing 741 1,97

5. Aceh 716 1,91

6. Karo 685 1,82

7. Simalungun 101 0,26

8. Padang 77 0,20

9. Nias 53 0,14

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat diketahui yang merupakan suku mayoritas dan bahkan cukup dominan dibandingkan suku lain ialah suku Jawa. Data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia memiliki suku yang cukup beragam dengan terdatanya 9 suku. Akan tetapi menurut keterangan petugas kelurahan, masih terdapat beberapa suku lainnya yang tidak terdata dikarenakan adanya beberapa kendala.


(22)

4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

Secara umum mata pencaharian penduduk Kelurahan Helvetia bervariasi Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (KK)

1. Buruh 2092

2. Pegawai swasta 439

3. PNS 1231

4. Pedagang 2133

5. Penjahit 12

6. Tukang Batu 185

7. Tukang Kayu 1

8. Montir 12

9. Dokter 22

10. Sopir 25

11. Pengemudi becak 64

12. TNI/Polri 216

13. Pengusaha 136

14. Dll 2099

Total 8667

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang berjumlah 2133 kepala keluarga sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai pegawai swasta berjumlah 439 kepala keluarga, PNS dengan


(23)

jumlah 1231 kepala keluarga, penjahit dengan jumlah 12 kepala keluarga, tukang batu sebanyak 185 kepala keluarga, montir sebanyak 12 kepala keluarga, dokter sebanyak 22 kepala keluarga, sopir sebanyak 25 kepala keluarga, pengemudi becak sebanyak 64 kepala keluarga, TNI/Polri sebanyak 216 kepala keluarga, pengusaha sebanyak 136 kepala keluarga dan yang bermata pencaharian lain-lain sebanyak 2099 kepala keluarga.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat mendukung pencapaian tujuan suatu program serta kegiatan pembangunan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik tentunya akan membantu segala perencanaan dalam program maupun kegiatan pembangunan untuk dapat berjalan dengan baik sehingga memudahkan serta mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.

Untuk mendukung tugas pelayanan terhadap masyarakat dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka di Kelurahan Helvetia tersedia berbagai sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, sarana tempat ibadah, prasarana kesehatan dan lain sebagainya.

4.3.1 Sarana Pendidikan

Dalam hal sarana pendidikan terbagi atas TK, SD, SMP, dan SMA, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.7 Sarana Pendidikan No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)

1. TK 6


(24)

3. SMP 2

4. SMA/SMK 2

Total 19

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.7 dapat diketahui jumlah TK sebanyak 6 dan SD sebanyak 9 (perincian jenis SD tidak diketahui) sedangkan jumlah SMP sebanyak 2 yakni SMP Negeri dan SMP Swasta kemudian jumlah SMA sebanyak 2 yakni SMA Negeri dan SMA Swasta.

4.3.2 Sarana Ibadah

Dalam hal keagamaan dan sarana peribadatan di Kelurahan Helvetia dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Sarana Tempat Ibadah

No. Sarana Tempat Ibadah Jumlah (Unit)

1. Mesjid 7

2. Gereja 7

3. Mushollah 1

Total 15

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa jumlah mayoritas tempat ibadah yang ada di Kelurahan Helvetia ialah Mesjid dan Gereja serta 1 Mushola. Hal ini juga didukung oleh jumlah penduduk yang


(25)

beragama Islam dan Kristen Protestan sebagai penduduk mayoritas Kelurahan Helvetia.

4.3.3 Prasarana Ekonomi

Prasarana ekonomi yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Prasarana Ekonomi

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

1. SPBU 1

2. Agen Minyak Tanah 1

3. Bengkel 10

4. Door Smeer 11

5. Warung Makan 32

6. Warung Internet 10

7. Panti Pijat 8

8. Tukang Cukur 4

9. Salon 13

10. Penyewaan Kaset 1


(26)

Total 92

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010 4.3.4 Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Prasarana Kesehatan

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

1. Posyandu 8

2. Praktek Dokter 22

3. Bidan 12

Total 42

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010 4.3.5 Prasarana Olahraga

Prasarana Olahraga yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Prasarana Olahraga

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

1. Lapangan Sepakbola 2


(27)

3. Lapangan Bola Volley 2

4. Tenis Meja 2

Total 10


(28)

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan.

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci dan informan utama. Informan utama terdiri 6 orang ibu yang menjadi orang tua tunggal. Sedangkan informan kunci terdiri dari 6 orang anak dari masing masing ibu yang menjadi orang tua tunggal juga 1 orang Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang tinggal dan memahami juga melihat kehidupan para ibu yang menjadi orang tua tunggal di daerah pinggir rel Gaperta kelurahan Helvetia kecamatan Medan Helvetia kota Medan.


(29)

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Utama 1

Nama : Ramanyana Simanunsong

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMA

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Asrama Gg. Rel Lk.XII no.49

Ibu ramanyana merupakan seorang ibu yang menajadi orang tua tunggal, saat peneliti mendatangi rumah ibu tersebut untuk wawancara ibu ini sedang duduk di warung miliknya. Ibu Ramanyana sudah 8 tahun menjadi orang tua tunggal, ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan sang suami meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya selama 5 tahun. Sang suami meninggal ketika anak mereka yang paling kecil berumur 5 tahun. Ibu Ramanyana memiliki 4 orang anak yang menjadi tanggungannya dalam keluarga. anak pertama ialah MH, ia sudah tamat dari sekolah menengah kejuruan (SMK) dan belum mendapatkan pekerjaan, anak kedua ialah DH sedang bersekolah di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK), anak ketiga ialah KH sedang bersekolah dan duduk di bangku sekolah dasar (SD) kelas 5 sedangkan anaknya yang paling kecil DH juga duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan informan

“Saya sudah di tinggal sama bapak anak anak sudah 8 tahun semenjak dia sakit sakitan kemudian meninggal, bapak meninggal pada saat anak anak masih sekolah si paling kecil masih berumur 5 tahun, mereka ada 4 orang si kakak an yang paling besar baru lulus SMK jadi belum bekerja, mau


(30)

melanjutpun uang tak ada, si abangan yang ke dua masih smk sekarang, si adeknya yang perempuan nomor 3 masih sekolah kelas 5 sama si paling kecil lah ini si adek an masih kelas 4 SD.”

Ibu Ramanyana merasa kesulitan dengan kondisi ekonomi keluarganya, ia merasa sangat sulit menjadi orang tua tunggal yang harus mencari nafkah seorang diri, ia bercerita bahwa anak anaknya sering menunggak membayar uang sekolah sehingga iapun sering mendapat surat dari sekolah anak anaknya, ia juga mengeluh karena anaknya yang paling kecil yang masih kelas 4 SD masih belum bisa membaca sampai sekarang, setiap malam ia selalu sempatkan untuk mengajari anaknya membaca namun anaknya tetap juga belum lancar membaca, ia sempat ingin memasukan anaknya ke sekolah luar biasa namun ia tidak memiliki biaya.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Ibu Ramayana bekerja membuka warung di depan rumahnya, dari warung itulah ia menghidupi keluarganya dimana ia menjual jajanan. Namun karena dari hasil jajanan saja masih tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga maka ia juga menjual kopi dan teh dari pagi sampai sore kemudian pada malamnya ia menjual tuak, pendapatan yang ia dapat dari warungnya berkisar dari 40 ribu hingga 80 ribu per harinya dan menurutnya dirasa masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. ia melakukan segala upaya untuk menyekolahkan anaknya juga mencukui kebutuhan hidup mereka sehari hari. Karena pendapatan dari warung itu saja kurang untuk memenuhi kebutuhan mereka maka ibu Ramayana juga mengumpulkan sisa sisa botol plastik dan kardus juga kertas untuk dijual guna menambah penghasilannya.berikut penuturannya :

“Ibu pagi sampai sore ya jualan ini lah dek, buka kedai sama jual kopi sama teh manis kan kadang ada yang duduk duduk disini jadi ya lumayan sekalian


(31)

nambah nambah untung, kalau malam ibu jual tuak soalnya bapak bapak disini banyak yang minum tuak kalo pulang kerja, pulang botot, pulang narik becak, narik angkot kesini orang itu duduk duduk sambil cerita cerita sama minum tuak, kadang pun aku ngumpuli botot lah kalo lagi sepi yang beli, anak anak kusuruh jaga kedai aku pergi carik botot gimanalah dek kalo gak gitu ga makan nanti”

Ibu Ramanyana merasakan hal yang sangat berbeda saat sebelum menjadi orang tua tunggal dan setelah menjadi orang tua tunggal. Banyak hal yang berbeda yang ia rasakan diantara nya ialah tidak adanya teman untuk berbagi keluh kesah juga ia harus berjuang sendiri untuk keluarganya terutama untuk mendidik anak anaknya juga bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ia harus menjalani peran ganda yaitu sebagai ayah dan sebagai ibu, selain bertugas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya ia juga harus menanamkan pendidikan kepada anaknya agar bisa berhubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya ia selalu menekankan kepada anaknya untuk selalu bersyukur dan juga tahu menempatkan diri di kehidupan sosial mereka sehari hari, berikut penuturannya:

“saya selalu bilang sama anak anak kalau mereka harus tau menempatkan diri dalam pergaulannya, juga harus selalu bersyukur atas keadaan apapun, saya ingin mereka kelak menjadi orang yang gampang di terima di lingkungannya nanti”

Ibu ramanyana juga memiliki keinginan kuat untuk terus memperjuangkan pendidikan anaknya agar dapat terus bersekolah,ia berpendapat bahwa pendidikan sangat penting bagi anak anaknya, anak anaknya sering sekali terlambat membayar uang sekolah karena tidak adanya biaya, ia juga sering meminjam kepada tetangga jika keadaan sangat mendesak. Ibu ini juga berencana jika nanti anak anaknya sudah


(32)

besar dan yang paling kecil sudah smp ia ingin mencoba bekerja sebagai buruh bangunan, ia menunggu anaknya sampai SMP dikarenakan menurutnya jika anaknya sudah SMP maka anak anaknya sudah bisa menjaga kedai mereka dan melakukan aktifitas sendiri sehingga ia bisa mengambil pekerjaan lain guna memenuhi kebutuhan keluarga tersebut.berikut penuturan ibu ramanyana :

“Pendidikan buat anak anak ku penting, kalau bisa mereka sampai kuliah, mereka harus bisa jadi anak yang lebih dari mamaknya, rencananya kalau nanti si kecil yang dua ini sudah smp aku rencana mau kerja bangunan biar bisa nambah nambah penghasilan soalnya kan uang sekolah orang ini pasti makin banyak”

Rumah yang di tempati keluarga ibu ramanyana merupakan rumah semi permanen hal ini peneliti lihat pada saat wawancara dirumah beliau dimana lantainya dari terbuat dari semen dan belum di keramik , kemudian dindingnya sebagian sudah di semen dan sebagian lagi masih terbuat dari kayu dan beratapkan genteng. Rumah yang mereka tempati merupakan rumah pribadi yang mereka bangun di pinggir rel kereta api. Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan bangunan di pinggir rel mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena penggusuran atau penertiban ini mereka masih belum memiliki rencana apapun dan tabungan bilamana nantinya rumah mereka ikut terkena penertiban. Pengeluaran yang dikeluarkan ibu ramanyana diantaranya ialah untuk membayar uang listrik tiap bualannya juga uang jajan anak anaknya, juga untuk belanja kebutuhan mereka sehari hari. Pendapatan yang diterimanya dari warung, juga menumpulkan barang bekas dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. keluarga ibu ini mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui program beras untuk rakyat miskin (RASKIN) hal ini dirasa membantu kehidupan mereka juga karena pengeluaran Ibu Ramenyana untuk


(33)

membeli beras jadi berkurang hal ini dirasanya cukup membantu perekonomian keluarganya, saat peneliti bertanya apakah penghasilan ibu ini bisa mencukupi jaminan kesehatan keluarga nya bila nanti ada yang sakit,ibu Rameneyana tidak memiliki tabungan khusus untuk kesehatan namun untungnya ibu Ramenyana dan anak anaknya mengikuti program jaminan kesehatan (BPJS) dari pemerintah ia mengikuti program ini karena ia ingin kelak jika sakit nanti ia dan keluarga sudah memiliki jaminan kesehatan. Namun bila hanya sakit biasa seperti demam dan flu ibu ramenyana dan keluarga hanya mengonsumsi obat obat biasa yang bisa di beli di warung warung tanpa harus ke klinik/puskesmas.

Ibu ramenyana sangat jarang mengajak anak anaknya untuk berekreasi dikarenakan keterbatasan biaya dikarenakan untuk pergi berekreasi pasti harus mengeluarkan biaya, paling tidak dalam satu tahun ia hanya mengajak anaknya berekreasi satu kali.ia juga tidak memiliki tabungan khusus dari pendapatannya untuk rekreasi keluarga, biasanya bila ada rejeki berlebih atau ada saudara yang mengajak berekreasi barulah mereka pergi berekreasi.

Ibu Ramenyana dan keluarga nya juga jarang membeli pakaian, mereka membeli pakaian biasanya pada saat hari besar seperti natal dan tahun baru, ibu ramanyana berpendapat bila pakaian mereka masih layak pakai maka tidak perlu beli yang baru karena hal tersebut merupakan pemborosan mengingat kondisi ekonomi yang mereka hadapi.

Anak anak ibu Ramenyana sering membantu ibunya karena mereka ingin meringankan beban ibunya yang mencari nafkah sendiri dan juga ibunya sering sakit, anaknya saling bergantian mengurus rumah, ada yang mencuci pakaian ada juga yang menyapu juga mencuci piring namun untuk urusan memasak masih dikerjakan oleh ibu nya,bila mereka melakukan kesalahan dan menurut apa yang dikatakan


(34)

ibunya. biasanya mereka dimarahi oleh ibunya namun bila sudah keterlaluan mereka sering di cubit hal ini dilakukan agar mereka tidak melakukan kesalahan terus menerus. anaknya yang paling kecil juga sering meyapu dulu sebelum pergi bermain. Berikut penuturannya saat peneliti melakukan wawancara terpisah:

“kami biasanya bantu mamak bang kan kasian mamak udah capek kerja, aku pun biasanya nyapu dulu sebelum pergi keluar”.(DH,12 tahun).

Menjadi orang tua tunggal sangat berat dirasakan oleh ibu ramenyana ia kerap mengalami stress dengan hal yang di hadapinya dalam hal memenuhi kebutuhan keluarganya.berikut penuturannya :

“jadi orang tua tunggal dengan tanggung jawab banyak adalah beban yang berat namun harus berjuang agar dapat menyambung hidup.”

Saat pertama kali menjadi orang tua tunggal ia bingung apa yang harus dilakukannya ia tidak tahu bagaimana berperan ganda, menjalankan peran sebagai ayah dan juga sebagai ibu unuk keluarganya. ia tidak tahu bagaimana ia harus mendidik anak anak nya juga sekaligus mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia belajar dari kondisi yang dihadapinya seiring waktu berjalan ia mendapat masukan dan semangat dari orang orang di sekitarnya juga kerabat dan anak anaknya,mau tidak mau ia harus paham cara menerapkan perannya sebagai ibu dan juga menggantikan peran ayah bagi keluarganya, ketikan sudah memahami keduanya maka ia pun mengaplikasikannya kepada keluarganya. ia memulai banyak usaha, berjuang untuk keluarganya. ia yakin bisa menjalankan peran nya sebagai orang tunggal dalam memenuhi kebutuhan keluarganya juga mendidik anak anaknya.


(35)

5.2.2 Informan Utama 2

Nama : Hotmaria br Nainggolan

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMP

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Perkutut Gg. Rel

Ibu Hotmaria merupakan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal. saat ingin melakukan wawancara kebetulan ibu Hotmaria sedang duduk duduk bersama tetangga tetangga lain di depan rumahnya, Ibu Hotmaria sudah 10 tahun menjadi orang tua tunggal, ia menjadi orang tua tunggal karena bercerai dengan suaminya, ibu ini sedikit lebih emosional di banding dengan informan lainnya saat diwawancarai, ia bercerai dengan suaminya karena suaminya sering meninggalkan mereka sekeluarga dan jarang memberi nafkah sebagaimana kewajiban suami pada umumnya, suaminya juga sering melarangnya untuk beraktivitas, saat peneliti bertanya lebih lanjut tentang perceraiannya ibu hotmaria enggan menjawabnya. Sejak menjadi orang tua tunggal merasa lebih bebas melakukan kegiatan sekarang dan lebih fokus sekarang kepada keluarganya. Ibu hotmaria memiliki 3 orang anak yang menjadi tanggungan nya di keluarganya.anak yang pertama MT berumur 18 tahun bersekolah kelas 3 SMK, anak yang ke dua AT berumur 16 tahun bersekolah kelas 2 SMK dan anak ke DT tiga berumur 12 tahun dan tidak bersekolah. DT memiliki kelainan, sejak kecil tidak bisa berjalan karena terkena penyakit step kemudian lumpuh selama 3 tahun kemudian menjalani terapi dan sekarang sudah bisa berjalan namun tidak bisa menajalankan aktivitas nya seperti anak normal pada


(36)

umumnya, DT pernah masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) namun DT tidak mau dan memilih tinggal dirumah saja.

Ibu hotmaria bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu rumah di perumahan griya gaperta. Ia bekerja pukul 8.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB, sebelum pergi bekerja ia selalu memasak makanan untuk anak anaknya, anak anaknya jarang sarapan mereka hanya minum teh sebelum pergi sekolah, kecuali DT ia sering sarapan dirumah karena ia tidak sekolah. Ibu hotmaria terkadang sering pulang kerumah lebih cepat bila pekerjaannya sudah selesai, ia pulang kerumah untuk makan siang, anak anaknya juga sering makan dirumah ketika pulang sekolah. Penghasilan ibu hotmaria menjadi Pembantu Rumah Tangga ialah Rp.1.000.000/bulan nya, ia juga terkadang berjualan bumbu di pajak sei sikambing namun pendapatan dari jualan bumbu tidak pasti terkadang dia pulang tanpa membawa uang dari hasil jualan bumbu. Berikut penuturannya :

“sebelum pergi kerja ibu masakkan makanan orang ini dulu buat sarapan sama makan siang soalnya ibu kan kadang siang juga masih disana (tempat bekerja) kalo cepat siap kerjaan disana pulang kerumah, kadang ibu juga berjualan bumbu di sei sikambing Cuma ya gitulah kadang laku kadang nggak”.

Ia tidak bisa menyisihkan pendapatannya di karenakan pendapatannya yang pas pasan untuk membeli keperluan dan kebutuhan keluarga nya.

Rumah yang di tempati oleh ibu hotmaria dan keluarga merupakan rumah milik pribadi, rumah nya merupakan rumah semi permanen dengan pondasi dinding berbahan campuran sudah di semen dan setengah lagi masih papan, lantainya juga sudah di plester namun belum di keramik, atapnya juga terbuat dari genteng. Namun ia tetap bersyukur karena masih memiliki tempat bernaung untuk keluarganya. .


(37)

Rumah yang mereka tempati merupakan rumah pribadi yang mereka bangun di pinggir rel kereta api. Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan bangunan di pinggir rel mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena penggusuran atau penertiban ini mereka masih belum memiliki rencana apapun dan tabungan bilamana nantinya rumah mereka ikut terkena penertiban.

Ibu Hotmaria tidak memiliki tabungan khusus untuk kesehatan keluarganya bila mana kelak keluarganya ada yang sakit. Untungnya Ia dan keluarganya sudah ikut dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) guna melindungi keluarganya bila sakit. Bila sakitnya hanya sakit biasa seperti deman dan batuk ia hanya memberikan keluarganya obat obat yang bisa di beli di warung atau apotik namun jika dirasa cukup parah maka ia membawa anaknya ke puskesmas. Ia merasa terbantu dengan adanya program ini, dikarenakan bila mana nanti ada yang sakit di keluarganya pasti membutuhkan biaya yang besar, oleh karena itu ia merasa terbantu dengan adanya program ini. Anak anak nya juga sering membantu ibunya dengan membersihkan rumah juga mencuci pakaian, mereka juga menyiapkan pakaian sekolahnya sendiri. Berikut penuturan salah satu anaknya saat peneliti melakukan wawancara secara terpisah :

“ia bang kami beres beres rumah soalnya mamak kan pigi kerja, kami juga udah besar sudah bisa mengurus diri sendiri. Ganti gantian kadang aku yang nyapu , kadang aku yang nyuci ganti gantian sama adek”(MT, 18 tahun). Ibu hotmaria jarang berkumpul dengan tetangganya karena bekerja namun terkadang bila ada waktu senggang ia sempatkan ikut bercerita duduk duduk bersama tetangganya hubungannya dengan tetangga di sekitarnya juga bagus, ia juga rutin mengikuti kegiatan partangiangan (ibadah) baik itu dari gereja dan keluarga.


(38)

Anak anaknya juga sering berkumpul dan bermain dengan teman temannya di sekitar lingkungan rumahnya.

Ia tidak banyak merasakan perbedaan saat sebelum dan sesudah menjadi orang tua tunggal karena suaminya dulu jarang memberikan nafkah untuk keluarganya. Ia juga mengumpulkan barang bekas jika ada waktu senggang untuk menambah sedikit sedikit penghasilan nya. namun penghasilannya dirasa tidak cukup untuk mengimbangi pengeluaran keluarganya diantaranya untuk bayar listrik, air, jajan anaknya, uang makan mereka, juga kebutuhan kebutuhan lainnya.ibu hotmaria tidak banyak mengetahui mengenai gizi, ia tidak pernah mendapatkan sosialisasi/info soal gizi, ia hanya mengetahui sedikit mengenai gizi. Ia tidak memberikan anaknya multivitamin namun ia sering memasak sayur untuk anak anaknya dan anak anaknya suka makan sayur. Ia dan keluarga juga jarang makan daging, jarang ada kegiatan bersama antara ibu ini dengan anak anaknya di karenakan ibu hotmaria bekerja dan jarang punya waktu penuh dirumah, biasanya ia dan keluarga nya memiliki waktu bersama pada malam hari pada malam hari terkadang mereka makan bersama juga, ibu hotmaria juga jarang berekreasi bersama keluarganya setidaknya satu tahun sekali. bila ada waktu kosong biasanya ibu hotmaria menghabiskannya menonton tv dengan anak anaknya.berikut penuturannya:

“saya kurang mengetahui soal gizi karena tidak pernah dapat informasi paling saya sering masak sayur buat mereka kebetulan mereka suka makan sayur. Saat malam kadang saya makan dan nonton tv bersama dengan anak anak soalnya kan pagi sampai sore kerja jadi Cuma malam lah ada waktu”. Bila anaknya melakukan kesalahan atau tidak menurut ia sering memarahi dan menasehatinya namun bila anak nya tetap bandel ia kadang memukulnya atau


(39)

mencubitnya agar si anak tidak mengulangi kesalahan nya lagi. Berikut penuturannya :

“ia dek kalo orang ini suka kali buat mamaknya marah, yang kadang malas disuruhlah, kadang pergi pergi tapi belum beres kerjaan dirumah kadang kalau mereka sudah kelewatan saya pukul/cubit agar tidak mengulangi kesalahannya lagi”

Di saat melakukan wawancara terpisah anak nya pun juga berkata demikian bila mereka melakukan kesalahan ibunya sering memarahi mereka kadang bila mereka kelewatan suka dicubit sama ibunya namun mereka sadar itu juga untuk kebaikan mereka juga nantinya. Berikut penuturannya :

“mamak sering kali merepet(marah) kalau kami malas disuruh juga kalau bandel, kadang maupun sampai di cubit, tapi kami tahu kok bang itu juga karena mamak sayang sama kami, memang kaminya aja yang bandal”(MT,18 tahun).

Ibu hotmaria juga sering kali menekankan pada anaknya agar mereka bisa menjaga diri masing masing dari bahaya pergaulan, tahu menempatkan diri dalam berteman, Dan yang paling penting bagus bagus dalam bersekolah. Ia berpendapat kalau pendidikan untuk anak sangatlah penting ia berharap kelak anak anaknya bisa sampai ke bangku kuliah. Dan menjadi orang yang lebih dari orang tuanya. Saat peneliti bertanya tentang apa yang ibu Hotmaria untuk pendidikan anak anaknya ia mengatakan bahwa ia memang tidak memiliki tabungan yang pasti untuk anak anaknya namun ia pasti akan bekerja semaksimal mungkin berjuang agar anak anaknya bisa melanjutkan pendidikannya.

Hal yang paling dirasakannya saat menjadi orang tua tunggal ialah kesulitan menjalankan peran sebagai ayah dan juga sekaligus menjadi ibu, ia menggantikan peran ayah dengan mencari nafkah pada pagi hingga siang hari juga melaksanakan


(40)

peran sebagai ibu pada malam hari. Menurutnya hal yang dilakukan sebagai orang tua tunggal ialah harus menabung untuk keperluan dan biaya sekolah anak dan tetap optimis menjalankan dua peran sekaligus karena menurutnya hal tersebut sangatlah sulit untuk dilakukan.

5.2.3 Informan Utama 3

Nama : Megawati br Sihombing

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMK

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Perkutut Gg. rel

Ibu megawati adalah seorang ibu yang menajadi orang tua tunggal, ia sudah menjadi orang tua tunggal selama 9 tahun, ia menjadi orang tua tunggal di sebabkan suaminya meninggal dunia. Perbedaan yang ia rasakan saat menjadi orang tua tunggal ialah ia harus berusaha sendiri memenuhi peran nya sebagai ibu dan juga menggantikan peran ayah bagi anak anaknya dia harus bisa bekerja mencari nafkah dan juga merawat dan memberikan pendidikan untuk anak anaknya. Ia merasakan hal itu bukan hal yang mudah. Berikut penuturannya :

“susah jadi orang tua tunggal, harus bisa gantikan bapaknya cari nafkah, kerja, juga harus bisa kasih pendidikan buat anak anak, bisa mengarahkan mereka, berat lah”.

Ibu megawati memiliki 2 orang anak laki laki yang masih bersekolah. Anak yang pertama BP berumur 12 tahun ia bersekolah kelas 6 SD di SD SWASTA dan yang


(41)

kedua SP berumur 10 tahun ia bersekolah kelas 4 SD di SD NEGERI. SP mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah(BOS) sehingga mereka tidak membayar biaya untuk sekolah, hal ini dirasa cukup membantu keuangan keluarganya karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar uang sekolah SP. Lain halnya dengan BP ia bersekolah di SD SWASTA dan tidak mendapatkan bantuan dana BOS, ia mengeluarkan biaya untuk transportasi anaknya dari rumah ke sekolah dengan becak karena ia tidak memiliki kendaraan untuk mengantar anak anaknya bersekolah, biaya yang harus ia keluarkan ialah 60 ribu perbulan nya untuk kedua anaknya. Ia juga mengeluarkan biaya untuk perlengkapan dan keperluan sekolah lainnya.berikut penuturannya :

“anak saya yang besar sekolah di negeri jadi dia dapan bantuan dana BOS sehingga uang sekolah nya nggak bayar, lain sama si kecil ia sekolah di swasta jadi ya saya keluar biaya buat uang sekolahnya, mereka pergi sekolah naik becak bareng sama teman temannya yang di sekitar sini (lingkungannya) soalnya saya juga tidak punya kereta (sepeda motor) untuk mengantar mereka”.

ibu megawati dan keluarga juga ikut kedalam program jaminan kesehatan BPJS dari pemerintah hal ini juga membantu mereka karena mereka punya jaminan kesehatan bila ada keluarganya yang sakit mereka bisa berobat. Namun bila hanya sakit biasa seperti demam dan flu ibu megawati dan keluarga hanya minum obat obat biasa yang bisa dibeli di apotik dan warung warung. Ibu megawati juga tidak menyediakan tabungan khusus untuk kesehatan.

Rumah yang mereka tempati merupakan milik pribadi yang termasuk tipe rumah semi permanen dengan dinding yang sebagian terbuat dari semen juga sebagian lagi masih terbuat dari papan lantai yang sudah di plester juga atap yang terbuat dari genteng.ibu megawati juga jarang membeli baju untuk keluarganya mereka membeli


(42)

baju biasanya pada saat natal atau tahun baru, ibu megawati tidak punya tabungan khusus untuk membeli pakaian untuk keluarganya. Berikut penuturannya:

“Saya jarang beli pakaian, paling kalo beli pakaian pas natal dan tahun baru kadang diluar itu juga namun sangat jarang, saya tidak punya tabungan khusus untuk membeli pakaian paling kalau ada uang lebih baru saya belanjakan untuk pakaian”.

Ibu megawati bekerja sebagai penjual sayur di pajak sei sikambing dengan penghasilan yang tidak tentu berkisar dari Rp.1.000.000 – Rp. 1.500.000 per bulannya, pendapatan tersebut sudah termasuk modal didalamnya. Terkadang ia menabung pendapatannya tetapi tidak pasti berapa yang di tabung bila ada uang lebih ia tabung namun jarang tersimpan karena tabungannya sering habis untuk membayar kebutuhan lainnya.ia juga tidak memiliki keterampilan lain yang dapat menunjang ekonomi keluarga nya. Ia berjualan sayur dari pagi hingga habis dagangannya, ia juga menanam sayur di belakang rumahnya sebagian untuk di jual dan ada juga untuk konsumsi namun anak anaknya kurang suka makan sayur, ia menanami berbagai jenis sayur yaitu sawi, kangkung dan lain lain. Berikut penuturannya :

“saya kerja jualan sayur di sei sikambing dari pagi sampai habis dagangan saya namun kadang sering juga tidak habis jadi saya bawa pulang karena tidak mungkin saya paksakan juga harus sampai habis saya harus mengurus anak saya dirumah”

Ibu megawati dan anak anaknya makan 3 kali sehari, anak anaknya juga jarang jajan diluar mereka lebih memilih makan dirumah daripada jajan dikarenakan ibu megawati juga menasehati anak anaknya kalau bisa jangan banyak jajan diluar karena tidak baik untuk kesehatan mereka juga nantinya. Ibu megawati kurang


(43)

memahami tentang gizi ia juga belum pernah mengikuti sosialisasi tentang gizi, pengetahuan soal gizi yang dia dapat hanya melalui televisi dan dari saran yang di dapat saat kumpul dengan tetangga tetangga. Kendala yang ia hadapi dalam memenuhi gizi keluarganya ialah kondisi ekonomi atau penghasilannya yang kurang untuk membeli multivitamin dan lainnya. saat pagi sebelum anaknya pergi sekolah ia mempersiapkan peralatan dan perlengkapan anak anaknya untuk bersekolah juga memasak kan sarapan untuk mereka. Setelah mereka pergi sekolah barulah ia sarapan setelah sarapan ia membereskan rumah lalu pergi ke pajak(pasar) untuk berjualan. Saat siang sepulang anaknya sekolah ia biasanya juga pulang kerumah ia kemudian makan siang berasama anak anaknya sambil menanyakan kegiatan anak anaknya di sekolah. ia selalu menjalin komunikasi dengan anak anaknya. Begitu juga saat malam hari mereka makan malam bersama sambil menonton televisi. Terkadang bila ada tugas anaknya dari sekolah mereka bersama sama mengerjakannya. Menurut ibu megawati pendidikan merupakan hal yang sangat penting buat anak anaknya ia berharap kelak anak anaknya bisa bersekolah bila tidak bisa sampai bangku kuliah setidaknya mereka bisa sampai SMA/SMK. Menurut nya anak anak nya harus punya bekal pendidikan agar bisa melangkah kedepannya nanti. Ibu megawati juga sudah mulai menabung untuk pendidikan anaknya karena sebentar lagi anaknya yang paling besar akan masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan membutuhkan biayauntuk itu ia sudah menyisihkan uangnya untuk tabungan pendidikan anak anknya. Ia juga selalu menanamkan nilai nilai agama kepada anak anak nya agar mereka tidak terjebak ke pergaulan yang tidak benar nantinya. Anak anak nya sering bermain bersama teman teman di sekitarnya biasanya mereka bermain bola pada sore hari, jika memiliki waktu senggang ibu megawati biasanya berbincang bincang dengan tetangganya di depan rumah nya. ia juga sering mengikuti kegiatan


(44)

partangiangan (ibadah) dari gerejanya, ia juga memiliki saudara di kota medan ini dan ia juga sering berkunjung ke rumah saudaranya bila ada acara keluarga atau hari hari libur besar lainnya. ia jarang mengajak anak anaknya berekreasi dikarenakan keterbatasan waktu dan kondisi ekonomi. Namun anak anak nya sering diajak kerabatnya untuk berekreasi jika mereka libur namun ibu megawati tidak ikut karena harus bekerja. Berikut penuturannya :

“saya jarang ajak mereka jalan jalan karena jalan jalan juga butuh biaya, biasanya mereka diajak jalan jalan sama bou nya kalo saya nggak ikut karena jualan”.

Anak nya juga juga jarang membantunya dirumah, ia pun tidak memaksa mereka karena mereka masih kecil masih masa masa asiknya bermain. Namun terkadang anaknya mau membantu sedikit sedikit meskipun ia tidak memaksakan anak anaknya namun ia ingin menanamkan nilai agar anaknya bisa menjadi anak yang rajin dan bisa membantu oran tuanya.Ia juga selalu menanamkan nilai nilai agama kepada anaknya, juga mengajarkan anaknya agar tahu cara nya menempatkan diri di manapun mereka berada juga memahami kondisi yang mereka hadapi.

Menurut ibu megawati sebagai orang tua tunggal harus pintar pintar membagi waktu karena menerapkan dua peran merupakan hal yang sulit dan memakan banyak waktu ia harus terbiasa mau tidak mau harus paham apa yang harus dilakukan untuk keluarganya karena bagaimana pun juga ia terus berjuang untuk keluarganya.ia juga menanamkan nilai nilai dan pamahaman kepada anak anaknya agar mengerti kondisi dan beban yang ibunya hadapi.


(45)

5.2.4 Informan Utama 4

Nama : Demi br Hutapea

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SD

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Asrama Gg. Rel no.14

Ibu demi merupakan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, ia sudah 2 tahun lebih menjadi orang tua tunggal, ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan suaminya meninggal dunia. Hal yang ia rasakan sebelum dan sesudah orang tua tunggal ialah sebelum suaminya meninggal ada yang mencari nafkah untuk keluarganya juga dia punya teman ngobrol jika ada masalah setelah ia menjadi orang tua tunggal hal tersebut sangat berat dijalaninya ia harus bekerja guna memenuhi ekonomi keluarganya juga harus memberikan pendidikan juga mengarahkan anaknya ke arah yang lebih baik.ia merasa bingung sewaktu baru menjadi orang tua tunggal dan masih diselimuti perasaan duka pasca ditinggal sang suami. namun banyak dukungan yang memberinya semangat baik itu dari kerabat juga tetangga dan juga keluarga. hal tersebut kemudian yang membuat nya bangkit dari kesedihan dan mulai belajar juga memahami menjalankan peran nya sebagai ibu juga menggantikan peran ayah bagi keluargannya (anak anaknya).berikut penuturannya :

“saya menjadi orang tua tunggal sudah jalan 2 tahun 3 bulan, banyak hal yang berbeda semenjak ditinggal bapak (almarhum), biasanya saya ada teman ngobrol kalau lagi ada masalah, dulu bapak yang jadi pencari nafkah utama sekarang saya yang kerja”


(46)

Ibu demi memiliki 2 orang anak perempuan yang masih bersekolah, anaknya yang pertama RS berumur 18 tahun dan sedang bersekolah kelas 3 SMK di sma eka prastya kemudian anaknya yang kedua JS berumur 13 tahun dan sedang bersekolah kelas 2 smp di smp 18 medan. JS mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah karena ia bersekolah di sekolah negeri sehingga ia tidak perlu membayar uang sekolah. hal ini cukup meringankan biaya yang di tangung ibu demi untuk biaya pendidikan anaknya karena ia tidak perlu membayar uang sekolah JS sedangkan RS tidak mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah karena ia bersekolah di sekolah swasta oleh karena itu iya membayar biaya sekolah sebesar Rp.195.000 per bulannya. Meskipun JS tidak membayar uang sekolah namun ibu demi tetap mengeluarkan biaya untuk perlengkapan dan peralatan sekolahnya.

Ibu demi bekerja berualan kacang dari pesta ke pesta, bila mana ada pesta ibu demi berjualan kacang di pesta tersebut, ia hanya berjualan bila ada pesta bila tidak ia terkadang membantu masak untuk katering tetangganya bila mendapat pesanan. Pendapatannya dari berjualan kacang tidak menentu paling banyak rata rata Rp.200.000 per minggunya. Dari katering juga tidak pasti karena ia hanya membantu memasak, sedikitnya ia mendapat Rp.50.000 itupun hanya bila ada pesanan saja. Ia tidak menabung dari penghasilannya tersebut karena penghasilannya pas pasan atau bisa dikatakan kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berikut penuturannya :

“Pekerjaan saya jualan kacang di pesta pesta jadi kalau ada pesta di daerah sini saya kesitu bawa kacang buat dijual, itupun kalau ada kalo nggak ada ya paling bantu masak tah di katering”.

Anak ibu demi yang ke dua JS juga bekerja di tempat penggilingan bumbu di samping rumahnya ia bekerja karena keinginan sendiri, ibu demi sebenarnya tidak


(47)

menginginkan anaknya bekerja namun JS yang ingin melakukannya, ia hanya bekerja sebentar saya selesai bekerja JS tetap bermain bersama teman temannya, JS bekerja sepulang sekolah, ia bekerja sesudah ganti baju juga makan siang. Dari menggiling bumbu JS mendapatkan Rp.50.000 per minggunya.gaji tersebut sebagian diberikannya kepada ibunya sebagian lagi ia pakai untuk ditabung dan juga untuk jajan. Berikut penuturannya :

“Aku kerja giling bumbu di samping bang, aku yang mau, buat bantu bantu mamak, itupun Cuma bentar aja kalo udah siap aku giling bumbu baru aku pergi main main sama kawan kawanku”.(JS,13 tahun)

Rumah yang ibu Demi dan keluarganya tempati merupakan milik pribadi, rumah permanen dengan lantai yang sudah di keramik, juga dinding yang terbuat dari batu bata dan atap terbuat dari genteng. Pengeluaran yang ia keluarkan untuk rumah ialah untuk biaya listrik dan air yang tidak pasti berapa tagihan perbulannya. . Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan bangunan di pinggir rel mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena penggusuran atau penertiban ini mereka masih belum memiliki rencana apapun dan tabungan bilamana nantinya rumah mereka ikut terkena penertiban

Ibu Demi dan keluarga juga sudah terdaftar dalam program jaminan kesehatan nasional (JAMKESMAS) sehingga bila ada keluarga yang sakit sudah dapet jaminan perlindungan kesehatan, namun bila hanya sakit biasa seperti deman dan batuk ia dan keluarga hanya mengonsumsi obat obatan yang bisa di beli di apotik atau warung warung. ibu demi tidak mempunyai tabungan khusus untuk biaya kesehatan. keluarganya ia bersyukur mendapat jaminan kesehatan dari pemerintah.

Ibu demi dan keluarga rata rata makan tiga kali sehari, Ia selalu menyiapkan sarapan dan makanan untuk keluarganya dari pagi, ia dan keluarga selalu


(48)

menyempatkan sarapan sebelum melakukan aktivitas. Ia kurang memahami tentang gizi, yang ia lakukan untuk memenuhi gizi keluarganya ialah sering memasakan sayur untuk keluarga. untungnya anak anaknya suka makan sayur. namun keluarga ini jarang makan bersama karena aktivitas dan kesibukan yang berbeda beda. Mereka jarang makan bersama sama pada saat pagi dan makan siang namun pada saat malam mereka sering makan bersama sambil menonton televisi dan juga ia menanyakan apa saja aktivitas anak anaknya selama di luar. Ibu demi juga jarang membeli pakaian baru untuk keluarga nya, ia dan keluarga biasanya membeli baju baru pada saat natal dan tahun baru, diluar itu sangat jarang mereka membeli pakaian.

Anak anak ibu Demi RS dan JS juga sering membantu nya dirumah, terlebih karena kedua anaknya perempuan jadi yang mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, mencuci dan juga terkadang memasak anak anaknya yang mengerjakan bergantian. Ibu Demi dan keluarganya jarang pergi berekreasi dikarenakan bila pergi berekreasi membutuhkan biaya. Terkadang ia dan anak anak nya pergi berekreasi bersama kerabat kerabatnya.

“Saya sama anak anak jarang pergi jalan jalan soalnya pasti butuh biaya, minimal ongkos, lagian saya juga lebih sering kerja, kadang juga pergi jalan jalan sama keluarga”.

Ibu Demi sering mengunjungi keluarganya bila ada waktu juga pada hari hari besar seperti natal dan tahun baru. Ia juga sering berkumpul dengan tetangga tetangganya bila ada waktu luang di sore hari. Ia juga sering mengikuti kegiatan partangiangan di lingkungannya setiap sebulan sekali. Begitu juga anak anaknya yang sering bermain bersama teman teman di lingkungan nya. ia selalu menanamkan nilai nilai penting kepada anaknya seperti harus bisa menjaga diri, tahu


(49)

menempatkan diri dalam masyarakat, selalu bertindak sopan, jangan terlalu lama pulang kerumah dan juga rajin beribadah.

Ibu demi berpendapat bahwa pendidikan sangat penting untuk anak anaknya agar mereka pintar dan tahu membedakan mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk dilakukan. Ia berharap kedepannya anak anaknya bisa melanjut ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi hingga perguruan tinggi dan juga cepat mendapatkan pekerjaan.

Menurut Ibu Demi orang tua tunggal harus lah bijak juga jangan lemah karena beban yang di tanggung orang tua tunggal lebih berat dari orang tua utuh, seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal harus giat bekerja menggantikan peran ayah di dalam keluarga juga tetap menjalankan peran dasarnya sebagai ibu, orang tua tunggal harus berjuang keras untuk keluarganya. Harus bisa membagi waktu dalam menjalankan kedua peran tersebut guna memenuhi kebutuhan keluarganya.

5.2.5 Informan Utama 5

Nama : Esli Deswita

Umur : 41 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMK

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Asrama gg. Rel

Ibu Esli adalah seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal. Ia sudah menjadi orang tua tunggal selama 6 tahun. Ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan suaminya meninggal dunia, hal berbeda yang ia rasakan sebelum dan sesudah


(50)

menjadi orang tua tunggal ialah dulu suaminya yang bekerja mencari nafkah utama untuk keluarganya sekarang ia yang harus mencari nafkah untuk keluarganya.ia juga kehilangan tempat untuk berbagi dan bercerita tentang masalah yang ia hadapi. Berikut penuturannya :

“sudah 6 tahun ibu jadi orang tua tunggal semenjak abang(suami) meninggal, dulu dia yang mencari nafkah sekarang aku yang harus mencari nafkah untuk keluarga, dulu juga kalau ada masalah aku cerita ke abang sekarang tidak ada lagi”.

Ibu Demi memiliki dua orang anak yang menjadi tanggungan dalam keluarganya. Kedua anaknya masih bersekolah. Anak yang pertama ia lah laki laki berumur 13 tahun bernama JM, JM sekarang kelas 1 SMP dengan uang sekolah Rp.120.000 tiap bulannya. Sedangkan anaknya yang ke dua ialah anak perempuan berumur 11 tahun bernama FO, FO sekarang duduk di kelas 5 SD, FO tidak membayar uang sekolah karena ia mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga ia tidak perlu membayar uang sekolah lagi. Meskipun begitu ibu esli tetap mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan dan perlengkapan sekolah kedua anaknya.berikut penuturannya :

“anak saya yang pertama masih kelas 1 SMP, dia smp di swasta jadi bayar, kalo adiknya masih kelas 5 SD, dia tidak bayar uang sekolah karena SD negeri jadi dapat bantuan dana BOS”

Ibu esli merasa sangat terbantu dengan adanya program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah ini karena meskipun tidak kedua anaknya mendapatkan bantuan ini setidaknya hal ini sudah membantu meringankannya untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak anaknya. anak anak nya juga tidak ada mengikuti kegiatan lain diluar sekolah seperti les atau kelompok belajar.


(51)

Kedua anak nya juga sering membantu dirinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah biasanya anak anaknya membagi tugas sang adik bertugas menyapu rumah sedangkan abangnya bertugas mencuci piring,mereka melakukannya karena ingin membantu ibunya karena mereka sadar akan kondisi yang ibunya hadapi sehingga mereka ingin membantu ibunya dalam hal membersihkan rumah. Berikut penutuhan anaknya saat peneliti melakukan wawancara secara terpisah :

“aku sama adek sering juga bantu mamak bang biasanya aku yang cuci piring adek yang nyapu biasanya kami kerjakan kalau siap makan sama sama, kasian mamak udah capek kerja”(JM, 13tahun).

meskipun hanya sedikit ibu esli senang karena anak anaknya mau membantunya membersihkan rumah.

Ibu esli bekerja di dinas pertamanan kota medan dengan gaji Rp. 1.500.000 per bulannya. Ia merasa gajinya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya juga pengeluaran mereka perbulannya antara lain untuk ongkos bepergian untuk nya dan anak anaknya karena keluarganya tidak memiliki kendaraan pribadi. Juga untuk membayar uang sekolah anaknya yang pertama dan untuk uang jajan anak anaknya.ibu ini tidak memiliki pekerjaan sampingan juga keterampilan lain yang bisa menunjang perekonomian keluarganya. Dari pendapatan itu bila ada pengahasilan lebih ia juga tabung sebagian untuk keperluan anaknya di masa akan datang khusus nya untuk pendidikan anak-anaknya. Ibu esli dan keluarganya terdaftar dan mengikuti program BPJS sehingga keluarga nya sudah mendapatkan jaminan kesehatan bila sakit, namun bila hanya sakit biasa seperti flu dan deman mereka hanya mengonsumsi obat-obat biasa yang bisa dibeli di apotik atau warung warung, tidak perlu sampai ke rumah sakit. Ia sendiri merasa terbantu dengan program BPJS ini sendiri karena ia tidak memiliki tabungan khusus untuk


(52)

kesehatan keluarganya dalam keadaan mendadak. Selain mendapat bantuan dana BOS juga BPJS ibu esli jugamendapatkan bantuan berupa beras dari pemerintah melalui Program Beras untuk Rakyat Miskin (RASKIN) hal ini juga membantu nya menghemat pengeluaran untuk membeli beras.

Rumah yang di tempati ibu esli dan keluarganya merupakan rumah miliknya pribadi. Rumah ibu esli dan keluarga nya merupakan rumah permanen dengan dinding yang terbuat dari batu bata, atap yang terbuat dari genteng dan juga lantai yang sudah di keramik.namun dikarenakan berada di daerah pinggir rel dan ia tidak tahu apakah rumahnya akan di terkena penggusuran dikarenakan program pemerintah kota medan untuk penertiban kawasan pinggir rel kereta api,ibu esli berharap rumahnya tidak terkena penggusuran tersebut.ia masih belum memeiliki rancana apapun kedepannya bila nanti tiba tiba rumahnya terkena penggusuran tersebut, ia juga masih belum memiliki tabungan khusus untuk mengantisipasi kejadian tersebut namun ia berencana ingin mulai menabung untuk kedepannya. Ibu esli dan keluarga tidak terlalu sering membeli pakaian untuknya dan anak anaknya, ia tidak bisa memastikan seberapa sering karena ia juga tidak memiliki tabungan khusus untuk membeli pakaian namun biasanya mereka membeli pakaian pada saat natal dan tahun baru, terkadang juga bila ada rejeki berlebih ia juga membeli pakaian untuknya dan keluarganya diluar saat natal dan tahun baru. Berikut penuturannya :

“saya jarang beli pakaian untuk anak anak tidak pasti seberapa sering saya beli, namun biasanya saat natal dan tahun baru saya belikan mereka pakaian, kalo diluar itu ya kalo ada rejeki lah kadang saya belanjakan juga”.


(53)

Ia dan keluarganya tidak terlalu sering pergi berekreasi dengan keluarganya bisa dikatakan dalam setahun ia dan keluarga paling tidak hanya satu atau dua kali pergi berekreasi dikarenakan keterbatasan dana dan waktu.

Ibu Esli masih kurang memahami soal gizi, ia hanya mengetahui tentang gizi hanya sekedar saja dari tetangga dan saudara saudaranya.ia dan keluarga jarang makan bersama dikarenakan kesibukan nya, setiap pagi ia menyiapkan pakaian anaknya untuk sekolah kemudian ia masak untuk sarapan anak anaknya dan juga masak untuk makan siang, setelah anak anaknya sarapan dan berangkat ke sekolah barulah ia sarapan. ia dan keluarga makan tiga kali sehari namun dikarenakan ia pergi kerja pagi hari dan pulang sore hari maka ia jarang makan siang bersama anak anaknya, anak anak ibu esli juga sering makan sayur.pada saat makan malam ia selalu makan bersama anak anaknya sambil menonton televisi sambil mengobrol dengan anaknya juga menanyakan apa saja aktivitas yang mereka lakukan. Setelah makan malam ia membantu dan menemani anak anak nya mengerjakan tugas mereka yang di berikan dari sekolah. menurut ibu esli pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan lah yang akan membentuk pola pikir sikap dan perilaku mereka, ia juga sering menanamkan nilai nilai penting pada anaknya seperti harus rajin belajar juga rajin beribadah dan tahu menempatkan diri di masyarakat. Ia berharap kelak anaknya bisa bersekolah hingga sampai perguruan tinggi (kuliah). ia pun sudah menyisihkan penghasilannya untuk pendidikan anaknya kelak. Berikut penuturannya :

“pendidikan itu penting sekali untuk anak anak saya, kalau bisa anak saya bisa sampai kuliah, karena saya mau anak saya harus punya pendidikan yang lebih dari ibunya”.


(54)

Ibu Esli juga sering berinteraksi dengan tetangganya, setiap sore ia terkadang sering mengobrol dengan tetangga tetangganya, ia juga sering berkunjung kerumah keluarganya karena ia juga memiliki keluarga di medan, ia juga sering ikut acara partangiangan(ibadah) baik itu dari gereja dan dari keluarga yang biasanya diadakan sebulan sekali. Anak anaknya juga sering bermain bersama teman teman di lingkungannya, anaknya yang paling besar sering bermain sepeda dengan teman temannya sedangkan anaknya yang kecil bermain boneka bersama teman temannya. biasanya anak anaknya pergi bermain setelah makan dan membersihkan rumah juga mencuci piring setelah selesai barulah mereka bermain.

Ibu esli mengatakan bahwa menjadi orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah, hal ini sangat jauh berbeda dengan menjadi orang tua pada umumnya, karena saat menjadi ibu yang menjadi orang tua tunggal mau tidak mau, suka tidak suka seorang ibu harus bisa mengatur waktu juga tenaganya dikarenakan ia menggantikan peran atau tugas dari suami menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga nya ia harus bekerja guna memenuhi kebutuhan anak anaknya dan juga dirinya dan ia juga harus memberikan pendidikan dasar diluar sekolah kepada anaknya menanamkan nilai nilai yang penting bagi anak anaknya agar kelak anak anaknya menjadi anak anak yang bisa baik dalam berpikir dan berperilaku hal ini merupakan tugas atau peran seorang ibu dengan kata lain seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal harus berperan ganda dia harus bisa menjalankan perannya sebagai ibu dan juga menjalankan juga menggantikan peran seorang ayah untuk keluarganya. Ibu yang menjadi orang tua tunggal harus berjuang lebih keras untuk keluarga dibandingkan dengan keluarga yang memiliki orang tua utuh.


(55)

5.2.6 Informan Utama 6

Nama : Darmauli Simamora

Umur : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMA

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Asrama gg. Rel

Ibu darmauli adalah seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, ia sudah menjadi orang tua tunggal selama 9 tahun, ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan sang suami meninggal dunia. Saat peneliti mewawancarai ibu ini baru pulang dari tempat kerjanya. Hal yang berbeda dialami nya sekarang ini setelah menjadi orang tua tunggal ialah jauh lebih sulit dalam mencukupi ekonomi keluarganya dikarena kan sang suami yang menjadi pencari nafkah utama sudah tidak ada. Oleh karena itu ia harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berikut penuturannya :

“saya menjadi orang tua tunggal semenjak suami saya meninggal, sudah ada 9 tahun lah, sangat berbeda sekarang sama dulu, kalau dulu suami yang kerja buat beli keperluan tapi karena sekarang saya sendiri, jadi ya saya yang kerja buat keluarga”

Ibu darmauli memiliki empat orang anak yang menjadi tanggungannya dalam keluarga, anak nya yang pertama adalah anak laki laki bernama AS berumur 17 tahun, AS bekerja di bengkel las, ia masih bersekolah kelas 2 SMK, ia sekolah sambil bekerja, ia bekerja sepulang sekolah bengkel las tempat ia bekerja letaknya tidak jauh dari rumahnya. Ia bekerja guna membantu ibunya memenuhi


(56)

perekonomian keluarganya, gaji yang ia dapatkan dari bengkel las ialah Rp.200.000 per minggunya, gaji yang ia dapatkan sebagian ia berikan pada ibunya sebagian lagi ia gunakan untuk keperluannya. Berikut penuturannya dari hasil wawancara terpisah yang peneliti lakukan :

“sambil sekolah aku kerja di bengkel las bang, di situ (sambil menunjukan tempat ia bekerja yang tidak jauh dari rumahnya) pulang sekolah aku makan dulu baru ganti baju, siap itu lah baru kerja ya bantu bantu aja sih bang ga banyak , kalo gajian sebagian ku kasih ke mamak soalnya kan lumayan nambah nambah uang belanja”(AS, 17 tahun).

Anaknya yang kedua merupakan anak laki laki bernama KS berumur 13 tahun, KS duduk di bangku sekolah kelas 2 di SMP swasta, diakrenakan bersekolah di swasta maka KS tidak mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), uang sekolah yang harus ia bayar perbulan nya ialah sebesar Rp.90.000. Anaknya yang ke tiga bernama ES berumur 11 tahun , ES duduk di bangku sekolah kelas 6 SD, ES tidak membayar uang sekolah dikarenakan ia mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), adik perempuannya yang paling kecil bernama MS berumur 10 tahun juga mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga juga tidak perlu membayar uang sekolah lagi. Menurut ibu Darmauli hal ini sangat membantu nya karena mengurangi pengeluarannya untuk biaya pendidikan anak anaknya, namun ia tetap mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan dan perlengkapan sekolah anak anaknya.

Ibu Darmauli bekerja di katering, ia membantu memasak bila ada pesanan makanan katering, katering tempatnya bekerja tidak selalu mendapatkan pesanan, dan ia hanya bekerja bila ada pesanan.setidaknya dalam satu minggu ia hanya bekerja tiga kali terkadang lima kali. Ibu Darmauli mendapatkan gaji sebesar


(57)

Rp.80.000 per hari kerjanya, Ia merasa gajinya masih belum mencukupi kebutuhan hidup keluarganya juga pengeluaran lain seperti uang sekolah anak, listrik, uang jajan anak dan perlengkapan sekolah mereka.berikut penuturannya :

“saya kerja di katering punya tetangga disini dek, sehari gajinya 80 ribu tapi saya nggak tiap hari gajiannya kalau ada pesanan aja, kadang mau seminggu Cuma tiga kali kadang kalau ramai pesanan bisa lima kali tergantung lah”.

Ibu darmauli tidak memiliki pekerjaan sampingan lain seperti ibu yang menjadi orang tua tunggal lainnya, ia juga tidak memiliki keterampilan lain yang dapat menunjang ekonomi keluarganya.

Rumah yang di tempati ibu Darmauli dan keluarga ialah rumah semi permanen hal itu peneliti lihat saat melakukan wawancara dirumah informan, dinding rumah ibu ini setengahnya sudah di semen dan setengahnya lagi masih kayu, dan lantainya sudah disemen namun tidak di keramik, juga atapnya yang terbuat dari genteng. Rumah yang mereka tempati bukan merupakan rumah milik mereka pribadi, mereka menyewa rumah tersebut dengan sewa Rp.2.500.000 per tahunnya. Ibu Darmauli dan keluarganya masih belum memiliki Rumah sendiri (milik pribadi), ia dan keluarganya ingin memiliki rumah pribadi kelak agar mereka tidak menyewa lagi, hal ini juga di ungkapkan oleh anaknya yang peneliti wawancara secara terpisah. Berikut penuturannya :

“iya bang rumah kami sekarang ini kami sewa, pengen sih punya rumah sendiri kaya orang lain tapi kondisi sekarang yang belum memungkinkan, nanti kalo aku udah besar aku mau kerja biar bisa punya rumah sendiri buat keluargaku”(MS, 10 tahun).

Meskipun begitu Ibu Darmauli dan keluarga tetap merasa bersyukur karena masih diberikan tempat untuk bernaung.


(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)”.

Penulis menyadari bahwa selama perkuliahan ini banyak mendapat bantuan dan dukungan baik materil dan moril dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan penulis selama masa perkuliahan dan secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muriyanto Amin, S.sos.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P. selaku ketua Departemen ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Edward, M.S.P. selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya. Semoga ilmu pengetahuan yang Bapak berikan dapat menjadi bekal pembelajaran bagi saya kedepannya.

4. Terima kasih saya ucapkan kepada semua staff kepegawaian di kampus FISIP USU yang telah membantu saya ketika mengalami kesulitan sampai


(2)

pada akhir penulisan studi ini, terkhusus pada Bang Rasyad, kak Debby, Bang Ria, Kak Juraidah.

5. Terima kasih yang sangat besar saya ucapkan kepada Ayah saya Iskandar Jaya Purba dan Ibu saya Meilina Siahaan juga adik saya Ricky Iskandar Purba atas doa dan dukungannya serta pengorbanannya yang sangat besar terhadap saya dan juga menjadi alasan terbesar saya berjuang hingga saat ini juga seterusnya.

6. Terima kasih kepada Teman sesama bimbingan Paulus Kaka Surbakti dan juga Siti Shalita atas perjuangan nya bersama sama dengan penulis.

7. Terima kasih kepada Agnes Monica Panjaitan, Okta, Bomer, Eko, Hans yang selalu siap sedia memberikan bantuan kepada penulis selama masa penulisan skripsi dan masa perkuliahan.

8. Terima kasih kepada teman teman yang sudah bersama dari awal perkuliahan hingga akhir ini untuk Ruth, Kaka, Rony, Wiwik, Nando, Liza, Randa, Eko, Colombus, Astry, Simon, Debby dan Ais terima kasih untuk semua masa masa yang sudah kita lalui, sukses untuk kita semua.

9. Terima kasih Terima kasih kepada ibu sarmauli selaku Pekerja Sosial Masyarakat di daerah pinggir rel Gaperta terima kasih untuk waktu dan tenaga juga segala bantuan yang di berikan.

10.Terima kasih untuk seluruh ibu yang menjadi informan dalam penelitian ini juga para anak anaknya atas kesediaannya terlibat dan menjadi informan dalam penelitian ini.

11.Untuk semua teman-teman seperjuangan di Kessos 2012, Prima, Joko, Kanatri, Frans, Melky, Andhi kho, Bunga, Lela, Santa, Sandi, Helen, Putra, Febry, Kahfi, Agus dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan


(3)

persatu. Terima kasih untuk kebersamaan dan dukungan selama masa perkuliahan. Sukes terus untuk kita semua.

12.Terimakasih untuk senior dan junior di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Kak Hera, Kak Dewi, Kak Arina, Kak nesa, Bang Fajar, Bang Tito, Bang Benget, Bang Simon, Nico, mario, hotman, dan lain lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih untuk dukungan dan masukan untuk penulis.

13.Terima kasih untuk teman teman di Komunitas MAGACiNE, Bang kepin, Kak noeg, Ican, Teria, Dita, Alfi dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih banyak atas dukungannya.

14.Semua pihak yang belum penulis tuliskan satu persatu, namun berkontribusi atas selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan anugerah dan limpahan berkat untuk membalas segala kebaikan yang sudah penulis dapatkan. Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu diharapkan masukannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial kedepannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Medan, Juni 2016

Penulis,

Oscar Gideon


(4)

i

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………...………...……….4

1.2 Perumusan Masalah………..………...………...……..11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………...………..……..11

1.3.1 Tujuan Penelitian………..………...………..…….11

1.3.2 Manfaat Penelitian………...………....12

1.4 Sistematika Penulisan………...………..12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Pengertian Peran………...………..14

2.1.2 Peran Ibu………...…………..15

2.2 Orang Tua Tunggal 2.2.1 Pengertian Orang Tua Tunggal………..…..………..16

2.2.2 Penyebab Adanya Orang Tua Tunggal………...………17

2.2.2.1 Kematian………..………...17

2.2.2.2 Perceraian………..…….17

2.2.2.3 Putusan pengadilan………...…..18

2.3 Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal………...…21

2.4 Sosial Ekonomi………..……….22 2.5 Keluarga 2.5.1 Pengertian Keluarga………...………32

2.5.2 Ciri Ciri Keluarga………...…………...……….33

2.5.3 Tipe Keluarga…….………...……….34

2.3.4 Tugas dan peran Keluarga…..………...……….34 2.6 Kerangka dan Bagan Alur Pikir………..………...39


(5)

ii

2.7 Definisi Konsep………...………...40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian………...……….41

3.2 Lokasi Penelitian………...……….41

3.3 Informan 3.3.1 Informan Utama....………...………...42

3.3.2 Informan Kunci....………..………42

3.4 Teknik Pengumpulan Data………...………..43

3.5 Teknik Analisis Data………...…………...44

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...45

4.2 Keadaan Penduduk...45

4.2.1 Jumlah Penduduk...45

4.2.2 Komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia...45

4.2.3 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin...47

4.2.4 Komposisi penduduk berdasarkan agama...47

4.2.5 Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan...48

4.2.6 Komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa...49

4.2.7 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok ...51

4.3 Sarana dan Prasarana...52

4.3.1 Sarana pendidikan...52

4.3.2 Sarana ibadah...53

4.3.3 Prasarana ekonomi...54

4.3.4 Prasarana kesehatan...55

4.3.5 Prasarana olahraga...55


(6)

iii BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar...57

5.2 Hasil Temuan...58

5.2.1 Informan utama 1...58

5.2.2 Informan utama 2...64

5.2.3 Informan utama 3...69

5.2.4 Informan utama 4...74

5.2.5 Informan utama 5...78

5.2.6 Informan utama 6...84

5.2.7 Informan kunci 1...90

5.3 Analisis Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga...92

5.3.1 Pekerjaan...93

5.3.2 Penghasilan...97

5.3.3 Pendidikan...104

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan...109

6.2 Saran...110 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


Dokumen yang terkait

PERAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)

0 37 7

Sumber Air Utama dan Status Kesehatan Keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

2 67 78

Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial (Studi Deskriptif Tentang Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia)

14 94 75

Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

4 94 91

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 0 10

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 0 2

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 0 10

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 1 27

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

1 1 3

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

0 1 8