Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

(1)

STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

(Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak

di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

Disusun Oleh:

HERTAULI MONALYSA MARPAUNG

040905049

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2009


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Hertauli Monalysa Marpaung

Nim : 040905049

Departemen : Antropologi

Judul : STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

Medan, Oktober 2009 Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dr. Fikarwin Zuska) (Drs. Zulkifli Lubis, MA) NIP. 196212201989031005 NIP 196401231990031001

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) NIP. 1962070319871333001


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Dia, atas kasih karunia-Nya yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis. Pertolongan dan bimbingan-Nya yang memampukan penulis menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STRATEGI

ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia.

Penulis menyadari dengan usaha, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, skripsi ini masih kurang sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk kesempurnaan skripsi ini dari semua pihak.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan yang demikian besar yang telah diberikan oleh berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis dengan hati yang tulus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Humaizi, Ma selaku Pembantu Dekan I atas fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Zulkifli Lubis MA selaku Ketua Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, M.Si selaku penasehat akademik yang memberikan perhatian kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu.

7. Kantor Kepala Desa Helvetia Tengah atas kerja samanya dalam pemberian data kepada peneliti.

8. Para orang tua dan informan yang ada di Helvetia Tengah atas informasinya yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teristimewah buat Kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Alm W. Marpaung dan juga Mama St. N. Br Tambunan atas nasehat, kasih sayang dan perjuangan yang sangat gigih dalam mewujudkan cita-cita anaknya.

10.Abang, Kakak, dan Kakak iparku : B. Marpaung, R. Marpaung, Melda Marpaung, Frengky Marpaung, R. Br Sianipar dan R. Br Lumban Gaol atas kasih sayang, perhatian dan dukungan doa kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

11.Keponakan yang lucu dan adik-adikku yang manis: Agung Herodion Marpaung, Bella, Lena, Depi, Rinal, Indra.

12.Buat sahabat-sahabatku yang sangat penulis sayangi dan cintai: Lia Ariza Pasaribu, Amd, Sri Ulina Ginting, S.psi, Cory Ester Pratini Rajaguguk, Latifa Yusman Panggabean, S.Sos, Frisyahyani Nasution, Chandra


(5)

Perdana Silaban, ST, Leonald Nainggolan, Ssn dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

13.Kepada kerabat Antropologi Khususnya stambuk 2004 yang tidak bisa disebutkan satu persatu penulis mengucapkan terima kasih.

Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mendoakan semoga Tuhan memberikan kasih karunia-Nya kepada kita semua. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2009


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

ABSTRAKSI...ix

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...3

1.3. Lokasi Penelitian...3

1.4. Tujuan Penelitian...4

1.5. Tinjauan Pustaka...4

1.6. Metode Penelitian ...15

1.6.1. Teknik Pengumpulan Data ...15

1.7. Analisa Data...16

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI...19

2.1. Lokasi dan Lingkungan Alam...18

2.2. Keadaan Penduduk...19

2.3. Sistem Religi...20

2.4. Tingkat Pendidikan...21

2.5. Pola Pemukiman...22

2.6. Mata Pencaharian...24

2.7. Sarana dan Prasarana...25

2.7.1. Prasarana Pendidikan...27

2.7.2. Prasarana Beribadah...27

2.7.3. Prasarana Transportasi...28


(7)

2.7.5. Perbelanjaan...29

2.8. Sistem Organisasi...29

BAB III. KEMANDIRIAN ANAK 3.1. Mendidik Anak...39

3.1.1. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Anak...40

3.1.2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pendidikan anak...43

3.2. Peran Keluarga dan Orang Tua Dalam Membentuk anak...46

3.3. Strategi Membuat Anak Mandiri...48

3.4. Sanksi Orang Tua Terhadap Anak...49

BAB IV. BUDI PEKERTI 4.1. Kehidupan Keluarga...53

4.2. Strategi Membuat Anak Menjadi Berbudi Pekerti...55

4.2.1. Hubungan Anak dan Saudaranya...55

4.2.2. Hubungan Anak, Teman-Teman dan Masyarakat...58

4.3. Strategi Pencerdasan Anak...59

4.3.1. Orang Tua dan Lembaga Pendidikan Formal...59

4.3.2. Orang Tua dan Lembaga Pendidikan Non Formal...61

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan...63

5.2. Saran...64

DAFTAR PUSTAKA...66

DAFTAR INTERVIEW DAN OBSERVASI...73 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 data penduduk Helvetia Tengah

2. Tabel 2 komposisi penduduk Kelurahan Helvetia Tengah menurut Agama 3. Tabel 3 komposisi penduduk Kelurahan Helvetia Tengah menurut pendidikan 4. Tabel 4 jumlah penduduk berdasarkan kelompok etnik

5. Tabel 5 mata pencaharian penduduk Kelurahan Helvetia Tengah 6. Tabel 6 prasarana dan sarana umum


(9)

ABSTRAKSI

Hertauli Monalysa Marpaung 2009 Judul “STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 6 tabel, 2 bagan, 11 gambar, 16 informan serta lampiran daftar wawancara, daftar informan, peta Kelurahan Helvetia Tengah ditambah lampiran surat penelitian.

Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai bagi anak-anaknya, agar dikemudian hari dapat menanggapi lingkungan secara aktif. Dengan perkataan lain, kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana para orang tua membuat strategi dan bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak di dalam sebuah keluarga dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Metode dalam penelitian ini adalah bersifat deskrptif, dengan pengambilan informan yang tinggal di kawasan Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan teknik observasi, melakukan wawancara dengan masing-masing informan dan studi kepustakaan.

Temuan data yang diperoleh adalah bahwa strategi orang tua dalam mendidik anak di daerah ini berbeda-beda di dalam sebuah keluarga, orang tua di daerah ini mendidik anaknya untuk kemajuan hidup anak mereka di masa yang akan datang agar lebih baik lagi dari kehidupan yang ada untuk sekarang ini, maka dari itu berbagai cara orang tua untuk mewujudkan apa yang diinginkan dari orang tua dengan membuat strategi untuk memajukan kehidupan dari anak-anak mereka.


(10)

ABSTRAKSI

Hertauli Monalysa Marpaung 2009 Judul “STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 6 tabel, 2 bagan, 11 gambar, 16 informan serta lampiran daftar wawancara, daftar informan, peta Kelurahan Helvetia Tengah ditambah lampiran surat penelitian.

Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai bagi anak-anaknya, agar dikemudian hari dapat menanggapi lingkungan secara aktif. Dengan perkataan lain, kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana para orang tua membuat strategi dan bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak di dalam sebuah keluarga dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Metode dalam penelitian ini adalah bersifat deskrptif, dengan pengambilan informan yang tinggal di kawasan Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan teknik observasi, melakukan wawancara dengan masing-masing informan dan studi kepustakaan.

Temuan data yang diperoleh adalah bahwa strategi orang tua dalam mendidik anak di daerah ini berbeda-beda di dalam sebuah keluarga, orang tua di daerah ini mendidik anaknya untuk kemajuan hidup anak mereka di masa yang akan datang agar lebih baik lagi dari kehidupan yang ada untuk sekarang ini, maka dari itu berbagai cara orang tua untuk mewujudkan apa yang diinginkan dari orang tua dengan membuat strategi untuk memajukan kehidupan dari anak-anak mereka.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Skripsi yang saya ajukan ini adalah mengenai “Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak”. Strategi orang tua dalam mendidik anak ini muncul karena banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang menawarkan jasa dalam mendidik anak, baik langsung maupun yang tidak langsung. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut mencakup lembaga pendidikan formal, informal, dan lembaga non-formal. Oleh sebab itu pentinglah menjadikan strategi dalam mendidik anak ini objek penelitian, guna mengetahui cara dan strategi para pihak, terutama orang tua, dalam kancah pendidikan yang makin kompetitif dewasa ini.

Penelitian untuk mengetahui cara dan strategi orang tua dalam menghadapi kancah sosial pendidikan dewasa ini penting karena persaingan yang sangat ketat antara orang tua dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Lembaga pendidikan itu adalah pendidikan formal yaitu sekolah, pendidikan non-formal yaitu kursus-kursus yang ada yang ditawarkan kepada orang tua dan pendidikan in-formal yaitu lingkungan sosial sekitar anak, termasuk televisi, handphone, internet, dan lain-lain.

Peran orang tua dalam kehidupan seorang anak sangat penting karena pendidikan anak pada jaman moderen ini tidak mudah disatu sisi, jaman ini memberikan banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak memperoleh fasilitas yang canggih. Anak-anak sekarang ini sudah mengenal hand phone, televisi, internet dan berbagai peralatan yang moderen. Oleh karena itu


(12)

orang tua harus lebih berhati-hati dalam mendidik anak karena tayangan televisi, internet, hand phone setiap saat dapat dinikmati oleh semua orang dan tidak menutup kemungkinan dapat dinikmati oleh anak-anak. Tidak dapat dipungkirin apa yang mereka lihat, dengar dan baca ada kalanya bisa merubah pola tingkah laku sehari-hari seperti berbagai kebiasaan, tindakan, atau sikap yang cenderung disesuaikan dengan perkembangan teknologi pada jaman sekarang ini.

Kemajuan yang demikian cepat juga membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif dari televisi, internet dan hand phone adalah tersedianya informasi mengenai/tentang kejadian yang sudah, sedang, dan akan berlangsung di berbagai belahan dunia ataupun negara, membuka wawasan/pengetahuan yang lebih luas yang tidak didapat dari lembaga-lembaga pendidikan yang formal dan membuka pemikiran tentang perbedaan atau keragaman serta kebersamaan antar masyarakat diseluruh belahan dunia.

Sedangkan dampak negatif dengan adanya televisi, internet dan hand phone adalah tersedianya informasi dari situs-situs pornografi, porno aksi, teroris, narkoba, homosex, lesbi, takhayul yang dapat menyebabkan timbulnya kejahatan, kebiasaan menonton televisi selama berjam-jam menyebabkan tingkah laku anak dapat berubah dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini disebabkan tayangan televisi yang ditonton anak-anak dengan berjam-jam menyebabkan terjadinya tidak ada lagi waktu untuk belajar dan sebagai pemicu terjadinya kejahatan misalnya gaya hidup seenaknya, kawin cerai, kekerasan terhadap anak, keserakahan yang dapat menimbulkan perilaku anti sosial. Oleh sebab itu


(13)

tayangan televisi dapat menjadi faktor kriminalitas dan membawa dampak kepada anak untuk melakukan kejahatan.

Media massa (media elektronik/televisi) memiliki kekuatan menyebarkan pengaruh kepada khalayak terutama orang tua dan anak. Maka dari itu masyarakat terutama orang tua harus cermat, cerdas, kritis dan selektif dalam memilih acara TV, memperkenalkan internet dan hand phone kepada anak-anak. Bagaimanapun ujung dari pendidikan seorang anak adalah tanggung jawab orang tua.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti strategi orang tua dalam mendidik anak khususnya yang berada di kota besar sekarang ini yang semakin maju dalam informasi-informasi yang cepat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas tampaklah bahwa masalah penelitian ini adalah cara orang tua dalam mendidik anak pada saat sekarang ini meliputi cara atau strategi orang tua dalam menghadapi pendidikan dewasa ini karena persaingan yang sangat ketat antara orang tua dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Helvetia Tengah kawasan Kecamatan Medan Helvetia. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena wilayah ini merupakan kawasan yang terbuka dan dilengkapi fasilitas, serta dalam komplek perumahan ini sudah relatif berkembang dalam hal ini teknologi dengan terdapatnya berbagai tempat-tempat bermain seperti tempat PS (play station) dan


(14)

warung-warung internet (warnet), sekolah-sekolah, tempat les yang banyak ditawarkan kepada orang tua, selain itu daerah ini merupakan tempat tinggal si peneliti sehingga peneliti lebih bisa berhubungan intensif dengan masyarakat.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara orang tua menggunakan strategi dalam mendidik anak melalui penelitian terhadap orang-orang tua yang memiliki anak dan remaja serta anak remaja itu sendiri yang berada di daerah Helvetia Tengah

5. Tinjauan Pustaka

Strategi adalah cara dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah kemenangan1

1

. Oleh sebab itu, strategi di sini lebih mengutamakan cara orang tua untuk mendidik anak dalam keluarga supaya anak tidak lari dari norma-norma dan nilai-nilai budaya yang dianut orang tua, yang disebabkan karena kemajuan dari sebuah teknologi yang berkembang pesat saat ini, seperti halnya internet ataupun permainan-permainan yang berteknologi canggih yang dapat menyita banyak waktu seorang anak yang mengakibatkan anak lupa dengan tugas di rumah maupun sekolahnnya.

Adapun menurut Newman dan Logan (Abin Syamsudin Makmur, 2003) 4 strategi untuk mencapai tujuan yaitu:


(15)

1. Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi, kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukan.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan, menetapkan tolak ukur (kriteria), patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Menurut Marheni, 19962

Dalam kaitannya komunikasi orang tua dan anak mempunyai persepsi dan kemampuan menampilkan diri sebagai orang tua yang baik, seorang anak beranggapan bahwa orang tua adalah sosok yang pelindung bagi seorang anak, baik, ramah, menyayangi dan sebagainya. Hal lain di luar pembentukan persepsi yang menentukan keberhasilan komunikasi anak kepada orang tua adalah

dalam penerapan strategi orang tua juga harus bisa untuk dapat saling berinteraksi ataupun berkomunikasi terhadap si anak, Hubungan antar anggota keluarga ini terbentuk karena sebuah komunikasi, komunikasi dalam keluarga dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran orang tua. Hal ini disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi. Dengan cara berkomunikasi orang tua dapat mengetahui kebutuhan ataupun keinginan seorang anak

2

http://sbektiistiyanto.files.wordpress.com/2008/02/jurnal-kom-gender.doc : Marheni Di akses 6-09-2008


(16)

keberhasilan melakukan proses komunikasi antar orang tua dan anaknya, ini ditandai beberapa ciri :

1. Kebutuhan anak untuk dicinta, mencerminkan adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan cinta dimana semua anak akan mempunyai perilaku yang sama dalam menarik perhatian orang tua untuk dicintai, begitu pula orang tua akan berperilaku yang sama dalam memberikan cinta (perhatian) kepada anaknya.

2. Kebutuhan berinteraksi, mencerminkan keinginan untuk berteman/bergaul dengan orang lain. Setiap orang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, demikian juga anak membutuhkan teman.

3. Kebutuhan untuk dikontrol, mencerminkan keinginan untuk dapat meraih keberhasilan, misalnya dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sehingga bisa dikontrol keberhasilannya sampai ke masa depan.

Oleh karena itu kaitannya dengan komunikasi orang tua dan anak, penekanan di sini bukan kepada keadilan, tetapi didasarkan pada sikap orang tua yang memperlakukan anak tidak saja sebagai seseorang yang harus selalu patuh, tetapi sudah dianggap sebagai teman dalam berkomunikasi sehingga antara orang tua dan anak dapat terjalin komunikasi yang baik dan akrab. Inilah salah satu strategi yang diambil oleh orang tua untuk mengatasi hal-hal yang dapat membuat si anak melakukan tindakan-tindakan di luar dari norma sosial.3

3

norma sosial adalah kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma dengan produk sosial lainnya seperti


(17)

Sosialisasi terbagi dalam dua bagian yaitu: sosialisasi primer sebagai sosialisasi awal yang dialami oleh individu pada masa kecil dalam keluarga hingga menjadi anggota masyarakat; sosialisasi sekunder merupakan sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang dimasuki individu dalam dunia masyarakat yang lebih luas seperti sekolah, teman sebaya dan lingkungan sosial. Menurut George Herbert Mead dalam teorinya yang digunakan buku Mind, self and society (1972), Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan diri (self) manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan diri manusia berlangsung melalui beberapa tahap yaitu tahap play stage, game stage dan tahap generalized other (Kamanto, 1993 ; 28).

Mead menelusuri asal – usul diri melalui ketiga tahap tersebut yaitu : 1. Pada tahap pertama yaitu play stage (bermain) :

Belajar mengambil sikap orang-orang lain tertentu untuk diri mereka. Hal ini terbatas karena hanya sanggup memainkan peranan orang lain dan berbeda tanpa memiliki pengertian yang lebih umum dan lebih terorganisir terhadap diri mereka sendiri. Di sini individu belajar menjadi subjek dan sekaligus objek dan mulai memiliki kemampuan membangun diri.

Pada tahap bermain anak-anak mampu berorganisasi sosial, mereka dapat terlibat dalam bentuk-bentuk bermain. Seorang anak kecil mulai belajar

dan


(18)

mengambil peranan orang-orang yang berada disekitarnya. Ia mulai menirukan peranan yang dijalankan oleh orang tuanya, peranan orang dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi.dengan demikian kita sering melihat anak kecil dikala mereka bermain meniru peran yang dijalankan oleh orang-orang yang ada disekitarnya misalnya peranan ayah, ibu, kakak, kakek, nenek dan yang lainnya. Perilaku anak mulai mencontoh peran-peran orang yang terdekatnya. Agen sosialisasi yang ada disekitar anak biasanya berasal dari lingkungan yang paling dekat dengannya yaitu keluarga, walupun ada juga agen-agen sosialisasi lain yaitu: teman bermain lembaga sekolah maupun media massa akan tetapi pusat perhatian yang lebih terfokus adalah keluarga tempat anak-anak mendapatkan segala-galanya.

2. Pada tahap game stage (pertandingan)

tahap ini muncul sebgai langkah dalam perkembangan konsep diri. Seorang anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus dijalankan tetapi tetapi harus mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap awal sosialisasi-interaksi seorang anak biasanya terbatas pada sejumlah kecil orang lain, biasanya keluarga terutama kedua orang tuanya. Oleh Mead orang-orang yang penting dalam sosialisasi ini dinamakan significan other.

3. Pada tahap ketiga sosialisasi sesorang dianggap telah mampu mengambil peranan generalized other, anak mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang – orang lain dengan siapa anak berinteraksi. Agen utama pada tahap ini bukan


(19)

lagi terdapat dalam keluarga seperti halnya pada tahap play stage akan tetapi ada beberapa agen sosialisasi lain yang dapat mempengaruhi anak, misalnya teman bermain, sekolah dan juga media massa yang turut pila mempengaruhi perkembangan diri seorang anak.

Menurut Danandjaja (1989 : 497) cara pengasuhan anak adalah sebagian dari proses sosialisasi yang dialami oleh seorang anak di rumahnya yang memfokuskan pada sepuluh “sistem” tingkah laku yaitu :

1. Sifat selalu minta dilayani atau succorance

2. Sifat suka mengungkapkan perasaan atau expressiveness

3. Sifat bergantung pada kemampuan diri sendiri atau self reliance 4. Sifat mempunyai rasa kepertanggungjawaban atau responsibility 5. Sifat kepatuhan atau obedience

6. Sifat keramahan di dalam pergaulan atau sociability

7. Sifat gemar menolong orang yang lebih muda dan sedang berada dalam kesukaran atau nurture

8. Sifat ingin menguasai orang lain atau dominance

9. Sifat suka menyerang atau agression (baik yang bersifat sebagai akibat ancaman dari luar maupun menurut kesempatan).

10. Tingkah laku yang bersifat ingin mencapai sesuatu yang lebih baik atau

achievement-oriented behavior

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI


(20)

1998). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh pola perilaku, dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Anak sebagai pelaksana peranan sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Dari berbagai peranan di atas ada tiga fungsi orang tua terhadap keluarga yaitu :

 Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan pada anak sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.


(21)

 Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

 Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya4 Selain fungsi dari keluarga orang tua juga mempunyai tipe-tipe pola asuh terhadap anak yaitu:

1. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

.

4

http://ginomariam.blogspot.com/2009/08/keluarga.html: Salvicion dan Ara celis Di akses 6-092008


(22)

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku dimana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya. Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid atau selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan orang tua otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua, menghargai dan menghormati orang tua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.


(23)

Setiap keluarga terdiri atas beberapa anggota keluarga. Masing-masing anggota keluarga memiliki peranannya sendiri-sendiri, sesuai dengan kedudukannya dalam keluarga yang bersangkutan. Pelaksanaan masing-masing peranan sebagaimana mestinya membantu mengukuhkan dan menambah keharmonisan kehidupan keluarga yang bersangkutan dan membantu anggota-anggota keluarga yang lainnya serta unit keluarga sebagai suatu kesatuan dalam melaksanakan peranannya masing-masing. Pelaksanaan peran istri misalnya, apabila dilaksanakan benar-benar sebagai mitra atau patner suami yang serasi dalam mengeolah rumah tangga, niscaya akan membantu dan memperkukuh kedudukan dan peranan suami, dan begitu juga sebaliknya, apabila suami melaksanakan peranannya dengan baik akan mendukung kedudukan dan peranan istri. Demikian pula pelaksanaan peranan mereka dalam hubungan mereka dengan anak-anaknya, dan masyarakat lainnya.

Hubungan antar generasi kemudian terjadi dalam bentuk yang lebih terbuka dan lepas yang menjadi dasar bagi pembentukan karakter seorang anak. Lemahnya otoritas orang tua dan hilangnya fungsi tradisional keluarga mendapatkan dukungan pada saat teknologi menjadi semakin penting dari waktu ke waktu yang cara kerjanya dan nilai-nilai yang melekat sangat mempengaruhi kehidupan dan norma-norma yang terbentuk. Proses ini menentukan bagaimana struktur hubungan antar orang tua dan anak, seperti halnya, kehadiran handphone dapat menggantikan kehadiran orang tua dalam proses pembentukan seorang anak, dan telah mengurangi hubungan orang tua dan anak (Abdullah, 2006: 159).


(24)

Oleh karena itu barang dalam konsumsi perkotaan telah berfungsi sebagai alat komunikasi, karena ia mewakili individu dalam menegaskan serangkaian nilai yang melekat pada orang kota. Di sini jelas bahwa proses konsumsi teknologi telah membentuk suatu kesatuan kehidupan dengan basis-basis material yang dapat menghilangkan nilai-nilai subjektif dalam pertukaran sosial (Simmel dikutip dari Abdullah 2006 : 37).

Revolusi teknologi elektronik dan teknologi komunikasi merupakan jembatan yang menghubungkan berbagai tempat dengan berbagai belahan dunia lainnya. Hal yang mencolok terjadi dalam kecenderungan ini adalah tumbuhnya consumer cultur (budaya mengaskes informasi) di kota-kota (Featherstone dalam Abdullah 2006 : 28 -29 ). Untuk itu para pakar anak berpendapat bahwa cara-cara serta adat istiadat pengasuhan anak pada usia dini mempunyai dampak besar terhadap pembentukan sistem nilai budaya dan sikap mental serta kepribadian anak yang bersangkutan dikemudian hari.

Berkenaan dengan pendapat para ahli di atas, maka akan diteliti dan dideskripsikan bagaimana strategi orang tua dalam mendidik anak di daerah kawasan Helvetia Tengah, Kodya Madya Medan.


(25)

6. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bermaksud menggambarkan secara terperinci perilaku dan cara pandang masyarakat serta para orang tua dalam mendidik anak untuk menghadapi persaingan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan anak yang menetap di daerah kawasan Helvetia Tengah.

6.1 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui 2 kelompok yaitu melalui data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lapangan, dari berbagai buku, jurnal dan lain-lain. Buku jurnal dan yang lainnya diarahkan untuk mendapatkan gambaran-gambaran tertulis mengenai strategi secara khususnya data mengenai orang tua dalam mendidik anak, teori-teori yang mendukung masalah penelitian, dan lain-lain.

Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam yang saya lakukan dengan dibantu oleh teman saya yaitu Cory Ester Pratini dan Isabella Martha Silvani. Adapun hal yang diobservasi adalah siapa-siapa saja pihak yang terlibat seperti orang tua, anak-anak remaja, suasana dan fasilitas dari lembaga-lembaga yang menawarkan jasa kepada orang tua, dan lain-lain. Observasi yang dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi peneliti di lapangan dan sebagai penegasan data yang diperoleh di lapangan.


(26)

Selain observasi, wawancara mendalam juga dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci dan infoman biasa. Informan kunci merupakan orang-orang yang memahami dan mengetahui masalah penelitian. Dalam hal ini informan kunci yaitu orang tua karena peneliti beranggapan orang tua mampu memberikan informasi tentang strategi dalam mendidik anak. Sedangkan, informan biasa merupakan orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan pengetahuannya dan bukan ahlinya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan biasa adalah masyarakat sekitar lokasi penelitian seperti tenaga pengajar atau pendidik di tempat-tempat les, penjaga warung-warung internet. Wawancara mendalam yang dilakukan menggunakan tape recorder sebagai alat bantu karena daya ingat peneliti yang terbatas, sehingga hal-hal yang terlupakan dapat dicatat kembali oleh peneliti.

7. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif 5

5

Data kualitatif adalah data (informasi) yang merupakan pencatatan deskriptif (bersifat menggambarkan) yang dibuat berdasarkan atas hasil observasi, wawancara (dikompilasi oleh : Zulkifli Lubis).

. Proses analisa data penelitian dimulai dengan menelaah keseluruhan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara yag dilakukan di lapangan. Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung hingga penulisan laporan penelitian.


(27)

Dengan demikian seluruh data dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan dikemukakan secara kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif6 hanya melengkapi analisa data kualitatif.

6

Data Kuantitatif adalah data (informasi) yang berupa nomor-nomor atau angka-angka yang diperoleh melalui perhitungan atau pengukuran (dikompilasi oleh : Zulkifli Lubis).


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Lokasi dan Lingkungan Alam

Kelurahan Helvetia Tengah ini merupakan salah satu kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Kabupaten Medan Propinsi Sumatera Utara. Jarak ibu kota ke kecamatan jauhnya adalah 6.40 km, dengan luas kelurahan 14,4 km2, dengan memiliki 7 kelurahan yaitu :

1 Cinta Damai 2 Dwikora 3 Helvetia

4 Seisikambing CII 5 Helvetia Timur 6 Helvetia Tengah 7 Tanjung Gusta

Dan Kelurahan Helvetia Tengah ini mempunyai Persentase terhadap luas kecamatan yaitu 12, 97 %. Maksud dan tujuan terbentuknya Kelurahan Helvetia Tengah ini adalah untuk mempermudah serta melancarkan roda pemerintahan dan pembangunan serta membina masyrakat di segala bidang.

Wilayah Helvetia Tengah memiliki batas-batas kelurahan sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cinta Damai


(29)

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Helvetia Timur

Kelurahan Helvetia Tengah ini masih terbagi lagi atas wilayah-wilayah pemerintahan yang kecil yang disebut dengan lingkungan, dan lingkungan di daerah Helvetia Tengah ini terdapat sebanyak 22 lingkungan.

2. Keadaan Penduduk

Pada masyarakat Kelurahan Helvetia Tengah ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 37.243 jiwa dengan warga negara Indonesia 37.108 jiwa, dengan warga negara turunan atau masyarakat campuran sebanyak 135 jiwa. Berikut ini adalah tabel data penduduk Kelurahan Helvetia Tengah.

Tabel 1

Data Jumlah Penduduk Helvetia Tengah

Jenis Kelamin

Masyarakat

Pribumi Turunan

Laki-Laki 18440 60

Perempuan 18668 75

jumlah 37108 135


(30)

3. Sistem Religi

Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah adalah masyarakat yang beraneka ragam dlam memeluk agama. Agama Islam jumlah yang terbesar. Namun di samping beragama Islam di kelurahan ini juga terdapat pemeluk agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha. Masing-masing masyarakat yang menganut kepercayaan yang berbeda-beda menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing tanpa terjadi perpecahan antara satu dengan yang lainnya. Toleransi umat dalam beragama di wilayah ini sangat tunggi di antara penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel yang menerangkan secara terperinci tentang komposisi penduduk Kelurahan Helvetia Tengah menurut agama.

Tabel 2

Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Menurut Agama

No Agama Jumlah Jiwa

1. Islam 18943

2. Kristen Protestan 14120

3. Khatolik 4106

4. Hindu 35

5. Budha 39

Jumlah 37.243


(31)

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang beragama Islam pada kelurahan ini menunjukkan jumlah sebesar 18943 dan agama kedua yang mendominasi kelurahan ini adalah agama kristen protestan yang berjumlah 14120. Kemudian agama Khatolik 4106, Budha 39 dan Hindu 35. Walaupun agama Islam yang mendominasi, tetapi kerukunan agama Islam dengan agama yang lain terjalin suatu sikap toleransi antara umat beragama yang cukup tinggi.

4. Tingkat Pendidikan

`Komposisi penduduk kelurahan Helvetia Tengah menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Menurut Pendidikan

No Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Buta Huruf 219

2. Tidak Tamat SD 3324

3. SD 5841

4. SMP 12852

5. SMA 10340

6. Tamat Akademik/Sederajat 3339 7. Tamat Perguruan tinggi 1328

Jumlah 37243


(32)

Masyarakat Helvetia Tengah hampir seluruhnya sudah mengecap pendidikan seperti terlihat dalam tabel di atas, sehinggah masyarakat tidak lagi buta huruf dan bodoh. Paling tidak masyarakat di Helvetia Tengah ini sudah dapat membaca dan menulis. Orang tua pada masyarakat di sini mengusahakan agar anak mereka dapat bersekolah agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.

5. Pola Pemukiman

Kelurahan Helvetia Tengah telah ditata dengan rapi dan bersih. Rumah-rumah penduduk sudah memenuhi syarat-syarat peRumah-rumahan yang sehat. Di samping itu juga sudah memiliki prasarana dan sarana rumah tangga yang cukup memadai. Bentuk-bentuk rumah penduduk hampir secara keseluruhan berbentuk permanen, artinya sebagian besar rumah-rumah yang mereka tempati tersebut telah dapat dikatakan layak huni atau telah sesuai dengan standar kesehatan yang ada. Dengan kondisi sarana sanitasi yang lengkap baik dari segi penyediaan air yaitu air leading (PDAM), sarana PLN yang sangat memadai, kondisi lingkungan tempat tinggal yang bersih dan juga sarana-sarana pendukung lainnya. Rumah-rumah umumnya memiliki kamar yang lengkap, yang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Ukuran kamar dari masing-masing rumah tersebut sangat bervariasi jumlahnya, ada yang memiliki 2 kamar, ada yang memiliki 3 kamar, ada yang memiliki 4 kamar bahkan ada yang memiliki 5 kamar.

Umumnya anak yang menjadi informan dalam penelitian saya ini berasal dari keluarga menengah ke atas, di mana hal tersebut dapat di lihat dari bentuk rumah mereka sendiri dan berdiri di tanah milik mereka sendiri. Letak


(33)

rumah-rumah tersebut sebagian besar berada dalam gang ataupun juga terletak di dalam lorong-lorong akan tetapi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan juga seiring perkembangan jaman maka lama kelamaan masyrakat yang ada dan tinggal di dalam gang atau lorong tersebut semakin lama semakin bertambah banyak jumlahnya.

Sesuai dengan keinginan dari masing-masing pemilik rumah maka ada beberapa rumah yang memiliki pagar dan juga ada yang tidak memiliki pagar. Hal ini dikarenakan bagi mereka yang memang merasa perlu mengutamakan kondisi keamanan, maka mereka membuat pagar untuk melindungi rumahnya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pagar tersebut umumnya dibuat dari besi dengan berbagai macam bentuk dan ukiran, akan tetapi ada pula beberapa rumah yang memang tidak mengutamakan dan mempermasalahkan sekali kondisi keamanan sehingga mereka tidak memberi pagar rumahnya ataupun juga membiarkan begitu saja bentuk rumahnya. Karena mereka pada umumnya tinggal di kawasan yang padat penduduknya yaitu di dalam gang atau lorong.

Masyarakat Helvetia Tengah terdiri dari beberapa suku bangsa seperti BatakToba, Jawa, Karo, Tapanuli Selatan, Nias. Setiap suku bangsa memiliki bahasa sendiri. Namun, dalam pergaulan hidup sehari-hari masyarakat menggunakan bahasa Indonesia meskipun ada masyarakat mempergunakan bahasa daerahnya apabila bertemu dengan orang yang sesuku dengannya. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan etnik.


(34)

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik

No Kelompok Etnik Jumlah Jiwa

1. Batak Toba 13552

2. Jawa 11040

3. Karo 6541

4. Tapanuli Selatan 4039

5. Nias 2071

Jumlah 37243

Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008

6. Mata Pencaharian

Penduduk kelurahan Helvetia Tengah mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam. Secara terperinci mata pencaharian penduduk akan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 5

Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa

1. Pegawai Swasta 2031

2. Pegawai Negeri 431

3. Pedagang 1133

4. Tukang Batu 12


(35)

6. TNI/POLRI 216

7. Pengusaha 136

8. Montir 12

9. Bidan 10

Jumlah 4176

Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008

Kelurahan Helvetia Tengah bukan merupakan suatu daerah pertanian, karena tidak dijumpai daerah pertanian yang luas sehingga tidak ada penduduk yang bermata pencahariannya petani. Pada umunya mata pencaharian penduduk yang terbesar adalah sebagai pedagang berjumlah 1133, kemudian itu penduduk yang bermata pencaharian pegawai swasta sebanyak 2031 dan pegawai negeri sebanyak 431. Pedagang dalam penelitian ini yaitu orang yang hidup dari usaha berjualan, termasuk juga pedagang-pedagang kelontong. Di daerah ini keadaan ekonominya mempengaruhi pola kehidupan masyarakatyang ada di sekitarnya. Di daerah Helvetia Tengah ini pada umumnya orang yang bekerja dalam suatu keluarga adalah ayah/bapak/suami.

7. Sarana dan Prasarana

Prasarana dan sarana sosial yang cukup memadai dapat meningkatkan kehidupan sosial masyarakat dalam segala bidang. Demikian juga halnya Kelurahan Helvetia Tengah yang sudah memiliki berbagai prasarana dan sarana yang cukup baik. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang prasarana dan sarana di Kelurahan Helvetia Tengah.


(36)

Tabel 6

Prasarana dan Sarana Umum

No. Jenis Prasarana dan Sarana Umum jumlah

1. 2. 3. 4. 5. Gedung Sekolah • TK • SD • SLTP • SLTA Tempat Ibadah • Mesjid • Gereja Sarana Olah Raga

• Voli • Badminton Kesehatan • Poliklinik/Posyandu • Apotik • Puskesmas

• Toko Obat

• Tempat Praktek Dokter Hiburan

• Video Game

3 8 5 4 13 6 2 1 12 5 1 1 8 1


(37)

6. • Penyewaan Kaset/CD Komunikasi

• Telepon Umum

2

4

Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa prasarana dan sarana yang dimiliki Kelurahan Helvetia Tengah sudah cukup memadai dan cukup lengkap. Hal ini terlihat dari :

A. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah ini dapat di katakan cukup lengkap. Hal ini terlihat dengan banyaknya sekolah-sekolah baik dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas. Sehingga dengan demikian masyarakat yang ada di wilayah ini dengan mudah menyekolahkan anak-anaknya sesuai dengan jenjang tingkatan pendidikan yang diikutinya.

B. Prasarana Beribadah

Fasilitas agama yang terdapat di daerah ini bisa dikatakan cukup lengkap, karena hampir disetiap pemukiman penduduk selalu ada tempat-tempat ibadah seperti mesjid dan gereja, karena umumnya masyrakat yang ada di daerah ini beragama Islam dan juga beragama Kristen. Masing-masing masyarakat yang menganut kepercayaan yang berbeda-beda tersebut menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing tanpa terjadi perpecahan antara


(38)

satu dengan yang lainnya. Toleransi umat dalam beragama di wilayah ini sangat tinggi diantara penganut–penganut kepercayaan yang berbeda-beda.

C. Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah sudah cukup memadai. Jalan yang yang tersedia di kelurahan Helvetia Tengah ini terdiri dari jalan kampung dan gang yang jalannya sudah berbentuk jalan aspal, terdapatnya transportasi darat, jembatan, penerangan (lampu jalan), saluran pembuangan.

Sarana transportasi darat lainnya seperti becak, angkutan umum sudah banyak dijumpai di kelurahan Helvetia Tengah. Masyarakat disini tidak mengalami kesulitan dalam hal saran transportasi karena di tempat ini sudah sangat banyak dan bermacam-macam.

D. Prasarana Kesehatan

Di daerah ini terdapat dua belas poliklinik dan satu buah puskesmas yang setiap harinya selalu siap membantu dan melayani bila ada anggota masyarakat yang sakit. Dimana jarak poliklinik dan puskesmas tersebut tidak berada jauh dari lokasi tempat tinggal penduduk. Hanya cukup sekali naik kendaraan umum untuk dapat tiba di lokasi poliklinik maupun juga puskesmas.


(39)

E. Perbelanjaan

Masyarakat di Kelurahan Helvetia Tengah ini seperti halnya masyarakat perkotaan pada umunya mereka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari berbelanja di pasar, warung dan toko-toko. Mengenai pola perbelanjaan kebutuhan sekunder, seperti perabot rumah tangga, pada umunya mereka belanja dengan cara kontan, tetapi ada kalanya dengan cara kredit. Apabila mereka berbelanja dengan cara kredit, umunya pembayaran tersebut di lakukan dengan cara kredit harian ataupun juga kredit bulanan.

Masyarakat di wilayah ini apabila akan melakukan hajatan/selamatan, umunya mereka berbelanja di Pasar Perumnas, Sei-Sikambing, maupun juga di Pasar Sentral yang ada di Kota Medan. Karena pasar tersebut di anggap lengkap, dengan cara perbelanjaan kontan, biasanya dalam melakukan kegiatan hajatan/selamatan tersebut belanjanya lebih banyak dari pada belanja harian. Bagi pegawai negeri yang umumnya mendapat gaji bulanan, maka pola belanjanyapun juga bulanan seperti belanja sabun, minyak, gula, teh, dan lain–lain di belanjakan sebulan sekali.

8. Sistem Organisasi Sosial

Masyarakat yang ada di kawasan Helvetia Tengah ini umumnya berasal dari etnis suku yang berbeda-beda. Ada yang bersuku Batak, Jawa, Tapanuli Selatan, Nias dan juga suku lainnya yang datang ke daerah Helvetia Tengah ini. Kondisi masyarakat yang beraneka ragam dengan budaya yang berbeda-beda dari masing-masing penduduk tidak ada perbedaan di antara anggota mayarakat.


(40)

Mereka terlihat hidup rukun antara satu dengan yang lainnya dan jarang terlihat pertikaian yang terjadi di antara mereka.

Pada umumnya dalam kehidupan sosial masyarakat di wilayah ini sejak kecil sampai tua selalu di hadapkan kepada aturan-aturan yang dipakai dan diakui oleh masyarakat sebagai hal-hal yang benar, kurang benar, atau salah dalam bertingkah laku. Peraturan atau ketentuan bertingkah laku dalam masyarakat biasanya tidak tertulis yaitu kebiasaan-kebiasaan. Pendidikan yang pertama sekali di dapat anak adalah dari keluarga, yaitu dari ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya. Semakin bertambah umur makin meluaslah pergaulan anak, seperti teman-teman sepermainan, para tetangga, sekolah dan masyarakat.

Di daerah Helvetia Tengah ini terdapat perkumpulan atau organisasi sosial dalam wilayah tempat tinggal yaitu seperti kegiatan arisan, gotong royong, olah raga, kesenian, dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan tersebut hubungan antar warga penduduk menjadi akrab, karena akrabnya hubungan di antara warga penduduk maka mereka mengetahui sifat-sifat, tingkah laku penduduk/masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dalam pergaulan atau hubungan di antara warga masyarakat pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia, walaupun ada juga penduduk yang menggunakan bahasa daerah bila berinteraksi dan juga berkomunikasi dengan tetangganya, akan tetapi hal itu di karenakan penduduk tersebut sama-sama berasal dari suku/etnis yang sama misalnya saja antara suku batak dengan sesama suku batak, suku jawa dengan sesama suku jawa. Di samping itu dalam pergaulan antara anak remaja dengan orang tua pada umumnya mereka menghormati, akan


(41)

tetapi ada pula remaja tersebut yang kurang menghormati, contohnya pada waktu anak remaja sedang lewat di depan orang tua yang sedang duduk ditepi jalan tetapi remaja tersebut tidak meminta permisi. Anak remaja yang kurang menghormati kepada orang tua tersebut biasanya adalah mereka-mereka yang dalam keluarga yang tidak ditanamkan bersikap dan bertingkah laku yang sopan bila dihadapkan dengan orang tua yang lebih tua dari mereka.

Tolong menolong masih merupakan ciri yang menonjol dari warga masyarakat, adanya sifat tolong menolong menunjukkan bahwa setiap warga masyarakat saling membutuhkan warga masyarakat lainnya. Saling tolong menolong ini menyebabkan adanya kerukunan di antara warga masyarakat. Hubungan tolong menolong dalam wilayah ini biasanya dalam bentuk keuangan, pesta atau upacara dalam aktifitas rumah tangga dan sebagainya. Meskipun mereka hidup di perkotaan tetapi sifat tolong menolong masih kuat, mereka saling membantu baik dengan tetangga ataupun dengan kerabat yang ada di tempat lain. Apabila dalam keluarga atau salah satu anggota keluarga ada yang secara mendadak sakit keras, mereka minta bantuan kepada kerabat, tetangga, teman, dan lain sebagainnya. Di dalam masyarakat orang dapat hidup bersama –sama dengan kelompok orang-orang secara akrab, meskipun demikian sebagai akibat adanya hubungan secara terus menerus maka pada suatu saat terjadi juga persaingan dan konflik kontak dan hubungan merupakan landasan dari semua proses sosial.

Meskipun terjadi konfik atau persaingan yang di sebabkan adanya iri hati dan juga mengenai masalah anak-anak maka harus segera diatasi/diselesaikan dengan cara kekeluargaan dengan demikian masalah yang terjadi dapat


(42)

terselesaikan dengan baik. Jika warga masyarakat seringterjadi konflik atau persaingan karena masalah anak muda, maka biasanya diselesaikan oleh Kepala Lingkungan yang ada di lingkungan tempat tinggal masing-masing penduduk. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hubungan baik di antara warga masyarakat perlu dijaga, karena setiap konflik atau persaingan di antara tetangga yang satu dengan yang lainnya dapat diselesaikan dengan baik.


(43)

(44)

Struktur Organisasi Forum Kemitraan dan

Masyarakat ( FKM)

Ketua

M. Asrul Marbun, SE

Wakil Ketua Sudin Panjaitan

Sekertaris Aiptu P. Simanjuntak

Bendahara B. Sitorus

Tokoh Masyrakat 1. H. Zulkarnaen Lubis 2. H. Aminsyah

Tokoh Agama

1. Drs. Nazaruddin Lbs 2. B. Nainggolan

Tokoh Adat 1. Marlan Sibarani 2. A. Silaen

Tokoh Pemuda 1. Ir. H. Lilik 2. Saut Sinaga


(45)

Di atas adalah bagan Struktur Organisasi Forum Kemitraan dan Masyarakat (FKM) yaitu organisasi yang terdapat di daerah Helvetia Tengah ini yang mempunyai tugas dalam menjaga hubungan antara masyarakat sekitar, berikut ini adalah keterangan bagan di atas :

1. Ketua : M. Asrul Marbun, SE 2. Wakil Ketua : Sudin Panjaitan 3. Sekertaris : Aiptu P. Simanjuntak 4. Bendahara : B. Sitorus

5. Tokoh Masyarakat : - H. Zulkarnaen Lubis - H. Aminsyah

6. Tokoh Agama : - Drs. Nazaruddin Lbs

- B. Nainggolan

7. Tokoh Adat : - Marlan Sibarani

- A. Silaen

8. Tokoh Pemuda : - Ir. H. Lilik


(46)

9. Stuktur Pemerintah Kelurahan Helvetia Tengah

Struktrur Pemerintahan di Kelurahan Helvetia Tengah

Sekertaris Eric Fadillah Humas Firman Girsang Pegawai Staf Deliana Sinaga Kepling III Sumamo Kepling IV Ilham Kepling V Soewadji Lurah Laurentius, S.sos Bendahara Marsidi

Urusan KTP / RT M. Amir Said

Kepling I D. Marno

Kepling II A. Silaen

Kepling VI Lolom E. Harahap

Kepling VII Marlan Kepling VIII Asrul Kepling IX OK. Hasibuan Kepling X Tua Simanjuntak Kepling XI Edi Suardi Kepling XII Zulkarnaen Lbs Kepling XIII Aminsyah Kepling XIV Sudin Kepling XV Wisman Kepling XVI Asrin Kepling XVII T. Simorangkir Kepling IXX Maizar Kepling XX Amir Kepling XXI Aidil Lubis Kepling XXII Nazaruddin


(47)

Di atas adalah bagan struktur Kelurahan Helvetia Tengah dimana orang – orang yang bekerja di dalamnya merupakan pejabat dari pemerintahan yang mempunyai tugas untuk memajukan masyarakat yang berada di dalam daerah ini. Berikut ini adalah keterangan dari bagan di atas :

1. Lurah : Laurentius, S.sos 2. Sekertaris : Eric Fadillah 3. Bendahara : Marsidi

4. Humas : Firman Girsang 5. Pegawai staf : Deliana Sinaga 6. Urusa KTP / RT : M. Amir Said 7. Kepala –Kepala Lingkungan :

 Kepling I : D. Marno

 Kepling II : A. Silaen

 Kepling III : Sumamo

 Kepling IV : Ilham

 Kepling V : Soewadji

 Kepling VI : Lolom E. Harahap

 Kepling VII : Marlan

 Kepling VIII : Asrul

 Kepling IX : OK Hasibuan

 Kepling X : Tua Simanjuntak

 Kepling XI : Edi Suardi


(48)

 Kepling XIV : Aminsyah

 Kepling XV : Sudin

 Kepling XVI : Wisman

 Kepling XVI : Asrin

 Kepling XVII : T. Simorangkir

 Kepling XVIII : Junaidi

 Kepling IXX : Maizar

 Kepling XX : Amir


(49)

BAB III

KEMANDIRIAN ANAK

1. Mendidik Anak

Orang tua dalam mendidik anak didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anaknya. Orang tua yang berada di daerah Helvetia Tengah mengatakan bahwa mendidik anak dengan kasih sayang berlebihan atau terlalu mengikuti kemauan dari anak dapat mendatangkan bahaya dari perilaku anak itu sendiri seperti anak dapat menjadi manja dan tidak mandiri.

Ada hal-hal yang dihindari orang tua di daerah Helvetia Tengah, yaitu orang tua yang terlalu memenuhi semua permintaan anak atau terlalu memanjakannya misalnya terus-terusan memberikan anak dengan barang-brang mahal tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak. Karena hal tersebut dapat menyebabkan keegoisan anak dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Di kawasan ini juga terdapat orang tua yang menginginkan anak-anaknya untuk menjadi orang yang penuh percaya diri, sukses serta dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Untuk dapat merealisasikannya orang tua akan melakukan hal-hal sebagai berikut seperti memberikan kepercayaan yaitu orang tua yang berada di kawasan ini memberikan kepercayaan terhadap anak-anaknya, apa yang mereka perbuat dan lakukan. Kepercayaan ini diberikan orang tua kepada anak-anak mereka agar anak mereka dapat mengetahui perbuatan yang baik dan yang salah. Selain itu tanggung jawab, yaitu sebagai orang tua memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri seorang anak


(50)

karena tanggung jawab sangat diperlukan dalam mendidik anak. Selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan, anak membutuhkan waktu untuk memahami dan melakukan sesuatu yang orang tua inginkan. Untuk mempunyai rasa tanggung jawab, maka dari itu orang tua tidak dapat memaksa suatu kehendak kepada anak.

Setiap keluarga khususnya orang tua yang berada di daerah ini mempunyai cara mendidik anak yang berbeda-beda, selain lingkungan dari keluarga, lingkungan disekitar anak juga mempengaruhi pertumbuhan anak. Maka dari itu berikut ini hal-hal yang dapat mempengaruhi anak:

A. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Anak

Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Keluarga khususnya orang tua sangat mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku anak. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar, keluargalah yang menyiapkan pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak, orang tua memiliki peran yang sangat penting. Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai dalam suatu keluarga yang dibina. Dalam hal ini lingkungan keluarga yang baik maka akan membentuk si anak menjadi lebih baik lagi seperti hasil wawancara yang saya lakukan kepada Ibu Tobing :

“ saya dengan anak–anak saya seperti teman, saya tidak mau membuat anak saya takut kepada saya, hal ini saya lakukan agar anak saya tidak menutup–nutupi apa yang terjadi pada anak saya, dan setiap harinya saya pasti menanyakan apa saja yang telah terjdai satu hari ini”.

Dalam hal ini orang tua khususnya ibu Tobing mempunyai cara dalam mendidik anaknya yaitu dengan cara melakukan pendekatan-pendekatan yang


(51)

tidak semua orang tua dapat lakukan yaitu menjadikan anak sebagai teman. Agar si anak dapat mencurahkan isi hatinya tanpa harus merasa ada rasa segan terhadap orang tuanya. Selain itu ada juga beberapa keluarga khususnya orang tua yang mendidik anaknya dengan cara memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat bertanggung jawab terhadap perilaku anak sehari-hari. Namun kenyataannya tanggung jawab yang diberikan orang tua tidak dilaksanakan atau tidak dijalankan dengan baik, sehingga membuat anak-anak yang berada di daerah Helvetia Tengah sebagian dari mereka melakukan perilaku menyimpang seperti merokok, hamil di luar nikah. Berikut ini adalah hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seseorang anak yang melakukan perilaku menyimpang yaitu hamil di luar nikah yang bernama Dermi :

“saya emang hamil dulu baru nikah kak, saya lakukan atas dasar

suka sama suka, namanya juga kalau laki-laki dan perempuan lagi berpacaran kalau ada kesempatan pasti hal yang ga diinginkan terjadi, tetapi setelah itu saya menyesal kenapa itu bisa terjadi. Makanya saya sekarang ingin memperbaiki kelakuan saya melalui anak saya dengan mendidiknya dengan baik”.

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa tidak selamanya kebebasan yang diberikan orang tua dijalankan anak dengan baik seperti yang banyak diinginkan orang tua yaitu menjadikan anak yang baik dan berguna.

Oleh sebab itu hubungan orang tua dan anak sangat menentukan pembentukan diri anak. Kondisi dan suasana keluarga yang hangat akan mendukung pembentukan diri anak. Tingkat kecemasan anak berkurang dan menjadi lebih bersikap positif dalam memandang diri dan lingkungan. Keberadaan anak tergantung kepada pola dasar hubungan dalam keluarga dimana


(52)

anak itu tinggal, karena hal ini dapat menentukan pandangan anak. Oleh karena itu saat orang tua berhubungan dengan anak dapat menunjukkan tindakan-tindakan yang positif sehingga anak dapat bersikap objektif saat menampilkan dirinya karena pengaruh dari kualitas hubungan orang tua dan anak, dimana orang tua menunjukkan sikap hangat, bersahabat dengan anak karena kehangatan orang tua merupakan aspek penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak.

Bahwa dengan kata lain kualitas hubungan keluarga (orang tua dan anak) yang hangat dapat membuat anak menjadi lebih percaya dalam membentuk seluruh aspek dari dirinya, karena ia mempunyai model yang dapat dipercaya. Anak juga merasa bahwa dirinya mendapat dukungan dari kedua orang tuanya dalam menghadapi masalah, sehingga ia menjadi tegas dan efektif dalam memecahkan masalah (Clara 1988:31-32).

Cara orang tua memenuhi kebutuhan baik fisik maupun psikologis merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengalaman anak dalam berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga merupakan penentu pula dalam berinteraksi dengan orang lain. Jadi bagaimana pandangan dan sikap individu terhdap dunia luar, mempercayai atau mencurigai, banyak dipengaruhi oleh pengalaman ketika berhubungan dengan lingkungan keluarga. Peranan kondisi keluarga dibandingkan dengan kondisi sosial lain terhadap pembentukan diri anak lebih berpengaruh, karena kondisi keluarga yang buruk dapat menyebabkan diri yang rendah pada anak.

Hubungan orang tua dan anak merupakan hubungan yang timbal balik, dimana antara satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi, saling


(53)

menyesuaikan diri sehingga terjalin kerja sama yang akrab, bersahabat dengan anak.

B. Pengaruh Lingkungan Masyarakat Tehadap Pendidikan Anak.

Pendidikan pada zaman sekarang ini tidaklah mudah, di satu sisi memberikan berbagai fasilitas yang serba “canggih“. Anak-anak sekarang sudah mengenal handphone, internet dan berbagai peralatan yang sangat modern, kemajuan yang demikian cepat sedikit banyak membawa dampak negative seperti tersedianya informasi negative melalui media massa yang sulit untuk dihindari, misalnya adegan pornografi dan pornoaksi, kekerasan, melalui berbagai media informasi seperti situs internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd.

Orang tua yamg berada di daerah Helvetia Tengah ini sebagian ada yang memberikan Handphone kepada anak-anak mereka dengan tujuan agar dapat berkomunikasi dengan orang tua setiap saat, tetapi ada juga yang tidak memberikan handphone dengan alasan anak-anak yang masih bersekolah belum pantes untuk mempergunakannya. Sebagian orang tua yang berada dalam daerah ini cara mengatasi seorang anak agar tidak berkelakuan negative terhadap handphone adalah dengan cara memberikan anak tersebut handphone tetapi dengan tipe yang rendah belum ada fitur yang membuat anak untuk menyimpang ke hal-hal yang berbentuk negative seperti layanan internet. Seperti hasil wawancara saya terhadap Bpk Sinurat, SH salah satu orang tua yang memberikan handphone kepada anaknya :

” saya memberikan hand phone kepada anak saya untuk dapat berkomunikasi, saya pikir untuk umuran anak saya, tidak perlu


(54)

memakai tipe hand phone yang terlalu tinggi karena saya takut kalau terjadi hal – hal yang tidak diinginkan seperti kehilangan hand phone karena adanya pencurian”.

Dari hasil percakapan di atas dapat di lihat bahwa orang tua untuk saat ini mempunyai cara dalam mengatasi segala sesuatu yang menurut Bpk Sinurat baik untuk kehidupan anak-anaknya di masa sekarang dan yang akan datang.

Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orang tua, pengaruh keluarga sangat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak, keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan anak, biasanya adalah teman-teman sebaya si anak di lingkungan terdekatnya.

Secara umum anak-anak di daerah Helvetia Tengah ini ada yang mengikuti saran orang tua dengan mengikuti les yang di berkan pada si anak, tetapi tidak jarang juga si anak menolak saran orang tua untuk mengikuti kursus yang ada, dan ada juga beberapa anak yang mengikuti saran orang tua dalam mengikuti les tetapi tidak menjalankannya dengan baik misalnya anak – anak pergi dari rumah dan permisi dari rumah untuk mengikuti les tetapi setelah keluar dari rumah, sianak tidak sesuai dengan tujuan yang pertama untuk belajar melainkan hanya untuk bermain-main. Hal ini biasanya dilakukan karena mereka ingin merasakan kebebasan dan uang saku yang berlebih karena dengan keluar dari rumah dengan alasan untuk les maka biasanya orang tua akan memberikan


(55)

uang jajan ataupun ongkos yang lebih, dan tidak jarang dari anak-anak tersebut menggunakan uang yang diberikan orang tuanya di gunakan untuk bermain-main PS (Play Station) atau pun bermain game online yang ada disediakan oleh warnet-warnet yang ada. Setelah selesai mereka selesai bermain biasanya mereka akan pulang sama dengan jam pulang dari les yang telah mereka ikuti. Kebanyakan dari anak-anak ini tidak ketahuan oleh orang tua mereka, karena mereka juga tidak melakukan terus-terusan melakukan kebolosan ini, seperti hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan anak yang bernama Ariandi:

“ aku cabut ini kak ga terus-terusan, biasanya aku cabut kalau aku

lagi males aja belajar dan kalau aku lagi pengen main PS aja, itupun aku bisa main PS kalau aku dapat uang jajan dari les ini. karena mama ku ngasih uang jajan di sekolah cuma pas-pasan makanya ku ambil dari uang jajan les inilah.”

Dapat terlihat disini bahwa niat si anak untuk belajar sebenarnya masih ada tetapi karena kemajuan jaman dan teknologi maka ia dapat berpaling kearah yang membuat ataupun yang dapat merusak kehidupannya dimasa yang akan datang, sehingga tugas dari orang tua untuk saat ini sangat begitu berat karena selain dari diri si anak orang tua juga harus dapat mengantisipasi lingkungan yang ada disekitar anak. Karena tanpa pengawasan yang ekstra ketat si anak dapat menyimpang dari norma-norma yang ada.


(56)

2. Peranan Keluarga dan Orang Tua Dalam Membentuk Anak

Keluarga merupakan bagian dari masyarakat. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam bebagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua, kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai dan budaya sebuah masyarakat.

Kehidupan keluarga di daerah Helvetia Tengah ini tidak luput dari berbagai peraturan baik antara keluarga sebagai suatu kelompok dengan keluarga lain, maupun dengan sesama anggota dalam suatu keluarga. Setiap situasi memberikan seseorang suatu peran tertentu, yang menggariskan perilaku yang diharapkan untuk dilaksanakan. Oleh karena itu setiap orang dalam kehidupannya sehari-hari berhadapan dengan berbagai pihak dan tampil dalam berbagai situasi maka dalam kehidupannya seorang orang tua akan tampil dalam berbagai peranan. Pelaksanaan peran tertentu tidak tampil dalam bentuk yang seragam. Peranan dapat tampil sebagai suatu pola tingkah laku yang dianggap harus dilakukan seorang orang tua untuk menentukan kedudukannya. Pada umumnya kedudukan seorang orang tua berkaitan dengan harapan seorang anak. Sehingga apabila seseorang ayah mentelantarkan anaknya dan tidak melaksanakan peranannya sebagai seorang ayah dengan tepat seperti yang diharapakan atau sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka seorang ayah tersebut dapat dikatakan sebagai seorang ayah yang tidak melaksanakan peranan sebagai keayahannya dengan


(57)

baik. Sebab dari seorang ayah diharapkan ia dapat mengurus dan mendidik anak dengan baik selaras dengan peranannya sebagai seorang ayah di dalam keluarga. Demikianlah peran itu bertautan dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu ataupun sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.

Keluarga tampil sebagai unit yang merupakan bagian dan mengambil bagian dalam kehidupan masyarakat untuk dilaksanakan. Pola dan pelaksanaan peranan keluarga hendaknya sejalan pula dengan fungsi-fungsi yang ada dalam keluarga. Setiap keluarga terdiri atas beberapa anggota keluarga. Masing-masing anggota keluarga yang memiliki perannya sendiri-sendiri sesuai dengan kedudukannya dalam keluarga yang ada. Pelaksanaan masing-masing peranan sebagaimana mestinya membantu menambah keharmonisan kehidupan di dalam keluarga dan membantu anggota-anggota keluarga lainnya serta unit keluarga sebagai suatu kesatuan dalam melaksanakan peranannya masing-masing.

Pelaksanaan peran ibu misalnya, apabila dilaksanakan benar-benar sebagai patner suami yang serasi dalam mengelolah rumah tangga maka akan membantu dan memperkukuh kedudukan peranan suami dan begitu juga sebaliknya apabila ayah melaksanakan peranannya dengan baik maka akan mendukung pula kedudukan dari peranan ibu. Demikian pula pelaksanaan peranan mereka dalam hubungan dengan anak-anak dan masyarakat lainnya.

Dalam masyarakat Helvetia Tengah ini rata-rata orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak. Orang tua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak, kedekatan orang tua dan anak memiliki strategi yang sangat penting dalam kehidupan di daerah ini yaitu :


(58)

1. Strategi Membuat Anak Mandiri

Hal ini dapat di lihat, dimana orang tua yang ada pada kawasan ini membuat anak mereka menjadi lebih mandiri. Cara yang dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut, dekati anak, pahami karakternya yaitu orang tua yang baik berusaha memahami karakter anak-anaknya. Ada anak yang sejak awal menunjukkan karakter pemalu, periang, atau penuh percaya diri. Sebaiknya perlakukan orang tua jangan memaksakan anak untuk menjalani karakter lain, atau memaksa melakukan sesuatu yang belum merasa siap, misalnya memaksa anak yang pemalu untuk maju ke panggung, sementara dia belum siap. Orang tua hanya bisa menyiapkan mentalnya namun yang bertarung mempersiapkan mental itu adalah anak itu sendiri. Untuk memahami anak orang tua tentu harus dekat dengan anak. Dan menjadikan orang tua itu sebagai teman dekat sehingga anak menjadikan orang tua sebagai tempat curhat. Selain itu libatkan dan ajak diskusi yaitu orang tua yang menginginkan seorang anak menjadi seorang pemberani dan punya sifat pemimpin biasanya akan melibatkan anak dalam diskusi keluarga, dan orang tua hendaknya mendengarkan pendapat dan seharusnya menghargai pendapat dari seorang anak. Oleh sebab itu biasanya orang tua melakukannya dari sejak seorang anak itu kecil, agar ingatan anak dapat tertancap dimemorinya. Diskusikan banyak hal dengan anak biasanya mulai dari memilih makanan, baju, sampai ke hal sekolahnya. Hal ini dapat membentuk rasa percaya dirinya. Dengan kebiasaan ini anak juga terbiasa dengan penyelesaian masalah secara demokratis dan mulailah melibatkan anak ke dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari, anak akan merasa senang jika ia dibutuhkan oleh orang lain, berguna bagi orang


(59)

lain dan sediakan waktu khusus, meluangkan waktu khusus berdua dengan anak merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan ikatan batin antara orang tua dan anak. Orang tua akan memanfaatkan kesempatan untuk memahami dan mendekatkan diri dengan anak. Orang tua bisa memanfaatkan waktu mulai dari saat membangunkan atau menghantarkan anak tidur, bermain bersama, menonton televisi bersama. Akan lebih baik seorang orang tua jika waktu libur dimanfaatkan untuk bersama keluarga kemudian tegakkan disipilin yaitu seorang anak akan lebih baik dibiasakan untuk berdisiplin maka anak akan menjadi pribadi yang teratur setelah dewasa. Terapkan mulai dari hal-hal yang kecil seperti gosok gigi, cuci kaki, merapikan tempat tidur setelah bangun pagi, sangat baik untuk membiasakan hidup anak lebih teratur setelah dewasa. Terapkan disiplin secara konsisten. Jika anak melakukan kesalahan tidak ada salahnya memberikan sanksi yang bersifat mendidik.

3. Sanksi Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua yang terdapat di kawasan Helvetia Tengah ini akan memberikan sanksi ataupun hukuman jika anak mereka melakukan kesalahan-kesalahan. Sanksi ataupun hukuman yang berikan itu adalah :

A. Menasehati dan Memberi Arahan

Hal ini merupakan cara yang dilakukan orang tua di daerah ini, jika anak mereka melakukan kesalahan, mereka selaku orang tua akan menasehati terlebih dahulu setelah itu memberikan arahan yang lebih baik agar dikemudian hari anak-anak tersebut tidak mengulangi kesalahan yang pernah diperbuatnya.


(60)

Seperti hasil wawancara saya dengan Ibu Erna br Karo :

“ Menurut sayakan dek, kalau anak saya melakukan kesalahan saya akan menasehati anak saya dulu, baru saya memberitahukan kalau kesalahannya itu jangan diulangin lagi, saya ga mau melakukan kekerasan terhadap anak saya. Karena bagi saya jika anak diberi kekerasan maka anak saya akan jadi bandel, suka melawan dan tidak akan dekat sama saya”.

Dapat di lihat dari hasil wawancara Ibu Erna br karo merupakan seorang ibu yang dekat terhadap anak-anaknya dan anak-anak ibu ini sangat menghormati Ibu mereka. Apapun yang di suruh oleh Ibu mereka anak-anaknya selalu menurut, tidak pernah melawan perkataan ibu mereka.

B. Bermuka Masam

Di daerah Helvetia Tengah ada juga orang tua melakukan sanksi terhadap anak mereka yang melakukan kesalahan dengan cara bermuka masam, contohnya jika anak mereka pulang telat dari sekolahnya. Seperti hasil wawancara saya dengan Ibu Ros :

“ kalau saya kan dek, kalau anak saya terlambat pulang dari sekolah ga memberi tau saya dulu alasan kenapa dia lama pulang dari sekolah, saya ga langsung memarahinya tapi saya memasang muka marah saya dulu, biar anak saya tau kalau saya sedang marah, baru saya ajak di bicara dan saya tanya alasan kenapa anak saya lama pulang sekolah”.

Dari keterangan di atas seorang orang tua merasa kadang-kadang dapat bermuka masam di hadapan anak mereka dengan alasan anak mereka tidak mengulangi perbuatan yang mereka lakukan. Mereka menganggap dengan hal ini anak akan mengerti maksud dan tujuan orang tua melakukan hal-hal tersebut.


(61)

C. Membentak/Memarahi

Seorang orang tua terpaksa membentak atau memarahi jika anak mereka melakukan kesalahan, hal ini biasanya dilakukan jika anak mereka tidak mau lagi mendengar nasehat dari orang tua dan tidak mengerti kenapa wajah orang tua bermuka masam, maka membentak atau memarahi cara orang tua menghukum anak mereka. Seperti hasil wawancara saya dengan salah seorang orang tua yang bernama Ibu Iyus:

“ kalau anak saya bandel, susah banget untuk di bilangi...saya akan memarahinya. Biasanya anak saya ini susah untuk mengerjakan PRnya, kalau udah main-main lupa semuanya, makanya itu, saya memarahinya.

Orang tua merasa akan memarahi anak mereka kalau mereka susah untuk dinasehati dan diatur. Karena menurut orang tua terlebih Ibu Iyus membentak atau memarahi itu wajar dilakukan jika anak memang melakukan kesalahan dan anak tidak mau mengakui kesalahan yang anak perbuat.

D. Memukul

Biasanya sanksi ini akan diberikan kepada anak yang benar-benar tidak mendengarkan lagi apa kata dari orang tua mereka karena, cara ini merupakan cara yang memang harus dilakukan orang tua jika merasa perlu untuk menggunakannya. Tetapi dalam hal ini penulis tidak menemukan orang tua yang melakukan hukuman ini terhadap anaknya di daerah Helvetia Tengah.

Dengan demikian hal di atas menjelaskan bahwa setiap kesalahan yang dilakukan oleh seorang anak akan mendapat sanksi sesuai dengan kesalahan yang


(62)

dilakukan anak tersebut. sanksi yang diberikanpun berbeda-beda karena setiap orang tua memiliki cara pandang dan cara mendidik berbeda-beda.


(63)

BAB IV

BERBUDI PEKERTI

1. Kehidupan Keluarga.

Anak merupakan hal yang sangat berharga di mata masyarakat khususnya keluarga yang ada di daerah ini, dapat dikatakan anak adalah perekat hubungan di dalam keluarga, sehingga anak memiliki nilai yang tak terhingga, di daerah ini orang tua rela berkorban demi keberhasilan anaknya. Tidak jarang juga ditemukan orang tua yang menghabiskan waktu sibuk bekerja semata-mata hanya untuk kepentingan anak. Perhatian dan kasih sayang merupakan kebutuhan mendasar bagi anak. Lingkungan rumah di samping berfungsi sebagai tempat berlindung juga berfungsi sebagai tempat memenuhi kebutuhan hidup seorang anak seperti kebutuhan rasa aman. Dengan kata lain lingkungan keluarga memiliki andil besar dalam mendidik anak.

Kedekatan hubungan orang tua dengan anak akan berpengaruh secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga apabila orang tua memberikan perhatiannya kepada anak, dan anak akan menganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Sebaliknya hubungan yang kurang harmonis antara orang tua dan anak akan berdampak buruk terhadap perkembangan anak.

Dengan kata lain, kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.


(64)

Oleh karena itu generasi yang berkualitas adalah merupakan syarat mutlak bagi pembangunan, jadi salah satu cara untuk membentuknya adalah melalui peranan orang tua dalam pendidikan anak.

Masa perkembangan dari seorang anak remaja dikatakan sebagai suatu masa yang sangat penting, karena periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak menuju tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis, karena belum adanya pegangan. Sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan, pada waktu inilah anak memerlukan bimbingan, terutama dari orang tuanyya (Soekanto, 2000 ; 414). Untuk itu interaksi antara anak dan orang tua sangat diperlukan.

Interaksi dalam keluarga umumnya bersifat intim, maksudnya bahwa hubungan antara orang tua dengan anak dalam suatu keluarga memungkinkan mereka akrab satu sama lainnya, karena lingkungan yang pertama sekali dikenal dan dekat dengan manusia itu sendiri adalah keluarga. Segala sesuatu yang diperbuat oleh anak mempengaruhi keluarganya dan begitu juga sebaliknya. Pengalaman berinteraksi di dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak terhadap orang lain di tengah-tengah masyarakat.

Keutuhan keluarga di samping ditinjau dari adanya ayah, ibu, serta anak, juga dapat di lihat dari sifat hubungan interaksi antara anggota keluarga satu sama lain. Bila anak merasa kecewa dan gagal, anak harus yakin masih ada orang tua yang menampung, menghibur dan memberi dukungan moral. Ketidakhadiran ayah atau ibu maupun keduanya di dalam suatu keluarga amat berpengaruh pada diri anak. Hubungan anggota keluarga yang baik juga tercermin dari kebersamaan


(65)

dalam melakukan kegiatan-kegiatan pekerjaan rumah tangga, hobbi, rekreasi dan lain-lainnya, karena dari seringnya melakukan segala kegiatan bersama-sama dapat meningkatkan keakraban antara anggota dan tidak merasa saling asing antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat memungkinkan terciptanya suatu keluarga yang harmonis atau bahagia. Maka hubungan antara anggota keluarga perlu dipupuk dan pelihara dengan baik. Hubungan yang baik, kesatuan sikap ayah dan ibu merupakan jalinan yang memberi rasa aman bagi anak-anak. Hubungan ayah dan ibu memberi rasa tenang dan keteladanan bagi anak dan keluarga yang di bentuk. Anak yang menghadapu kesulitan atau masalah baik kecil ataupun besar, mengidamkan tempat bernaung bagi orang tuanya melalui komunikasi yang baik dan hal itu terjadi apabila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak.

2. Strategi Membuat Anak Menjadi Berbudi Pekerti 2.1. Hubungan Anak dan Saudaranya

Hubungan terdekat anak setelah ayah dan ibu adalah hubungan anak dengan saudara-saudaranya, sejak kecil orang tua di daerah Helvetia Tengah ini selalu menanamkan kepada anak-anak mereka bahwa anak mereka harus mempunyai rasa saling mengasihi dan menghormati. Adik harus menghormati kakak dan begitu juga sebaliknya kakak harus menyayangi adiknya.

Orang tua yang ada di daerah Helvetia Tengah ini telah melatih anak mereka yang kecil untuk memanggil kakak-kakaknya dengan sebutan kakak atau abang sebagai panggilan terhadap kakak ataupun abang yang memiliki usia yang lebih


(66)

tua. Orang tua di daerah ini beranggapan bahwa di antara anak mereka akan terjalin perasaaan saling mengasihi dan saling menghormati yang timbul secara alami. Kakak akan menyayangi adik dan sebaliknya adik akan menghormati kakaknya secara tulus.

Dari hal di atas dapat di lihat bahwa selain orang tua mendidik anak, orang tua juga harus dapat menjalin hubungan anatar anak-anak mereka. Tetapi tidak jarang juga di antara anak mereka terjadi pertengkaran, seperti di dalam keluarga Bapak Nababan. Dalam keluarga ini Bapak Nababan mempunyai seorang istri dan mempunyai 7 anak yaitu 3 orang perempuan dan 4 orang laki - laki. Di antara anak-anak mereka memang terjalin rasa saling menghormati antara adik dan kakak ataupun abangnya, sebaliknya juga kakak dan abang mereka menyayangi adiknya, tetapi mereka tidak jarang juga terjadi perselisihan, biasanya perselisihan itu terjadi karena adik mereka iem yang kecil terlalu di manja kedua orang tua mereka sehingga di antara kakaknya Heni menyuruh adiknya untuk mengkerjakan pekerjaan rumah tetapi adiknya menolak. Biasanya kalau dalam keluarga ini terjadi pertengkaran yang disebabkan oleh hal-hal yang di atas. Bapak Nababan akan memberikan nasehat kepada anaknya yang besar agar Heni, kalau menyuruh adiknya haruslah dengan lembut agar adiknya tidak melawan apa yang akan di suruh kakaknya (Heni).

Dapat di lihat pada cerita pada keluarga Bapak Nababan, peran seorang orang tua sangatlah penting dalam hal hubungan antara sesama anak-anak mereka. Dalam keluarga Bapak Nababan ini menerapkan prisip kalau melakukan pendekatan terhadap anak hendaklah dengan lemah lembut jangan ada terjadi


(67)

kekerasan terhadap anak. Apalagi kekerasan terhadap fisik, karena bagi bapak Nababan mendidik anak pada jaman sekarang dengan dulu sangat berbeda. Menurut Bapak Nababan pada masa dulu orang tua dalam mendidik anak begitu keras, biasanya kalau melakukan kesalahan akan kena hukuman berupa hukuman fisik yaitu pukulan seperti hasil wawancara saya dengan bapak Nababan :

“ waktu saya dulu masih kecil, orang tua saya dulu sangat keras mendidik saya, tidak jarang saya di pukul karena saya melakukan kesalahan, tetapi kalau saya mendidik anak saya sekarang tidak perlu memakai kekerasan, karena saya tidak tega untuk melakukannya, sejauh ini saya melihat anak saya baik-baik saja. Kalaupun anak saya susah untuk disuruh maka yang saya lakukan adalah memberikan nasehat langsung kepada anak saya. Setelah itu anak saya akan mengerti”.

Dapat di lihat dari percakapan di atas bahwa Bapak Nababan dalam mendidik anak sangat berbeda sekali pada saat orang tua Bapak Nababan mendidiknya. Hal ini menurut Bapak Nababan berbeda dalam mendidik anak dikarenakan pada jaman sekarang ini anak-anak dapat melakukan hal di luar akal sehat karena Bapak Nababan tidak menginginkan kalau sewaktu-waktu jika anaknya melakukan kesalahan dan Bapak Nababan melakukan tindakan fisik terhadap anaknya maka anaknya akan mempunyai niat untuk lari dari rumah.

Sehingga Bapak Nababan berfikir dalam mendidik anak hendaknya melakukan pendekatan dan mendidik anak seharusnya dengan lemah lembut agar anak dapat mematuhi segala perintah dan peraturan yang akan dibuat di dalam kehidupan keluarga Bapak Nababan.


(68)

2.2. Hubungan Anak, Teman – Temannya dan Masyarakat

Dunia anak berbeda dengan dunia orang tua pada umumnya, artinya mereka berfikir dan berbuat serta memandang dunia itu dengan cara mereka saja yaitu dengan keceriaan dan kesenangan, berbeda sekali dengan orang dewasa khususnya dengan orang tua, dimana berfikir dan berbuat segala sesuatu dengan rasional/kebenaran fakta. Di dalam pergaulan sehari-hari di daerah Helvetia Tengah ini setiap anak terlihat begitu dekat dengan teman-teman seusianya. Biasanya di temukan setiap sore anak-anak bermain di daerah sekitar rumah, hubungan antara anak dan teman-temannya yang ada di daerah ini perlu dibina secara baik antara anak yang satu dengan anak yang lain.

Hubungan yang terjalin antara anak dengan sesama teman sebayanya adalah hubungan interaksi sosial. Dalam melakukan hubungan sosial antara sesama anak dan orang tua ataupun masyarakat lainnya haruslah memperlihatkan sikap ramah dan sopan agar menjalin hubungan yang baik antar sesama masyarakat.

Keluarga yang terdapat di Daerah Helvetia Tengah ini termasuk keluarga yang rukun dan damai begitu pula dalam kehidupan keluarga mereka masing-masing hubungan orang tua dan anak-anak serta anak-anak dengan masyarakat terjalin dengan baik, tetapi ada juga orang tua di daerah ini yang mempunyai kebiasaan yang di berikan kepada anak mereka masing-masing yaitu :

1. Memotivasi anak dengan cara membandingkan

Biasanya hal ini ditemukan pada saat ibu-ibu yang ada di daerah ini sedang bekumpul, mereka selalu menceritakan atau saling membandingkan antar sesama anak mereka baik itu membandingkan


(69)

kemampuan/kelebihan dan kekurangan dari si anak, tetapi dari semua itu kebanyakan ibu-ibu yang sedang berkumpul lebih membandingkan kemampuan atau kelebihan yang dipunyai anak mereka masing-masing. 2. Memberi contoh lewat kata-kata bukan perbuatan

Dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai orang tua seharusnya memberikan contoh yang baik kepada anak, banyak orang tua di daerah ini melarang anak mereka melakukan hal yang salah tetapi orang tua tersebut melakukan perbuatan yang salah di depan anak-anak mereka.

Contoh : seorang ayah melarang anaknya merokok, tetapi ayah mereka sendiri yang merokok di depan anak-anak mereka.

Hal seperti di atas banyak sekali dijumpai pada daerah ini. Dimana seorang anak dipaksa untuk melakukan apa yang diinginkan oleh orang tua tetapi orang tua tidak memberikan contoh yang baik terhadap anak.

3. Strategi Pencerdasan Anak

3.1. Orang tua dan Lembaga Pendidikan Formal / Sekolah

Pendidikan selalu dipakai dalam dua arti yaitu pendidikan (education) dan pengajaran (teaching). Dapat di lihat Taman Kanak-Kanak (TK) masih dilakukan pendidikan tetapi pengajaran belum dilakukan, SD sudah ada pengajaran seperti berhitung, menulis, membaca. Di sekolah menengah (SLTP, SLTA, dan SMK) hampir seluruhnya telah ditekankan pada pengajaran, pendidikan untuk menciptakan suasana belajar.


(1)

2. Hal-hal yang diobservasi / diamati: 1. Pengamatan dari keluarga

 Orang tua yang berada dalam keluarga dalam melakukan pendekatan pada sianak.

 Diri sianak yaitu sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-harinya.

Pengamatan dari lingkungan

 Sosialisasi sianak dengan teman-teman sebayanya baik dalam lingkungan bermain di sekolah, rumah dan tempat permainan lainnya.

 Orang tua dengan lingkungan yang ada di sekitar anak mereka.


(2)

(3)

3. Gambar seorang siswi SMA yang sedang online membuka facebook.


(4)

5. Gambar seorang Siswa SMA sedang bermain game online di warnet.


(5)

7. Gamabar dua orang siswa SMP sedang bermain Play station.


(6)

9. Gambar dua orang siswa sedang asik dalam bermain play station.