Budaya Korporasi PT. PP. LONSUM Indoneseia, Tbk di Kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, manusia dituntut agar bisa mengikuti arus globalisasi yang
semakin menderas. Negara dituntut untuk meningkatkan pembangunan disegala lini
sektor kehidupan yang dapat meningkatkan mutu dari kehid upan manusia. Oleh
karena itu, manusia juga dituntut untuk mempersiapkan kualitas dirinya agar dapat
mengikuti arus perubahan pembangunan era globalisasi tersebut. Individu maupun
kelompok akan memiliki daya saing yang kuat untuk mewujudkan hal tersebut.
Perusahaan – perusahaan yang berdiri untuk menaungi manusia pun berlomba
untuk menciptakan suatu budaya korporasi yang akan dapat memberikan dampak
positif bagi keuntungan perusahaan tersebut. Perusahaan – perusahaan menengah dan
besar di Indonesia merasakan pentingnya suatu budaya korporasi dan oleh karena itu,
mereka berusaha merumuskan dan menginternalisasikannya kepada karyawan
perusahaan (Ndraha, 2005: 249). Hadirnya b udaya korporasi akan menciptakan suatu
pemahaman nilai dan manfaat yang sama bagi seluruh komponen suatu perusahaan.
Kontribusi karyawan maupun pemimpin perusahaan yang berkualitas lah yang akan
mampu menghantarkan perusahaan tersebut pada tujuan budaya korporasi yang
sesungguhnya.


1
Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini akan mengkaji mengenai budaya korporasi dari seluruh
kebiasaan yang dilakukan oleh seluruh karyawan perusahaan yang telah menjadi
kebiasaan mereka sehari – hari. Budaya korporasi yang akan menjadi suatu patokan
mendasar oleh para karyawan perusahaan untuk digunakan. Dalam setiap perusahaan
memiliki caranya masing – masing dalam bertingkah laku sesama karyawan tersebut.
Baik itu yang diatur oleh perusahaan tersebut ataupun yang diciptakan oleh para
karyawan dengan sendirinya. Bagaimana mereka berinteraksi sesama karyawan yang
masing – masing karyawan pastilah memiliki status suatu struktur yang berbeda –
beda di suatu perusahaan.
Kebiasaan berperilaku antar karyawan akan terus menerus mencari
keharmonisan yang akan digunakan dalam keseharian. Kenyamanan dalam bekerja
akanlah membuat para karyawan senang dalam mengerjakan pekerjaannya.
Bagaimana karyawan yang terikat oleh suatu struktur berbicara kepada karyawan
yang strukturnya berbeda. Dalam lingkup suatu perusahaan itu pasti memiliki cara
berinteraksi kepada sesama. Baik dan buruknya cara mereka berinteraksi sesama
karyawan akan diperbaiki oleh masing- masing karyawan karena itu akan sangat

berpengaruh dari pada apa hasil yang dikerjakannya kelak.
Oleh karena itu, suatu perusahaan harus mempersiapkan suatu budaya
korporasi yang diteliti oleh suatu badan tertentu. Hasil dari penelitian badan itu akan
disebarkan kesemua pelaku perusahaan yang harus dipatuhi mereka. Hasil suatu
budaya korporasi yang ditetapkan oleh perusahaan itu haruslah sesuai komposisi
karyawan di perusahaan itu. Budaya korporasi tersebut akan berpengaruh hasilnya
baik dari dalam perusahaan maupun dari lingkungan luar perusahaan tersebut.

2
Universitas Sumatera Utara

Dikarenakan banyak aspek, baik dari luar lingkungan perusahaan maupun dari
dalam perusahaan maka setiap budaya perusahaan akan berbeda – beda hasilnya.
Lingkungan sekitar perusahaan berperan besar dalam terbentuknya suatu budaya
korporasi. Komposisi penduduk yang majemuk pastilah memiliki kebudayaan yang
berbeda – beda. Pemilik perusahaan juga sangat berpengaruh akan bagaimana budaya
perusahaan itu akan dibentuk. Semua aspek tersebut sangat lah dipertimbangkan betul
– betul agar menjadi suatu budaya korporasi yang ideal untuk dipatuhi sesama
Budaya korporasi sangatlah penting bagi suatu perusahaan, maka peneliti
sangatlah tertarik untuk meneliti bagaimana budaya korporasi dalam suatu perusahaan

itu berlangsung. Apakah suatu budaya perusahaan itu mengikuti kebudayaan lokalnya
atau budaya korporasi tersebut tidak memandang budaya lokal tersebut yang malah
membawa budaya baru dari luar. Peneliti ingin melihat apakah budaya korporasi itu
baik dirancang melalui budaya luar atau budaya lokal. Bagaimana masing – masing
karyawan perusahaan berperilaku kepada sesamanya di perusahaan. Hal ini didasari
dengan adanya kesadaran dalam sebuah perusahaan dalam membangun budaya
perusahaan atau budaya korporasi.
Perusahaan – perusahaan menengah dan besar di Indonesia merasakan
pentingnya suatu budaya korporasi dan oleh karena itu mereka berusaha merumuskan
dan menginternalisasikannya kepada karyawan

perusahaan. Jadi Pemahaman

terhadap budaya perusahaan atau budaya korporasi dilakukan kepada seluruh anggota
yang ada dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, budaya korporasi akan
menciptakan kesesuaian atau kesamaan nilai antar karyawan dengan lingkungan
perusahaan yang nantinya akan lebih mudah menggerakkan sumber daya manusia
untuk mencapai kemajuan dari suatu perusahaan.
3
Universitas Sumatera Utara


Sebuah perusahaan itu dapat mengoptimalkan seluruh sumber – sumber
potensial yang ada di perusahaan tersebut termasuk di dalamnya sumber daya
manusia yang dimiliki oleh perusahaan agar mencapai suatu kesuksesan. Sumber daya
manusia yang dimaksud adalah para karyawan yang telah memahami budaya
korporasi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sehingga dalam perjalanan menjadi
seorang karyawan yang masih belum mengenal budaya korporasi tempatnya bekerja
(para karyawan baru) proses sosialisasi budaya korporasi menjadi suatu hal yang
penting agar para karyawan baru mengerti nilai – nilai dan visi misi perusahaan yang
tujuan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Peneliti akan mencari tahu budaya korporasi yang terjadi pada perusahaan PT.
PP. LONSUM Indonesia, Tbk. di Kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa.
Kantor Divisi Sei Merah Estate milik PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. ini adalah
awal di mana data mentah dari lapangan didapat yang kemudian masing- masing
karyawan mengolahnya untuk dijadikan data berupa informasi perkebunan tersebut.
Penelitian tentang budaya korporasi telah banyak dilakukan, diantaranya
Halen Lucen Silalahi (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Budaya Korporat
Bimbel Medica di Kota Medan”. Penelitian yang dilakukanya mendapati kesimpulan
bahwa budaya perusahaan dapat tumbuh menjadi sangat kuat apabila terdapat nilai –
nilai, pola perilaku dan praktik bersama di dalam menjalankan budaya perusahaan.

Budaya perusahaan yang peneliti lihat pada bimbel (bimbingan belajar) Medica
adalah adanya serangkaian sistem nilai dan keyakinan yang dianut bersama oleh
semua pihak yang ada di perusahaan tersebut yang dijadikan sebagai dasar dalam
mendorong perilaku karyawan dan secara signifikan mempengaruhi sikap, perilaku,
serta kinerja perusahaan itu sendiri dalam mencapai tujuan bimbel Medica. Faktor
4
Universitas Sumatera Utara

yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang terletak pada budaya perusahaan karena
budaya perusahaan yang dapat menentukan keberhasilan maupun kegagalan dari
perusahaan.
Penelitian tesebut melihat ada salah satu bentuk usaha pensosialisasian budaya
yang dianggap berhasil untuk kemajuan bimbel Medica. Pensosialisasian budaya
tersebut dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan – pertemuan rapat dan
kegiatan ritual – ritual, dalam acara rapat maupun ritual tersebut selalu
mengikutsertakan pembelajaran akan nilai – nilai yang ada di BT/BS Medica, hal itu
dipelajari dengan membaca sistem nilai yang dipimpin dan diterangkan oleh MMI
(Manajemen Medica Indonesia). Bisa dikatakan karyawan bimbel Medica tidak
pernah terlepas untuk terus – menerus belajar sistem nilai yang dipercayai dapat
membangun karakter karyawan bimbel Medica. Dengan menyanyikan lagu yang

mengandung nilai – nilai kehidupan serta pembacaan sistem nilai berupa kunc i sukses
menurut pendapat orang – orang terkenal diyakini mampu menyelesaikan masalah –
masalah yang dihadapi dalam bekerja di perusahaan tersebut.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Bambang M. Napitupulu (2010) dengan
judul Budaya Korporat PT. Ace Hardware tentang penerapan budaya perusahaan
kepada karyawan PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk Wilayah Medan oleh saudara.
Penelitian itu menunjukkan bahwa yang dilakukan Budaya korporat adalah sistem –
sistem, nilai – nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari,
diharapkan serta dikembangkan secara berkesinanbungan. Budaya korporat berfungsi
sebagai sistem perekat dan dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5
Universitas Sumatera Utara

Ukuran terakhir organisasi atau perusahaan tergantung dari prestasi atau
pelaksanaan kerja karyawan. Ukuran keberhasilan ini sangat berguna sebagai umpan
balik, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan secara individu. Guna
memperoleh informasi ini, untuk prestasi individu karyawan diperlukan suatu sistem
yang secara objektif mampu memberikan gambaran yang akurat mengenai prestasi

karyawan. Prestasi kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal organisasi dan
pribadi karyawan, juga dipengaruhi oleh faktor – faktor eksternal, seperti faktor
keluarga, kesehatan, kondisi keuangan, dan masalah pribadi lainnya. Dengan
diketahuinya masalah eksternal tersebut, dari hasil penilaian prestasi kerja yang
bersangkutan diharapkan organisasi atau perusahaan dapat memberikan bantuan untuk
mengatasinya.
Swandi Perdinan Hutapea juga melakukan penelitian mengenai budaya
korporasi yang berjudul “Penerapan budaya perusahaan Pada di PT. Pegadaian
(Persero)” pada tahun 2015 yang menyimpulkan bahwa budaya perusahaan adalah
panduan dan patokan perilaku dan tind akan – tindakan yang dibuat oleh perusahaan
dalam menjalankan kinerja operasional Perusahaan. Jadi, budaya perusahaan pada PT.
Pegadaian (Persero) terbentuk dari gagasan yang telah disepakati pihak – pihak
terpenting Perusahaan yang sudah lama terbentuk yaitu sejak Indonesia mengambil
alih perusahaan pegadaian dari pemerintahan Belanda. Dalam penelitian ini
menggambarkan perbedaan hasil dari budaya perusahaan di tangan Belanda dengan
yang saat ini sangatlah berbeda.

6
Universitas Sumatera Utara


Maksud dari penerapan budaya perusahaan adalah bagaimana perusahaan
menerapkan budaya perusahaan di PT. Pegadaian (Persero) kesetiap jajarannya dalam
melakukan perilaku dan tindakan dalam aktivitas di lingkungan perusahaan sesuai
dengan nilai – nilai yang ada dalam budaya perusahaan. Berdasarkan analisa penulis,
hasil dari penerapan budaya perusahaan yang diterapkan PT. Pegadaian (Persero)
sendiri belum sepenuhnya tercapai dalam target pencapaian budaya perusahaan
seperti yang dicita – citakan Perusahaan. Kurang tercapainya hasil dari target
pencapaian pelaksanaan Budaya perusahaan sendiri diakibatkan karena tindakan –
tindakan atau perilaku dari Karyawan maupun Atasannya yang tidak mendukung
penerapan Budaya perusahaan yang dirumuskan dalam sepuluh perilaku utama dalam
Budaya perusahaan. Hal tersebut terlihat dari hubungan industrial yang kurang
harmonis dan kurangnya komitmen Atasan dalam memberikan contoh kinerja yang
baik dan mengarahkan Bawahannya untuk bertindak sesuai dengan nilai- nilai Budaya
perusahaan. Jadi, kesimpulan akhir dari hasil penelitian tersebut bahwa target
pencapaian pelaksanaan penerapan Budaya perusahaan PT. Pegadaian (Persero) yang
akan diterapkan didalam lingkungan Perusahaan masih dianggap gagal.
Begitu banyaknya cara dan manfaat budaya korporasi pada suatu perusahaan
maupun organisasi maka penelitian yang akan dilakukan untuk menambah
pengetahuan mengenai hal tersebut akan terus terjadi. Melihat beberapa penelitian
yang sebelumnya dilakukan, peneliti akan menggunakannya sebagai bantuan untuk

membongkar serta menjelaskan apa itu budaya korporasi yang dilakukan pada
perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. di kantor Divisi Sei Merah. Penelitian
ini akan sangat berbeda dari penelitian – penelitian yang sebelumnya. Peneliti akan
membahas bagaimana perusahaan tersebut dapat mengikuti maupun menjawab
7
Universitas Sumatera Utara

tantangan global saat ini. Banyak aspek yang tentunya akan berbeda dalam penelitian
ini, seperti dari segi lokasi dan jenis perusahaan yang akan diteliti akan jauh berbeda
dan mendapati hasil yang berbeda juga nantinya.

1. 2. Tinjauan Pustaka
Dipandang dari sudut biologi , manusia hanya merupakan satu je nis makhluk
di antara lebih dari sejuta jenis makhluk lain yang pernah atau masih menduduki alam
dunia ini. Manusia dengan kemampuan akal budinya, telah mengembangkan berbagai
macam sistem tindakan demi keperluan hidupnya sehingga menjadi makhluk yang
paling berkuasa di muka bumi ini. Sistem itu telah banyak mengalami perubahan –
perubahan sesuai dengan kebutuhan manusia yang akan terus menerus disalurkan
kepada manusia selanjutnya.
Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Kata kebudayaan berasal dari kata Sanskerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudaya-an dapat diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan akal
(Koentjaraningrat, dalam Pengantar Ilmu Antropologi, edisi revisi 2009). Sinonim
dari kata tersebut adalah kultur sebuah kata benda yang berasal dari bahasa Inggris
culture atau cultuur dalam bahasa Belanda atau kulltur dalam bahasa Jerman. Kata
culture itu sendiri secara harfiah berasal dari bahasa Latin Colere yaitu dengan akar
kata calo merupakan kata kerja yang berarti mengerjakan tanah atau yang
berhubungan dengan menanam tanaman dalam pertanian.

8
Universitas Sumatera Utara

Menurut Edward B. Taylor, Sobirim (2007) orang yang pertama kali
menggunakan istilah budaya dalam karya Antropologi, mengatakan bahwa budaya
adalah hasil karya manusia dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat.
Pengertian budaya menurutnya adalah kompleksitas menyeluruh yang terdiri dari
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum dan berbagai kapabilitas lainnya serta
kebiasaan apa yang diperoleh seorang manusia sebagai bagian dari sebuah
masyarakat. Berbeda dengan terdahulunya yang cangkupannya luas, defenisi dari

Ruth Benedict (dalam Sobirim, 2007) hanya menekankan pada aspek kehidupan
tertentu. Ia melihat budaya bukan dari hasil karya manusia melainkan aspek pola
pikir, perilaku dan tindakan yaitu pola pikir dan tindakan tertentu yang terungkap
dalam aktivitas manusia.
Ndraha (2005: 86-87) mengemukakan bahwa budaya adalah sebuah proses
(throughput). Sebuah proses perubahan dari kondisi yang satu (input) atau sebuah
proses penggunaan seperangkat input menjadi output yang sesuai dengan visi dan
misi atau tujuan organisasi. Seperti halnya dengan Spradley dalam Haviland,
(1988:336) yang memahami kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh
manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tindakan. Geertz
dalam Wright, (1994) lebih jauh lagi mengemukakan bahwa kebudayaan adalah
pabrik makna yang digunakan manusia untuk menginterpretasikan dan membimbing
tindakan – tindakan mereka.

9
Universitas Sumatera Utara

Menurut Spradley (dalam buku Metode Etnografi: 1997) mendefenisikan
budaya sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar
yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan
sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling
mereka.
Goodenough dalam Keesing (1999:68) membagi defenisi keb udayaan yang
pernah dikumpulkan oleh A.L. Kroeber dan C. Kluckhon menjadi dua bagian yaitu:
1. Kebudayaan sebagai pola bagi perilaku
Kebudayaan atau pengetahuan yang diperoleh manusia dipergunakan dan
diwujudkan dalam tindakan – tindakannya.
2. Kebudayaan sebagai pola dari perilaku.
Kebudayaan itu merupakan pola dari keseluruhan perilaku dan kebiasaan yang
diciptakan oleh manusia.
Seorang ahli Antropologi A.L. Krober (dalam Pengantar Ilmu Antropologi,
2009: hal 150) pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai
suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian
tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Serupa dengan J.J. Honigmann yang
dalam buku pelajaran antropologinya, berjudul The World of Man (1959: halaman 1112) membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya manusia.
10
Universitas Sumatera Utara

Sementara dalam buku Komunikasi Lintas Budaya (2010 hal: 29-31)
mengatakan budaya terdiri atas elemen yang tidak terhitung jumlahnya (makanan,
tempat tinggal, pekerjaan, pertahanan, kontrol sosial, perlindungan psikologis,
keharmonisan sosial, tujuan hidup, dan lain – lain) dan ada lima hal penting yang
berhubungan langsung, yaitu:
1. Sejarah
Hal yang menarik dari sejarah budaya adalah bahwa banyak elemen paling
penting dari budaya disebarkan dari generasi ke generasi dan melestarikan pandangan
suatu budaya. Sejarah menyoroti asal suatu budaya, “memberitahukan” anggotanya
apa yang dianggap penting, dan mengidentifikasi prestasi suatu budaya yang pantas
untuk dibanggakan.
2. Agama
Menurut Parkes, Laungani, dan Young, semua agama “memiliki agama yang
dominan danterorganisasi di mana aktifitas dan kepercayaan mencolok (upacara,
ritual, hal – hal tabu, dan perayaan) dapat berarti dan berkuasa”. Pengaruh agama
dapat dilihat dari semua jalinan budaya, karena hal ini berfungsi dasar. Ferraro
menuliskan bahwa fungsi ini meliputi kontrol sosial, penyelesaian konflik, penguatan
kelompok solidaritas, penjelasan dari sesuatu yang sukar dijelaskan, dan dukungan
emosional. Fungsi – fungsi ini, baik secara sadar maupun tidak, berdampak dari
semua hal mulai dari praktik bisnis sampai kepada politik hingga tingkah laku
individu.

11
Universitas Sumatera Utara

3. Nilai
Menurut Peoples dan Bailey, nilai merupakan “kritik atas pemeliharaan
budaya secara keseluruhan karena hal ini mewakili kualitas yang dipercayai orang
yang penting untuk kelanjutan hidup mereka. Seperti yang ditulis Macionis, nilai
adalah standar keinginan, kebaikan, dan keindahan yang diartikan dari budaya yang
berfungsi sebagai petunjuk dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, nilai – nilai
berguna untuk menentukan bagaimana seseorang seharusnya bertingkah laku.
4. Organisasi Sosial
Fitur lain yang diemukan dalam semua budaya adalah apa yang kami sebut
dengan “organisasi sosial”. Organisasi – organisasi ini (kadang – kadang merujuk
pada sistem sosial atau struktur sosial) mewakili unit sosial yang beraneka ragam
yang terkandung dalam budaya. Institusi seperti itu, termasuk keluarga, pemerintah,
sekolah, dan suku bangsa – menolong anggota suatu kelompok budaya untuk
mengatur kehidupan mereka.
5. Bahasa
Begitu pentingnya bahasa bagi setiap budaya membuat Haviland dan rekannya
mengatakan, “Tanpa kapasitas kita terhadap bahasa yang kompleks, budaya manusia
seperti yang kita ketahui tidak akan ada.” Bahasa tidak hanya mengizinkan
anggotanya untuk berbagi pikiran, perasaan dan informasi, tetapi juga merupakan
metode utama dalam menyebarkan budaya.
Melalui studi perbandingan, para ahli menyimpulkan bahwa ada rangkaian
“karakteristik dasar yang dibagikan semua makhluk budaya. Larry, Richard, dan
Edwin dalam buku terjemahan Komunikasi Lintas Budaya (2010) menjelaskan
beberapa karakteristik sebagai berikut:
12
Universitas Sumatera Utara

1. Budaya Itu Dipelajari
Ketika kita membahas pembelajaran, kita menggunakan kata – kata yang
bermakna cukup luas. Poin pertama, pembelajaran tentang budaya, peraturan, dan
tingkah laku yang biasanya terjadi tanpa disadari. Kedua, informasi penting dari
budaya dikuatkan dan diulangi. Ketiga, Mempelajari budaya dari berbagai sumber,
dari keluarga, gereja, dan keadaan menjadi tiga hal penting pembawa budaya. Ferraro
menyatakan, tanpa manfaat dari belajar pada orang yang hidup sebelumnya, hidup
akan menjadi sulit-kalau tidak, mustahil. Sebenarnya, “pengetahuan suatu kelompok
yang disimpan (dalam ingatan, buku, dan barang) untuk digunakan di masa yang akan
datang merupakan konsep utama dari budaya”.
2. Budaya Itu Dibagikan
Menyebarkan budaya dapat dalam berbagai bentuk (pepatah, cerita, karya
seni) dan dapat memiliki banyak “penyebar” (keluarga, teman, media, sekolah,
gereja), tetapi elemen kunci dari budaya itu (nilai, ide, persepsi) harus dibagikan di
antara anggota suatu budaya.
3. Budaya Itu Diturunkan Dari Generasi ke Generasi
Budaya itu dibagikan, akan tetapi jika suatu budaya ingin dipertahankan, harus
dipastikan apakah pesan dan elemen penting budaya tersebut tidak hanya dibagikan,
tetapi juga diturunkan pada generasi yang akan datang. Dengan cara ini, masa lalu
menjadi masa kini, dan menolong untuk mempersiapkan masa yang akan datang.

13
Universitas Sumatera Utara

4. Budaya Itu Didasarkan Pada Simbol
Pembahasan mengenai bagaimana budaya itu diturunkan dari generasi ke
generasi mengizinkan kita untuk mengalihkan pembahasan mengenai cara pertukaran
tersebut: simbol, bahwa budaya itu didasarkan pada simbol. Simbol budaya dapat
dalam bentuk, gerakan, pakaian, objek, bendera, ikon keagamaan, dan sebagainya,
“aspek simbolis yang penting dari budaya adalah bahasa-penggunaan kata – kata
untuk mewakili benda dan pandangan.
5. Budaya Itu Dinamis
Kita menyimpulkan bagian sifat dinamis budaya dengan mengemukakan
pendapat tentang perubahan budaya. Pertama, karena budaya banyak berakar dari
tradisi, maka akan menemukan banyak contoh di mana perubahan itu diterima dan
disambut hangat. Kedua, karena budaya perlu dipertahankan, sehingga kadang –
kadang unsur dari luar yang cocok dengan nilai dan kepercayaan yang ada atau hal –
hal yang dapat dimodifikasi tanpa menyebabkan gangguan diadaptasi.
6. Budaya Itu Sistem Yang Terintegrasi
Dalam kenyataan, budaya berfungsi sebagai suatu kesatuan yang terintegrasisama seperti komunikasi adalah sistematis. Jika menyentuh suatu bagian budaya,
maka itu telah menyentuh semua budaya tersebut. Ketika memandang suatu budaya
sebagai sistem yang terintegrasi, kita dapat mulai melihat bagaimana sifat budaya
tertentu cocok terkait dengan seluruh sistem.

14
Universitas Sumatera Utara

Luthans dan Kreitner (dalam Hessel Nogi, 2005:16) berpendapat bahwa ada
beberapa karakteristik budaya organisasi yang perlu diketahui dalam mempelajari
perilaku yang ada dalam suatu organisasi publik:
1. Budaya organisasi merupakan proses belajar (learned).
2. Budaya organisasi merupakan milik bersama kelompok (shared), bukan
milik individu.
3. Budaya organisasi diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya
(transgenerational).
4. Budaya organisasi merupakan suatu pola yang terintegrasi, jadi setiap
perubahan akan mempengaruhi komponen lainnya (patterned).
5. Budaya organisasi menekspresikan sesuatu dengan menggunakan simbol
(symbolic).
6. Budaya organisasi terbentuk berdasarkan kemampuan orang untuk
beradaptasi dengannya (adaptive).
Budaya korporasi setiap perusahaan tidak mungkin sama persis karena dalam
perancangan sitemnya memiliki pengaruh dari dalam maupun luar perusahaan suatu
perusahaan. Oleh sebab itu, budaya korporasi memiliki sifat yang relative.
Relativisme budaya menyatakan bahwa tidak ada budaya yang lebih unggul daripada
budaya yang lainnya. Claude Levi-Strauss mengemukakan bahwa:
“Cultural relativism affirms that one culture has no
absolute criteria for judging the activities of another
cultures as “low” or “noble”. However, every culture can
and should apply such judgment to its own activities,
because its members are actors as well as observers”
(Levi-Strauss dalam Cliffort Geertz, 1997: 7).

15
Universitas Sumatera Utara

Suatu budaya tidak lah memiliki kriteria – kriteria yang bersifat mutlak untuk
memberikan penilaian apakah itu rendah ataupun mulia. Tetapi di sini suatu budaya
meski membuat suatu penilaian sendiri terhadap kegiatan yang akan dilakukan oleh
setiap anggotanya. Hal ini menegaskan relativesme suatu budaya terhadap nilai.
Matsumoto (Moeljono 2003:19) mendefinisikan budaya korporasi adalah
Seperangkat sikap, nilai- nilai, keyakinan, dan perilaku yang dipegang oleh
sekelompok orang dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya.
Susanto (Ernawan 2007:100) mendefinisikan budaya perusahaan sebagai
berikut:
1. Budaya perusahaan adalah nilai – nilai yang menjadi pegangan SDM
(Sumber Daya Manusia) dalam menjalankan kewajiban dan merupakan landasan
berperilaku dalam organisasi.
2. Budaya perusahaan adalah suatu nilai – nilai yang menjadi pedoman SDM
untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam
organisasi sehingga mereka mengetahui bagaimana mereka harus bertindak atau
berperilaku.
Harrison & Stokes (Ernawan 2007:101) mendefenisikan budaya organisasi
sebagai pola kepercayaan, nilai, ritual, mitos para anggota suatu organisasi yang
mempengaruhi perilaku semua individu dan kelompok di dalam organisasi. Deal &
Kennedy (Tika 2005:6) mendefenisikan budaya korporat sebagai, Nilai inti sebagai
esensi falsafah perusahaan untuk mencapai sukses yang didukung semua warga
organisasi dan memberikan pemahaman yang bersama tentang arah bersama dan
menjadi pedoman perilaku mereka dari hari ke hari.

16
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada
pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah. Mereka mempunyai
badan usaha untuk perusahaanya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan
tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi. 1 UU No 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b, dirumuskan bahwa perusahaan adalah
setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang tetap dan terus
menerus dan yang didirikan, bekerja serta berdudukan dalam wilayah Negara
Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan / atau laba. 2 Dari
pengertian tersebut maka PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. juga merupakan suatu
perusahaan karena terdaftar secara resmi dan berdiri di Indonesia.
Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dalam
waktu yang lama. Stoner, dkk (1995) memberikan arti budaya sebagai gabungan
kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide la in yang
menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu.
Pengertian lain dari budaya yang dikemukakan oleh Krech (dalam Graves, 1986)
adalah sebagai suatu pola semua susunan, baik material maupun perilaku yang sudah
diadopsi masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam memecahkan masalah –
masalah para anggotanya. Budaya di dalamnya juga termasuk semua cara yang telah
terorganisasi, kepercayaan, norma, nilai – nilai budaya implisit, serta premis – premis
yang mendasar dan mengandung suatu perintah. (Djokosantoso Moeljono, dalam
Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi, 2003:16-17)

1

https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan#Jenis -jenis_perusahaan
Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas. 2011. Pokok -Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
2

17
Universitas Sumatera Utara

Biasanya dalam korporasi ini, yang mempunyai kepentingan yaitu orangorang yang merupakan anggota dari korporasi itu, setiap anggota mempunyai
kekuasaan dalam peraturan korporasi berupa rapat anggota sebagai alat kekuasaan
yang tertinggi dalam peraturan korporasi.

Pengertian Korporasi menurut A.

Abdurachman (2007) adalah suatu kesatuan menurut hukum atau suatu badan susila
yang diciptakan menurut UU suatu negara, untuk menjalankan suatu usaha atau
kegiatan atau aktivitas lainnya yang sah. 3 Korporasi ini dapat dibentuk untuk selamalamanya atau untuk sesuatu jangka waktu yang terbatas, memiliki nama dan identitas
yang dengan nama dan identitas itu dapat dituntut di muka pengadilan, serta berhak
untuk mengadakan suatu persetujuan menurut kontrak dan melaksanakan semua
fungsi lainnya yang seseorang dapat melaksanakannya menurut UU suatu negara.
Pada umumnya suatu korporasi dapat merupakan suatu organisasi pemerintah.
Agar menghasilkan karyawan yang professional dengan integritas yang tinggi,
dalam konteks pemberdayaan sumber daya manusia, diperlukan adanya acuan baku
yang diberlakukan oleh suatu perusahaan. Acuan tersebut adalah budaya korporat
yang secara sistematis menuntun para karyawan untuk meningkatkan komitmen
kerjanya bagi perusahaan. (Djokosantoso Moeljono, dalam Budaya Korporat dan
Keunggulan Korporasi, 2003:9) Budaya korporasi, yang pada umumnya merupakan
pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat para
karyawan karena dapat diformulasikan secara formal kedalam berbagai peraturan dan
ketentuan perusahaan.

3

http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-korporasi-menurut-pakar.ht ml

18
Universitas Sumatera Utara

Tidak lah berlebihan apabila Kreitner dan Kinichi (1992) mendefenisikan
budaya korporat sebagai perekat organisasi yang mengikat anggota organisasi melalui
nilai- nilai yang ditaati, peralatan simbolis, dan cita – cita sosial yang ingin dicapai.
Menurut Mondy, Moeljono (2003) memperjelas dengan mengartikan budaya korporat
sebagai sistem nilai – nilai, keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang
berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku.
Pelaku dari budaya korporasi itu sendiri adalah manusia. Dalam perusahaan
PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. manusia itu memiliki fungsi mereka sendirisendiri yang diatur dalam suatu struktur perusahaan yang disebut juga dengan
karyawan perusahaan. Untuk meningkatkan produktifitas suatu perusahaan, haruslah
memiliki karyawan – karyawan yang berkompeten dan memiliki kemampuan yang
lebih. Seorang karyawan dikatakan produktif jika dapat menunjukkan hasil (output)
yang lebih besar daripada masukan (input) yang relatif kecil. Benardin dan Russell
(1998) menjelaskan bahwa produktifitas karyawan adalah hasil keluaran yang
dihasilkan pada fungsi atau aktifitas kerja tertentu selama periode waktu tertentu. Hal
itu berarti bahwa produktifitas seorang karyawan identik dengan hasil upaya dalam
menjalankan tugasnya, Moeljono (2003).
Suatu perusahaan dalam merumuskan suatu budaya korporasi yang akan
dianut oleh seluruh karyawannya akan memiliki nilai bagi diri karyawan oleh
perusahaan. Namun, Marx (dalam Karl Marx. Marxisme-Analisis Kritis, 2000)
mengetahui dengan baik bahwa pada umumnya keyakinan ekonom klasik ini tidak
tepat. Untuk mengerti alasanya ada beberapa gagasan dasar ekonomi Marxian. Nilai
kerja suatu barang adalah jumlah total kerja yang baik langsung atau tidak langsung,
diperlukan untuk memproduksi barang itu. Dengan cara yang sama orang juga bisa
19
Universitas Sumatera Utara

melihat nilai kerja sebagai pengganda kerja. Yaitu jumlah kerja yang akan
ditambahkan pada suatu ekonomi sehingga terbuka kemungkinan untuk menghasilkan
satu unit barang lagi.
Mengutip Elster (Karl Marx: 2000) juga mengatakan bahwa modal konstan
(constant capital) adalah nilai kerja yang berasal dari sarana produksi di luar pekerja:
mesin- mesin, bangunan-bangunan, bahan baku yang dengan cara tertentu telah
disempurnakan oleh buruh. Jangan lupa, dalam metode Marx (2000) nilai- nilai kerja
tidak memainkan peran apapun. Untuk mendedukasi harga – harga ekuilibrium dan
tingkat laba, kita harus mengetahui koefisien – koefisien teknis, tapi tidak ada
tuntutan untuk mengetahui nilai – nilai kerja.

1. 3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan oleh peneliti dan diuraikan
melalui tinjauan pustaka, maka peneliti tertarik untuk memfokuskan beberapa
masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah tersebut,
Yakni :
1. Bagaimana budaya korporasi dan penerapannya di Kantor Divisi Sei Merah
PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.
2. Bagaimana budaya korporasi dan aktifitas karyawan PT. PP. LONSUM
Indonesia, Tbk. di Kantor Divisi Sei Merah menjawab tantangan globalisasi.

20
Universitas Sumatera Utara

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap peneliti pastilah memikirkan tujuan dan manfaat suatu penelitian itu
dibuat. Karena tujuan dan manfaat suatu penelitian itulah yang akan membuat
pembaca dapat mengerti dan memahami alur suatu penelitian.
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan penelitian sebagaimana yang diterangkan di atas. Adapun tujuan
penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penerapan budaya korporasi dan juga
bagaimana budaya korporasi dapat menjawab tantangan globalisasi pada PT. PP.
LONSUM Indonesia, Tbk. di kantor Divisi.
Manfaat dari penelitian yang diharapkan oleh peneliti itu se ndiri, agar para
pembaca mendapatkan suatu pengetahuan tambahan mengenai budaya korporasi
suatu perusahaan dalam era globalisasi.

1. 5. Metode Penelitian
Metode kualitatif adalah metode yang digunakan oleh peneliti dalam lapangan
dan bersifat Etnografi. Penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai
dunia orang yang telah belajar, melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak
dengan cara yang berbeda. Dalam memaparkan hasil penelitiannya, peneliti akan
melakukannya dengan gaya etnografi yang diharapkan dapat membuat pembaca dapat
dengan mudah memahami isi dari penelitiannya.

21
Universitas Sumatera Utara

Dalam mengumpulkan data lapangan peneliti akan memperoleh dua jenis
data, yaitu :
1. Data Primer adalah data mentah yang diperoleh peneliti dalam penelitian
lapangan dengan cara wawancara serta observasi partisipasi.
2. Data Sekundar adalah data yang diperoleh peneliti untuk mendukung
penelitiannya dalam yang berasal dari sumber lain seperti sumber internet.
Untuk memperoleh data di lapangan peneliti akan menggunakan beberapa
teknik – teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data itu berupa observasi
partisipasi dan wawancara.
1. 5. 1. Observasi Partisipasi
Teknik ini digunakan oleh si peneliti dalam mengamati lingkungan atau lokasi
penelitiannya. Pengamatan (observasi) adalah suatu tindakan untuk meneliti sesuatu
gejala (tingkah laku ataupun peristiwa) dengan cara mengamati (visual). Peneliti
melakukan teknik observasi guna memperoleh gambaran penuh tentang segala
tindakan, percakapan, tingkah laku, dan semua hal yang akan ditangkap panca indra
terhadap apa yang dilakukan masyarakat yang akan diteliti di lapangan.
Pada dasarnya teknik observasi untuk melihat dan mengamati perubahan
fenomena – fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan perubahan atas penilaian tersebut bagi pelaksana observasi untuk melihat
objek momen tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan
tidak diperlukan (dalam Metodologi Penelitian Pendidikan, 2007: 159).

22
Universitas Sumatera Utara

Peneliti akan ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.
Ikut serta atau berpartisipasi ini juga merupakan teknik yang akan membantu peneliti
dalam mendapatkan hasil yang sebenarnya dari apa yang dilakukan oleh objek sehari
– hari.
Teknik observasi partisipasi ini digunakan peneliti agar memperoleh
gambaran terdahulu yang ditangkap panca indra yang kemudian berpartisipasi dengan
ikut serta dalam setiap kegiatan segala hal yang dilakukan oleh objek sehari – hari.
Jadi peneliti pastinya akan merasakan sepenuhnya apa yang dilakukan oleh objeknya.
1. 5. 2. Wawancara
Wawancara (interview) adalah suatu percakapan (proses tanya jawab) dengan
tatap wajah langsung yang memiliki pertanyaan yang sudah terstruktur dalam sudut
pandang informan tersebut (emic view). Proses wawancara dengan emic view ini akan
mendapatkan hasil yang bersifat objektif. Dari proses wawancara tersebut nantinya
peneliti akan mendapatkan keterangan secara lisan dan akan dituangkan secara
tulisan. Kegiatan wawancara ini akan memfokuskan kepada informan kunci.
Pemilihan informan kunci dalam wawancara ini sangat lah penting, agar informasi
yang didapat lebih fokus dan sesuai dengan apa yang peneliti ingini. Oleh karena itu,
peneliti akan memilih beberapa karyawan perusahaan yang bekerja langsung di
kantor Divisi PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.
Teknik Wawancara ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi yang
lebih detail dan mendalam dari hasil observasi partisipasi sebelumnya. Peneliti akan
mencatat beberapa pertanyaan – pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan
dengan gaya bahasa yang tidak membosankan, sehingga informasi yang lebih jujur
dan mendalam akan didapatkan.
23
Universitas Sumatera Utara

1. 5. 3. Live In
Tinggal bersama objek penelitian ini diharapkan akan mendapatkan data yang
benar – benar jujur adanya. Peneliti akan ikut tinggal bersama salah satu informan di
lingkungan penelitiannya. Teknik ini akan membantu peneliti dalam memperoses
kebenaran dari data maupun informasi dari informan serta lebih merasakan apa yang
sesungguhnya dirasakan oleh objek. Proses Live In tersebut diperoleh peneliti dari
orangtua temannya yang membantu peneliti dalam memperoleh surat ijin.
Selanjutnyan peneliti akan menentukan siapa informan kunci yang tepat untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan.
Penting bagi peneliti menentukan siapa informan kunci maupun informan biasa yang
juga dapat mendukung hasil penelitian nantinya. Karena peneliti akan mengamati
bagaimana karyawan itu dalam menjalankan budaya korporasi maka peneliti memilih
karyawan yang terlibat dalam lingkup kantor Divisi Sei Merah.
Rapot yang baik adalah suatu yang harus dicapai peneliti. Rapot yang baik
akan berdampak bagi hasil penelitian kita sama informan. Oleh sebab itu, seorang
peneliti harus lah berusaha mengembangkan rapot yang baik di lapangan. Sikap yang
sopan, berpenampilan yang menarik dan rapi serta rendah hati adalah salah satu
modal dasar peneliti dalam mengembangkan rapot yang baik nantinya saat melakukan
penelitian.

24
Universitas Sumatera Utara

1. 6. Pengalaman penelitian
Lokasi penelitian yang didapat dari paman seorang teman peneliti semasa
SMA. Pak Silen adalah karyawan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk yang bekerja di
kantor Medan. Peneliti mendapat ijin meneliti dari bantuan beliau. Kemudian beliau
memberikan informasi letak penelitian yang akan peneliti jalani menuju daerah Sei
Merah, Tanjung Morawa. Hasil Informasi denah yang peneliti ketahui, tidak lama
peneliti menemukan Masjid lalu berbelok kiri, dari sini peneliti menemukan jalan
yang rusak atau tidak beraspal. Mungkin karena daerah perkebunan mau dekat jadi
mobil truk besar sering lalung lalang. Kemudian jalan rusak bertanjak dengan kotoran
sapi yang kelihatan berserak terlihat lah gapura perusahaan perkebunan PT. PP.
LONSUM Indonesia, tbk. yang selanjutnya jalan beraspal peneliti jalani sampai
menemukan kantornya. Peneliti melihat pos satpam di sebelah pintu gerbang kantor
yang kemudian peneliti datangin hendak untuk melapor kepada satpam tersebut.
Peneliti disuruh menunggu sejenak karena kata mereka KTU (Kantor Tata Usaha) jam
segini lagi istirahat. Kira-kira jam dua siang saat itu. Terlihat tiga orang satpam
bermain kartu dam di pos mereka, tidak ada memang terlihat uang di meja. Seketika
sebuah mobil masuk ke dalam wilayah kantor perkebunan tersebut dan disambut
hormat oleh ketiga satpam tersebut. Kemudian seorang satpam yang lainnya datang
dan menghantarkan peneliti ke kantor KTU perusahaan tersebut dan sesampainya di
dalam peneliti bertemu dengan Kepala Seksi yang masih muda.
Setelah identitas peneliti melalui surat pengantar dari Medan selesai dicatat
kemudian peneliti dijumpai dengan bapak manajer Sei Merah Estate tersebut yang
bernama Bapak Eddy Syahputra.

Salah seorang karyawan dipanggil ke kantor

manajer tersebut dan diperkenalkan kepada peneliti. Pak Eddy menyuruh peneliti
25
Universitas Sumatera Utara

untuk tinggal di rumah salah seorang karyawan kantor yang masih lajang bernama
Ardy. Setelah kami berkenalan kemudian kami berangkat ke rumah Bang Ardy yang
akan peneliti tempati selam penelitian dua bulan ini. Kami berdua menuju ke rumah
karyawan di kebun sawit ini. Perkenalan singkat terjadi dan kemudian Bang Ardy ijin
untuk pergi ke kantor lagi.
Peneliti diajak Bang Ardy ikut juga keluar daripada peneliti gak ada kerjaan di
rumah sendirian. Lalu kami pergi meninggalkan rumah menuju rumah salah satu
karyawan kebun juga. Bang Edi adalah seorang karyawan di kontor Sei Merah Estate
yang rumahnya kami jumpai dan kami pun berkenalan. Abang itu bilang, “kalau
mereka di kantor bersikap profesional tapi kalau sudah di rumah mereka teman”
walaupun Bang Edi ini status jabatannya lebih tinggi dari Bang Ardy maupun Bang
Endrik teman sekantor Bang Ardy. Setelah itu kami menuju rumah di seberang jalan
rumah Bang Edi yang merupakan jajaran rumah para staf kebun. Kami bertemu sosok
lelaki muda gemuk yang bernama Dodi dimana abang ini merupakan Asisten
Lapangan Divisi Kalitawang. Mereka kelihatan lapar dan peneliti berinisiatif
memasakkan mie instan yang ada di lemari Bang Doddy tersebut.
Setelah makan mie tersebut mereka hendak bermain kartu joker. Mereka
mengajak peneliti juga untuk ikut bergabung bermain kartu leng. Sempat peneliti ragu
untuk menolaknya yang kemudian Bang Dodi bilang kalok main judi di luar tapi
kalok di rumah pantang. Kami bermain kartu leng berlima dengan hukuman coret –
coret wajah pakek semir saja. Tidak begitu lama bermain tiba – tiba listrik padam
yang ternyata kuota listrik rumah Bang Doddy sudah habis. Bang Doddy pun
bergegas ke Tanjung untuk membeli token listrik. Sepulang dari itu kami lanjutkan
lagi bermain kartu dan Bang Doddy bilang besok kuitansi tokennya akan diserahkan
26
Universitas Sumatera Utara

ke kantor karena itu merupakan fasilitas dari perusahaan. Jam menunjukan tengah
malam, kami menyudahi permainan tersebut dan kembali pulang kerumah masingmasing yang tiba-tiba listrik pun padam ketika kami sampai di rumah. Karena sudah
larut malam Bang Endrik ikut tidur bersama kami di rumah.
Pagi harinya peneliti diantar Bang Ardy menuju kantor Divisi Sei Merah yang
terletak balik seberang rumah yang kami tempati. Bekisar dua puluh meter kami
melangkah menuju kantor tersebut. Terlihat suatu bangunan semi permanen yang
masih berdindingkan kayu dengan ciri khas bangunan jaman dahulu dengan warna cat
putih hitam. Ketika memasuki ruangan tersebut tidak ada yang kelihatan istimewa di
dalamnya dikarenakan alat elektronik seperti komputer, printer maupun telepon tidak
ada. Bergantungan papan tulis putih yang ditulis secara manual yang menghiasi
dinding bangunan.
Bang

Ardy

memperkenalkan peneliti

kepada

seorang

bapak

yang

menggunakan baju kemeja putih dengan celana pendeknya yang duduk di kursi.
Beliau adalah Asisten Lapangan Divisi Sei merah, Pak Surya namanya. Ternyata
kehadiran peneliti sudah diketahui beliau dari kantor Sei Merah Estate sebelumnya.
Perkenalan kecil pun peneliti lakukan dengan Pak Surya dan seluruh karyawan Divisi
Sei Merah yang hadir saat itu. Tidak lama Bang Ardy meminta izin untuk pergi ke
kantor Sei Merah Estate. Peneliti pun diberikan petunjuk oleh Pak Surya untuk
mengikuti apa yang akan Buk Tuty katakan kedepannya.
Karyawan Divisi Sei Merah sedikit bingung akan apa yang mereka berikan
kepada peneliti, dikarenakan tidak ada yang sesuai dengan jurusan perkuliahannya.
Peneliti kemudian mengambil insiatif untuk membantu para karyawan PW di sana.
Sesekali pengalaman kelapangan kebun juga ada didapati oleh peneliti ketika Pak
27
Universitas Sumatera Utara

Eddy mengajak untuk menemani tim survei LKBM dari Medan. Pak Surya juga
memberikan peneliti ijin untuk mengikuti berjalannya pemupukan dengan mesin
jonder spin. Sehari – hari peneliti membantu menghitung Daily Harvest Cost yang
sudah biasa peneliti kerjakan di kantor Divisi Sei Merah serta menulisnya di papan
mading untuk para karyawan manen melihat.
Untuk Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke lima puluh, peneliti ikut
sumbangsih mendonorkan darahnya. Persiapan HKN tersebut mencapai satu minggu
lamanya. Sei Merah Estate diunjuk IndoAgri sebagai tuan rumah tahun itu. Be gitu
banyak polisi yang berjaga – jaga di sekitar lapangan dikarenakan ada isu bahwa
warga akan melakukan demo di sana. Acara tersebut menjalani gerak jalan yang
diikuti oleh seluruh karyawan PT. PP. Lonsum dan keluarga. Peneliti ikut membantu
untuk membagikan minuman mineral dan jeruk sebagai penyegar dahaga para
peserta. Ketika membantu memberikan minuman dan jeruk peneliti bertemu dengan
Pak Silen dengan beberapa karyawan perusahaan dari Medan.
Hari terakhir peneliti melakukan penelitian di kebun PT. PP. Lonsum Sei
Merah. Pagi hari peneliti ke kantor dan terlihat Buk Tuty, Bang Ganang dan Kak
Pinka saja yang ada dengan kesibukan mereka masing – masing. Peneliti hanya duduk
sambil bermain handphone sembari menunggu Bang Ganang mengajak peneliti untuk
mengambil pesanan semalam. Pak Surya datang ke kantor dan menyuruh Bang
Ganang untuk mengerjakan sesuatu dan mengatakan kalau ada perlu beliau bisa
dijumpai di kantor estate. Selesai jam wolen peneliti masih menunggu Bang Ganang
sampai jam sebelas siang dan kemudian kami berangkat ke Tanjung untuk mengambil
makanan yang sudah Bang Ganang pesan semalam sebagai tanda perpisahan dari
peneliti. Kami pun berangkat dan kembali ke kantor Divisi dan kantor hanya ada Buk
28
Universitas Sumatera Utara

Tuty, Pak Udin, Bang Havis serta Bang ganang tentunya. Setelah peneliti meletakkan
makanan yang peneliti bawak tadi, peneliti kemudian berpamitan pada Buk Tuty dan
yang lainnya. Meminta maaf jika ada kesalahan selama penelitian di Divisi Sei Merah
dan Buk Tuty juga membalas maaf kepada peneliti.
Peneliti langsung pulang kerumah dan segera berangkat ke kantor Sei Merah
Estate untuk meminta cap stempel PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. serta pamitan
kepada Bang Ardy, Bang Endrik, Bang Edi dan Pak Surya tentunya yang memang
sedang berada di kantor itu. Peneliti tidak menemui bapak manajer Sei Merah Estate
di kantor, tapi peneliti menyampaikan izin dan terimakasih peneliti melalui Bang Agi
yang selaku Ka. Seksi di kantor Sei Merah Estate. Merasa semua keperluan sudah
terpenuhi peneliti mengengkol Vespa peneliti dan segera berangkat pulang ke Medan
tempat asal peneliti yang sebenarnya.

29
Universitas Sumatera Utara