Budaya Korporasi PT. PP. LONSUM Indoneseia, Tbk di Kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa

(1)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Elster, Jon. 2000. Marxisme : Analisis Kritis. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Ernawan, Erni. 2007. Business Ethics. Bandung: Alfabeta.

Haviland, William A. 1998. Antropologi, Edisi keempat jilid I. Jakarta: Erlangga. Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Hesel, Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia.

Keesing, R.M. 1992. Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporter. Jakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 2009. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI-Press.

Kotter, John P. dan James L. Heskett. 1997. Dampak Budaya Perusahaan Terhadap

Kinerja. New York: The Free Press A Division Simon and Schuster Pte. Ltd.

Margono. 1997. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moeljono, Djokosantoso. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT. Gramedia.


(2)

2 Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.

Samovar, Larry A., Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel. 2010. Komunikasi

Lintas Budaya, Edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.

Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisas. Yogyakarta: UPM STIM-YKPN. Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Tika, Pabundu. 2005. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja Konsep, Desain, dan Teknik

Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Bandung: Erlangga.

Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi : Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.


(3)

Sumber Internet :

http://www.londonsumatra.com/content.aspx?code=10000000 (kamis, 12-10-15 jam 15.10 WIB)

https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan#Jenis-jenis_perusahaan (kamis, 12-10-15 jam 16.04 WIB)

http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-korporasi- menurut-pakar.html


(4)

47 BAB III

BUDAYA KORPORASI DAN PENERAPANNYA DI KANTOR DIVISI SEI MERAH PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk.

Pada bab ini peneliti akan membahas rumusan masalah pertama mengenai bagaimana budaya korporasi dan penerapannya di Kantor Divisi Sei Merah PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. Bagaimana para karyawan di kantor Divisi Sei Merah tersebut bekerja sehari – hari akan menunjukkan suatu kebiasaan karyawan dalam bekerja. Dalam bab ini akan menjabarkan jawaban dari rumusan masalah tersebut dari struktur kerja karyawan perusahaan maupun buruh harian yang merupakan bagian dari pekerja di kantor Divisi. Fungsi kerja dari masing – masing karyawan juga akan dapat terlihat jelas.

3. 1. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan 3. 1. 1. Visi Perusahaan

Visi dari Lonsum adalah To be the Leading 3C (Crops, Cost, Conditions)

and Research Driven Suistanble Agribusiness yaitu menjadi perusahaan

agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal Tanaman – Biaya – Lingkungan (3C) yang berbasis penelitian dan pengembangan. Visi ini di rumuskan dari beberapa komponen yaitu :


(5)

a. Leading : Better than best, role mode (leaders/organization)

- Crops – quality plantations (estate performance), appropriate infrastructure

- Cost – low cost

- Condition – conducive working environment, conducive social environment

b. Research Driven – Breeding, consultative servise (External and Internal) c. Suistanble Agribusiness – Very Long Business

Visi perusahaan adalah sesuatu yang penting, karena visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita – cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Secara singkat dapat dinyatakan, visi adalah pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Perusahaan membutuhkan visi yang dapat digunakan sebagai :

1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan.

2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya. 3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan (corporate culture) 3. 1. 2. Misi Perusahaan

Menurut Wheelen, Wibisono (2006) misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa (Wheelen dalam Wibisono, 2006: 46). Tujuan dari pernyataan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan akan menuju. Oleh


(6)

49 karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam suatu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang terkait.

Lonsum memiliki Misi : To add Value for stakeholders in Agribusiness yakni menambah nilai bagi “stakeholders” di bidang agribisnis. Misi ini memiliki beberapa komponen penting yaitu :

a. Add Kaizen (Incremental), yang terdiri dari : Leading (exponential) dan

Innovation.

b. Value Profit, yakni : People (Employee and Community) dan Planet

(Suistanable environment)

c. Stakeholders Shareholder : Employee, Community, and Suistanble

Environment.

d. Agribusiness – Suistanaible and integrated Agribusiness.

3. 1. 3. Nilai Perusahaan

Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; Kami menjalankan usaha kami dengan menjungjung tinggi integritas; Kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan secara bersama – sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi yang berkelanjutan.

Nilai – nilai perusahaan tersebut lah yang menjadi nilai dasar para karyawan emban dalam bekerja sehari – hari. Nilai yang diciptakan oleh perusahaan akan menjadi keharusan para karyawan gunakan sebagai acuan mereka dalam bekerja maupun bersosialisasi sesama karyawan. Setiap kegiatan yang terjadi di ruang lingkup perusahaan akan terus menjunjung tinggi nilai – nilai perusahaan yang telah diciptakan untuk mendapatkan tujuan suatu perusahaan.


(7)

3. 2. Fungsi dan Struktur Organisasi PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.

Berikut adalah pemaparan bagian dari struktur organisasi PT. PP. Lonsum Indonesia, Tbk. serta fungsi dari bagiannya masing – masing dalam bekerja, yaitu:

1. Board of Commisioner

Dewan Komisaris adalah posisi yang tertinggi dalam struktur organisasi di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Medan. Posisi ini dikuasai oleh pemegang saham yang pengangkatannya ditunjuk/disahkan oleh pemegang saham. Wewenang dan tanggung jawab dari Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:

a. Mengawasi pekerjaan Direksi.

b. Berhak memeriksa dokumen, gedung dan kekayaan perusahaan. c. Meminta berbagai keterangan dari Direksi yang berkenaan

dengan kepentingan perseroan.

d. Berhak memeriksa atas beban perusahaan serta meminta bantuan ahli untuk melakukan pemeriksaan.

e. Berhak meminta agar Presiden Direktur memanggil para Persero untuk menyelenggarakan Rapat Luar Biasa.

f. Mempertimbangkan serta memutuskan laporan tahunan dan program kerja tahunan yang diajukan Presiden Direktur.

g. Menyetujui kebijaksanaan Presiden Direktur dalam penggunaa n kekayaan menurut cara pandang yang baik.


(8)

51 2. President Director

Presiden Direktur adalah pemimpin tertinggi yang berkuasa penuh terhadap perusahaan dengan berkewajiban mengusai pekerjaan para direktur. Presiden Direktur berkewajiban mempertanggung jawabkan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan kepada Dewan Komisaris. Wewenang dan tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah sebagai berikut:

a. Membuat kebijaksanaan yang diperlukan dalam perusahaan. b. Mengatur strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat

berjalan dengan lancar.

c. Merencakan dan mengendalikan kebijaksanaan keuangan yang dibuat oleh bagian keuangan termasuk menyetujui anggaran belanja perusahaan.

3. Director Research

a. Mengadakan diskusi dan menemani para ahli dari kons ultasi perusahaan selama kunjungan ke perusahaan.

b. Mengontrol produksi bibit sawit, karet, dan hasil pemeliharaan bibit unggul.

4. Director Production

a. Bertugas dan bertanggung jawab atas perencanaan, pengaturan bidang produksi termasuk kelancaran proses produksi baik kualitas maupun kuantitas.


(9)

5. Director Accounts

a. Merencanakan dan mengawasi keuangan perusahaan dalam hal pengadaan dana agar tidak terjadi suatu pemborosan atau penggunaan uang yang tidak tepat.

b. Mengawasi dan mengatur karyawan bagian keuangan. c. Bertanggung jawab terhadap pembukuan laporan keuangan. d. Mengendalikan atau mengadakan pengawasan terhadap arus

uang masuk dan keluar. 6. Inspectorate

a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan. b. Mengadakan percobaan – percobaan terhadap tanah, bibit dan

lain – lain baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual. 7. Estate Departement

a. Membuat laporan bulanan dan tahunan. b. Memperkirakan pengeluaran tahunan.

c. Menunjukkan hasil panen bulanan dan laporan hasil panen tengah bulan.

d. Mengatur peredaran uang tunai. e. Membuat laporan rutin ke pemerintah. f. Membuat perbandingan harga tiap bulan. g. Mengurus penjualan bibit.

h. Mengatur pemakain modal. i. Mengurus pembelian.


(10)

53 j. Menganalisa daun tanaman.

8. Bahlias Research Station (North Sumatera and South Sumatera) a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan. b. Meneliti dan mengadakan percobaan – percobaan terhadapan

tanah, bibit, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual. 9. Seed production section

Bertugas khusus untuk memproduksi benih seperti sawit, coklat dan karet baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.

10. Tissue Cultur

a. Melakukan pengembangan bibit dan menggunakan kultur jaringan.

b. Melakukan penelitian atas bibit – bibit tersebut. 11. Management Departement

a. Mengadakan perencanaan tenaga kerja, training, kenaikan pangkat sampai pada masalah pemberhentian maupun pensiun. b. Mengurusi segala macam sekretariat, pengaturan perjalanan

tamu – tamu perusahaan, tiket, akomodasi, dll.

c. Mengurus hal – hal yang berhubungan dengan hukum, agraria, perizinan, dan keamanan.

d. Bertindak sebagai public relation perusahaan.

e. Mengawasi masalah umum di dalam perusahaan baik itu masalah karyawan, staf maupun masyarakat yang mempunyai hubungan dengan perusahaan.


(11)

12. Training Section

a. Merencanakan training.

b. Mengadakan pelatihan – pelatihan kepada tenaga kerja yang baru maupun yang lama baik staf maupun karyawan.

13. General and Home Affect

Menangani dan mengendalikan masalah, problem, dan gangguan yang terjadi di rumah atau kediaman atau di mana saja untuk para Dewan komisaris, Presiden Direktur dan Direktur.

14. Clinic Section

Menangani pengobatan para staf dan karyawan kantor di klinik – klinik dan juga pelayanan yang diberikan oleh medis yang disediakan perusahaan. 15. Draffing Section

a. Membuat gambar bangunan dan pabrik.

b. Membuat peta – peta kebun Commodity Section.

c. Menerima pesanan konsumen terhadap hasil produksi yaitu kelapa sawit, karet dan coklat.

d. Mengirimkan pesanan. 16. Estate Departement

a. Melakukan evaluasi terhadap tugas Inspector. b. Melakukan pengontrolan data perkebunan.

c. Bertanggung jawab terhadap kegiatan bidang tanaman.

d. Mengevaluasi cara kerja para karyawan dan staf yang meneliti tanaman.


(12)

55 17. Development Officer

Bertanggung jawab atas lahan yang akan dipergunakan untuk penanaman bibit.

18. Personnel Section

a. Mendokumentasikan kartu dan berkas staf dan karyawan.

b. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian staf, karyawan dan buruh.

c. Mengurus acara – acara keagamaan.

d. Mempersiapkan dokumen dan izin yang diperlukan baik untuk karyawan maupun pihak luar.

e. Memeriksa dan mengontrol rekening pengobatan pada klinik pada perusahaan.

19. Public relation / security

a. Sebagai utusan / perwakilan perusahaan untuk menghadiri undangan baik dari perusahaan ataupun relasi.

b. Mewakili perusahaan dalam pameran dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan.

c. Menangani masalah – masalah yang terjadi baik di kantor maupun di perkebunan seperti demonstrasi dan sekaligus juga sebagai pihak yang menggunakan situasi.


(13)

20. General Affairs Department

Berfungsi sebagai bagian umum yang tugasnya untuk memberikan pelayanan bagian umum seperti membuat surat – surat dinas, surat perjalanan dinas, cuti karyawan, kesehatan, keagamaan, olahraga, humas, serta bidang- bidang umum lainnya.

3. 3. Tanggung Jawab Perusahaan

Perusahaan yang akuntabel akan memperhatikan tanggung jawab perusahaan atau sering disebut CSR (Corporate Social Responsbility) nya semaksimal mungkin yang akan didukung oleh semua insan perusahaan yang bersih (good corporate governence). Lonsum menggabungkan fungsi Lingkungan dan Komunitas menjadi satu Departemen yaitu Environment & CSR Coordination untuk memastikan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat dikoordinasikan secara lebih baik dan efektif.

Disadari bahwa komunitas merupakan suatu pemangku kepentingan yang berarti bagi bisnis Lonsum. Karena itu mereka yang tinggal di sekitar lingkungan operasional Lonsum perlu mendapat perhatian dalam penentuan Kebijakan Lingkungan Perusahaan dalam hal pengembangan program – program kesejahteraan. Laporan CSR yang terpisah termasuk dalam agenda setiap rapat direksi, dan seluruh proyek yang terkait dengan lingkungan dan komunitas telah digabungkan dalam satu departemen CSR guna menjamin tercapainya tujuan – tujuan secara integral.


(14)

57 Perseroan melanjutkan program – program pengembangan komunitas dalam berbagai aspek yang meliputi pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, layanan masyarakat, infrastruktur, dan bencana alam.

a. Pendidikan

Di tahun 2008, Lonsum memberikan 144 beasiswa bagi murid – murid SD, SMP dan SMA di sekitar lingkungan perkebunan, termasuk memberikan buku – buku dan sejumlah komputer. Perseroan juga melaksanakan rehabilitasi sepuluh bangunan sekolah di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Sebuah program untuk meningkatkan wawasan para guru TK dilaksanakan oleh Lonsum melalui kerjasama dengan Indonesian Heritage Foundation.

b. Kesehatan

Program pemeriksaan kesehatan untuk para ibu dan anak – anak diselenggarakan di salah satu dari empat perkebunan kami di Sumatera Utara. Program tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan ibu – ibu yang melahirkan dan bayinya, pemeriksaan darah, USG, konsultasi kehamilan, dan pemberian susu dan vitamin.

c. Kepedulian Sosial

Selama Lebaran dan Natal tahun 2008, Perseroan menyediakan 6.465 bingkisan bagi keluarga tidak mampu yang tinggal di sekitar perkebunan kami di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Jawa Timur.


(15)

d. Ekonomi

Dalam Upaya untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan komunitas di sekitar perkebunan, perusahaan membe rikan bimbingan penyuluhan dalam peternakan kambing yang dilaksanakan di Sumatera Utara dan Selatan. Program ini berlangsung sukses berkat tekniknya yang mudah, risiko kegagalan yang rendah dan secara relatif hasilnya cepat dinikmati oleh masyarakat.

3. 4. Aktifitas Penerapan Budaya Korporasi

Lokasi penelitian yang ditempati oleh peneliti awalnya dari saran paman teman peneliti. Awal penelitian ditujukan di kantor pusat Medan, namun dikarenakan alasan banyak data yang bocor karena mahasiswa yang magang maka peneliti diajukan untuk melakukan penelitian di kebun Sei Merah, Tanjung Morawa. Segala persiapan surat pengantar dari kampus segera dipersiapkan oleh peneliti. Beliau kemudian membuat surat pengantar dari kantor Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian di lokasi kebun tersebut. Beliau memberikan arahan bagaimana peneliti bisa ke lokasi serta mendapatkan izin sah dari manajer Sei Merah Estate dan rumah tinggal selama penelitian berlangsung.

Sesampainya peneliti di lokasi , peneliti mendatangi kantor satpam dan kemudian peneliti dibawa ke suatu ruangan untuk bertemu dengan bapak manajer kebun. Pak Eddy sesuai dengan paman teman pe neliti sampaikan sebelumnya di Medan untuk dijumpai. Setelah berkenalan Pak Eddy kemudian memperkenalkan peneliti kepada Pak Agy selaku Kepala Seksi untuk menjelaskan lokasi penelitian dan rumah tinggal peneliti di sana. Selama melakukan penelitian, peneliti akan tinggal di


(16)

59 rumah dinas Pak Ardy yang menjabat sebagai pengolah data kebun Sei Merah.

Pak Ardy kemudian mengantarkan peneliti ke rumah dinas yang beliau tempati juga. sesampainya di rumah tersebut Pak Ardy yang kemudian beliau mengatakan cukup panggil Abang saja dari pada Bapak menunjukan ruangan yang menjadi kamar tidur peneliti. Bentuk rumah yang sederhana selayaknya rumah model lama perkebunan yang di kelilingi tanaman sawit dengan jarak yang cukup jauh antar rumah. Bahan rumah sudah permanen dengan bata dan semen dan peneliti akan tinggal bersama bang Ardy kedepannya.

Pada hari kamis tanggal dua bulan oktober pukul lima pagi peneliti dan Bang Ardy sudah bangun dan bergegas untuk memulai aktifitas masing – masing. Bang Ardy kemudian mengantarkan peneliti ke kantor Divisi dan diperkenalkan kepada asisten lapangan Sei Merah. Ir. M. Surya adalah nama beliau selaku as isten lapangan

(field assistant) kebun Sei Merah. Beliau sempat heran dengan peneliti karena paman

teman peneliti adalah keturunan India. Kemudian peneliti menjelaskan kepada beliau bagaimana hubungan peneliti dengan Pak Silen yang adalah paman teman peneliti. Sempat beliau tertawa karena tau peneliti adalah suku batak dan Pak Silen adalah keturunan India. Beberapa pertanyaan mendasar beliau mengenai mak sud dan tujuan peneliti ada di Kantor tersebut menjadi modal awal perkenalan peneliti dengan Bapak asisten lapangan Sei Merah tersebut.

Suatu Ruangan yang sederhana dengan bangunan semi permanen merupakan kantor dari Divisi Sei Merah tersebut. Dinding papan masih terlihat khas zaman dulu tanpa ada perubahan yang berarti. ketika memasuki kantor Divisi, semua karyawan akan menanggalkan alas kakinya di luar. Ruangan tersebut terlihat sangat sederhana tanpa ada alat komunikasi seperti telepon, internet atau bahkan komputer sekalipun.


(17)

Kesan yang peneliti lihat dalam kantor Divisi tersebut sangatlah sederhana dan jauh dari apa yang orang luar bayangkan tentang PT. PP. Lonsum sangatlah modern. Di kantor hanya terdapat Pak Surya, seorang ibu karyawan , seorang bapak serta dua muda – mudi yang sedang bekerja di dalam.

Pak Surya kemudian memperkenalkan peneliti kepada Buk Tuty selaku

Division Clerk untuk menunjukkan kegiatan sehari – hari yang akan peneliti lakukan. Peneliti pun kemudian berkenalan dengan Buk Tuty dan Pak Surya pergi untuk bekerja ke lapangan. Peneliti juga berkenalan dengan dua orang PW (Piece Work) Ganang dan Pinka. Buk Tuty menyuruh peneliti untuk mengikuti kegiatan dari Bang Ganang dan Kak Pinka dalam bekerja. Pekerjaan mereka berdua adalah membantu kerjaan Buk Tuty dalam mengisi data – data mentah yang masuk dari mandor sehari – harinya.

Bang Ganang yang adalah mahasiswa perguruan tinggi swasta di Medan. Beliau bekerja di kantor Divisi sembari kuliah walaupun orangtuanya kurang setuju akan kegiatannya. Bang Ganang bekerja menggunakan laptop miliknya sendiri untuk mengolah data mentah yang akan diserahkan kemudian kepada bagian data Sei Merah Estate. Peralatan komputer maupun printer yang seharusnya menjadi fasilitas kantor tidak ada sama sekali disediakan oleh pihak perkebunan. Jadi beliau harus memiliki laptop sendiri dan jika harus memprint data, beliau harus ke kantor Estate untuk memprint hardcopy maupun menyerahkan flasdisk untuk mengirim data.

Kuliah Bang Ganang sudah diaturnya untuk masuk sore sampai malam agar kerjanya tidak terganggu. Namun orangtuanya kurang setuju karena takut akan mengganggu kuliahnya. Apalagi gaji yang diterima nya tidaklah sebanding dengan banyaknya kerjaan yang beliau terima. Awalnya beliau mau bekerja di kantor Divisi


(18)

61 hanya untung iseng – iseng saja mengisi waktu luang kuliah saja sekalian untuk bantu – bantu uang kuliah beliau. Peneliti melihat sosok Bang Ganang sangat diperlukan oleh Pak Surya dalam mempersiapkan data – data lapangan untuk kemudian Pak Surya persentasikan di Sei Merah Estate. Entah kenapa fasilitas dari Estate masih saja tidak ada yang mendukung kerjanya.

Peneliti hanya memperhatikan Bang Ganang mengetik data mentah yang diolahnya ke laptopnya. Sampai pada jam Sembilan lewat tiga puluh menit pagi mereka menghentikan kerjaan masing – masing. Jam istirahat mereka di kantor Divisi dimulai. Peneliti ditawarin 4wolen oleh Buk Tuty dan karyawan lainya sembari

mengeluarkan bekal mereka masing – masing. Karena peneliti masih baru di sana maka peneliti menolak ajakan mereka dengan alasan sudah sarapan pagi tadi sebelum ke kantor dan mereka pun melanjutkan wolen mereka masing – masing. Peneliti kembali kerumah tinggalnya yang terletak di belakang kantor Divisi untuk sekedar melepas dahaga dan merebah sejenak.

Gambar 7. Kantor Divisi Sei Merah

4


(19)

Pagi jam sepuluh jadwal istirhat selesai dan peneliti kembali ke kantor Divisi. Sesampainya di kantor Bang Ganang tidak terlihat di kantor. Buk Tuty mengatakan bahwa Bang Ganang lagi di kantor Sei Merah Estate karena dipanggil Pak Surya. Peneliti kemudian disuruh untuk membantu kerjaan Kak Pinka dalam mencatat data mentah mandor ke buku. Awalnya peneliti hanya melihat – lihat apa yang dikerjakan oleh Kak Pinka agar kerjanya tidak terganggu. Peneliti melihat begitu banyak data mandor yang harus beliau pindahkan dan merumuskannya kembali sesuai ketetapan perusahaan.

Kak Pinka adalah karyawan harian (PW) sama halnya Bang Ganang, tapi Kak Pinka tidak ada kuliah lagi. Ayah beliau bekerja sebagai security di Sei Merah Estate. Beliau pun dapat peluang bekerja di Sei Merah Estate karena rekomendasi ayah beliau. Peneliti melihat tugas yang diberikan kepada beliau sendiri sangatlah banyak. Apalagi beliau juga harus memindahkan data tersebut ke laptop yang juga merupakan milikya pribadi tanpa ada fasilitas dari pihak perusahaan PT. PP. Lonsum. Mereka seakan dibebani harus wajib memiliki laptop sendiri untuk mengerjakan kerjaan mereka dengan beban data mentah yang cukup banyak.

Pada ke tujuh penelitian, selasa tanggal tujuh bulan Oktober Sei Merah Estate kedatangan tamu dari LKBM Medan. Di Kantor Divisi Sei Merah terdapat Pak Surya dan Pak Eddy yang sedang mempersiapkan denah lokasi lapangan. Pak Surya mengajak peneliti untuk ikut serta kelapangan melihat kegiatan LKBM di lapangan. Tibalah dua orang perempuan dan laki – laki dari bus selaku LKBM tersebut. Setelah mereka briefing sesaat lalu bertolak ke lapangan yang akan tim LKBM survei nantinya.


(20)

63 Kegiatan tersebut dibantu oleh mandor pestisida Bang Havis dan beberapa anggotanya. Satu demi satu pokok sawit didata mereka sebagai simple data. Tim LKBM adalah tim khusus yang dibentuk oleh PT. PP. Lonsum dari tamatan SMA untuk disebar ke kebun – kebun Lonsum sebagai tim survei lapangan. Pak Eddy mengatakan bahwa sekarang ini segala sesuatunya memang sudah mulai ketat. Hal itu disebabkan IndoAgri adalah pemilik perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. saat ini.

Gambar 8. Map tahun tanam Sei Merah Estate

Ketika di tengah perjalanan mendata pokok sawit, terdengar Pak Eddy sedang menelepon seseorang. Kemudian Pak Eddy menceritakan kepada Peneliti bahwa ada orang yang ketangkap oleh centeng kebun mencuri buah sawit di kebun. Pak Eddy menyuruh centeng untuk membawa mereka ke Polres dan difoto untuk dokumentasi. Beliau memang sudah banyak menangkapi pencuri buah sawit selama menjabat


(21)

manajer di Sei Merah Estate. Biasanya pelaku akan dibawa ke Polre s untuk ditindak lebih lanjut. Namun banyak dari mereka akan ditebus oleh pihak keluarga mereka masing – masing. Menurut Pak Eddy warga sekitar kebun lah yang sering mengambil buah sawit tersebut. Pengambilan buat sawit terkadang dilakukan secara paksa, di mana buah sawit masih muda dan belum waktunya di panen. Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan pokok sawit yang bisa mengakibatkan buah yang nantinya tumbuh lagi bisa cacat produksi. Tengah hari mereka kembali ke kantor Divisi Sei Merah untuk rehat dan wolen di sana dan aktifitas akan dilanjutkan kembali jam dua siang nanti.

Jam dua siang mereka dan peneliti memulai kembali kegiatan survei ke lapangan yang berbeda. Lokasi yang mereka survei terlihat pokok yang sudah tinggi dan lebih tua dari pokok sawit di lapangan sebelumnya. Pro ses pemeriksaan pohon yang satu – satu secara detail membuat terasa lama. Ketika karyawan LKBM berada di depan anggota Bang Havis, Pak Eddy mengatakan kepada mereka agar mempercepat proses pendataan pokok sawit. Pak Eddy mengarahkan mereka agar tidak terlalu jujur dalam memberikan data. Pihak perusahaan tidak pernah tau apa yang sebenarnya dikerjakan di lapangan, jadi jika mereka memberikan informasi data pokok sawit yang sebenarnya itu malah akan membuat rapot yang buruk bagi mereka.

Ibarat kuda di kota Berastagi, di mana mata kuda itu ditutup dari sisi kanan dan kiri agar pandangannya fokus ke depan saja. Pak Eddy menjelaskan kepada anggota pestisida Bang Havis supaya lebih menonjolkan pokok yang bagus dan mengurangi pokok sawit yang kurang bagus. Tim LKBM memang hanya mencatat seluruh apa yang mereka lihat langsung tanpa peduli bagaimana proses pokok sawit tersebut terbentuk. Terasa hari sangat melelahkan dengan mengitari beberapa


(22)

65 lapangan kebun sawit. Sampai akhirnya jam e nam sore pendataan pokok sawit pun selesai dan kembali ke kantor Divisi Sei Merah untuk pulang.

Pagi hari besoknya peneliti kembali ke kantor Divisi Sei Merah dengan semangat akan mendapatkan pengalaman yang baru lagi. Terlihat beberapa mandor dan angota-angotanya berkumpul di depan pintu kantor untuk melakukan briefing sebelum melakukan pekerjaan mereka masing – masing pada hari itu. Kegiatan dipagi hari seperti itu sudah merupakan hal wajib yang mereka lakukan untuk menginstruksikan kegiatan apa saja yang akan dilakukan di lapangan serta apa yang mereka butuhkan untuk bekerja. Kegiatan tersebut dilakukan sek itar setengah jam sampai masing – masing mandor dengan anggotanya b ubar. Peneliti kembali membantu kerjaan Kak Pinka dan Bang Ganang yang diberikan oleh Buk Tuty.

Hari itu Kak Pinka mengerjai menghitung daily harvest cost masing – masing mandor panen. Setiap pagi peneliti melihat seluruh mandor panen menyerahkan data manen yang dikerjakan mereka. Kemudian Kak Pinka mengolah data lapangan mandor panen ke buku besar Divisi Sei Merah. Setiap lapangan yang dipanen memiliki rumus yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan untuk menghitung berapa upah yang akan diterima PW maupun DRP yang manen saat itu.


(23)

Gambar 9. Buku pendataan Daily Harvesting Cost Sei Merah

Kak Pinka yang bertugas membantu mengerjakan pekerjaan Buk Tuty sering kelihatan lelah karena beban tugas yang dirasanya begitu banyak. Setelah penghitungan rumus DHC panen selesai, peneliti kemudian membantu beliau untuk mencatat hasil penghitungannya ke mading depan kantor. Hasil yang ditulis didepan mading bertujuan agar keterbukaan hasil upah yang akan diterima PW saat manen. Dari hasil penghitungan tersebut mereka juga dapat tau siapa PW yang bekerja dan yang tidak hadir pada hari kerja. Hasil upah yang mereka dapat sesuai dengan berat jumlah janjang buah yang mereka panen di setiap lapangan pokok kelapa sawit. Siang harinya peneliti bertemu dengan Mandor Suhaidi di kantor Divisi. Mandor Suhaidi mengatakan saat memanen buah sawit, mereka tidak boleh sembarang manen buah. Mandor melihat jatuhnya lima buah brondolan sawit yang menandakan buah sawit siap panen.


(24)

67 Gambar 10. Papan Mading Daily Harvesting Cost Sei Merah

Setiap melakukan manen mandor panen selalu mengawasi anggotanya dalam memanen dan mereka akan diawasi oleh Pak Satu sebutan bagi mandor satu yaitu Pak Kusno. Hasil panen tiap lapangan akan dibagi oleh mandor. Mandor satu, mandor panen, DRP panen, dan centeng. Mereka akan bekerja sama dalam menjaga hasil panen yang banyak serta menjaga hasil buah yang akan diangkut dari orang – orang yang hendak mencuri hasil buah.

Pak Suhaidi selaku mandor satu bercerita – cerita mengenai keluarganya sembari mengerjai laporan tertulis mandor saat panen. Beliau me ngatakan kepada peneliti bahwa ia memiliki seorang putra dan putri yang kuliah di Medan. Anak laki – laki beliau sempat tidak mau kuliah karena lebih memilih untuk langsung kerja saja. Namun karena Pak Suhaidi bekerja di situ juga tamatan sarjana maka beliau memaksa putranya untuk kuliah sembari bekerja di kebun perusahaan. Beliau tidak mau anaknya kerja tanpa ada ilmu yang bisa menjamin kehidupannya jika putranya tidak diterima menjadi karyawan DRP di PT. PP. Lonsum tersebut. Beliau sempat ragu


(25)

akan putranya tersebut apakah putranya benar – benar mengikuti perkuliahannya di Medan atau tidak.

Berbeda dengan putri Pak Suhaidi, beliau banyak menawari anaknya untuk kerja tapi putrinya lebih memilih kuliah dari pada bekerja. Pak Suhaidi mengatakan kalau orang yang kerja di kebun seperti ini sangat jarang anak – anaknya yang memilih untuk melanjutkan jenjang sekolahnya ke bangku perkuliahan. Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk bekerja menghasilkan uang yang kemudian membeli sepeda motor lalu menikah. Pemikiran Pak Suhaidi yang peneliti lihat lebih maju dari karyawan yang lainnya mungkin karena beliau adalah tamatan sarjana. Sehingga anak – anaknya pun tidak mau seperti anak – anak yang lain yang hanya memikirkan mendapatkan uang.

Putra beliau memang ikut bekerja di kebun perusahaan untuk menambah uang jajan anaknya. Pak Suhaidi tetap bertanggung jawab akan uang kuliah putranya di Medan dengan harapan anaknya akan lebih sukses darinya nanti. Istrinya membuka warung makan di rumah mereka, dari pendapatan jual makan itu saja sudah bisa memenuhi dapur mereka kata Pak Suhaidi kepada peneliti. Tidak terasa pembicaraan tersebut telah jam dua siang, di mana jam segitu adalah jadwal berakhir jam kerja para karyawan Divisi. Peneliti membantu mereka bersih – bersih serta menutup jendela dan kemudian pulang sama – sama.

Pagi subuh seperti biasa peneliti datang ke kantor Divisi Sei Merah dan melihat proses briefing dari Pak Eddy kepada seluruh karyawan Divisi sei Merah. Pagi itu tanah memang becek dikarenakan gerimis yang turun. Terlihat tanah liat yang berserakan di sekeliling kantor akibat para karyawan yang hendak mendapat pengarahan dari asisten lapangan Divisi Sei Merah. Sekitar jam tujuh pagi matahari


(26)

69 mulai bersinar dan gerimis pun telah berhenti. Bang Ganang, Kak Pinka dan peneliti membersihkan teras kantor yang kelihatan jorok oleh bekas pijakan tanah liat. Buk Tuty, Pak Udin dan Bang Pion sibuk mengerjakan berkas yang akan mereka kerjakan hari itu.

Setelah membersihkan pekarangan kantor mereka pun istirahat dan kemudian

wolen bersama. Ketika itu Pak Surya datang dengan membuka sepatunya di luar dan

masuk kantor tanpa sepatu. Pak Surya menawari peneliti untuk ikut dalam proses pemupukan pokok sawit pagi itu. Kemudian Beliau mengantarkan peneliti ke gudang sebelah kantor Divisi untuk bertemu dengan supir truk yang akan membawa pupuk ke lapangan yang akan dipupuk. Peneliti pun berkenalan dengan supir truk tersebut di dalam truk sembari pergi menuju lapangan yang nantinya dituntun oleh mandor Mariono di sana.

Bang Toyo dulunya adalah kernek truk yang dibawanya de ngan status karyawan PW. Setelah sekian lama Bang Toyo menjadi kernek truk hingga mahir dalam mengoprasikannya. Sekarang Bang Toyo sudah diberi kepercayaan sebagai operator truk dengan status sebagai karyawan DRP. Beliau telah berumah tangga dan mendapati rumah tinggal dari pihak perusahaan. Peneliti dibawa keliling – keliling kebun untuk mengantarkan pupuk yang ada di dalam bak truk. Di setiap titik yang telah ditentukan, anggota mandor Parlindungan sudah ada yang menunggu untuk menurunkan pupuk dari dalam bak truk. Terlihat banyak pekerja harian lepas yang menunggu pupuk datang untuk disiangi secara manual.

Tengah hari pekerjaan mengantarkan pupuk pun berhenti sejenak untuk istirahat. Bang Toyo serta beberapa anggota mandor Parlindungan yang menurunkan pupuk pun mengeluarkan bekal mereka masing – masing. Peneliti ditawari untuk ikut


(27)

wolen bersama mereka, namun peneliti menolaknya. Terlihat mereka begitu

menikmati bekal yang mereka bawa sambil berbincang – bincang ringan. Selesai mereka wolen mereka menghisap rokok mereka sambil membereskan tempat bekal mereka dan bersiap – siap untuk melanjutkan kerjaan melangsir pupuk di dalam bak truk ke lapangan pokok sawit lainya. Setelah selesai melangsir pupuk tersebut peneliti pun di antar kembali ke kantor Divisi. Sesampainya di kantor Divisi, peneliti kemudian izin pulang karena sudah jam dua siang waktunya selesai bekerja.

Gambar 11. Gudang Divisi Sei Merah

Sesampainya peneliti di rumah tinggal, peneliti keluar rumah mencari kede makan karena belum ada makan saat jam istirahat tadi. Tidak jauh dari rumah itu ada rumah yang sekalian menjual makan di pekarangan rumahnya. Peneliti pun memesan mie instan dan nasi putih untuk dimakan. Ibuk penjual pun masuk ke dapur dan masak pesanan peneliti. Tinggal lah peneliti dan suami ibu itu di halaman rumah yang dijadikan kede makan tersebut. Peneliti melakukan beberapa pendekatan dengan memperkenalan diri kepada bapak itu terlebih dahulu.


(28)

71 Bapak itu adalah pensiunan karyawan DRP perusahaan dalam hal memanen buat sawit di lapangan. Ayah dari Bapak itu perantauan dari pulau Jawa yang terikut masa transmigrasi besar – besaran ke pulau Sumatera. Ayah beliau dulunya pekerja PT. PP. Lonsum juga sebagai pemanen buah sawit. Sejak kecil bapak itu sudah diajak bekerja memotong dahan pokok sawit serta menggunakan 5eggrek untuk alatnya.

Sehingga masa sekolah bapak itu sudah ikut bekerja di kebun bersama ayahnya karena sudah terampil dan dipercaya oleh pihak mandor saat itu.

Datang ibu itu dengan membawa makan pesanan peneliti tadi dengan dib antu putrinya sambil menggendong anak kecil. Peneliti kemudian menghabiskan makanan yang dibuat ibu tadi dengan lahapnya karena sudah menahan lapar dari jam istirahat. Sehabis makan peneliti pun kembali berbicara dengan bapak itu tadi untuk melanjutkan ceritanya tadi yang sempat terputus. Bapak itu kini sudah menjadi pengangguran di situ dan rumah tinggal yang seharusnya mereka tinggalkan diberi kompensasi oleh pihak perusahaan sembari menunggu putranya menyelesaikan sekolah tahun ini. Bapak itu sudah mengajukan permohonan ke kantor Estate untuk mempekerjakan putranya di situ agar rumah yang mereka tempati sekarang mendapat izin untuk lanjut ditinggali. Namun pihak perusahaan tidak memberikan jalan untuk anaknya bisa bekerja di perusahaan.

Pagi yang cerah kembali menyambut hari peneliti di lokasi. Peneliti sudah terbiasa mengerjakan menghitung Daily Harvesting Cost tugasnya Kak Pinka dengan rumus yang dicatatnya. Setelah menghitung peneliti juga akan mencatatnya kembali ke papan tulis mading agar karyawan DRP dan PW bisa mengetahui jumlah cost yang dihasilkan. Seperti biasa pagi itu kami wolen bersama di kantor dan saling berbagi

5

eggrek adalah pipa besi panjang yang di ujungnya diikat pisau sabit untuk memotong sesuatu yang tinggi.


(29)

lauk. Hari itu Pak Surya ikut wolen bersana di kantor sembari menawarkan peneliti agar selepas itu untuk ikut mereka mupuk di lapangan dengan mesin jonder. Peneliti kemudian bergegas ke rumah tinggal untuk mengganti sepatu agar mudah dilapangan nantinya.

Gambar 12. Mesin jonder dengan alat spin

Peneliti menuju lokasi ditemani oleh Bang Zulfirman karena beliau juga akan mengawasi proses pemupukannya. Sewaktu menunggu mesin jonder dan pupuk peneliti berbincang – bincang seputaran kebun di perusahaan itu. Beliau mengatakan bahwa banyak pokok sawit yang mati dikarenakan ulah warga sekitar kebun. Pensiunan dari perusahaan tersebut juga ada yang ikut meracun pokok sawit agar mati. Sebagian lahan kebun PT. PP. Lonsum di Sei Merah Estate ini ada yang disengketakan oleh warga sekitar kebun. Mereka mengklaim bahwa lahan mereka telah diambil oleh pihak perusahaan. Warga pun terkadang melakukan demo besar –


(30)

73 besaran ke kantor Sei Merah Estate sehingga pihak perusahaan meningkatkan penjagaan di lahan sengketa tersebut.

Pada waktu dulu ada masa dimana pokok sawit banyak diserang oleh jamur dari dalam pokok sawit. Setelah dilakukan penelitian, oleh pihak perusahaan melobangi pokok sawit yang terserang penyakit untuk memasukkan obat kedalam pokok sawit. Hasil dari pelobangan itu mengakibatkan pokok sawit berlobang dan dari situ lah warga kembali memasukkan racun ke dalam pokok sawit agar mati. Setelah mengetahui itu kemudian pihak perusahaan memberikan semen ke pokok sawit yang masih hidup. Pokok sawit yang sudah terkena racun akan ditebang dan dilakukan penanaman ulang pokok sawit.

Mesin jonder tersebut kemudian datang dengan truk pembawa pupuk beser ta Pak Satu. Kemudian mereka merencanakan alur penggunaan mesin tersebut. Mesin jonder digunakan untuk pemupukan pokok sawit dengan kontur lahan yang bergelombang dan tidak rata. Pemupukan dengan mesin jonder dan alat spin memang sangat membantu dalam pemupukan di lokasi tersebut. Bang Zul sebagai kerne t dan Pak Yono pengemudi terlihat sangat mahir dalam menjalankan mesin jonder tersebut. Peneliti senyum – senyum dengan Pak Satu melihat kemahiran Pak Yono yang sudah tua itu lihai di lokasi yang terjal dalam mengoperasikan mesin jonder tersebut.

Sewaktu proses pemupukan berlangsung Pak Surya pun datang untuk melihat proses pemupukan dengan mesin jonder berlangsung. Pak Surya mengatakan bahwa sangat disayangkan kalau tahun depan Pak Yono sudah harus pensiun dari perusahaan. Dikarenakan keahlian beliau dalam mengoperasikan mesin jonder di tanah yang terjal dan belum adanya operator mesin yang bisa mengoperasikannya. Pak Satu juga


(31)

mengatakan bahwa dirinya juga akan pensiun tahun depan jadi beliau tidak perlu pening – pening mencari pengganti Pak Yono sebagai operator mesin jonder.

Gambar 13. Proses pemupukan

Peneliti menayakan mengenai lahan Sei Merah Estate yang akan digunakan pihak pemerintah untuk dijadikan jalan tol. Pihak perusahaan PT. PP. Lonsum di Sei Merah Estate baru saja memperpanjang HGU (Hak Guna Usaha) selama seratus tahun. Pemerintah mencanangkan memberikan ganti rugi pokok yang akan ditebang pada areal yang akan digunakan sebagai jalan tol nantinya. Pihak perusahaan awalnya memberi harga empat juta per pokok sebagai ganti rugi yang akan ditanggung pemerintah. Hasil dari negoisasi antara pihak perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. dengan pemerintah mencapai kesepakatan diharga dua juta per pokok kelapa sawit. Tentu itu sangat merugikan pihak perusahaan dikarenakan luas areal yang akan diambil alih fungsi oleh pemerintah sekitar tiga belas hektar. Pak


(32)

75 Surya menyuruh peneliti untuk melihat ke lokasi yang akan dijadikan jalan tol oleh pemerintah.

Gambar 14. Areal perusahaan yang dialihfungsikan jalan tol

Sepulang peneliti dari lokasi pembangunan jalan tol kemudian menjumpai Pak Surya kembali di lokasi lapangan yang sedang di jonder. Peneliti melihat beberapa pokok sawit yang terlihat rapuh dan ditumbuhi oleh jamur. Pak Surya menjelaskan bahwa itu adalah penyakit bagi pokok sawit yang disebut ganoderma. Pak Surya menjelaskan kepada peneliti bahwa ganoderma adalah suatu penyakit bagi pokok kelapa sawit yang diibaratkan seperti penyakit kanker. Tumbuhnya jamur pada pokok sawit tersebut akan perlahan menggrogoti jaringan pada pokok dan kemudian akan rapuh serta mati dengan sendirinya. Sampai saat ini penyakit itu masik belum ditemukan obatnya, jadi jika ada pokok kelapa sawit yang terkena genoderma akan dibiarkan mati dengan sendirinya.


(33)

Gambar 15. Pokok kelapa sawit yang terkena ganoderma

Penebaran pupuk dengan mesin jonder sudah selesai dikerjakan siang itu. Peneliti dan yang lainnya berkumpul untuk pulang menuju kantor Divisi Sei Merah. Sesampainya peneliti di kantor Divisi, terlihat semua sibuk akan kerjaannya masing – masing. Mandor Arief kemudian terdengar mengeluh akan banyaknya catatan mandor setiap hari yang dicatat. “sampai – sampai nyentuh istriku aja enggak sempat di rumah”, kata Pak Arief memecah suasana sibuk di dalam kantor. Seketika seluruh karyawan di dalam kantor melihat Pak Arief sambil tertawa melepas penat.

Berasan di kantor Divisi Sei Merah dilakukan setiap pertengahan bulan. Siang itu ketika kerjaan di kantor sudah hampir rampug datang lah beberapa orang yang membersihkan teras kantor. Terpal ditebar lebar di teras kantor dan tidak lama satu mobil truk sedang datang membawa beberapa karung. Peneliti melihat keadaan di luar kantor dan Kak Pinka memberitahu bahwa akan ada berasan. Pekerjaan yang sehari – hari dilakukan pun diselesaikan dan ikut membantu proses berasan pada saat


(34)

77 itu. Sebagian karung beras diambil dari sisa berasan sebelumnya di gudang belakang kantor. Setelah semua disusun rapi di teras kantor timbangan pun digantung.

Gambar 16. Suasana berasan di kantor Divisi Sei Merah

Sembari menunggu Buk Tuty datang dari kantor Sei Merah Estate para karyawan dibariskan rapi di teras kantor. Buk Tuty datang dengan membawa buku untuk mendata jatah para karyawan yang akan mendapatkan jatah berasan. Kebanyakan yang datang untuk mengambil jatah berasan adalah istri dan anak – anak dari karyawan. Pembagian beras pun dilakukan dari barisan paling depan. Awal barisan masih rapi dan beraturan, namun karena merasa lama mengantri yang mengantri di belakang mulai mendesak kedepan sehingga yang mengantri mulai berdesakan. Dikarenakan mereka saling mengenal jadi kejadian itu mereka anggap sebagai candaan tanpa ada yang marah karena berdesakan mengantri jatah beras. Peneliti melihat beras yang dibagikan adalah jenis beras catu yang jarang sekali masyarakat umum membelinya.


(35)

Minggu terakhir peneliti di Divisi Sei Merah pun akan berakhir. Peneliti mendapat kesempatan untuk mengikuti Pak Arief untuk mengikuti proses memanen buah sawit. Pagi itu peneliti kembali kerumah untuk mengganti sepatu lapa ngan dan membawa kendaraan sendiri. Pak Arief sudah bersiap di depan kantor Divisi Sei Merah dan tidak menunggu lama langsung menuju kebun tempat lapangan yang akan di panen. Di lokasi panen para karyawan manen sedang menunggu kehadiran mandor panen mereka untuk mendapatkan pengarahan terdahulu. Setelah mendapatkan pengarahan dari Pak Arief mereka pun langsung mengambil bagiannya masing-masing di lapangan.

Para pemanen terlihat sudah mahir dalam mengeggrek buah sawit dari pokoknya. Peneliti melihat kekompakan setiap tim pemanen, ada yang mengeggrek buah ada yang memantau pokok, ada yang melihat pokok sawit yang sudah produktif serta yang menganggkut janjang buah ke lokasi penjemputan truk. Disela – sela para pemanen terlihat dua orang anak kecil yang masih SD ikut ambil bagian dalam memanen. Tugas mereka hanya mengumpulkan brondolan sawit yang jatuh beserakan disekitar pokok sawit yang telah dieggrek pemanen. Peneliti mendapatkan informasi dari para pemanen bahwa anak SD yang ikut memanen tersebut adalah keluarga salah seorang pemanen yang upahnya didapat dari mereka.


(36)

79 Gambar 17. Anak kecil yang ikut mengumpulkan brondolan sawit

Buah sawit yang jatuh dieggrek oleh pemanen kemudian diangkat ke pinggiran lapangan untuk dikumpulin disatu tempat beserta brondola n sawit yang dikumpulin. Tidak lama beberapa orang akan datang untuk menimbang berat buah yang dikumpulin serta mengangkutnya ke dalam truk. Hasil timbangan buah itulah yang akan dicatat oleh mandor sebagai data mentah di kantor Divisi Sei Merah nantinya. Peneliti melihat mereka mengangkut janjang buah sawit kedalam truk dengan besi berbentuk mata pancing dengan pundak mereka sebagai tumpuannya. Truk akan terus berjalan dan para pengangkut buah sawit akan berlari ketempat yang ada buah sawitnya dengan ditemani Bang Pion untuk mencatat berat panen di setiap lapangan.

Upah harian para karyawan manen tergantung dari jumlah panen yang mereka kumpulkan dihari itu dibagi dengan centeng sebagai penjaga buah sawit yang dikumpulin. Pak Arief mengatakan bahwa buah sawit juga tidak bisa sembarangan dipanen. Para pemanen dan mandor melihat tingkat CPO yang disetejui oleh pihak perusahaan. Jika buah sawit yang dipanen tidak sesuai kriteria perusahaan maka


(37)

hasilnya tidak akan dihitung dan pihak pemanen akan mengganti rugi buah yang dipanen. Mereka akan memanen buah dari pokok sawit setelah melihat lebih dari lima buah brondolan yang jatuh. Hal tersebut menandakan bahwa buah sawit siap untuk dipanen karena memiliki kandungan CPO yang sesuai dengan kriteria perusahaan.


(38)

81 BAB. IV

BUDAYA KORPORASI PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk. DAN AKTIFITAS KARYAWAN DI KANTOR DIVISI

MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI

4. 1. Globalisasi

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan di era globalisasi ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial budaya pada suatu bangsa. Globalisasi juga merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring dan dikontrol.

Globalisasi merupakan hal yang bisa sangat mengerikan jika dapat merubah semua tatanan kehidupan dengan meninggalkan nilai – nilai luhur bangsa. Globalisasi dapat memperluas wawasan budaya, meningkatkan kemampuan asing, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap mental ke arah yang lebih, meningkatkan produktivitas kerja, dan memberikan arah dalam perilaku. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional tidak akan telepas dari pengaruh globalisasi. Namun, dari perubahan –


(39)

perubahan itu justru memunculkan dampak dan manfaat bagi negara Indonesia. Globalisasi menyumbangkan pengaruh besar yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan, baik dalam aspek ekonomi, informasi dan teknologi, budaya, ilmu pengetahuan maupun hukum. Dengan sendirinya tantangan – tantangan pun hadir untuk dihadapi.

Perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. melihat dari sejarahnya pada bab yang sebelumnya banyak mendapatkan perubahan – perubahan dari pemiliknya. Budaya korporasi yang ditanamkan diperusahaan tersebut pun memiliki perubahan – perubahan baik itu dari budaya luar maupun dari budaya di sekitarnya. Perusahaan perkebunan yang berkembang di bawah pimpinan bangsa Eropa khusunya Inggris ini masih menggunakan budaya perusahaan asing yang akan terus berubah untuk mengikuti arus globalisasi saat ini. IndoAgri selaku pemegang saham terbesar di perusahaan PT. PP. Lonsum tersebut juga terjadi perubahan – perubahan yang berarti, semata – mata untuk melayani perubahan – perubahan globalisasi sampai dewasa ini. Segala bentuk budaya korporasi yang telah ditanamkan akan sembari menc ari budaya korporasi baru yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan tersebut.

Pemegang saham PT. PP. Lonsum yang mayoritas dimiliki oleh etnis cina memiliki budaya korporasi yang berbeda dari sebelumnya. Etos kerja tinggi yang umumnya dimiliki oleh etnis cina menjadi suatu permasalahan bagi beberapa karyawan perusahaan khusunya di kantor Divisi Sei Merah Estate. Penggabungan beberapa budaya lokal dengan budaya asing menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan untuk dapat mengikuti arus globalisasi yang semakin menderas. Suatu perusahaan yang bertaraf internasional pastinya akan terus – menerus bersaing bebas dalam mewujudkan kepercayaan masyarakat . Perubahan – perubahan budaya


(40)

83 korporasi yang terjadi pasti memiliki sikap yang berbeda – beda bagi karyawan dalam menaggapinya. Namun, budaya korporasi yang dirancang oleh perusahaan PT. PP. Lonsum tentunya dirancang untuk dapat menjawab tantangan – tantangan globalisasi saat ini.

4. 2. Penerapan Nilai Budaya Korporasi

Setiap perusahaan akan menemukan nilainya sendiri dari budaya korporasi yang mereka ciptakan dan gunakan dalam kehidupan sehari – hari untuk bekerja. Inovasi yang berkelanjutan dan unggul yang secara bersama – sama dibangun antara pemangku kepentingan dengan menjunjung tinggi integritas. Perusahaan tersebut menjalankan usahanya dengan integritas yang tinggi di mana disiplin adalah kata kunci bagi falsafah perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. Perusahaan dengan pemangku kepentingan akan terus menggali inovasi – inovasi yang terbaru. Integritas yang tinggi seakan hal yang wajib bagi perusahaan untuk dimatangkan mengikuti arus di era globalisasi saat ini. Penerapan nilai tersebut menjadi budaya yang digunakan oleh setiap karyawan.

Disiplin adalah nilai yang ditanamkan perusahaan kepada setiap karyawan di perusahaan tersebut. Nilai yang menjadi budaya bagi perusahaan tersebut akan terus diturunkan kepada setiap karyawan di perusahaan. Bagi karyawan yang baru budaya disiplin ini akan diberikan kepada mereka dan akan diteruskan kepada setiap karyawan yang baru. Setiap divisi perusahaan akan menyebarkan disiplin yang diturunkan dari pemimpin perusahaan. Hal tersebut akan mereka sebar melalui pertemuan – pertemuan maupun pelatihan – pelatihan bagi seluruh karyawan terkhusus kayawan yang baru.


(41)

Peneliti melihat kegiatan briefing yang setiap pagi dilakukan di Kantor sei Merah sebelum mereka melakukan pekerjaan mereka di hari itu. Pertemuan yang mereka langsungkan dipimpin oleh Pak Eddy selaku manajer Sei Merah Estate dan Pak Surya kemudian akan meneruskan pertemuan sesama karyawan kebun dengan para mandor. Kebiasaan melakukan briefing setiap pagi sudah menjadi kebiasaan para karyawan di Kantor Divisi. Pertemuan itu dilakukan sebelum jam masuk kerja dimulai selama lebih kurang tiga puluh menit. Hal tersebut dilakukan agar setiap karyawan tau apa – apa saja yang harus mereka kerjakan di hari itu dan apa – apa saja alat – alat yang diperlukan. Tidak jarang pertemuan mereka juga sebagai waktu di mana para karyawan menyampaikan kebutuhan mereka selama bekerja se rta hambatan – hambatan yang terjadi di lapangan.

Disiplin mengenai waktu juga menjadi hal mutlak yang harus setiap karyawan perusahaan miliki. Disiplin waktu juga telah menjadi budaya yang ditanam perusahaan. Jam masuk kerja, istirahat, bahkan jam pulang kerja karyawan. Perusahaan kini telah menggunakan mesin fingerprint untuk mengawasi jam kerja para karyawan bekerja di lapangan sehingga mereka menggunakan waktu secara efektif. Para karyawan di Divisi Sei Merah awalnya tidak adanya pengawasan jam kerja, hanya adanya karyawan yang bertugas mengawasi absen para karyawan kebun dan para mandor untuk mengawasi kinerja setiap karyawan kebun di lapangan.

Nilai yang menjadi budaya korporasi perusahaan tersebut akan menjadi suatu integritas yang tinggi. Menjunjung suatu integritas yang tinggi adalah hasil dari kerjasama antar sesama pemangku kepentingan dengan para karyawan perusahaan. Dengan sendirinya gengsi para karyawan di Kantor Divisi Sei Merah akan menjaga keunggulan perusahaan serta mempertahankannya di mata karyawan di perusahaan


(42)

85 yang lain. Disiplin kerja yang baik dan mendapatkan hasil yang sesuai target akan memberikan pengaruh sendirinya bagi karyawan. Setiap aspek perusahaan akan terus menjaga dan mengembangkan yang menjadi kebanggaan perusaan saat ini. Menjaga kualitas hasil buah yang akan di panen serta loyalitas kerja bagi seluruh pegawai Divisi Sei Merah.

Ketika para karyawan kebun bekerja, mandor satu dan Pak Surya bahkan Pak Eddy sering ikut mengawasi kerja para karyawannya. Setiap kerjaan yang d ilakukan karyawan kebun akan selalu diperhatikan cara kerja mereka dan akan terus melakukan inovasi – inovasi yang unggul dalam hal berkebun. Karyawan kebun dikasih kebebasan untuk terus menemukan inovasi yang dapat mereka gunakan saat bekerja. Seperti halnya mandor Havizh dan anggotanya menemukan ramuan baru dalam mengurangi wabah kumbang yang sering merusak bibit pokok kelapa sawit di kawasan replanting. Penemuaan mereka kemudian akan disebar ke berbagai divisi yang ada untuk dijadikan penangkal hama kumbang.

Pak Surya yang menjabat sebagai asisten lapangan di Kantor Divisi Sei Merah yang sebelumnya menjabat sebagai asisten lapangan di kota Palembang. Sistem rotasi yang ditanamkan perusahaan bersifat lima tahun sekali. Hal tersebut membuat seluruh Divisi di Indonesia akan mendapatkan pemimpin Divisi yang baru dan segar. Setiap asisten lapangan yang mereka miliki pasti mempunyai kemampuan yang berbeda – beda. Untuk menyeimbangkan serta pembaruan di setiap Kantor Divisi maka perusahaan akan terus merotasi asisten lapangannya. Asisten lapangan yang bagus kinerjanya menurut perusahaan akan ditempatkan di lokasi Divisi yang mengalami kemunduran dan sebaliknya bagi asisten lapangan yang prestasinya biasa – biasa saja akan diprioritaskan ke Divisi yang tidak mengalami kemunduran. Pak Surya


(43)

menjelaskan bahwa lokasi Divisi yang akan didapat setiap aisten lapangan tergantung kedekatan mereka kepada manajer kebun.

Sei Merah Estate memiliki dua lokasi Divisi, yaitu Divisi Sei Merah yang peneliti lakukan penelitian dan Divisi Kalitawang. Peneliti berjumpa dengan asisten lapangan Divisi Kalitawang bernama Pak Doddy ketika malam pertama peneliti di Sei Merah. Pak Doddy asisten Divisi Kalitawang yang masih muda dan berbadan besar. Beliau asisten lapangan kebun PT. PP. Lonsum di kota Palembang. Perpindahan beliau dipercepat karena serangan orang tidak dikenal ketika lagi makan di warung. Mereka mengatakan bahwa warga kebun kota Palembang banyak yang jahat. Serangan tersebut menyebabkan banyak luka tusukan di perut dan badan lainnya.

Sistem absensi karyawan biasanya dilakukan manual dipagi hari. setelah absen mereka akan kembali bekerja ke lapangan. Meskipun ada karyawan yang telat mereka akan mengisi jam masuk selanjutnya dari absen jam sebelumnya. Pulang kerja jam dua siang mereka langsung pulang kerumah langsung. Pak Udin lah yang bertugas mengecek apakah benar mereka berada di lapangan saat jam kerja berlangsung. Biasanya jika kerjaan mereka sudah selesai sebelum jam dua siang, mereka akan langsung pulang ke rumah masing – masing sebelum jam pulang kerja. Hanya saja para mandor akan kembali ke Kantor Divisi Sei Merah untuk menyelesaikan catatan tentang kerjaan mereka. Para mandor akan melaporkan kegiatan mereka selama di lapangan dan para anggotanya yang bekerja. Penilaian d ari para mandor kepada anggotanya yang masih baru dan berstatus buruh harian lepas (BHL) akan berpengaruh untuk kenaikan status mereka.


(44)

87 PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. membuat sistem absensi baru dengan alat

fingerprint agar lebih efektif mengenai data absensi setiap karyawan. Siang itu

karyawan dari PT. PP. Lonsum di Medan dengan ditemani karyawan data ke karyawanan Sei Merah Estate datang ke Kantor Divisi Sei Merah untuk mensosialisasikan penggunaan fingerprint. Pagi hari ketika briefing sudah disampaikan Pak Surya untuk hadir jam dua siang dalam rangka mensosialisasikan sistem absensi yang terbaru. Sistem absensi dengan fingerprint akan memberikan data yang akurat bagi perusahaan agar para karyawannya tidak ada yang melakukan kecurangan pada jam kerja. Para karyawan yang lembur juga akan jelas terdata jadwal pulangnya dan tidak ada karyawan yang mengisi absen karyawan yang lainnya.

Tidak biasa siang itu Kantor Divisi Sei Merah sudah dikerumuni oleh para karyawan lapangan dan para mandor. Mereka menunggu jam dua untuk mengabsen jam pulang dengan alat fingerprint. Sebelumnya setiap karyawan Divisi Sei Merah mendatangi kantor Sei Merah Estate untuk memasukkan data jari karyawan ke alat tersebut. Jam menunjukkan dua siang dan mereka mulai berdesak – desakan mencoba alat tersebut agar jam yang mereka absen tidak kelewatan. Perempuan maupun laki – laki semua gabung berdesakan ingin cepat melakukan absen pulang lalu pulang kerumah atau ke kebun milik mereka sendiri.


(45)

Gambar 19. Para karyawan melakukan absensi dengan alat fingerprint Besok paginya para karyawan sudah berkumpul di depan jendela kantor untuk berdesakan mengisi absen karena takut telat akan membuat gaji mereka terpotong. Alat fingerprint yang cumin satu buah yang membuat proses absensi menjadi lama. Pagi itu Kak Pinka ditelepon pihak Sei Merah Estate untuk mengantarkan buku laporan Divisi Sei Merah dan membawa flashdisk yang ada di alat fingerprint. Peneliti menemani Kak Pinka ke kantor Sei Merah Estate dan menyerahkan buku laporan dan flashdisk absen. Mereka memberikan satu unit alat fingerprint untuk Divisi Sei Merah agar proses pengabsenan dapat lebih cepat dilakukan. Laporan dari Pak Surya bahwa satu alat absen yang ada di Kantor Divisi Sei Merah membuat para karyawan lapangan berdesakan untuk mengabsen.

Proses pengabsenan dengan alat fingerprint memang masih banyak kekurangannya, beberapa karyawan yang mengabsen masih tidak terdata identitasnya. Karyawan yang namanya tidak teridentifikasi di alat fingerprint menjadi panik karena takut hari kerjanya tidak terhitung dan gajinya terpotong. Siang itu alat absen di pisahkan dari dua jendela agar perempuan dan laki – laki tidak menyatu. Sistem absen


(46)

89 perempuan dan laki – laki yang berpisah membantu proses pengabsenan lebih cepat dan tidak berdesakan. Para karyawan terlihat sudah rapi dan bersih karena lepas bekerja mereka pulang kerumah dahulu sembari menunggu jam dua siang untuk absen pulang.

Menurut para karyawan lapangan Sei Merah dengan dibuatnya absen menggunakan fingerprint tidak begitu berguna. Mereka pagi – pagi akan mengisi absen dengan fingerprint di Kantor Divisi Sei Merah dan berangkat ke lapangan untuk bekerja. Untuk mengetahui apakah mereka memang betul – betul ada bekerja dilapangan adalah tugas Pak Udin yang memantaunya di lapangan. Pekerj aan yang mereka lakukan bisa saja dilakukan dengan cepat sebelum jam pulang kerja. Para karyawan umumnya memiliki kebun mereka sendiri, jadi mereka mempercepat pekerjaan mereka di lapangan dan setelah itu mereka akan bekerja di kebun milik mereka sendiri. Sepulang dari kerja di lapangan sebagian pulang kerumah mereka untuk berintirahat dan mandi. Jam tengah dua siang mereka kembali datang ke Kantor Divisi Sei Merah untuk mengisi absen pulang dengan alat fingerprint.

Para karyawan di Sei Merah Estate sudah menggunakan absen dengan alat

fingerprint. Bang Ardy karyawan data Sei Merah Estate yang tinggal bersama peneliti

sering pulang kerja sampai malam jam sembilan. Bang Ardy mengatakan kalau bekerja di situ harus seperti makan dengan lauk dan sayurnya juga. Beliau mengatakan kalau bekerja di perusahaan tersebut hanya mengandalkan gaji saja tidak lah cukup. Karyawan diberikan upah tambahan jika lembur jam pulang kerja. Bagaimana caranya agar beliau bisa pulang sampai malam agar mendapatkan jam kerja yang lebih. Mengulur kerjaan dengan menyelesaikannya pelan akan mengulur waktunya bekerja di kantor Sei Merah Estate. Hampir semua karyawan Sei Merah


(47)

Estate melakukan hal sedemikian. Mendapatkan penghasilan lebih dari hasil jam lembur membuat mereka lebih lama bekerja di kantor,

Manajer, asisten kebun, dan asisten lapangan terkecuali mendapatkan jam lembur karena mereka tergolong staf di PT. PP. Lonsum. Satu hari dua puluh empat jam adalah jam kerja para staf yang diberikan perusahaan. Kategori staf memang memiliki fasilitas yang lebih ketimbang para karyawan yang lainnya. Rumah tinggal yang permanen, asisten rumah tangga sendiri, tukang taman sendiri dan fasilitas rumah lainnya yang membuat kenyamanan bagi para staf. Kapan perusahaan membutuhkan mereka untuk dipanggil haruslah siap sedia mau jam berapa pun itu. Meskipun jam pulang kerja sudah selesai namun mereka harus tetap mengawasi bagaimana keadaan kebun sekitarnya.

Supir bus yang membawa tim LKBM dari medan bertugas membawa anak sekolah pagi – pagi dan menjemput mereka sepulang sekolah. Ketika siang hari di kebun saat mensurvei lapangan, supir pergi untuk menjemput anak sekolah yang akan pulang. Anak sekolah yang merupakan anak dari karyawan PT. PP. Lonsum Divisi Sei Merah lah yang dijemput. Pak Amin yang merupakan supir bus di Sei Merah Estate hanya bekerja menjemput dan mengantarkan anak – anak karyawan Divisi Sei Merah bersekolah sehari – harinya. Hari itu beliau mendapatkan tugas tambahan dengan membawa tim LKBM tersebut. Hari sudah mulai gelap dan melewati jam pulang kerja Sei Merah Estate pukul empat sore. Pak Amin terlihat nyantai saja meski waktu bekerja sudah lewat jamnya. Beliau mengatakan kalau tim LKBM belum pulang tidak menjadi masalah mau sampai jam berapa pun. Jam kerja beliau sudah masuk ke jam lembur dan akan mendapatkan penghasilan tambahan hari itu.


(48)

91 Upah lembur sesuatu yang sangat diharapkan oleh setiap karyawan di Sei Merah Estate untuk menambah penghasilan mereka. Lewat dari jam pulang kerja terhitung lembur setiap jamnya. Dalam satu jam mereka mendapatkan upah lima belas ribu dan jika lebih dari tiga jam akan dikalikan dua ratus persen. Keuntungan persen yang sampai dua ratus persen yang membuat karyawan bela – belain untuk kerja lembur. Berbeda dengan karyawan PW seperti Kak Pinka dan Bang Ganang yang tidak akan mendapat jam lembur sampai mereka menjadi karyawan. Peneliti sering menemani Kak Pinka di Kantor Divisi Sei Merah sampai Buk Tuty pulang kantor lewat jam pulang kerja. Buk Tuty yang pulangnya lama akan mendapatkan jam lembur sedangkan Kak Pinka yang harus menunggu Buk Tuty pulang tidak mendapatkan upah jam lembur sama sekali. Kak Pinka di Kantor Divisi Sei Merah bekerja seakan lebih mendapatkan beban kerja yang banyak karena beliau masih baru bekerja di Divisi Sei Merah. Karyawan PW yang tidak hadir bekerja tidak akan dibayar kerjanya namun jika beban jam kerja yang berlebih akan dihitung sebagai loyalitas bekerja saja.

Peneliti pernah ikut dalam proses melangsir pupuk dengan mobil truk. Bang Pitoyo yang dulunya hanya kernek truk berstatus karyawan PW kini menjadi supir utama truk dengan status karyawan DRP. Beliau kini tinggal bersama istri dan anaknya di rumah tinggal yang disediakan oleh pihak perkebunan. Ketika menjadi kernek truk, beliau diajak oleh supir utama truk untuk membantunya melangsir pupuk ke lapangan. Dari situ Bang Pitoyo terus belajar bagaimana mengoperasikan truk dan akhirnya mendapatkan kepercayaan oleh pihak perusahaan untuk menjadi supir cadangan. Selama perjalanan melangsir pupuk, Bang Pitoyo terlihat sangat akrab kepada peneliti karena beliau masih terlihat muda sebagai supir. Perjalanan melangsir


(49)

pupuk pun dihabiskan dengan berbincang – bincang seputar pekerjaan di kebun Sei Merah Estate.

Bang Pitoyo bisa menjadi supir truk karena telah terjadi suatu hal pada sup ir yang sebelumnya. Beliau bisa menjadi supir utama truk itu karena supir yang sebelumnya telah dipecat oleh pihak PT. PP. Lonsum Sei Merah Estate. Supir yang sebelumnya telah ketahuan oleh pihak perusahaan telah melakukan kecurangan. Ketika membawa buah sawit hasil panen, supir tersebut ketahuan menurunkan beberapa jenjang buah di pinggir jalan dan nantinya sepulang dari gudang quality

control akan diambilnya kembali. Hal tersebut sudah kategori pencurian oleh orang

dalam. Pihak perusahaan PT. PP. Lonsum tidak mentolerir yang namanya kasus pencurian. Oleh sebab itulah supir tersebut dipidanakan oleh pihak Sei Merah Estate ke kantor polisi Tanjung Morawa. Keluarga supir tersebut pun dikeluarkan dari rumah tinggal perusahaan tersebut karena pemecatan langsung yang diberikan kepadanya.

Perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. menyediakan fasilitas seperti rumah tinggal yang akan diberikan kepada para karyawannya. Rumah tinggal yang didapat hanya diperuntukkan oleh karyawan DRP dan staf kebun tersebut. Rumah tinggal karyawan kebun bersifat sementara hanya ketika mereka masih aktif bekerja di Divisi Sei Merah. Pada umumnya para karyawan yang tinggal di rumah tinggal pihak perusahaan tidak memilik rumah lagi diluar kebun. Jika mereka dipecat ataupun pensiun tidak memiliki rumah pribadi yang mereka tempati nantinya. Oleh sebab itu anak dari karyawan Divisi Sei Merah dari mudanya sudah diproyeksikan bekerja di kebun Divisi Sei Merah Estate agar rumah tinggal mereka masih dapat ditinggali.

Perusahaan memang sangat ketat dalam pengawasan kebun dari tindak pencurian. Semenjak Pak Eddy yang menjabat sebagai manajer Sei Merah Estate telah


(50)

93 banyak menangkap warga yang kedapatan melakukan pencurian. Warga yang tinggal di sekitar kebun lah yang sering menjadi pelaku pencuria n buah sawit dan tidak jarang juga anak dari karyawan Divisi Sei Merah juga menjadi pelaku pencurian. Centeng kebun yang bertugas untuk menjaga keamanan kebun sering melakukan patroli keliling kebun sawit yang buahnya akan panen. Baik pagi, siang, maupun malam sudah menjadi tanggung jawab para centeng untuk menjaga kebun Divisi Sei Merah dari gangguan pihak luar yang mau mencuri buah sawit bahkan merusak pokok kelapa sawit di lapangan.

Gambar 20. Security Drain dibangun sebagai pemisah kebun

Pihak perusahaan terus menerus akan mencari cara agar tindak pencurian buah sawit yang dapat merugikan perusahaan tidak akan terjadi. Sanksi pemecatan terhadap karyawan dilakukan bagi mereka yang ketahuan melakukan atau bekerjasama melakukan pencurian. Tantangan penc urian buah sawit dari warga luar kebun pun sering terjadi. Oleh perusahaan membangun security drain sebagai pemisah antara kebun sawit dengan rumah warga. Warga luar kebun akan susah melangsir buah sawit


(51)

yang mereka curi dari kebun untuk dibawa keluar kebun. Jarak antar tepi mencapai lima meter dengan kedalaman mencapai empat meter jika hujan turun menggenangi.

Penggunaan security drain memang dianggap sangat efektif untuk meredam pencurian buah sawit dari pihak warga luar. Anak – anak warga kebun tidak jarang kedapatan bermain dilokasi tersebut jika air yang terdapat banyak tergenang. Ketika penelitian di Divisi Sei Merah, peneliti mendengar ada satu orang anak warga kampung yang hilang ketika bermain dengan temannya di lokasi security drain. Memang hari sebelumnya hujan turun yang pastinya air akan menggenangi jalur

security drain. Seorang anak SD dikabarkan tewas tenggelam di jalur security drain

yang saat itu teman – temannya pulang kerumah tanpa memberi tahu keluarga korban karena rasa takut mereka. Pencarian mayat korban pun dibantu oleh security pihak Sei Merah Estate di lokasi tenggelamnya dan akhirnya mayat anak SD tersebut ditemukan. Tentu pihak perusahaan PT. PP. Lonsum Sei Merah estate bertanggung jawab penuh akan kejadian naas tersebut karena kejadiannya terjadi di lahan Divisi Sei Merah.

Segala bentuk kejadian apapun yang dapat terjadi dilahan milik suatu perusahaan adalah menjadi tanggung jawab penuh perusahaan itu sendiri. Tugas dari P2K3 Sei Merah Estate lah yang bertugas untuk memberikan tanda atau simbol bagi warga atau karyawan yang berada disekitar kebun. Perusahaan melalui tim P2K3 telah melakukan tanda berbahaya di sekitar areal security drain. Pengawasan memang tidak mungkin terus – menerus dilakukan di areal tersebut. Anak – anak dari warga di sekitar kebun memang kerap mandi – mandi di areal tersebut sembari menunggu jam siang masuk sekolah. Kejadian kematian yang terjadi di areal security drain


(52)

95 mengharuskan tim P2K3 memikirkan lagi bagaimana mengatasi kejadian serupa agar tidak terjadi.

Segala bentuk keamanan dan keselamatan para karyawan setiap bekerja sudah dipersiapkan oleh pihak perusahaan PT. PP. Lonsum Indonesia, Tbk. untuk digenapi. Di lapangan banyak sekali pelanggaran – pelanggaran keamanan yang justru dilakukan oleh karyawan kebun. Pak Surya sebagai asisten lapangan Divisi Sei Merah sering sekali keliling kebun untuk memantau para karyawan lapangan agar menggunakan alat pelindung diri (APD) yang telah disiapkan oleh pihak perusahaan. Sepatu but, kacamata, sarung tangan, masker, dan helm adalah alat pelindung diri yang harus dipakai oleh karyawan ketika bekerja. Setiap mandor harus memberikan perlengkapan yang baru jika anggotanya memerlukan penggantian alat pelindung diri yang baru.


(53)

Para karyawan mengeluhkan bahan alat pelindung diri yang mereka gunakan tidak nyaman jika dipakai. Mereka lebih nyaman bekerja tanpa ada menggunakan alat pelindung diri yang diwajibkan untuk dipakai. Ketika bekerja di lapangan para karyawan jarang sekali mau menggunakan alat pelindung diri yang malah bisa membahayakan diri mereka sendiri. Ketika Pak Surya maupun Pak Eddy memantau para karyawan ke lapangan, maka mereka akan terus bergegas menggunakan alat pelindung diri masing – masing. Ketidaknyamanan bahan pembuatan alat pelindung tersebut telah mereka lapor ke mandor agar dilaporkan ke Pak surya dan tim P2k3 Sei Merah Estate untuk ditindaklanjuti.

Tim P2K3 dari Medan datang ke Kantor Divisi Sei Merah untuk melihat alat pelindung diri yang tidak nyaman dipakai oleh karyawan saat bekerja. Perwakilan karyawan yang bekerja mengegrek buah sawit dipanggil untuk mendengar keluhan mereka saat bekerja menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan. Sarung tangan yang digunakan pemanen begitu tebal dan berbahan kaku. Penggunaanya menyulitkan pekerja dalam menggenggam badan tiang eggrek. Kacamata yang mereka gunakan pun akan berembun jika dipakai saat bekerja yang mengakibatkan kaburnya pandangan saat bekerja sehingga mereka tidak menggunakan APD.


(54)

97 Gambar 22. Karyawan lapangan menggunakan APD

Perusahaan mengutamakan keselamatan para karyawan dalam bekerja agar tidak terjadi kecelakaan dalam bekerja. Seluruh alat pelindung diri bagi setiap karyawan Divisi Sei Merah yang di lapangan akan difasilita si. Banyak memang dari para karyawan yang tidak menurut untuk menggunakan alat pelindung diri yang semestinya harus dipakai. Asisten lapangan dan para mandor akan menegur siapa saja karyawan lapangan yang tidak mematuhi aturan yang telah diberlakukan. Baha n yang tidak nyaman pada alat pelindung diri menjadi alasan bagi mereka mengapa tidak menggunaknnya. Terbiasanya bekerja tanpa memakai alat pelindung diri yang begitu ribet juga menjadi sebab mengapa para karyawan lapangan Divisi Sei Merah malas menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan.

Kesejahteraan seluruh karyawan di Divisi Sei Merah menjadi prioritas bagi pihak perusahaan. Oleh karena itu, kesehatan dan keselamatan para karyawan saat bekerja begitu diperdulikan. Jadwal periksa kesehatan di klinik milik PT. PP. Lonsum di Sei Merah Estate menjadi agenda rutin dan wajib bagi setiap karyawan Divisi Sei Merah. Mendapatkan hasil kebun yang melimpah akan terjadi jika para karyawan


(55)

yang bekerja dilapangan pun terjaga kesehatan dan keselamatannya. P ihak perusahaan terus mencari cara agar setiap karyawan selalu selamat dalam bekerja di lapangan dan akan mendapatkan loyalitas pada PT. PP. Lonsum di Divisi Sei Merah.

Nilai – nilai yang mereka emban di perusahaan dapat mengatasi tantangan – tantangan yang hadir di era globalisasi saat ini. Perusahaan yang kini dikuasai oleh IndoAgri dapat terus menjaga kualitas buah kelapa sawit yang menjadi komuditi utama di Sei Merah Estate khususunya Divisi Sei Merah. Pak Eddy terus berkomitmen untuk menjaga nilai yang ada dan akan terus menjaga serta menyebarkannya kepada seluruh karyawannya agar mereka terus dapat memberikan keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan serta para karyawan perusahaan.

4. 3. Menjawab Tantangan Globalisasi

Banyak kebijakan – kebijakan perusahaan yang menjadi suatu budaya korporasi perusahaan untuk menjawab tantangan globalisasi saat ini. Budaya korporasi yang dibangun semata untuk perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dan membuat kedisplinan diantara karyawan perusahaan. Begitu banyak tantangan – tangan baik dari luar maupun dari dalam yang membuat suatu perusahaan itu akan semakin memperbaiki diri dan dewasa. Hal itu akan disampaikan peneliti dari hasil penelitiannya selama berada di kantor Divisi Sei Merah. Bagaimana perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. khususnya di kantor Sei Merah dalam menjawab tantangan globalisasi tersebut dengan budaya korporasi mereka.


(56)

99 Derasnya arus persaingan di era globalisasi ini membuat perusahaan – perusahaan berfikir untuk menciptakan suatu budaya kerja yang dapat membantu mereka dalam mengikuti arus tersebut. Baik dari luar maupun dari dalam perusahaan itu sendiri, pendirian akan budaya yang sudah tertanam harus lah diteruskan. Perusahaan akan membuat kebijakan – kebijakan yang membantu para karyawannya dalam bekerja. Hasil yang baik adalah yang diinginkan perusahaan itu untuk bisa bersaing secara terbuka. Isu – isu dunia harus lah selalu diperbaharui untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia ini. Banyak solusi yang ditemukan dari kebiasaan para karyawan bekerja sehari – hari di perusahaan baik itu di kantor maupun di lapangan tempat hasil kebun ditanam.

Dalam hal pembibitan kelapa sawit, perusahaan PT. PP. Lonsum telah banyak melakukan penelitian dan persilangan pokok untuk mendapatkan bibit kelapa sawit yang diinginkan. Perusahaan menggunakan bibit kelapa sawit yang mereka kembangkan sendiri dari beberapa percobaan tentunya. Minyak yang memiliki kuantitas banyak dan kualitas yang bagus adalah harapan setiap perusahaan perkebunan. Hasil dari perkembangan bibit kelapa sawit itu mereka mendapatkan pokok kelapa sawit yang tinggi dan pokok dengan daging buah sawit yang tebal dan biji buah yang kecil. Umur pokok sawit yang dikembangkan mencapai 25 tahun masa produktif. Selama peneliti di lokasi penelitian, proses replanting (penanaman ulang) sudah dua bulan telah dilakukan. Peneliti melihat jenis bibit yang sama dari hasil pengembangan bibit PT. PP. Lonsum lah yang ditanam secara homogen. Daging buah yang tebal pastinya mengantung CPO yang banyak juga serta biji buah yang kecil mengurangi banyaknya ampas buah yang tidak terpakai.


(1)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Budaya Korporasi PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. diKantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa” disusun oleh Gorat Siahaan (100905052), 2016. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 109 halaman, 23 foto, dan 23 daftar pustaka.

Tulisan ini mengkaji mengenai penerapan budaya korporasi yang dilakukan pada PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. di kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. menjawab berbagai tantangan globalisasi yang diterapkan kepada seluruh jajaran karyawan perusahaan. Perusahaan akan membangun suatu budaya korporasi yang dapat dijalani oleh masing – masing karyawan.

Di dalam skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat etnografi, dimana metode ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana suatu budaya korporasi itu diterapkan di perusahaan yang akan digunakan setiap karyawan. Data yang akan diperoleh berupa data primer yang didapat dari hasil obervasi partisipasi dan wawancara dan data sekunder dari sumber lain seperti data internal PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk di kantor divisi Sei Merah maupun internet.

Hasil penelitian di PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk Divisi Sei Merah menunjukkan para karyawannya semakin terbebani dengan peraturan yang baru dari pemilik saham perusahaan yang baru. Bagaimana setiap karyawan harus mengikuti setiap aturan yang dibuat. Ketegasan antar karyawan membuat karyawan akan bekerja dengan jujur dan kesejahteraan karyawan akan membuat loyalitas karyawan kepada perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian iniadalah budaya korporasi yang terus diciptakan baik dari pengaruh luar maupun dalam akan mempengaruhi keberhasilan hasil produksi perusahaan. Penetapan budaya korporasi oleh perusahaan untuk setiap karyawan adalah solusi untuk mampu meningkatkan pencapaian perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.


(2)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada kedua orangtua penulis yang menjadi Tuhan baginya di dunia yang nyata ini. Kepada kedua orang saudara perempuan penulis yang selalu mengolok penulis agar menyelesaikan proses pengerjaan skripsinya dan terimakasih buat kakak kecil penulis yang telah lahir di dunia ini Hanna Valeria br. Hutagalung selalu menjadi penyemangat ketika malas melanda penulis dalam mengetik hasil penelitiannya.

Terkhusus dan teristimewa kepada kerabat Antropologi Sosial FISIP USU stambuk 2010 yang menjadi bagian dari kehidupan peneliti mengenal dan mendalami ilmu Antropologi dan menggila bersama – sama.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas dedikasi Bapak Dr. Fikarwin Zuska yang selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP USU telah memimpin departemen selama peneliti duduk di bangku perkuliahan. Besar rasa terimakasih peneliti ditujukan kepada sosok dosen yang menjadi dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi Dra. Tjut Syahriani, M. Soc. Beliau lah yang telah berjasa besar dalam penyelesaian skripsi peneliti. Semoga hasil penelitian yang dituangkan kedalam skripsi ini dapat berguna bagi disiplin ilmu Antropologi.

Medan, Agustus 2016 Penulis


(3)

Gorat Siahaan

RIWAYAT HIDUP

Gorat Siahaan lahir pada tanggal 15 Mei 1991 di kota Medan. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Marumbal Siahaan dan Rosaida Sinurat. Bertempat tinggal di Jl. Bawang VI No. 3, Perumnas Simalingkar, Medan.

Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di SD Budi Murni-2 Medan pada tahun 2003. Lalu meyelesaikan sekolah di SMP Budi Murni-2 Medan pada tahun 2006. Kemudian Peneliti menyelesaikan sekolah me nengah atas di SMA Methodist-1 Medan pada tahun 2009. Selanjutnya peneliti melanjutkan keperguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara di departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tahun 2010.


(4)

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan anugerah pada penulis sehingga skripsi inidapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi yang berjudul “Budaya Korporasi PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.

di Kantor Sei Merah Estate, Sei Merah akan membahas bagaimana penerapan budaya korporasi dewasa ini di era globalisasi. Bagaimana perusahaan menjalanan serta terus menemukan budaya korporasi yang dapat membantu perusahaan dalam menghasilkan suatu keuntungan. Perusahaan tentu akan terus mengawasi serta mencari solusi terbaik yang akan memberikan kenyamanan bekerja kepada setiap karyawan perusahaan.

Skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca yang terhormat agar skripsi ini mencapai kesempurnaan. Dengan demikian, penulis berharap skripsi ini dapat me mber manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Antropologi, yaitu sebagai penambah wawasan selama masa perkuliahan.

Medan, Agustus2016 Penulis


(5)

Gorat Siahaan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS………..………… i

ABSTRAK ………..……..…… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………..….... iii

RIWAYAT HIDUP ………. iv

KATA PENGANTAR ………..…...……. v

DAFTAR ISI ………...….… vi

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah………..…..…….1

1. 2. Timjauan Pustaka ………..……….... 8

1. 3. Rumusan Masalah ……….……...20

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….………….…...21

1. 5. Metode Penelitian………..…………...…….21

1. 5. 1. Observasi Partisipasi ………..………..22

1. 5. 2. Wawancara ……….………..…………...….23

1. 5. 3.Live In ………..………...24

1.6.Pengalaman Penelitian ………..………...25

BAB II PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk. 2. 1. MengenalKecamatan Tanjung Morawa dan Desa Sei Merah ….....30

2. 2. Sejarah Perkembangan Perkebunan………..…….…... 32

2. 3. Sejarah PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk ………..………... 35 2. 3. 1. Bidang Bisnis Lonsum ………...………. 38

2. 3. 2. Kebun – kebun Perusahaan …….………...……...……...40

2. 3. 3. Pabrik-pabrik Perusahaan ……….……… 41

2. 4. Simbol PT. PP. Lonsum Indonesia, Tbk. ………... 41

2. 5. Kategori karyawan………….………..…...…..42

2. 6. Sei Merah Estate ……….…………. 43 2. 7.Struktur Organisasi Sei Merah Estate dan Divisi Sei Merah ...44

BAB III BUDAYA KORPORASI DAN PENERAPANNYADI KANTOR DIVISI SEI MERAH PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk. 3. 1. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan….…….………...47

3. 2. Fungsi dan Struktur ………..………..……..50

3. 3. Tanggung Jawab Perusahaan ……….………...…... 56


(6)

BAB IV BUDAYA KORPORASI PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk.DAN AKTIFITAS KARYAWAN DI KANTOR DIVISI MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI

4. 1. Globalisasi ………..………….. 81

4. 2. Penerapan Nilai Budaya Korporasi….………..…...…… 83

4. 3.Menjawab Tantangan Globalisasi ……….…………....…...… 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan ……….…...………108

5. 2. Saran ………..…...……….. 109 DAFTAR PUSTAKA