Budaya Korporasi PT. PP. LONSUM Indoneseia, Tbk di Kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa

BAB II

PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk.
KANTOR DIVISI SEI MERAH ESTATETANJUNG MORAWA,
SUMATERA UTARA

2. 1. Mengenal Kecamatan Tanjung Morawa dan Desa Sei Merah
Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di
belahan barat dan memiliki banyak keberagaman di dalamnya. Suku, ras maupun
agama sangatlah beragam dijumpai di provinsi ini. Deli Serdang merupakan salah
satu kabupaten yang memiliki cakupan teritorial yang cukup luas. Desa Tanjung
Morawa sendiri merupakan suatu kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang
tersebut. Sei Merah yang merupakan lokasi penelitian pun adalah suatu desa yang
terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa.
Saat ini Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Pelaksana Tugas Gubernur
Tengku Ery, setelah gubernur sebelumnya terjerat kasus korupsi. Bupati Deli Serdang
sendiri dipimpin oleh Drs. Ashari Tambunan sampai saat ini. Kecamatan Tanjung
Morawa dipimpin oleh T. M. Zaki Aufa, S. Sos, M. AP. Mereka merupakan pejabat
pemerintahan yang saat ini sedang menjabat pada teritorial kepolitikannya.
Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara. Mengingat keberadaan lokasinya yang dekat dengan Kota

Medan menjadikan Tanjung Morawa menjadi salah satu sentra industri penting d i
daerah ini. Beberapa industri/pabrik yang rata – rata sudah berdiri sejak 1985 dapat
30
Universitas Sumatera Utara

ditemui disini, diantaranya PT. Kedaung Medan, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk,
PT. Siantara Top, PT. Olaga Food, dan banyak lagi industri lainnya. Saat ini,
mayoritas penduduk Tanjung Morawa, yaitu masyarakat bersuku Karo, Jawa, Batak,
Mandailing, Melayu, Tionghoa, dan juga Banten.
Pada tahun 1953 Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan
untuk mencetak sawah percontohan di bekas areal perkebunan tembakau di desa
Perdamaian, Tanjung Morawa. Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh
penggarap

liar.

Di

antara


mereka

terdapat

beberapa imigran gelap Cina.

Usaha pemerintah untuk memindahkan para penggarap dengan memberi ganti rugi
dan

menyediakan

lahan pertanian,

dihalang –

halangi oleh Barisan

Tani

Indonesia (BTI), organisasi massa PKI. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka

pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan
dikawal oleh sepasukan polisi. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI
mengerahkan massa yang sudah mereka pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar
Tanjung Morawa. Mereka bertindak brutal. Polisi melepaskan tembakan peringatan
ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha merebut senjata polisi.
Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka – luka.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, Kecamatan Tanjung Morawa
memiliki 1 kelurahan dan 25 desa. Dengan luas wilayah 13.175 Ha atau 131,75 kilo
meter persegi. Pada masa kolonial, Belanda memanfaatkan kawasan Tanjung Morawa
sebagai kawasan perkebunan dan pengolahan hasil pertanian seperti tembakau dan
karet. Asal – usul nama Tanjung Morawa sendiri menurut beberapa versi berasal dari
Bahasa Karo, yaitu Tanjong Merawa. Arti merawa yaitu marah yang diwujudkan
dalam bentuk perlawanan/patriotik pejuang – pejuang bangsa, khususnya dari pejuang
31
Universitas Sumatera Utara

Karo yang menyebabkan revolusi fisik melawan penjajah Belanda. Masa itu daerah
Tanjung Morawa merupakan wilayah perjuangan Medan Area Selatan. Selain itu,
menurut buku Kumpulan Cerita Rakyat Terpopuler yang dikarang oleh Lia Nuralia
dan Imanudin, kata Tanjung Morawa juga berasal dari bahasa Karo, dimana

diceritakan bahwa di kampung Tanjung pada zaman dahulu kala banyak terdapat
tumbuh pohon jelatang nyiru dengan keberadaan daun yang sangat gatal.
Mengingat keberadaan dedaunan pohon jelatang atau dalam bahasa Karo
disebut pohon lateng dapat membuat kulit terasa sangat gatal bahkan meninggalkan
bekas luka, sehingga keberadaan pohon tersebut disebut dengan istilah pohon merawa
(pohon marah) oleh orang – orang Karo yang tinggal di sekitar Tanjung tersebut.
Berdasarkan keberadaan merawanya pepohonan jelatang disekitar Tanjung, akhirnya
orang – orang Karo menambahkan kata Tanjung dengan kata Merawa, sehingga
lambat laun nama kampung tersebut kemudian berubah menjadi Tanjung Merawa.
Kata merawa tersebut akhirnya berubah menjadi moraaw, sesuai dengan ucapan
orang Belanda di masa kolonial. Sejak kedatangan kolonial Belanda hingga sekarang.

II. 2. Sejarah Perkembangan Perkebunan
Sejarah perkebunan adalah sejarah kepedihan. Bangsa Indonesia dijajah
karena komoditas perkebunan. Nilainya yang tinggi di masa lalu menyebabkan
hampir semua bangsa tergiur untuk menguasainya. Sejarah mencatat bagaimana
keuntungan besar diraih jaringan niaga Verenidge Oostindische Compagnie (VOC).
Kemudian tanam paksa yang memberikan Belanda uang sekitar 830 juta gulden.
Agrarisch Wet 1870 merupakan cikal bakal perusahaan perkebunan besar
yang roh dan jiwanya hingga sekarang masih hidup, sebagaimana dapat dilihat dalam

32
Universitas Sumatera Utara

struktur ekonomi dualistik. Dalam struktur ini kehidupan perusahaan besar yang
dicirikan oleh manajemen dan organisasi modern berdampingan dengan perkebunan
rakyat yang dilaksanakan oleh para pekebun kecil yang sederhana dan "tradisional".
Sekitar 100 tahun setelah Agrarisch Wet 1870, yaitu tahun 1970-an, pemerintah mulai
mengembangkan perkebunan besar badan usaha milik negara (BUMN) dengan
menggunakan pinjaman luar negeri. Pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIRBUN) dikembangkan. Pada 1980 – 1990-an awal perusahaan besar swasta mulai
masuk perkebunan, didukung oleh Program Perkebunan Besar Swasta Nasional
(PBSN).
Peran pemerintah dalam mendorong perkebunan besar ini, baik BUMN
maupun swasta, sangat besar, sebagaimana dapat dilihat dalam perkembangan luas
areal. Luas areal kelapa sawit milik BUMN dan swasta pada 1968 masing- masing
hanyalah 79 ribu dan 41 ribu hektar. Tahun 2002 luas areal perkebunan milik BUMN
dan swasta masing – masing menjadi 545 ribu dan 2,3 juta hektar. Dengan
berakhirnya dukungan pembiayaan untuk investasi di bidang perkebunan, percepatan
investasi terlihat menurun. Peran pemerintah dalam mendorong perkebunan rakyat
dapat dikatakan relatif kecil sebagaimana yang dapat dilihat dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun perbankan kurang bersahabat

dengan petani, dan sering dikatakan bahwa petani itu tidak layak dapat kredit bank
(bankable). Namun, pada kenyataannya perkebunan rakyat merupakan tulang
punggung penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja.

33
Universitas Sumatera Utara

Pelajaran

utama dari pola pengembangan perkebunan

yang

masih

mengandung nilai sejarah lama kita rasakan setelah krisis ekonomi terjadi hingga
sekarang. Perkebunan bukan menjadi tempat kebanggaan, kebersatuan, kebersamaan,
persaudaraan, dan persahabatan di antara kita semua. Namun, perkebunan menjadi
ajang konflik sosial yang merugikan semua pihak. Inilah salah satu tantangan kita
dalam merumuskan UUP. Kita tidak boleh mendaur ulang sejarah yang memilukan

bangsa kita.(www.unisosdem.org/article_detail. Selasa, 09/02/2016 Pukul 15.35 WIB)
Perusahaan perkebunan tersebut terdiri dari berbagai jenis seperti perusahaan
perkebunan karet, coklat, ataupun kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah
berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga
perkebunan rakyat dan swasta. Pada tahun 2003, luas areal perkebunan rakyat
mencapai 1.827 ribu ha (34,9%), perkebunan negara seluas 645 ribu ha (12,3%), dan
perkebunan besar swasta seluas 2.765 ribu ha (52,8%).
Minyak sawit adalah satu – satunya komoditi non migas Indonesia yang
menempati posisi strategis dalam percaturan minyak nabati dunia, mengingat
Indonesia adalah penghasil terbesar komoditas ini. Produksi minyak sawit masih
memegang peranan penting dalam kontribusi minyak nabati dunia. Pada tahun 2001,
produksi minyak sawit Indonesia meningkat menjadi 8 juta ton lebih. Dari total
produksi nasional yang mencapai 8 juta ton CPO tersebut, Sumatera memiliki
kontribusi produksi lebih dari 6,9 juta ton CPO per tahun. Propinsi Sumatera Utara
merupakan salah satu penghasil utama komoditi kelapa sawit dengan areal
perkebunan di Sumatera Utara tahun 2002, seluas lebih dari 650 ribu hektar, total
produksi mencapai 2,6 juta ton produksi mencapai 2,6 juta ton.

34
Universitas Sumatera Utara


II. 3. Sejarah PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.
Sejalan dengan perkembangan sejarah bangsa Indonesia mulai dari masa
penjajahan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan reformasi hingga masa
pembangunan sekarang, perusahaan di Indonesia khususnya di kawasan Sumatera
Utara mengalami perkembangan. Perusahaan yang berkembang umumnya adalah
perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan yang mengalami kesempatan untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Sumatera Utara.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Horrison & Crossfield Ltd yang berdiri
sejak tahun 1884 di London dan beroperasi di Indonesia pada tahun 1906. Mulanya
perusahaan ini bekas hak Concessie (hak konsensi) berdasarkan perjanjian antara
Zelfbestuur Deli dengan beberapa perusahaan Rubber Company Ltd, yang disahkan
Resident Sumatra Timur dalam rangka Konferensi Undang-Undang pokok Agraria
tanggal 1 Maret 1962 No. Ka. 13/7/1. Pada tahun 1962 perusahaan ini memperluas
bidang usahanya dengan mengadakan penggabungan diantara perusahaan perkebunan
Inggris yang memiliki beberapa kebun di Sumatera Utara. Dengan adanya
penggabungan ini di bentuklah PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.
PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk didirikan dengan akte pendirian No.
93 tanggal 18 Desember 1962 di hadapan notaris Raden Kardiman di Jakarta dengan
naskah No. 20 tanggal 9 September 1963 yang dibuat di hadapan notaris yang sama.

Situasi negara yang saat itu mengalami pergolakan dengan Inggris turut menimbulkan
dampak pada perusahaan. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan
perusahaan dan menyerahkannya kepada bangsa Indonesia. Pengambil alihan ini
segera dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 1964 yang pengurusannya berada dalam
penguasaan dan pengawasan suatu badan pemerintah dengan nama Badan
35
Universitas Sumatera Utara

Pengawasan Perkebunan Asing Republik Indonesia (BPPARI) dan perkebunan ini
diganti namanya menjadi PT. PP Dwikora I & II.

Gambar 1. Bagan Sejarah PT. PP . LONSUM Indonesia, Tbk.
Seiring perjalanannya pada tahun 1967 diadakanlah suatu perjanjian antara
pemerintah Republik Indonesia dengan Horrison & Crossfield Ltd dan anak
perusahaannya berdasarkan ketetapan Presiden No. 6 tahun 1967. Persetujuan
perjanjian ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968. maksud dan tujuan dari
persetujuan ini adalah :
a) Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik Indonesia
kepada Horrison & Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang pernah di kelolanya.


36
Universitas Sumatera Utara

b) Melakukan kerjasama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan
karet dan kelapa sawit dan proyek – proyek pangan yang mungkin dilaksanakan oleh
perusahaan.
c) Terwujudnya perjanjian ini juga didasarkan atas pertimbangan.
d) Instruksi Presiden Kabinet No. 28/U/1996 tertanggal 12 Desember 1996
dan semua pengaturan lain yang bertalian dengan pengembalian
perusahaan – perusahaan asing di Indonesia.
e) Undang – undang No.1 tahun 1967 mengenai penanaman modal asing dan
semua peraturan lain mengenai penanaman modal asing di Indonesia.
Dengan hadirnya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan perusahaan
tersebut oleh pemerintah Indonesia dikembalikan kepada pemiliknya semula yaitu
Horrison & Crossfield Ltd pada tanggal 1 April 1968 dan terjadi penggantian nama
menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.
Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
melakukan merger dengan beberapa perusahaan di bawah ini:
a) PT. Nagadong Plantation Company
b) PT. Seibulan Plantation Company

c) PT. Perusahaan Perkebunan Bajue Kidoel
d) PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi
Keempat perusahaan ini menggabungkan diri dan menamakannya menjadi PT.
PP London Sumatra Indonesia Tbk. Perusahaan ini adalah jenis perusahaan
Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan surat Ketua Badan Penanaman Modal
tanggal 12 November 1991 No.794/III/PMA/1991. Pada tanggal 27 Juli 1994,
Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London
37
Universitas Sumatera Utara

Sumatra Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan
saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada bulan Oktober
2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan PT Indofood Sukses Makmur
Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di
Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama. Jumlah kepemilikan saham PT. PP
London Sumatra Indonesia Tbk pada saat itu adalah dengan komposisi saham sebesar
47, 23 % Commerzbank (SEA) Ltd. Singapura sebesar 5, 83 % dan sisanya sebesar
46, 94 % dimiliki oleh masyarakat.
Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya menjadi
tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih
memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi
kelapa sawit di era 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan karet
sebagai komoditas utama Perseroan.
II. 3. 1. Bidang Bisnis LONSUM
Dimulai pada 1906 dengan sebuah perkebunan kecil tembakau dan kopi dekat
Medan. Terus berkembang menjadi salah satu perusahaan agribisnis terkemuka,
memiliki lebih kurang 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh dan kakao
yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia.
Bidang

bisnis

Lonsum

mencakup

pemuliaan

tanaman,

penanaman,

pemanenan, pengolahan, pemprosesan dan penjualan produk – produk kelapa sawit,
karet, kakao, teh dan bibit. Lonsum memiliki banyak kebun, pabrik dan juga berfokus
pada penelitian dan pengembangan tanaman yang menjadi andalan Lonsum dalam
berbisnis.

38
Universitas Sumatera Utara

a. Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit Lonsum tersebar di tiga lokasi, yaitu Sumatera Utara,
Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas total perkebunan kelapa sawit di
Sumatera Utara adalah 35.623 hektar, dan terdapat 4 pabrik pengolah minyak sawit.
Perseroan memproduksi minyak ini sawit dan prosuk inti sawit dalam jumlah terbatas
di Sumatera Utara. Sedangkan Sumatera Selatan memiliki perkebunan kelapa sawit
plasma menghasilkan seluas 31.726 hektar. Jumlah pabrik pengolah minyak sawit di
daerah ini ada enam. Kalimantan Timur memiliki 5.100 hektar perkebunan kelapa
sawit inti. Sebuah pabrik pengolah sawit baru sedang dibangun di daerah ini siap
beroperasi pada bulan Juli 2009.
b. Karet
Lonsum memiliki tujuh pabrik yang memproduksi sheet rubber dan crumb
rubber untuk penjualan domestic maupun ekspor . Saat ini Lonsm memiliki lahan

perkebunan karet seluas 17.394 hektar, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera
Selatan dan Sulawesi Selatan, yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma.
c. Kakao
Lonsum telah mengurangi kawasan tanam kakao hingga lebih dari 40%
selama beberapa tahun terakhir dan memiliki kawasan tanam seluas 2.748 hektar.
Perkebunan kakao terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi
Utara. Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569
hektar.
d. Teh
Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569
hektar.
39
Universitas Sumatera Utara

e. Bibit
Bibit yang diproduksi Lonsum sebagian besar dijual ke pihak luar, dan sisanya
digunakan untuk perkebunan sendiri serta ditanam di kebun pembibitan untuk dijual
sebagai bibit siap tanam.
II. 3. 2. Kebun-Kebun Perusahaan
Lonsum memiliki Lonsum memiliki 38 perkebunan inti dan 14 perkebunan
plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan
dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agromanajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Perseroan saat ini
memiliki 20 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan
Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit
kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut
adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.
Kebun plasma adalah kebun yang dibangun dan dikembangkan oleh
perusahaan perkebunan serta ditanami dengan tanaman perkebunan. Kebun plasma ini
sejak penanamannya dipelihara dan dikelola oleh kebun inti hingga berproduksi.
Setelah tanaman mulai berproduksi, penguasaan dan pengelolaannya diserahkan
kepada petani rakyat (dikonversikan). Petani menjual hasil kebunnya kepada kebun
inti dengan harga pasar dikurangi cicilan atau angsuran pembayaran hutang kepada
kebun inti berupa modal yang dikeluarkan kebun inti membangun kebun plasma
tersebut.

40
Universitas Sumatera Utara

II. 3. 3. Pabrik – Pabrik Perusahaan
Untuk memaksimalkan sumber daya alam yang di miliki oleh perusahaan
baik itu berupa kelapa sawit, kokoa, karet maupun teh, Lonsum memiliki
beberapa unit pabrik yang akan mempermudah proses produksi dari bahan mentah
ke setengah jadi hingga menjadi bahan jadi. Perseroan saat ini memiliki 21 pabrik
pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia
industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan
kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci
utama pertumbuhan Perseroan.

II. 4. Simbol PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.
Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk – bentuk tertulis
yang diberi makna oleh manusia (Saifuddin, 2005: 289). Suatu simbol membawa
suatu pesan yang mendorong pemikiran atau tindakan. Simbol memberikan landasan
bagi tindakan dan perilaku selain gagasan dan nilai – nilai. Lonsum sebagai sebuah
perusahaan agribisnis memiliki simbol yang didominasi warna hijau yang identik
dengan alam.

Gambar 2. Simbol Perusahaan
41
Universitas Sumatera Utara

Warna Hijau dalam simbol Lonsum mencerminkan bahwa perusahaan ini
bergerak dalam bidang perkebunan dan turut bertujuan untuk menghijaukan
wilayah Indonesia. Gambar daun sawit melambangkan daun sawit yang sedang
berkembang di mana perusahaan ini sedang giat – giatnya untuk terus
menggunakan sawit sebagai komiditi perusahaan walaupun perusahaan juga
menanam pohon lain seperti karet, coklat dan juga teh.

2. 5. Kategori Karyawan
Perusahaan ini dikenal memiliki beberapa tahapan dalam pengklasifikasian
orang yang bekerja didalamnya. Tahap pertama adalah orang yang bekerja jika
sedang banyak dibutuhkan tenaga kerja. Orang ini biasa disebut dengan istilah buruh
harian lepas, namun Lonsum sendiri menyebutnya PW (Piece Work). Pekerja jenis ini
sering ditemukan dikebun dan Pabrik Lonsum yang biasanya masa kerjanya tidak
sampai tiga bulan. Sering terjadi juga pekerja yang berawal dari PW kemudian naik
pangkat menjadi DRP. Mereka umumnya digunakan saat pemupukan maupun masa
tanam ulang bibit sawit. Buruh harian lepas (PW) ini akan digaji hitung harian dia
bekerja, jadi jika selama masa kontrak sementara ada hari dia tidak hadir maka gaji
pun tidak ada. Peneliti melihat bahwa banyak PW tersebut melibatkan keluarganya
seperti istri, anak, maupun kerabat jauh dari karyawan tersebut.

42
Universitas Sumatera Utara

2. 6. Sei Merah Estate
Kebun Sei Merah Estate berbatasan langsung dengan Desa Lengau Seprang,
Desa Naga Timbul, Desa Tanjung Morawa A, Desa Tanjung Mulia (Penara), Desa
Nogo Rejo, Desa Punden Rejo, Desa Bangun Rejo, dan Desa Tanjung Baru. SK HGU
( Surat Keterangan Hak Guna Usaha) atas Kebun Sei Merah Estate dikeluarkan oleh
Menteri dalam Negeri No. 65 HGU BPN 97 seluas 1854.46 Ha pada tanggal 10 Juli
1997 dan akan berakhir pada 31 Desember 2017 dengan No Sertifikat
02.0402.07.200002.

Gambar 3: Peta Sei Merah Estate (Sumber: Internal Perkebunan)

43
Universitas Sumatera Utara

2. 7. Struktur Organisasi Sei Merah Estate dan Divisi Sei Merah.
Seperti yang dikatakan peneliti di bab sebelumnya, bahwa kantor Divisi
adalah tempat di mana semua data mentah berawal, baik itu laporan jadwal
pemupukan, penanaman, maupun manen buah. Di sub bab ini peneliti akan
menjabarkan struktur organisasi di kantor Divisi tersebut sesuai dengan data yang
didapat selama di lapangan. Adapun Struktur Organisasi Sei Merah Estate, sebagai
berikut :

Eddy Syahputra
Manager
1691.37 HA
1 Jun 1995 / 2 Jun 2014

Ir. M. Surya Ardiyanto
FA. Sei Merah
905.21 HA
4 Sep 1995 / 15 Jul 2011

M. Agy Hapsoro
KASIE
Office
14 Apr 2010 / 2 Jun 2014

Doddy KP Karewur S.st
FA. Kali Tawang
786.16 HA
5 Des 2011 / 20 Okt 2014

Gambar 4. Struktur Kantor Sei Merah Estate/Kategori Staf

44
Universitas Sumatera Utara

STRUCTURE ORGANIZATION OF OFFICE SEI MERAH ESTATE

Photo

KASIE
M. Agy Hapsoro

Photo

HEAD OF
CLERK
Inwani

Photo

Photo

Photo

Photo

Photo

Humas
Relation
Jayusman

General
Administrasi
Bella

Finance
Clerk
Popo

General
Administrasi
Hilda

Estate
Data
M. Yuswardi

Photo

Enveroinment
May Indra S

Photo

Photo

Photo

CHECK
ROLL
Supryansah

GODOWN
MASTER
Diar Putra B.S.

Asset
Clerk
Fransiska Bella

STORE
KEEPER/
STORE
KEEPER/
Dewi

Gambar 5. Kategori karyawan di kantor Sei Merah Estate

45
Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Struktur Organisasi Divisi Sei Merah

46
Universitas Sumatera Utara