Budaya Korporasi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Di Medan

(1)

Budaya Korporasi

PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk

di Medan

Disusun Oleh :

Indriani

070905019

Departemen Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan Oleh :

Nama : Indriani

Nim : 070905019

Judul : BUDAYA KORPORASI PT. PP LONDON

SUMATRA

INDONESIA TBK DI MEDAN

Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Mariana Makmur, MA Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 195802021 98503 2 001 NIP. 19621220 198903 1 005

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof.Dr.Badaruddin, M.Si NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

BUDAYA KORPORASI PT. PERUSAHAAN PERKEBUNAN (PP) LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DI MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, November 2011


(4)

ABSTRAK

Indriani 2011, judul skripsi: BUDAYA KORPORASI PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DI MEDAN. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 131 halaman, 4 tabel, 13 gambar, 18 daftar pustaka serta lampiran

Skripsi ini mendeskripsikan : Budaya Korporasi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk di Medan. Penelitian ini berlokasi di Kantor Pusat PT. PP London Sumatra Indonesia di Medan, Rambong Sialang Estate dan Begerpang Palm Oil Mill. Kajian ini menjelaskan tentang budaya korporasi perusahaan Lonsum yang mampu membuat perusahaan ini bertahan dan berkembang sampai sekarang. Budaya korporasi perusahaan yang tidak lantas dapat diterima begitu saja oleh para karyawan, mengalami suatu proses sosialisasi agar karyawan dapat memahami apa yang menjadi nilai, visi serta misi perusahaan tersebut.

Tujuan penelitian adalah bagaimana mendeskripsikan budaya korporasi PT. Lonsum di Medan serta proses sosialisasi berikut penerapannya oleh setiap elemen yang terlibat dalam perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode etnografis dengan wawancara serta observasi untuk teknik pengumpulan data yang digunakan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan wawancara tak berstruktur. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan kunci sebanyak 9 orang. Wawancara tak berstruktur namun fokus digunakan untuk memperoleh keterangan dari informan biasa. Selain wawancara digunakan juga observasi partisipasi yang mengharuskan peneliti berada ditempat penelitian yaitu kebun, pabrik serta kantor. Observasi yang dilakukan dengan mengamati kegiatan-kegiatan apa yang menjadi ritual, kegiatan sehari-hari para karyawan dalam proses kerja serta proses sosialisasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya korporasi merupakan suatu aturan yang sudah baku yang dirumuskan oleh para pendiri perusahaan yang menjadikannya ciri khas PT. Lonsum dalam menjalankan kegiatan perusahaan demi terwujudnya tujuan perusahaan. Perusahaan tidak dapat langsung menanamkan nilai-nilai budaya korporat tanpa terlebih dahulu melalui proses pembelajaran atau sosialisasi yang berwujud pelatihan-pelatihan yang diberikan pada karyawan baru. Sayangnya proses sosialisasi nilai-nilai tersebut hanya identik diberikan untuk karyawan atau staf baru. Para karyawan atau staf yang mengalami kenaikan pangkat itu biasanya hanya diberi pelatihan-pelatihan yang berkenaan dengan kepemimpinan dan manajemen.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Budaya Korporasi PT. PP London Sumatra Indonesia TBK di Medan” ini dengan baik.

Dalam penyusunan hingga penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir, penulis banyak melibatkan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Mariana Makmur, MA selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, waktu, serta perhatiannya kepada penulis dari mulai penelitian sampai akhirnya penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada Dekan Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai seorang pemimpin dan pemberi kebijakan bagi seluruh Citivitas Akademika FISIP USU. Rasa terimakasih yang banyak penulis berikan juga kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.A selaku Ketua Departemen Antropologi yang dengan bijak memberikan arahan dan koreksi bagi penulis untuk menghasilkan sebuah skripsi yang berkualitas dan kepada Bapak Agustrisno, MSP selaku Sekretaris Departemen Antropologi yang sering menunjukkan kepeduliannya terhadap mahasiswa dengan menanyakan mengenai apa dan bagaimana dengan skripsi yang ingin dibuat.


(6)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu, MA selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan segala urusan akademis selama masa perkuliahan. Kepada seluruh staf pengajar Departemen Antopologi FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu, wawasan serta pengetahuan baru bagi penulis selama proses belajar ini berlangsung. Serta Kak Nurhayati selaku staf administrasi Departemen Antropologi yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Riyanto selaku Manager Training PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan memfasilitasi penulis selama berada di kebun, juga kepada karyawan dan staf PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Medan baik karyawan ataupun staf mill (pabrik) maupun estate

(kebun) serta karyawan atau staf kantor yang telah banyak memberikan informasi yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini secara pribadi, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda RM. Sutrisno dan Ibunda Maria Yusuf yang telah mencurahkan segala doa, kasih sayang, cinta yang tak terhingga, serta dukungan yang tidak pernah terputus kepada penulis, juga kepada saudara-saudara penulis, Mbak Ika dan Abang Gunawan, terima kasih atas do’a dan dukungannya serta kepada Bude Syamsiar yang telah memberikan hunian yang nyaman bagi penulis.


(7)

Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis atas perhatian, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan, Deni Melati Nasution, Ruri Maidany, Santa Lucia, Adolf Roben, Nelson Perdy dan Bang Umar Abdillah. Juga kepada sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2007, Edy Surya, Martha Fitriyanti S.Sos, Bitha, Zizah, Hafizah S.Sos, Sri Paulina, Anugerah S.Sos, Risa Febrina, Putri Dewi, Dian Anggraini S.Sos dan teman-teman lainnya yang tidak penulis cantumkan, terima kasih atas bantuannya. Ucapan terima kasih juga penulis berikan untuk teman-teman partner belajar angkatan 2006 dan 2008, serta segala bantuan dari semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Ucapan terima kasih penulis yang terakhir adalah untuk seluruh pembaca skripsi ini.

Medan, November 2011 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Indriani, akrab dipanggil Indri, lahir pada tanggal 31 Agustus 1988 di Medan. Anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan RM. Sutrisno dan Maria Yusuf. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 101882 Tanjung Morawa pada tahun 2000 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Morawa pada tahun 2003. Lalu penulis melanjutkan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa dan selesai pada tahun 2006. Tahun 2007 meneruskan pendidikan kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik dengan spesifikasi ilmu Antropologi.

Pengalaman organisasi yang pernah penulis ikuti adalah kegiatan SIAGA I yang diselenggarakan oleh Musholla As-Siyasah FISIP USU. Penulis juga pernah menjadi peserta dalam lomba Kumcer (Kumpulan Cerpen) LeutikaPrio. Penulis juga turut serta dalam training New Staff Field and Mill di Lonsum. Penulis juga pernah menjadi Koordinator Sie Kesehatan dalam proses Inisiasi 2009. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah penerima Beasiswa selama satu tahun dari salah satu Politeknik Swasta di Medan. Penulis juga adalah penerima beasiswa PPA selama tiga periode (2008-2010) ketika masih duduk di bangku perkuliahan di Antropologi FISIP USU.


(9)

KATA PENGANTAR

Adapun judul skripsi ini adalah Budaya Korporasi pada PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk di Medan. Skripsi ini merupakan merupakan hasil tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial, Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Sebagian besar skripsi ini berisi kajian analisis yang didasarkan pada pengamatan dan wawancara penulis mengenai budaya korporasi yang ada di perusahaan perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk di Medan. Secara sistematis, kajian tentang budaya korporasi ini berfokus pada bagaimana budaya korporasi perusahaan Lonsum disosialisasikan serta implementasinya dalam kegiatan perusahan yang bertujuan untuk mengembangkan perusahaan ke arah yang lebih baik. Pembahasan konsep budaya korporasi tidak terlepas dari unsur-unsur pembentuknya yakni lingkungan usaha, nilai-nilai, panutan atau keteladanan, upacara atau ritual dan jaringan. Pembahasan mengenai bagaimana budaya korporasi itu dapat dipahami oleh karyawan atau staf dapat ditemukan dalam bab III dari skripsi ini Keberadaan budaya korporasi dari sebuah perusahaan merupakan suatu tanda (ciri khas) dari perusahaan tersebut yang menjadikannya berbeda dari perusahaan lain hingga pentingnya sebuah perusahaan menuntun dan memberi arah pada karyawan atau staf untuk dapat mengerti dan paham budaya yang dimiliki oleh perusahaannya.


(10)

Adanya skripsi ini diharapkan bisa menjadi teman dialog yang baik bagi para pembaca sekaligus menambah referensi dalam memahami konsep budaya perusahaan. Akhirnya, “tak ada gading yang tak retak”. Penulis menyadari bahwa sebagai sebuah skripsi, apa yang tertulis dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Di dalamnya masih banyak kekurangan dan (mungkin) kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan koreksi, saran maupun kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini nantinya. Demikian pengantar dari penulis semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Amin Ya Rabbal’Alamin.

Medan, November 2011 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.4 Tinjauan Pustaka ... 12

1.5 Metodologi Penelitian ... 24

1.5.1 Penentuan Informan ... 24

1.5.2 Wawancara ... 26

1.5.3 Observasi Partisipasi ... 27

1.5.4 Pengalaman dalam Penelitian ... 28


(12)

BAB II PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK ... 32

2.1 Sejarah Perusahaan PT. PP London Sumatra ... 36

2.2 Bidang Bisnis Lonsum ... 40

2.3 Kebun-Kebun Perusahaan . ... 42

2.3.1 Kebun Inti . ... 42

2.3.2 Kebun Plasma ... 45

2.4 Pabrik-pabrik Perusahaan ... 47

2.4.1 Sejarah Begerpang Palm Oil Mill ... 49

2.5 Penelitian dan Pengembangan ... 50

2.6 Visi dan Misi Perusahaan ... 51

2.6.1 Visi Perusahaan ... 51

2.6.2 Misi Perusahaan ... 52

2.7 Simbol Lonsum ... 53

2.8 Tanggung Jawab Perusahaan ... 54

2.9 Tugas dan Wewenang dalam Struktur Organisasi. ... 57

2.9.1 Kategori Karyawan atau Staf . ... 63

BAB III BUDAYA KORPORASI PT. PP LONDON SUMATRA ……... 66

3.1 Lingkungan Usaha ... 68

3.2 Nilai-nilai utama (core value) Perusahaan ... 70

3.3 Panutan atau Keteladanan ... 78


(13)

3.4.1 Ritual Penerimaan Karyawan atau Staf ... 80

3.4.1.1 Tahap Sebelum Kedatangan . ... 80

3.4.1.2 Tahap Perjumpaan ... 84

a. Metode yang digunakan dalam ITC ... 84

b. Kegiatan yang dilakukan ... 86

3.4.1.3 Tahap Metamorphosis ... 88

3.4.2 Ritual Proses Sosialisasi Karyawan atau Staf ... 90

3.4.2.1 Cerita ... 90

3.4.2.2 Ritual . ... 92

3.4.2.3 Lambang Materi ... 95

3.4.2.4 Bahasa ... 96

3.5 Network (Jaringan) ... 98

BAB IV IMPLEMENTASI BUDAYA KORPORASI ... 100

4.1 Implementasi Nilai-Nilai Budaya Lonsum ... 100

4.1.1 Integritas ... 100

a. Jujur ... 100

b. Bertanggung Jawab . ... 103

4.1.2 Kerjasama ... 107

a. Saling Menghargai atau Menghormati ... 107


(14)

4.1.3 Unggul ... 111

a. Disiplin ... 111

b. Perbaikan Terus Menerus ... 116

4.2 Analisis Tipe Dasar Budaya Hofstede ... 117

4.2.1 Rentang Kekuasaan . ... 118

4.2.2 Individualisme VS Kolektivisme ... 120

4.2.3 Maskulinitas VS Feminitas ... 122

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan . ... 124

5.2 Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Sejarah Lonsum 39

2 Simbol Lonsum 53

3 Contoh CSR Lonsum 56

4 Tabel Kategori Karyawan/Staf di Lonsum 65 5 Wawancara dengan Manager Training (Pak Riyanto) 74 6 Mission, Vision & Core Values Lonsum 78

7 Rambong Sialang Training Centre 86

8 Pemateri sedang memberikan keterangan di lapangan 88 9 Kantin tempat karyawan berkumpul saat wolon 99

10 Majalah Lonsum 98

11 Suasana In Class Training 103

12 Lokasi Composting di BGPOM 106


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Perkembangan Luas Perkebunan Indonesia Tahun 2005-2009

33

2 Perusahaan Perkebunan di Sumatera Utara 34 3 Kategori Karyawan atau Staf di Lonsum 64 4 Luas Wilayah Rambong Sialang Estate 104


(17)

ABSTRAK

Indriani 2011, judul skripsi: BUDAYA KORPORASI PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DI MEDAN. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 131 halaman, 4 tabel, 13 gambar, 18 daftar pustaka serta lampiran

Skripsi ini mendeskripsikan : Budaya Korporasi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk di Medan. Penelitian ini berlokasi di Kantor Pusat PT. PP London Sumatra Indonesia di Medan, Rambong Sialang Estate dan Begerpang Palm Oil Mill. Kajian ini menjelaskan tentang budaya korporasi perusahaan Lonsum yang mampu membuat perusahaan ini bertahan dan berkembang sampai sekarang. Budaya korporasi perusahaan yang tidak lantas dapat diterima begitu saja oleh para karyawan, mengalami suatu proses sosialisasi agar karyawan dapat memahami apa yang menjadi nilai, visi serta misi perusahaan tersebut.

Tujuan penelitian adalah bagaimana mendeskripsikan budaya korporasi PT. Lonsum di Medan serta proses sosialisasi berikut penerapannya oleh setiap elemen yang terlibat dalam perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode etnografis dengan wawancara serta observasi untuk teknik pengumpulan data yang digunakan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan wawancara tak berstruktur. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan kunci sebanyak 9 orang. Wawancara tak berstruktur namun fokus digunakan untuk memperoleh keterangan dari informan biasa. Selain wawancara digunakan juga observasi partisipasi yang mengharuskan peneliti berada ditempat penelitian yaitu kebun, pabrik serta kantor. Observasi yang dilakukan dengan mengamati kegiatan-kegiatan apa yang menjadi ritual, kegiatan sehari-hari para karyawan dalam proses kerja serta proses sosialisasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya korporasi merupakan suatu aturan yang sudah baku yang dirumuskan oleh para pendiri perusahaan yang menjadikannya ciri khas PT. Lonsum dalam menjalankan kegiatan perusahaan demi terwujudnya tujuan perusahaan. Perusahaan tidak dapat langsung menanamkan nilai-nilai budaya korporat tanpa terlebih dahulu melalui proses pembelajaran atau sosialisasi yang berwujud pelatihan-pelatihan yang diberikan pada karyawan baru. Sayangnya proses sosialisasi nilai-nilai tersebut hanya identik diberikan untuk karyawan atau staf baru. Para karyawan atau staf yang mengalami kenaikan pangkat itu biasanya hanya diberi pelatihan-pelatihan yang berkenaan dengan kepemimpinan dan manajemen.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang merata diseluruh aspek kehidupan masyarakat mulai dari globalisasi dalam bidang informasi, teknologi dan tak terkecuali globalisasi ekonomi telah membawa banyak perubahan bagi masyarakat yang terkena imbasnya. Globalisasi ekonomi dan munculnya era perubahan merupakan tantangan yang serius bagi para pemimpin perusahaan dalam mengelola perusahaannya. Dengan adanya perubahan tersebut diperlukan kehati-hatian para pemimpin perusahaan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan sekaligus menjaga kelangsungan perusahaannya agar mampu eksis dalam suatu bidang tertentu.

Hadirnya era globalisasi seperti yang telah dikemukakan di atas membuat persaingan bisnis semakin ketat, sehingga semua elemen masyarakat yang terjun dalam dunia bisnis turut ambil bagian di dalamnya. Pemerintah perlu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program mutu pendidikan. Sedangkan perusahaan-perusahaan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat yang didukung pula dengan sumber daya manusia dan budaya korporasi yang tepat pula.

Kemampuan perusahaan dalam menghadapi perubahan zaman ternyata didasari dengan adanya kesadaran dalam sebuah perusahaan dalam membangun budaya perusahaan atau budaya korporasi. Budaya korporasi mulai dilirik dan


(19)

bumi yang merosot dan ekspor komoditi non-migas didorong oleh pemerintah. Perusahaan-perusahaan menengah dan besar di Indonesia merasakan pentingnya suatu budaya korporasi dan oleh karena itu mereka berusaha merumuskan dan menginternalisasikannya kepada karyawan perusahaan (Ndraha, 2005: 249).

Pemahaman terhadap budaya perusahaan atau budaya korporasi dilakukan kepada seluruh anggota yang ada dalam perusahaan tersebut. Ini bertujuan untuk memberikan manfaat bagi karyawan ataupun pimpinan perusahaan. Hadirnya budaya korporasi akan menciptakan kesesuaian atau kesamaan nilai antar karyawan dengan lingkungan perusahaan yang nantinya akan lebih mudah menggerakkan sumber daya manusia untuk mencapai kemajuan dari suatu perusahaan.

Pendiri perusahaan adalah salah satu pilar penting dalam perumusan budaya korporasi. Menurut Robbins (2008: 267) proses penciptaan budaya korporasi oleh para pendiri awalnya dapat terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, para pendiri perusahaan melakukan indoktrinasi dan mensosialisasikan cara pikir dan berperilaku mereka pada karyawan. Ketiga, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model yang berperan untuk mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri yang pada akhirnya akan menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut.

Jika sebuah perusahaan dianggap mencapai suatu kesuksesan, visi pendirilah yang dipandang sebagai faktor utama penentu keberhasilan tersebut. Pada titik itu seluruh kepribadian para pendiri akan berbaur dan melekat dalam


(20)

budaya korporasi. Contoh perusahaan Google yakni perusahaan yang berbasis pada mesin pencari terbesar di dunia, di mana penggunanya berjumlah 82 juta orang per bulan, yang memiliki akses ke lebih dari 8 juta halaman web. Budaya Google sangat informal, para karyawan (Googlers) bekerja secara berkelompok di tempat yang sangat padat dengan tiga atau empat staf berbagi tempat dengan sofa dan anjing. Hierarki korporat hampir tidak kelihatan dan para karyawan mengenakan pakaian yang tidak seragam. Kebijakan perekrutan Google lebih menekankan kemampuan daripada pengalaman (Robbins, 2008: 253).

Perusahaan Toyota sebagai salah satu produsen otomotif terkenal di Jepang juga menerapkan budaya korporasi dalam pengelolaan perusahaannya yang tertuang dalam 14 Prinsip dari The Toyota Way. The Toyota Way adalah sebuah filosofi manajemen yang digunakan oleh korporasi

manajemen pada “pemahaman filosofis atas tujuan (perusahaan)”, berpikir jangka panjang, memiliki proses untuk memecahkan masalah, penambahan nilai bagi organisasi dengan cara mengembangkan orang-orangnya, dan menyadari bahwa pemecahan masalah secara terus-menurus mendorong proses belajar organisasi.

Adapun yang menjadi 14 Prinsip The Toyota Way adalah : Prinsip 1: Dasarkan keputusan manajemen anda pada filosofi jangka panjang, bahkan bila harus mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek. Prinsip 2: Buat alur proses yang kontinyu untuk mengangkat permasalahan ke permukaan. Prinsip 3: Gunakan sistem “tarik” (pull) untuk menghindari produksi yang berlebihan.


(21)

seperti kelinci). Prinsip 5: Bangun budaya agar berhenti untuk memperbaiki masalah, sehingga kualitas yang tepat diperoleh sejak pertama kali. Prinsip 6: Tugas dan proses yang terstandar merupakan dasar untuk perbaikan secara terus-menerus dan pemberdayaan karyawan. Prinsip 7: Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi. Prinsip 8: Gunakan hanya teknologi yang dapat dipercaya dan benar-benar teruji untuk melayani orang-orang dan proses. Prinsip 9: Kembangkan pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya, menjiwai filosofinya, dan mengajarkannya kepada orang lain.

Prinsip 10: Kembangkan orang-orang dan tim yang luar biasa, yang bersedia mengikuti filosofi perusahaan Anda. Prinsip 11: Hormati jaringan mitra dan pemasok dengan cara terus menantang mereka dan membantu mereka memperbaiki diri. Prinsip 12: Pergi dan melihat sendiri untuk dapat benar-benar memahami situasi (genchi genbutsu). Prinsip 13: Ambil keputusan secara perlahan-lahan dengan konsensus, seksama dalam mempertimbangkan semua pilihan; mengimplementasikan keputusan dengan cepatPrinsip 14: Menjadi organisasi pembelajar melalui refleksi yang terus-menerus (hansei) dan

perbaikan yang berkesinambungan

Selain Toyota, perusahaan komputer dunia HP juga mengembangkan budaya korporasinya. HP berusaha menanamkan budaya perusahaan berdasarkan elemen kunci yang antara lain adalah : passion for customers, meaningful innovation serta speed and agility. Melalui tiga spirit itu, kemudian HP berusaha untuk selalu berinovasi dalam teknologi yang diminati konsumennya. Hasilnya


(22)

Toyota adalah salah satu perusahaan otomotif terkemuka di dunia sementara HP setelah bergabung dengan Compaq mulai menjadi perusahaan terdepan dalam berinovasi dibidang teknologi komputer

Dari dalam negeri sendiri, ada sebuah perbankan yang memiliki budaya korporat yang baik. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah contoh dari perusahaan yang memiliki budaya korporat yang memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan dan produktivitas pelayanan BRI yang meliputi etos kerja, keselarasan dengan nasabah, kemampuan menangani masalah nasabah, kepuasan nasabah, karyawan yang bermutu dan mampu diberdayakan, dan peningkatan mutu jasa dan proses. Budaya korporat yang dimiliki BRI sebenarnya telah lama ada, mengakar tumbuh dan berkembang tetapi masih dalam bentuk tradisional dan tidak tertulis. Proses pembakuan budaya korporat tersebut dilaksanakan mulai tahun 1998 dengan tujuan agar dapat dijadikan acuan yang perlu dipatuhi baik oleh karyawan maupun pimpinan BRI. Budaya korporat yang baku tersebut dapat dijadikan perekat untuk mencapai tujuan perusahaan (Moeljono, 2003: 130).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani (2007) Bank BNI (Bank Negara Indonesia) juga memiliki budaya korporat yang baik. BNI mempunyai nilai pokok budaya korporat yang fleksibel yaitu nilai loyalitas tinggi yang diwujudkan dalam menjalankan aktivitas perusahaan dan menjalankan kewajiban sebagai karyawan perusahaan. Bank BNI juga menghargai karyawan dengan proses yang dapat menciptakan perubahan yang sangat berguna, misalnya:


(23)

perilaku pimpinan yang sangat memperhatikan segenap mitra usahanya dan mempelopori perubahan bila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang logis meskipun perubahan tersebut mengandung resiko.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak sebagai perusahaan produksi juga menerapkan budaya korporasi dalam kegiatan perusahaannya. PT. Ace Hardware Medan yang merupakan perusahaan perkakas yang memiliki bentuk budaya korporat yang mengikat para karyawan dan pemimpin perusahaan dengan mengutamakan produk-produk yang baik dari segi kualitas, kelengkapan barang dan kesesuaian harga dengan kualitas serta memberikan pelayanan pada pelanggan dengan kenyamanan toko yang bersih, rapi, penerangan yang cukup, keamanan yang terjamin dan adanya keleluasaan ruang gerak (Napitupulu, 2010: 106).

Melihat beberapa contoh di atas, dapat dimengerti bahwa budaya korporat sangat berkaitan dengan bagaimana karyawan sebagai sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan memahami budaya perusahaan tersebut. Pemahaman ini tentulah berkaitan dengan langkah-langkah atau kebijakan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pimpinan atau karyawan perusahaan.

Menurut Robbins dalam Moeljono (2003: 21), ada beberapa hal mengapa budaya korporat itu menjadi penting dalam sebuah perusahaan. Pertama, budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal ini berarti bahwa budaya korporat menciptakan pembedaan yang jelas antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Kedua, budaya korporat membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota perusahaan. Ketiga, budaya korporat mempermudah timbulnya


(24)

pertumbuhan komitmen pada suatu yang lebih luas daripada kepentingan individual. Keempat, budaya korporat itu meningkatkan kemantapan sistem sosial. Terkait dengan point keempat, budaya korporat dapat berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.

Indonesia merupakan negara dunia ketiga yang juga sedang menghadapi era globalisasi. Globalisasi yang hadir juga merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk ke dalam dunia bisnis yang kental dengan perusahaan. Perusahaan-perusahaan pun dihadapkan dengan berbagai kondisi global yang ada. Bukan hanya perusahaan yang bergerak di bidang jasa, telekomunikasi maupun transportasi yang harus bertransformasi menghadapi era perubahan ini, perusahaan perkebunan pun turut serta di dalamnya.

Sumatera Utara merupakan daerah di mana dapat ditemukan berbagai perusahaan perkebunan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit, antara lain : PT. Socfin, PT. Lonsum, PT. Dami Mas, PT. Tunggal Yunus, dan PT. Bina Sawit Makmur dan Pusat Pengembangan Kelapa Sawit (PPKS), dsb. Dalam penelitian ini saya memilih PT. Lonsum yang sudah lama malang-melintang dalam dunia perkebunan jika dibanding dengan perusahaan-perusahaan yang lainnya. Minimnya literatur mengenai budaya perusahaan perkebunan juga merupakan alasan peneliti mengapa memilih mengkaji budaya korporasi pada perusahaan perkebunan.


(25)

PT. Perusahaan Perkebunan Lonsum adalah salah satu contoh konkrit dari perusahaan yang mampu eksis di bidangnya. Perusahaan yang pada awalnya bergerak di bidang tanaman karet, teh dan kakao lambat laun lebih memfokuskan usahanya pada tanaman karet sejak awal Indonesia merdeka dan kemudian mengalami perubahan lagi menjadi kelapa sawit pada era 1980an. Akhirnya kelapa sawit menjadi komoditas utama perusahaan menggantikan karet (http://www.londonsumatra.com/content.aspx?code=10000000).

Lonsum memiliki 38 perkebunan inti – kebun yang dibangun oleh perusahaan perkebunan dengan kelengkapan fasilitas pengolahan dan dimiliki oleh perusahaan perkebunan tersebut dan dipersiapkan menjadi pelaksana Perkebunan Inti Rakyat – dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Ironisnya untuk mendapatkan sumber daya manusia yang terampil, professional dan kompetitif bukanlah hal yang mudah. Bahkan menurut data dari United Nations for Development Program (UNDP), tentang Human Development Index Indonesia (HDI) pada tahun 2009, Indonesia berada di peringkat ke 111 dari 182 negara. Fakta ini merupakan bukti bahwa Indonesia sedang mengalami penurunan kualitas sumber daya manusia, karena pada tahun 2008 Indonesia berada di peringkat 109 dari 179 negara.


(26)

Sebuah perusahaan dapat dikatakan sukses jika perusahaan itu dapat mengoptimalkan seluruh sumber-sumber potensial yang ada di perusahaan tersebut termasuk di dalamnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah para karyawan yang telah memahami budaya korporasi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sehingga dalam perjalanan menjadi seorang karyawan yang masih belum mengenal budaya korporasi tempatnya bekerja (para karyawan baru) proses sosialisasi budaya korporasi menjadi suatu hal yang penting agar para karyawan baru dapat mengerti nilai-nilai dan visi misi perusahaan yang tujuan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Lonsum sendiri memiliki visi untuk menjadi perusahaan agribisnis (perkebunan) terkemuka yang berkelanjutan dalam hal tanaman – biaya – lingkungan (3C Crops-Cost-Condition) yang berbasis penelitian dan pengembangan. Sedangkan misi dari Lonsum adalah menambah nilai bagi “stakeholders” dibidang agribisnis. Nilai-nilai budaya korporasi yang dimiliki oleh Lonsum adalah integritas, jujur, bertanggung jawab, kerja sama, saling menghormati, peduli, unggul, disiplin dan perbaikan terus menerus. Namun, hal ini tidaklah mudah diterapkan begitu saja oleh para karyawan yang juga memiliki budayanya masing-masing. Sehingga saya merasa tertarik untuk melihat bagaimana Lonsum sebagai perusahaan perkebunan terkemuka berupaya agar para karyawan dapat turut serta dalam budaya perusahaan itu serta bagaimana Lonsum mensosialisasikan budaya perusahaan terhadap para karyawannya demi tercapainya tujuan perusahaan.


(27)

1. 2 Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian

Fokus kajian ini adalah mengenai budaya korporasi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk di Medan. Untuk menghindari melebarnya masalah penelitian, penulis membatasi dengan melihat bagaimana budaya korporasi di PT. PP London Sumatra Indonesia di Medan dan bagaimana proses sosialisasi yang berperan penting dalam sebuah budaya perusahaan yang nantinya budaya tersebut akan diterapkan dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tertuang dalam tiga pertanyaan penelitian, yakni :

1. Bagaimana budaya korporasi yang dimiliki oleh PT. PP London Sumatra Indonesia di Medan ?

2. Bagaimana perusahaan mensosialisasikan budaya tersebut kepada para karyawan atau staf untuk mencapai tujuan perusahaan ?

3. Bagaimana para karyawan atau staf mengimplementasikan nilai-nilai budaya korporasi tersebut dalam pengelolaan perusahaan ?

Penelitian dilakukan di kantor pusat PT. PP London Sumatra Indonesia di Medan, yang berada di Jl. Ahmad Yani No.2. Pemilihan tempat didasarkan karena perusahaan ini telah berkecimpung cukup lama dalam bidangnya dari tahun 1906 dan masih eksis sampai sekarang. Penulis juga menetapkan Rambong Sialang

Estate (salah satu kebun yang dimiliki perusahaan) di Perbaungan. Pemilihan Rambong Sialang Estate karena selain merupakan salah satu kebun terbesar yang dimiliki oleh Lonsum, di Rambong Sialang juga terdapat Sanggar (Training Centre) tempat di mana diadakannya pelatihan-pelatihan bagi karyawan maupun staf baru. Selain dikedua tempat tersebut, penulis juga melakukan penelitian di


(28)

Begerpang POM (Palm Oil Mill – pabrik pengolahan minyak kelapa sawit) di Kec. Tanjung Morawa sebagai lokasi penelitian. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas kedekatan lokasi dekat tempat tinggal penulis selain itu pabrik ini juga mampu menampung dan mengolah FFB (Fresh Fruit Bunch) dengan kapasitas 45ton/jam berbeda dengan pabrik lain yang hanya mampu 20ton/jam.

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya korporasi perusahaan sehingga para karyawan beserta staf dapat memahami dan menjalankannya serta dapat mengetahui bagaimana proses sosialisasi dan penerapan budaya perusahaan dalam pengelolaan perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan.

Manfaat penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan secara praktis. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan dan memperkaya literatur mengenai budaya korporasi yang dikaji melalui perspektif Antropologi. Sedangkan secara praktis, penelitian ini juga berguna bagi perusahaan sebagai masukkan agar ke depannya perusahaan dapat lebih maju ke arah yang lebih baik.


(29)

1. 4 Tinjauan Pustaka

Sebuah perusahaan memiliki budaya korporasinya sendiri yang menjadikannya berbeda dari perusahaan lain. Terlebih lagi jika perusahaan itu telah lama malang-melintang dalam bidang usaha tertentu. Budaya korporasi A belum tentu sama dengan budaya korporasi B. Itulah mengapa budaya di suatu perusahaan belum tentu dapat di terima secara utuh di perusahaan lain. Bukan berarti budaya korporasi A lebih hebat atau superior dibanding budaya korporasi B atau sebaliknya.

Tiap perusahaan pastilah memiliki budayanya sendiri dan dalam budaya itu memiliki sistem nilai dan cara pandangnya masing-masing. Jadi ketika perusahaan yang satu pergi ke daerah atau perusahaan lain dengan latar budaya berbeda, perusahaan itu menanggapi sekelilingnya dengan sudut pandang budaya korporasinya, dan bila ini dibiarkan mampu merugikan perusahaan itu sendiri. tidak ada dua budaya korporasi yang persis sama. Maka budaya korporasi tersebut sifatnya relatif.

Relativisme budaya menyatakan bahwa tidak ada budaya yang lebih unggul daripada budaya yang lainnya. Claude Levi-Strauss mengemukakan bahwa:

“Cultural relativism affirms that one culture has no absolute criteria for judging the activities of another cultures as “low” or “noble”. However, every culture can and should apply such judgment to its own activities, because its members are actors as well as observers” (Levi-Strauss dalam Cliffort Geertz, 1997: 7).


(30)

Relativisme budaya menegaskan bahwa suatu budaya tidak memiliki kriteria yang mutlak untuk menilai budaya lain rendah maupun mulia. Masyarakat dari sebuah kebudayaan harus berpikir dua kali sebelum menerapkan norma-norma dari satu orang, kelompok atau masyarakat yang lain.

Budaya dalam sebuah perusahaan dapat dianalogikan seperti budaya di dalam suatu masyarakat. Budaya dalam suatu masyarakat merupakan lahan kajian untuk ilmu Antropologi sendiri, karena Antropologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan kebudayaannya. Namun seiring perkembangan zaman, Antropologi bermetamorfosis menjadi ilmu yang tidak hanya mempelajari ‘masyarakat primitif’ namun beranjak menuju masyarakat-masyarakat yang modern. Meluasnya bidang ilmu Antropologi ditandai dengan lahirnya kajian mengenai budaya korporasi dari perspektif Antropologi. Sejak tahun 1930 an, antropologi budaya telah mengkonduksikan penelitian di berbagai latar industri dan budaya yang berfokus dengan budaya korporasi di AS. Sebagai contoh, sekolah yang mempelajari hubungan antar manusia meneliti pada tahun 1930 dan 1940an tentang sebuah etnografi yang menunjukkan bagaimana pola budaya internal dapat mempengaruhi tujuan dari para manajer.

Sebelum melangkah terlalu jauh ada baiknya perlu diketahui terlebih dahulu apa pengertian perusahaan dan apa pula yang dinamakan budaya. Secara sederhana, perusahaan dapat dimaknai sebagai suatu badan yang di bentuk atau didirikan yang bertujuan untuk menghasilkan laba. Menurut Wikipedia, perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Abdul Kadir Muhammad, menyatakan bahwa berdasarkan


(31)

tinjauan hukum istilah perusahaan mengacu kepada badan hukum dan perbuatan badan usaha yang menjalankan usahanya. Perbuatan badan usaha tersebut mencakup perbuatan ekonomi yang komersial yang bertujuan mendapatkan keuntungan atau laba. Termasuk di dalamnya segala aktifitas perdagangan, pelayanan, dan industri dengan bentuk badan usaha yang berbeda-beda seperti perusahaan komanditer (CV) dan perusahaan terbatas

Budaya telah dimaknai dengan banyak cara. Bahkan antropolog masih belum setuju satu sama lain dengan satu pengertian. Berbagai definisi budaya yang ada tidak hanya mengacu pada benda-benda fisik atau perilaku lahiriah semata, melainkan juga pada hal-hal yang tidak terindera oleh manusia, itulah yang menyebabkan banyak sekali pendapat para ahli mengenai budaya. Menurut Edward Burnett Tylor (1871) salah seorang antropolog berkebangsaan Inggris mendefinisikan kebudayaan sebagai:

kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan, dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.” (E.B.Tylor dalam William Haviland, 1985:332).

Menurut A.L Kroeber dan C. Kluckhohn, kebudayaan dimaknai sebagai “pola-pola nilai, ide dan sistem simbolik lainnya yang disebarluaskan dan mengarahkan perilaku.” Sedangkan menurut seorang ahli konsultan asal Belanda Geert Hofstede yang merupakan salah satu pionir dalam meletakkan keberagaman budaya dalam agenda kerjanya. Beliau lah peneliti pertama yang mempertanyakan bagaimana mengadaptasi teori manajemen perusahaan-perusahaan Amerika dan


(32)

mengaplikasikannya ke dalam berbagai konteks budaya. Budaya menurutnya adalah:

sebagai pemrograman mental secara kolektif yang menghasilkan perbedaan antara anggota kelompok masyarakat yang satu dengan anggota kelompok masyarakat yang lain” (Geert Hofstede dalam Alois A Nugroho, 2003: 35).

Lalu apa yang pula yang dimaksud dengan budaya perusahaan atau budaya korporasi. Schein (1985) dalam Moeljono (2003: 17) menyebutkan bahwa budaya korporasi yang mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi-organisasi yang lain. Lebih lanjut, Robbins (2003: 525) menyatakan bahwa:

“organizational culture refers to a system of shared meaning held by members that disguishes the organization from other organization. This system of shared meaning is, on closer examination, a set of key characteristics that the organizations values” – budaya organisasi adalah sebuah sistem pemaknaan bersama yang dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi”.

Beliau juga mengungkapkan ada tujuh kata kunci yang penting dari sebuah budaya korporasi yaitu :

a. Innovation and risk taking yaitu sejauh mana para karyawan didorong untuk melakukan inovasi dan berani mengambil resiko.

b. Attention to detail yakni sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan kecermatan analisis, dan perhatian kepada rincian. c. Outcome orientation yaitu sejauh mana manajemen memfokuskan

pada hasil dan bukannya pada teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.


(33)

d. Team Orientation yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan oleh tim-tim bukannya individu-individu.

e. People Orientation yaitu sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam perusahaan itu.

f. Aggressiveness maksudnya adalah sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dalam perusahaan.

g. Stability

Menurut John P. Kotter dan James L. Heskett (1997: 4) ada dua tingkatan yang berbeda dalam sebuah budaya korporasi yang dapat dilihat dari sisi kejelasan dan ketahanan budaya tersebut terhadap perubahan. Pertama, pada tingkatan yang lebih dalam dan kurang terlihat, budaya merujuk kepada nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun anggota kelompok sudah berubah. Kedua, pada tingkatan yang lebih terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku suatu organisasi sehingga karyawan-karyawan baru secara otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku sejawatnya.

Geertz Hofstede mengatakan ada beberapa tipe dasar budaya (Peters, 2003: 95) yang memiliki pengaruh yang sangat nyata dalam proses informasi dan interaksi orang, baik secara pribadi maupun sebagai kolega bisnis, tipe-tipe tersebut adalah :


(34)

1. Rentang Kekuasaan

Maksud dari dimensi budaya yang satu ini adalah menggambarkan bagaimana individu-individu dalam suatu masyarakat – perusahaan – memandang kekuasaan dan konsekuensinya dalam memandang peranannya dalam pengambilan keputusan atau perintah yang tidak melibatkan masukan dari mereka. Pada masyarakat dengan rentang kekuasaan yang tinggi, pegawai tidak mencari peran dalam pengambilan keputusan. Dalam budaya rentang kekuasaan rendah, pegawai akan lebih banyak menerima tanggung jawab. Budaya yang rentang kekuasaannya rendah cenderung bersifat individualistis.

2. Individualisme VS Kolektivisme

Nilai-nilai yang dianut masyarakat akan menentukan bagaimana nantinya seseorang menjelaskan dirinya sendiri, apakah sebagai orang bebas atau sebagai anggota suatu kelompok, organisasi atau perusahaan. Masyarakat yang percaya pada pola pikir kolektif akan menghargai keselarasan dan berupaya mengendalikan perilaku individu melalui sanksi internal seperti dipermalukan atau dikucilkan dari kelompok.

Pengambilan keputusan dalam budaya individualis lebih cepat, tetapi penerapan suatu perubahan kebijakan seperti proses kode etik perusahaan yang baru yang akan lebih lambat dari budaya kolektif. Sedangkan dalam lingkungan yang bersifat kolektif, pencapaian konsensus


(35)

mungkin akan makan waktu lama tetapi sekali keputusan selesai dibuat penerapannya akan lebih cepat.

Hofstede memberikan pengertian masyarakat yang individual dan kolektif sebagai berikut :

Individualism pertains to societies in which the ties between individuals are loose; every is expected to look after himself and his or her immediate family. Collectivism as its opposite pertains to societies in which people from birth onwards are integrated into strong, cohesive in groups, which throughout people’s lifetime to protect them in exchange for unquestioning loyalty - Istilah individualisme berkaitan dengan masyarakat di mana hubungan antar individual begitu renggang; setiap orang lebih peduli pada dirinya dan keluarga dekatnya. Sementara itu istilah collectivism, kebalikan dari individualism, berkaitan dengan masyarakat di mana seseorang sejak dilahirkan merupakan bagian integral dari kelompok masyarakat” (Hofstede dalam Sobirin, 2006: 83)

3. Sikap Terhadap Ketidakpastian

Dimensi ini menyoroti tentang bagaimana sebuah korporasi menghadapi ketidakpastian dalam menghadapi masa depan. Hofstede dalam Sobirin 2006: 87 mendefinisikan upaya menghindari ketidakpastian atau ketidaktentuan (uncertainty avoidance) sebagai “the extent to which the members of a culture feel threatned by uncertain or unknown situation” – sejauh mana masyarakat merasa terancam oleh situasi yang tidak menentu atau tidak di ketahui sebelumnya. Reaksi yang timbul akibat situasi yang tidak menentu pada seseorang atau kelompok dalam sebuah perusahaan tergantung pada sejauh mana orang atau kelompok dalam perusahaan tersebut merasa terancam. Sehingga, secara umum sikap terhadap ketidakpastian (uncertainty avoidance) terbagi dua :


(36)

a. Strong uncertainty avoidance yang maksudnya adalah toleransi yang relatif rendah terhadap situasi ketidakpastian.

b. Weak Uncertainty avoidance yang cenderung berupaya untuk menghindari ketidakpastian, masyarakat dengan weak uncertainty avoidance cenderung toleran terhadap ketidakpastian.

4. Maskulinitas VS Feminitas

Tipe ini membicarakan tentang nilai dan sikap sosial. Masyarakat yang berorientasi ‘maskulin’ menghargai agresivitas dan ketegasan serta mengharapkan sasaran berupa pencapaian material. Sedangkan yang berorientasi ‘feminim’ lebih menghargai hubungan pribadi, meletakan kualitas hidup sebelum pencapaian material, dan menunjukkan kepedulian terhadap golongan yang tidak beruntung.

Budaya korporasi merepresentasikan persepsi budaya umum yang dimiliki oleh semua pekerjanya. Ini merupakan bentuk eksplisit dari dimana mereka mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem makna. Di dalam hal ini kita dapat mengharapkan bahwa individu dengan latar belakang dan pangkat berbeda dalam suatu perusahaan akan mendeskripsikan perusahaan itu dengan bahasa yang sama. Kehadiran budaya korporasi di sebuah perusahaan tidaklah muncul begitu saja tanpa melalui suatu proses. Ada beberapa unsur yang melandasi terbentuknya suatu budaya korporasi (Atmosoeprapto dalam Moeljono 2003: 22), yakni :


(37)

a. Lingkungan Usaha yaitu lingkungan di tempat perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan.

b. Nilai-nilai yang merupakan konsep dasar dan keyakinan suatu organisasi.

c. Panutan atau keteladanan, orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya.

d. Upacara-upacara (rites dan ritual), acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya.

e. Network, jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai budaya perusahaan.

Namun bukan hal yang mudah untuk dapat menerapkan sebuah budaya korporasi kepada setiap karyawan di perusahaan. Untuk itulah dibutuhkan suatu proses sosialisasi agar budaya korporasi itu dapat diaplikasikan secara utuh dan menyeluruh oleh para karyawan. Sosialisasi yaitu merupakan proses yang mengadaptasikan karyawan dengan kultur organisasi (Robbins, 2008: 269), yang terdiri dari beberapa tahapan, yakni :

a. Tahap pra-kedatangan, yaitu periode pembelajaran dalam proses sosialisasi yang terjadi sebelum karyawan baru bergabung dengan organisasi.


(38)

b. Tahap perjumpaan, yaitu tahap dalam proses sosialisasi dimana karyawan baru melihat seperti apa sesungguhnya organisasi dan menghadapi kemungkinan bahwa harapan dan kenyataan itu berbeda.

c. Tahap metamorphosis, yaitu tahap dalam proses sosialisasi dimana karyawan baru harus berubah dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan, kelompok kerja dan organisasi (Robbins, 2008: 272).

Proses sosialisasi adalah menggambarkan proses mengenai kebudayaan sebagai bagian dari proses sosialisasi individu. Semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai kedudukan dalam masyarakatnya yang dijumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari sejak ia dilahirkan, dicerna olehnya sehingga individu tersebut pun akan menjadikan pola-pola tindakan tersebut sebagai bagian dari kepribadiaannya (Talcott Parsons dalam Koentjaraningrat, 1996: 143-145).

Kejadian inilah yang juga dihadapkan oleh sebuah korporasi. Para karyawan juga diharuskan melalui proses sosialisasi agar nilai-nilai dan visi misi dari perusahaan tersebut dapat diselami dan akan menjadikan nilai-nilai tersebut pola-pola tindakan sebagai bagian dari kepribadian karyawan tersebut. Proses sosialisasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan :

1. Cerita, ini khususnya mengandung narasi tentang para pendiri organisasi, pelanggaran terhadap aturan, kesuksesan dari tidak mampu menjadi kaya raya, pengurangan tenaga kerja, pemindahan karyawan, reaksi terhadap kesalahan masa silam, dan penanganan organisasi.


(39)

2. Ritual yaitu serangkaian aktivitas berulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai kunci organisasi, tujuan mana yang terpenting, orang mana yang penting, dan mana yang dapat dikeluarkan. Salah satu contohnya adalah nyanyian perusahaan Wal-Mart yang diawali oleh pendirinya Sam Walton sebagai cara untuk memotivasi dan menyatukan para pekerjanya.

3. Simbol – Simbol Materi, ini menyampaikan kepada karyawan siapa yang penting, tingkat egalitarianisme yang diinginkan oleh manajemen puncak, dan jenis perilaku (misalnya berani mengambil resiko, konservatif, otoriter, partisipatif, individualistis, sosial) yang tepat. Contoh-contoh lainnya dalah ruang kantor yang luas, perabotan yang bagus, bonus eksekutif dan pakaian khusus (seragam).

4. Bahasa. Para karyawan menegaskan penerimaan mereka terhadap budaya dan membantu melestarikan budaya dengan mempelajari bahasa.

Setelah budaya korporasi itu dapat diterima oleh para karyawannya, ada beberapa karakteristik penting yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana budaya korporasi itu hidup dan eksis di suatu perusahaan. Robbins dalam Moeljono (2003: 20) mengemukakan ada 10 karakteristik penting untuk memahami dan mengukur keberadaan budaya, yakni : (1) inisiatif individu, (2) toleransi resiko, (3) arahan, (4) integrasi, (5) dukungan manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8) sistem imbalan, (9) toleransi konflik, dan (10) pola komunikasi.


(40)

Kotter dan Heskett, (1992: 37) dalam penelitiannya tentang Harvard Bussiness School memberikan bukti nyata bahwa budaya korporasi mampu berdampak kuat dan besar pada prestasi kerja organisasi atau perusahaan. Hasil penelitian itu memiliki empat kesimpulan yaitu :

1. Budaya korporat dapat mempunyai dampak signifikan pada prestasi kerja ekonomi perusahaan dalam waktu jangka panjang.

2. Budaya korporat bahkan mungkin merupakan faktor yang lebih penting dalam menetukan sukses atau kegagalan perusahaan dalam dekade mendatang.

3. Budaya korporat menghambat prestasi keuangan yang kokoh dalam jangka panjang adalah tidak jarang dan budaya itu berkembang dengan mudah, bahkan dalam perusahaan yang penuh dengan orang yang bijaksana dan pandai.

4. Walaupun sulit untuk diubah, budaya korporat dapat dibuat untuk lebih meningkatkan prestasi.

1. 5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk menghasilkan data-data etnografis yang mendeskripsikan mengenai budaya korporasi PT. PP London Sumatra Indonesia di Medan. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, maka diperlukan beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Bungin (2007: 107) mengatakan bahwa:


(41)

metode pengumpulan data kualitatif yang paling independent terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet”.

Data dalam penelitian ini dibedakan atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dijadikan data utama, sementara data kuantitatif digunakan untuk melengkapi data kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan, dalam hal ini buku-buku, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta sumber internet yang berkenaan dengan masalah penelitian.

1.5.1 Penentuan Informan

Agar dapat menghasilkan data yang akurat, maka peneliti menggunakan tiga kategori informan, yakni informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Namun pada akhirnya informan pangkal berfungsi ganda sebagai informan kunci karena informan tersebut memiliki banyak pengetahuan seputar masalah penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan pangkal sekaligus kunci saya adalah karyawan HRD (Hamimah, Desynta), Manager training (Pak Riyanto), new staff estate


(42)

estate (Sakiman, Erlina Wati), Manager mill (Pak Marbun), Karyawan mill

(Bambang, Murni).

Penentuan informan kunci didasarkan atas beberapa pertimbangan selain karena orang-orang yang menjadi informan kunci memliki banyak pengetahuan seputar masalah penelitian, penentuan ini juga didasarkan atas lamanya masa kerja diatas 5 tahun, kedudukan atau posisi dari orang tersebut. Untuk informan kunci mengenai bagaimana proses training atau sosialisasi karyawan/staf baru, saya memilih karyawan/staf yang sedang mengikuti proses training dan yang sedang on job training (masa percobaan).

Selain menggunakan informan kunci, peneliti juga menggunakan informan biasa yaitu yang berasal dari karyawan estate (Legiran, Joko Suyanto, Aan, Suryadi). Karyawan kantor (Syafrizal, Evi, Budi, Supriadi) serta yang karyawan mill (Liliek, Josef, Susi, Arya, Nur Sahara). Pemilihan informan ini didasarkan atas keaktifan informan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan perusahaan, serta senioritas dalam perusahaan. Jumlah seluruh informan adalah 24 orang yang terdiri dari karyawan atau staf kebun, pabrik dan juga kantor.

1.5.2 Wawancara

Wawancara adalah percakapan (tanya-jawab) yang dilakukan dengan maksud tertentu antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai (informan) dengan atau tanpa menggunakan pedoman


(43)

wawancara. Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur yang bersifat fokus dan wawancara mendalam (in depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara.

Wawancara tak berstruktur yang bersifat fokus adalah wawancara yang biasanya terdiri dari pertanyaan yang tak mempunyai struktur tertentu, tetapi selalu berpusat kepada satu pokok yang tertentu (Koentjaraningrat, 1997: 139). Wawancara ini dilakukan pada informan biasa. Data yang didapat dari wawancara ini adalah bagaimana sikap dan perilaku karyawan atau staf terhadap budaya korporasi Lonsum yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang menjadi pegangan dalam pengelolaan perusahaan. Selain itu digunakan juga wawancara mendalam yang diterapkan pada informan kunci yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode ini dapat mendekatkan diri secara emosional dengan informan, selain itu data-data otentik dari sudut pandang emic (emic view) juga dapat dimulai dengan wawancara. Wawancara ini dilakukan guna mendapatkan data mengenai bagaimana budaya korporasi, kegiatan apa saja yang dilakukan perusahaan serta proses sosialisasi budaya korporasi terhadap karyawan dalam pengelolaan perusahaan.

1.5.3 Observasi Partisipasi

Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari observasi partisipasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung proses sosialisasi budaya korporasi dan berbagai kegiatan perusahaan. Untuk


(44)

memperoleh data yang akurat mengenai proses sosialisasi, penulis turut serta dalam kegiatan sosialisasi (training) yang dilakukan di RSTC. Penulis diizinkan mengikuti ITC dan ikut terjun ke lapangan (kebun) untuk mengetahui bagaimana proses kerja karyawan seperti mengambil kelapa sawit, penyemprotan tanaman sawit dengan pestisida, dan pemasangan pancang untuk mengukur jarak tanam kelapa sawit.

Penulis juga ikut berpartisipasi dengan turut membantu karyawan kantor selama satu minggu dengan melakukan kegiatan kerja seperti input data, membuat surat dan scanning file. Dari observasi selama seminggu, penulis dapat melihat bagaimana keseharian kerja para karyawan Lonsum apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai budaya Lonsum atau tidak. Selain itu, observasi partisipasi merupakan pilihan yang tepat untuk mendukung akurasi data yang diperoleh dari wawancara. Namun selama proses observasi di pabrik, penulis hanya diizinkan sekali berkeliling pabrik dan melihat proses kedatangan buah hingga buah tersebut menjadi CPO. Di sini penulis hanya sekedar mengamati proses kerjanya tanpa boleh berpartisipasi aktif dalam melihat proses kerja mesin-mesin yang ada di pabrik.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek observasi berkaitan dengan pelaku, kegiatan dan benda-benda atau alat yang turut ada dalam proses sosialisasi budaya korporasi yang mungkin terlihat dalam sikap atau perilaku para karyawan dalam sistem kerja yang mereka lakukan. Observasi partisipasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai


(45)

sosialisasi dan penerapan budaya korporasi kepada karyawan/staf. Dapat dilihat apa saja kegiatan yang karyawan lakukan, bagaimana lingkungan usaha, nilai-nilai yang ada diperusahaan, upacara atau ritual budaya yang biasa dilakukan di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

1.5.4 Pengalaman dalam Penelitian

Sebagai upaya dalam mendukung pengumpulan data yang lebih akurat, penulis akan mendeskripsikan secara sederhana bagaimana pengalaman dan kendala-kendala apa saja yang terjadi selama melakukan penelitian. Pengalaman penelitian di lapangan guna mendapatkan data untuk penyusunan skripsi ini memberikan sesuatu yang baru bagi penulis. Diawali dengan kunjungan pertama ke PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk untuk bertanya apakah penulis dapat melakukan penelitian di sana. Kesan pertama yang didapat adalah sikap acuh para karyawannya ketika menanggapi maksud kedatangan penulis.

Kunjungan kedua ternyata tidaklah mengecewakan karena mereka (para karyawan) sudah agak mulai menunjukkan sikap bersahabat kepada penulis yang notabene adalah orang luar yang ingin melakukan penelitian di kantor mereka. Sebelum melakukan penelitian untuk menghimpun data guna penyelesaian skripsi, penulis sudah lebih dahulu melakukan kunjungan sebanyak tiga kali untuk memperoleh gambaran sederhana mengenai PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Mulai dari situlah


(46)

penulis bertemu banyak dengan orang-orang baru dan sedikit mengetahui bagaimana situasi kantor dari sebuah perusahaan swasta terkemuka di Medan.

Pengurusan surat-surat lapangan adalah langkah selanjutnya yang dilakukan. Bertolak dari hasil seminar yang mengharuskan penulis untuk tidak hanya melihat budaya korporasi Lonsum dari kantor saja juga membawa kaki ini menuju pabrik dan kebun yang dimiliki Lonsum. Kendala yang menghambat dalam upaya pengumpulan data adalah lamanya proses ‘approve’ atau persetujuan dari kantor Medan untuk dapat terjun langsung ke lapangan (kebun dan pabrik). Hal ini disebabkan karena urusan administrasi yang sedikit berbelit-belit, namun hikmah yang didapat adalah terasahnya kesabaran penulis.

Tiga minggu setelah surat penelitian lapangan diberikan, barulah penulis diberikan izin untuk mengunjungi salah satu kebun yang dimiliki oleh Lonsum. Rambong Sialang Estate adalah salah satu kebun terbesar yang dimiliki Lonsum dan disana juga terdapat Rambong Sialang Training Center (RSTC) yang menjadi tempat proses training para new staff mill and estate. Serta di RSTC inilah yang menjadi tempat hunian penulis selama dua minggu. Pengalaman baru didapat dengan mengikuti beberapa kelas dengan para new staff mill and estate serta turut berpartisipasi membantu karyawan RSTC untuk mempersiapkan keperluan training.


(47)

Setelah kebun, lokasi yang menjadi tujuan adalah pabrik, lagi-lagi proses surat persetujuan yang lama menjadi kendala. Sebulan setelah kepulangan dari kebun barulah surat persetujuan itu diterima oleh manager

mill.Mill yang menjadi lokasi adalah Begerpang Palm Oil Mill (BGPOM) yang berada di kawasan Deli Serdang. Sikap bersahabat terlihat dari suasana kerja para karyawan pabrik yang sering melontarkan lelucon -lelucon pada sesama mereka. Waktu yang penulis habiskan selama di pabrik selama tiga hari. Namun selama berada di pabrik, penulis hanya diizinkan sekali saja untuk melihat bagaimana proses kerja karyawan mulai dari kedatangan buah hingga buah menjadi CPO dan ampasnya diletakkan ke bagian composting. Berbeda dengan situasi di kebun, di mana penulis tinggal selama dua minggu di RSTC, di pabrik penulis melakukan perjalanan pulang hari dengan di antar – jemput oleh salah satu karyawan pabrik yang kebetulan searah dalam perjalanan pulang.

Lokasi terakhir sekaligus lokasi penelitian yang menurut penulis sulit untuk memperoleh data adalah kantor Lonsum Medan. Izin yang diperoleh untuk dapat melakukan observasi langsung ke kantor pun ternyata lebih lama lagi. Awal Agustus penulis baru diberi izin untuk turut serta dalam kegiatan kantor dan hanya berlangsung selama seminggu. Seminggu di kantor dan berpartisipasi dalam melakukan proses kerja, seperti membuat surat, stempel dan menginput data pelamar kerja, membuat penulis sedikit memahami situasi kantor yang bersifat tertutup jika dibandingkan dengan kebun dan juga pabrik.


(48)

1.5.5 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah dengan meneliti kembali data yang telah diperoleh dari lapangan. Data yang didapat dari observasi partisipasi dan wawancara, nantinya akan diklasifikasikan sesuai dengan bagiannya masing-masing. Setelah itu data akan disesuaikan dengan kategori-kategori tertentu unsur-unsur pembentuk budaya perusahaan serta mengacu pada pendapat Hofstede yaitu rentang kekuasaan, individualime versus kolektivisme, maskulinitas versus femininitas. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk bersikap objektif, dengan tidak mengurangi ataupun menambahi data yang diperoleh selama proses penelitian sehingga tidak akan mengurangi keaslian data yang diperoleh dari lapangan.


(49)

BAB II

PT. PERUSAHAAN PERKEBUNAN (PP)

LONDON SUMATRA INDONESIA TBK

Sejarah perkebunan nusantara sudah berlangsung sejak lama. Bangsa Indonesia pernah dikenal dengan komoditas perkebunannya hingga membuat bangsa-bangsa lain tertarik untuk menguasainya. Sejarah mencatat bagaimana keuntungan besar diraih jaringan niaga Verenidge Oostindische Compagnie

(VOC). Kemudian tanam paksa yang memberikan Belanda uang sekitar 830 juta gulden. Agrarisch Wet 1870 merupakan cikal bakal perusahaan perkebunan besar. Sekitar 100 tahun setelah Agrarisch Wet 1870, yaitu tahun 1970-an, pemerintah mulai mengembangkan perkebunan besar badan usaha milik negara (BUMN) dengan menggunakan pinjaman luar negeri. Pada 1980-1990an awal perusahaan besar swasta mulai masuk perkebunan, didukung oleh Program Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN). Seiring waktu berjalan, perkebunan di Indonesia pun semakin lama semakin besar dan menjadi salah satu komoditas terbesar


(50)

Tabel 1

Perkembangan luas perkebunan Indonesia Tahun 2005-2009 (dalam Ha)

Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009

K. Sawit 5.453.817 6.594.914 6.766.836 7.007.876 7.321.897 Kelapa 3.803.614 3.788.892 3.795.037 3.798.338 3.800.846 Karet 3.279.391 3.346.427 3.413.717 3.469.960 3.524.583 Kakao 1.167.046 1.320.820 1.379.279 1.473.259 1.592.982 Kopi 1.255.272 1.308.732 1.295.912 1.302.893 1.309.184 Tebu 381.786 396.441 427.799 442.151 480.148 JambuMete 579.650 569.197 570.677 569.677 566.394 Cengkeh 448.857 444.658 453.292 457.172 460.186 Teh 139.121 135.590 133.734 129.336 129.599 Tembakau 198.212 172.234 198.054 203.627 212.698 Kapas 5.982 6.263 13.737 16.601 20.000 Lada 191.992 192.604 189.054 190.777 191.612

Jumlah 16.904.740 18.276.772 18.636.859 19.061.666 19.610.129

(Sumber : Ditjen Perkebunan, 2009)

Sejarah perkembangan perkebunan di Sumatera Utara, dimulai pada abad ke-19 (tahun 1880an) di mana perkebunan tumbuh secara konvensional melalui tanaman tembakau. Dari tanaman inilah pada awalnya Sumatera Utara, khususnya Medan tumbuh berkembang sampai saat ini. Akan tetapi sayangnya, lambat laun tanaman tembakau ini kurang menjadi perhatian di Sumatera Utara karena tidak lagi bisa memberikan manfaat ekonomi seperti dulu, bahkan sudah sampai kepada titik-titik yang merugikan dan ada sebagian arealnya sudah ditanami kepala sawit.

Tanaman kelapa sawit, sebenarnya tumbuh berkembang bermula karena ketidakberhasilan para pekerja pada waktu menanam tembakau yang disebabkan ketidakcocokan kandungan tanah yang ada di luar wilayah yang telah berhasil ditanami tembakau. Pada tahun 1910, seorang warga Jerman K. Schadt mempelopori uji coba penanaman kelapa sawit yang kemudian ternyata


(51)

menimbulkan minat pengusaha dari Belgia, Andrien Hallet untuk mengembangkan kelapa sawit dalam satu perkebunan besar (Ditjenbun, 2008). Sumatera Utara sebagai salah satu propinsi di Indonesia juga memiliki banyak perusahaan perkebunan.

Tabel 2

Perusahaan Perkebunan yang ada di Sumatera Utara

Jenis Perusahaan Jumlah

1. PTP 88

2. PT 187

3. CV 1

4. Koperasi 1

5. Yayasan 1

6. Perusahaan daerah 5

7. Lainnya 1

(Sumber : Statistik Perusahaan Perkebunan 1995 BPS Biro Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia)

Perusahaan perkebunan tersebut terdiri dari berbagai jenis seperti perusahaan perkebunan karet, coklat, ataupun kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta. Pada tahun 2003, luas areal perkebunan rakyat mencapai 1.827 ribu ha (34,9%), perkebunan negara seluas 645 ribu ha (12,3%), dan perkebunan besar swasta seluas 2.765 ribu ha (52,8%)


(52)

Adalah fakta, bahwa minyak sawit adalah satu-satunya komoditi non migas Indonesia yang menempati posisi strategis dalam percaturan minyak nabati dunia, mengingat Indonesia adalah penghasil terbesar komoditas ini. Produksi minyak sawit masih memegang peranan penting dalam kontribusi minyak nabati dunia. Pada tahun 2001, produksi minyak sawit Indonesia meningkat menjadi 8 juta ton lebih. Dari total produksi nasional yang mencapai 8 juta ton CPO tersebut, Sumatera memiliki kontribusi produksi lebih dari 6,9 juta ton CPO per tahun. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil utama komoditi kelapa sawit dengan areal perkebunan di Sumatera Utara tahun 2002, seluas lebih dari 650 ribu hektar, total produksi mencapai 2,6 juta ton produksi mencapai 2,6 juta ton

Dalam bab ini, saya menjelaskan secara umum mengenai perusahaan perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk yang terdapat di Medan. Semua informasi diperoleh dari situs Lonsum dan data-data milik perusahaan.

2. 1. Sejarah Perusahaan PT. PP London Sumatra Medan Tbk

Sejalan dengan perkembangan sejarah bangsa Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan reformasi hingga masa pembangunan sekarang, perusahaan di Indonesia khususnya di kawasan Sumatera Utara mengalami perkembangan. Perusahaan yang berkembang umumnya adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan yang


(53)

mengalami kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Sumatera Utara.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Horrison & Crossfield Ltd yang berdiri sejak tahun 1884 di London dan beroperasi di Indonesia pada tahun 1906. Mulanya perusahaan ini bekas hak Concessie (hak konsensi) berdasarkan perjanjian antara Zelfbestuur Deli dengan beberapa perusahaan Rubber Company Ltd, yang disahkan Resident Sumatra Timur dalam rangka Konferensi Undang-Undang pokok Agraria tanggal 1 Maret 1962 No. Ka. 13/7/1. Pada tahun 1962 perusahaan ini memperluas bidang usahanya dengan mengadakan penggabungan diantara perusahaan perkebunan Inggris yang memiliki beberapa kebun di Sumatera Utara. Dengan adanya penggabungan ini di bentuklah PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk didirikan dengan akte pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962 di hadapan notaris Raden Kardiman di Jakarta dengan naskah No. 20 tanggal 9 September 1963 yang dibuat di hadapan notaris yang sama. Situasi negara yang saat itu mengalami pergolakan dengan Inggris turut menimbulkan dampak pada perusahaan. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan perusahaan dan menyerahkannya kepada bangsa Indonesia. Pengambil alihan ini segera dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 1964 yang pengurusannya berada dalam penguasaan dan pengawasan suatu badan pemerintah dengan nama Badan Pengawasan Perkebunan Asing Republik Indonesia (BPPARI) dan perkebunan ini diganti namanya menjadi PT. PP Dwikora I & II.


(54)

Seiring perjalanannya pada tahun 1967 diadakanlah suatu perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Horrison & Crossfield Ltd dan anak perusahaannya berdasarkan ketetapan Presiden No.6 tahun 1967. Persetujuan perjanjian ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968. maksud dan tujuan dari persetujuan ini adalah :

a) Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik Indonesia kepada Horrison & Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang pernah di kelolanya.

b) Melakukan kerja sama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan karet dan kelapa sawit dan proyek-proyek pangan yang mungkin dilaksanakan oleh perusahaan.

c) Terwujudnya perjanjian ini juga didasarkan atas pertimbangan.

d) Instruksi Presiden Kabinet No. 28/U/1996 tertanggal 12 Desember 1996 dan semua pengaturan lain yang bertalian dengan pengembalian perusahaan-perusahaan asing di Indonesia.

e) Undang-undang No.1 tahun 1967 mengenai penanaman modal asing dan semua peraturan lain mengenai penanaman modal asing di Indonesia. Dengan hadirnya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan perusahaan tersebut oleh pemerintah Indonesia dikembalikan kepada pemiliknya semula yaitu Horrison & Crossfield Ltd pada tanggal 1 April 1968 dan terjadi penggantian nama menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk melakukan merger dengan beberapa perusahaan di bawah ini :


(55)

a) PT. Nagadong Plantation Company b) PT. Seibulan Plantation Company

c) PT. Perusahaan Perkebunan Bajue Kidoel d) PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi

Keempat perusahaan ini menggabungkan diri dan menamakannya menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Perusahaan ini adalah jenis perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan surat Ketua Badan Penanaman Modal tanggal 12 November 1991 No.794/III/PMA/1991. Pada tanggal 27 Juli 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama. Jumlah kepemilikan saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk pada saat itu adalah dengan komposisi saham sebesar 47, 23 % Commerzbank (SEA) Ltd. Singapura sebesar 5, 83 % dan sisanya sebesar 46, 94 % dimiliki oleh masyarakat.

Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya menjadi tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi kelapa sawit di era 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan.

Gambar 1 Sejarah Lonsum


(56)

2.2. Bidang Bisnis Lonsum

Dimulai pada 1906 dengan sebuah perkebunan kecil tembakau dan kopi dekat Medan. Terus berkembang menjadi salah satu perusahaan agribisnis terkemuka, memiliki lebih kurang 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh dan kakao yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia.

Bidang bisnis Lonsum mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao, teh dan bibit. Lonsum memiliki banyak kebun, pabrik dan juga berfokus pada penelitian dan pengembangan tanaman yang menjadi andalan Lonsum dalam berbisnis.


(57)

a. Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit Lonsum tersebar di tiga lokasi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas total perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara adalah 35.623 hektar, dan terdapat 4 pabrik pengolah minyak sawit. Perseroan memproduksi minyak ini sawit dan prosuk inti sawit dalam jumlah terbatas di Sumatera Utara. Sedangkan Sumatera Selatan memiliki perkebunan kelapa sawit plasma menghasilkan seluas 31.726 hektar. Jumlah pabrik pengolah minyak sawit di daerah ini ada enam. Kalimantan Timur memiliki 5.100 hektar perkebunan kelapa sawit inti. Sebuah pabrik pengolah sawit baru sedang dibangun di daerah ini siap beroperasi pada bulan Juli 2009.

b. Karet

Lonsum memiliki tujuh pabrik yang memproduksi sheet rubber

dan crumb rubber untuk penjualan domestic maupun ekspor. Saat ini Lonsm memiliki lahan perkebunan karet seluas 17.394 hektar, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan, yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma.

c. Kakao

Lonsum telah mengurangi kawasan tanam kakao hingga lebih dari 40% selama beberapa tahun terakhir dan memiliki kawasan tanam seluas 2.748 hektar. Perkebunan kakao terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.


(58)

Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569 hektar.

e. Bibit

Bibit yang diproduksi Lonsum sebagian besar dijual ke pihak luar, dan sisanya digunakan untuk perkebunan sendiri serta ditanam di kebun pembibitan untuk dijual sebagai bibit siap tanam.

2.3 Kebun-Kebun Perusahaan

Lonsum memiliki Lonsum memiliki 38 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Perseroan saat ini memiliki 20 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.

2.3.1 Kebun Inti

NO Estate Name

(Nama Kebun) District (Kabupaten) Province (Propinsi) Description (Keterangan)

1 Dolok Batubara North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

2 Gunung

Malayu

Asahan North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

3 Rambong

Sialang

Serdang Bedagai

North Sumatra (Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

4 Sibulan Serdang

Bedagai

North Sumatra (Sumatera Utara)

Oil Palm & Rubber Estate (Kebun Sawit


(59)

5 Bah Bulian Simalungun North Sumatra (Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

6 Bah Lias Simalungun North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm, Cocoa &Coconut (Kebun

Sawit, Kakao dan Kelapa)

7 Sei Rumbiya Labuhan Batu North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm & Rubber Estate (Kebun Sawit & Karet)

8 Begerpang Deli Serdang North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

9 Sei Merah Deli Serdang North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

10 Bungara Langkat North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

11 Turangie Langkat North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

12 Pulo Rambong Langkat North Sumatra

(Sumatera Utara)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

13 Bukit Hijau Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

14 Belani Elok Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

15 Batu

Cemerlang

Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

16 Ketapat Bening Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

17 Sei Kepayang Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

18 Gunung Bais Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

19 Riam Indah Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

20 Sei Lakitan Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

21 Sei Gemang Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

22 Terawas Indah Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

23 Tulung Gelam Ogan Komering

Ilir

South Sumatra (Sumatera Selatan)

Rubber Estate (Kebun Karet)

24 Kubu Pakaran Ogan Komering

Ilir

South Sumatra (Sumatera Selatan)

Rubber Estate (Kebun Karet)

25 Bebah Permata Ogan Komering

Ilir

South Sumatra (Sumatera Selatan)

Rubber Estate (Kebun Karet)

26 Tirta Agung Musi Banyuasin South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

27 Budi Tirta Musi Banyuasin South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

28 Suka Damai Musi Banyuasin South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)


(60)

29 Sei Punjung Musi Banyuasin South Sumatra (Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

30 Arta Kencana Lahat South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

31 Kencana Sari Lahat South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

32 Kertasarie Bandung West Java

(Jawa Barat)

Tea Estate (Kebun Tea)

33 Treblasala Banyuwangi East Java

(Jawa Timur)

Cocoa & Coconut Estate (Kebun Kakao &

Kelapa)

34 Isuy Makmur Kutai Barat East Kalimantan

(Kalimantan Timur)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

35 PahuMakmur Kutai Barat East Kalimantan

(Kalimantan Timur)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

36 Balombissie Bulukumba South Sulawesi

(Sulawesi Selatan)

Rubber Estate (Kebun Karet)

37 Palang Isang Bulukumba South Sulawesi

(Sulawesi Selatan)

Rubber Estate (Kebun Karet)

38 Pungkol Minahasa North Sulawesi

(Sulawesi Utara)

Cocoa & Coconut Estate (Kebun Kakao &

Kelapa)

2.3.2 Kebun Plasma

Kebun plasma adalah kebun yang dibangun dan dikembangkan oleh perusahaan perkebunan serta ditanami dengan tanaman perkebunan. Kebun plasma ini sejak penanamannya dipelihara dan dikelola oleh kebun inti hingga berproduksi. Setelah tanaman mulai berproduksi, penguasaan dan pengelolaannya diserahkan kepada petani rakyat (dikonversikan). Petani menjual hasil kebunnya kepada kebun inti dengan harga pasar dikurangi cicilan atau angsuran pembayaran hutang kepada kebun inti berupa modal yang dikeluarkan kebun inti membangun kebun plasma tersebut.

NO Estate Name

(Nama District (Kabupaten) Province (Propinsi) Description (Keterangan)


(61)

1 Marga Sido Musi Rawas South Sumatra (Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

2 Muara

Kelingi

Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

3 Pelita Jaya Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

4 Eka Sari Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

5 Air Bening Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

6 Dwi Makmur Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

7 Bukit Hijau Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

8 Tirta Agung Musi Banyusin South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

9 Suka Damai Musi Banyuasin South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

10 Arta Kencana Lahat South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Oil Palm Estate (Kebun Sawit)

11 Kubu Pakaran Ogan Komering

Ilir

South Sumatra (Sumatera Selatan)

Rubber Estate (Kebun Karet)

12 Tulung

Gelam Ogan Komering Ilir South Sumatra (Sumatera Selatan) Rubber Estate (Kebun Karet)

13 Bebah

Permata Ogan Komering Ilir South Sumatra (Sumatera Selatan) Rubber Estate (Kebun Karet)

14 Tibona Bulukumba South Sulawesi

(Sulawesi Selatan)

Rubber Estate (Kebun Karet)

2. 4 Pabrik – Pabrik Perusahaan

Untuk memaksimalkan sumber daya alam yang di miliki oleh perusahaan baik itu berupa kelapa sawit, kokoa, karet maupun teh, Lonsum memiliki beberapa unit pabrik yang akan mempermudah proses produksi dari bahan mentah ke setengah jadi hingga menjadi bahan jadi. Perseroan saat ini memiliki 21 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.


(62)

NO Factory Name (Nama Pabrik) District (Kabupaten) Province (Propinsi) Description (Keterangan)

1 Turangie Langkat North Sumatra

(Sumatera Utara)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

2 Begerpang Deli Serdang North Sumatra

(Sumatera Utara)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

3 Dolok Batu Bara North Sumatra

(Sumatera Utara)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

4 Gunung

Malayu

Asahan North Sumatra

(Sumatera Utara)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

5 Belani Elok Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

6 Sei Lakitan Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

7 Gunung Bais Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

8 Terawas Indah Musi Rawas South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

9 Arta Kencana Lahat South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

10 Tirta Agung Musi Banyuasin South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Palm Oil Mill (Pabrik Kelapa Sawit)

11 Bah Lias Simalungun North Sumatra

(Sumatera Utara)

Seed Processing (Pengolahan Bibit)

12 Kertasarie Bandung West Java

(Jawa Barat)

Tea Factory (Pabrik Teh)

13 Treblasala Banyuwangi East Java

(Jawa Timur)

Cocoa Factory (Pabrik Kakao)

14 Sei Rumbiya Labuhan Batu North Sumatra

(Sumatera Utara)

Sheet Rubber Factory

15 Cengal Ogan Komering Ilir South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Sheet Rubber Factory

16 Palang Isang Bulukumba South Sulawesi

(Sulawesi Selatan)

Sheet Rubber Factory

17 Sei Rumbiya Labuhan Batu North Sumatra

(Sumatera Utara)

Crumb Rubber Factory

18 Cengal Ogan Komering Ilir South Sumatra

(Sumatera Selatan)

Crumb Rubber Factory

19 Palang Isang Bulukumba South Sulawesi

(Sulawesi


(63)

20 Mesuji/MKAP Ogan Komering Ilir South Sumatra (Sumatera

Selatan)

Crumb Rubber Factory

21 Pahu Makmur Kutai Barat East Kalimantan Palm Oil Mill

(Pabrik Kelapa Sawit)

2.4.1 Sejarah Begerpang Palm Oil Mill

Begerpang Palm Oil Mill terletak di desa Batu Lokong kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dan berjarak 35 Km dari kota Medan Sumatera Utara. Begerpang Palm Oil Mill di bangun pada tahun 2001 dan pertama kali beroperasi pada tanggal 09 Juli 2003 dengan kapasitas olah 45 ton/jam dan tingkat Extraction/Rendemen Oil 24,5 % dan Kernel 6 %.

Begerpang Palm Oil Mill dibangun untuk memenuhi penampungan dan pengolahan FFB (Fresh Fruit Bunch) dari Begerpang Estate, Sei Merah Estate dan Rambong Sialang Estate, di mana sebelumnya FFB dari ketiga estate ini dikirimkan dan diolah di Rambong Sialang Palm Oil Mill. Namun berhubung crop (hasil panen) FFB dari ketiga Estate ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman sawit tersebut dan Rambong Sialang Oil Mill yang memiliki kapasitas olah 20 Ton/jam dinilai tidak mampu lagi untuk menampung dan mengolah FFB dari ketiga Estate tersebut, maka dengan pertimbangan sisi ekonominya perusahaan menutup Rambong Sialang Palm Oil Mill dan membangun Begerpang Palm Oill dengan kapasitas olah 45 Ton/jam.


(64)

2.5 Penelitian dan Pengembangan

Untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari produk yang menjadi andalan, Lonsum memiliki pusat penelitian dan pengembangan sendiri yang dinamakan Sumatra Bioscience yang terletak di Simalungun. Sumatra Bioscience Bah Lias

Research Station (BLRS Lonsum) didukung oleh staff ahli pemuliaan yang profesional dan berpengalaman.

2.6 Visi dan Misi Perusahaan 2.6.1 Visi Perusahaan

Visi perusahaan adalah sesuatu yang penting, karena visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Secara singkat dapat dinyatakan, visi adalah pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Perusahaan membutuhkan visi yang dapat digunakan sebagai :

1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan.

2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.

3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan (corporate culture) (Wibisono, 2006:43)

Visi dari Lonsum adalah To be the Leading 3C (Crops, Cost, Conditions) and Research Driven Suistanble Agribusiness yaitu menjadi perusahaan agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal Tanaman -


(1)

(2)

(3)

Bapak Julianton Marbun, manager BGPOM

Papan pengumuman di pabrik yang menjadi sarana informasi bagi para karyawan yang letaknya berada di depan kantin pabrik


(4)

Kantin pabrik tempat di mana para karyawan berkumpul untuk melepas lelah


(5)

Kak Desynta, karyawan HRD


(6)

Contoh Evaluasi Sessi yang diberikan pada karyawan baru dalam proses sosialisasi budaya korporasi