Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUP.Haji Adam Malik Medan

BAB II
Pengelolaan Kasus
2.1. Konsep Dasar Penyakit
2.1.1. Pengertian Pankreatitis
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius
pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan
yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan
dengan

cepat

dan

fatal

yang

tidak

bereaksi


terhadap

berbagai

pengobatan.(Brunner & Suddart, 2002).Pankreatitis adalah inflamasi yang
mengenai pankreas yang bersifat serius dengan intensitas yang ringan
sampai berat dan berakibat fatal (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis
juga didefenisikan sebagai peradangan pada pankreas yang mengganggu
fungsi eksokrin dalam membantu menjalankan metabolisme dalam tubuh
(Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Sedangkan menurut Doenges (2000)
pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana
enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari
pankreas.
2.1.2. Klasifikasi Pankreatitis
1) Pankreas Akut
Pankreas akut merupakan inflamasi pada pankreas akibat
tercernanya organ tersebut oleh enzim-enzim yang dikeluarkan pankreas
(terutama tripsin) (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis akut atau
inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh enzimenzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin(Brunner & Suddart, 2002).
2) Pankreas Kronik

Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai
oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas
(Brunner & Suddart, 2002).Riyadi, S & Sukarmin (2008) juga
menyebutkan pankreatitis kronik merupakan inflamasi pada pankreas

Universitas Sumatera Utara

yang ditandai dengan kehancuran anatomis dan fungsional yang
progresif pada pancreas.
2.1.3. Etiologi
Penjelasan penyebab dari timbulnya penyakit Pankreatitis menurut
Brunner & Suddart (2002) adalah sebagai berikut:
1) Pankreas Akut
Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh
enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen
penderita pankreatitis akut mengalami penyakit pada duktus billiaris;
meskipun demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang kemudian
mengalami nekrosis.
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam waktu lama merupakan
penyebab umum pankreatitis akut, tetapi pasien biasanya sudah menderita

pankreatitis kronis yang tidak terdiagnosis sebelum episode pankreatitis
akut terjadi. Keadaan lain yang jarang ditemukan sebagai penyebab
pankreatitis adalah infeksi bakteri atau virus, atau pankreatitis akibat virus
parotitis. Trauma tumpul abdomen, penyakit ulkus peptikum, penyakit
vaskuler

iskemik,

hiperlipidemia,

hiperkalsemia,

dan

penggunaan

kortikosteroid, preparat diuretik tiazida, serta kontrasepsi oral ternyata
berkaitan dengan peningkatan insidens pankreatitis.
2) Pankreas Kronik
Konsumsi alkohol dalam masyarakat Barat dan malnutrisi yang

terdapat di seluruh dunia merupakan penyebab pankreatitis kronis.Pada
alkoholisme, insiden pankreatitis 50 kali lebih tinggi dibandingkan insiden
dalam populasi bukan peminum.Konsumsi alkohol dalam waktu lama
menyebabkan hipersekresi protein dalam sekret pankreas. Akibatnya akan
terbentuk sumbat protein dan batu (kalkuli) dalam duktus pankreas.
Alkohol juga memiliki efek toksik yang langsung pada sel-sel pankreas.
Kemungkinan terjadinya kerusakan sel-sel ini akan lebih parah pada
pasien-pasien yang kandungan protein dalam makanannya buruk atau yang
kandungan lemaknya terlampau tinggi atau rendah.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Patofisiologi
Pankreatitis merupakan penyakit sistemik yang terdiri dari dua
fase.Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator
inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic
inflamatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72
jam.Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti
infeksi.Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh
alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang

biasanya dimulai pada awal minggu kedua.Kegagalan fungsi salah satu
organ merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.
Pankreatitis atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat penyumbatan duktus
pankreatikus,

biasanya

oleh

batu

empedu

di

duktus

bilaris

komunis.Hiperlipidemia adalah suatu faktor resiko timbulnya pankreatitis

yang dapat merangsang secara berlebihan pelepasan enzim-enzim pankreas,
atau berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu.Alkoholisme kronik
juga berkaitan dengan pankreatitis, alkohol menambah konsentrasi protein
dalam cairan pankreas dan mengakibatkan endapan yang merupakan inti
untuk terjadinya kalsifikasi yang menyebabkan pankreatitis. (Brunner &
Suddart, 2002)
2.1.5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik dari penyakit pankreatitis menurut Brunner &
Suddart (2002) adalah sebagai berikut:
1) Pankreatitis Akut
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis
yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit.Rasa sakit dan nyeri
tekan abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi
dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga
timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf.Peningkatan tekanan pada

Universitas Sumatera Utara

kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut
menimbulkan rasa sakit.

Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati
(midepigastrium).Awitannya sering bersifat akut dan terjadi 24-48 jam
setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini
dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya.Umumnya rasa
sakit menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan
dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan distensi
abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi
batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristaltik. Rasa sakit yang
disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler
teraba pada abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi
dan merupakan tanda yang fatal.Namun demikian abdomen dapat tetap
lunak jika tidak terjadi peritonitis.Ekimosis (memar) didaerah pinggang
dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya
pankreatitis haemoragik yang berat.
Mual

dan

muntah


umumnya

dijumpai

pada

pankreatitis

akut.Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat
mengandung getah empedu.Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi
dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan
hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar
cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan
dan rongga peritoneum.Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan
kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi.Gagal ginjal
akut sering dijumpai pada keadaan ini.
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat
memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difusi, dispnoe, takhipnoe

dan

hasil

pemeriksaan

gas

darah

abnormal.Depresi

miokard,

hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata
dapat pula terjadi pada pankreatitis akut.

Universitas Sumatera Utara

2) Pankreatitis Kronis

Insidens pankreatitis kronis meningkat pada laki-laki dewasa dan
ditandai oleh serangan nyeri hebat di daerah abdomen bagian atas dan
punggung, disertai muntah.Serangan nyeri sering sangat hebat sehingga
pemberian preparat narkotik, sekalipun dengan dosis tinggi, tidak
mampu meredakan nyeri tersebut. Resiko ketergantungan opiat akan
meningkat pada pankreatitis karena sifatnya yang kronis dan hebatnya
rasa nyeri.
Penurunan

berat

badan

merupakan

masalah

utama

pada


pankreatitis kronis. Biasanya disebabkan oleh penurunan asupan
makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan akan
memicu serangan berikutnya. Malabsorbsi mengakibatkan proses
pencernaan bahan makanan khususnya protein dan lemak akan
terganggu. Defekasi menjadi lebih sering dan feces menjadi berbuih
(steatore) akibat gangguan pencernaan lemak.
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Nutrisi
2.2.1. Pengertian Nutrisi
Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh
(Potter & Perry, 2005). Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses
proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan
dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Wartonah,
2010). Nutrisi dapat juga dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat
gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit ( Wartonah, 2010 ).Sedangkan
menurut Wahit (2007) nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau
anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjalankan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Jenis-Jenis Nutrisi
Ada 6 kategori zat makanan menurutPotter & Perry (2005), yaitu air,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tarwoto & Wartonah
(2010) menyebutkan nutrisi terdiri atas

karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral, dan air. Sedangkan jenis-jenis nutrisi menurut Asmadi
(2008) yaitu karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Asmadi menyebutkan
bahwa mineral dan air termasuk ke dalam pembahasan kebutuhan cairan dan
elektrolit. Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa kebutuhan energi
dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan
air adalah komponen tubuh yang vital dan bertindak sebagai penghancur zat
makanan, serta mineral dan vitamin

tidak menyediakan energi tetapi

penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam-basa.
1) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet dan
merupakan sumber utama bahan bakar untuk otak, otot rangka selama
latihan, eritrosit dan leukosit, dan medulla renal (Brunner & Suddart,
2005).Sedangkan menurut Wahit (2007), karbohidrat adalah kelompok
nutrien yang penting dalam susunan makanan. Dan menurut Asmadi
(2008) karbohidrat adalah senyawa yang mengandung zat karbon (C)
dalam ikatan dengan hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu
perbandingan 1:2:1.
Rentang asupan karbohidrat dalam diet yang direkomendasikan
adalah 50%-60% dari total kalori, lebih disukai dalam bentuk
karbohidrat yang kompleks, seperti roti dari biji penuh dan sereal (Potter
& Perry, 2005).
Karbohidrat di dalam sel mengalami proses oksidasi yang
menghasilkan panas dan energi yang hasilnya dibuang melalui paru-paru
berupa H2O dan CO2 melalui kulit berupa keringat, dan melalui ginjal
dalam bentuk urine (Asmadi, 2008). Sedangkan apabila karbohidrat
tidak digunakan, maka akan terjadi glikogenesis yang akan menghasikan
glikogen yang kemudian disimpan di hepar dan otot, dan bila diperlukan

Universitas Sumatera Utara

lagi, maka glikogen akan pecah melalui proses glikogenolisis menjadi
glukosa kembali (Asmadi, 2008).
Jika energi yang kita butuhkan sangat tinggi, sedangkan intake
ataupun cadangan karbohidrat berkurang, maka mekanisme tubuh adalah
mengubah sumber-sumber non-karbohidrat seperti lemak menjadi
glukosa (Asmadi, 2008). Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat sekitar
5,5 gr/kgBB/hari (Asmadi, 2008).

Tiap gram karbohidrat akan

menghasilkan 4 kilokalori (kkal) (Potter & Perry, 2005).
Adapun fungsi karbohidrat menurut Asmadi (2008) adalah
sebagai berikut:
a) Sebagai sumber utama bagi tubuh.
b) Penting untuk metabolisme lemak normal karena jika karbohidrat
kurang, maka lemak digunakan sebagai sumber energi.
c) Pada hati, glucorinic acid mempunyai fungsi yang penting dalam
pengikatan racun kimia dan bakteri.
d) Penting dalam mempertahankan integritas fungsi sel saraf dan
sebagai sumber energi otak.
e) Sisa laktosa dalam usus lebih lama daripada disakarida, sehingga
mempermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. Laktosa
ini berfungsi sebagai laksatif serta sintesis vitamin B kompleks dan
vitamin K.
f) Selulosa (karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam eliminasi
yang normal karena merangsang gerakan peristaltik saluran
pencernaan dan absorbsi air sehingga feses menjadi padat.
g) Makanan yang banyak mengandung karbohidrat (sereal) juga
memberikan suplai protein, mineral, dan vitamin B dalam jumlah
yang bermakna.
h) Digunakan sebuah protein sparing action, jika karbohidrat tidak
mencukupi

yaitu

protein

akan

diubah

menjadi

glukosa

(glukoneogenesis).

Universitas Sumatera Utara

2) Protein
Wahit (2007) mengatakan protein merupakan kelompok nutrien
yang sangat penting bagi makhluk hidup.Asmadi (2008) juga
mengatakan protein adalah nutrien yang paling utama diperlukan oleh
tubuh manusia.Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan
dalam penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon,
dan antibodi (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino yang
tidak dapat disintesis oleh tubuh, tetapi harus diberikan dalam diet
(Brunner & Suddart, 2005).Wahit (2007) mengatakan kebutuhan protein
setiap orang bervariasi berdasarkan laju pertumbuhan dan berat
badannya. Kebutuhan protein pada bayi sebanyak 3 gr/kgBB, anak-anak
sebanyak 1,75 – 2,5 gr/kgBB, pada remaja sampai dengan lansia
sebanyak 1,25 – 1,75 g/kgBB, wanita hamil ditambah 10 gr/hari, dan ibu
menyusui ditambah 20 gr/hari (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Adapun fungsi protein menurut Asmadi (2008) adalah sebagai
berikut:
a) Mempertahankan kesehatan dan vitalitas tubuh.
b) Pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan tubuh.
c) Pembentukan hormon.
d) Mencegah darah atau jaringan lebih asam atau lebih basa.
e) Memelihara keseimbangan cairan tubuh.
f) Pembentukan enzim, antibodi, dan pembentukan susu saat proses
laktasi.
g) Membantu pembekuan darah.
3) Lemak
Lemak (Lipid) merupakan nutrien padat yang paling berkalori
dan menyediakan 9 kkal per gram (Potter & Perry, 2005).Lemak
merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat (Asmadi,
2008).Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) lemak atau lipid merupakan
sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih besar daripada
karbohidrat dan protein.Sedangkan Wahit (2007) mengatakan lemak

Universitas Sumatera Utara

adalah suatu senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen.
Kebutuhan lemak oleh tubuh sekitar 1,5 gr/kgBB/hari (Asmadi,
2008). Setiap 1 gr lemak menyediakan 38 kJ (9 kkal) (Wahit,
2007).Ketika

terjadi

penurunan

gula

darah,

dimana

cadangan

karbohidrat dan protein menurun, maka lemak diubah menjadi glukosa
(Tarwoto & Wartonah, 2010). Namun jika dalam makanan terdapat
kelebihan lemak, maka dalam tubuh lemak akan disimpan dan akan
dipergunakan sebagai cadangan energi atau tenaga, bantalan bagi alatalat tubuh seperti ginjal dan bola mata, mempertahankan panas tubuh
karena lemak sebagai penghambat panas (konduktor yang buruk),
perlindungan tubuh terhadap trauma dan zat kimia yang berbahaya, dan
pembentuk postur tubuh seperti orang terlihat gemuk atau kurus karena
adanya lemak (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Adapun fungsi lemak menurut Asmadi (2007) adalah sebagai
berikut:
a) Sumber cadangan energi.
b) Komponen dari membran sel.
c) Insulator suhu tubuh.
d) Pelarut vitamin A, D, E, dan K.
e) Jenis lemak yaitu kolesterol berfungsi untuk menghasilkan asam
empedu yang berperan pada pencenaan dan pembentukan hormon
kortison, estrogen, testosteron, dan hidrokortison.
4) Vitamin
Vitamin merupakan sustansi organik dalam jumlah kecil pada
makanan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter & Perry,
2005). Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tetap sehat (Wahit,
2007). Sedangkan menurut Asmadi (2007) vitamin merupakan zat
organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan akan
menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya
dalam jumlah yang mencukupi.

Universitas Sumatera Utara

Adapun fungsi vitamin menurut Tarwoto & Wartonah (2010)
adalah sebagai berikut:
a) Vitamin B1: mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati
parifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati Wernicke.
b) Vitamin B2: memperbaiki kulit dan mata, serta mencegah terjadinya
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan
fototerapi.
c) Vitamin B3: menetralisasi zat racun, berperan dalam sintesis lemak,
memperbaiki kulit dan saraf, serta sebagai koenzim pada banyak
enzim dehidrogenase yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria.
d) Vitamin B5: sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan
koenzim A yang berperan dalam pembentukan energi (ATP).
e) Vitamin B6: berperan dalam proses metabolisme asam amino, proses
glikogenolisis, pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah
merah.
f) Vitamin B12: membantu pembentukan sel darah merah, mencegah
kerusakan sel saraf, dan membantu metabolisme protein.
g) Vitamin C: membantu pembentukan tulang, otot, dan kulit,
membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari radikal
bebas.
h) Asam folat: membantu metabolisme, khususnya asam amino,
pematangan sel darah merah, serta mencegah terjadinya penyakit
jantung bawaan.
i) Vitamin D: meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk
kekuatan tulang dan gigi, pengaturan produksi hormon, serta
pengaturan kadar kalsium darah.
j) Vitamin A: membangun sel-sel kulit, melindungi sel-sel retina dari
kerusakan.
k) Vitamin E: sebagai antioksidan dengan cara memutuskan berbagai
reaksi rantai radikal bebas.
l) Vitamin K: membantu dalam proses pembekuan darah.

Universitas Sumatera Utara

5) Air
Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan cair yang menyusun 60% hingga 70% dari
seluruh berat badan (Potter & Perry, 2005).
Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih dari
beberapa jam di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang
sangat terlindungi (Potter & Perry, 2005). Pada individu yang sehat,
asupan cairan dari semua sumber sama dengan haluaran cairan melalui
eliminasi, respirasi, dan berkeringat, tetapi pada orang sakit terdapat
peningkatan kebutuhan cairan misalnya dengan demam atau kehilangan
cairan gastrointestinal, dan orang sakit juga mengalami penurunan
kemampuan untuk mengeluarkan cairan seperti penyakit kardiopulmonal
atau renal yang mengarah pada kebutuhan restriksi asupan cairan (Potter
& Perry, 2005).
6) Mineral
Mineral merupakan elemen esensial non-organik pada tubuh
sebagai katalis dalam reaksi biokimia (Potter & Perry, 2005).
2.2.3. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi tidak berada dalam kondisi yang menetap.Ada
kalanya kebutuhan nutrisi klien meningkat.Begitu pula kebalikannya,
kebutuhan

nutrisi

seseorang

menurun.Ada

beberapa

faktor

yang

memengaruhi kebutuhan seseorang terhadap nutrisi.Pada bagian ini
dikemukakan dua kategori faktor yaitu faktor yang meningkatkan kebutuhan
nutrisi dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi. Adapun faktor yang
meningkatkan kebutuhan nutrisi menurut Asmadi (2007) antara lain sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu
hamil.
b. Selama perbaikan jaringan/ pemulihan kesehatan karena proses suatu
penyakit.

Universitas Sumatera Utara

c. Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 10F, maka kebutuhan
kalori meningkat 7%.
d. Aktivitas yang meningkat.
e. Stres. Sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena
mengalami stres.
f. Terjadi infeksi.
Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi Asmadi (2007) antara
lain sebagai berikut:
a. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya pada lansia.
b. Penurunan basal metabolic rate (BMR)
c. Hipotermi
d. Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMR-nya lebih
rendah dibanding BMR laki-laki.
e. Gaya hidup pasif.
f. Bedrest.
2.2.4. Status Nutrisi
Karakteristik suatu nutrisi ditentukan melalui adanya indeks masa
tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body weightIBW) (Tarwoto & Wartonah, 2010).
1) Indeks masa tubuh (BMI)
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh
menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:

Indeks massa tubuh =

BB (kg)
TB2 (m)

Universitas Sumatera Utara

Batas ambang indeks massa tubuh di Indonesia (Depkes, 2002; Asmadi,
2007) adalah sebagai berikut:
Kategori

IMT
Kekurangan BB tingkat berat

Kurus

27,0

2) Berat badan ideal (IBW)
Brocca adalah cara untuk mengetahui berat badan ideal menurut Asmadi
(2007), yaitu sebagai berikut:

Berat badan ideal (kg) = [TB (cm) - 100] - [10% (TB – 100)]
Hasil: - bila berat badannya 120%, dikategorikan gemuk.
2.2.5. Cara Pengukuran Kebutuhan Kalori
Kebutuhan energi individu dipengaruhi olehbeberapa factor, yaitu
laju metabolisme basal (basal metabolic rate, BMR) adalah energi yang
diperlukan pada tingkat terendah fungsi seluler atau disebut istirahat,
aktivitas fisik, penyakit, cedera, demam, infeksi, pemasukan makanan, dan
kelaparan (Brunner & Suddart, 2005). Tetapi Asmadi (2008) mengukur
kebutuhan kalori seseorang hanya berdasarkan basal metabolic rate,
aktifitas fisik, dan spesific dynamic action (SDA), yaitu:
1) Basal metabolic rate (BMR)
Laju metabolisme basal (basal metabolic rate) adalah energi yang
digunakan pada tubuh saat istirahat, yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh
seperti aktivitas jantung, pernafasan, peristaltik usus, dan kegiatan
kelenjar-kelenjar tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa cara untuk mengukur BMR menurut Asmadi (2008)
diantaranya adalah:
a) Rumus Harris Benedict yang dikenal dengan debutan rumus REE
(Resting Energy Expenditure), yaitu:

BMR (laki-laki) = 66,5 + [13,5 x BB (kg)] + [5,0 x TB (cm) – (6,75 x umur (th)]
BMR (wanita) = 65,1 + [9,56 x BB (kg)] + [1,85 x TB (cm) – (4,68 x umur (th)]

b) Metode faktorial, yaitu:
BMR (laki-laki) = BB (kg) x 1,0 x 24 kkal
BMR (wanita)

= BB (kg) x 0,9 x 24 kkal

2) Aktivitas fisik
Klien dengan aktivitas ringan seperti pekerja kantor yang sebagian
besar waktunya dihabiskan untuk duduk harus dikurangi 10-20% dari
jumlah kalori basal, sebaliknya klien dengan aktivitas berat seperti
pekerja kuli bangunan harus menambahkan 10-20% dari jumlah kalori
basal (Asmadi, 2008). Pekerjaan rumah tangga termasuk kedalam
aktivitas sedang (Suarthana, 2007; Asmadi, 2008).
3) Spesific dynamic action (SDA)
Dalam menghitung besarnya SDA, diperkirakan besarnya 10%
jumlah energi basal dan energi aktivitas (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007; Asmadi, 2008).
Maka rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan kalori total menurut
Asmadi (2008) adalah:

Total energi = energi basal + energi aktivitas + SDA

Universitas Sumatera Utara

2.2.6. Pengkajian
1) Aspek biologis menurut Asmadi (2008) antara lain meliputi:
a. Umur. Pengkajian ini terkait dengan tumbuh kembang klien.
Tingkat kebutuhan nutrisi salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia.
Pada

masa

pertumbuhan,

kebutuhan

nutrisi

sangat

besar

dibandingkan dengan masa lansia.
b. Jenis kelamin. Hal yang perlu dikaji antara lain: tingkat BMR antara
laki-laki dengan wanita berbeda, begitu pula persentase lemak dalam
tubuh, dan lain-lain.
c. Tinggi badan dan berat badan. Pengkajian ini dilakukan salah
satunya adalah untuk mengetahui perbandingan antara tinggi dan
berat badan, apakah ideal atau tidak?
d. Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini berguna
untuk mengidentifikasi masalah nutrisi klien. Menurut Tarwoto &
Wartonah (2010) yang termasuk pengukuran antropometri adalah
berat badan ideal ((TB-100) ±10%), lingkar pergelangan tangan,
lingkar lengan atas, (normal: laki-laki 28,3 cm dan perempuan 28,5
cm), lipatan kulit pada otot trisep (normal: laki-laki 12,5-16,5 cm
dan perempuan 16,5-18 cm).
e. Riwayat kesehatan dan diet. Riwayat kesehatan misalnya adakah
alergi terhadap jenis makanan tertentu. Gangguan pencernaan yang
sering dialami ?dan lain-lain. Riwayat diet terkait dengan kebiasaan
asupan makanan dan cairan klien, jenis makanan yang dikonsumsi,
nafsu makan, dan lain-lain.
f. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum: kelemahan, tingkat kesadaran, tanda vital, dan
lain-lain.
b) Keadaan kulit: kasar, kering, bersisik, kehilangan lemak pada
subkutan, dan lain-lain.
c) Keadaan kepala: rambut hipopigmentasi, mudah dicabut, sclera
kuning, klien sering mimisan, gigi karies, dan lain-lain.
d) Keadaan dada: hipertensi, frekuensi nafas cepat, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

e) Keadaan perut: permukaan perut, adanya garis vena, peristaltic
usus, pembesaran hati atau limfa, dan lain-lain.
f) Keadaan ekstremitas: edema, pergerakan lemah, penurunan
lingkar lengan, dan masa otot menurun. (Asmadi, 2008)
2) Aspek psikologis
Perlu dikaji mengenai persepsi klien tentang diet, postur
tubuhnya, konsep diri yang terkait dengan bentuk tubuh, respon terhadap
stress, apakah banyak makan atau malas makan?, dan lain-lain (Asmadi,
2008)
3) Aspek sosiokultural
Adakah kultur?, nilai-nilai yang dianut terhadap makanan,
praktik budaya terkait dengan makanan, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
4) Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji misalnya adakah keyakinan yang dianut
klien terhadap

makanan?, serta bagaimana

keyakinan

tersebut

memengaruhi kebutuhan nutrisinya?, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
5) Laboratorium menurut Tarwoto & Wartonah (2010)
a. Albumin (normal: 4 – 5,5 mg/100 ml)
b. Transferin (normal: 170 – 250 mg/100 ml)
c. Hemoglobin (normal: 12 mg%)

Universitas Sumatera Utara

2.2.7. Analisa Data
Dari hasil pengkajian, maka dapat dilakukan analisa data
berbasarkan dua karakteristik, yaitu data subjek (DS) dan data objek (DO),
sebagai berikut:
No.
1

DS

DO

- Kram abdomen

- Menghindari makanan

- Nyeri abdomen

- BB 20% atau lebih BBI

- Kurang informasi

- Kerapuhan kapiler

- Kurang minat pada makan

- Diare

- Ketidakmampuan memakan - Kehilangan rambut berlebihan
makanan
- Bising usus hiperaktif
- Mengeluh gangguan sensasi
- Kurang makan
rasa
- Mengeluh
kurang

asupan

makan - Penurunan BB
- Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun
- Sariawan rongga mulut
- Kelemahan otot mengunyah
- Kelemahan otot untuk menelan

2

- Mengonsentrasikan asupan makanan pada akhir ini
- Makan
sebagai
respon
terhadap petunjuk eksternal( mis: siang hari, situasi sosial)

Disfungsi pola makan
Aktivitas monoton
Lipatan otot trisep >15mm pada
pria

- Makan
sebagai
respon - Lipatan otot trisep >25mm pada
wanita
terhadap petunjuk internal
bukan rasa lapar (mis: - BB 20% di atas tinggi dan
ansietas).
kerangka tubuh ideal
3

- mengonsentrasikan

asupan - Disfungsi pola makan

Universitas Sumatera Utara

makan pada malam hari

- BB lebih tinggi dari nilai dasar

- Makan
sebagai
respon - Terlihat penggunaan makan
sebagai tindakan menyenangkan
terhadap petunjuk eksternal(
mis: siang hari, situasi sosial)
- Terlihat penggunaan makanan
sebagai
respon
sebagai penghargaan
- Makan
terhadap petunjuk internal
bukan rasa lapar (mis: - Membarengi makan dengan
aktivitas lain
ansietas).
- Melaporkan
penggunaan - Obesitas parenteral
makanan
padat
sebagai - Gaya hidup monoton
sumber makanan utama
4

- Nyeri epigastrik

- Pernafasan bau asam

- Bangun makan karena mimpi buruk
- Batuk malam hari
ada
yang
- Keluhan
menyangkut
- Tidak mampu membersihkan
rongga mulut

Terlihat menolak makan
Hematemesis
Hiperekstensi kepala
Terlihat bukti kesulitan menelan
(mis: stasis makanan pada
rongga mulut, batuk tersedak)

- Menelan berulang
- Muntah sebelum menelan
- Makan lama dengan konsumsi
sedikit
- Demam yang
penyebabnya

tidak

jelas

2.2.8. Rumusan Masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan.Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Menurut North American Nursing

Universitas Sumatera Utara

Diagnosis Association (NANDA), rumusan masalah keperawatan terkait
masalah kebutuhan dasar nutrisi adalah:
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2) Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
4) Gangguan menelan
2.2.9. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan menurut Wilkinson J.M. (2007)
berdasarkan NIC dan NOC dengan masalah gangguan nutrisi akibat
pankreatitis dan intervensi menurut Doenges (2000) adalah sebagai
berikut:
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi
makanan, kebutuhan metabolik tinggi, kurangnya pengetahuan dasar
nyeri, akses pada makanan terbatas, hilangnya nafsu makan,
mual/muntah, pengabaian oleh orangtua, ketergantungan kimiawi,
penyakit kronis, atau gangguan psikologis.
Batasan karakteristik:
a) Berat badan kurang dari 20% (atau lebih) dari ideal terhadap
tinggi badan dan kerangka.
b) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik (baik kalori
total atau nutrisi spesifik).
c) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
d) Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran
kecukupan gizi harian.

Universitas Sumatera Utara

Tindakan/Intervensi

Rasional

Mandiri:
Buat tujuan berat badan Malnutrisi adalah kondisi gangguan
minimum
dan
kebutuhan minat yang menyebabkan depresi,
agitasi, dan mempengaruhi fungsi
nutrisi harian.
kognitif/pengambilan
keputusan.
Perbaikan status nutrisi meningkatkan
kemampuan berfikir dan kerja
psikologis.
Gunakan
pendekatan
konsisten.
Duduk
dengan
pasien saat makan; sediakan
dan buang makan tanpa
persuasi dan/atau komentar.
Tingkatkan
lingkungan
nyaman dan catat masukan.

Pasien mendeteksi pentingnya dan
dapat beraksi terhadap tekanan.
Komentar apapun yang dapat terlihat
sebagai paksaan memberikan focus
pada makanan. Bila staf berespons
secara konsisten, pasien dapat mulai
mempercayai respons staf. Area
tunggal dimana pasien mempunyai
kekuatan
berlatih
adalah
makanan/makan, dan ia mengalami
rasa bersalah dan berontak bila
dipaksakan
makan.
Penyusunan
makanan dan penurunan diskusi
tentang makan akan menurunkan
kekuatan upaya pada pasien dan
menghindari
dari
permainan
manipulatif.

Berikan makan sedikit dan Dilatasi gaster dapat terjadi bila
makanan tambahan, yang tepat. pemberian makan terlalu cepat setelah
periode puasa.
Buat pilihan menu yang ada
dan izinkan pasien untuk
mengontrol pilihan sebanyak
mungkin.

Pasien yang meningkat kepercayaan
dirinya dan merasa mengontrol
lingkungan lebih suka menyediakan
makanan untuk makan.

Sadari pilihan-pilihan makanan
rendah
kalori/minuman,
menimbun
makanan,
membuang makanan dalam
berbagai tempat seperti saku

Pasien akan mencoba menghindari
mengambil makanan bila tampak
mengandung banyak kalori dan mau
makan lama untuk menghindari
makan.

Universitas Sumatera Utara

atau kantung pembuangan.
Pertahankan
jadwal
penimbangan berat badan
teratur, seperti Minggu, Rabu,
dan Jumat sebelum makan pagi
pada pakaian yang sama, dan
gambarkan hasilnya.

Memberikan catatan lanjut penurunan
dan/atau peningkatan berat badan yang
akurat. Juga menurunkan obsesi
tentang
peningkatan
dan/atau
penurunan.

beberapa
program
Timbang dengan timbangan Meskipun
yang sama (tergantung pada memungkinkan pasien melihat hasil
timbangan,
ini
memaksa
isu
program protokol).
kepercayaan pada pasien yang
biasanya tidak mempercayai orang
lain.
Hindari pemeriksaan ruangan Menguatkan perasaan tak berdaya dan
dan alat kontrol lain kapan pun biasanya tak menolong.
mungkin.
Berikan pengawasan 1-1 dan
biarkan pasien dengan bulimia
tetap tinggal di ruangan tanpa
kamar mandi selama beberapa
periode (misal 2jam) setelah
makan, bila perjanjian tak
berhasil.

Mencegah muntah selama/setelah
makan. Pasien dapat menginginkan
makanan dan menggunakan sindrom
pembersihan pesta untuk mempertahankan berat badan. Catatan:
pembersihan dapat terjadi pertama kali
pada psien sebagai respons terhadap
pengadaan program peningkatan berat
badan.

Awasi program latihan dan
susun batasan aktivitas fisik.
Tulis aktivitas/tingkat kerja
(jalan-jalan dan sebagainya).

Latihan sedang membantu dalam
mempertahankan tonus otot/berat
badan dan melawan depresi. Namun
pasien dapat latihan terlalu berlebihan
untuk membakar kalori.

Pertahankan
pernyataan,
perilaku
tak menilai bila
memberikan makanan per
selang, hiperalimentasi, dan
sebagainya.

Persepsi hukuman berakibat buruk
terhadap kepercayaan diri pasien dan
meyakini kemampuan sendiri untuk
mengontrol tujuan.

Sadari kemungkinan pasien Perilaku sabotase umum terjadi pada
mencabut
selang
dan upaya mencegah peningkatan berat
mengosongkan hiperalimentasi

Universitas Sumatera Utara

bila
digunakan.
Periksa badan.
pengukuran dan plester selang
dengan ketat.

Kolaborasi:
Berika terapi nutrisi dalam
program pengobatan sesuai Pengobatan masalah dasar tidak terjadi
tanpa perbaikan status nutrisi.
indikasi.
Perawatan di rumah sakit memberikan
control lingkungan dimana masukan
makanan, muntah/eliminasi, obat, dan
aktivitas dapat dipantau. Ini juga
memisahkan pasien dari orang
terdekat (yang dapat sebagai faktor
pemberat) dan memberikan pemajanan
pada orang lain dengan masalah yang
sama, suasana lingkungan untuk
berbagi.
Libatkan
pasien
dalam
penyusunan/melakukan prog- Memberikan situasi terstruktur untuk
ram perubahan perilaku. Beri- makan sementara memungkinkan
kan penguatan untuk mening- pasien mengontrol beberapa pilihan.
katkan berat badan seperti Perubahan perilaku dapat efektif pada
dinyatakan oleh penentuan kasus ringan atau untuk peningkatan
berat badan jangka pendek.
individu; abaikan penurunan.
Berikan diet dan makanan
variasi
sediaan
ringan
dengan
tambahan Memungkinkan
makanan yang disukai bila ada. makanan akan memampukan paasien
untuk mempunyai pilihan terhadap
makanan yang dapat dinikmati.
Berikan diet cair dan /atau
Bila masukan kalori gagal untuk
makanan
kebutuhan
metabolik,
selang/hiperalimentasi
bila memenuhi
dukungan nutrisi dapat digunakan
diperlukan.
untuk mencegah malnutrisi/kematian
sementara terapi dilanjutkan. Makanan
cair tinggi kalori dapat diberikan
sebagai obat, pada susunan waktu
terpisah dari makan, sebagai alternatif
peningkatan masukan kalori.
Hancurkan dan beri makan
melalui selang apapun yang Mungkin digunakan sebagai bagian

Universitas Sumatera Utara

tertinggal pada nampan setelah program perubahan perilaku untuk
periode
waktu
pemberian memberikan masukan total kalori yang
dibutuhkan.
sesuai indikasi.
Hindari pemberian laksatif.

Berikan obat sesuai indikasi:

Penggunaan berakibat buruk karena
digunakan
sebagai
pembersih
makanan/kalori tubuh oleh pasien.

Siprofeptadin (Periactin)
Antagonis serotonin dan vitamin yang
digunakan dalam dosis tinggi untuk
merangsang
nafsu
makan,
menurunkan penolakan makanan, dan
melawan depresi. Tidak tampak efek
samping, meskipun penurunan mental
kesadaran dapat terjadi.
- Antidepresan
trisiklik,
depresi
misalnya
amitriptilin Menghilangkan
merangsang nafsu makan.
(Alavil, Endep).
- Agen antiansietas,
alprazola (Xanax).

dan

contoh
Menurunkan tegangan, cemas/gugup
dan dapat membantu pasien untuk
berpartisipasi dalam pengobatan.

- Tranquilizer utama, contoh
klorpromazin (Thorazine).
Meningkatkan berat badan dan kerja
sama pada program psikoterapi.
Tranquilizer utama digunakan hanya
bila benar-benar perlu karena efek
samping ekstrapiramidal.
Siapkan untuk/bantu ECT bila
diindikasikan. Bantu pasien Pada kasus jarang dan sulit dimana
memahami ini bukan sebagai malnutrisi berat/mengancam hidup,
hukuman.
seri ECT jangka pendek dapat
memampukan pasien untuk mulai
makan dan memungkinkan dapat
mengikuti psikoterapi.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1.

Pengkajian

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
Identitas Pasien:
Nama

: Nn. P

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 18 tahun

Status Perkawinan

: Belum menikah

Agama

: Kristen Protestan

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Belum bekerja

Alamat

: Jalan Karya, Pabatu

Tanggal Masuk RS

: 15 Juni 2013

No. Register

: 10023360087

Ruangan/Kamar

: RA1 / III4

Golongan Darah

: AB

Tanggal Pengkajian

: 17 Juni 2013

Tanggal Operasi

:-

Diagnosa Medis

: Pankreatitis

II. KELUHAN UTAMA
Klienmengeluhdirinya mengalami mual dan muntah sejak 2 hari
terakhir dengan frekwensi 2-3 kali per hari.Klien juga mengeluh nyeri
ulu hati dan tidak menjalar, serta kuning seluruh tubuh sejak 2 bulan
terakhir disertai mata kuning.Tidak hanya itu, klien juga mengaluh
demam tinggi terus menerus sejak 3 hari ini dan turun dengan
mengkonsumsi obat penurun panas.

Universitas Sumatera Utara

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A.

Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Klien hanya memegang perut atasnya yang terasa sakit.

B.

Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan rasa nyeri di ulu hati dengan intensitas hilang
timbul.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat meringis kesakitan dan memegang perut atasnya.

C.

Region
1. Dimana lokasinya
Epigastrium
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan nyerinya tidak menyebar ke daerah lainnya.

D.

Severity
Klien mengatakan nyeri sedang dengan skala 5

E.

Time
Klien mengatakan nyeri terjadi terus menerus dan kadang hilang
timbul.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUP Haji Adam
Malik di ruangan yang sama.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan selama dirawat tidak dilakukan tindakan ERCP
(Endoscopyc Retrigret Cholangeo Pancreatograph).
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien juga mengatakan selama dirawat tidak dilakukan operasi
tetapi hanya dirawat saja.

Universitas Sumatera Utara

D. Lama dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat selama 2 minggu.
E. Alergi
Pasien mengatakan selama ini tidak pernah memiliki riwayat alergi
F. Imunisasi
Klien mengatakan ia lupa jenis imunisasi yang sudah dilakukan.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
GENOGRAM

Ket:
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: klien
: tinggal serumah
A. Orangtua
Orangtua klien sehat dan tidak memiliki penyakit yang serius.
B. Saudara kandung
Saudara kandung klien juga tidak memiliki penyakit yang serius
atau keturunan.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan semua anggotanya tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan

Universitas Sumatera Utara

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan semua anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan ayahnya meninggal.
F. Penyebab meninggal
Klien mengatakan ayahnya meninggal karena kecelakaan sepeda
motor 2 tahun yang lalu.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa ia merasa cemas karena penyakitnya
sangat serius dan akan sulit untuk disembuhkan.
B. Konsep diri:
a. Gambaran

diri

:Klien

mengatakan

bahwa

kesembuhan

penyakitnya diserahkan kepada Tuhan
b. Ideal diri

:Klien mengatakan bahwa ia akan sulit

disembuhkan
c. Harga diri

:Klien mengatakan bahwa ia malu dengan
teman-teman dan orang disekitarnya karena
kondisinya sekarang

d. Peran diri

:Klien berperan sebagai anak

e. Identitas

: klien masih menyadari identitas dirinya
sebagaianak dari orangtuanya, belum
menikah dan belum menikah

C. Keadaan emosi
Klien dapat mengontrol emosi tentang nyeri dan kepanikan tentang
penyakitnya.
D. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
ibunya dan saudara kandungnya.
b. Hubungan dengan keluarga

Universitas Sumatera Utara

Hubungan klien dengan semua anggota keluarganya harmonis
karena klien sering dijenguk oleh saudara-saudaranya.
c. Hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang lain kurang baik.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hambatannya karena klien menarik diri dan tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dibuktikan dengan
klien hanya diam dan tidak mau berinteraksi dengan orangorang yang ada di sektar ruangannya.
E. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia beragama Kristen Protestan dan
meyakini bahwa ia akan sembuh.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum sakit ia jarang beribadah ke gereja,
tapi selama di rumah sakit klien sering berdo’a demi
kesembuhannya.
VII.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Tingkat kesadaran pasien Composmentis, terlihat lemah dan lebih
sering berbaring di tempat tidur.
B. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 38,2 0C
b. Tekanan darah

: 100/50 mmHg

c. Nadi

: 96 kali/ menit

d. Pernafasan : 26 kali/ menit
e. Skala nyeri : 5
f. TB

: 158 cm

g. BB

: 46 kg

C. Pemeriksaan head to toe
Kepala dan rambut
a. Bentuk

: bulat dan simetris

Universitas Sumatera Utara

b. Ubun-ubun

: sudah mengeras/tak teraba lembek

c. Kulit kepala

:bersih dan tidak ada luka

Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran merata dan halus
b. Bau

: tidak memiliki bau yang khas

c. Warna rambut

: hitam

Wajah
a. Warna kulit : kecoklatan dan sedikit pucat
b. Struktur wajah: simetris kiri dan kanan dan struktur lengkap
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan: lengkap dan simetris
b. Palpebra

: tidak ada benda asing

c. Konjungtiva dan sclera: konjungtiva pucat dan sclera putih
d. Pupil

: bulat isokor dan mengecil saat respon cahaya

e. Kornea dan iris: lengkap pada posisinya
f. Visus

: 6/60

g. Tekanan bola mata: simetris kiri dan kanan
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada injuri
b. Lubang hidung: ada 2, tidak ada sumbatan atau perdarahan
c. Cuping hidung: tidak tampak cuping hidung
Telinga
a. Bentuk telinga

: lembut dan elastis

b. Ukuran telinga

: simetris antara kanan dan kiri

c. Lubang telinga: tidak ada sumbatan benda asing
d. Ketajaman pendengaran: mampu mendengarkan suara-suara
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir

: pucat

b. Keadaan gusi dan gigi: gigi lengkap dan tidak ada perdarahan
gusi
c. Keadaan lidah

:tidak ada lesi, mampu menggerakkan

kesegala arah

Universitas Sumatera Utara

d. Orofaring : klien mampu menelan
Leher
a. Posisi trachea
b. Thyroid

: medial (ditengah)

: tidak ada pembesaran thiroid

c. Suara

: masih terdengar suara

d. Kelenjar limfe

: tidak ada pembesaran/benjolan kelenjar

limfa
e. Vena jugularis

: tidak tampak kasat mata

f. Denyut nadi karotis: teraba nadi karotis
Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : kulit klien bersih
b. Kehangatan : kulit klien teraba panas
c. Warna

: kecoklatan

d. Turgor

: turgor kulit kembali 1 detik

e. Kelembaban

:kulit klien sedikit kering

f. Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan, hanya teraba panas
Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk: simetris antara kiri dan kanan
b. Warna payudara dan areola: sama dengan kulit sekitarnya,
aerola coklat
c. Kondisi payudara dan putting: bersih dan tidak ada kelainan
d. Produksi ASI

: tidak berproduksi ASI karena belum

menikah
e. Aksila dan clavikula: aksila tumbuh rambut, klavikula simetris
Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks: normal, simetris antara kiri dan kanan.
b. Pernafasan (frekuensi,irama): frekuensi 26x/menit, irama cepat
c. Tanda kesulitan bernafas: klien bernafas menggunakan otot
bantu pernafasan: cuping hidung.
Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara: teraba getaran vokal fremitus yang sama
kiri dan kanan yaitu fremitus taktil.

Universitas Sumatera Utara

b. Perkusi

: terdengar resonan

c. Auskultasi: suara nafas vesikuler, dan tidak ada suara tambahan.
Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi

: tak terlihat massa dan memar, serta tidak terlihat

adanya denyut jantung (pulsasi).
b. Palpasi

: teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi

96 kali/menit dengan irama cepat.
c. Perkusi

: tidak ada pembesaran jantung
-batas atas jantung: interkostal 2-3
-batas kanan jantung: linea sternalis kanan
-batas kiri jantung: linea media clavicularis kiri

d. Auskultasi : terdengar normal ( S1 dan S2) dan tidak terdengar
suara tambahan/tidak normal (S3 dan S4).
Pemeriksaan abdomen
a. inspeksi (bentuk, benjolan): simetris, tidak terlihat massa,
memar maupun benjolan.
b. auskultasi : peristaltik usus normal dengan frekuensi 10-18
kali/menit
c. palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): ada
nyeri tekan bagian epigastrium dengan skala 5, tidak ada
benjolan/ascites, dan ada distensi abdomen.
d. perkusi (suara abdomen): suara abdomen timpani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. genitalia (rambut pubis, lubang uretra): ada dan bersih
b. anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):
lubang anus dan perineum besih, dan tidak ada kelainan
Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas (kesimatrisan, kekuatan
otot, edema): simetris antara kiri dan kanan, tidak ada edema,
kekuatan otot klien penuh dengan nilai 5, dan tidak ada kelainan pada
muskuluskeletal ataupun ekstremitas.
Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis):
a. Tingkat kesadaran dengan GCS: 15, E: 4 M: 6 V: 5

Universitas Sumatera Utara

b. Meningeal sign: tidak ada tanda-tanda meningitis
c. Nervus Cranialis:
1) Nervus Olfaktorius/N I
Klien mampu menyebutkan jenis bau-bauan yang diberikan.
2) Nervus Optikus/N II
Klien mampu membaca 30 cm didepan mata dan lapangan
pandang klien normal.
3) Nervus Okulomotorius/N III, Troclearis/N IV, Abdusen/N VI
Kontriksi pupil klien baik, ada reflek cahaya dan bola mata klien
mampu bergerak ke segala arah.
4) Nervus Trigeminus/N V
Mampu membedakan panas/dingin, rasa raba, nyeri, dan
getar.Serta mampu menyebutkan area yang disentuh.Dan ada
reflek kornea.
5) Nervus Facialis/N VII
Klien mampu membedakan rasa manis, asin, asem pahit serta
mampu memperagakan berbagai ekspresi wajah.
6) Nervus Vestibulococlearis/N VIII
Klien masih mampu mendengarkan berbagai jenis suara.
7) Nervus Glossofaringeus/N IX, Vagus/N X
Ada reflek tersedak, pita suara normal, palatum terangkat ke atas,
dan uvula relative ditengah.
8) Nervus Asesorius/N XI
Klien masih mampu menahan tahanan di bahu dan sejajar antara
bahu kiri dan kanan.
9) Nervus Hypoglosus/N XII
Kekuatan otot lidah klien normal, dan mampu menggerakan lidah
ke segala arah.
Fungsi motorik:
a. Cara berjalan: klien masih mampu berjalan ke kamar mandi
b. Romberg test: klien mampu menjaga keseimbangan saat berdiri dan
berjalan

Universitas Sumatera Utara

c. Tes jari-hidung: klien mampu merasakan sensasi jari-hidung
d. Pronasi-supinasi test: klien dapat melakukan pronasi-supinasi
bagian ekstremitas
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,
getaran):
a. Identifikasi sentuhan: klien masih mampu menyebutkan lokasi
sentuhan ringan.
b. Tes tajam tumpul: klien mampu menyebutkan benda tajam atau
tumpul.
c. Panas dingin: klien masih mampu membedakan panas atau dingin.
d. Getaran: klien mampu merasakan getaran di kepalanya saat
digetarkan garputala.
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles,
plantar):
a. Reflek bisep: mampu berkontraksi dengan baik saat otot bisep
dipukul menggunakan hammer.
b. Reflek trisep: mampu berkontraksi saat otot trisep dipukul
menggunakan hammer.
c. Reflek

brachioradialis:

mampu

berkontraksi

saat

otot

brachioradialis dipukul menggunakan hammer.
d. Reflek patellar: tungkai bawah bergerak kedepan saat patella
dipukul menggunakan hammer.
e. Reflek tendon achiles: berkontraksi dengan sentakan kaki ke
bawah saat tendon achiles dipukul menggunakan hammer.
f. Reflek

plantar:

berkontraksi

saat

otot

plantar

dipukul

menggunakan hammer.
VIII.

POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum
1) Frekuensi makan/hari :2-3 kali/hari.
2) Nafsu/selera makan

:Klien mengatakan sebelum sakit nafsu

makannya baik, tapi sejak sakit nafsu makannya menurun.

Universitas Sumatera Utara

3) Nyeri ulu hati :Klien mengatakan terdapat nyeri di bagian ulu hati
(epigastrium) dengan skala 5.
4) Alergi :Klien mengatakan tidak ada alergi makanan apapun.
5) Mual dan muntah

:Klien mengatakan sering mual dan muntah

saat makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan isi muntahan yaitu
apa yang dimakan dalam bentuk cair dengan volume sekitar ¼ gelas
Aqua.
6) Waktu pemberian makan:Pagi pukul 08.00 WIB, siang pukul 12.00
WIB, dan malam pukul 18.00 WIB.
7) Jumlah dan jenis makan: Jenis makannya seperti biasa yaitu nasi,
ikan dan sayur. Jumlahnya masing-masing 1 porsi, tetapi sering
bersisa ¼-1/2 porsi.
8) Waktu pemberian cairan/minum: Klien hanya minum saat makan
44dan terpasang cairan infuse NaCl 20 tetes/menit.
9) Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Klien

mengatakan

tidak

terdapat

kesulitan

menelan

atau

mengunyah, tetapi klien sering tidak menghabiskan makanannya
karena merasa mual dan takut muntah.
II.

Perawatan diri/personal hygiene
1) Kebersihan tubuh

:Klien biasanya mandi sendiri jika ia masih

mampu, tapi terkadang klien hanya di lap oleh ibunya selama
dirumah sakit.
2) Kebersihan gigi dan mulut :Klien mengatakan masih mampu
membersihkan mulut dan menggosok gigi selama di rumah sakit,
tetapi hanya 1 kali/hari.
3) Kebersihan kuku kaki dan tangan :Selama di rumah sakit ibu klien
yang memotong kuku kaki dan tangannya.
III. Pola kegiatan/aktivitas
1) Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti
pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
Klien masih mampu mandi dan BAB/BAK di kamar mandi, tetapi
klien masih dibantu sebagian oleh ibunya karena masih terpasang

Universitas Sumatera Utara

cairan infuse. Dalam mengganti pakaian juga klien masih mampu,
terkadang dibantu juga oleh ibunya karena terpasang cairan infuse.
2) Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:
Selama dirawat di rumah sakit, klien sering berdo’a demi kesembuhan
penyakitnya.
IV. Pola eliminasi
1. BAB
1) Pola BAB

: 1-2 kali/hari

2) Karakter feses

: lunak dan berwarna pucat

3) Riwayat perdarahan : tidak ada tanda-tanda perdarahan
4) BAB terakhir

: lunak dan berwarna pucat dan berbau
sang