Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUP.Haji Adam Malik Medan

(1)

Lampiran

Tabel: CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx

Hari/ta nggal

Pukul Tindakan Keperawatan dan Hasil Tindakan 1 Selasa/

18 Juni 2013

14.30

14.45

15.00

15.15

15.30

16.00

17.45 17.55

18.00

Memantau keadaan umum klien: kesadaran komposmentis dan klien mengeluh masih mual.

Mengkaji abdomen: auskultasi bising usus 16kali/ menit, dan terdapat distensi abdomen.

Melakukan vital sign: - TD: 110/80 mmHg -HR: 88 kali/menit -RR: 22 kali/menit -T: 37,80C

-Skala nyeri: 4 di bagian epigastrium

Menganjurkan untuk sering melakukan perawatan oral dan menganjurkan makan sedikit tapi sering untuk menghindari mual dan muntah : klien menyetujui anjuran yang diberikan.

Mengobservasi warna/konsistensi/ jumlah feses dan mencatat konsistensi lembek/ bau busuk: warna feses pucat dengan konsistensi lunak dan jumlahnya sekitar ½ gelas.

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam, Novalgin 1 ampul/ 8 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam: telah dilakukan dan klien menyetujui.

Menimbang berat badan pasien setiap hari: 46 kg Melakukan auskultasi bising usus: frekwensi 18 kali/menit

Membagi diet makan dan memantau klien makan: klien makan sangat lambat, nafsu makan klien masih berkurang, makanan tersisa ¼ porsi.


(2)

18 Juni 2013

16.40

17.00

18.30

18.40

khusus (skala 0-10): nyeri di bagian epigastrium tengah dengan skala 5.

Memberikan lingkungan yang tenang: suara- suara pengunjung atau pun suara lain disekitar klien berkurang.

Membantu melakukan teknik relaksasi, yaitu tarik nafas dalam: klien mampu melakukan sendiri setelah dilatih.

Melakukan vital sign: - TD: 120/70 mmHg -HR: 86 kali/menit -RR: 18 kali/menit -T: 37,60C

Mengkaji kembali keluhan nyeri: skala 4 dan nyeri tekan epigastrium dengan skala 4.

3 Selasa/ 18 Juni 2013

15.45

16.10

16.25 16.30

18.15

20.00

Memantau suhu pasien (derajat dan pola) dan memperhatikan apakah klien menggigil/diaphoresis: suhu 38,00C, dan klien menggigil.

Memakaikan selimut pada klien dan menganjurkan untuk banyak minum air putih: klien minum air putih sebanyak 2 ½ gelas

Melakukan kompres air bersuhu normal

Menganjurkan klien untuk mandi air hangat: klien mampu mandi di kamar mandi dan dibantu oleh ibunya.

Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari setelah makan.

Melakukan vital sign: -TD: 120/80 mmHg -HR: 82 kali/menit -RR: 18 kali/menit -T: 37,20C


(3)

1 Rabu/ 19 Juni

2013

14.00

14.10

15.00

16.00

17.45 18.00

18.15

Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat: klien melakukan apa yang dianjurkan.

Menganjurkan makan-makanan yang mengandung nutrisi yang tinggi: klien melakukan apa yang dianjurkan.

Melakukan TTV rutin:

- TD: 110/70 mmHg - HR: 82 kali/menit - RR: 20 kali/menit - T: 37,30C

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam, Novalgin 1 ampul/ 8 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam: telah dilakukan dan klien menyetujui.

Menimbang berat badan klien setiap hari: 46,4 kg Membagi diet makan dan memantau klien makan: nafsu makan klien mulai meningkat, makanan tidak tersisa.

Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari setelah makan.

2 Rabu/ 19 Juni

2013

16.30

19.00

19.30

Menganjurkan kembali klien untuk mandi air hangat: klien mampu mandi di kamar mandi dan dibantu oleh ibunya.

Menganjurkan sering melakukan teknik relaksasi: klien sering melakukannya.

Melakukan TTV rutin:

- TD: 120/80 mmHg - HR: 78 kali/menit - RR: 18 kali/menit - T: 37,20C


(4)

1 Kamis/ 20 Juni 2013

20.00 20.30

22.00

06.00

06.15 08.00

08.10

Menimbang berat badan klien: 46,7 kg

Menganjurkan makan-makanan yang mengandung nutrisi yang tinggi.

Melakukan TTV rutin:

-TD: 120/70 mmHg -HR: 76 kali/menit -RR: 22 kali/menit -T: 37,20C

Membagi diet makan dan memantau klien makan: klien menikmati makanan yang tersedia dan menghabiskan makanan yang tersedia.

Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari setelah makan.

Memberikan injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam: telah dilakukan dan klien menyetujui.

Menimbang berat badan klien: 47 kg 2 Kamis/

20 Juni 2013

04.00 06.00

07.00

Memberikan obat Ranitidin 1 ampul/12 jam.

Menganjurkan kembali klien untuk mandi air hangat: klien mampu mandi di kamar mandi dan dibantu oleh ibunya.

Melakukan TTV rutin:

-TD: 120/80 mmHg -HR: 76 kali/menit -RR: 18 kali/menit -T: 37,00C


(5)

Daftar Pustaka

Asmadi, (2008).Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika.

Brunner & Suddart, (2002).Buku Ajar:Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Volume 2. Jakarta: EGC.

Doenges, dkk, (2000).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H., (2012). Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional: Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Potter, A., Perry, (2005). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Riyadi, S., Sukarmin, (2008).Asuhan Keperawatan pada Pesien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Tarwoto, Wartonah, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Wahit, (2007).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M., (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi (NIC) dan Kriteria Hasil (NOC). Jakarta: EGC.


(6)

BAB III

Kesimpulan dan Saran

3.1.Kesimpulan

Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.

Setelah melakukan implementasi sesuai dengan rencana asuhan keperawatan pada Nn. P dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, perkembangan kesehatan klien membaik dengan kriteria terjadinya peningkatan berat badan klien menuju angka berat badan ideal (BBI) yaitu 47 kg, tidak mengalami malnutrisi, nyeri klien berkurang menjadi skala 2, klien tidak lagi demam (demam turun), tidak terjadi komplikasi yang mungkin muncul jika tidak dilakukan implementasi keperawatan dengan segera, serta perubahan pola hidup klien meningkat dengan memperhatikan diet makanan yang tepat sesuai yang dianjurkan.

3.2.Saran

1) Bagi kebutuhan klien

Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan dengan gizi seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa terserang penyakit akibat imun tubuh yang menurun.

2) Bagi institusi pendidikan.

Semoga karya tulis ilmiah (KTI) ini dapat menambah wawasan kita selaku mahasiswa tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi.


(7)

3) Bagi pelayanan kesehatan

Bagi perawat yang profesional harus memiliki keterampilan yang cukup tinggi selain adanya ilmu yang mendasari dan sikap yang mendukung terhadap terwujudnya suatu bentuk pelayanan kesehatan yang optimal.Dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi, perawat harus mempunyai ilmu dan keterampilan khusus yang mendukung terhadap tercapainya Asuhan Keperawatan yang adekuat.


(8)

BAB II

Pengelolaan Kasus

2.1.Konsep Dasar Penyakit

2.1.1.Pengertian Pankreatitis

Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.(Brunner & Suddart, 2002).Pankreatitis adalah inflamasi yang mengenai pankreas yang bersifat serius dengan intensitas yang ringan sampai berat dan berakibat fatal (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis juga didefenisikan sebagai peradangan pada pankreas yang mengganggu fungsi eksokrin dalam membantu menjalankan metabolisme dalam tubuh (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Sedangkan menurut Doenges (2000) pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.

2.1.2.Klasifikasi Pankreatitis 1) Pankreas Akut

Pankreas akut merupakan inflamasi pada pankreas akibat tercernanya organ tersebut oleh enzim-enzim yang dikeluarkan pankreas (terutama tripsin) (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin(Brunner & Suddart, 2002). 2) Pankreas Kronik

Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas (Brunner & Suddart, 2002).Riyadi, S & Sukarmin (2008) juga menyebutkan pankreatitis kronik merupakan inflamasi pada pankreas


(9)

yang ditandai dengan kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pancreas.

2.1.3. Etiologi

Penjelasan penyebab dari timbulnya penyakit Pankreatitis menurut Brunner & Suddart (2002) adalah sebagai berikut:

1) Pankreas Akut

Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang kemudian mengalami nekrosis.

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam waktu lama merupakan penyebab umum pankreatitis akut, tetapi pasien biasanya sudah menderita pankreatitis kronis yang tidak terdiagnosis sebelum episode pankreatitis akut terjadi. Keadaan lain yang jarang ditemukan sebagai penyebab pankreatitis adalah infeksi bakteri atau virus, atau pankreatitis akibat virus parotitis. Trauma tumpul abdomen, penyakit ulkus peptikum, penyakit vaskuler iskemik, hiperlipidemia, hiperkalsemia, dan penggunaan kortikosteroid, preparat diuretik tiazida, serta kontrasepsi oral ternyata berkaitan dengan peningkatan insidens pankreatitis.

2) Pankreas Kronik

Konsumsi alkohol dalam masyarakat Barat dan malnutrisi yang terdapat di seluruh dunia merupakan penyebab pankreatitis kronis.Pada alkoholisme, insiden pankreatitis 50 kali lebih tinggi dibandingkan insiden dalam populasi bukan peminum.Konsumsi alkohol dalam waktu lama menyebabkan hipersekresi protein dalam sekret pankreas. Akibatnya akan terbentuk sumbat protein dan batu (kalkuli) dalam duktus pankreas. Alkohol juga memiliki efek toksik yang langsung pada sel-sel pankreas. Kemungkinan terjadinya kerusakan sel-sel ini akan lebih parah pada pasien-pasien yang kandungan protein dalam makanannya buruk atau yang kandungan lemaknya terlampau tinggi atau rendah.


(10)

2.1.4.Patofisiologi

Pankreatitis merupakan penyakit sistemik yang terdiri dari dua fase.Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam.Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti infeksi.Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal minggu kedua.Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis. Pankreatitis atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat penyumbatan duktus pankreatikus, biasanya oleh batu empedu di duktus bilaris komunis.Hiperlipidemia adalah suatu faktor resiko timbulnya pankreatitis yang dapat merangsang secara berlebihan pelepasan enzim-enzim pankreas, atau berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu.Alkoholisme kronik juga berkaitan dengan pankreatitis, alkohol menambah konsentrasi protein dalam cairan pankreas dan mengakibatkan endapan yang merupakan inti untuk terjadinya kalsifikasi yang menyebabkan pankreatitis. (Brunner & Suddart, 2002)

2.1.5.Manifestasi klinik

Manifestasi klinik dari penyakit pankreatitis menurut Brunner & Suddart (2002) adalah sebagai berikut:

1) Pankreatitis Akut

Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit.Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf.Peningkatan tekanan pada


(11)

kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut menimbulkan rasa sakit.

Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium).Awitannya sering bersifat akut dan terjadi 24-48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya.Umumnya rasa sakit menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristaltik. Rasa sakit yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.

Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal.Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis.Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.

Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut.Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu.Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.

Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum.Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi.Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan ini.

Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difusi, dispnoe, takhipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal.Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut.


(12)

2)

Pankreatitis Kronis

Insidens pankreatitis kronis meningkat pada laki-laki dewasa dan ditandai oleh serangan nyeri hebat di daerah abdomen bagian atas dan punggung, disertai muntah.Serangan nyeri sering sangat hebat sehingga pemberian preparat narkotik, sekalipun dengan dosis tinggi, tidak mampu meredakan nyeri tersebut. Resiko ketergantungan opiat akan meningkat pada pankreatitis karena sifatnya yang kronis dan hebatnya rasa nyeri.

Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronis. Biasanya disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya. Malabsorbsi mengakibatkan proses pencernaan bahan makanan khususnya protein dan lemak akan terganggu. Defekasi menjadi lebih sering dan feces menjadi berbuih (steatore) akibat gangguan pencernaan lemak.

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi

2.2.1.Pengertian Nutrisi

Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh (Potter & Perry, 2005). Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Wartonah, 2010). Nutrisi dapat juga dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit ( Wartonah, 2010 ).Sedangkan menurut Wahit (2007) nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.


(13)

2.2.2.Jenis-Jenis Nutrisi

Ada 6 kategori zat makanan menurutPotter & Perry (2005), yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tarwoto & Wartonah (2010) menyebutkan nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sedangkan jenis-jenis nutrisi menurut Asmadi (2008) yaitu karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Asmadi menyebutkan bahwa mineral dan air termasuk ke dalam pembahasan kebutuhan cairan dan elektrolit. Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan air adalah komponen tubuh yang vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan, serta mineral dan vitamin tidak menyediakan energi tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam-basa.

1) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet dan merupakan sumber utama bahan bakar untuk otak, otot rangka selama latihan, eritrosit dan leukosit, dan medulla renal (Brunner & Suddart, 2005).Sedangkan menurut Wahit (2007), karbohidrat adalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan makanan. Dan menurut Asmadi (2008) karbohidrat adalah senyawa yang mengandung zat karbon (C) dalam ikatan dengan hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu perbandingan 1:2:1.

Rentang asupan karbohidrat dalam diet yang direkomendasikan adalah 50%-60% dari total kalori, lebih disukai dalam bentuk karbohidrat yang kompleks, seperti roti dari biji penuh dan sereal (Potter & Perry, 2005).

Karbohidrat di dalam sel mengalami proses oksidasi yang menghasilkan panas dan energi yang hasilnya dibuang melalui paru-paru berupa H2O dan CO2 melalui kulit berupa keringat, dan melalui ginjal

dalam bentuk urine (Asmadi, 2008). Sedangkan apabila karbohidrat tidak digunakan, maka akan terjadi glikogenesis yang akan menghasikan glikogen yang kemudian disimpan di hepar dan otot, dan bila diperlukan


(14)

lagi, maka glikogen akan pecah melalui proses glikogenolisis menjadi glukosa kembali (Asmadi, 2008).

Jika energi yang kita butuhkan sangat tinggi, sedangkan intake

ataupun cadangan karbohidrat berkurang, maka mekanisme tubuh adalah mengubah sumber-sumber non-karbohidrat seperti lemak menjadi glukosa (Asmadi, 2008). Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat sekitar 5,5 gr/kgBB/hari (Asmadi, 2008). Tiap gram karbohidrat akan menghasilkan 4 kilokalori (kkal) (Potter & Perry, 2005).

Adapun fungsi karbohidrat menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:

a) Sebagai sumber utama bagi tubuh.

b) Penting untuk metabolisme lemak normal karena jika karbohidrat kurang, maka lemak digunakan sebagai sumber energi.

c) Pada hati, glucorinic acid mempunyai fungsi yang penting dalam pengikatan racun kimia dan bakteri.

d) Penting dalam mempertahankan integritas fungsi sel saraf dan sebagai sumber energi otak.

e) Sisa laktosa dalam usus lebih lama daripada disakarida, sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. Laktosa ini berfungsi sebagai laksatif serta sintesis vitamin B kompleks dan vitamin K.

f) Selulosa (karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam eliminasi yang normal karena merangsang gerakan peristaltik saluran pencernaan dan absorbsi air sehingga feses menjadi padat.

g) Makanan yang banyak mengandung karbohidrat (sereal) juga memberikan suplai protein, mineral, dan vitamin B dalam jumlah yang bermakna.

h) Digunakan sebuah protein sparing action, jika karbohidrat tidak mencukupi yaitu protein akan diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis).


(15)

2) Protein

Wahit (2007) mengatakan protein merupakan kelompok nutrien yang sangat penting bagi makhluk hidup.Asmadi (2008) juga mengatakan protein adalah nutrien yang paling utama diperlukan oleh tubuh manusia.Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan antibodi (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh, tetapi harus diberikan dalam diet (Brunner & Suddart, 2005).Wahit (2007) mengatakan kebutuhan protein setiap orang bervariasi berdasarkan laju pertumbuhan dan berat badannya. Kebutuhan protein pada bayi sebanyak 3 gr/kgBB, anak-anak sebanyak 1,75 – 2,5 gr/kgBB, pada remaja sampai dengan lansia sebanyak 1,25 – 1,75 g/kgBB, wanita hamil ditambah 10 gr/hari, dan ibu menyusui ditambah 20 gr/hari (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Adapun fungsi protein menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:

a) Mempertahankan kesehatan dan vitalitas tubuh.

b) Pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan tubuh. c) Pembentukan hormon.

d) Mencegah darah atau jaringan lebih asam atau lebih basa. e) Memelihara keseimbangan cairan tubuh.

f) Pembentukan enzim, antibodi, dan pembentukan susu saat proses laktasi.

g) Membantu pembekuan darah. 3) Lemak

Lemak (Lipid) merupakan nutrien padat yang paling berkalori dan menyediakan 9 kkal per gram (Potter & Perry, 2005).Lemak merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat (Asmadi, 2008).Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih besar daripada karbohidrat dan protein.Sedangkan Wahit (2007) mengatakan lemak


(16)

adalah suatu senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.

Kebutuhan lemak oleh tubuh sekitar 1,5 gr/kgBB/hari (Asmadi, 2008). Setiap 1 gr lemak menyediakan 38 kJ (9 kkal) (Wahit, 2007).Ketika terjadi penurunan gula darah, dimana cadangan karbohidrat dan protein menurun, maka lemak diubah menjadi glukosa (Tarwoto & Wartonah, 2010). Namun jika dalam makanan terdapat kelebihan lemak, maka dalam tubuh lemak akan disimpan dan akan dipergunakan sebagai cadangan energi atau tenaga, bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal dan bola mata, mempertahankan panas tubuh karena lemak sebagai penghambat panas (konduktor yang buruk), perlindungan tubuh terhadap trauma dan zat kimia yang berbahaya, dan pembentuk postur tubuh seperti orang terlihat gemuk atau kurus karena adanya lemak (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Adapun fungsi lemak menurut Asmadi (2007) adalah sebagai berikut:

a) Sumber cadangan energi. b) Komponen dari membran sel. c) Insulator suhu tubuh.

d) Pelarut vitamin A, D, E, dan K.

e) Jenis lemak yaitu kolesterol berfungsi untuk menghasilkan asam empedu yang berperan pada pencenaan dan pembentukan hormon kortison, estrogen, testosteron, dan hidrokortison.

4) Vitamin

Vitamin merupakan sustansi organik dalam jumlah kecil pada makanan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter & Perry, 2005). Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tetap sehat (Wahit, 2007). Sedangkan menurut Asmadi (2007) vitamin merupakan zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya dalam jumlah yang mencukupi.


(17)

Adapun fungsi vitamin menurut Tarwoto & Wartonah (2010) adalah sebagai berikut:

a) Vitamin B1: mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati parifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati Wernicke. b) Vitamin B2: memperbaiki kulit dan mata, serta mencegah terjadinya

hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan fototerapi.

c) Vitamin B3: menetralisasi zat racun, berperan dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit dan saraf, serta sebagai koenzim pada banyak enzim dehidrogenase yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria. d) Vitamin B5: sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan

koenzim A yang berperan dalam pembentukan energi (ATP).

e) Vitamin B6: berperan dalam proses metabolisme asam amino, proses glikogenolisis, pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah merah.

f) Vitamin B12: membantu pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel saraf, dan membantu metabolisme protein.

g) Vitamin C: membantu pembentukan tulang, otot, dan kulit, membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari radikal bebas.

h) Asam folat: membantu metabolisme, khususnya asam amino, pematangan sel darah merah, serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan.

i) Vitamin D: meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan tulang dan gigi, pengaturan produksi hormon, serta pengaturan kadar kalsium darah.

j) Vitamin A: membangun sel-sel kulit, melindungi sel-sel retina dari kerusakan.

k) Vitamin E: sebagai antioksidan dengan cara memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas.


(18)

5) Air

Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel bergantung pada lingkungan cair yang menyusun 60% hingga 70% dari seluruh berat badan (Potter & Perry, 2005).

Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih dari beberapa jam di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang sangat terlindungi (Potter & Perry, 2005). Pada individu yang sehat, asupan cairan dari semua sumber sama dengan haluaran cairan melalui eliminasi, respirasi, dan berkeringat, tetapi pada orang sakit terdapat peningkatan kebutuhan cairan misalnya dengan demam atau kehilangan cairan gastrointestinal, dan orang sakit juga mengalami penurunan kemampuan untuk mengeluarkan cairan seperti penyakit kardiopulmonal atau renal yang mengarah pada kebutuhan restriksi asupan cairan (Potter & Perry, 2005).

6) Mineral

Mineral merupakan elemen esensial non-organik pada tubuh sebagai katalis dalam reaksi biokimia (Potter & Perry, 2005).

2.2.3.Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi tidak berada dalam kondisi yang menetap.Ada kalanya kebutuhan nutrisi klien meningkat.Begitu pula kebalikannya, kebutuhan nutrisi seseorang menurun.Ada beberapa faktor yang memengaruhi kebutuhan seseorang terhadap nutrisi.Pada bagian ini dikemukakan dua kategori faktor yaitu faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi. Adapun faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi menurut Asmadi (2007) antara lain sebagai berikut:

a. Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu hamil.

b. Selama perbaikan jaringan/ pemulihan kesehatan karena proses suatu penyakit.


(19)

c. Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 10F, maka kebutuhan kalori meningkat 7%.

d. Aktivitas yang meningkat.

e. Stres. Sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena mengalami stres.

f. Terjadi infeksi.

Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi Asmadi (2007) antara lain sebagai berikut:

a. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya pada lansia. b. Penurunan basal metabolic rate (BMR)

c. Hipotermi

d. Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMR-nya lebih rendah dibanding BMR laki-laki.

e. Gaya hidup pasif. f. Bedrest.

2.2.4.Status Nutrisi

Karakteristik suatu nutrisi ditentukan melalui adanya indeks masa tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body weight -IBW) (Tarwoto & Wartonah, 2010).

1) Indeks masa tubuh (BMI)

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:

Indeks massa tubuh = BB (kg) TB2 (m)


(20)

Batas ambang indeks massa tubuh di Indonesia (Depkes, 2002; Asmadi, 2007) adalah sebagai berikut:

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan BB tingkat berat <17,0 Kekurangan BB tingkat sedang 17,0 - 18,5

Normal 18,5 - 25,0

Gemuk

Kelebihan BB tingkat ringan 25,0 - 27,0 Kelebihan BB tingkat berat >27,0

2) Berat badan ideal (IBW)

Brocca adalah cara untuk mengetahui berat badan ideal menurut Asmadi (2007), yaitu sebagai berikut:

Berat badan ideal (kg) = [TB (cm) - 100] - [10% (TB – 100)]

Hasil: - bila berat badannya <80%, dikategorikan sebagai kurus. -bila berat badannya 80-120%, dikategorikan berat badan ideal. -bila berat badannya >120%, dikategorikan gemuk.

2.2.5.Cara Pengukuran Kebutuhan Kalori

Kebutuhan energi individu dipengaruhi olehbeberapa factor, yaitu laju metabolisme basal (basal metabolic rate, BMR) adalah energi yang diperlukan pada tingkat terendah fungsi seluler atau disebut istirahat, aktivitas fisik, penyakit, cedera, demam, infeksi, pemasukan makanan, dan kelaparan (Brunner & Suddart, 2005). Tetapi Asmadi (2008) mengukur kebutuhan kalori seseorang hanya berdasarkan basal metabolic rate, aktifitas fisik, dan spesific dynamic action (SDA), yaitu:

1) Basal metabolic rate (BMR)

Laju metabolisme basal (basal metabolic rate) adalah energi yang digunakan pada tubuh saat istirahat, yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti aktivitas jantung, pernafasan, peristaltik usus, dan kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2010).


(21)

Ada beberapa cara untuk mengukur BMR menurut Asmadi (2008) diantaranya adalah:

a) Rumus Harris Benedict yang dikenal dengan debutan rumus REE (Resting Energy Expenditure), yaitu:

BMR (laki-laki) = 66,5 + [13,5 x BB (kg)] + [5,0 x TB (cm) – (6,75 x umur (th)] BMR (wanita) = 65,1 + [9,56 x BB (kg)] + [1,85 x TB (cm) – (4,68 x umur (th)]

b) Metode faktorial, yaitu:

BMR (laki-laki) = BB (kg) x 1,0 x 24 kkal BMR (wanita) = BB (kg) x 0,9 x 24 kkal

2) Aktivitas fisik

Klien dengan aktivitas ringan seperti pekerja kantor yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk duduk harus dikurangi 10-20% dari jumlah kalori basal, sebaliknya klien dengan aktivitas berat seperti pekerja kuli bangunan harus menambahkan 10-20% dari jumlah kalori basal (Asmadi, 2008). Pekerjaan rumah tangga termasuk kedalam aktivitas sedang (Suarthana, 2007; Asmadi, 2008).

3) Spesific dynamic action (SDA)

Dalam menghitung besarnya SDA, diperkirakan besarnya 10% jumlah energi basal dan energi aktivitas (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007; Asmadi, 2008).

Maka rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan kalori total menurut Asmadi (2008) adalah:


(22)

2.2.6.Pengkajian

1) Aspek biologis menurut Asmadi (2008) antara lain meliputi:

a. Umur. Pengkajian ini terkait dengan tumbuh kembang klien. Tingkat kebutuhan nutrisi salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia. Pada masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi sangat besar dibandingkan dengan masa lansia.

b. Jenis kelamin. Hal yang perlu dikaji antara lain: tingkat BMR antara laki-laki dengan wanita berbeda, begitu pula persentase lemak dalam tubuh, dan lain-lain.

c. Tinggi badan dan berat badan. Pengkajian ini dilakukan salah satunya adalah untuk mengetahui perbandingan antara tinggi dan berat badan, apakah ideal atau tidak?

d. Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini berguna untuk mengidentifikasi masalah nutrisi klien. Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) yang termasuk pengukuran antropometri adalah berat badan ideal ((TB-100) ±10%), lingkar pergelangan tangan, lingkar lengan atas, (normal: laki-laki 28,3 cm dan perempuan 28,5 cm), lipatan kulit pada otot trisep (normal: laki-laki 12,5-16,5 cm dan perempuan 16,5-18 cm).

e. Riwayat kesehatan dan diet. Riwayat kesehatan misalnya adakah alergi terhadap jenis makanan tertentu. Gangguan pencernaan yang sering dialami ?dan lain-lain. Riwayat diet terkait dengan kebiasaan asupan makanan dan cairan klien, jenis makanan yang dikonsumsi, nafsu makan, dan lain-lain.

f. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum: kelemahan, tingkat kesadaran, tanda vital, dan lain-lain.

b) Keadaan kulit: kasar, kering, bersisik, kehilangan lemak pada subkutan, dan lain-lain.

c) Keadaan kepala: rambut hipopigmentasi, mudah dicabut, sclera kuning, klien sering mimisan, gigi karies, dan lain-lain.


(23)

e) Keadaan perut: permukaan perut, adanya garis vena, peristaltic usus, pembesaran hati atau limfa, dan lain-lain.

f) Keadaan ekstremitas: edema, pergerakan lemah, penurunan lingkar lengan, dan masa otot menurun. (Asmadi, 2008)

2) Aspek psikologis

Perlu dikaji mengenai persepsi klien tentang diet, postur tubuhnya, konsep diri yang terkait dengan bentuk tubuh, respon terhadap stress, apakah banyak makan atau malas makan?, dan lain-lain (Asmadi, 2008)

3) Aspek sosiokultural

Adakah kultur?, nilai-nilai yang dianut terhadap makanan, praktik budaya terkait dengan makanan, dan lain-lain (Asmadi, 2008). 4) Aspek spiritual

Hal yang perlu dikaji misalnya adakah keyakinan yang dianut klien terhadap makanan?, serta bagaimana keyakinan tersebut memengaruhi kebutuhan nutrisinya?, dan lain-lain (Asmadi, 2008).

5) Laboratorium menurut Tarwoto & Wartonah (2010) a. Albumin (normal: 4 – 5,5 mg/100 ml) b. Transferin (normal: 170 – 250 mg/100 ml) c. Hemoglobin (normal: 12 mg%)


(24)

2.2.7.Analisa Data

Dari hasil pengkajian, maka dapat dilakukan analisa data berbasarkan dua karakteristik, yaitu data subjek (DS) dan data objek (DO), sebagai berikut:

No. DS DO

1 - Kram abdomen - Nyeri abdomen - Kurang informasi

- Kurang minat pada makan - Ketidakmampuan memakan

makanan

- Mengeluh gangguan sensasi rasa

- Mengeluh asupan makan kurang

- Menghindari makanan - BB 20% atau lebih BBI - Kerapuhan kapiler - Diare

- Kehilangan rambut berlebihan - Bising usus hiperaktif

- Kurang makan - Penurunan BB

- Membran mukosa pucat - Tonus otot menurun - Sariawan rongga mulut - Kelemahan otot mengunyah - Kelemahan otot untuk menelan 2 - Mengonsentrasikan asupan

makanan pada akhir ini

- Makan sebagai respon terhadap petunjuk eksternal( mis: siang hari, situasi sosial) - Makan sebagai respon

terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (mis: ansietas).

- Disfungsi pola makan - Aktivitas monoton

- Lipatan otot trisep >15mm pada pria

- Lipatan otot trisep >25mm pada wanita

- BB 20% di atas tinggi dan kerangka tubuh ideal


(25)

makan pada malam hari

- Makan sebagai respon terhadap petunjuk eksternal( mis: siang hari, situasi sosial) - Makan sebagai respon

terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (mis: ansietas).

- Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan utama

- BB lebih tinggi dari nilai dasar - Terlihat penggunaan makan

sebagai tindakan menyenangkan - Terlihat penggunaan makanan

sebagai penghargaan

- Membarengi makan dengan aktivitas lain

- Obesitas parenteral - Gaya hidup monoton

4 - Nyeri epigastrik

- Bangun makan karena mimpi buruk

- Batuk malam hari

- Keluhan ada yang

menyangkut

- Tidak mampu membersihkan rongga mulut

- Pernafasan bau asam - Terlihat menolak makan - Hematemesis

- Hiperekstensi kepala

- Terlihat bukti kesulitan menelan (mis: stasis makanan pada rongga mulut, batuk tersedak) - Menelan berulang

- Muntah sebelum menelan

- Makan lama dengan konsumsi sedikit

- Demam yang tidak jelas penyebabnya

2.2.8.Rumusan Masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Menurut North American Nursing


(26)

Diagnosis Association (NANDA), rumusan masalah keperawatan terkait masalah kebutuhan dasar nutrisi adalah:

1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 2) Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh 3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh 4) Gangguan menelan

2.2.9. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan menurut Wilkinson J.M. (2007) berdasarkan NIC dan NOC dengan masalah gangguan nutrisi akibat pankreatitis dan intervensi menurut Doenges (2000) adalah sebagai berikut:

1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi makanan, kebutuhan metabolik tinggi, kurangnya pengetahuan dasar nyeri, akses pada makanan terbatas, hilangnya nafsu makan, mual/muntah, pengabaian oleh orangtua, ketergantungan kimiawi, penyakit kronis, atau gangguan psikologis.

Batasan karakteristik:

a) Berat badan kurang dari 20% (atau lebih) dari ideal terhadap tinggi badan dan kerangka.

b) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik (baik kalori total atau nutrisi spesifik).

c) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan adekuat.

d) Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran kecukupan gizi harian.


(27)

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri:

Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.

Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat makan; sediakan dan buang makan tanpa persuasi dan/atau komentar. Tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan.

Berikan makan sedikit dan makanan tambahan, yang tepat.

Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

Sadari pilihan-pilihan makanan

rendah kalori/minuman, menimbun makanan, membuang makanan dalam

berbagai tempat seperti saku

Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif/pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berfikir dan kerja psikologis.

Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan focus pada makanan. Bila staf berespons secara konsisten, pasien dapat mulai mempercayai respons staf. Area tunggal dimana pasien mempunyai kekuatan berlatih adalah makanan/makan, dan ia mengalami rasa bersalah dan berontak bila dipaksakan makan. Penyusunan makanan dan penurunan diskusi tentang makan akan menurunkan kekuatan upaya pada pasien dan menghindari dari permainan manipulatif.

Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa.

Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.

Pasien akan mencoba menghindari mengambil makanan bila tampak mengandung banyak kalori dan mau makan lama untuk menghindari makan.


(28)

atau kantung pembuangan.

Pertahankan jadwal penimbangan berat badan

teratur, seperti Minggu, Rabu, dan Jumat sebelum makan pagi pada pakaian yang sama, dan gambarkan hasilnya.

Timbang dengan timbangan yang sama (tergantung pada program protokol).

Hindari pemeriksaan ruangan dan alat kontrol lain kapan pun mungkin.

Berikan pengawasan 1-1 dan biarkan pasien dengan bulimia tetap tinggal di ruangan tanpa kamar mandi selama beberapa periode (misal 2jam) setelah makan, bila perjanjian tak berhasil.

Awasi program latihan dan susun batasan aktivitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja (jalan-jalan dan sebagainya).

Pertahankan pernyataan, perilaku tak menilai bila memberikan makanan per selang, hiperalimentasi, dan sebagainya.

Sadari kemungkinan pasien mencabut selang dan mengosongkan hiperalimentasi

Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan dan/atau penurunan.

Meskipun beberapa program memungkinkan pasien melihat hasil timbangan, ini memaksa isu kepercayaan pada pasien yang biasanya tidak mempercayai orang lain.

Menguatkan perasaan tak berdaya dan biasanya tak menolong.

Mencegah muntah selama/setelah makan. Pasien dapat menginginkan makanan dan menggunakan sindrom pembersihan pesta untuk memper-tahankan berat badan. Catatan: pembersihan dapat terjadi pertama kali pada psien sebagai respons terhadap pengadaan program peningkatan berat badan.

Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus otot/berat badan dan melawan depresi. Namun pasien dapat latihan terlalu berlebihan untuk membakar kalori.

Persepsi hukuman berakibat buruk terhadap kepercayaan diri pasien dan meyakini kemampuan sendiri untuk mengontrol tujuan.

Perilaku sabotase umum terjadi pada upaya mencegah peningkatan berat


(29)

bila digunakan. Periksa pengukuran dan plester selang dengan ketat.

Kolaborasi:

Berika terapi nutrisi dalam program pengobatan sesuai indikasi.

Libatkan pasien dalam penyusunan/melakukan prog-ram perubahan perilaku. Beri-kan penguatan untuk mening-katkan berat badan seperti dinyatakan oleh penentuan individu; abaikan penurunan. Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai bila ada.

Berikan diet cair dan /atau makanan

selang/hiperalimentasi bila diperlukan.

Hancurkan dan beri makan melalui selang apapun yang

badan.

Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan control lingkungan dimana masukan makanan, muntah/eliminasi, obat, dan aktivitas dapat dipantau. Ini juga memisahkan pasien dari orang terdekat (yang dapat sebagai faktor pemberat) dan memberikan pemajanan pada orang lain dengan masalah yang sama, suasana lingkungan untuk berbagi.

Memberikan situasi terstruktur untuk makan sementara memungkinkan pasien mengontrol beberapa pilihan. Perubahan perilaku dapat efektif pada kasus ringan atau untuk peningkatan berat badan jangka pendek.

Memungkinkan variasi sediaan makanan akan memampukan paasien untuk mempunyai pilihan terhadap makanan yang dapat dinikmati.

Bila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolik, dukungan nutrisi dapat digunakan untuk mencegah malnutrisi/kematian sementara terapi dilanjutkan. Makanan cair tinggi kalori dapat diberikan sebagai obat, pada susunan waktu terpisah dari makan, sebagai alternatif peningkatan masukan kalori.


(30)

tertinggal pada nampan setelah periode waktu pemberian sesuai indikasi.

Hindari pemberian laksatif.

Berikan obat sesuai indikasi: Siprofeptadin (Periactin)

-Antidepresan trisiklik, misalnya amitriptilin (Alavil, Endep).

-Agen antiansietas, contoh alprazola (Xanax).

-Tranquilizer utama, contoh klorpromazin (Thorazine).

Siapkan untuk/bantu ECT bila diindikasikan. Bantu pasien memahami ini bukan sebagai hukuman.

program perubahan perilaku untuk memberikan masukan total kalori yang dibutuhkan.

Penggunaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makanan/kalori tubuh oleh pasien.

Antagonis serotonin dan vitamin yang digunakan dalam dosis tinggi untuk merangsang nafsu makan, menurunkan penolakan makanan, dan melawan depresi. Tidak tampak efek samping, meskipun penurunan mental kesadaran dapat terjadi.

Menghilangkan depresi dan merangsang nafsu makan.

Menurunkan tegangan, cemas/gugup dan dapat membantu pasien untuk berpartisipasi dalam pengobatan.

Meningkatkan berat badan dan kerja sama pada program psikoterapi. Tranquilizer utama digunakan hanya bila benar-benar perlu karena efek samping ekstrapiramidal.

Pada kasus jarang dan sulit dimana malnutrisi berat/mengancam hidup, seri ECT jangka pendek dapat memampukan pasien untuk mulai makan dan memungkinkan dapat mengikuti psikoterapi.


(31)

2.3.

Asuhan Keperawatan Kasus

2.3.1. Pengkajian

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I.BIODATA Identitas Pasien:

Nama : Nn. P

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Belum bekerja Alamat : Jalan Karya, Pabatu Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2013

No. Register : 10023360087 Ruangan/Kamar : RA1 / III4 Golongan Darah : AB

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Pankreatitis II. KELUHAN UTAMA

Klienmengeluhdirinya mengalami mual dan muntah sejak 2 hari terakhir dengan frekwensi 2-3 kali per hari.Klien juga mengeluh nyeri ulu hati dan tidak menjalar, serta kuning seluruh tubuh sejak 2 bulan terakhir disertai mata kuning.Tidak hanya itu, klien juga mengaluh demam tinggi terus menerus sejak 3 hari ini dan turun dengan mengkonsumsi obat penurun panas.


(32)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari sakitnya. 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien hanya memegang perut atasnya yang terasa sakit. B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan rasa nyeri di ulu hati dengan intensitas hilang timbul.

2. Bagaimana dilihat

Klien terlihat meringis kesakitan dan memegang perut atasnya. C. Region

1. Dimana lokasinya Epigastrium 2. Apakah menyebar

Klien mengatakan nyerinya tidak menyebar ke daerah lainnya. D. Severity

Klien mengatakan nyeri sedang dengan skala 5 E. Time

Klien mengatakan nyeri terjadi terus menerus dan kadang hilang timbul.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUP Haji Adam Malik di ruangan yang sama.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan selama dirawat tidak dilakukan tindakan ERCP (Endoscopyc Retrigret Cholangeo Pancreatograph).

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien juga mengatakan selama dirawat tidak dilakukan operasi tetapi hanya dirawat saja.


(33)

D. Lama dirawat

Klien mengatakan pernah dirawat selama 2 minggu. E. Alergi

Pasien mengatakan selama ini tidak pernah memiliki riwayat alergi F. Imunisasi

Klien mengatakan ia lupa jenis imunisasi yang sudah dilakukan. V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orangtua

Orangtua klien sehat dan tidak memiliki penyakit yang serius. B. Saudara kandung

Saudara kandung klien juga tidak memiliki penyakit yang serius atau keturunan.

C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan semua anggotanya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan

GENOGRAM

Ket:

: laki-laki : perempuan : meninggal : klien


(34)

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan semua anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal Klien mengatakan ayahnya meninggal. F. Penyebab meninggal

Klien mengatakan ayahnya meninggal karena kecelakaan sepeda motor 2 tahun yang lalu.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mengatakan bahwa ia merasa cemas karena penyakitnya sangat serius dan akan sulit untuk disembuhkan.

B. Konsep diri:

a. Gambaran diri :Klien mengatakan bahwa kesembuhan penyakitnya diserahkan kepada Tuhan

b. Ideal diri :Klien mengatakan bahwa ia akan sulit disembuhkan

c. Harga diri :Klien mengatakan bahwa ia malu dengan teman-teman dan orang disekitarnya karena kondisinya sekarang

d. Peran diri :Klien berperan sebagai anak

e. Identitas : klien masih menyadari identitas dirinya sebagaianak dari orangtuanya, belum menikah dan belum menikah

C. Keadaan emosi

Klien dapat mengontrol emosi tentang nyeri dan kepanikan tentang penyakitnya.

D. Hubungan sosial a. Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya dan saudara kandungnya.


(35)

Hubungan klien dengan semua anggota keluarganya harmonis karena klien sering dijenguk oleh saudara-saudaranya.

c. Hubungan dengan orang lain

Hubungan klien dengan orang lain kurang baik. d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Hambatannya karena klien menarik diri dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dibuktikan dengan klien hanya diam dan tidak mau berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sektar ruangannya.

E. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan bahwa ia beragama Kristen Protestan dan meyakini bahwa ia akan sembuh.

b. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan sebelum sakit ia jarang beribadah ke gereja, tapi selama di rumah sakit klien sering berdo’a demi kesembuhannya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Tingkat kesadaran pasien Composmentis, terlihat lemah dan lebih sering berbaring di tempat tidur.

B. Tanda-tanda vital

a. Suhu tubuh : 38,2 0C

b. Tekanan darah : 100/50 mmHg c. Nadi : 96 kali/ menit d. Pernafasan : 26 kali/ menit

e. Skala nyeri : 5 f. TB : 158 cm g. BB : 46 kg C. Pemeriksaan head to toe

Kepala dan rambut


(36)

b. Ubun-ubun : sudah mengeras/tak teraba lembek c. Kulit kepala :bersih dan tidak ada luka

Rambut

a. Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran merata dan halus b. Bau : tidak memiliki bau yang khas

c. Warna rambut : hitam Wajah

a. Warna kulit : kecoklatan dan sedikit pucat

b. Struktur wajah: simetris kiri dan kanan dan struktur lengkap Mata

a. Kelengkapan dan kesimetrisan: lengkap dan simetris b. Palpebra : tidak ada benda asing

c. Konjungtiva dan sclera: konjungtiva pucat dan sclera putih d. Pupil : bulat isokor dan mengecil saat respon cahaya e. Kornea dan iris: lengkap pada posisinya

f. Visus : 6/60

g. Tekanan bola mata: simetris kiri dan kanan Hidung

a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada injuri b. Lubang hidung: ada 2, tidak ada sumbatan atau perdarahan c. Cuping hidung: tidak tampak cuping hidung

Telinga

a. Bentuk telinga : lembut dan elastis

b. Ukuran telinga : simetris antara kanan dan kiri c. Lubang telinga: tidak ada sumbatan benda asing

d. Ketajaman pendengaran: mampu mendengarkan suara-suara Mulut dan faring

a. Keadaan bibir : pucat

b. Keadaan gusi dan gigi: gigi lengkap dan tidak ada perdarahan gusi

c. Keadaan lidah :tidak ada lesi, mampu menggerakkan kesegala arah


(37)

d. Orofaring : klien mampu menelan Leher

a. Posisi trachea : medial (ditengah) b. Thyroid : tidak ada pembesaran thiroid c. Suara : masih terdengar suara

d. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran/benjolan kelenjar limfa

e. Vena jugularis : tidak tampak kasat mata f. Denyut nadi karotis: teraba nadi karotis Pemeriksaan integumen

a. Kebersihan : kulit klien bersih b. Kehangatan : kulit klien teraba panas c. Warna : kecoklatan

d. Turgor : turgor kulit kembali 1 detik e. Kelembaban :kulit klien sedikit kering

f. Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan, hanya teraba panas Pemeriksaan payudara dan ketiak

a. Ukuran dan bentuk: simetris antara kiri dan kanan

b. Warna payudara dan areola: sama dengan kulit sekitarnya, aerola coklat

c. Kondisi payudara dan putting: bersih dan tidak ada kelainan d. Produksi ASI : tidak berproduksi ASI karena belum

menikah

e. Aksila dan clavikula: aksila tumbuh rambut, klavikula simetris Pemeriksaan thoraks/dada

a. Inspeksi thoraks: normal, simetris antara kiri dan kanan. b. Pernafasan (frekuensi,irama): frekuensi 26x/menit, irama cepat c. Tanda kesulitan bernafas: klien bernafas menggunakan otot

bantu pernafasan: cuping hidung. Pemeriksaan paru

a. Palpasi getaran suara: teraba getaran vokal fremitus yang sama kiri dan kanan yaitu fremitus taktil.


(38)

b. Perkusi : terdengar resonan

c. Auskultasi: suara nafas vesikuler, dan tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : tak terlihat massa dan memar, serta tidak terlihat adanya denyut jantung (pulsasi).

b. Palpasi : teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi 96 kali/menit dengan irama cepat.

c. Perkusi : tidak ada pembesaran jantung -batas atas jantung: interkostal 2-3

-batas kanan jantung: linea sternalis kanan -batas kiri jantung: linea media clavicularis kiri d. Auskultasi : terdengar normal ( S1 dan S2) dan tidak terdengar

suara tambahan/tidak normal (S3 dan S4). Pemeriksaan abdomen

a. inspeksi (bentuk, benjolan): simetris, tidak terlihat massa, memar maupun benjolan.

b. auskultasi : peristaltik usus normal dengan frekuensi 10-18 kali/menit

c. palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): ada nyeri tekan bagian epigastrium dengan skala 5, tidak ada benjolan/ascites, dan ada distensi abdomen.

d. perkusi (suara abdomen): suara abdomen timpani Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

a. genitalia (rambut pubis, lubang uretra): ada dan bersih

b. anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum): lubang anus dan perineum besih, dan tidak ada kelainan

Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas (kesimatrisan, kekuatan otot, edema): simetris antara kiri dan kanan, tidak ada edema, kekuatan otot klien penuh dengan nilai 5, dan tidak ada kelainan pada muskuluskeletal ataupun ekstremitas.

Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis):


(39)

b. Meningeal sign: tidak ada tanda-tanda meningitis c. Nervus Cranialis:

1) Nervus Olfaktorius/N I

Klien mampu menyebutkan jenis bau-bauan yang diberikan. 2) Nervus Optikus/N II

Klien mampu membaca 30 cm didepan mata dan lapangan pandang klien normal.

3) Nervus Okulomotorius/N III, Troclearis/N IV, Abdusen/N VI Kontriksi pupil klien baik, ada reflek cahaya dan bola mata klien mampu bergerak ke segala arah.

4) Nervus Trigeminus/N V

Mampu membedakan panas/dingin, rasa raba, nyeri, dan getar.Serta mampu menyebutkan area yang disentuh.Dan ada reflek kornea.

5) Nervus Facialis/N VII

Klien mampu membedakan rasa manis, asin, asem pahit serta mampu memperagakan berbagai ekspresi wajah.

6) Nervus Vestibulococlearis/N VIII

Klien masih mampu mendengarkan berbagai jenis suara. 7) Nervus Glossofaringeus/N IX, Vagus/N X

Ada reflek tersedak, pita suara normal, palatum terangkat ke atas, dan uvula relative ditengah.

8) Nervus Asesorius/N XI

Klien masih mampu menahan tahanan di bahu dan sejajar antara bahu kiri dan kanan.

9) Nervus Hypoglosus/N XII

Kekuatan otot lidah klien normal, dan mampu menggerakan lidah ke segala arah.

Fungsi motorik:

a. Cara berjalan: klien masih mampu berjalan ke kamar mandi

b. Romberg test: klien mampu menjaga keseimbangan saat berdiri dan berjalan


(40)

c. Tes jari-hidung: klien mampu merasakan sensasi jari-hidung

d. Pronasi-supinasi test: klien dapat melakukan pronasi-supinasi bagian ekstremitas

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran):

a. Identifikasi sentuhan: klien masih mampu menyebutkan lokasi sentuhan ringan.

b. Tes tajam tumpul: klien mampu menyebutkan benda tajam atau tumpul.

c. Panas dingin: klien masih mampu membedakan panas atau dingin. d. Getaran: klien mampu merasakan getaran di kepalanya saat

digetarkan garputala.

Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles, plantar):

a. Reflek bisep: mampu berkontraksi dengan baik saat otot bisep dipukul menggunakan hammer.

b. Reflek trisep: mampu berkontraksi saat otot trisep dipukul menggunakan hammer.

c. Reflek brachioradialis: mampu berkontraksi saat otot brachioradialis dipukul menggunakan hammer.

d. Reflek patellar: tungkai bawah bergerak kedepan saat patella dipukul menggunakan hammer.

e. Reflek tendon achiles: berkontraksi dengan sentakan kaki ke bawah saat tendon achiles dipukul menggunakan hammer.

f. Reflek plantar: berkontraksi saat otot plantar dipukul menggunakan hammer.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

1) Frekuensi makan/hari :2-3 kali/hari

.

2) Nafsu/selera makan :Klien mengatakan sebelum sakit nafsu makannya baik, tapi sejak sakit nafsu makannya menurun.


(41)

3) Nyeri ulu hati :Klien mengatakan terdapat nyeri di bagian ulu hati (epigastrium) dengan skala 5.

4) Alergi :Klien mengatakan tidak ada alergi makanan apapun.

5) Mual dan muntah :Klien mengatakan sering mual dan muntah saat makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan isi muntahan yaitu apa yang dimakan dalam bentuk cair dengan volume sekitar ¼ gelas Aqua.

6) Waktu pemberian makan:Pagi pukul 08.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan malam pukul 18.00 WIB.

7) Jumlah dan jenis makan: Jenis makannya seperti biasa yaitu nasi, ikan dan sayur. Jumlahnya masing-masing 1 porsi, tetapi sering bersisa ¼-1/2 porsi.

8) Waktu pemberian cairan/minum: Klien hanya minum saat makan 44dan terpasang cairan infuse NaCl 20 tetes/menit.

9) Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)

Klien mengatakan tidak terdapat kesulitan menelan atau mengunyah, tetapi klien sering tidak menghabiskan makanannya karena merasa mual dan takut muntah.

II. Perawatan diri/personal hygiene

1) Kebersihan tubuh :Klien biasanya mandi sendiri jika ia masih mampu, tapi terkadang klien hanya di lap oleh ibunya selama dirumah sakit.

2) Kebersihan gigi dan mulut :Klien mengatakan masih mampu membersihkan mulut dan menggosok gigi selama di rumah sakit, tetapi hanya 1 kali/hari.

3) Kebersihan kuku kaki dan tangan :Selama di rumah sakit ibu klien yang memotong kuku kaki dan tangannya.

III. Pola kegiatan/aktivitas

1) Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total

Klien masih mampu mandi dan BAB/BAK di kamar mandi, tetapi klien masih dibantu sebagian oleh ibunya karena masih terpasang


(42)

cairan infuse. Dalam mengganti pakaian juga klien masih mampu, terkadang dibantu juga oleh ibunya karena terpasang cairan infuse. 2) Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:

Selama dirawat di rumah sakit, klien sering berdo’a demi kesembuhan penyakitnya.

IV. Pola eliminasi 1. BAB

1) Pola BAB : 1-2 kali/hari

2) Karakter feses : lunak dan berwarna pucat 3) Riwayat perdarahan : tidak ada tanda-tanda perdarahan 4) BAB terakhir : lunak dan berwarna pucat dan berbau

sangat busuk akibat kandungan lemak yang tinggi

5) Diare : tidak diare

6) Penggunaan laktasif : tidak menggunakan laktasif 2. BAK

1) Pola BAK : 4-5 kali/hari

2) Karakter urine : kuning pekat

3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : disangkal oleh klien

4) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : klien mengatakan tidak memiliki penyakit ginjal/kandung kemih.

5) Penggunaan 45lcohol45 : tidak ada

6) Upaya mengatasi masalah : tidak memiliki masalah. V. Pola tidur dan kebiasaan

a. Waktu tidur : pukul 22.30 WIB

b. Waktu bangun : pukul 06.00 WIB

c. Masalah tidur : rasa nyeri kadang mengganggu tidur klien d. Hal yang mempermudah tidur: klien selalu berdoa sebelum tidur e. Hal yang mempermudah bangun: mendengar suara yang sedikit


(43)

VI. Mekanisme koping a. Adaptif

Menggunakan teknik relaksasi b. Maladaptif

Menghindar

IX.

PEMERIKSAAN PENUNJANG I. Laboratorium Darah Lengkap: Hemoglobin Eritrosit Leukosit Hematokrit Trombosit

Satuan Hasil Normal

g% 106/mm3 103/mm3

% 103/mm3

10,20 3,38 13,47 29,00 159

11,7 – 15,5 4,20 – 4,87 4,5 – 11,0

38 – 44 150 – 450 Kimia Klinik: KGD sewaktu Ginjal a. Ureum b. Kreatinin Elektrolit a. Na b. K c. Cl mg/dL mg/dL mg/dL mEq/L mEq/L mEq/L 121 25,50 0,72 132 3,2 102 <200 <50 0,50 – 0,90

135 – 155 3,6 – 5,5 96 – 106

II. CT Scan

Massa iso-hiponeus, batas tidak tegas, tepi sebagian lobulated dengan komponen padat dan nekrotik, menyangat heterogen pasca kontras proyeksi caput pancreas dan sedikit kekorpus, dengan struktur vena porta sulit di evaluasi.

DD : -Pankreatitis Kronis -Ca. Caput pancreas X. TERAPI OBAT

a. Cefotaxime 1 vial/ 8 jam (iv) b. Ranitidin 1 ampul/ 12 jam (iv) c. Novalgin 1 ampul/ 8 jam (iv) d. Sistenol 3x1 hari (tablet)


(44)

2.1.2.Analisa Data

Tabel :ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan

1 DS:

- Melaporkan mual dan muntah saat makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan isi muntahan yaitu apa yang dimakan dalam bentuk cair dengan volume sekitar ¼ gelas Aqua.

- Melaporkan perubahan sensasi rasa - Nyeri epigastrium dengan skala 5 DO:

- Tidak tertarik untuk makan

- Menolak untuk makan (anoreksia) - Porsi makan tidak habis (sisa ¼ - ½

porsi)

- Konjungtiva dan bibir pucat - Hb : 10,20 g%

- TB : 158 cm - BB : 46 kg - BBI : 52,2 kg - IMT : 18,42 kg/m2 - Na: 132 mEq/L - K : 3,2 mEq/L

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

2 DS:

Melaporkan nyeri :

- P :tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.

- Q: Klien mengatakan rasa nyeri di ulu hati dengan intensitas hilang timbul.

- R: lokasinya epigastrium dan tidak menyebar ke daerah lainnya. - S: nyeri sedang dengan skala 5 - T: terjadi terus menerus dan kadang

hilang timbul.

- Melaporkan nyeri tekan epigastrium dengan skala 5


(45)

DO:

- ekspresi wajah meringis kesakitan - gelisah

- klien memegang perut bagian tengah saat timbul nyeri

- Nadi teraba cepat dengan frekwensi 96 kali/menit

- Nafas cepat dengan frekwensi 26 kali/menit

- Teraba distensi abdomen 3 DS:

- Melaporkan tubuhnya terasa panas DO:

- Akral teraba panas - T: 38,20C

- Leukosit: 13,47 x103/mm3

Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

2.1.3.Rumusan Masalah

Setelah dilakukan analisa data, maka rumusan masalah dari kasus ini adalah: 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri 3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) 2.1.4.Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

Dari rumusan masalah di atas, diagnosa keperawatan menurut NANDA International 2012-2014 berdasarkan prioritas diurutkan sebagai berikut:

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah ditandai dengan tidak tertarik untuk makan, menolak untuk makan (anoreksia), porsi makan tidak habis (sisa ¼ - ½ porsi), Hb: 10,20 g%, TB : 158 cm, BB : 47 kg, IMT : 18,42 kg/m2, melaporkan mual dan muntah, melaporkan perubahan sensasi rasa, dan nyeri epigastrium.

2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan distensi pankreas ditandai dengan melaporkan nyeri epigastrium dengan skala 5 yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak menyebar ke daerah lainnya serta terjadi terus menerus dan kadang hilang timbul, nyeri tekan epigastrium


(46)

dengan skala 5, ekspresi wajah meringis kesakitan, gelisah, klien memegang perut bagian tengah saat timbul nyeri, nadi teraba cepat dengan frekwensi 96 kali/menit, nafas cepat dengan frekwensi 26 kali/menit, dan teraba distensi abdomen.

3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan respon sistemik terhadap peradangan ditandai dengan melaporkan tubuhnya terasa panas, akral teraba panas, T: 38,20C, leukosit 13,47x103/mm3.

2.1.5.Perencanaan Keperawatan Dan Rasional

Tabel: PERENCANAAN KEPERAWATAN

Hari/ta nggal

No. Dx

Perencanaan Keperawatan

Selasa-Kamis/ 18-20 Juni 2013

1 Tujuan dan Kriteria Hasil:

Menunjukkan status gizi: asupan makanan, cairan, dan zat gizi, ditandai dengan:

1. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet 2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan

3. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.

4. Nilai laboratorium dalam batas normal. 5. Melaporkan keadekuatan tingkat energi. 6. Mual dan muntah berkurang atau hilang. 7. Porsi makanan dapat dihabiskan oleh pasien 8. BBI : 52,2 kg

9. IMT dalam batas normal (18,5-25,0)

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri:

Kaji abdomen, catat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan mual.

Berikan perawatan oral

Bantu pasien dalam

Distensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/tak danya bising usus. Kembalinya bising usus dan hilangnya gejala menunjukkan kesiapan untuk penghentian aspirasi gaster.

Menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi /iritas membran mukosa kering sehubungan dengan dehidrasi dan bernafas dengan


(47)

pemilihan

makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai.

Observasi warna/ konsistensi/jumlah

feses. Catat konsistensi lembek/ bau busuk. Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajam visual.

Tes urine untuk gula dan aseton.

Kolaborasi:

Pertahankan status puasa dan penghisapan gaster pada fase akut. Awasi glukosa serum.

Berikan hiperalimentasi dan lipid, bila diindikasikan.

Mulai pemasukan oral dengan cairan bening dan diet lanjut secara

perlahan untuk memberikan diet tinggi

protein, tinggi karbohidrat bia diindikasikan.

mulut.

Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untukregenerasi jaringan dan penyembuhan. Penggunaan alkohol gaster, contoh kafein, alkohol, sigaret, makanan penghasil gas atau makan terlalu banyak dapat

mengakibatkan ransangan berlebihan pada pancreas/ berulangnya gejala.

Steatorea terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna.

Mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karena peningkatan pengeluaran glikagon (kerusakan sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin (kerusakan sel beta).

Deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya ketoasidosis. Mencegah rangsangan dan pengeluaran enzim pancreas (sekretin) bila kkimus dan asam HCl masuk ke duodenum.

Indicator kebutuhan insulin karena hiperglikemia sering terjadi meskipun tidak selalu pada kadar cukup tinggi untuk menghasilkan ketoasidosis.

Pemberian IV kalori, lipid, danasam amino harus diberikan sebelum penurunan nutrisi/nitrogen memburuk.

Pemberian makan oral terlalu dini pada penyakit berat dapat


(48)

Berikan trigliserida rantai sedang (contoh MCT, Portagen).

Berikan obat sesuai indikasi:

-Vitamin misalnya A, D, E, K

-Penggantian enzim contoh pankreatin (Viokasi), pankrelipase (Cotazym).

-Antikonilegik contoh metanhelin bromide (Banthine).

-Insulin

Kehilangan fungsi pancreas/ penurunan produksi insulin memerlukan diet 51alkohol51.

MCT memberikan kalori/nutrient tambahan yang tidak memerlukan enzim pancreas untuk pencernaan/ absorpsi.

Kebutuhan penggantian seperti 51alkohol lemak terganggu, penurunan absorpsi/penyimpangan vitamin larut dalam lemak.

Digunakan pada pancreatitis untuk memperbaiki defisiensi untuk meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrient.

Diperkirakan menurunkan sekresi pancreas dang aster dengan penekanan mekanisme vagal dan penurunan motilitas. Penurunan pada volume dan konsentrasi enzim memberikan istirahat untuk area yang inflamasi. Catatan: obat ini

kontraindikasi padaadanya syok/paralitik ileus, dan pemeriksaan obat ulang belum membuktikan efisiensi.

Memperbaiki hiperglikemia menetap disebabkan oleh cedera sel

beta dan peningkatan pengaluaran glukokortikoid. Terapi insulin biasanya jangka pendek kecuali terjadi kerusakan permanen pada pankreas.

Selasa-Kamis/

18-20 Juni

2 Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan: setelah dilakukan perawatan, nyeri pasien berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil:


(49)

2013 2. Ekspresi wajah pasien tampak rileks

3. Palpasi abdomen tidak teraba distensi dan tidak ada nyeri tekan pada epigastrium.

4. Skala nyeri turun mendekati angka 0

5. Nadi tidak teraba cepat (frekwensi 76-84 kali/menit)

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri:

Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10). Catat fakto-faktor yang meningkatkan dan menghilangkan nyeri.

Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan tenang.

Berikan pilihan tindakan nyaman (contoh pijatan punggung); dorong teknik

relaksasi (contoh bimbingan imajinasi, visualisasi); aktivitas hiburan (contoh TV, radio).

Pertahankan lingkungan bebas makanan berbau. Berikan analgesic pada waktu yang tepat (lebih kecil, dosis lebih sering).

Pertahankan perawatan

Nyeri sering menyebar, berat, dan tidak berhubungan pada pancreatitis akut atau perdarahan. Nyeri berat sering merupakan gejala utama pada pasien dengan pankreatitis kronis. Nyeri tersembunyi pada kuadran kanan atas menunjukkan keterlibatan kepala pancreas. Nyeri pada kuadran kiri atas diduga keterlibatan ekor pancreas. Nyeri

terlokalisir menunjukkan terjadinya pseudokista atau abses.

Menurunkan laju 52metabolik alcohol52dan ransangan/sekresi GI, sehingga menurunkan aktivitas pankreas.

Meningkatkan relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian; dapat meningkatkan koping.

Rangsangan sensori dapat mengaktifkan enzim pankreas, meningkatkan nyeri.

Nyeri berat/lama dapat meningkatkan syok dan lebih sulit hilang, memerlukan dosis obat yang lebih besa, yang dapat mendasari masalah/komplikasi


(50)

kulit, khususnya pada adanya aliran cairan dari fistula dinding abdomen. Kolaborasi:

Berikan obat sesuai indikasi:

1. Analgesic narkotik, contoh meperidin (Demerol).

2.Sedatif, contoh

diazepam (Valium); antispasmodic, contoh atropine.

3.Antasida (contoh

Mylanta, Maalox, Amphogel, Riopan),

4.Simetidin (Tagamet),

dan ranitidine (Zantac).

Tidak memberikan makanan dan cairan sesuai indikasi.

Pertahankan penghisapan

gaster, bila menggunakan.

Siapkan untuk intervensi bedah bila diindikasikan.

dan dapat memperberat depresi pernafasan.

Enzim pankreas dapat mencerna kulit dan jaringan dinding abdomen, menimbulkan luka bakar kimiawi.

Meperidin biasanya efektif padapenghilangan nyeri dan lebih disukai dari morfin, yang dapat menunjukkan efek samping spasme bilier-pankreas. Blok paravertebral telah digunaka untuk meningkatkan control nyeri lama. Catatan : pasien yang mengalami episode pancreatitis berulang atau kronismungkin sulit untuk menangani karena mereka menjadi aditif terhadappemberian narkotik untuk mengontrol nyeri.

Mempunyai potensi kerja narkotik untuk meningkatkan istirahat dan menurunkan spasme

otot/duktus, sehingga menurunkan metabolic, sekresi

enzim.

Menetralisir asam gaster untuk produksi enzim pankreas dan menurunkan insiden perdarahan GI atas.

Penurunan sekresi HCl menurunkan ransangan pankreas dan nyeri karenanya.

Membatasi/menurunkan

pengeluaran enzim pankreas dan nyeri.

Mencegah akumulasi sekresi enzim, yang dapat merangsang aktivitas enzim pankreas.


(51)

Bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada adanya nyeri/komplikasi yang tidak hilang pada traktus bilier.

Selasa-Kamis/

18-20 Juni 2013

3 Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan: setelah dilakukan perawatan, hipertermi dapat teratasi dan suhu tubuh pasien stabil.

Kriteria Hasil:

1. Pasien mengeluh tubuhnya tidak panas lagi 2. Suhu tubuh pasien 36,5 sampai 37,40C 3. Akral tidak teraba panas

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri:

Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan

menggigil/diaphoresis.

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Berikan kompres mandi

hangat; hindari penggunaan alkohol.

Kolaborasi:

Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin),

asetaminofen (Tylenol).

Berikan selimut

Suhu 38,5-41,10C menunjukkan penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis. Menggigil sering mendahului puncak suhu. Catata:

penggunaan antipiretik mengubah pola demam dan

dapat dibatasi sampai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,90C.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk memper-tahankan suhu mendekati normal.

Dapat membantu mengurangi demam. Catatan: penggunaan air es/alkohol mungkin menyebab-kan kedinginan, peningkatan su-hu secara actual. Selain itu, alco-hol dapat mengeringkan kulit. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organism dan meningkatkan


(52)

pendingin. autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5-400C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.

2.1.6.Implementasi Keperawatan

Tabel: PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/ta nggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa/

18 Juni 2013

1 Mengkaji abdomen, dan

mencatat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan mual. Membantu dalam melakukan perawatan oral

Membantu pasien dalam pemilihan makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan makanan.

Menganjurkan makan sedikit tapi sering untuk menghindari mual dan muntah.

Menimbang berat badan pasien setiap hari.

Mengobservasi

warna/konsistensi/ jumlah feses dan mencatat konsistensi lembek/ bau busuk.

Kolaborasi:

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

S : Klien mengatakan rasa mual berkurang dan tidak muntah saat makan serta nafsu makannya sudah mulai meningkat.

O :

-kesadaran: composmentis -TD: 110/80 mmHg -HR: 88 kali/menit -RR: 22 kali/menit -T: 37,80C

-BB: 46 kg

-bising usus 18 kali/menit

-terpasang infuse NaCl 20tetes/menit ditangan kiri pasien

A : status nutrisi belum adekuat

P : intervensi dilanjutkan: a. menganjurkan makan

sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat.

b.menganjurkan

makan-makanan yang mengandung nutrisi yang tinggi.


(53)

c. menimbang berat badan klien setiap hari.

d.melakukan TTV rutin. e. kolaborasi dengan ahli

gizi dalam pemberian makanan yang tepat. f. Kolaborasi:

memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

Selasa/ 18 Juni 2013

2 Mengkaji keluhan verbal nyeri, melihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10).

Memberikan lingkungan yang tenang.

Membantu melakukan teknik relaksasi, yaitu tarik nafas dalam.

Kolaborasi:

Memberikan obat injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam.

S : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 dan nyeri berkurang saat palpasi abdomen dengan skala 4. O :

-ekspresi wajah klien tampak rileks

-TD: 120/70 mmHg -HR: 86 kali/menit -RR: 18 kali/menit -T: 37,60C

A : nyeri berkurang: skala 4. P : intervensi dilajutkan:

a. menganjurkan sering melakukan teknik relaksasi.

b.melakukan TTV rutin c. kolaborasi:

memberikan obat injeksi Novalgin 1 ampul/8 jam.

Selasa/ 18 Juni 2013

3 Memantau suhu pasien

(derajat dan pola) dan memperhatikan apakah pasien menggigil/diaphoresis.

Memantau suhu lingkungan. Melakukan kompres air bersuhu normal dan tidak menggunakan 56alcohol.

S : klien mengatakan tidak menggigil, dan tubuhnya tidak terasa panas.

O :

-akral klien hangat -TD: 120/80 mmHg -HR: 82 kali/menit -RR: 18 kali/menit


(54)

Memberikan obat oral Sistenol 3x1 hari bila diindikasikan.

-T: 37,20C

A : masalah teratasi

P : intervensi sebagian tetap dilanjutkan yaitu memantau suhu klien dengan melakukan TTV rutin, dan memberikan obat oral Sistenol 3x1 hari bila diindikasikan

Rabu/ 19 Juni 2013

1 Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat.

Menganjurkan makan-makanan yang mengandung nutrisi yang tinggi.

Menimbang berat badan klien setiap hari.

Melakukan TTV rutin. Kolaborasi:

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

S : Klien mengatakan rasa mual berkurang dan tidak muntah saat makan serta nafsu makannya sudah mulai meningkat.

O :

-kesadaran: composmentis -TD: 110/70 mmHg -HR: 82 kali/menit -RR: 20 kali/menit -T: 37,30C

-BB: 46,4 kg

-bising usus 16 kali/menit

-terpasang infuse NaCl 20tetes/menit ditangan kiri pasien

A : status gizi kurang adekuat P: intervensi dilanjutkan:

a. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat.

b. Menganjurkan makan-makanan yang mengan-dung nutrisi yang tinggi.

c. Menimbang BB.

d. Memantau klien

makan.

e. Melakukan TTV rutin. f. Kolaborasi:

memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12


(55)

jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

Rabu/ 19 Juni 2013

2 Menganjurkan sering

melakukan teknik relaksasi. Melakukan TTV rutin Kolaborasi:

Memberikan obat injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam.

S : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 3. O :

-ekspresi wajah klien tampak rileks

-TD: 120/80 mmHg -HR: 78 kali/menit -RR: 18 kali/menit -T: 37,20C

A : nyeri berkurang: skala 3. P : intervensi dilajutkan:

a. Melakukan TTV rutin b.Kolaborasi:

memberikan obat injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam.

Kamis/ 20 Juni 2013

1 Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat.

Menganjurkan makan-makanan yang mengandung nutrisi yang tinggi.

Menimbang berat badan klien.

Memantau klien makan. Melakukan TTV rutin. Kolaborasi:

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

S : Klien mengatakan rasa mual hilang dan tidak muntah saat makan serta nafsu makannya meningkat.

O :

-kesadaran: composmentis -TD: 120/70 mmHg -HR: 76 kali/menit -RR: 22 kali/menit -T: 37,20C

-BB: 47 kg

-bising usus 12 kali/menit

-terpasang infuse NaCl 20tetes/menit ditangan kiri pasien

A : status gizi belum adekuat P: intervensi dilanjutkan:

a. Menimbang berat badan klien.

a. Memantau klien makan. b. Melakukan TTV rutin. c. Kolaborasi: memberikan


(56)

injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

Kamis/ 20 Juni 2013

2 Melakukan TTV rutin dan mengkaji skala nyeri rutin. Kolaborasi:

Memberikan obat injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam.

S : klien mengatakan nyeri hampir hilang dengan skala 2 O :

-ekspresi wajah klien tampak rileks

-TD: 120/80 mmHg -HR: 76 kali/menit -RR: 18 kali/menit -T: 37,00C

A : nyeri berkurang. P : intervensi dilanjutkan:

a. Melakukan TTV rutin b. Kolaborasi: memberikan

obat injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam.


(57)

BAB I

Pendahuluan

1.4.Latar Belakang

Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinnya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukansepanjang kehidupan manusia, namun jumah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan karakteristiknya, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas dan lain-lain (Asmadi, 2008).

Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi.Adapun fungsi umum dari nutrisi diantaranya adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain.Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya (nutrien) (Asmadi, 2008).

Nutrien merupakan zat kimia organik maupun nonorganik yang ditemukan dalam makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya.Nutrien tersebut diabsorpsi disaluran pencernaan kemudian didistribusikan ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh, nutrien digunakan untuk proses fungsional sel tersebut, sumber energi, dan sintesis protein (Asmadi, 2008).

Untuk itu, maka intake nutrisi ke dalam tubuh harus adekuat.Artinya, nutrisi yang kita makan harus mengandung nutrien esensial tertentu yang seimbang.Nutrien esensial tersebut meliputi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Makanan yang masuk kedalam tubuh sampai dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk sampah metabolisme terjadi melalui proses pencernaan. Gangguan pada proses pencernaan dapat menyebabkan individu mengalami gangguan nutrisi (Asmadi, 2008).

Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih.


(58)

Kekurangan gizi pada remaja menurut Soekirman (2002) akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka penyakit (morbiditas), mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya organ reproduksi.Sedangkan gizi lebih pada remaja menurut Hadi (2005) berhubungan dengan penyakit degeneratif pada umur yang lebih muda dan kecenderungan remaja obesitas untuk tetap obesitas pada masa dewasa.

Hasil penelitian status gizi orang dewasa di 12 Kota Besar di Indonesia, menunjukkan bahwa rata-rata IMT orang dewasa adalah sebesar 22.53 ± 5.14. Disamping itu diketahui juga bahwa prevalensi gizi kurang pada orang dewasa adalah sebanyak 15,4 % sedangkan prevalensi gizi lebih sebanyak 25.6 %. Rata-rata konsumsi total energi adalah 1885 Kalori, rata-rata persentase karbohidrat dari total energi sebesar 64.90 % dan rata-rata persentase lemak dari total energi sebesar 23.30% (Depkes RI, 2000).

Florence Nightingale sendiri menggabungkan dapur diet ke dalam rumah sakit medis British di Turki dan menekankan peranan perawat dalam ilmu pengetahuan dan seni pada pemberian makan selama pertengahan tahun1800-an (Grtahun1800-ant dtahun1800-an Kennedy 1988;Potter & Perry, 2005). Di rumah sakit medtahun1800-an perang, teknologi bedah, farmokologi, dan medis penting untuk menyelamatkan banyak korban jiwa, tetapi penggunaan diet yang cukup pada karbohidrat, lemak, dan protein diakui untuk meningkatkan penyembuhan luka dan mengurangi tingkat komplikasi bagi tentara yang sembuh dari cedera (Potter & Perry, 2005).

Nutrisi sekarang telah diakui sebagai perawatan penting pada penyakit apa pun yang menempatkan klien pada resiko malnutrisi. Pada beberapa penyakit, seperti diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin atau hipertensi ringan, terapi diet menjadi perawatan besar untuk kontrol penyakit. Kondisi lain, seperti radang penyakit usus, membutuhkan nutrisi pendukung yang khusus seperti pemberian makan melalui selang enteral atau nutrisi parenteral(Potter & Perry, 2005).


(1)

Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

DESI MAYA SARI 102500066

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2013


(2)

(3)

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUP.Haji Adam Malik Medan”.Tak lupa Selawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep., Ns., MNS. yang telah banyak membimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan terima kasih juga kepada Ibu Yessi Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep., CWCC selaku dosen penguji. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtua dan saudara-saudara yang selalu memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, Msc(CTM). Sp.A(k) selaku Rector Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibunda Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan.

5. Dosen-dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis selama ini.

6. Pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil sebuah kasus dan menerapkan Asuhan Keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan.


(4)

7. Rekan-rekan seperjuangan dalam menimba ilmu di DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, terutama buat sahabat-sahabat yang bersedia memberikan dukungan dan masukannya kepada penulis dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah di kemudian hari.

Akhir kata, saya selaku penulis mengucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat.

Medan, 5 Juli 2013 Penulis


(5)

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iv

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan ... 3

1.3.Manfaat ... 3

BAB II Pengelolaan Kasus ... 5

2.1. Konsep Dasar Penyakit ... 5

2.1.1. Pengertian Pankreatitis ... 5

2.1.2. Klasifikasi Pankreatitis ... 5

2.1.3. Etiologi ... 6

2.1.4. Patofisiologi ... 6

2.1.5. Manifestasi Klinik ... 7

2.2. Konsep dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi ... 9

2.2.1. Pengkajian Nutrisi ... 9

2.2.2. Jenis-Jenis Nutrisi ... 10

2.2.3. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi ... 15

2.2.4. Status Nutrisi ... 16

2.2.5. Cara Pengukuran Kebutuhan Kalori ... 17

2.2.6. Pengkajian ... 18

2.2.7. Analisa Data ... 20

2.2.8. Rumusan Masalah ... 22

2.2.9. Perencanaan ... 26

2.3. Asuhan Keperawatan Kasus ... 28


(6)

2.3.1. Pengkajian ... 28

2.3.2. Analisa Data ... 41

2.3.3. Rumusan Masalah ... 42

2.3.4. Diagnosa Keperawatan ... 42

2.3.5. Perencanaan Keperawatan ... 43

2.3.6. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ... 50

BAB III Kesimpulan Dan Saran ... 55

3.1. Kesimpulan ... 55

3.2. Saran ... 55

Daftar Pustaka ... 57 Lampiran