Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lanjut Usia
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan

waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir dari rentang kehidupan (Fatmah, 2010).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2010) dalam Sony (2011), menua
merupakan proses alami yang dihadapi oleh setiap individu dengan adanya
perubahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang
berbagai macam penyakit.
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoadmojo,
2010). Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age)

: usia 45-59 tahun


2. Lansia (elderly)

: usia 60-74 tahun

3. Lansia tua (old)

: usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old)

: usia di atas 90 tahun

Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang
mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ
yang pada akhirnya memengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara


11

2.1.1 Perubahan-perubahan Fisiologis pada Lanjut Usia
Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan aspek gizi pada lansia dan
pengaruhnya yaitu:
1. Semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa umumnya membuat
lansia kurang dapat menikmati makanan dengan baik. Hal ini sering
menyebabkan kurangnya asupan pada lansia atau penggunaan bumbu seperti
kecap atau garam yang berlebihan yang tentunya dapat berdampak kurang baik
bagi kesehatan lansia.
2. Berkurangnya sekresi pada saliva dapat menimbulkan kesulitan dalam menelan
dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi.
3. Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik mengakibatkan pencernaan
protein tidak efisien.
4. Menurunnya sekresi garam empedu menggangu proses penyerapan lemak dan
vitamin A, D, E, K.
5. Terjadinya penurunan motilitas usus, sehingga memperpanjang waktu singgah
(transit time) dalam saluran gastrointestinal yang mengakibatkan pembesaran
perut dan konstipasi.
6. Menurunnya sekresi HCl. HCl merupakan faktor ekstrinsik yang membantu

penyerapan vitamin B12 dan kalsium, serta utilisasi protein. Kekurangan HCl
dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi zat besi yang
menyebabkan anemia sehingga oksigen tidak dapat diangkut dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.2 Kebutuhan Gizi Lanjut Usia
1. Angka Kebutuhan Zat Gizi pada Lanjut Usia
Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik
maupun mental. Perubahan ini akan memengaruhi kondisi seseorang dari aspek
psikologis, fisiologis dan sosioekonomi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), Angka Kecukupan Gizi (AKG)
setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing pada
umumnya dihitung berdasarkan kebutuhan kalori atau energi. Hal ini tergantung
pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, gizi untuk lansia pria dan wanita
sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.
Berikut ini adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada lansia:
a. Energi

Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2012, secara umum
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia pada laki-laki adalah 2325 kalori dan
pada wanita adalah 1900 kalori. Kebutuhan energi pada lansia menurun
sehubungan dengan penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak inaktif) dan
kegiatan fisik cenderung menurun.
b. Karbohidrat
Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks karena
mengandung vitamin, mineral, dan serat daripada mengonsumsi karbohidrat
murni seperti gula. Lansia sebaiknya mengoonsumsi 60-65% karbohidrat sebagai
kebutuhan energi.

Universitas Sumatera Utara

13

c. Protein
Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lansia adalah sekitar 0,8
gram/kg BB atau 15-25 % dari kebutuhan energi. Untuk lansia dianjurkan
memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein nabati dan protein hewani
dengan perbandingan 2:1. Jumlah protein yang diperlukan untuk laki-laki lansia

adalah 65 gram/hari dan wanita 57 gram/hari yang terdiri 15% protein ikan, 10%
protein hewani lain dan 75% protein nabati.
d. Lemak
Kebutuhan lemak untuk lansia lebih sedikit karena akan meningkatkan
kadar kolesterol dalam darah, pada lansia dianjurkan konsumsi lemak jangan lebih
dari 15 % kebutuhan energi. Lansia juga sebaiknya mengonsumsi lemak nabati
daripada lemak hewani untuk mencegah penumpukan lemak tubuh.
e. Vitamin
Lansia dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya vitamin A,
D, dan E untuk mencegah penyakit degeneratif (sebagai antioksidan). Selain itu
konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin B12, asam folat, vitamin
B1 dan vitamin C juga dianjurkan untuk mencegah risiko penyakit jantung.
f. Mineral
Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sumber besi (Fe), zinc
(Zn), selenium (Se), dan kalsium (Ca) untuk mencegah anemia dan osteoporosis,
serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Universitas Sumatera Utara

14


Lansia juga dianjurkan untuk meningkatkan asupan zat gizi mikro lainnya
seperti fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), dan magnesium (Mg) untuk
metabolisme dalam tubuh.
g. Air dan Serat
Air sangat penting untuk melancarkan proses metabolisme tubuh dan
mengeluarkan sisa pembakaran energi dalam tubuh. Oleh karena itu dianjurkan
untuk minum air putih minimal 8 gelas per hari.
Serat juga dianjurkan untuk lansia agar buang air besar menjadi lancar,
mencegah penyerapan kolesterol dan menghindari penumpukan kolesterol dalam
tubuh.

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lanjut Usia
Rincian faktor yang memengaruhi kebutuhan dan kecukupan zat gizi lansia
dijelaskan berikut ini (Fatmah, 2010):
a. Usia
Seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak
menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin dan mineral meningkat karena
ketiganya berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari
radikal bebas.

b. Jenis Kelamin
Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan kalori,
protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan tingkat aktivitas fisik.

Universitas Sumatera Utara

15

c. Faktor Lingkungan
Perubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena
pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi
dari kehidupan sosial dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu
makan yang berdampak pada penurunan status gizi lansia.
d. Penurunan Aktivitas Fisik
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka aktivitas fisik yang
dilakukannya semakin menurun. Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus
diimbangi dengan penurunan asupan kalori untuk mencapai keseimbangan energi
dan mencegah terjadinya obesitas.
e. Kemunduran Biologis
Memasuki usia senja, seseorang akan mengalami beberapa perubahan, baik

secara fisik maupun biologis. Hal ini akan memengaruhi proses pencernaan,
penyerapan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Oleh karena itu, asupan gizi
untuk lansia harus disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh
lansia sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal.
f. Penyakit
Usia lanjut merupakan usia saat risiko terkena penyakit degeneratif paling
besar selama daur kehidupan. Jika seorang lansia memiliki penyakit degeneratif,
maka asupan gizinya sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan
ketersediaan dan kebutuhan zat gizi pada lansia.

Universitas Sumatera Utara

16

2.2

Hipertensi pada Lanjut Usia
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal yaitu tekanan sistolik di atas

140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (WHO/ISH, 2012). Hipertensi
atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Suoth, et al., 2014).
Lanjut usia membawa konsekuensi meningkatnya berbagai penyakit
kardiovaskular, infeksi dan gagal jantung. TDS (tekanan darah sistolik) meningkat
sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi TDD (tekanan darah diastolik)
meningkat seiring dengan TDS sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian
menurun oleh karena kekakuan arteri akibat aterosklerosis.
Hipertensi

Sistolik

Terisolasi

(HST)

adalah

suatu


faktor

risiko

kardiovaskuler penting pada lansia, dua faktor yang bisa meramalkan terjadinya
hipertensi sistolik adalah kekakuan arteri dan pantulan gelombang carotid secara
dini. Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) jelas berhubungan dengan kejadian
stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, ukuran jantung, gagal ginjal dan
pengecilan ukuran ginjal. Tekanan darah sistolik >160 mmHg menyebabkan
kematian 2 kali lipat akibat berbagai penyebab, kematian akibat kardiovaskuler 3
kali lipat pada wanita dan meningkatkan morbiditas kardiovaskuler 2,5 kali lipat
pada kedua jenis kelamin. Bahkan HST stadium I dengan tekanan sistolik 140159 mmHg dan tekanan diastolik