Implementasi Peacebuilding Dalam Perspek docx
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia
Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dimana, makalah ini dibuat untuk memenuhi
persyaratan Ujian Akhir Semester dalam mata kuliah Pengantar Kajian Strategi. Dimana
bahan atau sumbersumber yang saya dapatkan atau diperoleh, berasal dari sumber
sumber yang baik dan terpercaya. Baik dari buku, referensi, media massa, hingga
website. Sehingga kualitas makalah ini sesuai dengan standar penulisan ilmiah.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan tugas ini. Sehingga saya berharap untuk kritikan dan saran
yang membangun terhadap makalah ini. Dan penulis ingin mengucapkan terima kasih
banyak kepada Bapak Rizal Aditya, M.Si selaku dosen mata kuliah Pengantar Kajian
Strategi yang selalu memberikan pengetahuan baru terhadap penulis sehingga penulis
bisa menerapkannya kepada makalah ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat dan berguna bagi para pembaca makalah ini. sekian dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Hormat Saya,
Ahmad Idham
Penulis
1
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I – PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................4
1.4 Manfaat Pembahasan..............................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................................4
BAB II - KERANGKA TEORI..................................................................................5
BAB III – ISI PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Berdirinya Peacebuilding...........................................................................6
3.2 PBB dan Upaya-Upaya Implementasi Konsep Peacebuilding...............................7
3.3 Indonesia dan Peacebuilding PBB..........................................................................9
KESIMPULAN...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bulan Desember tahun 2005, Perserikatan BangsaBangsa (PBB) secara
resmi membentuk Peacebuilding Commission (PBC) dan Peacebuilding Support Office
(PBSO). Terlepas dari perdebatan bagaimana kedua institusi baru ini mampu
menjalankan tugasnya secara efektif dalam rangka melakukan koordinasi atas operasi
perdamaian PBB di seluruh dunia serta membuat kerangka strategi operasional terbaik
bagi operasioperasi tersebut sebagaimana yang dikemukakan Benner dan Rotman 1,
setidaknya terdapat dua hal yang patut diperhatikan dari terbentuknya kedua institusi
tersebut.
Pertama, institusionalisasi berbagai aktivitas yang secara kolektif dikenal sebagai
peacebuilding dalam PBB menandai perubahan perspektif PBB dalam mengupayakan
terciptanya perdamaian di seluruh dunia. Kedua, perubahan perspektif ini memiliki
implikasi terhadap strategi pada level operasional dari misimisi perdamaian PBB.
Peacebuilding merupakan konsep yang relatif baru dan masih terus
berkembang serta dikaji secara mendalam oleh para ahli studi sosial hingga saat ini.2
Konsep ini mulai digunakan secara luas oleh masyarakat dan pembuat kebijakan baru
pada awal dekade 1990an. PBB sendiri misalnya, mulai secara serius menggunakan
konsep ini sejak 1992. Pada tahun tersebut, Sekretaris Jenderal PBB BoutrosBoutros
Ghali berulangkali menggunakan terminologi peacebuilding dalam laporannya yang
berjudul An Agenda for Peace dan menegaskan bahwa peacebuilding merupakan salah
satu fokus penting PBB di masamasa yang akan datang.3 Apakah implementasi utama
peacebuilding sebagai perspektif baru PBB? Dan apakah implikasinya bagi keterlibatan
Negara Indonesia? Tulisan ini akan membahas secara jelas dan sistematis serta menjawab
1 Thorsten Benner, Andrea Binder, Philipp Rotmann, 2008. ‘Doctrine Development in the UN
Peacebuilding Apparatus: The Case of UN Constabulary Police, 19992006. Paper for the 49th Annual
International Studies Association Convention
2 Luc Reychler, and Thania Paffenholz, 2000. Peacebuilding: A Field Guide, Boulder, Co: Lynn Rienner
Publishers.
3 BoutrosBoutros Ghali. 1992. An Ageda for Peace. United Nations
3
dari pertanyaanpertanyaan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1.Apakah impilkasi peacebuilding bagi keterlibatan Negara Indonesia dalam misi
perdamaian PBB.
1.3. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk memahami apa saja implikasi peacebuilding bagi keterlibatan Negara
Indonesia dalam misi perdamaian PBB.
1.4. Manfaat Penulisan
Pembaca diharapkan dapat mendapat wawasan dan pengetahuan yang lebih ketika
membaca makalah yang berjudul Resolusi Konflik : Implementasi Peacebuilding Dalam
Perspektif PBB dan Implikasinya Bagi Negara Indonesia.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I
Berisikan tentang latar belakang masalah yang terdapat dalam makalah yang
berjudul Resolusi Konflik : Implementasi Peacebuilding Dalam Perspektif PBB dan
Implikasinya Bagi Negara Indonesia. Beserta rumusan masalah, tujuan pembahasan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan yang akan dijelaskan secara rinci dan
teratur.
BAB II
Berisikan kerangka pemikiran sebagai pembuka sebelum memasuki isi dari
makalah.
BAB III
Berisikan Isi / Pembahasan dari makalah ini yang membahas tentang
Implementasi Peacebuilding Dalam Perspektif PBB dan Implikasinya Bagi Negara
Indonesia berserta contoh kasus.
KESIMPULAN
4
Berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang ada dimakalah ini.
BAB II
2.1. Kerangka Teori
Konsep peacebuilding pada dasarnya menggambarkan perubahan yang sangat
signifikan dalam kaitannya dengan penanganan konflik, yakni dari strategi yang
berorientasi pada penanganan konflik menjadi strategi yang berorientasi pada upaya
untuk membangun perdamaian. Berbagai konflik yang berkembang setelah Perang
Dingin memiliki karakter yang cenderung sangat kompleks, dan oleh karenanya
memerlukan pemahaman yang lebih baik dan strategi yang lebih komprehensif.
Kompleksitas konflik setelah Perang Dingin tidak dapat dipahami sematamata
sebagai produk dari perbedaan kepentingan ataupun identitas. Seperti yang ditunjukkan
oleh Galtung4 misalnya, konflik terjadi karena interaksi dari tiga komponen: kontradiksi
(perbedaan), sikap dan perilaku. Kompleksitas konflik setelah Perang Dingin juga
muncul dalam karakternya yang sangat khas, yakni cenderung berkepanjangan, berulang
ulang dan disertai dengan kekerasan. Konflik dengan karakter ini dikenal dengan
protracted social conflict. Dan, seperti halnya Galtung, protracted social conflict tidak
sematamata disebabkan oleh perbedaan ataupun kontradiksi, melainkan juga oleh upaya
upaya dari kelompokkelompok komunal untuk memperjuangkan kebutuhankebutuhan
dasar mereka seperti keamanan, pengakuan, akses terhadap institusiinstitusi politik serta
untuk partisipasi ekonomi5
Di dunia akademis, istilah peacebuilding telah diperkenalkan sejak dekade
1970an oleh Galtung, meskipun belum mendapat perhatian yang besar dari para ahli
setidaknya hingga akhir 1980an.
4 Johan Galtung, 1969. 'Violence, Peace and Peace Research'. Journal of Peace Research, 6(3):167191
5 Edward E. Azar, 1990. The Management of Protracted Social Conflict: Theory and Cases, Dartmouth:
Aldershot.
5
BAB III
3.1. Sejarah Berdirinya Peacebuilding
Setelah usai perang dingin, perhatian dunia internasional lebih ditujukan pada
peningkatan eskalasi konflikkonflik internal. Pergesaran dari dominasi konflik dua
kekuatan besar menuju intrastate conflict mendorong para penstudi hubungan
internasional untuk memusatkan perhatian pada konflikkonflik internal khususnya pada
negaranegara bekas kolonial (conflict in postcolonial states).6 PBB (United Nations)
dalam hal ini mendorong perhatian serius terhadap bantuanbantuan penyelesaian konflik
tanpa menggunakan kekuatan dan kemampuan militer melalui upayaupaya
peacekeeping sebagai sebuah usaha untuk mengatasi pelanggaran HAM secara besar
besaran (Gross violations of human rights) atau kejahatan kemanusiaan (crime againts
humanity).7
Upaya untuk meredam konflik, sebagaimana tertuang dalam konsep resolusi
konflik, pengelolaan konflik ataupun transformasi konflik, bahkan peacebuilding, kerap
digunakan untuk menjelaskan ketika konflik berada pada tahap eskalasi maupun de
eskalasi. Oleh sebab itu, peacebuilding, yang secara fungsional merupakan proses
deeskalasi konflik, merupakan upaya berkesinambungan yang merentang di sepanjang
waktu, dengan tujuan utama untuk mencegah pecahnya pertikaian yang melibatkan
kekerasan atau untuk membangun suasana lebih kondusif untuk damai.
6 Michael E.Brown mendefinisikan konflik internal sebagai “violent or potentially violent political
disputes whose origin can be traced primarily domestic rather than systemic factors,and where armed
violence take place or threaten to take place primarily within the borders of a single state”. Dalam Alexius
Jemadu, Konflik Internal dalam konteks politik global kontemporer, dalam Politik Global dalam Teori &
Praktek, Graha Ilmu. Bab V. hal.198199
7 ibid ,…Alexius Jemadu, Hal.198199
6
Dilihat dari tujuannya, peacebuilding8 memiliki dua tujuan utama, yakni (a)
mencegah terjadinya kembali (relapse) konflik terbuka berdimensi kekerasan (overt
violent conflict) dan (b) membantu proses pemulihan dan mempercepat penyelesaian akar
konflik atau membangun perdamaian yang selfsustaining.9 Seperti yang dikatakan oleh
Sekjen PBB Kofi Annan, Postconflict peacebuilding merupakan “berbagai kegiatan
integral yang dijalankan secara bersamaan diakhir konflik untuk mengkonsolidasikan
perdamaian dan mencegah terulangnya konfrontasi bersenjata”.10 Tujuan itu dilakukan
tidak hanya dengan stabilitasi dan pemulihan pasca konflik, tetapi juga dengan
membangun lingkungan yang kondusif bagi upaya menghilangkan akar konflik melalui
pembangunan yang berkelanjutan.11
3.2. PBB dan UpayaUpaya Implementasi Konsep Peacebuilding
Sebagaimana sempat secara singkat diulas di atas, PBB telah memulai
menggunakan pendekatan baru dalam misimisi perdamaian sejak tahun 1992. Komitmen
ini semakin jelas setelah Ghali mengelaborasi aplikasi konsep peacebuilding untuk PBB
lebih jauh dalam penjelasannya di an Agenda for Peace12. Pada agenda ini, Ghali
menegaskan perlunya institusionalisasi misimisi perdamaian PBB sehingga aktivitas
misi dapat berjalan secara maksimal untuk menciptakan perdamaian di wilayahwilayah
konflik diseluruh dunia. Report United Nation Development Programme atau UNDP
pada tahun 1994 yang menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan erat antara keberhasilan
menciptakan keamanan dengan kesuksesan di bidang pembangunan, demokratisasi serta
penjaminan hak asasi manusia semakin memperkuat gaung peacebuilding dalam PBB
serta pemikiran bahwa usaha penciptaan perdamaian perlu memperhatikan banyak aspek
8 Tujuantujuan lain dari Peacebuilding adalah sebagai berikut : a. menciptakan keamanan dan ketertiban
publik; b. membangun kerangka kelembagaan dan politik bagi terwujudnya perdamaian jangka panjang; c.
menjamin keadilan dan penegakan hukum (rule of law); d. mendukung pemulihan psikososial dan trauma
konflik, dan; e. meletakkan dasar sosialekonomi bagi terwujudnya perdamaian jangka panjang.
9 Hugh Miall, Oliver Ramsbotham dan Tom Woodhouse, Contemporary Conflict Resolution
(Cambridge:Polity Press, 1999), hal.187188
10 Kofi Annan, 1997, dalam Laporan Sekjen PBB mengenai reformasi, 165 Juli 1997
11 Rizal Sukma, 2009, Peacebuilding: Arti Penting dan Tujuan, CSIS Jakarta, FGD Propatria
12 Ghali, an agenda for peace, op.cit.,
7
di luar praktekpraktek konvensional yang menitik beratkan pada sisi operasi militer. 13
Komitmen PBB untuk mengembangakan gagasan peacebuilding terus
dilakukan diawal dekade 2000. Pada tahun 1996, kelompok kerja PBB yang ditugaskan
untuk mengevaluasi operasi perdamaian yang dilakukan PBB merekomendasikan adanya
perubahan terhadap strategi pelaksanaan peacebuilding pada fase setelah konflik,
termasuk adanya saran untuk merubah institusi dalam PBB guna meningkatkan efektifitas
misi peacebuilding PBB. Setelah beberapa panel dan kelompok kerja PBB secara tegas
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan peacebuilding serta memberikan saran terkait
reformasi misi perdamaian PBB agar selaras dengan konsep peacebuilding, maka pada
tahun 2001 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan presidential statement yang menggaris
bawahi beberapa tujuan dalam misi peacebuiilding PBB, antara lain ‘mendorong
pembangunan berkelanjutan, pemberantasan kemiskinan dan ketimpangan, promosi
demokrasi, penghormatan atas hak asasi manusia dan pelaksanaan hukum serta
pengenalan budaya damai’.14
Jika dilihat dari cakupan definisi PBB tentang peacebuilding serta perkembangan
implementasi konsep peacebuilding dalam misimisi PBB selama ini seperti ONUMOZ
(United Nations Operation in Mozambique) antara tahun 19921994 dan SFOR (The
Stabilisation Operation) di Bosnia, maka dapat terlihat dengan jelas bahwa perspektif
PBB tentang peacebuilding telah bersifat expansive karena menjangkau seluruh tahapan
konflik. Sebagaimana telah ditulis sebelumnya, konsep peacebuilding meski banyak
diartikan sebagai aksi pasca konflik atau setelah suatu kekerasan atau pertikaian berakhir,
namun ia juga dapat dipahami sebagai aktivitas yang meliputi kegiatankegiatan untuk
pencegahan konflik (conflict prevention) karena tujuan akhirnya yaitu mencegah
terulangnya kekerasan terjadi lagi. Michael Pugh15, misalnya, menulis bahwa ‘dalam
konteks badanbadan otoritas PBB untuk mendukung perdamaian, peacebuilding dapat
13 United Nations Development Programme. 1994. An Agenda for Development. New York: United
Nations
14 Preseidential Statement Dewan Keamanan, 2001.
15 Michael Pugh, 1995. ‘Peacebuilding as Developmentalism: Concepts from Disaster Research.
Contemporary Security Policy, 16(3): pp 32046.
8
dipahami sebagai “bantuan untuk negara berkembang yang didesain untuk mendukung
pembangunan sosial, kultural dan ekonomi masyarakat setempat serta kemandirian,
dengan memberikan bantuan pemulihan dari perang dan mengurangi atau memberantas
peluang terjadi kekerasan dimasa yang akan datang”.
Dengan demikian, karena aktivitas peacebuilding memungkinkan dapat
dilakukan ketika konflik sedang terjadi terjadi, dapat disimpulkan secara filosofis damai
dalam terma peacebuilding bukanlah lawan dari konflik secara keseluruhan, tetapi
konflik yang menggunakan caracara kekerasan.
3.3. Indonesia dan Peacebuilding PBB
Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif teribat dalam berbagai
misi perdamaian yang dilakukan oleh PBB. Dimulai dengan kontribusi Indonesia dalam
misi perdamaian PBB di Mesir dan Congo pada tahun 1957 and 1960, saat ini Indonesia
merupakan salah negara yang paling besar menyumbang personel baik militer, polisi
maupun sipil dalam berbagai perdamaian PBB serta memiliki komitmen yang sangat
besar untuk berkontribusi di masamasa yang akan datang. 16 Oleh karenanya perubahan
strategi perdamaian yang diambil oleh PBB jelas akan berimplikasi pada kontribusi
Indonesia terhadap misimisi perdamaian PBB. Konsep peacebuilding tdak dapat
dipungkiri memberikan ruang yang lebih luas bagi Indonesia untuk ikut aktif berperan
dalam perdamaian dunia seperti yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945.
Ada alasan yang sangat kuat bagi Indonesia untuk berperan dan berkontribusi
dalam perdamaian dunia melalui aktivitasaktivitas peacebuilding. Konsep peacebuilding
yang sangat kompleks dan multidimensional dalam banyak kasus sebenarnya merupakan
16 Kemenlu RI. 2011. Partisipasi Indonesia dalam Pasukan Misi Perdamaian PBB. Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia. http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=10&l=id, diakses 26
april 2015 pukul 22:34
9
upaya internasional dalam proses statebuilding di negaranegara yang baru selesai
mengalami perang saudara. Kedua konsep tersebut memiliki banyak tumpangtindih
dalam berbagai aspek. Sebagai negara yang secara empiris mengalami proses tersebut
setelah merdeka, Indonesia jelas memiliki kelebihan untuk membantu negaranegara
yang tengah memasuki proses tersebut dibandingkan dengan negaranegara lain yang
tidak pernah menjalani proses statebuilding, seperti misalnya negaranegara industri
maju. Bersamasama dengan negaranegara berkembang yang lain, makna keterlibatan
Indonesia dalam berbagai misi perdamaian PBB di bawah konsep peacebuilding tentu
sangat signifikan.
Tetapi, konsep peacebuilding juga membuka ruang bagi Indonesia untuk berperan
dan berkontribusi lebih luas bagi perdamaian di luar misimisi perdamaian PBB. Seperti
diuraikan di atas, aktivitas dalam peacebuilding seringkali tidak harus menyentuh secara
langsung aspekaspek yang terkait dengan konflik. Aktivitas lain dalam bentuk bantuan
atau kerjasama teknis dan pembangunan, misalnya, adalah sarana yang sangat efektif
bagi upayaupaya peacebuilding.
Terlepas dari cara dan mekanisme yang bisa digunakan Indonesia untuk
berkontribusi dalam membangun perdamaian dunia, satu hal yang sangat krusial untuk
diperhatikan adalah, berdasarkan segitiga peacebuilding di atas, bahwa keterlibatan
Indonesia dalam upayaupaya peacebuilding jelas akan mempengaruhi dinamika dalam
hubungan antar kelompokkelompok yang berkonflik serta kapasitas lokal untuk
membangun atau menghambat perdamaian. Belajar dari berbagai kasus intervensi
internasional dalam upaya penanganan konflik ataupun membangun perdamaian, tidak
semua upaya yang bertujuan positif menghasilkan dampak yang positif seperti
diharapkan. Apa yang terjadi di Afghanistan, Iraq, dan di negaranegara lain, termasuk,
mungkin, Libya, menunjukkan bahwa bantuan internasional justru mempertajam tingkat
permusuhan dalam masyarakat dan, konsekuensinya, memperlemah kapasitas mereka
untuk mendorong munculnya pedamaian abadi.
Aktivitasaktivitas yang terkait dengan peacebuilding adalah pekerjaanpekerjaan
yang bukan hanya penting dan serius melainkan memiliki dimensi etik dan moral yang
sangat besar. Kegagalan ataupun kesalahan dalam menjalankan aktivitasaktivitas
10
peacebuilding bukan hanya akan menghasilkan kegagalan dalam upaya untuk
membangun perdamaian yang lebih besar, tetapi juga membuka ruang bagi munculnya
konflik yang mungkin lebih besar. Oleh karena itu, program dan personel yang terlibat
dalam peacebuilding harus perlu dipersiapkan dengan serius, bukan hanya dalam
kaitannya dengan kemampuan teknis tetapi juga dalam kaitannya dengan integritas
personal untuk mampu bekerja dalam konflik berdasar prinsip 'do no harm', yakni sebuah
prinsip yang menekankan pada sensitivitas seseorang terhadap konflik. 17 Konkritnya,
peran Indonesia yang lebih besar, harus diimbangi dengan upaya untuk menyiapkan
personalpersonal yang memenuhi kualitas tersebut. Hanya dengan melibatkan personal
personal dengan kapasitas tersebut, kontribusi Indonesia dalam peacebuilding akan
menjadi lebih bermakna.
KESIMPULAN
Insitusionalisasi peacebuilding dalam PBB menandai pergeseran perspektif dalam
upaya untuk membangun perdamaian dunia, dari orientasi pada konflik ke orientasi pada
perdamaian. Implikasi dari pergeseran ini adalah meluas dan komprehensifnya aktivitas
yang terkait dengan upayaupaya untuk membangun perdamaian, yang sebelumnya
dilakukan secara terpisah dan tidak terintegrasi seperti upaya penyelesaian konflik secara
damai (pacific setlement), keamanan kolektif (collective security), peacemaking and
peacekeeping maupun pengendalian dan perlucutan persenjataan (arms control dan
disarmament). Konsep peacebuilding bukan hanya meliputi tetapi juga melampaui semua
upaya tersebut.
Perluasan aktivitas untuk menciptakan perdamaian di bawah konsep
peacebuilding semakin membuka ruang bagi partisipasi Indonesia untuk berkontribusi
dan berperan dalam membangun perdamaian dunia. Indonesia punya alasan kuat untuk
memberikan kontribusi besar bagi perdamaian dunia. Tantangan yang dihadapi adalah
17 Anderson Mary B, 1999. Do No Harm: How Aid Can Support Peace – and War. Boulder, Co.: Lynne
Rienner Publishers.
11
menyiapkan program dan personal yang terlibat dalam berbagai aktivitas peacebuilding.
DAFTAR PUSTAKA
1. Annan, Kofi, 1997, dalam Laporan Sekjen PBB mengenai reformasi, 165 Juli 1997
2. Azar, Edward E., 1990. The Management of Protracted Social Conflict: Theory and
Cases, Dartmouth: Aldershot.
3. Benner, Thorsten, Binder, Andrea, and Rotmann, Philipp, 2008. ‘Doctrine
Development in the UN Peacebuilding Apparatus: The Case of UN Constabulary Police,
19992006. Paper for the 49th Annual International Studies Association Convention
4. Catatan Pribadi Penulis dalam Matakuliah Negosiasi dan Resolusi Konflik.
5. Galtung, Johan, 1969. 'Violence, Peace and Peace Research'. Journal of Peace
Research, 6(3):167191
6. Ghali, ButrosButros, 1992. An Ageda for Peace. United Nations.
7. Jemadu, Alexius, Konflik Internal dalam konteks politik global kontemporer, dalam
Politik Global dalam Teori & Praktek, Graha Ilmu. Bab V. hal.198199.
8. Kemenlu RI. 2011. Partisipasi Indonesia dalam Pasukan Misi Perdamaian PBB.
12
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=10&l=id, diakses 26 april 2015
pukul 22:34
9. Mary B, Anderson1999. Do No Harm: How Aid Can Support Peace – and War.
Boulder, Co.: Lynne Rienner Publishers.
10. Miall, Hugh, Ramsbotham, Oliver, dan Woodhouse, Tom, Contemporary Conflict
Resolution (Cambridge:Polity Press, 1999), hal.187188.
11. Preseidential Statement Dewan Keamanan, 2001.
12. Pugh, Michael, 1995. ‘Peacebuilding as Developmentalism: Concepts from Disaster
Research. Contemporary Security Policy, 16(3): pp 32046.
13. Reychler, Luc, and Paffenholz, Thania, 2000. Peacebuilding: A Field Guide, Boulder,
Co: Lynn Rienner Publishers.
14. Sukma, Rizal, 2009, Peacebuilding: Arti Penting dan Tujuan, CSIS Jakarta, FGD
Propatria.
15. United Nations Development Programme. 1994. An Agenda for Development. New
York: United Nation.
13
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia
Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dimana, makalah ini dibuat untuk memenuhi
persyaratan Ujian Akhir Semester dalam mata kuliah Pengantar Kajian Strategi. Dimana
bahan atau sumbersumber yang saya dapatkan atau diperoleh, berasal dari sumber
sumber yang baik dan terpercaya. Baik dari buku, referensi, media massa, hingga
website. Sehingga kualitas makalah ini sesuai dengan standar penulisan ilmiah.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan tugas ini. Sehingga saya berharap untuk kritikan dan saran
yang membangun terhadap makalah ini. Dan penulis ingin mengucapkan terima kasih
banyak kepada Bapak Rizal Aditya, M.Si selaku dosen mata kuliah Pengantar Kajian
Strategi yang selalu memberikan pengetahuan baru terhadap penulis sehingga penulis
bisa menerapkannya kepada makalah ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat dan berguna bagi para pembaca makalah ini. sekian dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Hormat Saya,
Ahmad Idham
Penulis
1
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I – PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................4
1.4 Manfaat Pembahasan..............................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................................4
BAB II - KERANGKA TEORI..................................................................................5
BAB III – ISI PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Berdirinya Peacebuilding...........................................................................6
3.2 PBB dan Upaya-Upaya Implementasi Konsep Peacebuilding...............................7
3.3 Indonesia dan Peacebuilding PBB..........................................................................9
KESIMPULAN...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bulan Desember tahun 2005, Perserikatan BangsaBangsa (PBB) secara
resmi membentuk Peacebuilding Commission (PBC) dan Peacebuilding Support Office
(PBSO). Terlepas dari perdebatan bagaimana kedua institusi baru ini mampu
menjalankan tugasnya secara efektif dalam rangka melakukan koordinasi atas operasi
perdamaian PBB di seluruh dunia serta membuat kerangka strategi operasional terbaik
bagi operasioperasi tersebut sebagaimana yang dikemukakan Benner dan Rotman 1,
setidaknya terdapat dua hal yang patut diperhatikan dari terbentuknya kedua institusi
tersebut.
Pertama, institusionalisasi berbagai aktivitas yang secara kolektif dikenal sebagai
peacebuilding dalam PBB menandai perubahan perspektif PBB dalam mengupayakan
terciptanya perdamaian di seluruh dunia. Kedua, perubahan perspektif ini memiliki
implikasi terhadap strategi pada level operasional dari misimisi perdamaian PBB.
Peacebuilding merupakan konsep yang relatif baru dan masih terus
berkembang serta dikaji secara mendalam oleh para ahli studi sosial hingga saat ini.2
Konsep ini mulai digunakan secara luas oleh masyarakat dan pembuat kebijakan baru
pada awal dekade 1990an. PBB sendiri misalnya, mulai secara serius menggunakan
konsep ini sejak 1992. Pada tahun tersebut, Sekretaris Jenderal PBB BoutrosBoutros
Ghali berulangkali menggunakan terminologi peacebuilding dalam laporannya yang
berjudul An Agenda for Peace dan menegaskan bahwa peacebuilding merupakan salah
satu fokus penting PBB di masamasa yang akan datang.3 Apakah implementasi utama
peacebuilding sebagai perspektif baru PBB? Dan apakah implikasinya bagi keterlibatan
Negara Indonesia? Tulisan ini akan membahas secara jelas dan sistematis serta menjawab
1 Thorsten Benner, Andrea Binder, Philipp Rotmann, 2008. ‘Doctrine Development in the UN
Peacebuilding Apparatus: The Case of UN Constabulary Police, 19992006. Paper for the 49th Annual
International Studies Association Convention
2 Luc Reychler, and Thania Paffenholz, 2000. Peacebuilding: A Field Guide, Boulder, Co: Lynn Rienner
Publishers.
3 BoutrosBoutros Ghali. 1992. An Ageda for Peace. United Nations
3
dari pertanyaanpertanyaan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1.Apakah impilkasi peacebuilding bagi keterlibatan Negara Indonesia dalam misi
perdamaian PBB.
1.3. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk memahami apa saja implikasi peacebuilding bagi keterlibatan Negara
Indonesia dalam misi perdamaian PBB.
1.4. Manfaat Penulisan
Pembaca diharapkan dapat mendapat wawasan dan pengetahuan yang lebih ketika
membaca makalah yang berjudul Resolusi Konflik : Implementasi Peacebuilding Dalam
Perspektif PBB dan Implikasinya Bagi Negara Indonesia.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I
Berisikan tentang latar belakang masalah yang terdapat dalam makalah yang
berjudul Resolusi Konflik : Implementasi Peacebuilding Dalam Perspektif PBB dan
Implikasinya Bagi Negara Indonesia. Beserta rumusan masalah, tujuan pembahasan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan yang akan dijelaskan secara rinci dan
teratur.
BAB II
Berisikan kerangka pemikiran sebagai pembuka sebelum memasuki isi dari
makalah.
BAB III
Berisikan Isi / Pembahasan dari makalah ini yang membahas tentang
Implementasi Peacebuilding Dalam Perspektif PBB dan Implikasinya Bagi Negara
Indonesia berserta contoh kasus.
KESIMPULAN
4
Berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang ada dimakalah ini.
BAB II
2.1. Kerangka Teori
Konsep peacebuilding pada dasarnya menggambarkan perubahan yang sangat
signifikan dalam kaitannya dengan penanganan konflik, yakni dari strategi yang
berorientasi pada penanganan konflik menjadi strategi yang berorientasi pada upaya
untuk membangun perdamaian. Berbagai konflik yang berkembang setelah Perang
Dingin memiliki karakter yang cenderung sangat kompleks, dan oleh karenanya
memerlukan pemahaman yang lebih baik dan strategi yang lebih komprehensif.
Kompleksitas konflik setelah Perang Dingin tidak dapat dipahami sematamata
sebagai produk dari perbedaan kepentingan ataupun identitas. Seperti yang ditunjukkan
oleh Galtung4 misalnya, konflik terjadi karena interaksi dari tiga komponen: kontradiksi
(perbedaan), sikap dan perilaku. Kompleksitas konflik setelah Perang Dingin juga
muncul dalam karakternya yang sangat khas, yakni cenderung berkepanjangan, berulang
ulang dan disertai dengan kekerasan. Konflik dengan karakter ini dikenal dengan
protracted social conflict. Dan, seperti halnya Galtung, protracted social conflict tidak
sematamata disebabkan oleh perbedaan ataupun kontradiksi, melainkan juga oleh upaya
upaya dari kelompokkelompok komunal untuk memperjuangkan kebutuhankebutuhan
dasar mereka seperti keamanan, pengakuan, akses terhadap institusiinstitusi politik serta
untuk partisipasi ekonomi5
Di dunia akademis, istilah peacebuilding telah diperkenalkan sejak dekade
1970an oleh Galtung, meskipun belum mendapat perhatian yang besar dari para ahli
setidaknya hingga akhir 1980an.
4 Johan Galtung, 1969. 'Violence, Peace and Peace Research'. Journal of Peace Research, 6(3):167191
5 Edward E. Azar, 1990. The Management of Protracted Social Conflict: Theory and Cases, Dartmouth:
Aldershot.
5
BAB III
3.1. Sejarah Berdirinya Peacebuilding
Setelah usai perang dingin, perhatian dunia internasional lebih ditujukan pada
peningkatan eskalasi konflikkonflik internal. Pergesaran dari dominasi konflik dua
kekuatan besar menuju intrastate conflict mendorong para penstudi hubungan
internasional untuk memusatkan perhatian pada konflikkonflik internal khususnya pada
negaranegara bekas kolonial (conflict in postcolonial states).6 PBB (United Nations)
dalam hal ini mendorong perhatian serius terhadap bantuanbantuan penyelesaian konflik
tanpa menggunakan kekuatan dan kemampuan militer melalui upayaupaya
peacekeeping sebagai sebuah usaha untuk mengatasi pelanggaran HAM secara besar
besaran (Gross violations of human rights) atau kejahatan kemanusiaan (crime againts
humanity).7
Upaya untuk meredam konflik, sebagaimana tertuang dalam konsep resolusi
konflik, pengelolaan konflik ataupun transformasi konflik, bahkan peacebuilding, kerap
digunakan untuk menjelaskan ketika konflik berada pada tahap eskalasi maupun de
eskalasi. Oleh sebab itu, peacebuilding, yang secara fungsional merupakan proses
deeskalasi konflik, merupakan upaya berkesinambungan yang merentang di sepanjang
waktu, dengan tujuan utama untuk mencegah pecahnya pertikaian yang melibatkan
kekerasan atau untuk membangun suasana lebih kondusif untuk damai.
6 Michael E.Brown mendefinisikan konflik internal sebagai “violent or potentially violent political
disputes whose origin can be traced primarily domestic rather than systemic factors,and where armed
violence take place or threaten to take place primarily within the borders of a single state”. Dalam Alexius
Jemadu, Konflik Internal dalam konteks politik global kontemporer, dalam Politik Global dalam Teori &
Praktek, Graha Ilmu. Bab V. hal.198199
7 ibid ,…Alexius Jemadu, Hal.198199
6
Dilihat dari tujuannya, peacebuilding8 memiliki dua tujuan utama, yakni (a)
mencegah terjadinya kembali (relapse) konflik terbuka berdimensi kekerasan (overt
violent conflict) dan (b) membantu proses pemulihan dan mempercepat penyelesaian akar
konflik atau membangun perdamaian yang selfsustaining.9 Seperti yang dikatakan oleh
Sekjen PBB Kofi Annan, Postconflict peacebuilding merupakan “berbagai kegiatan
integral yang dijalankan secara bersamaan diakhir konflik untuk mengkonsolidasikan
perdamaian dan mencegah terulangnya konfrontasi bersenjata”.10 Tujuan itu dilakukan
tidak hanya dengan stabilitasi dan pemulihan pasca konflik, tetapi juga dengan
membangun lingkungan yang kondusif bagi upaya menghilangkan akar konflik melalui
pembangunan yang berkelanjutan.11
3.2. PBB dan UpayaUpaya Implementasi Konsep Peacebuilding
Sebagaimana sempat secara singkat diulas di atas, PBB telah memulai
menggunakan pendekatan baru dalam misimisi perdamaian sejak tahun 1992. Komitmen
ini semakin jelas setelah Ghali mengelaborasi aplikasi konsep peacebuilding untuk PBB
lebih jauh dalam penjelasannya di an Agenda for Peace12. Pada agenda ini, Ghali
menegaskan perlunya institusionalisasi misimisi perdamaian PBB sehingga aktivitas
misi dapat berjalan secara maksimal untuk menciptakan perdamaian di wilayahwilayah
konflik diseluruh dunia. Report United Nation Development Programme atau UNDP
pada tahun 1994 yang menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan erat antara keberhasilan
menciptakan keamanan dengan kesuksesan di bidang pembangunan, demokratisasi serta
penjaminan hak asasi manusia semakin memperkuat gaung peacebuilding dalam PBB
serta pemikiran bahwa usaha penciptaan perdamaian perlu memperhatikan banyak aspek
8 Tujuantujuan lain dari Peacebuilding adalah sebagai berikut : a. menciptakan keamanan dan ketertiban
publik; b. membangun kerangka kelembagaan dan politik bagi terwujudnya perdamaian jangka panjang; c.
menjamin keadilan dan penegakan hukum (rule of law); d. mendukung pemulihan psikososial dan trauma
konflik, dan; e. meletakkan dasar sosialekonomi bagi terwujudnya perdamaian jangka panjang.
9 Hugh Miall, Oliver Ramsbotham dan Tom Woodhouse, Contemporary Conflict Resolution
(Cambridge:Polity Press, 1999), hal.187188
10 Kofi Annan, 1997, dalam Laporan Sekjen PBB mengenai reformasi, 165 Juli 1997
11 Rizal Sukma, 2009, Peacebuilding: Arti Penting dan Tujuan, CSIS Jakarta, FGD Propatria
12 Ghali, an agenda for peace, op.cit.,
7
di luar praktekpraktek konvensional yang menitik beratkan pada sisi operasi militer. 13
Komitmen PBB untuk mengembangakan gagasan peacebuilding terus
dilakukan diawal dekade 2000. Pada tahun 1996, kelompok kerja PBB yang ditugaskan
untuk mengevaluasi operasi perdamaian yang dilakukan PBB merekomendasikan adanya
perubahan terhadap strategi pelaksanaan peacebuilding pada fase setelah konflik,
termasuk adanya saran untuk merubah institusi dalam PBB guna meningkatkan efektifitas
misi peacebuilding PBB. Setelah beberapa panel dan kelompok kerja PBB secara tegas
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan peacebuilding serta memberikan saran terkait
reformasi misi perdamaian PBB agar selaras dengan konsep peacebuilding, maka pada
tahun 2001 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan presidential statement yang menggaris
bawahi beberapa tujuan dalam misi peacebuiilding PBB, antara lain ‘mendorong
pembangunan berkelanjutan, pemberantasan kemiskinan dan ketimpangan, promosi
demokrasi, penghormatan atas hak asasi manusia dan pelaksanaan hukum serta
pengenalan budaya damai’.14
Jika dilihat dari cakupan definisi PBB tentang peacebuilding serta perkembangan
implementasi konsep peacebuilding dalam misimisi PBB selama ini seperti ONUMOZ
(United Nations Operation in Mozambique) antara tahun 19921994 dan SFOR (The
Stabilisation Operation) di Bosnia, maka dapat terlihat dengan jelas bahwa perspektif
PBB tentang peacebuilding telah bersifat expansive karena menjangkau seluruh tahapan
konflik. Sebagaimana telah ditulis sebelumnya, konsep peacebuilding meski banyak
diartikan sebagai aksi pasca konflik atau setelah suatu kekerasan atau pertikaian berakhir,
namun ia juga dapat dipahami sebagai aktivitas yang meliputi kegiatankegiatan untuk
pencegahan konflik (conflict prevention) karena tujuan akhirnya yaitu mencegah
terulangnya kekerasan terjadi lagi. Michael Pugh15, misalnya, menulis bahwa ‘dalam
konteks badanbadan otoritas PBB untuk mendukung perdamaian, peacebuilding dapat
13 United Nations Development Programme. 1994. An Agenda for Development. New York: United
Nations
14 Preseidential Statement Dewan Keamanan, 2001.
15 Michael Pugh, 1995. ‘Peacebuilding as Developmentalism: Concepts from Disaster Research.
Contemporary Security Policy, 16(3): pp 32046.
8
dipahami sebagai “bantuan untuk negara berkembang yang didesain untuk mendukung
pembangunan sosial, kultural dan ekonomi masyarakat setempat serta kemandirian,
dengan memberikan bantuan pemulihan dari perang dan mengurangi atau memberantas
peluang terjadi kekerasan dimasa yang akan datang”.
Dengan demikian, karena aktivitas peacebuilding memungkinkan dapat
dilakukan ketika konflik sedang terjadi terjadi, dapat disimpulkan secara filosofis damai
dalam terma peacebuilding bukanlah lawan dari konflik secara keseluruhan, tetapi
konflik yang menggunakan caracara kekerasan.
3.3. Indonesia dan Peacebuilding PBB
Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif teribat dalam berbagai
misi perdamaian yang dilakukan oleh PBB. Dimulai dengan kontribusi Indonesia dalam
misi perdamaian PBB di Mesir dan Congo pada tahun 1957 and 1960, saat ini Indonesia
merupakan salah negara yang paling besar menyumbang personel baik militer, polisi
maupun sipil dalam berbagai perdamaian PBB serta memiliki komitmen yang sangat
besar untuk berkontribusi di masamasa yang akan datang. 16 Oleh karenanya perubahan
strategi perdamaian yang diambil oleh PBB jelas akan berimplikasi pada kontribusi
Indonesia terhadap misimisi perdamaian PBB. Konsep peacebuilding tdak dapat
dipungkiri memberikan ruang yang lebih luas bagi Indonesia untuk ikut aktif berperan
dalam perdamaian dunia seperti yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945.
Ada alasan yang sangat kuat bagi Indonesia untuk berperan dan berkontribusi
dalam perdamaian dunia melalui aktivitasaktivitas peacebuilding. Konsep peacebuilding
yang sangat kompleks dan multidimensional dalam banyak kasus sebenarnya merupakan
16 Kemenlu RI. 2011. Partisipasi Indonesia dalam Pasukan Misi Perdamaian PBB. Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia. http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=10&l=id, diakses 26
april 2015 pukul 22:34
9
upaya internasional dalam proses statebuilding di negaranegara yang baru selesai
mengalami perang saudara. Kedua konsep tersebut memiliki banyak tumpangtindih
dalam berbagai aspek. Sebagai negara yang secara empiris mengalami proses tersebut
setelah merdeka, Indonesia jelas memiliki kelebihan untuk membantu negaranegara
yang tengah memasuki proses tersebut dibandingkan dengan negaranegara lain yang
tidak pernah menjalani proses statebuilding, seperti misalnya negaranegara industri
maju. Bersamasama dengan negaranegara berkembang yang lain, makna keterlibatan
Indonesia dalam berbagai misi perdamaian PBB di bawah konsep peacebuilding tentu
sangat signifikan.
Tetapi, konsep peacebuilding juga membuka ruang bagi Indonesia untuk berperan
dan berkontribusi lebih luas bagi perdamaian di luar misimisi perdamaian PBB. Seperti
diuraikan di atas, aktivitas dalam peacebuilding seringkali tidak harus menyentuh secara
langsung aspekaspek yang terkait dengan konflik. Aktivitas lain dalam bentuk bantuan
atau kerjasama teknis dan pembangunan, misalnya, adalah sarana yang sangat efektif
bagi upayaupaya peacebuilding.
Terlepas dari cara dan mekanisme yang bisa digunakan Indonesia untuk
berkontribusi dalam membangun perdamaian dunia, satu hal yang sangat krusial untuk
diperhatikan adalah, berdasarkan segitiga peacebuilding di atas, bahwa keterlibatan
Indonesia dalam upayaupaya peacebuilding jelas akan mempengaruhi dinamika dalam
hubungan antar kelompokkelompok yang berkonflik serta kapasitas lokal untuk
membangun atau menghambat perdamaian. Belajar dari berbagai kasus intervensi
internasional dalam upaya penanganan konflik ataupun membangun perdamaian, tidak
semua upaya yang bertujuan positif menghasilkan dampak yang positif seperti
diharapkan. Apa yang terjadi di Afghanistan, Iraq, dan di negaranegara lain, termasuk,
mungkin, Libya, menunjukkan bahwa bantuan internasional justru mempertajam tingkat
permusuhan dalam masyarakat dan, konsekuensinya, memperlemah kapasitas mereka
untuk mendorong munculnya pedamaian abadi.
Aktivitasaktivitas yang terkait dengan peacebuilding adalah pekerjaanpekerjaan
yang bukan hanya penting dan serius melainkan memiliki dimensi etik dan moral yang
sangat besar. Kegagalan ataupun kesalahan dalam menjalankan aktivitasaktivitas
10
peacebuilding bukan hanya akan menghasilkan kegagalan dalam upaya untuk
membangun perdamaian yang lebih besar, tetapi juga membuka ruang bagi munculnya
konflik yang mungkin lebih besar. Oleh karena itu, program dan personel yang terlibat
dalam peacebuilding harus perlu dipersiapkan dengan serius, bukan hanya dalam
kaitannya dengan kemampuan teknis tetapi juga dalam kaitannya dengan integritas
personal untuk mampu bekerja dalam konflik berdasar prinsip 'do no harm', yakni sebuah
prinsip yang menekankan pada sensitivitas seseorang terhadap konflik. 17 Konkritnya,
peran Indonesia yang lebih besar, harus diimbangi dengan upaya untuk menyiapkan
personalpersonal yang memenuhi kualitas tersebut. Hanya dengan melibatkan personal
personal dengan kapasitas tersebut, kontribusi Indonesia dalam peacebuilding akan
menjadi lebih bermakna.
KESIMPULAN
Insitusionalisasi peacebuilding dalam PBB menandai pergeseran perspektif dalam
upaya untuk membangun perdamaian dunia, dari orientasi pada konflik ke orientasi pada
perdamaian. Implikasi dari pergeseran ini adalah meluas dan komprehensifnya aktivitas
yang terkait dengan upayaupaya untuk membangun perdamaian, yang sebelumnya
dilakukan secara terpisah dan tidak terintegrasi seperti upaya penyelesaian konflik secara
damai (pacific setlement), keamanan kolektif (collective security), peacemaking and
peacekeeping maupun pengendalian dan perlucutan persenjataan (arms control dan
disarmament). Konsep peacebuilding bukan hanya meliputi tetapi juga melampaui semua
upaya tersebut.
Perluasan aktivitas untuk menciptakan perdamaian di bawah konsep
peacebuilding semakin membuka ruang bagi partisipasi Indonesia untuk berkontribusi
dan berperan dalam membangun perdamaian dunia. Indonesia punya alasan kuat untuk
memberikan kontribusi besar bagi perdamaian dunia. Tantangan yang dihadapi adalah
17 Anderson Mary B, 1999. Do No Harm: How Aid Can Support Peace – and War. Boulder, Co.: Lynne
Rienner Publishers.
11
menyiapkan program dan personal yang terlibat dalam berbagai aktivitas peacebuilding.
DAFTAR PUSTAKA
1. Annan, Kofi, 1997, dalam Laporan Sekjen PBB mengenai reformasi, 165 Juli 1997
2. Azar, Edward E., 1990. The Management of Protracted Social Conflict: Theory and
Cases, Dartmouth: Aldershot.
3. Benner, Thorsten, Binder, Andrea, and Rotmann, Philipp, 2008. ‘Doctrine
Development in the UN Peacebuilding Apparatus: The Case of UN Constabulary Police,
19992006. Paper for the 49th Annual International Studies Association Convention
4. Catatan Pribadi Penulis dalam Matakuliah Negosiasi dan Resolusi Konflik.
5. Galtung, Johan, 1969. 'Violence, Peace and Peace Research'. Journal of Peace
Research, 6(3):167191
6. Ghali, ButrosButros, 1992. An Ageda for Peace. United Nations.
7. Jemadu, Alexius, Konflik Internal dalam konteks politik global kontemporer, dalam
Politik Global dalam Teori & Praktek, Graha Ilmu. Bab V. hal.198199.
8. Kemenlu RI. 2011. Partisipasi Indonesia dalam Pasukan Misi Perdamaian PBB.
12
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=10&l=id, diakses 26 april 2015
pukul 22:34
9. Mary B, Anderson1999. Do No Harm: How Aid Can Support Peace – and War.
Boulder, Co.: Lynne Rienner Publishers.
10. Miall, Hugh, Ramsbotham, Oliver, dan Woodhouse, Tom, Contemporary Conflict
Resolution (Cambridge:Polity Press, 1999), hal.187188.
11. Preseidential Statement Dewan Keamanan, 2001.
12. Pugh, Michael, 1995. ‘Peacebuilding as Developmentalism: Concepts from Disaster
Research. Contemporary Security Policy, 16(3): pp 32046.
13. Reychler, Luc, and Paffenholz, Thania, 2000. Peacebuilding: A Field Guide, Boulder,
Co: Lynn Rienner Publishers.
14. Sukma, Rizal, 2009, Peacebuilding: Arti Penting dan Tujuan, CSIS Jakarta, FGD
Propatria.
15. United Nations Development Programme. 1994. An Agenda for Development. New
York: United Nation.
13