Gaya Komunikasi Orangtua dengan Perilaku Asertif (Studi Deskriptif Kualitatif Gaya Komunikasi Orangtua Dengan Perilaku Asertif Pada Siswa SMPN 2 Medan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 KonteksMasalah
Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki
dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama
maupun proses sosial sehingga komunikasi yang efektif perlu diciptakan agar
dapat membangun hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Peran orang
tua dalam keluarga sangatlah penting dalam penciptaan karakter seorang anak karena
orang tua sendiri memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu, orang tua disini juga
berperan dalam membangun dan membina hubungan dengan anaknya. Adanya faktor
teman sebaya sebagai salah satu penyumbang efektif terbesar pada kecenderungan
perilaku asertif anak menjadi hal penting untuk diketahui, karena anak sesuai dengan
tugas-tugas perkembangannya, akan mulai mencoba hal-hal baru untuk menemukan
dan menunjukkan jati diri mereka.Kebanyakan anak menunjukkan jati diri mereka
dengan membentuk kelompok kelompok tertentu dan menamai kelompok mereka.
Anak akan lebih merasa diterima dan diakui dengan membentuk dan menjadi bagian
atau anggota dari kelompok-kelompok, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan
kepercayaan diri mereka.

Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya
merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Kebanyakan remaja yang
berada di dalam kelompok-kelompok tersebut menyamakan identitas diri mereka
dengan identitas kelompok mereka, dengan melakukan hal serupa yang dilakukan
oleh anggota yang lain. Hal-hal tersebut adalah, seperti memiliki dan membeli barang
barang yang sama, selalu pergi bersama-sama, hingga berperilaku dan menggunakan
cara berbicara serta bahasa yang sama. Jika kelompok mereka baik, maka akan

Universitas Sumatera Utara

berkembang dengan baik pula, namun jika kelompok atau geng tersebut buruk,
remaja justru akan semakin kehilangan jati diri dan cenderung melakukan hal-hal
yang menyimpang, terlibat tawuran, narkoba, minum minuman keras serta seks
bebas. Anak memerlukan kemampuan untuk dapat berperilaku asertif, agar dapat
terhindar dari pengaruh teman sebaya serta tekanan kelompok yang negatif dan dapat
merugikan diri mereka sendiri. Dalam hal ini orang tua juga memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting ketika banyak terjadi kasus-kasus kenakalan remaja.
Keberadaan orangtua dibutuhkan ketika mengalami kesulitan dalam pengambilan
keputusan keputusan yang tepat. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk
mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis dengan

orangtua mereka.
(Santrock, 2003) menyatakan bahwa hubungan yang baik dan dekat dengan
orangtua juga penting dalam perkembangan remaja, karena hubungan antara orangtua
dan anak ini berfungsi sebagai acuan yang akan dibawa oleh anak terus menerus dan
dari waktu ke waktu sebagai hal yang mempengaruhi pembentukan hubungan baru
dengan orang lain dan dengan anak-anak mereka dimasa yang akan datang.
Hubungan orangtua dengan anak berbeda sekali dengan hubungan antara anak
dengan teman sebaya mereka. Dalam hubungan orangtua dengan anak, orangtua cend
erung memiliki kewenangan terhadap anak mereka,- apa yang akan dilakukan oleh
anak harus dengan persetujuan dari orangtua dan anak harus menuruti perintah dari
orangtua. Dalam hal ini orangtua memiliki pengetahuan dan kewenangan yang lebih
besar, sehingga anak-anak mereka seringkali harus belajar bagaimana mematuhi
perintah dan peraturan yang ditetapkan orangtua,Sedangkan hubungan antara anak
dengan teman sebaya terdiri dari partisipan yang berhubungan satu sama lain dengan
kedudukan yang jauh lebih setara.
Kesalahan dalam mendidik dan memberikan arahan kepada anak untuk apa
yang harus dilakukan juga dapat berdampak pada perilaku sehari-hari anak. Sebagai
contoh, anak akan menggunakan apa yang telah mereka terima dari orangtua, jika
orangtua mereka selalu memaksakan keinginan mereka terhadap anak, maka anak
tidak akan bisa mengembangkan diri mereka, sehingga yang mereka bisa hanyalah


Universitas Sumatera Utara

diam dan menuruti kemauan orangtuanya. Hal inilah yang berdampak pada hubungan
anak dengan teman atau lingkungan di luar rumah, hubungan parenting style dengan
perilaku asertif remaja menunjukan bahwa orangtua yang cenderung menerapkan
parenting style tipe participating cenderung memiliki tingkat asertif yang tinggi,

orangtua yang cenderung menerapkan parenting style tipe telling cenderung memiliki
tingkat asertif yang rendah. remaja dengan orangtua yang cenderung menerapkan
parenting style tipe telling, akan membentuk anak mereka menjadi individu yang

pasif, selalu tergantung dengan orang lain dalam pengambilan keputusan, bahkan
mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengarahkan hidup mereka sendiri. Hal
ini berbanding terbalik dengan orangtua yang cenderung menerapkan parenting style
tipe participating, remaja dengan orangtua yang cenderung menggunakan parenting
style tipe ini akan tumbuh menjadi remaja

baik yang memiliki perasaan positif


mengenai dirinya dan orang lain, berbeda dengan parenting style tipe participating
mengembangkan kerjasama antara orangtua dan anak dalam menyelesaikan suatu
masalah. Disini anak dapat mengatakan apa yang ingin disampaikan kepada orangtua
mereka, baik saran, pendapat maupun kritikan. Selain itu, anak juga tidak merasa
terkekang ataupun merasa terlalu dibebaskan dalam berbagai hal. Sehingga anak-anak
dengan orangtua yang cenderung menerapkan parenting style tipe participating lebih
memiliki kepercayaan diri dan mengungkap berbeda dengan pendapatnya dan dapat
menghargai setiap pendapat yang berbeda dengan dirinya, serta mampu berpikir
positif mengenai diri mereka dan orang lain.
Berbagai gaya komunikasi yang digunakan orang tua berbeda-beda, meskipun
terkadang ada persamaan. Gaya komunikasi (communication style), seperangkat
perilaku antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu (a
specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation). Gaya

komunikasi merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang
dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal berupa
vokalik, bahasa badan, penggunaan waktu, dan penggunaan ruang dan jarak.
Pengalaman membuktikan bahwa gaya komunikasi sangat penting dan bermanfaat
karena akan memperlancar proses komunikasi dan menciptakan hubungan yang


Universitas Sumatera Utara

harmonis. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam
situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan,
bergantung pada maksud dari pengirim (sender ) dan harapan dari penerima
(receiver ). Gaya komunikasi dipengaruh situasi, bukan kepada tipe seseorang. Setiap
orang akan menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda ketika mereka sedang
gembira, sedih, marah, tertarik, atau bosan. Begitu juga dengan seseorang yang
berbicara dengan sahabat baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan anak-anak.
Mereka akan berbicara dengan gaya yang berbeda. Selain itu gaya yang digunakan
dipengaruhi oleh banyak faktor, gaya komunikasi adalah sesuatu yang dinamis dan
sangat sulit untuk ditebak. Sebagaimana budaya, gaya komunikasi adalah sesuatu
yang relatif.
Gaya komunikasi orangtua dengan anak perlu di bina dengan baik karena
merupakan salah satu hal yang dapat membantu perkembangan perilaku anak remaja.
Hubungan orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak
memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya.
Sebaliknya, hubungan orang tua dan anak yang dingin akan menyebabkan anak
senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya. Proses sosialisasi anak dalam

lingkungan sosial sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya. Orang tua yang mempunyai komunikasi yang baik dengan
anaknya maka dapat menciptakan hubungan yang harmonis di dalam keluarga
sehingga perkembangan kepribadian anak akan baik.
Proses komunikasi yang dilakukan orang tua-nya untuk mendidik anaknya
dipengaruhi oleh gaya komunikasi yang diterapkan. Gaya komunikasi adalah suatu
kekhasan yang dimiliki setiap orang dan gaya komunikasi antara orang yang satu
dengan orang lainnya berbeda. Perbedaan antara gaya komunikasi antara satu orang
dengan yang lain dapat berupa perbedaan dalam ciri-ciri model dalam berkomunikasi,
tata cara berkomunikasi, cara berekspresi dalam berkomunikasi dan tanggapan yang
diberikan atau ditunjukkan pada saat berkomunikasi. Komunikasi yang diharapkan
adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan
tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi
yang efektif antara orang tua dan anak, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh
kasih sayang dan dengan adanya hubungan harmonis antara orang tua dan anak,
diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dalam membicarakan

masalah dan kesulitan yang dialami oleh anak .Maka dari itu orang tua sebaiknya
melakukan pendekatan dan berkomunikasi yang efektif sehingga anak akan selalu
terbuka dan jujur terhadap apa yang dirasakannya.
Komunikasi yang baik didalam keluarga harus bersifat dialog, jika
komunikasi bersifat dialog orang tua mendapat kesempatan untuk mengenal anaknya
atau dapat berkomunikasi secara langsung sehingga dapat memberikan pengaruh
langsung kepada anak. Proses komunikasi yang dilakukan orang tua untuk mendidik
anaknya dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya komunikasi dapat dilihat dan
diamati ketika seseorang berkomunikasi baik secara verbal (bicara) maupun
nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh dan tangan serta gerakan anggota tubuh
lainnya).
Gaya komunikasi adalah cara atau pola yang ditampilkan oleh komunikator
untuk mengungkapkan sesuatu (menyampaikan pesan, ide, gagasan) baik melalui
sikap, perbuatan, dan ucapannya ketika berkomunikasi dengan komunikan (Suryadi,
2007). Berbagai gaya komunikasi yang digunakan orang tua berbeda-beda, meskipun
terkadang ada persamaan. Orang tua yang mempunyai komunikasi yang baik dengan
anaknya maka dapat menciptakan hubungan yang harmonis di dalam keluarga
sehingga perkembangan kepribadian anak baik. Jika orang tua yang terbiasa
menggunakan gaya komunikasi yang asertif pada anak, maka anak terbiasa untuk
mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Adapun tujuan dari komunikasi

asertif adalah membuat proses komunikasi berjalan lancar dan membangun hubungan
yang baik serta saling menghormati. Perilaku ini juga merupakan bentuk pemecahan
masalah (problem solving). Tapi jika orangtua terbiasa melakukan gaya komunikasi
secara agresif, anak terbiasa untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya
dengan cara pemaksaan hak pada orang lain, karena yang dimaksud gaya komunikasi

Universitas Sumatera Utara

agresif yaitu gaya komunikasi yang berusaha mendominasi dalam interaksi dengan
orang lain baik secara verbal maupun nonverbal, komunikasi ini juga sangat tidak
efektif karena ada pemaksaan hak pada orang lain. Namun jika orang tua yang
terbiasa melakukan gaya komunikasi pasif terhadap anak, maka anak akan terbiasa
selalu mengalah dengan merendahkan diri kepada orang lain saat berkomunikasi.
Dengan adanya hal ini, peran penting dari gaya komunikasi yang dilakukan oleh
orang tua kepada anak penting untuk perilaku dan perkembangan anak terutama pada
remaja.
Gaya komunikasi orangtua yang efektif menimbulkan lima kriteria yaitu,
pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik, dan
tindakan. Dengan adanya hal tersebut, dapat dilihat melalui ketiga jenis gaya
komunikasi mana yang paling efektif yang dapat mempengaruhi anak dapat

berperilaku asertif atau tidak asertif. Gaya komunikasi dipengaruh situasi, bukan
kepada tipe seseorang. Setiap orang akan menggunakan gaya komunikasi yang
berbeda-beda ketika mereka sedang gembira, sedih, marah, tertarik, atau bosan.
Begitu juga dengan seseorang yang berbicara dengan sahabat baiknya, orang yang
baru dikenal, dan dengan anak-anak tentu akan berbicara dengan gaya yang berbeda.
Selain itu gaya yang digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor, gaya komunikasi
adalah sesuatu yang dinamis dan sangat sulit untuk ditebak.
Perilaku asertif adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang
menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka,
tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa
merugikan diri sendiri dan orang lain. Perilaku asertif juga meliputi berbagai aspek
multidimensi dari ekspresi manusia, seperti aspek perilaku, aspek kognisi, dan aspek
afeksi. Perilaku asertif inilah yang memungkinkan manusia untuk mengekspresikan
emosi mereka, tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain sehingga mereka mampu
mencapai apa yang menjadi tujuan mereka, serta membentuk hubungan yang baik
dengan orang lain (Fung Lan Young, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Ditambahkan (Marini, 2005) Perilaku asertif adalah perilaku interpersonal

individu yang berupa pernyataan mengenai apa yang dirasakan oleh individu tersebut,
yang bersifat jujur dan relatif langsung yang membuat perilaku seseorang dalam
hubungan antar pribadi yang menyangkut emosi, perasaan, pikiran, serta keinginan
dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang
terhadap orang lain tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Perilaku asertif ini
jugalah yang memungkinkan seseorang untuk dapat berperilaku sesuai dengan apa
yang mereka inginkan tanpa menyakiti perasaan orang lain, mempertahankan diri
tanpa perlu merasa cemas dan takut, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan
nyaman, dapat menolak apa yang tidak ia sukai, serta menggunakan hak pribadi tanpa
melanggar hak orang lain.
Membentuk perilaku asertif di sekolah di dasari oleh beberapa proses, di
antaranya melaui penanaman nilai-nilai pendidikan karakter yang terintegrasi pada
proses belajar mengajar atau melalui kegiatan pengembangan diri, dengan
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah (guru BK) atau kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah agar

dapat berperilaku asertif, di antaranya dapat

mengajukan pertanyaan atau permintaan karena perlakukan tidak adil, terbiasa
berbicara terus terang dan terbuka di dalam kelas ataupun di luar kelas, merasa

nyaman untuk mengekspresikan pandangannya ketika tidak setuju dengan pandangan
orang lain, mampu untuk menerima atau setuju dengan keputusan yang telah dibuat,
mampu untuk menerima kritik dan pujian yang diberikan secara membangun, mampu
dan berkeinginan memberikan kritik dan pujian yang kostruktif, mampu menangani
penghinaan atau menghadapi orang lain yang mengejeknya, mampu menghadapi
keputusan-keputusan yang sulit dan bukannya menghindarinya.
SMPN 2 Medan merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama yang
dikenal juga dengan singkatan spendu Medan. Sekolah yang terletak di Jl.Brigjen
Katamso Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan
Sumatera Utara ini mendapatkan peringkat B pada akreditasi sekolah. Jumlah siswa
yang terdaftar masih aktif di SMP ini lebih kurang 1000 orang. Sekolah ini juga
dilengkapi dengan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar antara

Universitas Sumatera Utara

lain Laboratorium komputer, Laboratorium fisika dan juga Laboratorium biologi,
musholla, kantin, ruang UKS, serta perpustakaan. Sama halnya dengan SMP pada
umumnya masa sekolah di SMPN 2 Medan ditempuh dalam waktu 3 tahun pelajaran
mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Sepanjang perjalanannya sekolah ini
telah banyak mengalami kemajuan dan perubahan dari segi jumlah siswa, pendidik,
pembelajaran, sarana dan prasarana .
SMPN 2 Medan dipilih peneliti menjadi tempat penelitian dikarenakan
keterbatasan yang dimiliki peneliti dimana keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya.
Peneliti juga berkesempatan melakukan pra-penelitian sehingga dapat melihat
langsung karakteristik perilaku asertif apa yang dimiliki para siswa/i SMP N 2 Medan
tersebut. Para siswa yang ditemui peneliti termasuk dalam beberapa kriteria perilaku
asertif dimana memiliki sifat yang ekspresif, terbuka, jujur, mudah untuk berinteraksi,
memperlakukan orang lain dengan hormat serta memberi dan menerima umpan balik
(feedback)dengan baik.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah seorang guru di SMPN 2
Medan dikatakan bahwa ketika ada permasalahan yang berkaitan dengan sekolah
seperti masalah belajar, kehadiran, dan tingkah laku siswa SMPN 2 Medan ini maka
pihak sekolah akan menghubungi orangtua guna bertukar fikiran dan membahas
mengenai perilaku anaknya. Sekolah juga melibatkan beberapa pihak seperti guru BP,
Wali kelas, dan guru mata pelajaran dalam hal pemantauan anak, tidak jarang
orangtua juga turut berpartisipasi dalam hal kegiatan sekolah agar komunikasi antara
orangtua, guru dan pihak sekolah terjalin baik. Orangtua murid dan para guru di
sekolah juga turut bekerjasama dalam hal memantau, mendidik, mengajar dan
membangun akhlak yang baik.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik meneliti
tentang “Gaya Komunikasi Orang Tua dengan Perilaku Asertif Anak di SMPN 2
Medan”

Universitas Sumatera Utara

1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan uraian diatas mengenai pentingnya peran gaya komunikasi
orangtua dengan anak memang sangat penting, maka dari situ muncul pertanyaan
penelitian yang dibuat oleh peneliti yaitu,” Bagaimana Gaya Komunikasi Orang Tua
dengan Perilaku Asertif Anak di SMPN 2 Medan”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana gaya komunikasi orang tua dengan perilaku
asertif anak di SMPN 2 Medan.
2. Untuk mengetahui proses komunikasi orangtua dengan perilaku asertif anak
di SMPN 2 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan
tentang gaya komunikasi orang tua dengan perilaku asertif anak di SMPN 2
Medan.
2. Secara Akademis, Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
memperkaya referensi bahan penelitian serta menjadi bahan bacaan yang
berguna di lingkungan FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.
3. Secara Praktis, Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pembaca untuk mengetahui tentang gaya komunikasi orang tua dengan
perilaku asertif anak.

Universitas Sumatera Utara