Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Tujuan dan arah pembangunaan nasional sebagaimana ditetapkan dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2005 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) Periode 2005-2025 yakni, berusaha mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur, di mana masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan
melalui pembangunan di berbagai bidang, di antaranya bidang ekonomi.
Pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang
terdapat di Negara kita ini, seperti; sektor pertanian, kehutanan, perikanan,
petternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain.
Pelaksanaan pembangunan memerlukan modal dalam jumlah yang cukup
besar dan tersedia pada waktu yang tepat. Modal dapat disediakan oleh
pemerintah atau masyarakat luas, khususnya dunia usaha swasta. Keadaan yang
ideal, dari segi nasionalisme adalah apabila kebutuhan akan modal tersebut
sepenuhnya dapat disediakan oleh kemampuan modal dalam negeri sendiri,
apakah itu oleh pemerintah dan atau duniaa usaha swasta dalam negeri. 1

Jika dicermati secara seksama apa yang dicita-citakan oleh para pendiri
republik

ini

sungguh

menakjubkan

yakni

bagaimana

menyejahterakan

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945. Namun patut disadari bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak
1

Ilmar Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta:Kencana, 2004) ,


hlm.1-2.

1
Universitas Sumatera Utara

2

segampang membalik telapak tangan, namun memerlukan kerja keras semua
pihak. Sarana yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut yakni melalui pranata
pembangunan. 2 Untuk melaksanakan pembangunan tersebut tidak dapat
dipungkiri membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya mengandalkan
modal dari sumber dana pemerintah, hampir dapat dipastikan akan sulit mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh para pendiri republik ini. Untuk itu perlu dicari
sumber dana lain. Salah satu sumber modal yang dapat dimaanfaatkan adalah
melalui pranata hukum penanaman modal. Lewat pranata hukum penanaman
modal diharapkan ada payung hukum yang jelas bagi pihak penanam modal jika
ingin menanamkan modalnya.
Mencermati


peranan

penanaman

modal

cukup

signifikan

dalam

membangun perekonomian, tidak mengherankan jika di berbagai negara di dunia ,
baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang berusaha secara
optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan penanaman modal asing. Di lain
pihak, dari sudut pandang pihak penanam modal adanya keterbukaan pasar di era
globalisasi membuka peluang untuk melakukan kegiatan penanaman modal di
berbagai negara. Tujuannya sudah jelas yakni bagaimana mencari untung,
sedangkan negara penerima modal berharap ada partisipasi penanam modal atau
investor dalam pembangunan nasionalnya 3

Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana
yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang
besar tersebut diperlukan untuk membangun kembali perekonomian Indonesia
2

Lili rasjidi dan Putra Wyasa , Hukum Sebagai Suatu Sistem (Bandung:Mandar
Maju,2003), hlm.25.
3
Ibid.,26.

Universitas Sumatera Utara

3

yang ada di kawasan regional maupun kawasan global. Adapun salah satu sumber
dana utama guna memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar dalam
melaksanakan pembangunan nasional tersebut diperoleh melalui kegiatan
penanaman modal atau investasi. Dengan adanya kegiatan penanaman atau
invesatasi Indonesia dapat mengolah segala potensi ekonomi yang ada menjadi
kekuatan riil.

Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal dalam
negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia. 4 Penanaman Modal berperan penting dalam
perekonomian Negara. Penanaman modal memberi lapangan kerja bagi penduduk
setempat, membantu menggerakkan perekonomian dalam negeri, menyumbang
skill dan terutama modal ke dalam negeri penerima modal.
Pihak penanam modal semakin leluasa dalam melakukan kegiatan
penanaman modal di era liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan
megacompetition. Untuk itu penerima modal harus menyiapkan berbagai sarana
dalam menarik investor. Sebagaimana dikatahui, pada era tahun tujuh puluhan,
motivasi investor asing untuk berinvestasi di berbagai kawasan adalah
memperoleh sumber daya alam dan memproduksi dari lokasi yang lebih murah.
Namun, pada era tahun delapan puluhan, motivasi relokasi menjadi lebih penting.
Hal ini disebabkan, karena biaya produksi semakin tinggi. Lebih penting lagi
adalah perusahaan-perusahaan transnasional telah mengglobal, lalu mereka mulai
menciptakan jaringan produksi antar berbagai lokasi berdasarkan sumber daya

4

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal


Universitas Sumatera Utara

4

alam dan tenaga kerja serta kapabilitas teknologi, proses produksi yang dapat
dibagi antarlokasi yang berbeda. Jaringan produksi dibentuk, umumnya produk
kahir diekspor ke negara lain. Pola tersebut telah menciptakan kaitan antara
perdagangan dan investasi di berbagai kawasan dan merupakan tuntutan proses
integrasi yang didorong oleh tuntutan pasar. 5
Penanaman modal didorong oleh suatu proses pengembangan ekonomi di
suatu wilayah tertentu. Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah
tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk
menjaga

keseimbangan

kemajuan

suatu


daerah,

dapat

ditetapkan

dan

dikembangkan kawasan ekonomi khusus.6 Kawasan Ekonomi Khusus, yang
selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu daam wilayah
hukum

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia


yang

ditetapkan

untuk

menyelenggarakan fungsi perekonomian dn memperoleh fasilitas tertentu. 7 Pada
dasarnya, Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, dibentuk
untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan
perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis
reformasi ekonomi. Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK,
diselenggarakan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melipatgandakan pertumbuhan ekonomi
nasional, serta memberikan dampak yang besar pada peningkatan lapangan kerja
dalam negeri.

5
6
7


Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung:NUANSA AULIA,2010), hlm. 59.
Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi

Khusus

Universitas Sumatera Utara

5

Perkembangan ekonomi global Indonesia perlu memfokuskan pada
peningkatan ekspor dan investasi pada beberapa kawasan khusus yang memang
mendapatkan fasilitas perpajakan dan kepabeanan. Beberapa keunggulan
Indonesia dapat menjadi peluang dalam menarik investasi, diantaranya, letak
geografis Indonesia yang sangat ideal bagi pengembangan pusat logistik dan
distribusi karena dilewati oleh jalur maritim internasional dan posisi Indonesia
terletak di tengah pasar yang sangat besar, yaitu pasar ASEAN. Sementara itu,
pengembangan kawasan ekonomi di Indonesia bukanlah hal yang asing. Pasalnya
pada tahun 1970 Indonesia berhasil mengembangkan Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui UU NO. /1970, dilanjutkan pada tahun 1972
dikebangkan pula Kawasan Berikat (Bounded Warehouse) Kemudian tahun 1989
dikembangkan Kawasan Industri, setelah itu pada tahun 1996 dikembangkan
Kawasan

Pengembangan

Ekonomi

Terpadu

(KAPET),

dan

terakhir

pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus pada tahun 2009. 8
Pada dasarnya KEK dibentuk untuk menjadikan lingkungan kondusif bagi
akitivitas penanaman modal, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju

pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Untuk ide ini
diinspirasi dari keberhasilan beberapa negara yang lebih dulu mengadopsinya,
seperti Cina dan India. Bahkan data-data empiris melukiskan bahwa KEK di
negara tersebut mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk
berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Hal itu tak lain karena kemudahan
yang didapat para investor, kemudahan itu berbentuk kemudahan di bidang fiskal,

8

Ayu Prima Yesuari, Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus (Jakarta:ERLANGGA,2010), hlm. 73.

Universitas Sumatera Utara

6

perpajakan dan kepabeanan. Bahkan ada juga di bidang non-fiskal, seperti
kemudahan birokrasi, pengaturan khusus di bidang ketenagakerjaan dan
keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan ketertiban di dalam kawasan. 9
Untuk meningkatkan penanaman modal pada KEK, yang dapat menunjang
pengembangan ekonomi nasional dan pengembangan ekonomi di wilayah tertentu
serta untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, perlu memberikan fasilitas
dan kemudahan di KEK. Pada dasarnya investor, baik investor domestik maupun
investor asing yang menanamkan modal di Indonesia diberikan berbagai
kemudahan. Pemberian kemudahan ini adalah dimaksudkan agar investor
domestik maupun investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia.
Investasi itu sangat dibutuhkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mempercepat
proses pembangunan. 10 Fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah
Indonesia salah satunya berupa fasilitas dan kemudahan Lalu Lintas Barang.
Pemasukan barang impor ke KEK, belum diberlakukan ketentuan
pembatasan di bidang impor kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pengeluaran barang impor untuk dipakai dari
KEK, ke tempat lain dalam daerah pabean berlaku ketentuan pembatasan di
bidang impor, kecuali sudah dipenuhi pada saat pemasukannya. Barang yang
terkena ketentuan pembatasan impor dan ekspor dapat diberikan pengecualian
dan/atau kemudahan. 11
B. Perumusan Masalah
9

Ibid.,78.
Salim H dan Sutrisno Budi, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta:Raja Grafindo
Persada ,2014), hlm. 269.
11
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas dan Kemudahan Di
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 31 Angka 2-5.
10

Universitas Sumatera Utara

7

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, selanjutnya dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.

Bagaimanakah pengaturan penanaman modal berdasarakan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?

2.

Bagaimanakah pengadaan kawasan ekonomi khusus beradasarkan UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus?

3.

Bagaimanakah pengaturan pemberian fasilitas dan kemudahan lalu lintas
barang di kawasan ekonomi khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan KemudahanKawasan Ekonomi Khusus?

C. Tujuan Dan Maanfaat Penulisan
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui pengaturan Penanaman Modal menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

2.

Untuk mengetahui pengadaan Kawasan Ekonomi Khusus menurut UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

3.

Untuk mengetahui pemberian fasilitas dan kemudahan lalu lintas barang di
wilayah Kawasan Ekonomi Khusus sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan
Ekonomi Khusus
Sedangkan yang menjadi manfaat penelitian dalam hal ini adalah :

1.

Secara teoritis untuk memberikan gambaran dan uraian yang komprehensif
mengenai pemberian fasilitas dan kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus,

Universitas Sumatera Utara

8

khususnya pemberian fasilitas dan kemudahan lalu lintas barang di Kawasan
Ekonomi Khusus.
2.

Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
tambahan materi bagi para pembacanya baik umum maupun para akademisi
ataupun sebagai bahan referensi bagi para mahasiswa yang ingin membahas
tentang pemberian Fasilitas dan Kemudahan di wilayah Kawasan Ekonomi
Khusus.

D. Keaslian Penulisan
Pembahasan skripsi ini berjudul “Kajian yuridis terhadap fasilitas dan
kemudahan lalu lintas barang di wilayah kawasan ekonomi khusus sebagai upaya
peningkatan penanaman modal di Indonesia”. Penulis telah melakukan
pemeriksaan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini belum pernah ada yang
membahasnya atau meneliti. Berdasarkan penelusuran (checking) di Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ditemukan beberapa judul penelitian
yang membahas seputar Penanaman Modal dan Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu:
1. Ronal Sirait, 040200123, Kewajiban dan Tanggung Jawab Penanam Modal
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal.
2. Dwi Susilawati, 100200031, dengan judul Analisis Hukum Pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
3. Romauli

Purba,

120200215,

Analilsis

Yuridis

Penerapan

Prinsip

Universitas Sumatera Utara

9

Keseimbangan Kemajuan Dalam Penanaman Modal Berdasarkan UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Beserta
Peraturan Pelaksananya .
Meskipun demikian, substansi permasalahan dan penyajian dari penelitian
ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut diatas. Penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya. Penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
apabila dikemudian hari ada bukti bahwa penelitian ini plagiat atau duplikasi.
E. Tinjauan Kepustakaan
1.

Penanaman Modal
Penanaman Modal menurut Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

merupakan penanaman modal atau modal dalam suatu perusahaan/proyek untuk
tujuan memperoleh keuntungan. Pengertian penanaman modal atau investasi
menurut Kamus Hukum Ekonomi adalah penanaman modal yang biasanya
dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap
perusahaan/member sekuritas dengan maksud untuk mencapai keuntungan. 12
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya
disebut UUPM) Pasal 1 angka 1 mendefinisikan penanaman modal adalah segala
bentuk kegiatan menanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Idonesia. Investasi memiliki
pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik investasi langsung (direct
investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio investment), sedangkan
penanaman modal lebih memiliki konotasi kepada investasi langsung.
12

A.F.Elly Erawaty dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi(Jakarta: Proyek ELIPS,
1996), hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara

10

2.

Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 31 Angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 merumuskan

untuk mempercepat pembangunan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat
strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan
kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi
khusus. Pasal 1 Angka 1 Undang Undang Nomor 39 Tahun 2009 merumuskan
Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK, adalah Kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.
KEK dikembangkan

melalui penyiapan

kawasan

yang memiliki

keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona :
1. Pengolahan ekspor;
2. Logistik;
3. Industri;
4. Pengembangan teknologi;
5. Pariwisata;
6. Energy; dan/ atau

Universitas Sumatera Utara

11

7. Ekonomi lain. 13
KEK membutuhkan Badan Usaha yang berfungsi badan pengelola KEK
tersebut. Dalam Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal menyatakan bahwa Badan Usaha adalah perusahaan berbadan
hukum yang berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
koperasi, swasta, dan usaha patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha
KEK. Berbeda hal nya dengan Pelaku Usaha di dalam KEK yang merupakan
perusahaan yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha orang
perseorangan yang melakukan kegiatan usaha di KEK.
3.

Fasilitas dan Kemudahan di KEK
Dalam rangka meningkatkan penanaman modal pada KEK yang dapat

menunjang pengembangan ekonomi nasional dan pengembangan ekonomi di
wilayah tertentu serta untuk meningkatkan penyerapam tenaga kerja, perlu
memberikan fasilitas dan kemudahan di KEK berupa perpajakan, kepabeanan dan
cukai, lalu lintas barang, ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan, serta
perizinan dan nonperizinan. 14

F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian
merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji,

13

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi

14

http://bpmpp.sukoharjokab.go.id/statis-16-prosedur-pengajuan-izin-prinsip.html

Khusus

Universitas Sumatera Utara

12

serta mengembangkan ilmu pengetahuan 15. Untuk melengkapi penulisan skripsi
ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, maka metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
1.

Spesifikasi Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka
yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau
bahan rujukan bidang hukum. 16
2.

Data Penulisan
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data

sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat yaitu UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang
Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas dan
Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa

15

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia (UI)
Pers, 1986), hlm. 250.
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat(Jakarta : PT. RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33,

Universitas Sumatera Utara

13

buku-buku, tulisan ilmiah, hasil penelitian ilmiah, laporan makalah lain
yang berkaitan dengan materi penelitian.
c. Bahan hukum tersier yaitu petunjuk atau penjelasan mengenai bahan
hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus
hukum, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.
3.

Teknik pengumpulan data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif.
Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research).Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (library research).
Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
atau di sebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih di kenal dengan
nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.
Metode library research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan
tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan
beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi
dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran dan majalah.
4.

Analisa data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif. Pengolahan data yang hakekatnya merupakan kegiatan

Universitas Sumatera Utara

14

untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan di bahas. Analisa data
dilakukan dengan : 17
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.
d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin
yang ada.
e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif. Pendekatan deduktif,
yaitu diawalidengan mengemukakan yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus.
G.

Sistematika Penelitian
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan

kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh
manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan ini dibuat
dalam bentuk uraian:
Bab I merupakan Pendahuluan. Dalam Bab ini mengemukakan apa
yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai
topik yang akan dibahas secara mendalam, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika
penulisan skripsi.
17

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum(Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 45.

Universitas Sumatera Utara

15

Bab II Pengaturan penanaman modal berdasarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Bab ini akan membahas
mengenai bagaimana pengaturan penanaman modal berdasarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, pengertian dan jenis-jenis
penanaman modal, tujuan penyelenggaraan penanaman modal, kebijakan dasar
penanaman modal, syarat-syarat dalam penanaman modal, fasilitas penanaman
modal, dan penyelesaian sengketa penanaman modal.
Bab III Pengadaan kawasan ekonomi khusus berdasarkan UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Bab ini akan
membahas mengenai, pengertian dan sejarah lahirnya kawasan ekonomi khusus,
fungsi, bentuk dan kriteria kawasan ekonomi khusus, proses pembentukan
kawasan ekonomi khusus, dan badan usaha pengelola kawasan ekonomi khusus.
Bab IV Pengaturan pemberian fasilitas dan kemudahan lalu lintas barang
di kawasan ekonomi khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun
2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus. Bab ini
akan membahas mengenai, tujuan pemberian fasilitas dan kemudahan di kawasan
ekonomi khusus, prosedur pemberian fasilitas dan kemudahan di kawasan
ekonomi khusus, dan fasilitas dan kemudahan lalu lintas barang di kawasan
ekonomi khusus sebagai upaya peningkatan penanaman modal di Indonesia.
Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini akan dikemukakan
kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang
mungkin berguna bagi lembaga Penanaman Modal dan orang-orang yang
membacanya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

3 26 125

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

5 47 148

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 2 23

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 30

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 8

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 1 40

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 3