Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia Chapter III V

BAB III
BENTUK-BENTUK FASILITAS DAN KEMUDAHAN TERKAIT
PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

A. Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
1. Definisi, Zona dan Kriteria Kawasan Ekonomi Khusus
Satu di antara model untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
aktivitas investasi, perdagangan, dan ekspor yang ditujukan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi adalah dengan menciptakan suatu Kawasan Ekonomi
Khusus/KEK (Special Economic Zone/SEZ). Inspirasi pembentukan KEK yang
ditujukan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi ini berasal dari dari kisah
sukses pembentukan special economic zone di Eropa pada awal tahun 1950-an
pasca Perang Dunia II. 74
Pengalaman beberapa negara seperti China dan India, mengindikasikan
bahwa pembentukan KEK mempunyai peran yang sangat strategis untuk
mendorong pembangunan ekonomi. Data empiris memperlihatkan bahwa KEK di
kedua negara itu muncul sebagai stimulus yang sangat penting menarik para
investor, khususnya investor asing, untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan
kerja di China dan India.
Seperti ingin mendulang kesuksesan yang sama, Indonesia juga
berkomitmen membentuk KEK. Momen yang menjadi tonggak akan dibentuknya

KEK adalah ketika persetujuan kerjasama ekonomi yang dilakukan antara

74

Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat, Op.cit.,hlm 1

54
Universitas Sumatera Utara

55

pemerintah Indonesia dengan Singapura atau tepatnya pada 25 Juni 2006.
Dalam kesepakatan tersebut Pemerintah Republik Indonesia maupun Pemerintah
Republik Singapura bersama-sama membentuk kawasan ekonomi khusus yang
meliputi tiga pulau, yaitu Batam, Bintan dan Karimun (BBK). Pembentukan
ekonomi kedua negara melalui jalur kegiatan penanaman modal asing, penciptaan
lapangan pekerjaan, meningkatkan kapasitas produksi, dan meningkatkan
kerjasama kegiatan perdagangan baik barang dan jasa.
Secara konseptual, ada dua bentuk pemahaman atas KEK. Pertama, KEK
dapat merujuk pada salah satu bentuk kekhusususan di dalam kegiatan

perdagangan dan investasi seperti kawasan berikat (bounded zone), kawasan
perdagangan bebas (free trade zone), kawasan industri, kawasan pengembangan
ekonomi terpadu (KAPET), export processing zone, dan high tech industrial
estate. Kedua, KEK dapat berarti juga kawasan-kawasan dalam suatu kawasan
(zone within zone). Dengan kedua pemahaman ini maka suatu daerah dapat saja
memiliki lebih dari satu bentuk kekhususan wilayah. 75
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa latar belakang
dibentuknya KEK adalah Pasal 31 UU Penanaman Modal, yakni:
(1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang
bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk
menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat dikembangkan
kawasan ekonomi khusus.
(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal
tersendiri di kawasan ekonomi
(3) Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan undang-undang.

75

Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat, Prolog: Menghitung Peluang Menimbang Kenyataan,

dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm 3

Universitas Sumatera Utara

56

Apabila diperhatikan ketentuan pasal tersebut tidak ditemukan adanya
definisi KEK namun terdapat pendelegasian untuk membentuk suatu undangundang yang memuat ketentuan mengenai KEK. Untuk itu, pemerintah kemudian
mengundangkan UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus pada
tanggal 14 Oktober 2009, yang kemudian disusul oleh beberapa peraturan
pelaksana lainnya yang mendukung penyelenggaraan KEK.
Undang-undang tersebutlah yang kemudian secara tegas memberikan
definisi, yakni KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. 76 Dari definisi KEK
tersebut, terdapat beberapa unsur, yaitu:
a. kawasan dengan batas tertentu;
b. untuk menyelenggarakan perekonomian;
c. memperoleh fasilitas tertentu.
Dalam UU KEK ini pula terlihat jelas perbedaan antara konsep KEK dan

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Jika pada Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas daya tarik dititikberatkan pada insentif
fiskal dengan memperlakukannya sebagai kawasan yang terpisah dari daerah
pabean, maka untuk KEK hal tersebut tidak lagi dilakukan insentif fiskal yang
diberikan tetap sama menariknya, namun diintegrasikan bersama insentif nonfiskal lainnya seperti penyederhanaan birokrasi, pengaturan khusus di bidang

76

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 1 angka 1

Universitas Sumatera Utara

57

ketenagakerjaan dan keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan ketertiban di
dalam kawasan. 77
Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan geoekonomi 78 dan geostrategi 79 dan berfungsi
menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang

memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan daya saing internasional. 80 Penyiapan
kawasan ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kawasan yang memenuhi
standard infrastruktur dan pelayanan tertentu. Fungsi KEK adalah untuk
melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri,
pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan
telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain.
Budi Santoso mengungkapkan tujuan pembentukan KEK, antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Peningkatan investasi, termasuk foreign direct investment.
Penyerapan tenaga kerja, baik langsung maupun tak langsung.
Peningkatan penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor.
Peningkatan keunggulan kompetitif produk ekspor.
Peningkatan pemanfaatan sumber daya local, pelayanan dan kapital
peningkatan ekspor.
f. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui alih teknologi.

Dari hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang

ada, pendapat para ahli serta memperhatikan praktik yang dilaksanakan di

77

Lilis Mulyani, Implikasi Hukum Penerapan Kawasan Ekonomi Khusus, dalam Buku Quo Vadis
Kawasan Ekonomi Khusus, Jakarta:Rajawali Press, hlm 53
78
Geoekonomi dijelaskan sebagai kombinasi faktor ekonomi dan geografi dalam perdagangan
internasional
79
Geostrategis dalah kombinasi faktor geopolitik (pengaruh faktor geografi, ekonomi, dan
demografi dalam politik luar negeri suatu negara) dan strategi yang memberikan peran tertentu
pada suatu kawasan geografis.
80
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 2

Universitas Sumatera Utara


58

berbagai negara lain, maka KEK di Indonesia adalah kawasan tertentu dimana
diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perizinan,
keimigrasian, dan ketenagakerjaan. Selain ketentuan tersebut, KEK juga didukung
dengan ketersediaan infrastruktur yang andal serta badan pengelola yang
professional dengan standar Internasional. 81
Pasal 3 UU KEK mengatur mengenai KEK yang terdiri dari beberapa zona,
adapun zona-zona tersebut adalah: 82
a. pengolahan ekspor, diperuntukkan bagi kegiatan logistic dan industry yang
produksinya ditujukan untuk ekspor;
b. logistik,

diperuntukkan

bagi

kegiatan


penyimpanan,

perakitan,

penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan dan perekondisian
permesinan dari dalam negeri dan dari luar negeri;
c. industri, diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi, serta
agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun untuk perekayasaan industri yang
produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri;
d. pengembangan teknologi, diperuntukkan bagi kegiatan riset dan teknologi,
rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat
lunak serta jasa di bidang teknologi informasi;

81

Budi Santoso, Op.cit., hlm 29
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus


82

Universitas Sumatera Utara

59

e. pariwisata,

diperuntukkan

bagi

kegiatan

usaha

pariwisata

untuk


mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, pameran,
serta kegiatan yang terkait;
f. energi, diperuntukkan untuk kegiatan riset dan pengembangan di bidang
energy serta produksi dari energi alternatif, energi terbarukan, dan energi
primer
g. ekonomi lain, diperuntukkan untuk kegiatan lain yang ditetapkan dewan
nasional, dapat berupa zona industri kreatif dan zona olahraga
Apabila diperlukan, di dalam kawasan ekonomi khusus dapat pula
dibangun fasilitas pendukung 83 dan perumahan bagi para pekerja, 84 dan juga
disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi,
baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang
berada di dalam KEK. 85
Berdasarkan desk study konsep pengembangan kawasan di Indonesia
dengan benchmarking di KEK di negara lain untuk melihat perbandingan tipe
kawasan ekonomi dengan berbagai variannya telah dirumuskan persyaratan pokok
yang harus di penuhi, yaitu: 86
a. adanya komitmen yang kuat dari pemerintah daerah yang bersangkutan
baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota untuk
melaksanakan pengelolaan kawasan ekonomi yang telah ditetapkan serta

83

Fasilitas pendukung dijelaskan sebagai fasilitas ibadah, hotel dan rumah sakit, pendidikan dan
pelatihan
84
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 3 ayat (2)
85
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 3 ayat (3)
86
Budi Santoso, Op.cit., hlm 30

Universitas Sumatera Utara

60

dukungan aspek legal dalam pengembangan kegiatan ekonomi baik untuk
kebijakan fiskal maupun kebijakan non-fiskal;
b. sesuai dengan arahan pengembangan wilayah dalam rencana tata ruang
wilayah serta layak menurut kajian AMDAL;
c. terletak pada posisi yang strategis, yaitu dekat dengan jalur perdagangan
internasional atau berhadapan dengan alur laut Indonesia, dan layak untuk
dikembangkan secara ekonomis;
d. telah tersedia dukungan dan kapasitas dan aksesibilitas infrastruktur untuk
pengembangan ekonomi serta kemungkinan pengembangannya;
e. tersedia lahan untuk pengembangan industri dan perdagangan dengan luas
minimal 500 hektar dengan status yang jelas, serta kemungkinan untuk
diperluas di kemudian hari;
f. memiliki batas yang jelas (alam maupun buatan) dan kawasan mudah
dikontrol

keamanannya

serta

mendukung

upaya

pencegahan

penyelundupan.
Selain itu, beberapa asas yang akan menjadi pertimbangan dalam
pemilihan lokasi sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yaitu asas kepastian dan
konsistensi kebijakan, asas keadilan antar daerah dan antarwilayah, asas biaya
minimum, asas tata tertib ruang, asas komitmen pemerintahan daerah. 87

87

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

61

Berkaitan dengan kriteria pemilihan lokasi, UU KEK menetapkan beberapa
kriteria lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi kawasan ekonomi khusus,
yakni: 88
a. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung, yaitu yaitu wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan. Lebih lanjut dalam pasal 8 PP
Penyelenggaraan KEK menjelaskan Rencana tata ruang wilayah tersebut
meliputi kawasan budidaya yang peruntukkannya berdasarkan peraturan
daerah rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dapat digunakan untuk
kegiatan KEK yang diusulkan;
b. pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK,
pada pasal 9 PP Penyelenggaraan KEK dirincikan mengenai bentuk
dukungan pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota paling
sedikit meliputi:
1) komitmen mengenai rencana pemberian insentif berupa pembebasan
atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah serta kemudahan;
dan
2) pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas dan
kemudahan

88

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 4

Universitas Sumatera Utara

62

c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan Internasional 89
atau dekat dengan jalur pelayaran Internasional 90 di Indonesia atau terletak
pada wilayah potensi sumber daya alam unggulan; 91 dan
d. mempunyai batas yang jelas berupa batas alam (sungai atau laut) atau
batas buatan (pagar atau tembok), pada batas KEK harus ditetapkan pintu
keluar atau masuk barang untuk keperluan pengawasan barang yang masih
terkandung kewajiban kepabeanan.
2. Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus
Berdasarkan

kajian model

analisis

pembangunan

KEK

terhadap

perekonomian nasional, hal-hal yang melatarbelakangi pembentukan Kawasan
Ekonomi Khusus adalah: 92
a. ketimpangan pembangunan antar wilayah yang belum merata bahkan
setelah bertahun-tahun pelaksanaan Otonomi Daerah;
b. desentralisasi, peningkatan peran pemerintah daerah dan kemampuan
keuangan daerah dan negara;
c. pengembangan investasi di suatu daerah;
d. investasi membantu mendorong pertumbuhan ekonomi;
89

Perdagangan internasional adalah lokasi yang memiliki akses ke pelabuhan atau bandar udara
atau tempat lain yang melayani kegiatan perdagangan internasional, Pasal 10 ayat 1 PP Nomor 2
tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
90
Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011 menjelaskan Posisi yang dekat
dengan jalur pelayaran Internasional merupakan lokasi yang memiliki akses ke:
a. Alur Laut Kepulauan Indonesia
b. Jaringan pelayaran yang menghubnungkan antarpelabuhan internasional hub di
Indonesia dan pelabuhan internasional di Indonesia; dan
c. Jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan internasional hub dan
pelabuhan internasional dengan pelabuhan internasional di Negara lain
91
Wilayah potensi sumber daya alam unggulan merupakan lokasi yang berdekatan dengan sumber
bahan baku industry pengolahan yang dikembangkan
92
Laporan Pendahuluan Kajian Model Analisis Dampak Pembangunan KEK terhadap
Perekonomian Nasional, kerjasama antara Sekretariat Dewan Nasional KEK dengan PT Sinergi
Visi Utama, 2012, Bagian II hlm 17

Universitas Sumatera Utara

63

e. pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah yang mendorong penciptaan
lapangan kerja berbasis industri pengolahan sumber daya alam (Indonesia)
dan manufaktur;
f. penciptaan lapangan kerja mendorong peningkatan supply produk barang
dan jasa untuk ekspor pasar global;
g. peningkatan ekspor mendorong peningkatan pendapatan tenaga kerja,
peningkatan devisa Negara, peningkatan daerah dan multiplier bagi
pengembangan sektor-sektor lainnya.
Pembentukan KEK dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan
oleh UU KEK dan PP Penyelenggaraan KEK dan PP No. 100 tahun 2012 tentang
Perubahan

atas

Peraturan

Pemerintah

Nomor

2

Tahun

2011

tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut PP Perubahan
Penyelenggaraan KEK). Adapun prosedur yang harus dilalui adalah sebagai
berikut:
a. Pengusulan
Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh Badan Usaha,
pemerintah kabupaten/kota, atau pemerintah provinsi. 93 Dalam hal tertentu,
pemerintah dapat menetapkan suatu wilayah KEK yang dilakukan berdasarkan
usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. 94 Usulan tersebut juga
harus memenuhi kriteria minimal yaitu, peta lokasi pengembangan serta luas area
yang diusulkan yang terpisah dari permukiman penduduk, rencana tata ruang

93

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 4 ayat (1)
94
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 5

Universitas Sumatera Utara

64

KEK yang diusulkan dilengkapi dengan peraturan zonasi, rencana dan sumber
pembiayaan, analisis mengenai dampak lingkungan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial; dan
jangka waktu suatu KEK dan rencana strategis.
Pasal 6 PP Penyelenggaraan KEK menetapkan lokasi yang dapat
diusulkan sebagai kawasan ekonomi khusus yaitu area baru dan perluasan yang
sudah ada. Berdasarkan PP Penyelenggaraan KEK, ada beberapa lembaga yang
dapat mengusulkan KEK, yaitu:
1)

Pengusulan oleh Badan Usaha, Badan Usaha tersebut harus didirikan di
Indonesia, 95 lokasi yang diusulkan sebagai KEK oleh Badan Usaha
yaitu: Dalam satu wilayah kabupaten/kota; atau Lintas wilayah
kabupaten/kota. 96 Dalam hal pembentukan KEK diusulkan oleh Badan
Usaha usulan disampaikan melalui pemerintah provinsi setelah
memperoleh persetujuan pemerintah kabupaten/kota. 97

2)

Pengusulan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, usulan disampaikan
melalui pemerintah provinsi.

3) Pengusulan oleh Pemerintah Provinsi, usulan disampaikan setelah
mendapat persetujuan pemerintah kabupaten/kota.
4) Pengusulan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah non kementerian
harus menyampaikan usulan pembentukan KEK kepada Dewan

95

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 4 ayat (3)
96
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 4 ayat (4)
97
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 12 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara

65

Nasional secara tertulis sesuai format yang ditentukan oleh Dewan
Nasional dan ditandatangani oleh menteri/kepala lembaga pemerintah
non kementerian.
Selanjutnya usulan pembentukan KEK tersebut dilakukan secara tertulis
sesuai format yang ditentukan oleh Dewan Nasional dan ditandatangani oleh
pimpinan untuk Badan Usaha, Bupati/Walikota untuk pemerintah kabupaten/kota
dan Gubernur untuk pemerintah provinsi. 98
b. Penetapan
Konsekuensi hukum yang logis dari penetapan kawasan yang sifatnya
khusus adalah adanya keisitimewaan di dalam penentuan kebijakan yang
diberlakukan di kawasan tersebut, berupa pengecualian-pengecualian hukum yang
tidak diberikan kepada daerah-daerah lain. Kebijakan ini diantaranya kebijakan
penanaman modal yang khusus, kebijakan kepabeanan dan pelabuhan yang lebih
longgar

untuk

memudahkan

aliran

barang

dan

manusia,

kebijakan

ketenagakerjaan yang lebih longgar disesuaikan dengan tujuan untuk menarik
investor sebanyak-banyaknya ke wilayah ini. 99
Pemerintah mempunyai peran yang sentral dalam upaya penetapan dan
penentuan daerah berusaha perusahaan penanaman modal di tanah air, tentunya
pemerintah akan menunjukkan daerah-daerah yang mempunyai kelayakan dengan
maksud

pembangunan

perusahaan-perusahaan

yang

bersangkutan

dalam

pengertian penetapan oleh pemerintah tersebut tidak hanya mendasarkan pada

98

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 4 ayat (2)
99
Lilis Mulyani, Op.cit,hlm 51

Universitas Sumatera Utara

66

salah satu aspek saja, tetapi juga terhadap beberapa aspek, misalnya aspek
kemanusiaan, aspek sosial, aspek ekonomis, aspek politik, dan teknisnya. 100
Proses Penetapan KEK diatur dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 9 UU
KEK Bab III tentang Penetapan KEK sebagaimana diatur dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 29. Penetapan KEK ditentukan oleh suatu Dewan Nasional. Dewan
Nasional

adalah

dewan

yang

dibentuk

di

tingkat

nasional

untuk

menyelenggarakan KEK. 101
Berdasarkan Pasal 7 UU KEK, Dewan Nasional dapat menyetujui atau
menolak usulan pembentukan KEK setelah melakukan pengkajian atas usulan
yang telah diajukan, pengkajian tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak diterimanya dokumen usulan secara
lengkap, Dewan Nasional melakukan kajian atas usulan terhadap pemenuhan
kriteria lokasi KEK dan kebenaran dan kelayakan isi dokumen yang
dipersyaratkan.
Atas dasar hasil kajian tersebut, selanjutnya Dewan Nasional memutuskan
untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan KEK yang dilakukan dalam
sidang Dewan Nasional. Apabila Dewan Nasional menyetujui pembentukan KEK
selanjutnya Dewan Nasional mengajukan rekomendasi pembentukan KEK kepada
Presiden disertai dengan rancangan Peraturan Pemerintah tentang penentapan
suatu lokasi sebagai KEK untuk ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Apabila usulan pembentukan KEK ditolak, penolakan disampaikan

100

Dhaniswara K. Harjono,Op.Cit.,hlm 133
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Pasal 1 angka 3 UU Nomor 39 tahun 2009

101

Universitas Sumatera Utara

67

secara

tertulis

kepada

pengusul disertai dengan

alasan. 102

Selanjutnya

pembentukan KEK ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yang antara lain
mengatur tentang penetapan batas luar kawasan, zona yang ada di dalam KEK,
dan luas area KEK.
c. Pembangunan KEK
Kesuksesan suatu pembangunan Ekonomi tentu disokong oleh faktor
pembiayaan, untuk itu perlu diatur mengenai sumber-sumber pembiayaan dalam
rangka pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus, sehingga KEK dapat
menjalankan fungsinya sebagaimana termaktub dalam tujuan pendirian KEK
tersebut, yakni menarik investasi, menghasilkan produk-produk ekspor yang
dihasilkan oleh perusahaan yang beroperasi di KEK. 103 Adapun pembangunan
KEK dibiayai dibiayai oleh:
1) badan usaha;
2) kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota dengan badan usaha;
3) anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah; dan/atau
4) sumber lain yang sah sesuai dengan ketentua peraturan perundangundangan.
Berdasarkan pasal 30 PP Penyelenggaraan KEK, Pembangunan KEK
meliputi kegiatan, pembebasan tanah untuk lokasi KEK dan Pelaksanaan
pembangunan fisik KEK. Pembebasan tanah untuk lokasi KEK, dilakukan oleh:
1) badan usaha dalam hal KEK diusulkan oleh Badan Usaha, dalam hal
Badan usaha tersebut berbentuk koperasi atau swasta, kepada badan
102

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 28
103
Darwin Syamsulbahri, Maxensius Tri Sambodo dan Teddy Lesmana, Peluang, Tantangan dan
Prakondisi bagi Program KEK:Studi Kasus Kota Batam, dalam Buku Quo Vadis Kawasan
Ekonomi Khusus (Jakarta:Rajawali Press, 2010) hlm 111

Universitas Sumatera Utara

68

usaha diberikan hak atas tanah berupa hak guna bangunan, namun
dalam hal tanah untuk lokasi KEK dibebaskan oleh BUMN, BUMD,
pemerintah

provinsi,

pemerintah

kabupaten/kota,

atau

kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, kepala BUMN,
BUMD,

pemerintah

provinsi,

pemerintah

kabupaten/kota,

atau

kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dapat diberikan hak
atas tanah berupa hak pakai dan hak pengelolaan;
2) pemerintah provinsi dalam hal KEK diusulkan oleh pemerintah
provinsi;
3) pemerintah kabupaten/kota dalam hal KEK diusulkan oleh pemerintah
kabupaten/kota;
4) kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dalam hal KEK
diusulkan oleh lembaga pemerintah non kementerian.
Setelah adanya penetapan oleh pemerintah untuk dibentuknya KEK,
selanjutnya pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota menetapkan
badan usaha untuk membangun KEK sesuai dengan peraturan perundangundangan. 104
Namun dalam hal usulan berasal dari Badan usaha, pemerintah provinsi
atau pemerintah kabupaten/kota dapat menunjuk langsung Badan pengusul untuk
membangun KEK sesuai dengan kewenangannya masing-masing, yakni:
Pemerintah provinsi dalam hal lokasi KEK berada pada lintas wilayah
kabupaten/kota; atau Pemerintah kabupaten/kota dalam hal lokasi KEK berada
104

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Pasal 10 jo. Pasal 33A Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2012

Universitas Sumatera Utara

69

dalam satu wilayah kabupaten/kota. 105 Dalam jangka waktu paling lama 90
(Sembilan puluh) hari sejak diundangkannya Peraturan tentang KEK yang
dimaksud, selanjutnya penetapan badan usaha tersebut sekaligus menetapkan pula
badan usaha tersebut sebagai Badan Usaha Pengelola KEK, 106 hal ini tentu
membawa akibat hukum dalam rangka pembiayaan berdasarkan ketentuan pasal
33A ayat (3) bahwa Badan usaha yang ditetapkan untuk membangun KEK
bertanggung jawab atas pembiayaan KEK.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 35 PP Perubahan atas PP
Penyelenggaraan KEK dinyatakan bahwa Badan Usaha tersebut melaksanakan
pembangunan KEK dan pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian dengan
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. Adapun isi dari perjanjian
tersebut

diantaranya:

lingkup

pekerjaan;

jangka

waktu; 107

penyelesaian

perselisihan; pemutusan atau pengakhiran perjanjian.
Berdasarkan Pasal 34 P PP Perubahan atas PP Penyelenggaraan KEK
terjadi perubahan isi pasal dari Peraturan pemerintah sebelumnya yaitu mengenai
pembangunan fisik KEK yang ditetapkan atas usulan pemerintah kabupaten/kota
dimana ketentuan pasal tersebut menjadi sebagai berikut: 108

105

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 33 A ayat (1)
106
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 33 A ayat
(2)
107
Yang dimaksud dengan jangka waktu adalah dalam ketentuan ini tidak melebihi batas waktu 3
(tiga) tahun setelah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus, Penjelasan Pasal 35 PP No. 100 Tahun
2012
108
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 34

Universitas Sumatera Utara

70

(1) Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan pemerintah
kabupaten/kota, penetapan Badan Usaha untuk membangun KEK
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota secara terbuka dan
transparan berdasarkan:
a. Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam hal pembangunan KEK dibiayai
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota;
b. Ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan
pemerintah ini dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
kerjasama pemerintah kabupaten/kota dengan Badan Usaha
(2) Dalam penetapan Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, Badan Usaha ditetapkan sebagai pembangun sekaligus
ditetapkan sebagai Badan Usaha Pengelola.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan pasal 35A ayat (1) dalam hal
melaksanakan pembangunan KEK berdasarkan Badan Usaha tersebut terlebih
dahulu mengadakan perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah. 109 Lebih lanjut
dalam kaitannya dengan ayat (2) Pasal 34, pelaksanaan pembangunan dan
pengelolaan

KEK

didasarkan

dengan

adanya

perjanjian 110

dengan

kabupaten/kota 111
Perubahan selanjutnya terdapat di antara Pasal 34 dan Pasal 35 PP
Perubahan atas PP Penyelenggaraan KEK disisipkan 2 (dua) Pasal yakni Pasal
34A yang mengatur tentang penetapan Badan Usaha KEK yang ditetapkan atas
usulan pemerintah provinsi dan Pasal 34B tentang penetapan Badan Usaha KEK
109

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang
dibiayai dengan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang diadakan secara swakelola
maupun oleh penyedia barang dan jasa. Sri Nirmala, Tinjauan Hukum Kontrak Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah dari Perspektif Kenotariatan,Tesis Magister Kenotariatan FH UI, 2009, hlm
35
110
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian
adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum. Teori baru tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata,
tetapi juga harus dilihat perbuatanperbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. Salim,
Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta:Sinar Grafika, 2002, hlm 161
111
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 35A ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

71

yang ditetapkan atas usulan Lembaga pemerintah non kementerian. Adapun Pasal
34A tersebut berbunyi: 112
(1) Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan pemerintah
provinsi, penetapan Badan Usaha untuk membangun KEK dilakukan
oleh pemerintah provinsi secara terbuka dan transparan berdasarkan:
a. ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam hal pembangunan KEK dibiayai
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi; atau
b. ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah ini dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
kerjasama pemerintah provinsi dengan Badan Usaha.
(2) Dalam hal penetapan Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, Badan Usaha pembangun sekaligus ditetapkan sebagai
Badan Usaha pengelola.
Sama halnya seperti proses pada Badan Usaha yang ditetapkan oleh
kabupaten/kota, dalam pelaksanaan pembangunan KEK dilakukan dengan adanya
perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah, 113 kemudian dalam hal pelaksanaan
pembangunan dan pengelolaan KEK didasarkan pada perjanjian dengan
pemerintah provinsi. 114
Pasal 34B, yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Dalam
hal
KEK
yang
ditetapkan
merupakan
usulan
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, penetapan Badan
Usaha untuk membangun KEK dilakukan oleh kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian secara terbuka dan transparan
berdasarkan:
a. ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam hal pembangunan KEK dibiayai
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; atau
112

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 34A
113
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 35B ayat (1)
114
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 35 B ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

72

b. ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah ini dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
kerjasama kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
dengan Badan Usaha.
(2) Dalam hal penetapan Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, Badan Usaha pembangun sekaligus ditetapkan sebagai
Badan Usaha pengelola.
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatur mengenai dasar
pelaksanaan pembangunan KEK yaitu atas dasar perjanjian pengadaan barang/jasa
dengan pemerintah, 115 selanjutnya badan usaha yang berasal dari penetapan
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian harus didasarkan dengan
adanya suatu perjanjian sehubungan dengan ditetapkannya Badan Usaha sebagai
pembangun dan pengelola KEK 116.
Setelah adanya penetapan Badan Usaha tersebut, dalam rangka
mewujudkan transparansi dalam pembangunan fisik KEK, diatur mengenai
kewajiban bagi Badan Usaha yang melaksanakan pembangunan KEK untuk
menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan pembangunan 117 kepada
pemerintah provinsi, kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian setiap 12 (dua belas) bulan, menyampaikan laporan status kesiapan
KEK dalam jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan sejak KEK ditetapkan agar
dapat dinyatakan siap operasi oleh Dewan Nasional 118 melalui Dewan

115

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,
Pasal 35B ayat (1)
116
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 35C ayat (2)
117
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 36
118
Dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk mengadakan KEK, Pasal 1 angka 2 PP No. 2
Tahun 2010

Universitas Sumatera Utara

73

Kawasan 119. Berdasarkan laporan yang disampaikan tersebut selanjutnya Dewan
Nasional akan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan KEK
setiap tahun dimana hasilnya akan disampaikan kepada pengusul untuk
ditindaklanjuti.
Upaya percepatan peningkatan penanaman modal melalui pengembangan
kawasan ekonomi khusus dibuktikan melalui Pasal 12 ayat (1) UU KEK bahwa
KEK harus siap beroperasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak
ditetapkan. Apabila setelah 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan KEK belum beroperasi,
maka Dewan Nasional: 120
1) melakukan perubahan atas usulan sebelumnya;
2) memberikan perpanjangan waktu paling lama 2 (dua) tahun; apabila
setelah perpanjangan waktu KEK belum siap beroperasi oleh karena
force majeur 121 atau bukan karena kelalaian, atas dasar pertimbangan
dari Dewan Kawasan kepada Dewan Nasional dapat diberikan
perpanjangan waktu 30 (tiga puluh hari) hari kerja sejak berakhirnya
jangka

waktu

perpanjangan. 122

Selanjutnya

Dewan

Nasional

119

Dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu Dewan Nasional dalam
penyelenggaraan KEK, Pasal 1 angka 3 PP No 2 tahun 2012
120
Pasal 38 PP No. 2 Tahun 2011
121
Berdasarkan rumusan pasal 1244-1245BW, 1444-1445BW, dapat disimpulkan bahwa force
majeur; overmacht merupakan peristiwa yang tidak terduga yang terjadi di luar kesalahan debitur
setelah penutupan kontrak yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, sebelum ia
dinyatakan lalai karenanya tidak dapat dipersalahkan serta tidak menanggung risiko atas kejadian
tersebut. Dalil adanya overmacht harus memenuhi syarat, bahwa:
a. Pemenuhan prestasi terhalang atau tercegah;
b. Terhalangnya pemenuhan prestasi tersebut di luar kesalahan debitor;
c. Peristiwa yang menyebabkan terhalangnya prestasi tersebut merupakan risiko
debitor.
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian:Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial (Jakarta:Kencana, 2010) hlm 271-272
122
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 39

Universitas Sumatera Utara

74

melakukan evaluasi atas pertimbangan tersebut dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari kerja untuk menilai kelayakan dioperasikannya KEK,
adapun hasil evaluasi tersebut, adalah sebagai berikut: 123
a) memberikan perpanjangan waktu pembangunan KEK; perpanjangan
waktu pembangunan adalah untuk jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun dan apabila jangka waktu tersebut KEK belum dapat
juga beroperasi, Dewan Nasional mengajukan usulan pencabutan
penetapan KEK kepada Presiden disertai dengan Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang pencabutan peraturan pemerintah
tentang penetapan suatu lokasi sebagai KEK 124.
b) menyampaikan usulan pencabutan penetapan KEK kepada Presiden
disertai dengan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang penetapan
suatu lokasi sebagai KEK
d. Pengelolaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 42 PP Penyelenggaraan KEK, dinyatakan
bahwa pengelolaan KEK dilakukan oleh:
1) Administrator KEK
Pengaturan mengenai Administrator terdapat dalam Pasal 43 PP No. 2
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus yang

123

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 40
124
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 41

Universitas Sumatera Utara

75

menyatakan Administrator dalam pengelolaan KEK dibentuk oleh Dewan
Kawasan. Adapun tugas dari Administrator ini adalah sebagai berikut: 125
a) Memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi Pelaku
Usaha untuk mendirikan, menjalankan,dan mengembangkan usaha
di KEK. Pemberian izin tersebut dilakukan melalui PTSP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
penanaman modal.
b) Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK
yang dilakukan oleh Badan Usaha pengelola KEK.
c) Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan
incidental kepada Dewan Kawasan setiap 6 (enam) bulan sekali.
Berkaitan dengan fungsi Administrator untuk memberikan izin, perlu
dikaji mengenai keberadaan PTSP 126 di Kawasan Ekonomi Khusus. PTSP di KEK
diselenggarakan

oleh

Admnistrator,

kewenangan

Administrator

untuk

melaksanakan PTSP tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dibidang penanaman modal. Selanjutnya berdasarkan Pasal
44, dalam menyelenggarakan PTSP di KEK Administator terlebih dahulu
mendapatkan pendelegasian wewenang dari menteri/kepala lembaga pemerintah

125

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 43
126
PTSP yaitu pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal merupakan kebijakan
yang diperintahkan oleh UUPM. PTSP dimaksudkan untuk membantu penanam modal dalam
memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiscal dan informasi mengenai penanaman modal.
Dalam UU tersebut, PTSP diartikan sebagai kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non
perizinan yang mendapat pendelegasian wewenang dari instansi yang memiliki kewenangan yang
proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen
yang dilakukan dalam satu tempat. Hendrawan Sembiring, Asas Perlakuan yang sama dalam
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal, Skripsi Fakultas Hukum
USU, Medan, 2014, hlm 75-76

Universitas Sumatera Utara

76

non kementerian, gubernur, atau bupati/walikota sebagai pihak yang memiliki
kewenangan atas perizinan, fasilitas dan kemudahan yang ditetapkan dengan
melalui peraturan menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur,
atau walikota, selanjutnya pihak yang berhak mengeluarkan perizinan, fasilitas
dan kemudahan di KEK dapat menunjuk penghubung dengan administrator.Atas
dasar pendelegasian wewenang dari menteri/kepala lembaga pemerintah non
kementerian, gubernur, atau bupati/walikota yang memiliki kewenangan
perizinan, fasilitas dan kemudahan yang dilaksanakan dapat menetapkan jenisjenis perizinan, fasilitas, dan kemudahan dalam suatu peraturan menteri/kepala
lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, bupati/walikota di KEK. 127
Ketentuan tersebut juga sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam
Bagian Keenam tentang PTSP di KEK dalam Pasal 9 Peraturan Kepala BKPM
Nomor 15 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
Nonperizinan Penanaman Modal, yang menyatakan,
“Penyelenggara PTSP di bidang Penanaman Modal yang berlokasi di KEK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf e dilakukan
berdasarkan pelimpahan atau pendelegasian kewenangan dari
Menteri/Kepala LPNK, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Lebih lanjut berdasarkan ketentuan Pasal 45 ditegaskan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan PTSP di KEK, menteri/kepala lembaga pemerintah non
kementerian, gubernur, bupati/walikota yang memiliki kewenangan perizinan,
fasilitas dan kemudahan menetapkan jenis-jenis perizinan, fasilitas dan
kemudahan yang berlaku bagi kawasan tersebut dimana untuk mendapatkan setiap
127

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 44

Universitas Sumatera Utara

77

jenis perizinan, fasilitas dan kemudahan tersebut harus menempuh tata cara yang
tertuang dalam bentuk petunjuk teknis yang meliputi persyaratan teknis dan
nonteknis, tahapan memperoleh perizinan, fasilitas dan kemudahan; dan
mekanisme pengawasan dan sanksi.
Tata cara perizinan, fasilitas dan kemudahan ditentukan untuk dapat
mengutamakan penyederhanaan tanpa mengurangi faktor keselamatan, keamanan,
kesehatan, dan perlindungan lingkungan dari kegiatan penanaman modal,
mengacu pada standar yang ditetapkan oleh lembaga/instansi yang berwenang.
Dalam menetapkan jenis dan tata cara perizinan, fasilitas dan kemudahan kepada
menteri/kepala

lembaga

pemerintah

non

kementerian,

gubernur,

atau

bupati/walikota berkoordinasi dengan lembaga/instansi terkait. Pelaksanaan dan
pembinaan PTSP di KEK dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang penanaman modal. 128
2) Badan Usaha Pengelola
Selain Administrator, Badan Usaha Pengelola berdasarkan Pasal 47 PP
Penyelenggaraan KEK bertugas menyelenggarakan usaha KEK. Badan Usaha
pengelola tersebut berbentuk: BUMN/BUMD, Badan Usaha Koperasi, Badan
Usaha Swasta atau Badan Usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan
Pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau kabuparen/kota.
Badan Usaha tersebut ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan
KEK dan paling lambat sebelum KEK dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan
Nasional, namun ketentuan tersebut tidak berlaku bagi KEK yang diusulkan oleh
128

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 45

Universitas Sumatera Utara

78

Badan Usaha yang penetapannya sebagai badan usaha pengelola dilakukan
bersamaan dengan penetapan badan usaha pembangunan KEK (Pasal 33A ayat
(2)) dan KEK yang dilakukan dengan mekanisme kerjasama antara pemerintah
dengan badan usaha (Pasal 34 ayat (2), Pasal 34A ayat (2), Pasal 34B ayat (2)).
e. Evaluasi pengelolaan KEK
Berkaitan tugas Administrator pada pasal 43 ayat (2) huruf c untuk
menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dalam jangka waktu
6 bulan sekali, atas dasar itu laporan tersebut Dewan Kawasan akan melakukan
Evaluasi Pengelolaan KEK. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya akan disampaikan
kepada Administrator dan Dewan Nasional, 129 berkaitan dengan adanya
Perubahan atas PP Penyelenggaraan KEK mengalami perubahan, penyisipan dan
penambahan terhadap ketentuan pasal 52 dan Pasal 53. Adapun ketentuan Pasal
52 tersebut mengatur tentang hasil evaluasi yang dilakukan oleh Dewan Kawasan
yang akan dilakukan penilaian oleh Dewan Nasional, pasal tersebut memberikan
kewenangan kepada Dewan Nasional untuk melakukan penilaian terhadap
operasionalisasi KEK. Bentuk-bentuk penilaian yang dimaksud berupa:
1) arahan kepada Dewan Kawasan untuk peningkatan kinerja KEK;
2) pemantauan terhadap operasionalisasi KEK;
3) rekomendasi mengenai langkah tindak lanjut operasionalisasi KEK,
berupa:
a) pemutusan perjanjian pengelolaan KEK dalam hal Badan Usaha
pengelola ditetapkan sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (3) yang
129

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 50

Universitas Sumatera Utara

79

disampaikan kepada Dewan Kawasan apabila Badan Usaha, tidak
memenuhi

standar

kinerja,

dinyatakan

pailit,

melakukan

penyimpangan dari kegiatan usaha selain dari izin yang diberikan,
memohon berhenti sebagai badan usaha pengelola KEK;
b) perbaikan manajemen operasional KEK dalam hak Badan Usaha
pengelola apabila badan usaha tidak memenuhi standar kinerja
pelayanan; dan/atau melakukan kegiatan yang menyimpang dari
izin usaha dan izin lain yang diberikan.
c) pengusulan pencabutan penetapan KEK, disampaikan oleh Dewan
Nasional kepada Presiden, apabila dalam pengoperasian KEK, tidak
dilakukan perbaikan manajemen operasional, terjadi dampak negatif
skala luas terdapat lingkungan disekitarnya, menimbulkan gejolak
sosial ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya; dan/atau terjadi
pelanggaran hukum di KEK.
Berdasarkan ketentuan Pasal 53 diatur mengenai akibat hukum dari
pencabutan badan usaha sekaligus perintah kepada pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, lembaga pemerintah non kementerian untuk segera
menetapkan badan usaha pengelola yang baru paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja setelah pencabutan badan usaha pengelola sesuai dengan ketentuan
sebagaimana tercantum dalam lampiran PP Perubahan atas PP Penyelenggaraan
KEK. Sementara itu untuk mengisi kekosongan pengelolaan akan dilakukan oleh
pemerintah provinsi/kabupaten/kota atau lembaga pemerintah non kementerian,

Universitas Sumatera Utara

80

namun dalam hal belum adanya penetapan badan usaha pengelola KEK yang
baru, tugas tersebut kemudian dilakukan oleh Administrator KEK.
Program KEK apabila ditinjau dari salah satu filosofi pembangunan
Nasional yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya terkesan program
programatis dan instan karena program KEK diarahkan pada daerah yang bukan
hanya memiliki potensi untuk dikembangkan perekonomiannya, namun juga telah
memiliki infrakstruktur pendukung kegiatan ekonomi. Dengan demikian jelas
bagi kita bahwa KEK tidak akan pernah dibangun di daerah yang masih terbatas
pembangunan sarana dan prasarananya, sehingga KEK tidak dapat diharapkan
untuk mendorong pembangunan daerah yang masih belum maju. Jelasnya KEK
akan nimbrung didaerah yang telah maju dan berkembang pesat dan didukung
sarana dan prasarana yang relatif maju. 130
Saat ini, Indonesia memiliki 8 Kawasan Ekonomi Khusus yang masingmasing memiliki keunggulan dari sisi geostrategis dan geoekonomi sehingga pada
akhirnya ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus oleh Pemerintah
berdasarkan peraturan pemerintah dengan harapan dapat menjadi penggerak
perekonomian melalui pengembangan kawasan ekonomi khusus, adapun
kedelapan Kawasan tersebut, yaitu:
1) Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei (Sumatera Utara) berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012;
2) Kawasan Ekonomi Tanjung Lesung (Banten) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012;
130

Laporan Pendahuluan Kajian Model Analisis Dampak Pembangunan KEK terhadap
Perekonomian Nasional, kerjasama antara Sekretariat Dewan Nasional KEK dengan PT SInergi
Visi Utama, 2012, Bagian II hlm 21

Universitas Sumatera Utara

81

3) Kawasan Ekonomi Khusus Palu (Sulawesi Tengah) berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014;
4) Kawasan Ekonomi Khusus Bitung (Sulawesi Utara) berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014;
5) Kawasan Ekonomi Khusus Morotai (Maluku Utara) berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014;
6) Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api (Sumatera Selatan)
berdasarkan Pearturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2014;
7) Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika (Nusa Tenggara Barat)
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2014;
8) Kawasan Ekonomi Khusus MBTK (Maloy Batuta Trans Kalimantan,
Kalimantan Timur) berdasarkan PP No. 85 tahun 2014.
B. Peran Pemerintah dalam Kawasan Ekonomi Khusus
“Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal
tersendiri di Kawasan Ekonomi Khusus”, demikian bunyi pasal 31 ayat (2) UU
Penanaman

Modal

Indonesia.

Ketentuan

pasal

tersebut

mengisyaratkan

pentingnya peran pemerintah dalam suksesnya pemberlakuan status kawasan
ekonomi khusus. Berkaitan dengan peran pemerintah dalam pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus, paling tidak ada 6 (karakteristik) utama yang dimiliki
Model KEK yang dikembangkan di Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu: 131
1. Lokasi KEK yang memiliki akses yang prima terhadap sarana transportasi,
khususnya transportasi laut dan udara;
131

Syarif Hidayat, Peran Pemerintah dan Relasi Kewenangan dalam Penyelenggaraan KKE:Studi
Kasus Batam,dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, Jakarta:Rajawali Press, hlm 91

Universitas Sumatera Utara

82

2. Infrastruktur pendukung tersedia dengan baik;
3. Adanya komitmen politik yang kuat dari pemerintah dalam memberikan
kelonggaran perizinan dan perpajakan
4. Tersedianya tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan dengan upah yang
relatif murah;
5. Adanya sistem pelayanan administrasi public yang efisien; dan
6. Hadirnya iklim politik dan ekonomi yang relatif stabil
Enam karakteristik utama dari KEK diatas, sejatinya secara tidak langsung
telah mengindikasikan tentang peran pemerintah, baik pada tahap persiapan
maupun pada tahap pengelolaan KEK. Dikatakan demikian karena untuk
memenuhi sejumlah kriteria KEK tersebut, tidak dapat dihindari, pasti
menghendaki “sentuhan” peran pemerintah.
Di China, keterlibatan pemerintah dalam KEK, mulai dari pemilihan dan
penetapan lokasi sampai dengan pembangunan infrastruktur pendukung yang
dibutuhkan, serta dalam penetapan berbagai peraturan perundang-undangan
(regulasi) untuk memberikan kemudahan-kemudahan kepada investor. Hanya
menyebut contoh, pada saat persiapan KEK di Shenzen, pemerintah China harus
melakukan investasi lebih kurang US$ 265 juta guna membangun sarana
infrastruktur dimana hanya satu per tiga dari total investasi tersebut berasal dari
kontribusi pihak investor multinasional, China telah mengeluarkan sejumlah
kelonggaran regulasi, antara lain dalam bentuk kemudahan visa, kemudahan
dalam hal rekrutmen tenaga kerja dan sistem pengupahan, memperkerjakan staf

Universitas Sumatera Utara

83

teknis dan administrasi asing serta kemudahan dalam perolehan lahan untuk lokasi
kegiatan usaha 132.
Bahkan lebih jauh dari pada itu, dalam upaya untuk meyakinkan para
investor multinasional, maka pemerintah China pun telah mengintrodusir
sejumlah formula pembiayaan, yang kemudian disebut sebagai financial
participation. Formula ini meliputi, antara lain sole proprietorship, joint venture,
co-operation production dan intermediate processing and compensation trade. 133
Selain berperan dalam pembangunan infrastruktur pendukung KEK dan
penetapan sejumlah regulasi primer seperti dikemukakan diatas pemerintah di
China (khususnya pemerintah daerah) juga berperan dalam menetapkan sejumlah
regulasi suplementer. Satu diantaranya adalah peraturan daerah tentang
manajemen ketenagakerjaan. Dalam kaitan ini diatur bahwa hubungan antara
pemilik perusahaan dan para pekerja didasarkan atas kontrak. Oleh karena itu,
maka pihak pengusaha memiliki hak penuh untuk mempekerjakan dan
memberhentikan para buruh sesuai kepentingan perusahaan. 134 Bagi perusahaanperusahaan di lokasi KEK hanya dikenakan pajak penghasilan (PPn) sebesar 15%
sementara pajak penghasilan (PPh) bagi perusahaan-

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

3 26 125

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

5 47 148

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 2 23

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 30

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 5

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 8

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 15