Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

24

BAB II
KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL INDONESIA

A. Asas, Manfaat dan Tujuan Penanaman Modal Indonesia
1. Asas-asas penanaman modal
Paul Scholten dalam risalahnya, Rechts-beginselen menyatakan bahwa
asas-asas hukum itu adalah “tendensi-tendensi yang disyaratkan kepada hukum
oleh paham kesusilaan kita (tendenzen, welke ons zedelijk oordeel aan het recht
stelt). H.J. Hommes dalam “Algemene rechts-beginselen voor de praktijk”
berpendapat bahwa asas-asas hukum yang konkrit, melainkan perlu dipandang
sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk (rishtnoer) bagi hukum yang berlaku 38.
Menurut Eikemma Hommes, asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma
hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu
berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain asas hukum ialah
dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
Sebagai

hukum positif


Indonesia,

UU

Penanaman

Modal

juga

mengandung asas hukum yang menjadi pedoman atas kaidah hukum yang
tertuang dalam pasal-pasal dalam Undang-undang tersebut. Adapun asas-asas
hukum tersebut adalah: 39

38

O. Notohamidjojo, Soal-soal pokok Filsafat Hukum (Salatiga:Griya Media, 2011) hlm
23
39

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Penjelasan Pasal 3 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara

25

a. asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam
setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
b. asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
kegiatan penanaman modal
c. asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil

akhir

dari


penyelenggaraan

penanaman

modal

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas
perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan
penanam modal dari negara asing lainnya
e. asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam
modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
f. asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan
penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam
usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing
g. asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk


Universitas Sumatera Utara

26

menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,
baik untuk masa kini maupun yang akan datang
h. asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang
dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan
dan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup
i. asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan
tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup
diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi
j. asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas
yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional
2. Manfaat penanaman modal
Hadirnya Investor dalam kegiatan penanaman modal di suatu negara
diharapkan dapat membawa manfaat bagi pembangunan ekonomi di suatu negara,
baik penanaman modal yang dilakukan oleh investor asing maupun investor

dalam negeri. Namun beberapa literatur mencatat bahwa manfaat penanaman
modal asing selalu menjadi pembahasan utama mengingat bahwa kegiatan
penanaman modal asing berkaitan dengan masuknya modal asing ke dalam negeri.
Menurut Gunarto Suhardi, “Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan
dengan investasi portofolio karena investasi langsung lebih permanen.” Selain itu
manfaat investasi langsung adalah sebagai berikut: 40
a. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.

40

Sentosa Sembiring, Op.cit, hal 8

Universitas Sumatera Utara

27

b. Mempunyai kekuatan penggandaan ekonomi local.
c. Memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi.
d. Bila di produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang
dapat dirunut oleh pengusaha local di samping seketika memberikan

tambahan devisa dan pajak bagi negara.
e. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing.
f. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena baik
investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan
diberikan.
Manfaat penanaman modal asing juga dikemukakan secara sistematis oleh
William A. Fennel dan Joseph W. Tyler, serta Eric M.Burt. Manfaat tersebut
meliputi: 41
a. memberi modal kerja;
b. mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi
pasar;
c. meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor oleh
perusahaan multinasional (multinational enterprise atau MNE);
d. penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru;
e. negara penerima tidak merisaukan atau menghadapi resiko ketika PMA
yang masuk ke negerinya, ternyata tidak mendapatkan untung dari modal
yang diterimanya;

41


Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta:Rajawali Press, 2014), hlm
87

Universitas Sumatera Utara

28

f. Membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negaranegara penerima;
3. Tujuan penanaman modal
Menurut Yusnan, UU Penanaman Modal bertujuan untuk beberapa hal
diantaranya, pertama, sebagai bentuk kepastian terhadap berbagai ketidakpastian
yang terkait dengan kegiatan investasi; kedua, untuk memperbaiki image investasi
dalam negeri sehingga menjadikan Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi
produk-produk asing tetapi tempat yang layak untuk melakukan investasi dan
setidak-tidaknya dengan diterbitkannya Undang-undang ini terlihat ada respon
positif yang ditunjukkan dari angka statistic persetujuan investasi dan realisasi
investasi 42.
Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU Penanaman Modal, disebutkan mengenai
tujuan diselenggarakannya penanaman modal, antara lain:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

b. Menciptakan lapangan pekerjaan.
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
d. Meningkatkan kemajuan daya saing usaha nasional.
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.

42

Sentosa Sembiring, Op.cit., hlm 130

Universitas Sumatera Utara

29

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai
apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi,

antara lain dengan perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan
daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman
modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif
di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. 43
B. Faktor Pendorong Penanaman Modal
Berbagai studi tentang penanaman modal asing menunjukkan bahwa motif
suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara adalah mencari
keuntungan. 44 Dalam berbagai literatur dikemukakan, bahwa ada berbagai faktor
yang mempengaruhi investor asing ingin menanamkan modalnya di suatu negara.
Para ahli pada umumnya berpendapat selain faktor biaya produksi di negaranya
cukup mahal, juga ingin memperluas jaringan usaha. Menurut Sujud Margono,
motif suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara didorong oleh
berbagai faktor, antara lain:
1. Upah buruh murah
Untuk menekan biaya produksi, perusahaan negara-negara maju
melakukan investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan untuk
mendapatkan upah butuh yang murah, harapan ini didukung oleh karena
kebanyakan negara berkembang memiliki tenaga kerja yang melimpah, dengan

43


Dhaniswara. K Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2007) hlm 107
44
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta:UI Press, 2005) hlm 1

Universitas Sumatera Utara

30

tingkat upah yang jauh lebih murah dibandingkan upah buruh untuk pekerjaan
yang sama di negara-negara maju.
2. Dekat dengan sumber bahan mentah
Bahan mentah merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
produksi. Kebanyakan negara-negara maju memiliki bahan mentah yang sangat
terbatas, sedangkan negara-negara berkembang memiliki bahan mentah yang
belum dieksploitasi. Untuk itulah negara-negara maju melakukan penanaman
modal dengan memindahkan industrinya ke negara-negara berkembang.
3. Menemukan pasar yang baru

Negara-negara maju berusaha menanamkan modal di negara lain dengan
tujuan untuk menjaga pasar hasil produksinya. Berkaitan dengan upaya
menemukan pasar yang baru, paling tidak ada 3 (tiga) alasan mengapa investor
datang ke suatu negara, yaitu: 45
a. mengamankan komoditi ekspor dan mengambil keuntungan dari
rendahnya upah buruh dalam menghasilkan produk-produk teknologi yang
rendah;
b. memperoleh akses terhadap pasar konsumen yang lebih besar;
c. mengambil keuntungan sendiri dari struktur sosial, politik dan ekonomi
yang unik yang tidak mudah ditiru oleh orang lain.
4. Royalti dari alih teknologi
Penanaman modal asing, seringkali diikuti dengan alih teknologi. Negara
investor akan mendapatkan keuntungan dari proses transfer teknologi melalui

45

Sentosa Sembiring, Op.cit, hlm 23

Universitas Sumatera Utara

31

penjualan hak merek, paten, rahasia dagang, desain industry. Transfer teknologi
meliputi product, production process, machinery.
5. Penjualan bahan baku dan suku cadang
Investor asing juga dapat memperoleh keuntungan dari penjualan bahan
baku. Hal ini terkait dengan ciri negara berkembang yaitu belum dapat
memproduksi bahan baku yang memadai yang dapat dijadikan barang jadi,
sehingga penjualan suku cadang di negara berkembang menjadi suatu hal yang
menguntungkan bagi investor, misalnya penjualan suku cadang di bidang industry
otomotif.
6. Fasilitas dan Insentif
Pemberian Fasilitas dan insentif merupakan salah satu daya tarik investor
dalam menanamkan modalnya
Faktor pendorong terjadinya penanaman modal yang telah disebutkan
diatas hanya dapat terjadi apabila didukung oleh keadaan di negara tujuan
investasi sekaligus sebagai faktor penarik terjadinya penanaman modal. Menurut
Erman Rajagukguk, untuk bisa mendatangkan investor setidak-tidaknya
dibutuhkan tiga syarat yang harus dimiliki oleh suatu negara, yaitu: 46
1. Syarat adanya kesempatan ekonomi (Economic Opportunity)
Untuk menarik modal asing dibutuhkan adanya kesempatan ekonomi bagi
investor, seperti dekat dengan sumber daya alam, tersedia bahan baku,
ketersediaan lokasi untuk mendirikan pabrik yang cukup, tersedianya tenaga kerja

46

Erman Rajagukuguk, Op cit, hlm 40

Universitas Sumatera Utara

32

murah dan tersedianya pasar yang prospektif. 47 David Ricardo berdasarkan Teori
Keunggulan Komparatif menyebutkan bahwa keunggulan komparatif adalah
keunggulan relatif suatu barang dalam perdagangan internasional yang diukur
berdasarkan ratio nilai tukar suatu barang terhadap barang lain yang diproduksi
suatu negara dibandingkan dengan nilai tukar barang-barang yang sama yang
diproduksi negara lainnya 48. Hal tersebutlah yang mendasari suatu negara
melakukan kegiatan perdagangan Internasional dan Investasi.
Ditinjau dari aspek ekonomi, Indonesia secara umum masih memiliki
keunggulan komparatif dan alamiah mengingat Indonesia adalah negeri yang
sangat luas dengan diberkahi kelimpahan kekayaan alam, selanjutnya jumlah
penduduk yang sangat besar juga berpotensi membentuk pasar dan potensi tenaga
kerja yang murah. 49
2. Syarat stabilitas politik (political stability)
Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk
menanamkan modalnya ke suatu negara adalah kondisi politik di negara tujuan
investasi, apakah kondisi politiknya stabil atau tidak. Sebab dengan tidak adanya
kestabilan politik sulit untuk memprediksi kebijakan apa yang akan diambil oleh
pemerintah yang berkaitan dengan dunia usaha 50

47

Ibid.
http://www.ilmuekonomi.net/2015/11/pengertian-keunggulan-komparatif-keunggulan-absolutperdagangan-internasional-beserta-teorinya-menurut-pata-ahli.html (diakses pada 3 Februari 2016
pukul 11:34).
49
Erman Rajagukguk, Op.cit, hlm 41
50
Sentosa Sembiring, Op.cit, hlm 27
48

Universitas Sumatera Utara

33

3. Syarat kepastian hukum (legal certainty)
Hukum mempunyai peranan dalam perkembangan ekonomi, dengan
menyediakan infrastruktur hukum yang memungkinkan bagi berfungsinya sistem
ekonomi. Infrastruktur hukum ini, tidak hanya berupa seperangkat kaidah, tetapi
meliputi pula lembaga dan proses mewujudkan berlakunya kaidah tersebut dalam
kenyataan 51.
Untuk mewujudkan sistem hukum yang mampu mendukung iklim
investasi diperlukan aturan yang jelas mulai dari izin untuk usaha sampai dengan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan perusahaan. Kata
kunci untuk mencapai kondisi ini adalah adanya penegakan supresmasi hukum
(rule of law) 52. Dengan menciptakan certainty (kepastian), Fairness (keadilan),
dan efficiency (efisien) diharapkan mampu memulihkan kepercayaan investor
asing untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia.
C. Kebijakan Dasar Penanaman Modal Indonesia
Berdasarkan Bab III Pasal 4 UU Penanaman modal menyatakan bahwa
Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:
1. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman
modal untuk penguatan daya saing perekonomian; dan
2. mempercepat peningkatan penanaman modal
Namun dalam menetapkan kebijakan dasar tersebut, pemerintah harus
memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:

51

Abdul wahid, “Hukum dan Perkembangan Ekonomi”, dalam Jurnal Arena Hukum, Nomor 9
Tahun 1999, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, hlm 23
52
Erman Rajagukguk, Op.cit, hlm 51

Universitas Sumatera Utara

34

1. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional,
bahwa pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal
yang telah menanamkan modalnya di Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya
kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
3. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi..
Untuk mewujudkan hal tersebut, berdasarkan Pasal 27 UU Penanaman
Modal, pemerintah mengoordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi
antarinstansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia
antara instansi pemerintah dengan pemerintah daerah yang dilakukan oleh
(BKPM). 53
Pertimbangan

ditunjuknya

BKPM

sebagai

satu-satunya

instansi

pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA dan
PMDN adalah dalam rangka meningkatkan efektivitas dalam menarik investor
untuk melakukan investasi di Indonesia, selama ini pelaksanaan investasi
memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang besar. Oleh karena itu, dengan
adanya pelayanan pada satu atap atau BKPM, diharapkan nantinya pelayanan
53

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal
27 hingga Pasal 29.

Universitas Sumatera Utara

35

terhadap investor akan menjadi lebih cepat dibandingkan pelaksanaan
sebelumnya 54
Keberadaan lembaga yang mengoordinasikan penanaman investasi di
Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis karena dengan adanya
lembaga tersebut akan menentukan tinggi rendahnya investasi yang diinvestasikan
oleh investor, baik investasi asing maupun domestic, semakin baik pelayanan
yang diberikan kepada investor, akan semakin banyak investor yang tertarik
menanamkan investasinya di Indonesia. 55 Tugas dan fungsi BKPM ditentukan
dalam Pasal 28 UU Penanaman Modal, yaitu:
1. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penanaman modal;
2. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;
3. menetapkan norma, standard dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan
pelayanan penanaman modal;
4. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan
memberdayakan badan usaha;
5. menyusun peta penanaman modal Indonesia;
6. mempromosikan penanaman modal;
7. mengembangkan sector usaha penanaman modal melalui pembinanaan
penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya
saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi
yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal;
54
55

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm 228
Ibid., hlm 227

Universitas Sumatera Utara

36

8. Membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang
dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal;
9. Mengoordinasikan penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan
penanaman modalnya diatur di luar wilayah Indonesia;
10. Mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu; dan
11. Melaksanakan

pelayanan

penanaman

modal

berdasarkan

ketentuan

perundang-undangan.
Sebagai tindak lanjut dari amanat UU Penanaman Modal tersebut, kepada
Kepala BKPM diberikan wewenang untuk mengeluarkan berbagai peraturan
dalam rangka mewujudkan iklim investasi yang kondusif sebagai bentuk
penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu demi meningkatkan perekonomian
di sector penanaman modal Indonesia, adapun beberapa Peraturan Kepala (perka)
BKPM, antara lain:
1. Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal
2. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Izin Prinsip Penanaman Modal
3. Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal
4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Fasilitas Penanaman Modal
5. Peraturan Kepala BKPM Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

Universitas Sumatera Utara

37

6. Peraturan Kepala BKPM Nomor 18 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala BKPM Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan
Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha tertentu
dan/atau di daerah-daerah tertentu;
7. Peraturan Kepala BKPM Nomor 19 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan
pemberian fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan, dan peraturan
lainnya.
Apabila berbicara tentang kebijakan penanaman modal di Indonesia, tentu
sangat erat kaitannya dengan bidang usaha yang tertutup dan tertutup dan bidang
usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Hal ini
terjadi karena pada umumnya host country membatasi dan memberikan syarat
terhadap suatu bidang usaha yang bisa ditanami modal asing yang disebut sebagai
daftar negatif investasi (negative list), adapun bentuk pembatasan ini dapat
berupa: 56
1. tertutup sama sekali untuk kegiatan investasi asing;
2. terbuka dengan syarat joint enterprise (pembatasan komposisi pemilikan
saham);
3. terbuka dengan syarat khusus (kemitraan, syarat ketenagakerjaan, dan
sebagainya).
Adapun prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam penentuan bidang
usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan Pasal 5 dan
56

Mahmul Siregar, Pengantar Hukum Investasi (Penanaman Modal), bahan ajar Hukum
Penanaman Modal Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, Medan 2009

Universitas Sumatera Utara

38

Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Peryaratan
Penyusunan Bidang Usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan di
bidang penanaman modal adalah penyederhanaan, kepatuhan terhadap perjanjian
atau komitmen internasional, transparansi, kepastian hukum, kesatuan wilayah
Indonesia sebagai pasar tunggal.
Pasal 12 ayat (3) UU No. 25 Tahun 2007 mengatur bahwa Pemerintah
berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk
penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria
kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan
nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Kriteria yang populer dengan
sebutan K3LM berdasarkan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007,
dirincikan sebagai berikut:
1. memelihara tatanan hidup masyarakat;
2. melindungi keaneka ragaman hayati;
3. menjaga keseimbangan ekosistem;
4. memelihara kelestarian hutan alam;
5. mengawasi penggunaan Bahan Berbahaya Beracun (B3);
6. menghindari pemalsuan dan mengawasi peredaran barang dan/atau jasa yang
tidak direncanakan;
7. menjaga kedaulatan negara; atau
8. menjaga dan memelihara sumber daya terbatas.
Penetapan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan
kriteria

kepentingan

nasional,

yaitu

perlindungan

sumber

daya

alam,

Universitas Sumatera Utara

39

perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi,
pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi
modal dalam negeri, seta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk
pemerintah. Pasal 12 Perpres No. 76 tahun 2007 menegaskan bahwa bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan terdiri dari:
1. Bidang

usaha

yang

terbuka

dengan

persyaratan

perlindungan

dan

pengembangan terhadap UMKMK yang hanya dapat dilakukan berdasarkan
pertimbangan kewajaran dan kelayakan ekonomi untuk melindungi Usaha
Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKM-K).
2. Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan terdiri atas bidang usaha
yang tidak dicadangkan dan bidang usaha yang tidak dicadangkan dengan
pertimbangan kelayakan bisnis.
3. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal untuk
memberikan batasan kepemilikan bagi penanam modal asing.
4. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu untuk
memberikan pembatasan wilayah administratif penanaman modal.
5. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus dapat
berupa apat berupa rekomendasi dari instansi/lembaga pemerintah atau non
pemerintah yang memiliki kewenangan pengawasan terhadap suatu bidang
usaha termasuk merujuk ketentuan peraturan perundangan yang menetapkan
monopoli atau harus bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, dalam
bidang usaha tersebut.

Universitas Sumatera Utara

40

Walaupun peraturan presiden telah menentukan pedoman penetapan
kriteria bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan,
namun penentuan bidang usaha untuk penanaman modal asing bersifat dinamis
karena setiap waktu dapat berubah yang disesuaikan dengan kondisi bangsa dan
negara. 57
Ketentuan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan
penanaman modal saat ini diatur berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun
2014 tentang Daftar bidang usaha tertutup dan bidang usaha terbuka dengan
persyaratan di bidang penanaman modal yang sebelumnya diatur oleh Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2010. Adapun pertimbangan berubahnya ketentuan
tersebut adalah upaya penyesuaian dalam rangka pelaksanaan komitmen
Indonesia dalam kerangka ASEAN melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN.
D. Hak dan Kewajiban dan Tanggung Jawab Investor
Undang-Undang Penanaman Modal Bab IX diatur mengenai hak,
kewajiban dan tanggung jawab penanam modal. Pengaturan mengenai hak,
kewajiban dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna
memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap
prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi
masyarakat dan melaksanakan tanggung jawab sosial. 58
Hak penanam modal diatur berdasarkan Pasal 14 UU Penanaman Modal
menegaskan bahwa setiap penanam modal berhak mendapat:

57
58

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit, hlm 177
Dhaniswara K. Harjono, Op.cit, hlm 116

Universitas Sumatera Utara

41

1. Kepastian hak, hukum dan perlindungan, Pasal 14 huruf a UU Penanaman
Modal menyatakan yang dimaksud dengan:
a. kepastian hak adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan
kewajiban yang ditentukan;
b. kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum
dan ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap
tindakan dan kebijakan bagi penanam modal;
c. kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal
untuk

memperoleh

perlindungan

dalam

melaksanakan

kegiatan

penanaman modal;
2. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya
3. Hak pelayanan
4. Berbagai bentuk fasilitas dan kemudahan
Pasal 15 UU Penanaman Modal menegaskan bahwa setiap penanam modal
berkewajiban:
1. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
2. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; yaitu tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan
hubungan yan serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma
dan budaya setempat;
3. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, dimana laporan ini merupakan

Universitas Sumatera Utara

42

laporan kegiatan penanaman modal yang memuat perkembangan penanaman
modal dan kendala yang dihadapi penanam modal yang disampaikan secara
berkala kepada BKPM dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di
bidang penanaman modal;
4. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan
5. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan;
Pasal 16 UU Penanaman Modal menegaskan bahwa setiap penanam modal
bertanggung jawab:
1. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam
modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan
usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
3. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli,
dan hal lain yang merugikan negara;
4. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
5. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyaaman dan kesejahteraan pekerja;
dan
6. mematuhi semua ketentuan perundang-undangan.
Khusus untuk penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam
yang tidak terbarukan, menurut ketentuan Pasal 17 wajib mengalokasikan dana

Universitas Sumatera Utara

43

secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan
lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
E. Fasilitas dan Kemudahan Penanaman Modal Berdasarkan UU No 25
Tahun 2007
Sebelum melakukan pemaparan mengenai berbagai fasilitas dan
kemudahan yang diberikan oleh undang-undang kepada para investor, perlu
diketahui mengenai urgensi dari adanya izin prinsip penanaman modal yang wajib
dimiliki oleh PMA dan PMDN karena hal ini pada akhirnya akan bermuara pada
pemberian fasilitas dan kemudahan bagi penanam modal. Izin prinsip penanaman
modal adalah izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha. 59
Menurut Pasal 4 Perka BKPM Nomor 9 Tahun 2015, Izin Prinsip
diberikan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat (PTSP) di BKPM, Badan
Penanaman Modal PTSP (BPMPTSP) Provinsi, Kabupaten/Kota, PTSP Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), dan PTSP Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai
dengan kewenangannya, dimana kewenangan tersebut dapat dirincikan sebagai
berikut:
1. Kewenangan izin prinsip oleh pemerintah pusat terdiri atas:
a. Penyelenggaraan Penanaman Modal yang lingkupnya lintas Provinsi;
b. Penanaman Modal yang meliputi:

59

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun
2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal, Pasal 1 angka 10 dan Pasal 9
ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

44

1) penanaman Modal terkait sumber daya yang tidak terbarukan dengan
tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;
2) penanaman Modal pada bidang industry yang merupakan prioritas
tinggi pada skala nasional;
3) penanaman Modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung
antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;
4) penanaman Modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan
dan keamanan nasional;
5) penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal yang menggunakan
modal asing, yang berasal dari Pemerintah negara lain yang didasarkan
perjanjian yang dibuat oleh pemerintah dan pemerintah negara lain;
dan
6) bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah
menurut undang-undang.
2. Kewenangan pemberian izin prinsip oleh pemerintah provinsi terdiri atas:
a. penanaman modal yang ruang lingkup kegiatan lintas kabupaten/kota;
b. penanaman modal yang kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi yang diberikan pelimpahan/pendelegasian wewenang dari
pemerintah pusat kepada gubernur; dan
c. penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3. Kewenangan izin prinsip oleh pemerintah Kabupaten/Kota, terdiri atas:
a. penanaman modal yang ruang lingkup kegiatan di Kabupaten/Kota

Universitas Sumatera Utara

45

b. yang diperbantukan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;
4. Kewenangan pemberian izin prinsip oleh KPBPB dan KEK dilaksanakan oleh
pemerintah

kabupaten/kota

berdasarkan

pelimpahan/pendelegasian

kewenangan dari pemerintah pusat/pemerintah daerah dan memperhatikan
peraturan perundang-undangan terkait KPBPB dan KEK.
Menurut Perka BKPM Nomor 14 tahun 2015 Pasal 9, memulai usaha
yang dimaksud mencakup kegiatan, sebagai berikut:
1. Pendirian usaha baru, dalam rangka PMDN maupun PMA; atau
2. Memulai kegiatan usaha dalam rangka perubahan status menjadi PMA,
sebagai

akibat

dari

masuknya

modal

asing

dalam

kepemilikan

seluruh/sebagian modal perseroan dan badan hukum, atau;
3. Memulai kegiatan usaha dalam rangka perubahan status menjadi PMDN,
sebagai akibat dari terjadinya perubahan kepemilikan modal perseroan yang
sebelumnya terdapat modal asing, menjadi seluruhnya modal dalam negeri.
Izin prinsip terdiri atas: izin prinsip, izin prinsip perluasan, izin prinsip
perubahan, izin prinsip penggabungan usaha. Pasal 11 Perka BKPM tersebut juga
mensyaratkan penerbitan Izin Prinsip memperhatikan bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya
keberadaan izin prinsip ini akan dijadikan rujukan bagi perizinan dan non
perizinan pelaksanaan penanaman modal baik yang menjadi kewenangan
pemerintah dan kewenangan daerah.
Badan Koordinasi Penanaman Modal melalui PERKA Nomor 14 tahun
2015 memberikan batasan mengenai bentuk-bentuk badan usaha yang dapat

Universitas Sumatera Utara

46

diberikan izin prinsip, Pasal 12 ayat (1) menyebut, izin prinsip dalam rangka
PMDN dapat diberikan kepada:
1. Perseroan Terbatas (PT) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara
Indonesia; atau
2. Commanditaire Vennootschap (CV), atau Firma (Fa), atau usaha perorangan;
atau
3. Koperasi atau Yayasan yang didirikan oleh warga negara Indonesia; atau
4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).
Pasal 12 ayat (2) kemudian mengatur izin prinsip dalam rangka PMA
hanya diberikan kepada badan hukum PT berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditentukan lain
oleh Undang-undang.
Berdasarkan Peraturan Nomor 9 tahun 2015 diperkenalkan izin investasi.
Izin Investasi adalah izin prinsip yang dimiliki perusahaan dengan kriteria tertentu
sebagaimana diatur dalam Pasal 30, dalam rangka percepatan realisasi proyekproyek tertentu, diberikan percepatan penerbitan izin prinsip yang disebut dengan
izin investasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Nilai investasinya paling sedikit Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); dan/atau
2. Penyerapan tenaga kerja Indonesia paling sedikit 1000 (seribu) orang.
Izin investasi tersebut diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) jam kerja
sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar pada PTSP Pusat di
BKPM, dan apabila permohonan izin investasi ditolak maka PTSP Pusat di
BKPM membuat surat penolakan izin invetasi selambat-lambatnya 3 (tiga) jam
kerja sejak diterimanya permohonan dengan menyebutkan alasan penolakan.
Dengan adanya layanan ini, diharap mampu menarik minat para investor untuk

Universitas Sumatera Utara

47

berinvestasi di Indonesia. Dengan demikian, munculnya investasi-investasi baru
ini turut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. 60
Pada dasarnya investor, baik investor domestic maupun investor asing
yang menanamkan investasi di Indonesia diberikan berbagai kemudahan.
Pemberian kemudahan ini adalah dimaksudkan agar investor asing mau
menanamkan investasinya di Indonesia. 61 Fasilitas penanaman modal diberikan
dengan pertimbangan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan
negara dan harus promotif dibandingkan fasilitas yang diberikan negara lain.
Pentingnya kepastian faslitas penanaman modal ini mendorong pengaturan secara
lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiskal, fasilitas hak atas tanah, fasilitas
imigrasi, dan fasilitas perizinan impor. 62
Dapat dikatakan bahwa tujuan pemberian fasilitas-fasilitas yang bersifat
insentif adalah sebagai berikut: 63
1. Untuk mempercepat penyebaran investasi ke seluruh pelosok tanah air, karena
dengan adanya investasi terjadi pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya
pertumbuhan, akan ada peningkatan penanaman modal sekarang ini, hanya
ada 7-8 provinsi di Indonesia dari empat kategori yang masuk top five. Berarti
terjadi ketidaksinambungan atau ketidakmerataan investasi.
2. Insentif atau fasilitas diberikan supaya ada percepatan dari sector ekonomi.
Perekonomian pasti tumbuh kalau sector-sektor dibawahnya bekerja dengan

60

http://bisnis.liputan6.com/read/2408794/jusuf-kalla-resmikan-layanan-izin-investasi-3-jambkpm (diakses pada 7 Februari 2016 pukul 23:31 WIB).
61
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit, hlm 269
62
Dhaniswara K. Harjono, Op.cit, hlm 137
63
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

48

baik, termasuk sisi sektor produksi, yaitu industri. berarti harus ada sectorsektor yang dipacu.
Pengaturan mengenai pemberian fasilitas penanaman modal diatur dalam
Bab X Pasal 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24 UU Penanaman Modal, Berdasarkan
Pasal 18 ayat (2), ditetapkan bahwa pemberian fasilitas tersebut hanya dapat
diberikan kepada: 64
1. Penanaman modal yang melakukan perluasan usaha; atau
2. Penanaman modal yang melakukan penanaman modal baru
Namun berdasarkan Pasal 20 UU Penanaman Modal telah ditentukan
bahwa pemberlakuan fasilitas dan kemudahan hanya ditujukan bagi penanam
modal asing yang berbentuk perseroan sesuai ketentuan Pasal 5 ayat (2) UU
Penanaman modal, yang menyatakan:
“Penanaman modal asing wajib dalam berbentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.”
Hal ini dilakukan sebagai perwujudan asas kepastian hukum yang
dilakukan pemerintah terkait penyelenggaraan penanaman modal asing, sehingga
penanam modal asing yang menerima fasilitas tersebut didirikan berdasar hukum
perusahaan Indonesia terkait pula dengan pengalokasian modal dan tanggung
jawab perusahaan tersebut. 65

64

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tshun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal
18.
65
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50759704ac972/mengapa-penanaman-modal-asingharus-dalam-bentuk-pt, (diakses pada 4 Februari 2015 pukul 21:33 WIB)

Universitas Sumatera Utara

49

Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (3) UU Penanaman modal menyebut
bahwa kedua jenis pemberian penanaman modal yang mendapatkan fasilitas
tersebut sekurang-kurangnya harus memenuhi kriteria berikut: 66
1.
2.
3.
4.
5.
6.

menyerap banyak tenaga kerja;
termasuk skala prioritas tinggi;
termasuk pembangunan infrastruktur;
melakukan ahli teknologi;
melakukan industry pionir;
berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah
lain yang dianggap perlu;
7. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
8. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi;
9. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi; atau
10. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi dalam negeri.
Dhaniswara K. Harjono membagi ketentuan fasilitas yang diberikan dalam
rangka penanaman modal menjadi 2 bagian besar yaitu fasilitas perpajakan dan
pungutan lain serta fasilitas perizinan, adapun fasilitas tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Fasilitas perpajakan dan pungutan lainnya
Kebijaksanaan pemerintah yang memberikan insentif perpajakan dapat
menjadi salah satu insentif langsung yang harus terus diwujudkan dalam rangka
untuk dapat lebih menarik minat investor menanamkan modalnya di Indonesia.
Namun dalam pelaksanaannya juga harus memperhatikan keseimbangan sehingga
tidak sampai mengurangi penerimaan negara yang diperlukan dalam menunjang
pelaksanaan pembangunan di bidang yang lain. Disamping itu, harus
dikoordinasikan

dengan

instansi-instansi

yang

terkait,

sehingga

dalam

66

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal
18 ayat (3)

Universitas Sumatera Utara

50

pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan harapan undang-undang dan tidak
malah menghambat kegiatan usaha penanaman modal. 67
Apabila kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) terpenuhi
maka penanam modal tersebut berdasarkan Pasal 18 ayat (4) dapat diberikan
fasilitas penanaman modal dalam bentuk:
a. pajak Penghasilan melalui pengurangan penghasilan, netto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu
tertentu
b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,
atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi
dalam negeri;
c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan
tertentu;
d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang
modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum
dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;
e. penyusutan 68 dan amortisasi 69 yang dipercepat;
f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan;
Fasilitas fiskal lainnya juga diberikan dalam bentuk pembebasan pajak
penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu dapat diberikan kepada
penanaman modal baru yang merupakan industri pionir yaitu industri yang
memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang
tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi
67

Ermanto Fahamsyah, Hukum Penanaman Modal: Pengaturan, Pembatasan,Pengaruh Budaya
Hukum dan Praktik Penanaman Modal di Indonesia(Yogyakarta:LaksBang Pressindo, 2015), hlm
31
68
Penyusutan diartikan sebagai pengeluaran untuk memperoleh hart berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya utuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama
masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Muhammad Rusjidi, PPH: Pajak Penghasilan,
(Jakarta: PT.Indeks, 2004), hlm 17-1
69
Amortisasi diartikan sebagai pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan
pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak
pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama
besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, dengan cara menerapkan
tariff amortisasi atas pengeluaran tersebut. Ibid.,hlm 17-14

Universitas Sumatera Utara

51

perekonomian nasional, 70 kemudian bagi penanaman modal yang sedang
berlangsung yang sedang melakukan penggantian mesin atau barang modal
lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea
masuk. 71
2. Fasilitas Perizinan
Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, pemerintah
memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan
penanaman modal untuk memperoleh:
a. Hak atas Tanah
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan dapat
diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa:
1) Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (Sembilan puluh
lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbaharui selama
35 (tiga puluh lima) tahun;
2) Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 tahun dengan
cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50
(lima puluh tahun) dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun;
dan

70

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal
18 ayat (5)
71
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal
18 ayat (6)

Universitas Sumatera Utara

52

3) Hak pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun
dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus
selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25
(dua puluh lima) tahun.
Namun ketentuan penggunaan hak atas tanah sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 22 UUPM dinyatakan tidak mengikat oleh Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia, yaitu dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2122/PUU-V/2007, tanggal 25 Maret 2007 dalam perkara pengujian UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal terhadap UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia. 72
Amar putusan Mahkamah Konstitusi berpendapat: Pasal 22 ayat (2)
sepanjang menyangkut kata-kata “di muka sekaligus”, Pasal 22 ayat (4) sepanjang
menyangkut kata-kata “sekaligus di muka” Undang-undang Nomor 25 tahun 2007
tentang Penanaman modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4724) tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat 73.
b. pelayanan keimigrasian
Masalah keimigrasian sering dirasakan oleh pengusaha asing sebagai
hambatan terutama ketika administrasi tempat tinggal hampir berakhir, Investor
sering direpotkan dalam proses pengurusannya. Untuk itu pemerintah berdasarkan
Pasal 23 UU Penanaman Modal mengatur mengenai kemudahan pelayan dan/atau

72
73

Sentosa Sembiring, Op.cit., hlm 161.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

53

perizinan atas fasilitas keimigrasian dapat diberikan atas rekomendasi dari BKPM
untuk:
1) penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam
merealisasikan penanaman modal;
2) penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang
bersifat sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi
lainnya, dan pelayanan purnajual; dan
3) calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman
modal.
c. perizinan impor
Pasal 24 UU Penanaman modal mengatur mengenai kemudahan pelayanan
dan/atau perizinan atas fasilitas perizinan impor hanya dapat diberikan terhadap:
1) barang yang selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur perdagangan barang;
2) barang yang tidak memberikan dampak negative terhadap
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, dan moral
bangsa;
3) barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri ke Indonesia;
dan
4) barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan produksi sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

3 26 125

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

5 47 148

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 2 23

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia Chapter III V

0 1 78

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 5

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 8

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 15