T2 VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaringan Islam Tradisional di Pekalongan: Respon Jaringan terhadap Perubahan Sosial

(1)

BAB VI

JARINGAN HABIB LUTHFI:

SEBUAH STUDI KASUS

Sebagai upaya untuk memperjelas gambaran tentang jaringan Islam tradisional, pada bagian ini akan digambarkan seorang aktor yang cukup dikenal dikalangan masyarakat sebagai bagian dari jaringan. Gambaran peran aktor ini akan dimulai dari sekilas life history sosok aktor sebagai upaya untuk memberikan gambaran habitus dari aktor dan untuk melihat apakah aktor tidak dapat keluar dari habitus (Bourdieu, 1977; Pamerdi, 2009) sebagai sebuah ruangan statis yang mempengaruhi segala perilaku dan pemikirannya, atau sebaliknya habitus merupakan hal yang dinamis dan dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran aktor yang selalu berkembang (self creation) merespon perubahan dinamika sosial. Untuk itu pada bagian ini akan digambarkan pula awal lahirnya jaringan Habib Luthfi, tumbuhnya relasi Habib Luthfi dengan tokoh-tokoh agama lokal, terbangunnya simpul Habib Luthfi hingga menjadi pusat jaringan, berkembangnya fungsi jaringan Habib Luthfi dalam bidang ekonomi, dan berkembangnya fungsi politik dalam jaringan Habib Luthfi.

Sosok Habib Luthfi

Seperti yang telah dikemukakan pada bagian-bagian sebelumnya, Habib Luthfi (Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya) merupakan salah satu tokoh Islam terkemuka di Kota Pekalongan saat ini. Habib Luthfi merupakan pria kelahiran Pekalongan 10 November 1947. Pengajian bulanan yang diselenggaran malam jumat kliwon (penangalan jawa) dirumahnya selalu dihadiri oleh ribuan pengunjung. Mereka tidak hanya memadati halaman


(2)

96

rumah namun juga duduk berhimpitan di jalan yang terpaksa ditutup dan dipasang tenda. Menurut banyak informasi para pengunjung tersebut berasal tidak hanya dari daerah pekalongan dan sekitarnya, namun juga dari kota-kota yang jauh-jauh di Indonesia.

Dikalangan pengikut terekat Habib Luthfi juga dianggap sebagai seorang sufi (orang suci), yang mendalami ilmu tasawuf (Ilmu yang mendalami ketakwaan kepada Allah swt.) serta matang secara spiritual dan rohaniah. Sebagai seorang sufi, Habib Luthfi juga menjadi ketua Tarekat (Tariqah) Syadziliyah yaitu salah sebuah tarekat yang memiliki pengikutnya cukup banyak di Indonesia, dan merupakan Ra‟is (ketua)

„Am (umum) Nasional Jam‟iyah Ahlu Thariqah al Mu‟tabarah an

Nahdiyah (JATMAN) sebuah organisasi thariqah (badan otonom) dibawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Sebagai seorang sufi, Habib Luthfi, oleh Julian Day Howell dalam buku yang di edit oleh Bryan S. Turner and Oscar Salemink berjudul

“Routledge Handbook of Religions in Asia”, mengelompokkan Habib Luthfi sebagai kelompok Neo-sufi. Yang oleh Nurcholis Masjid diidetifikasikan sebagai pengawal tasawuf kontemporer dengan corak tasawufnya memiliki sifat tajdid (memperbaharui) baik pada konsep,

cara pandang dan pengamalan dari unsur bid‟ah, khurafat, dan

takhayul.

Dalam sebuah perbincangan dengan Habib Luthfi kesan nasionalis dan moderat dari pandangannya sangat kuat sehingga beliau juga sangat menghormati kepelbagaian agama. Dalam menyatukan umat beragama, Habib Luthfi memiliki pandangan bahwa yang perlu dilakukan pertama adalah tidak berbicara tentang agama atau teologi, karena agama adalah sebuah keyakinan individu yang tidak bisa diganggu-gugat atau diperdebatkan. Menghargai keyakinan individu sebagai landasan untuk melakukan dialog. Menurut Habib Luthfi, jika memperdebatkan keyakinan akan menghabiskan waktu, sedangkan banyak hal yang bisa dilakukan bersama. Sebagai juru damai bisa dilakukan tidak melalui agama, walau manusia merupakan amaliah (buah dari ajaran agama). Habib Luthfi melihat bahwa tiap agama


(3)

mengajarkan tentang perdamaian, dan kalau manusia bisa mengamalkan ajarannya maka dunia aman. Seperti contoh yang diangkat oleh Habib Luthfi, bahwa tiap agama mengajarkan untuk tidak mencuri. Apakah bisa ajaran ini bisa diangkat secara bersama-sama atau tidak? Habib Luthfi meyakini bahwa bisa, dan meyakini bahwa kedamaian bisa di capai dengan upaya bersama semua agama.

Dalam kehidupan sosial masyarakat, Habib Luthfi merasa ada tuntutan dari semua anggota masyarakat untuk bisa bergaul untuk menciptakan kedamaian. Para Ilmuan bisa berkerja sama tanpa membedakan latar belakang agama, untuk kepentingan umat manusia. Lebih lanjut, Habib Luthfi juga berpandangan bahwa landasan kebersamaan memungkinkan para intelektual dari masing-masing agama bisa saling belajar dan mengembangkan keintelektualnya dalam agama masing-masing. Seperti dalam perkembangan tehnologi yang merupakan kebutuhan bersama, sebenarnya agama sangat kaya akan ilmu pengetahuan namun karena agamawan selalu hanya memikirkan agama maka perkembangan pengetahuan selalu tertinggal. Sebagai contoh yang di kemukakan oleh Habib Luthfi yaitu dalam sejarah Agama telah banyak menghasilkan pengetahuan dalam bentuk kemunculan benda budaya (candi, patung, penanggalan, masjid, dll) yang dihasilkan dari pemikiran secara matang, tetapi karena hanya memikirkan sisi teologia saja, perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tertinggal.

Agama dan tehnologi menurut Habib Luthfi hendaknya bisa berjalan bersama. Tehnologi merupakan sebuah hasil dari pemikiran manusia, kalau agama tidak turut campur dalam perkembangan tehnologi, tehnologi dapat disalh gunakan. Tetapi jika agama dapat berperan dalam pengembangan tehnologi tersebut maka tehnologi dapat bermanfaat bagi manusia. Untuk itulah kaum sufi menjadi bagian dalam laju perkembangan tehnologi, untuk menilai apakah tehnologi tersebut berguna bagi manusia atau tidak. Kaum sufi tidak menutup mata terhadap perkembangan tehnologi dan kebudayaan yang


(4)

98

berkembang mengikuti perkembangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Pandangan Habib Luthfi tentang pluralitas ini tidak mudah untuk diterima oleh masyarakat muslim. Perlu proses yang cukup panjang hingga masyarakat dapat menerimanya. Seperti ketika sekitar tahun 2002, saat awal Habib Luthfi mengunjungi Klenteng untuk bersilahturami, banyak umat yang tidak setuju atau menentang dan mempertanyakan. Tetapi dengan penjelasan dan langkah nyata, proses ini bisa berjalan dan akhirnya masyarakat bisa menerimanya. Karena pada kenyataannya masyarakat hidup saling membutuhkan, dan bisa bekerja sama.

Sebagai ketua tarekat, Habib Luthfi menjadi basis bagi perkembangan tarekat Syadziliyah di Nusantara. Banyak masyarakat dari berbagai kalangan termasuk juga para terpelajar yang menghargai spiritualiatas dan pandangannya yang inklusif tentang Islam yang moderen maupun tentang pluralitas agama di Indonesia datang untuk belajar dan berdiskusi dengan Habib.

Sebagai ketua umum nasional JATMAN yang beranggotakan dari banyak sarjana dan pimpinan-pimpinan pondok pesantren di tingkat nasional, Habib Luthfi juga memiliki kewibawaan untuk mengambil isinisiatif dari sufi-sufi lain di Indonesia. Dengan posisinya ini, Habib Luthfi memiliki kekuatan untuk mempersuasi pandangannya dan untuk berinovasi dalam kepentingannya untuk menjaga apa yang penting dari sufi dan tradisi pesantren di Indonesia menghadapi mordernisasi.

Habib Luthfi menghabiskan masa kecilnya di Pekalongan. Belajar mengaji dari orangtuanya hingga umur 12 tahun ketika ayahnya meninggal. Setamat dari Madrasah Salafiah tahun 1959, Habib Luthfi melanjutkan studinya ke beberapa pondok pesantren diantaranya pesantran Benda Kerep, Cirebon. Dan beberapa kota lain seperti Indramayu, Purwokerto dan Tegal. Setelah itu karena mendapatkan beasiswa dari pesantren, ia melanjutkan menuntut ilmu ke Mekah, Madinah dan di beberapa negara di Timur Tengah lainnya.


(5)

Ia menerima ilmu syari‟ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama-ulama besar, wali-wali Allah yang utama, guru-guru yang penguasaan ilmu dikalangan umat Islam tidak diragukan lagi. Dari Guru-guru tersebut ia mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga „Am (umum) dalam Da‟wah

dan nasyru syari‟ah (menyebarkan syari‟ah), thariqah, tashawuf, kitab -kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, -kitab--kitab tauhid, tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab kedokteran. Dan ia juga

mendapat ijazah untuk membai‟at. Ijazah ini tidak diberikan begitu saja

tetapi melalui sebuah ujian dan adanya pengakuan dari para guru dan ulama-ulama besar.

Selain modal keilmuan yang Habib Peroleh dari sejarah pendidikannya, habib luthfi juga mempunyai sumber legitimasi kultural, kharisma kepemimpinan, dan pengakuan sebagai ulama besar dari garis keturunan yang dimilikinya hingga Nabi Muhammad SAW. Habib luthfi dari garis keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Ayah hingga ke Ali bin Abi Thalib, tetapi juga dari jalur Ibu. Dari Jalur Ibu, Habib Luthfi di lahirkan dari seorang Syarifah bernama Sayidah Al Karimah as Syarifah Nur. Ibunya ini merupakan putri dari Sayid Muhsin putra dari Sayid Salim putra dari Sayid al Imam Shalih putra

dari Sayid Muhsin putra dari Sayid Hasan putra dari Sayid Imam „Alawi putra dari Sayid al Imam Muhammad putra dari al Imam „Alawi putra

dari Imam al Kabir Sayid Abdullah putra dari Imam Salim putra dari Imam Muhammad putra dari Sayid Sahal putra dari Imam Abd

Rahman Maula Dawileh putra dari Imam „Ali putra dari Imam „Alawi putra dari Sayidina Imam al Faqih al Muqadam putra dari „Ali Bâ

Alawi.

Sedangkan dari trah ayahnya yang bernama Al-Habib al Hafidz

„Ali al Ghalib merupakan putra dari Habib Hasyim putra dari Al-Habib Umar putra dari Al-Al-Habib Thoha putra dari Al-Al-Habib Thoha putra dari Al-Habib Muhammad al-Qodhi putra dari Al-Habib Thoha putra dari Al-Habib Muhammad putra dari Al-Habib Syekh putra dari Al-Habib Ahmad putra dari Al-Imam Yahya Ba‟Alawy putra dari Al


(6)

-100

Habib Hasan putra dari Al-Habib Alwy putra dari Al-Habib Ali putra dari Imam Alwy an-Nasiq putra dari Imam Muhammad Maulad Dawileh putra dari Imam Ali Maula Darrak putra dari Imam Alwy al-Ghuyyur putra dari Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammd

Ba‟Alawy putra dari Imam Ali putra dari Imam Muhammad Shahib

Marbath putra dari Imam Ali Khali Qasam putra dari Imam Alwy putra

dari Imam Muhammad putra dari Imam Alwy Ba‟Alawy putra dari

Imam Ubaidullah putra dari Imam Ahmad Al-Muhajir putra dari Imam Isa an-Naqib ar-Rumi putra dari Imam Muhammad an-Naqib putra dari Imam Ali al-Uraidhi putra dari Imam Ja‟far Shadiq putra dari Imam Muhammad al-Baqir putra dari Imam Ali Zainal Abiddin putra dari Imam Husein ash-Sibth putra dari Sayidatina Fathimah az-Zahra dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib yang merupakan paman dari Nabi Muhammad SAW.

Dalam sejarah Pekalongan kakek Habib Luthfi yaitu Al-Habib Hasyim merupakan seorang ulama besar di pekalongan. Al-Habib Hasyim dikenal oleh masyrakat lokal sebagai salah satu tokoh yang turut menentukan pembentukan Nahdlatul Ulama (NU) bersama Kyai Hasyim pendiri NU.

Awal Berkembangnya Jaringan Habib Luthfi

Sepulang dari menuntut ilmu agama di Yaman, Habib Lufti kembali ke kampung halamannya di daerah Kraton Kota Pekalongan, dimana ibu dan adik-adiknya tinggal. Sebagai anak laki-laki, ia pun bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga. Apapun pekerjaan yang ada ia lakukan, tidak ada pekerjaan tetap ketika itu. Di sore hari, berbekal ilmu keagamaan yang ia miliki ia pun mengajar anak-anak

untuk membaca Al Qur‟an di langgar kampung. Hingga kemudian oleh

masyarakat sekitar tempat tinggalnya meminta Habib Luthfi untuk mengadakan majelis taklim. Aktivitas keagamaannya pun mulai berkembang saat itu. Habib Luthfi mulai banyak melakukan kegiatan keagamaan seperti mengisi pengajian, memberikan tauziah (ceramah


(7)

keagamaan) menjalankan tablig di hari-hari besar Islam dsb, di desa-desa di luar kota Pekalongan, bahkan hingga ke daerah-daerah di Jepara hingga ke Tuban. Konsentrasi pengembangan awal kegiatan keagamaannya ada di tiga daerah selain seputar pekalongan, yaitu Jepara, Pati, dan Kudus. Kegiatan-kegiatan ini dilakukannya secara intensif selama beberapa tahun, dan hal itu sesekali masih juga dilakukan hingga saat ini khususnya apabila menyangkut acara-acara yang dianggapnya penting.

Sebagai seorang ulama besar yang memiliki latar belakang

pendidikan yang sangat meyakinkan serta kharisma „darah biru‟

melalui garis keturunan, tidak mengherankan bila Habib Luthfi tidak membutuhkan waktu lama untuk menjadi tokoh yang popular dan sangat dihormati. Penting untuk dicatat bahwa melalui kegitannya di desa-desa itu Habib Lufti memiliki kedekatan relasi dengan tokoh-tokoh lokal dilingkungan majelis-majelis taklim, pesantren, ataupun organisasi massa di pedesaan. Relasi tersebut umumnya tidak berakhir dengan selesainya acara melainkan cenderung berulang dan terpelihara. Relasi-relasi yang muncul dengan para tokoh-tokoh keagamaan Islam di pedesaan ini dapat dianggap sebagai awal munculnya Jaringan Habib Lufti.

Ia sengaja tidak membuka di daerah perkotaan Pekalongan karena dimasa itu telah banyak tokoh-tokoh lokal kota yang mendominasi dakwah kepada masyarakat kota Pekalongan. Sudah

sedemikan banyak “kerajaan-kerajaan” (pesantren) yang kuat dan berpengaruh terhadap masyarakat. Ini alasan mengapa kemudian Habib Luthfi memilih untuk membuka pengajian di langgar atau masjid di desa-desa di luar Kota Pekalongan.1 Di desa-desa terpencil ini,

Habib Luthfi akan datang satu atau dua kali seminggu untuk mengisi pengajian di langgar atau masjid di desa tersebut.

Dilain hari ia akan membuka pengajian (majelis taklim) di desa lainnya. Ini berlangsung hingga kemudian ada tokoh agama lokal yang


(8)

102

muncul, dan menggantikan perannya untuk mengisi majelis taklim tersebut. Ia pun kemudian pindah ke desa lain untuk mengembangkan majelis taklim di desa yang lain. Tapi ini bukan berarti bahwa majelis taklim yang telah ia serahkan kepada tokoh agama lokal Ia tinggalkan oleh Habib Luthfi. Relasi dengan tokoh lokal/majelis taklim tersebut masih dipertahankan. Tokoh lokal tersebut selalu hadir dalam pengajian rutin di tempat Habib Luthfi, khususnya pengajian rutian dimalam Jumat Kliwon. Kehadiran tokoh-tokoh lokal ini selain untuk memperdalam pengetahuan tentang agama sebagai basis ketokohan mereka di lokal masing-masing, tetapi juga untuk menjaga relasi dengan Habib Luthfi. Terkadang tokoh lokal juga mengundang Luthfi, untuk memberi pengajian di desa tersebut. Dengan demikian Habib Luthfi melalui dakwah, ia menciptakan tokoh-tokoh baru di dalam masyarakat lokal yang kemudian menjadi perantara/agen baginya untuk mengembangkan dan memelihara akses kepada masyarakat lokal yang menjadi basis kekuatan politik secara elektoral.

Tumbuhnya Relasi Individual dengan Tokoh-tokoh Agama

Lokal

Relasi Habib Luthfi dengan tokoh agama lokal dimulai dari kunjungan ke beberapa masjid di desa-desa, diajak kesana sini oleh tokoh agama lokal, hingga akhirnya dipercaya dan diserahi tanggung jawab untuk mengelola kelompok pengajian di desa. Ada proses dari ilahitakalla ke relasi fungsional yang terjadi antara Habib Luthfi dengan masyrakat lokal.

Dalam proses ini, Habib Luthfi memiliki akses ke masyarakat desa-desa tersebut, dan membentuk kader-kadernya di sana. Dengan adanya akses yang kuat pada masyarakat/umat, Habib Luthfi mendapatkan kekuatan politik oleh karenanya. Ini merupakan proses awal dimana Habib Luthfi mulai membuat pondasi bagi perkembangan jaringan. Proses awal ini memakan waktu bertahun-tahun setelah Habib Luthfi tiba dari Yaman hingga terbangunnya gedung Kenzus


(9)

Suasana pengajian rutin Habib Luthfi di depan Gedung Kenzus Zolawat

Zolawat di Jl. Dr. Wahidin No. 70, Noyontaan, Kota Pekalongan sebagai tempat pengajian/majelis taklimnya.

Untuk memelihara jaringannya, Habib Luthfi juga mempergunakan basis tradisi dalam Islam yaitu melalui Tablig. Berbeda dengan majelis taklim yang merupakan pertemuan rutin dan terarah dengan kurikulumnya, tablik merupakan sarana dakwah yang tidak berlangsung terus menerus di satu tempat dan mengambil topik khusus dalam dakwahnya. Tablig ini dilakukan dengan berpindah tempat di majelis taklim-majelis taklim yang telah ia bentuk.

Proses tersebut di atas juga mengakibatkan Habib Luthfi menjadi pusat dari jaringan, karena basis umatnya menjadi semakin besar. Disinilah kemudian tampak bahwa ada pembalikan kekuatan dari desa ke kota, yang semula Habib Luthfi membangun kekuatan di desa kemudian setelah kuat, baru kemudian ia mengembangkan di kota. Bentuk dari pembalikan alur kekuatan kekota dapat dilihat dari tokoh-tokoh lokal didesa-desa banyak yang hadir dalam pengajian/majelis taklim di rumah habib Luthfi. Dan tokoh-tokoh lokal ini tidak hanya datang sendiri, tetapi juga mengajak majelis taklimnya yang di desa, sehingga akses Habib Luthfi terhadap umat semakin kuat dan posisi politik Habib Luthfi semakin naik di Pekalongan hingga ke tingkat nasional. Banyak tokoh-tokoh politik kemudian berusaha untuk dekat dengan Habib Luthfi karena merupakan pusat dan memiliki posisi politik kuat dari jaringan.

Paling tidak dalam pengajian rutin yang dilakukan tiap malam Jumat Kliwon, orang-orang yang hadir tidak hanya dari kota atau Kabupaten Pekalongan, tetapi dari banyak kota di pulau Jawa, bahkan banyak juga yang dari luar pulau seperti Lampung, Bengkulu, lombok,


(10)

104

Makasar, Kalimantan, dll tempat yang jauh. Mereka hadir untuk mendengarkan pengajian secara langsung, dan bertemu dengan Habib Luthfi untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapi.

Terbangunnya Simpul Habib Luthfi : Habib Luthfi Menjadi

Pusat Jaringan

Setelah menikah, Habib Luthfi beserta istri dan anak-anak kemudian tinggal di rumah mertuanya. Melihat perkembangan dari dakwahnya, sekitar tahun 2000 gedung Kenzus Sholawat mulai dibangun di samping rumah mertuanya. Pengurus Kenzus Sholawat pun kemudian terbentuk sehingga aktifitas pengajian mulai meningkat2. Peningkatan aktifitas pengajian di gedung ini kemudian

mengakibatkan kegiatan-kegiatan pengajian yang sebelumnya dilakukan di desa-desa mulai terkonsentrasi atau terpusat di tempat tinggal Habib Luthfi. Hanya sesekali Habib Luthfi mengunjungi pusat-pusat pengajian di desa-desa yang telah dia rintis. Selebihnya aktifitas pengajian dan upaya merawat jemaah di desa-desa ini diperankan oleh para kyai pembantu yang berada dilokal-lokal tersebut.

Dalam perkembangan tehnologi moderen3, pengajian Habib

Luthfi dapat dengan mudah tersebar dan mengakibatkan semakin banyak umat yang mengenal Habib Luthfi dan menginginkan datang secara langsung untuk mengikuti pengajian atau pun untuk bertemu dengan Habib Luthfi untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Tidak jarang umat-umat yang merasa cocok dengan pemahaman keagamaan Habib Luthfi atau terselesaikannya persoalan-persoalan yang dihadapi, kemudian secara rutin dan continue bertemu Habib Luthfi lalu menjadi santrinya. Di kalangan umat yang bertemu dengan Habib Luthfi, muncul berbagai kesan tersendiri bagi mereka. Ada

2 Wawancara dengan Kyai Zakaria.

3 Seperti melalui Youtube yang menayangkan pengajian-pengajian Habib Luthfi,

webside Kenzus Sholawat yang memuat berita-berita seputar kegiatan-kegiatan, ceramah, dan pemikiran Habib Luthfi, serta jadwal atau rencana pengajian atau Maulid yang akan di isi oleh Habib Luthfi.


(11)

sebagaian umat yang menganggap bahwa Habib Luthfi merupakan seorang ahli suluk (dukun) yang manjur dalam memberikan doa-doa sehingga sukses dalam usaha atau dapat memberikan kesembuhan, misalnya. Tetapi sebagian lagi umat yang setelah sering bertemu dengan Habib Luthfi, tidak lagi hanya meyakini kekuatan suluknya saja dengan wirid dan doa yang diberikannya, tetapi lebih dari itu. Habib Luthfi diakui sebagai seorang sufi, guru mursid, dan guru sufi dengan memiliki pengetahuan keagamaan Islam yang luas serta pengetahuan-pengetahuan diberbagai bidang. Dengan demikian prasarana moderen yang sengaja dibuat oleh orang-orang dekat Habib Luthfi, mengakibatkan semakin berkembangnya jaringan yang tidak lagi terbatas pada ruang local atau wilayah tertentu saja tetapi dapat meluas hingga keberbagai tempat di Indonesia bahkan di luar negeri.

Relasi Habib Luthfi dengan dunia internasional juga kemudian meluas setelah ia menjadi pusat. Beberapa tokoh dunia seperti presiden Al-jazair Abdelaziz Bouteflika dan Almarhum Muhammad Kadafi pernah berrelasi dengan Habib Luthfi. Relasi ini terjadi atas usaha dari duta besar Indonesia untuk Al-jazair Alm. Haji Ahmad Na‟im Salim sekitar tahun 2013. Namun relasi internasional yang paling dekat yaitu dengan jaringan tarekhatnya yang kebanyakan dari Yaman tempat dimana Habib Luthfi pernah menimba ilmu agama. Kedekatannya adalah relasi antara guru dan murid, serta sesama pengikut tarekat. Seperti dengan Umar bin Hafid, Habib Zeth bin Yahya, dan beberapa tokoh dari tarekatnya yang terkadang berkunjung ke Pekalongan atau terkadang bertemu di Jakarta ketika mereka berkunjung di Indonesia.

Dengan para habaib di Indonesia, Habib Luthfi juga masuk dalam sebuah paguyuban para habaib yaitu Robitoh sebagai penasehat ditingkat pusat di Jakarta. Robitoh ini merupakan sebuah paguyuban habaib yang kegiatannya meliputi pengajian tertutup dikalangannya, pengajian bersama yang terbuka untuk umum, gerakan sosial dan yang


(12)

106

terutama adalah menuliskan nasab-nasab nabi dari semua kalangan habaib baik Syiah maupun Suni.4

Habib Luthfi dalam perkembangannya tumbuh sebagai pusat, tidak hanya dalam satu jaringan saja, tetapi juga menjadi pusat dari berbagai jaringan seperti jaringan ekonomi, Islam, politik, dan jaringan lintas agama. Perkembangan ini tidak lepas dari keberadaan Kenzus Sholawat dan pengurusnya, serta beberapa tokoh baik itu pelaku usaha, kyai atau ulama, dan elemen lain dari masyarakat yang memiliki kedekatan khusus dengan Habib Luthfi.

Salah satu contoh gambaran dari peran atau keberadaan Kenzus Sholawat dalam menjadikan Habib Luthfi sebagai pusat yaitu gambaran kedekatan Faizin seorang pengusaha dan sekaligus ketua pengurus Kenzus Sholawat dengan Habib Luthfi. Kedekatan antara Faizin dengan Habib Luthfi bermula di tahun 1994. Faizin yang ketika itu masih bujang dan baru mulai merintis usaha datang ke Rumah Habib Luthfi untuk meminta saran atas usaha dan doa. Merasa ada hasil dari usaha yang di rintisnya, muncul adanya keyakinan akan Habib Luthfi. Ia pun kemudian sering mengunjungi Habib Luthfi, baik untuk bertemu secara langsung untuk memperlancar usahanya maupun sekedar datang kerumahnya dan mendengarkan ceramah/pengajian Habib Luthfi. Faizin juga seringkali hanya mendengarkan ketika ada tamu yang bertemu dengan Habib Luthfi untuk berbagai persoalan. Ada banyak hal yang ia pelajari dari hanya sekedar mendengarkan habib memberikan saran pada tamu dan dari ceramahnya. Dengan keberadaan Faizin yang sering berkunjung di rumah Habib Luthfi, kedekatan dengan Habib Luthfi mulai terbangun. Pernah ketika usahanya mengalami kemunduran, Habib Luthfi memberikan bantuan dana untuk usahanya dan membangunkan relasi usaha dengan kenalannya. Hingga suatu saat di tahun 1998, Habib Luthfi mengajak Faizin untuk menemaninya pergi ke Jakarta, dan sejak itu Faizin menjadi orang kepercayaan yang selalu ikut dan menemani Habib


(13)

Luthfi kemanapun Habib pergi. Orang yang hendak bertemu dengan Habib Luthfi pun kemudian sering melakukan komunikasi dengannya. Semakin dekatnya Faizin dengan Habib Luthfi, sehingga ia sering juga berada di sekitar rumah Habib Luthfi. Di rumah Habib Luthfi tidak hanya Faizin yang sering terlihat di rumah ini, tetapi ada beberapa orang lain yang juga seperti dia seperti Samroni, H. Malik, Romadon, dll. Mereka kemudian juga ikut membantu kalau ada kegiatan di Gedung Kenzus Sholawat. Keterlibatan mereka dalam membantu setiap acara dan kegiatan, membuat mereka dekat dengan pengurus gedung Kenzus dan ketika pembentukan kepengurusan pengurus Kenzus Solawat mereka sebagai generasi muda kemudian diminta untuk duduk dalam susunan kepengurusan tersebut. Faizin sejak tahun 2013 hingga sekarang menjabat sebagai ketua pengurus Kenzus Sholawat. Ada tiga puluh orang yang duduk dalam kepengurusan ini. Para pengurus tidak semuanya berdomisili di Pekalongan, ada yang berdomisili di Jakarta, Solo, dan tempat-tempat lain. Para pengurus ini merupakan orang yang dekat dengan Habib Luthfi dan bersedia untuk turut mengatur dan mengelola tempat ini. Tidak ada upah berupa uang yang diterima untuk melakukan pekerjaan ini, dan bahkan tiap bulan mereka urunan untuk pengeluaran pemeliharan gedung dan untuk pelaksanaan kegiatan atau aktifitas rutin yang dilakukan di gedung ini seperti penyelenggaraan majelis taklim, pengajian rutin malam Jumat Kliwon, dll. Bagi para pengurus Kenzus Solawat, keterlibatan mereka dalam pendanaan bagi Kenzus Sholawat tidak menjadi soal. Bagi para pengurus, yang sebagian besar adalah pengusaha lokal yang bergerak di industri Batik, ikut mengatur dan mengurus segala aktifitas keagamaan ini membawa berkah dan ketenangan jiwa. Mereka bagaikan melakukan ibadah. Apalagi Para Pengurus Kenzus Sholawat terbantukan dengan banyak umat yang bersedia membantu. Seperti ketika hendak melakukan perawatan gedung ada umat yang menyumbang cat, semen, dll.

Dalam jajaran pengurus Kenzus Sholawat, tidak semuanya merupakan pengusaha, atau yang bergerak khusus dalam bidang agama.


(14)

108

Ada pula pengurus yang merupakan anggota TNI dan Polisi. Seperti pak Agus yang merupakan Danramil Pekalongan dan Pak Maryono yang merupakan pejabat Brimob Pekalongan. Mereka berdua juga merupakan orang yang dekat dengan Habib Luthfi. Bahkan Pak Agus sudah sangat dekat sejak tahun 1994 ketika ia bertugas di Pekalongan. Dengan kedekatannya dengan Habib Luthfi, Pak Agus yang paling paham dan dapat mengartikan sinyal yang diberikan oleh Habib Luthfi. Seperti ketika pembicaraan tidak ingin didengar oleh orang Habib selalu mengatakan dengan simbol-simbol dan ini yang biasanya menerjemahkan adalah Pak Agus.

Dalam pengelolaan gedung dan kegiatan dari Kenzus Sholawat, pengurus yang memikirkan segala hal baik itu terkait dengan kegiatan keagamaan dan sosial, maupun perawatan gedung. Sedangkan Habib Luthfi lebih banyak menyetujui apa yang di pikirkan oleh Pengurus dan hanya sesekali memberi arahan jika dirasa ada yang perlu utamanya terkait kegiatan keagamaan. Seperti jika menghendaki ada pengajian di gedung atau acara majelis taklim yang di luar rutinitas. Habib Luthfi kepada kepengurusan Kenzus Sholawat hanya menyampaikan bahwa Kenzus Sholawat diharapkan dapat menjadi mercusuar dari dakwah yang dilakukan5. Dalam tarekat Kenzus

Sholawat dapat dijadikan contoh bagi orang Islam di Pekalongan dan sekitarnya, utamanya sebagai perekat umat dan masyarakat. Untuk itu walaupun ada kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat seperti acara Maulid yang dilakukan oleh masyarakat lokal suatu daerah, Kenzus Sholawat tetap ikut terlibat dalam perencanaan.

Namun walaupun Habib Luthfi tidak turut mengatur kegiatan-kegiatan Kenzus Sholawat, namun tetap ada dari pihak keluarga yang ikut mengaturnya. Ia adalah menantunya Habib Luthfi yaitu Habib Abidin. Peran Habib Abidin cukup sentral di beberapa tahun belakangan, terutama dalam hal pengaturan kegiatan Maulid. Seringkali, ketika Habib Luthfi berhalangan untuk datang untuk mengisi acara Maulid. Habib Abidin yang menggantikan perannya.


(15)

Habib Abidin berasal dari Pamekasan-Pasuruhan, Jawa Timur. Ia merupakan cucu dari Habib Abu Bakar bin Asegaf, Krakasan-Purbolinggo, Jawa Timur, dan cucu langsung dari Syaich Jumadil Kubro6, Gersik, Jawa Timur yang dianggap sebagai perintis dakwah

Islam pertama di tanah jawa7.

Dalam pengembangan menjadi pusat jaringan, Habib Luthfi tidak pernah menolak siapapun yang akan mengunjunginya. Bahkan menurut beberapa orang yang sangat dekat dengan Habib Luthfi, seperti Kyai Zakaria dan Faizin, Habib Luthfi senang membangun relasi dengan siapapun tidak memandang latar belakangnya (Suku, Ras, Agama, kedudukan sosial, dll). Ia bisa menerima pejabat, pengusaha, dll, tetapi juga bisa menerima orang dari kalangan yanng biasa, bahkan

yang dianggap sebagai “sampah” oleh masyarakat. Salah satu orang yang dekat dengan Habib Luthfi menceritakan bahwa didepan gedung Kenzus Sholawat sering ada banyak anak muda yang minum-minuman berakohol, oleh Habib Luthfi tidak diusir dan bahkan tidak dinasehati atau pun diajak untuk sholat. Habib Luthfi hanya mengajak bercakap dan memberi uang kepada mereka untuk membeli makan. Tindakan ini membuat para pemuda mendekat dengan Habib. Bahkan tampak bahwa para pemuda jalanan ini bisa diarahkan oleh Habib Luthfi, seperti kesediaan para pemuda ini untuk menyelenggarakan maulid. Oleh Faizin, model dakwah Habib Luthfi dianalogikan sebagai bengkel kendaraan dan Habib Luthfi merupakan tukang reparasi. Sebagai tukang reparasi harus berani kena oli dan kotor. Sehingga Habib Luthfi masuk kedalam berbagai situasi sebagai seorang sahabat, tidak menjauhi dan menghindari.

Pengembangan jaringan dengan berbagai pihak tidaklah mudah dilakukan. Tantangan tentu muncul dalam proses pengembangan tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam melakukan pendekatan dengan para pemuda jalanan tersebut banyak kyai/ulama yang tidak setuju. Ini dapat dilihat dari penuturan anak-anak muda ini ketika

6 ibid


(16)

110

hendak menyelenggarakan maulid. Mereka ditolak dan merasa direndahkan oleh beberapa kyai. Namun walaupun demikian jaringan ulama dari Habib Luthfi, paling tidak yang dekat dengan Habib Luthfi dapat membantu. Seperti ketika suatu malam saat penulis berkunjung ketempat Kyai Zakaria di Pondok Pesantren Al-Mubarok, serombongan anak muda berkunjung kerumah Kyai Zakaria. Mereka mengeluhkan bahwa ada beberapa Kyai disekitar tempat yanng rencananya akan digunakan untuk Maulid tidak berkenan menerima mereka yang hendak meminta dukungan. Untuk berjabat tangan pun beberapa kyai ini juga enggan. Disinilah peran kyai Zakaria sebagai orang dekat Habib Luthfi turut memberi penguatan dan dukungan kepada para pemuda ini. Atas dukungan ini, para pemuda ini menjadi kembali percaya diri. Bahkan untuk tidak mendapat dukungan dari beberapa kyai disekitar tempat yang akan diselenggarakan Maulid tersebut. Mereka percaya bahwa ada dukungan dari ulama-ulama yang dekat dengan Habib Luthfi. Para ulama yang lain, walaupun bersebrangan dengan pemikirannya namun segan untuk menghentikan niat mereka.

Dalam pengembangan Kenzus Sholawat sebagai pusat jaringan Habib Luthfi, juga tidak lah selalu lancar dan tanpa tantangan. Begitu juga dalam kepengurusan Kenzus Sholawat. Santri-santri selalu ada yang baru dan ikut membantu dalam kepengurusan Kenzus Sholawat, tetapi seringkali beberapa santri diantaranya setelah mengenal tokoh-tokoh lain melalui interaksi ketika kunjungan mereka ke Habib Luthfi pergi mengikuti tokoh lain. Sehingga terkadang posisi yang sebelumnya terisi menjadi kosong dan ini terkadang menghambat

upaya untuk mengembangkan Kenzus Sholawat menjadi “corong dakwah” Habib Luthfi. Seperti ketidak adaan orang untuk mengawal

webside Kenzus Sholawat selama dua tahun belakangan ini, yang sebetulnya merupakan sarana dakwah yang juga sangat efisien diera modern saat ini.


(17)

Perluasan Jaringan Habib Luthfi Dalam Bidang Ekonomi

Dari sisi ekonomi Habib Luthfi dapat dikatakan sebagai orang yang berekonomi sangat baik atau dapat dikatakan kaya walaupun dirinya bukan merupakan pengusaha. Kekayaannya dapat dilihat dari rumahnya yang luas, besar dan megah, beberapa mobil yang bisa di golongkan sebagai mobil mewah. Dulu di tahun 1997 hingga sekitar tahun 2000, Habib Luthfi pernah mencoba untuk menjalankan usaha kapal perikanan. Tetapi karena dirasa rugi, maka perusahaan ini kemudian di tutup. Hingga saat ini Habib Luthfi tidak memiliki usaha, begitu juga keluarganya baik itu istri, maupun anak-anaknya. Lalu dari mana kekayaan yang Habib Luthfi peroleh?

Sebagian orang mengatakan bahwa kekayaan yang Habib

Luthfi miliki adalah merupakan “karomah” (berkat) dari Tuhan karena Habib Luthfi bekerja untuk Tuhan. Habib Luthfi menerima banyak sedekah dari umatnya, termasuk juga pengusaha-pengusaha. Ada keyakinan dan kewajiban yang hidup dikalangan umat Islam untuk bersedekah. Dalam melakukan sedekah, Umat Islam memiliki keyakinan bila diberikan pada orang yang tepat (benar) maka akan mendatangkan pahala yang besar. Salah satunya yaitu dengan memberikan sedekah pada ulama yang nantinya akan diperuntukkan bagi kebaikan. Atas dasar konsep ini maka banyak umat di waktu-waktu tertentu akan memberikan pada ulama yang diyakini atau dipercai akan mewujudkan bagi kebaikan (termasuk dalam hal perluasan dan pengembangan agama Islam itu sendiri).

Habib Luthfi sebagai seorang tokoh yang memiliki akses kepada kekuatan politik masyarakat dan menjadi pusat, secara sadar atau tidak jaringan yang semula merupakan jaringan keagamaan kemudian berkembang dan memiliki fungsi ekonomi bagi dia. Baik itu sebagai sumber maupun sebagai alat penghubung bagi perkembangan ekonomi bersama.

Salah satu hal yang menyebabkan hal ini terjadi karena jaringan keagamaan terwarnai dengan aktor-aktor yang memiliki multi


(18)

112

jaringan yang bergerak di dunia usaha/ekonomi. Tetapi juga karena ada inisiatif dari Habib Luthfi untuk mengembang jaringannya untuk fungsi ekonomi.

Inisiatif atau kesengajaan dalam mengembangkan fungsi jaringan ini tampak dalam campurtangan Habib Luthfi dalam berbagai aktifitas ekonomi. Salah satunya seperti ketika pembangunan IBC (Internasional Batik Center) pada tahun 2012 di Wiradesa. Menurut beberapa pengusaha batik yang membuka kios di IBC, IBC dibangun atas inisiatif dari Habib Luthfi. Tujuannya adalah untuk memberi tempat bagi para pengusaha Batik lokal untuk bisa masuk dalam pasar internasional.

Inisiatif Habib Luthfi dalam pembangunan IBC, juga tampak dari usaha Habib Luthfi untuk menghubungi pengusaha bernama Gunawan dari Jakarta untuk mendukung pendanaannya. Gunawan merupakan pengusaha Thionghoa non muslim yang dulu menjadi pemilik PT. Dufantek di Pekalongan, tetapi karena perusahaan ini tidak menguntungkan kemudian mengalihkan kosentrasi usaha tektilnya di daerah Kerawang, Cipitung dan beberapa tempat lain di daerah Jawa Barat dan Jakarta.

Melalui berbincangan antara Habib Luthfi dengan Gunawan gedung bekas pabrik PT. Dufantek yang terbengkelai dia bangun ulang dan digunakan untuk gedung IBC. Menarik untuk di catat bahwa para pengusaha atau pedagang batik lokal yang menempati kios dalam gedung ini kebanyakan adalah pedangan yang dekat dengan Habib Luthfi. Mereka di arahkan oleh Habib Luthfi untuk membuka usaha di tempat ini. Walaupun tentu juga ada pedagang yang tentu saja atas inisiatif sendiri karena melihat peluang, tetapi peran Habib Luthfi untuk juga turut mengatur dan mengarahkan para pengusaha itu untuk berdagang di tempat ini cukup besar. Tidak mudah untuk mengarahkan pengusaha batik untuk berjualan di tempat ini, karena di Pekalongan sudah ada beberapa pasar grosir yang jauh lebih dulu ada dan telah memiliki kemapanan pasarnya.


(19)

Di IBC ini Habib Luthfi juga membentuk sebuah paguyuban bagi para pedagang yang dikenal dengan BPD (Badan Perwakilan Duta). Duta merupakan istilah yang digunakan Habib Luthfi untuk menyebut orang-orang yang memiliki kios di IBC. Kepengurusan BPD IBC dipegang oleh Fauzin sebagai ketua yang merupakan tangan kanan Habib Luthfi. Dengan posisi yang dimiliki oleh Fauzin, perngarahan-pengarahan dan kepentingan-kepentingan dari Habib Luthfi mudah untuk ditransfer pada para pedangang yang ada di IBC ini.

Dalam pengembangan jaringan ekonomi, Habib Luthfi selain dengan Gunawan, ditingkat nasional ada beberapa pelaku ekonomi lain yang ia kenal seperti Hari Tanoesoedibjo presiden direktur MNC Group (salah satu perusahan besar di Indonesia), pejabat-pejabat pusat dari Bank-bank seperti BNI, BCA, Hartono seorang pengusaha Muslim yang saat ini sedang berupaya untuk membangun Islamic center dengan miniature 99 masjid dunia di Bogor, dan beberapa pengusaha nasional lainnya. Namun walaupun Habib Luthfi membangun jaringan dengan aktor-aktor ekonomi di tingkat nasional, ia juga tetap mengembangkan jaringan ekonomi di tingkat lokal. Justru tampaknya Habib Luthfi lebih mengutamakan untuk mengembangkan jejaringnya di tingkat lokal, baik dengan para pengusaha Tiongha maupun Muslim pribumi. Hal ini tentu saja terjadi karena seringnya perjumpaan dengan para pengusaha ini dalam berbagai acara di Pekalongan ketimbang dengan pengusaha nasional. Pengusaha tionghoa diantaranya seperti Soleh Dahlan pemilik apotik Asri, Tiong Bing seorang pengusaha yang tinggal di seberang jalan rumah Habib Luthfi, Harianto seorang pengusaha wallet, pengusaha teh Bandrol, dan masih banyak lagi. Dengan pengusaha muslim, kebanyakan dari mereka adalah para santrinya. Seperti Faizin, Haji Malik, Samroni dan Romadhon, pedagang batik tradisional yang juga merupakan santri-santri yang dipercaya oleh Habib merupakan kekuatan bagi beliau untuk memelihara posisinya sebagai pusat kekuatan. Bahkan untuk mengembangkan jaringan ini Habib Luthfi juga tidak segan-segan untuk membantu modal hingga jutaan rupiah kepada beberapa orang untuk memulai usaha. Hal ini karena, seperti yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, di Pekalongan


(20)

114

pengusaha lokal, atau yang dikenal dengan istilah “pronggok”, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam masyarakat. Tidak hanya dari sisi perkembangan ekonomi masyarakat, tetapi juga politik.

Selain kedekatan dengan para pengusaha yang merupakan santrinya, Habib Luthfi memiliki kedekatan dengan banyak pengusaha Pronggok di kabupaten Pekalongan. Hal ini tampak dari kehadiran Habib Luthfi dalam maulid yang di selenggarakan oleh para npronggok ini. Seperti yang terjadi pada bulan november tahun 2015, misalnya, Habib Luthfi diundang oleh para pengusaha pronggok Wira Desa, Kabupaten Pekalongan. Ini tidak hanya sekali tetapi merupakan kegiatan yang tiap tahun Habib lakukan dengan para pengusaha pronggok di wilayah ini.

Relasi dengan para pengusaha ini juga terbangun karena Habib Luthfi merupakan tempat rujukan bagi umat yang hendak sukses dalam usaha. Habib Luthfi memiliki kemampuan spiritual dan pengetahuan tentang dunia ekonomi sebagai modal dalam membangun relasi ini. Pengetahuan ekonomi ia terbekali dari pertukaran pengetahuan dengan beberapa pakar dan pelaku ekonomi, diantaranya seperti Hari Tanoe, Abdulrohim Abdulah, Anwar Nasution, dll yang datang menemuinya. Sehingga dengan modal pengetahuan tentang duani ekonomi ia bisa memberikan nasehat kepada umat yang membutuhkan dan mulailah ada hubungan kedekatan.

Namun walaupun Habib Luthfi membangun jaringan dengan dunia ekonomi melalui kedekatan dengan para pengusha non muslim, Habib Luthfi masih menjaga jarak dengan mereka berbeda dengan para pengusaha yang merupakan santri-santrinya. Dengan pengusaha non muslim, terlebih dengan pengusaha ditingkat nasional, relasi memang tidak begitu dekat. Hal ini terjadi karena banyak dari pengusaha ini juga terlibat dalam dunia politik, yang tentu saja bisa membuat posisi Habib Luthfi dalam membangun relasi dengan berbagai pihak bisa terkendala. Selain itu Habib Luthfi tetap menjaga agar tidak ada pandangan bahwa ia mencoba mencari keuntungan materi melalui pembangunan relasi atau mengembangkan jaringan ekonomi. Sikap


(21)

kehati-hatian ini penting untuk dilakukan agar keyakinan akan sosok Habib Luthfi sebagai seorang sufi tidak pudar. Seperti, Habib Luthfi tidak menerima keuntungan material dari usahanya membuka IBC. Habib Luthfi maupun keluarganya juga tidak ada yang memiliki usaha atau toko di tempat ini. Kepercayaan masyarakat akan ke-sufi-an Habib Luthfi memegang peranan penting agar kewibawaannya tidak memudar.

Perluasan Jaringan Habib Luthfi dalam arena Politik

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya diatas, sebagai tokoh panutan, Habib Luthfi memiliki akses besar pada kekuatan politik umat/masyarakat. Namun oleh umat Habib Luthfi dipandang sebagai seorang sufi yang tidak memikirkan hal-hal yang bersiafat duniawi termasuk politik. Hal ini ditunjukkan oleh Habib Luthfi dalam pengajian taklim maupun tarekat tidak pernah menganjurkan umat untuk mengikuti salah satu partai politik atau kandidat tertentu. Habib Luthfi menjaga kebebasan politik umat tetapi juga penulis melihat bahwa ini juga merupakan cara untuk menjaga agar keberadaannya dapat di terima oleh berbagai pihak. Tentu ini dilakukan sebagai upaya mempertahankan posisinya sebagai seorang yang dipandang oleh umat sebagai seorang sufi.

Akan tetapi disisi yang lain sebagai seorang yang hidup di tengah masyarakat, Habib Luthfi juga tidak bisa menghindar dari keterlibatan politik. Habib luthfi juga harus mempertahankan keberadaannya ditengah politik melalui strategi-strategi yang dibangunnya. Sehingga walaupun Habib Luthfi didepan umatnya menampakkan diri sebagai orang yang tidak memihak pada pihak tertentu, tetapi terhadap santri-santri atau orang-orang yang dekat dengan beliau ada instruksi khusus yang tidak bisa dipublikasikan. Ada keterbatasan penyebaran informasi yang hanya beredar didalam jaringannya. Informasi-informasi ini biasanya diberikan oleh Habib Luthfi disaat malam ketika diskusi-dikusi terkait politik dengan orang


(22)

116

yang dekat dengannya. Siapa yang terlibat dalam percakapan ini juga terbatas. Tidak semua santri diundang olehnya untuk mendapatkan informasi ini. Informasi yang diberikan biasanya seputar penyikapan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya yang dikeluarkan oleh presiden, pilihan calon atau kandidat yang sesuai untuk didukung beserta dengan strategi yang perlu dilakukan, dll terkait dengan dinamika politik yang berkembang. Cara penyebaran informasi ini telah dilakukan sejak jaman Soeharto/Orde Baru hingga kini.

Sebagai misal di tingkat lokal terkait dengan kandidat calon walikota dan wakil walikota di tahun 2015 yang baru saja terlaksana. Walau terbuka dengan tiga calon walikota yang sedang bersaing, yang ditunjukkan dengan diundangnya semua calon dalam perhelatan ulang tahun Habib Luthfi, namun secara diam-diam dalam instruksi terhadap orang-orang dekatnya baik itu santri atau kyai atau pengusaha ada instruksi untuk lebih memberi dukungan pada salah satu calon. Menurut beberapa orang dekat Habib Luthfi ini dilakukan karena melihat ada peluang untuk berbagi kekuatan dan melakukan pengawalan dalam menjalankan pemerintahan.

Dengan akses kekuatan politik pada masyarakat, Habib Luthfi mau tidak mau menjadi daya tarik bagi partai-partai atau pelaku politik praktis. Beliau sering di dekati banyak pihak untuk mendapatkan melakukan sharing kekuatan politik. Mulai dari tokoh politik nasional seperti Soeharto, Susilo Bambang Yudoyono, Jusuf Kala, Prabowo, Gus Dur, Megawati, dll hingga ke bupati. Kedekatan dengan tokoh-tokoh

politik baik nasional maupun lokal ini mulai terjadi sekitar tahun 90‟an

ketika Habib Luthfi mulai membangun pusat dakwah di Kota Pekalongan. Namun khusus dengan Gus Dur, menurut beberapa orang yang dekat dengan Habib Luthfi, kedekatannya sudah terjalin sejak berkiprah di NU. Habib Luthfi yang tidak pernah membedakan dan menerima siapapun dalam berelasi, membuat habib luthfi juga dekat dengan pemerintah dan partai politik sehingga membuat nama beliau seringkali terpampang dalam setiap perhelatan kampanye dari partai Golkar di era orde baru.


(23)

Menurut beberapa orang yang sangat dekat dengan Habib Luthfi, sikapnya terbuka dengan pemerintah sering mendapat pertentangan dikalangan banyak ulama NU. Khususnya di saat orde baru atau sekitar tahun 1994 hingga tahun 1998 ketika Habib Luthfi terjun didunia politik dan berafeliasi pada partai Golkar, yang ketika itu mayoritas ulama/kyai Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Batang, hingga Semarang, berafiliasi politik pada PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

Paling tidak ada empat hal yang melatar belakangi sikap atau keputusan Habib Luthfi dalam mengambil langkah untuk terjun kedunia politik dan berafeliasi pada Golkar. Pertama, agar NU mendapatkan ruang untuk berdakwah dari penguasa pada saat itu. Kedua, agar NU tidak menjadi alat mobilisasi partai politik (PPP) setelah kembali ke Qitah. Ketiga, sebagai perwujudan dari salah satu tugas NU untuk memiliki akses pada pemerintah sebagai upaya mengawal pelaksanaan pemerintahan menuju pemerintahan yang baik. Keempat, sebagai upaya untuk melakukan pembelajaran politik pada umat, dimana di era Orde Baru banyak umat Islam yang berpandangan bahwa seorang Islam yang taat harus memilih PPP dan tidak membedakan antara agama dan partai politik.8

Sebenarnya walaupun Habib Luthfi terbuka dengan pihak pemerintah atau pejabat tetapi relasinya sebenarnya tidak begitu dekat. Ia sering kali tampak menjaga jarak dengan mereka. Ada kehati-hatian Habib Luthfi dalam berelasi, sehingga jika arah politik berubah Habib Luthfi tetap bisa bertahan dalam posisinya dan membuka relasi dengan pihak lain. Menurut beberapa orang yang dekat dengan Habib Luthfi, sering kali para pejabat atau pelaku politik menawarkan sesuatu, seperti kesiapan hendak mendukung pembangunan pondok pesantren di lahan miliknya di salah satu wilayah di Kabupaten Pekalongan. Habib Luthfi tidak menerima tawaran tersebut dengan alasan-alasan yang halus seperti belum siap untuk mengelola pondok, dll. Selain itu, terkadang Habib Luthfi sengaja tidak menemui atau menghindar sementara untuk


(24)

118

ditemui oleh pejabat-pejabat tertentu. Menurut cerita, pernah seorang pejabat dari Jakarta yang datang khusus menemui Habib Luthfi dan telah menunggu beberapa hari tetap tidak bisa bertemu. Terkadang Habib Luthfi menemui pejabat diruangan umum dimana banyak juga umat yang ada di tempat tersebut, sehingga pembicaraan tidak khusus. Namun bila Habib Luthfi merasa penting untuk bertemu dengan pejabat yang berkunjung di rumahnya, Habib Luthfi akan menemui pejabat tersebut di ruang khusus yang terletak di lantai dua atau bahkan di ruang yanng lebih khusus di lantai tiga di ruang keluarga dimana hanya tamu-tamu tertentu saja yang akan di terima di tempat ini.

Sikap kehati-hatian ini Habib Luthfi dimainkan agar posisi sebagai pemuka agama tidak turun dan akses terhadap kekuatan politik tetap terjaga. Apalagi beliau merupakan ketua tarekat yang diharapkan berprilaku sebagai sorang sufi yang sudah meninggalkan kepentingan-kepentingan duniawi dan lebih memperhatikan upayanya mencari jalan pada Tuhan. Menurut cerita Faizin pada tahun 1997 ketika terjadi pertikaian antara Golkar dan PPP yang menimbulkan kerusuhan di Pekalongan, pada hari pecahnya kerusuhan Habib Luthfi sejak pagi hari telah mengundang santri-santri dan kyai/ulama yang dekat dengan dia ke rumahnya. Khususnya para santri utama dan kyai yang tinggal di wilayah Buaran yang menjadi pusat kerusuhan. Habib Luthfi menyarankan kepada mereka untuk sementara waktu berada dirumahnya tidak usah ikut dalam kampanye Golkar yang rencananya akan diselenggarakan di Pondok Pesantren Al-Qur'an "KH Syafii" Kradenan (dekat wilayah Buaran) tablig akbar yang dihadiri oleh Ny. Siti Hardiyanti Rukmana (Ketua DPP Golkar), KH Zaenuddin MZ, Rhoma Irama dan Ustad Choril Amar.

Habib Luthfi, menurut Faizin yang ketika itu selalu bersama Habib Luthfi menceritakan bahwa Habib luthfi melalui diskusi terus-menerus dengan beberapa pihak sebelum kejadian, sehingga bisa melihat potensi kerusuhan semakin besar. Hampir tiap malam, Habib Luthfi berbincang-bincang dengan para santri dan berbagai pihak


(25)

seputar politik baik di aras lokal maupun nasional. Kedekatan dengan para tokoh nasional seperti Gus Dur (sebelum menjadi presiden), juga menyumbang pemahaman sebagai bahan analisa pribadi terhadap dinamika sosial yang terjadi. Benar saja, pada saat itu ketegangan sudah mulai terasa sejak pagi hari. banyak warga yang berkumpul-kumpul di sepanjang jalan kawasan Jalan Urip Sumohardjo sepanjang 5 km, dan meliputi desa-desa dan perkampungan Jenggot, Buaran, Banyuurip Alit, Banyuurip Ageng, Ponolawen, Pringlangu, Simbangkulon dan Kelurahan Kradenan di wilayah Kodya Pekalongan, sampai memasuki Desa Kertijayan di wilayah Kabupaten Pekalongan. Beberapa anggota Banser dan santri yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut secara bergantian datang kerumah Habib untuk melaporkan perkembangan situasi di daerah Kerusuhan.

Dalam melihat perkembangan sosial politik nasional, Habib Luthfi sering bertukar pikiran dengan aktor-aktor politik Nasional seperti dengan Gus Dur, Megawati, dan lain-lain. Diskusi seputar dinamika politik yang berkembang ini dilakukan Habib Luthfi ketika berkunjung ke Jakarta dan menyempatkan diri untuk bertemu dengan tokoh-tokoh nasional ini. Tetapi juga terkadang diskusi dilakukan ketika tokoh-tokoh nasional tersebut datang berkunjung di Pekalongan.

Salah satu yang tampak nyata dari relasinya dengan Gus Dur sejak berkiprah di NU, yaitu Habib Luthfi terlibat dalam awal pemikiran untuk merespon situasi dimana banyak tokoh-tokoh NU tidak mendapatkan ruang dalam partai PPP dan upaya NU dalam pembentukan sebuah partai yang saat ini dikenal dengan partai PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Pergumulan tentang pembentukan partai PKB sudah dilakukan sejak akhir periode orde baru, sebagai upaya penyebaran kekuatan Islam khususnya NU dalam politik. NU sebagai salah satu kekuatan besar Islam, tampaknya telah menjadi sarana kekuatan yang dimainkan oleh partai PPP. Kontrol terhadap NU oleh partai ini, dianggap telah sangat kuat dengan kurangnya tempat bagi tokoh-tokoh NU dalam partai PPP untuk mengawal warga NU,


(26)

120

sehingga seruan kembali ke kitah mendapat perlawanan cukup kuat dari partai PPP.

Di Era Reformasi, terbukanya peluang bagi kemunculan banyak partai, membuat NU Pusat menginstruksikan agar cabang-cabang NU di daerah-daerah membentuk PKB. Di Pekalongan, Habib Luthfi merupakan salah satu tokoh NU yang turut memperjuangkan terbentuknya PKB bersama dengan beberapa tokoh kyai Pekalongan lain seperti Alm. Kyai Gufron Anip, Alm. Kyai Mudzakir, dll. Hingga terdeklarasikannya PKB Kota Pekalonga di pesantrennya Kyai Mudzakir. Perjuangan Habib Luthfi tidaklah mudah, faksionalisasi antar ulama terjadi sangat kuat sejak saat awal gagasan pembentukan PKB melalui NU mulai diintroduksikan. Berbeda dengan dinamika politik di tingkat nasional yang dirasakan bahwa tokoh-tokoh NU tidak memiliki tempat di partai PPP yang di dominasi dari kelompok-kelompok lain, di pekalongan banyak tokoh-tokoh NU yang menduduki posisi penting di partai PPP. Namun perlu di catat bahwa ketika proses deklarasi PKB ini dimulai, proses menguatnya relasi antara Habib Luthfi yang semula bertentangan dengan beberapa kyai PPP karena dirinya Golkar terjadi.

Dengan keluarnya NU dari PPP yang diwujudkan dengan pembentukan partai PKB, Jaringan NU Pekalongan yang sebelumnya memiliki ikatan yang kuat antara aktor didalam organisasinya terpecah. Pecahnya jaringan NU menjadi dua kelompok yang bersebrangan antara yang menghendaki pembentukan PKB dan yang menentang pembentukan PKB. Pertarungan inilah yang kemudian memunculkan peristiwa kerusuhan tahun 1998 di Pekalongan.

Perseteruan antara dua kubu sangat kuat, hingga ada kyai atau

ulama yang mengatakan “ora NU-NUan sing penting Islam” (tidak usah ikut NU yang penting Islam). Relasi antar aktor terputus bahkan ada beberapa aktor yang hingga kini relasinya belum baik dan berlanjut pada keturunan-keturunannya. Seperti relasi Habib Luthfi dengan Kyai Nawir, seorang kyai PPP, yang hingga meninggalnya Kyai Nawir tidak ada kontak diantara mereka. Namun situasi ini memang tidak bisa di


(27)

jadikan titik acuan, karena relasi diantara aktor yang semula bersebrangan karena persoalan partai ini ada yang kemudian relasi diantaranya membaik, tetapi juga ada yang walaupun bersebarang partai relasinya tetap baik. Seperti relasi Habib Luthfi dengan Kyai Tohir bin KH Abdul Fatah yang merupakan tokoh kuat PPP dikala perpecahan ini terjadi. Kyai Tohir yang putus relasinya dengan Habib Luthfi karena partai, di tahun 2005 di saat-saat akhir hayatnya menyempatkan diri untuk berkomunikasi melalui telpon dengan Habib Luthfi dan meminta maaf atas kesalahannya selama ini. Kontak yang singkat melalui telpon ini merupakan langkah untuk terjadi rekonsiliasi dan memperbaiki relasi antar aktor. Tidak hanya yang bersangkutan saja tetapi juga diantara aktor-aktor lain disekitarnya. Bagi umat Islam, meminta maaf dan berdamai sebelum meninggal adalah sebuah kewajiban, sehingga dalam kasus ini, upaya membangun kembali relasi berhasil dilakukan. Relasi antara keluarga Kyai Tohir dengan Habib Luthfi mulai kembali terjadi.9

Sedangkan relasi yang tetap baik walau bersebrangan partainya yaitu relasi antara Habib Luthfi dengan Kyai Anshor (Tokoh PPP dan merupakan Ayah Kyai Zakaria). Konon menurut Kyai Zakaria, relasi antara Kyai Anshor dengan Habib Luthfi dimulai dari sama-sama berguru eliyak (Imam Gozali) yang merupakan ajaran tasawuh di Mbah Kyai Abdul Fatah Tohir-Kradenan (Ayah Kyai Tohir/Tokoh PPP) bersama Kyai Tohir. Kyai Abdul Fatah Tohir tidak membedakan afiliasi politik dari murid-muridnya, dan memberi kebebasan kepada murid muridnya untuk menentukan pilihan afiliasi politik. Pilihan Habib Luthfi untuk masuk ke Golkarpun di kuatkan oleh Kyai Abdul Fatah, agar dapat membimbing keagamaan umat Islam yang ada di Golkar. Hal ini lah yang menjadikan relasi antara Kyai Tohir, Kyai Anshor dengan Habib Luthfi tetap baik walaupun berbeda afiliasi politik. Hal ini di buktikan ketika meningkatnya ketengangan politik, baik itu antara golkar dengan PPP atau PPP dengan PKB (ketika itu pemahaman masyarakat partai dan agama tidak dapat dipisahkan),


(28)

122

Habib Lutfhi tidak diserang atau pun menyerang Kyai Tohir atau Kyai Anshor. Bahkan ketika konflik tersebut memanas, Kyai Anshor dan Habib Luthfi masih saling berkunjung. Dan karena memanasnya suhu politik itu, Habib Luthfi di terpa isu selingkuh, Kyai Anshor yang membela dengan mengatakan kepada jemaahnya untuk tidak termakan isu yang belum tentu benar, sebebab kalau tidak benar maka umat akan menanggung dosa melakukan fitnah. Dan kalaupun isu itu benar, karena dia ini kyai atau ulama maka akan bertobat dan dosanya akan diampuni, sedangkan umat yang menggunjingnya tetap akan berdosa.

Habib Luthfi, dalam upayanya membentuk dan memperkuat PKB, walau Habib Luthfi tidak serta merta berada di barisan terdepan. Namun Habib Lutfhi melalui jaringan yang ia miliki diarahkan untuk kepentingan penguatan PKB. Habib Luthfi yang ketika di masa Orde Baru dekat dengan orang-orang di Golkar, memasukkan beberapa orang yang punya kekuatan politik di aras lokal untuk mendukung usaha penguatan PKB. Salah satunya yaitu dengan menjadikan Bulet (nama panggilan) seorang tokoh Pemuda Pancasila yang mempunyai pengaruh dikalangan para “preman” terminal Kabupaten Pekalongan, untuk duduk menjadi anggota dewan dari partai PKB. Kedekatan antara Habib Luthfi dan Bulet sudah terbangun sejak Orde Baru, ketika Bulet aktif di Pemuda Pancasila dan sering berkunjung ke rumah Habib Luthfi untuk urusan terkait Golkar.

Dalam wawancara dengan Bulet, Bulet sebenarnya enggan ketika pengurus PKB memintanya untuk mencalonkan diri sebagai anggota dewan dari partai PKB. Bulet merasa jiwanya sebagai Pemuda Pancasila masih kuat, dan tidak bisa ditinggalkan. Hanya karena Habib Luthfi secara personal memintanya, Bulet kemudian bersedia dengan syarat ia tidak diharuskan meninggalkan Pemuda Pancasila.

Dengan demikian, tampak bahwa Habib Luthfi punya kedekatan dan memiliki pengaruh kuat terhadap para aktor lintas latarbelakang atau jaringan. Tidak hanya dalam jaringan NU atau PKB atau ulama atau santri saja tetapi juga aktor yang berasal dari kelompok dan jaringan lain seperti Bulet yang bukan dari kelompok santri.


(29)

Namun apakah dengan gambaran diatas mengindikasikan bahwa aktor yang kuat dalam jaringan keagamaan atau Islam tradisional dapat serta merta mengarahkan jaringannya kepada sebuah partai politik? Dalam beberapa studi tentang aktor kyai dan pengaruhnya pada masyarakat, Kyai sebagai aktor yang dominan dapat menentukan arah politik dari umatnya sebagi modal sosial yang dimilikinya. Dimasa orde lama, orde baru hingga awal reformasi, pengaruh kyai terhadap umat sangat besar sehingga bisa dikatakan demikian. Sangat tampak bahwa umat mengikuti apa yang menjadi pilihan dari Kyai atau ulama sebagai sumber informasi. Di masa-masa ini Kyai seperti Kyai Tohir dan Kyai Nawir yang cukup sentral dalam kancah perpolitikan melalui partai PPP dapat mengarahkan umatnya untuk mendukung Partai PPP. Kyai atau ulama dianggap mememiliki pengatahuan untuk menentukan partai mana yang baik sehingga kemudian di ikuti oleh umat/santrinya. Namun apakah saat ini juga demikian yang terjadi? Dimana mulai muncul banyak partai politik, pendidikan yang semakin maju dan perkembangan pendidikan politik semakin sering dilakukan pada masyarakat. Banyaknya pihak-pihak yang mengintroduksikan demokrasi dan pendewasaan pada para pemilih melalui berbagai seminar dan bentuk sosialisasi lainnya. Perkembangan ini lah yang kemudian menjadikan masyarakat lebih maju dalam menyikapi politik dan menjadikannya pengimbang bagi kekuatan yang didasarkan pada kekuatan primordial.

Pada pemilihan presiden tahun 2014, dimana ada dua pasangan calon yang bersaing untuk menduduki kursi keprisidenan. Antara pasangan Joko Widodo dengan Jusuf Kala dan pasangan Prabowo S dengan Hata Rajasa. Habib Luthfi yang teridentifikasikan oleh masyarakat sebagai pendukung pasangan Prabowo-Hatta tidak berhasil untuk memenangkan pasangan ini di Pekalongan. Justru sebaliknya perolehan terbanyak di menangkan oleh pasangan Jokowi dan Jusuf Kala yang didukung oleh umat Nahdiyin dibawah PKB.

Bagi sebagian orang menilai bahwa kekalahan pasangan Prabowo-Hatta di Pekalongan menunjukkan pengaruh Habib Luthfi


(30)

124

Salah seorang kyai memimpin umat untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya

yang kurang besar di Pekalongan dan menandakan bahwa pengaruhnya besar di luar kota Pekalongan. Tetapi sebenarnya ini merupakan strategi Habib Luthfi untuk tetap mempertahankan posisi beliau sebagai seorang sufi atau tokoh agama yang dengan pertimbangannya lebih penting untuk di jaga. Ini tampak dari tidak pernahnya Habib Luthfi membicarakan persoalan pemilu atau kandidat tertentu dalam pengajian maupun dikalangan tarekatnya. Habib Luthfi hanya memberikan intruksi pada santri atau kyai yang sangat dekat dengan beliau saja untuk melakukan gerakan dibawah tanah untuk mewujudkan dukungannya pada pasangan ini. Habib Luthfi sadar jika beliau terlalu memaksakan jaringan umat yang ia miliki pada satu kandidat, kemungkinan untuk terjadi faksionalisasi dalam jaringan NU akan sangat besar dan akses politiknya pada umat akan memudar.

Perluasan ke Jaringan Lintas Iman

Untuk memperluas jaringan Lintas Iman, Habib Luthfi mempergunakan beberapa cara. Cara-cara tersebut diantaranya yaitu memanfaatkan tablig maulid untuk kembali merekatkan umat dan menyatukan masyarakat Pekalongan. Kegiatan maulid yang tak hanya dilakukan sekali, seperti biasanya diselenggarakan oleh masyarakat pada umumnya. Maulid yang diselenggarakan di banyak tempat dengan mengundang baik dari kalangan muslim maupun non muslim. Banyak kelompok non muslim yang bersedia hadir dalam acara yang digelar oleh Habib. Memang serangkaian kegiatan maulid yang diinisiasi habib bertujuan agar masyarakat bisa saling bertemu, saling bertegur sapa, dan menjalin komunikasi kembali yang sempat terputus karena peristiwa kerusuhan yang sempat terjadi. Ideologi atau selogan NKRI


(31)

harga mati selalu di tekankan dalam tablik maupun bentuk-bentuk pengajian lainnya, sebagai upaya mengingatkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah dan persatuan. Lagu Indonesia Raya yang jarang dinyanyikan dalam acara pengajian, dalam pengajian yang Habib Luthfi selenggarakan lagu ini menjadi wajib dinyanyikan. Ini merupakan upaya merekatkan kembali hubungan-hubungan masyarakat yang sempat renggang, termasuk hubungan antara kelompok muslim dan non muslim, orang pribumi dan non pribumi sebagai masyarakat Indonesia. Selain itu Habib Luthfi ingin menanamkan kembali pada kaum santri bahwa NU sebagai salah satu pilar bangsa yang telah ikut dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.

Selain melalui acara Maulid, Habib Luthfi bersama beberapa tokoh agama dan aktivis-aktivis muda yang memiliki kepedulian yang sama juga membentuk sebuah forum lintas agama yang di namakan Forum Panutan. Forum Panutan ini lahir paska kerusuhan tahun 1999. Habib Luthfi tidak membentuk forum ini sendiri, ada aktor lain yang turut berperan dalam pembentukan ini. Salah satu tokoh (aktor) lainnya yang menginisiasi forum ini adalah Almarhum Zurkoni. Seperti yang telah di uraikan dalam bab sebelumnya, Zurkoni merupakan aktivis muda yang menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sosial.

Forum lintas agama yang diprakarsai oleh Habib Luthfi ini diberi nama “Panutan”. Nama “Panutan” dipilih karena yang hadir dalam forum adalah para pemuka agama yang diharapkan dapat menjadi panutan bagi umatnya dalam menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Pendekatan yang digunakan oleh forum ini adalah membangun dialog diantara tokoh elit dari agama-agama yang ada di Pekalongan. Acara seremonial acap kali mewarnai kegiatan forum ini, seperti hadir dalam perayaan-perayaan keagamaan, saling menggunjungi satu dengan yang lain, menghadiri acara pemerintah secara bersama-sama, dll. Acara seminar-seminar baik di tingkat lokal

seperti seminar tentang “Stop Kekerasan Atas Nama Agama”, maupun


(32)

126

dilakukan. Seperti sarasehan yang penulis pernah ikuti yaitu Forum Sarasehan Umat Beriman (FSUB)10 Se-Jawa Tengah yang pernah diselenggarakan di Pekalongan pada tahun 2004.

Tema dari sarasehan Forum Sarasehan Umat Beriman di Pekalongan11 ketika itu yaitu “Mencari Kedamaian Dalam Pemilu 2004; Peran Agama Sebagai Pembawa Damai Bagi Umat”. Selama dua hari sarasehan di adakan di gedung Kenzus Solawat. Sebuah gedung yang diperuntukkan untuk tempat Habib Luthfi melakukan pengajian. Di dalam gedung ini tidak ada perabotan rumah seperti kursi dan meja, hanya karpet yang menutupi lantai. Hanya saat itu, di satu sudut gedung, dekat dengan pintu penghubung antara rumah dan gedung diberi kain hijau untuk menyekat sudut ruangan tempat para tokoh agama akan tidur diruang tersebut.

Tokoh agama tidur tidak beralaskan kasur empuk dan ruangan berAC. Tokoh-tokoh agama dari berbagai agama dan daerah tidur di ruangan terbuka ini bersama-sama. Sehingga suara dengkuran dapat

10 FSUB saat ini sudah berubah nama menjadi forum SOBAT. Forum ini merupakan

gerakan lintas iman yang diprakarsai aktor-aktor dari tiga institusi, yakni Wisma Santri Edi Mancoro, Deputat Keesaaan Sinode GKJ (Gereja Kristen Jawa), dan Lembaga Percik Salatiga. SOBAT muncul dari hasil diskusi dan refleksi aktor-aktor ketiga institusi tersebut atas perkembangan situasi sosial masyarakat Indonesia terutama pada masa akhir dan pasca kekuasaan rezim Orde Baru. Pada saat itu, masyarakat rentan terhadap segregasi institusional dan individual antar agama dan etnis, yang ditandai oleh kekerasan dan konflik di berbagai daerah. Refleksi tersebut atas perkembangan situasional sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, maka ketiga aktor yang mempunyai kesamaan pemikiran bersepakat untuk membuat forum lintas iman sebagai upaya menjembatani jurang-jurang perbedaan itu.

Kehadiran SOBAT merupakan bagian dari upaya serupa yang sudah dijalankan oleh sejumlah lembaga-lembaga lain. Berdasarkan pergaulan dengan lembaga-lembaga itu serta pengalaman Sobat sendiri, maka program Sobat dilakukan dengan pendekatan dan performance kinerja yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (l) Menekankan proses dengan mulai menciptakan persahabatan antar tokoh agama di tingkat lokal sebagai proses awal; (2) Mengembangkan atau merumuskan isu-isu di tingkat lokal bersama. Menganalisanya dan mencari solusi bersama berdasarkan prinsip isu lokal dirumuskan dan diatasi bersama berdasar sumber-sumber lokal; (3) Memperkuat gerakan lokal pada tingkat grassroot dalam usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan lokal itu

11 Pekalongan merupakan salah satu simpul dari 32 simpul FSUB / Sobat yang


(33)

Habib Luthfi saat berbincang-bincang dengan para Pendeta Belanda dan Imam Turki

terdengar, percakapan dan candaan hingga larut malam harus diterima sebagai cerita penghantar tidur. Tetapi disinilah makna pertemuan ini. Tokoh agama yang dulu tidak saling kenal mulai mengenal dan mulai cair. Selain memberi ruang untuk saling mengenal, sarasehan juga diseting agar dapat menghayati kehidupan keagamaan di tempat itu.

Dalam perjalanannya Forum Panutan telah mampu membuat relasi antar tokoh agama yang sebelumnya kaku menjadi relasi yang cair. Mereka dapat mengenal satu sama lain bahkan secara mendalam hingga ke tradisi masing-masing agama. Bahkan ada ungkapan canda dari seorang Kyai di Pekalongan yang mengatakan bahwa NU sama dengan Katolik, dan Kristen Protestan sama dengan Muhamadiyah. NU kuat dalam beralkuturasi dengan budaya lokal sedemikian juga Katolik. NU menggunakan tasbih dalam berdoa demikian juga Katolik yang menggunakan rosario. Muhamadiyah tidak beralkulturasi dengan budaya seperti halnya Protestan.

Dalam kecairan hubungan dapat ditunjukkan Seperti Pdt. Yohanes yang merupakan pendeta dari GBI-Rambutan Pekalongan sering berkunjung ke rumah Habib Luthfi baik itu sekedar berkunjung karena ada undangan untuk berkunjung dan main orgen bersama, maupun jika ada persoalan seperti pendirian rumah ibadah atau persoalan lain yang menyangkut relasi antar agama.

Selain tokoh agama para pengusaha Cina juga sesekali mengunjungi Habib, untuk berbincang-bincang membangun kedekatan perte-manan. Dalam wawancara dengan Pdt Yohanes dari GBI- Rambutan Pekalongan, beliau menceritakan bahwa ada seorang pengusaha besar etnis Tinghoa yang punya kedekatan


(34)

128

apotik Asri di daerah Pasar Banjarsari. Pengusaha ini pernah berkunjung ke Habib Luthfi untuk memperjuangkan teman sekolahnya bernama Purnomo Yusgiantoro yang merupakan mentri pertahanan di era keprisidenan SBY (Susilo Bambang Yudoyono) untuk tetap diposisinya. Habib Luthfi membantu Soleh Dahlan dengan meminta secara langsung Presiden Susilo Bambang Yudoyono untuk tetap mempertahankan Purnomo Yusgiantoro sebagai mentri pertahanan, dan usaha ini berhasil.

Sayang secara formal forum Panutan ini tidak berjalan lagi setelah Zurkoni meninggal ditahun 2007 akibat kecelakaan. Pertemuan rutin yang menggunakan nama Panutan tidak pernah terselenggara lagi. Namun relasi antara individu tetap terjadi hingga saat ini, dan telah terbukti dalam menyelesaikan beberapa ketegangan yang muncul dimasyrakat melalui perbincangan informal.


(1)

Namun apakah dengan gambaran diatas mengindikasikan bahwa aktor yang kuat dalam jaringan keagamaan atau Islam tradisional dapat serta merta mengarahkan jaringannya kepada sebuah partai politik? Dalam beberapa studi tentang aktor kyai dan pengaruhnya pada masyarakat, Kyai sebagai aktor yang dominan dapat menentukan arah politik dari umatnya sebagi modal sosial yang dimilikinya. Dimasa orde lama, orde baru hingga awal reformasi, pengaruh kyai terhadap umat sangat besar sehingga bisa dikatakan demikian. Sangat tampak bahwa umat mengikuti apa yang menjadi pilihan dari Kyai atau ulama sebagai sumber informasi. Di masa-masa ini Kyai seperti Kyai Tohir dan Kyai Nawir yang cukup sentral dalam kancah perpolitikan melalui partai PPP dapat mengarahkan umatnya untuk mendukung Partai PPP. Kyai atau ulama dianggap mememiliki pengatahuan untuk menentukan partai mana yang baik sehingga kemudian di ikuti oleh umat/santrinya. Namun apakah saat ini juga demikian yang terjadi? Dimana mulai muncul banyak partai politik, pendidikan yang semakin maju dan perkembangan pendidikan politik semakin sering dilakukan pada masyarakat. Banyaknya pihak-pihak yang mengintroduksikan demokrasi dan pendewasaan pada para pemilih melalui berbagai seminar dan bentuk sosialisasi lainnya. Perkembangan ini lah yang kemudian menjadikan masyarakat lebih maju dalam menyikapi politik dan menjadikannya pengimbang bagi kekuatan yang didasarkan pada kekuatan primordial.

Pada pemilihan presiden tahun 2014, dimana ada dua pasangan calon yang bersaing untuk menduduki kursi keprisidenan. Antara pasangan Joko Widodo dengan Jusuf Kala dan pasangan Prabowo S dengan Hata Rajasa. Habib Luthfi yang teridentifikasikan oleh masyarakat sebagai pendukung pasangan Prabowo-Hatta tidak berhasil untuk memenangkan pasangan ini di Pekalongan. Justru sebaliknya perolehan terbanyak di menangkan oleh pasangan Jokowi dan Jusuf Kala yang didukung oleh umat Nahdiyin dibawah PKB.

Bagi sebagian orang menilai bahwa kekalahan pasangan Prabowo-Hatta di Pekalongan menunjukkan pengaruh Habib Luthfi


(2)

Salah seorang kyai memimpin umat untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya

yang kurang besar di Pekalongan dan menandakan bahwa pengaruhnya besar di luar kota Pekalongan. Tetapi sebenarnya ini merupakan strategi Habib Luthfi untuk tetap mempertahankan posisi beliau sebagai seorang sufi atau tokoh agama yang dengan pertimbangannya lebih penting untuk di jaga. Ini tampak dari tidak pernahnya Habib Luthfi membicarakan persoalan pemilu atau kandidat tertentu dalam pengajian maupun dikalangan tarekatnya. Habib Luthfi hanya memberikan intruksi pada santri atau kyai yang sangat dekat dengan beliau saja untuk melakukan gerakan dibawah tanah untuk mewujudkan dukungannya pada pasangan ini. Habib Luthfi sadar jika beliau terlalu memaksakan jaringan umat yang ia miliki pada satu kandidat, kemungkinan untuk terjadi faksionalisasi dalam jaringan NU akan sangat besar dan akses politiknya pada umat akan memudar.

Perluasan ke Jaringan Lintas Iman

Untuk memperluas jaringan Lintas Iman, Habib Luthfi mempergunakan beberapa cara. Cara-cara tersebut diantaranya yaitu memanfaatkan tablig maulid untuk kembali merekatkan umat dan menyatukan masyarakat Pekalongan. Kegiatan maulid yang tak hanya dilakukan sekali, seperti biasanya diselenggarakan oleh masyarakat pada umumnya. Maulid yang diselenggarakan di banyak tempat dengan

mengundang baik dari

kalangan muslim maupun non muslim. Banyak kelompok non muslim yang bersedia hadir dalam acara yang digelar oleh Habib. Memang serangkaian kegiatan maulid yang diinisiasi habib bertujuan agar masyarakat bisa saling bertemu, saling bertegur sapa, dan menjalin komunikasi kembali yang sempat terputus karena peristiwa kerusuhan yang sempat terjadi. Ideologi atau selogan NKRI


(3)

harga mati selalu di tekankan dalam tablik maupun bentuk-bentuk pengajian lainnya, sebagai upaya mengingatkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah dan persatuan. Lagu Indonesia Raya yang jarang dinyanyikan dalam acara pengajian, dalam pengajian yang Habib Luthfi selenggarakan lagu ini menjadi wajib dinyanyikan. Ini merupakan upaya merekatkan kembali hubungan-hubungan masyarakat yang sempat renggang, termasuk hubungan antara kelompok muslim dan non muslim, orang pribumi dan non pribumi sebagai masyarakat Indonesia. Selain itu Habib Luthfi ingin menanamkan kembali pada kaum santri bahwa NU sebagai salah satu pilar bangsa yang telah ikut dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.

Selain melalui acara Maulid, Habib Luthfi bersama beberapa tokoh agama dan aktivis-aktivis muda yang memiliki kepedulian yang sama juga membentuk sebuah forum lintas agama yang di namakan Forum Panutan. Forum Panutan ini lahir paska kerusuhan tahun 1999. Habib Luthfi tidak membentuk forum ini sendiri, ada aktor lain yang turut berperan dalam pembentukan ini. Salah satu tokoh (aktor) lainnya yang menginisiasi forum ini adalah Almarhum Zurkoni. Seperti yang telah di uraikan dalam bab sebelumnya, Zurkoni merupakan aktivis muda yang menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sosial.

Forum lintas agama yang diprakarsai oleh Habib Luthfi ini diberi nama “Panutan”. Nama “Panutan” dipilih karena yang hadir dalam forum adalah para pemuka agama yang diharapkan dapat menjadi panutan bagi umatnya dalam menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Pendekatan yang digunakan oleh forum ini adalah membangun dialog diantara tokoh elit dari agama-agama yang ada di Pekalongan. Acara seremonial acap kali mewarnai kegiatan forum ini, seperti hadir dalam perayaan-perayaan keagamaan, saling menggunjungi satu dengan yang lain, menghadiri acara pemerintah secara bersama-sama, dll. Acara seminar-seminar baik di tingkat lokal

seperti seminar tentang “Stop Kekerasan Atas Nama Agama”, maupun


(4)

dilakukan. Seperti sarasehan yang penulis pernah ikuti yaitu Forum Sarasehan Umat Beriman (FSUB)10 Se-Jawa Tengah yang pernah diselenggarakan di Pekalongan pada tahun 2004.

Tema dari sarasehan Forum Sarasehan Umat Beriman di Pekalongan11 ketika itu yaitu “Mencari Kedamaian Dalam Pemilu 2004; Peran Agama Sebagai Pembawa Damai Bagi Umat”. Selama dua hari sarasehan di adakan di gedung Kenzus Solawat. Sebuah gedung yang diperuntukkan untuk tempat Habib Luthfi melakukan pengajian. Di dalam gedung ini tidak ada perabotan rumah seperti kursi dan meja, hanya karpet yang menutupi lantai. Hanya saat itu, di satu sudut gedung, dekat dengan pintu penghubung antara rumah dan gedung diberi kain hijau untuk menyekat sudut ruangan tempat para tokoh agama akan tidur diruang tersebut.

Tokoh agama tidur tidak beralaskan kasur empuk dan ruangan berAC. Tokoh-tokoh agama dari berbagai agama dan daerah tidur di ruangan terbuka ini bersama-sama. Sehingga suara dengkuran dapat

10 FSUB saat ini sudah berubah nama menjadi forum SOBAT. Forum ini merupakan

gerakan lintas iman yang diprakarsai aktor-aktor dari tiga institusi, yakni Wisma Santri Edi Mancoro, Deputat Keesaaan Sinode GKJ (Gereja Kristen Jawa), dan Lembaga Percik Salatiga. SOBAT muncul dari hasil diskusi dan refleksi aktor-aktor ketiga institusi tersebut atas perkembangan situasi sosial masyarakat Indonesia terutama pada masa akhir dan pasca kekuasaan rezim Orde Baru. Pada saat itu, masyarakat rentan terhadap segregasi institusional dan individual antar agama dan etnis, yang ditandai oleh kekerasan dan konflik di berbagai daerah. Refleksi tersebut atas perkembangan situasional sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, maka ketiga aktor yang mempunyai kesamaan pemikiran bersepakat untuk membuat forum lintas iman sebagai upaya menjembatani jurang-jurang perbedaan itu.

Kehadiran SOBAT merupakan bagian dari upaya serupa yang sudah dijalankan oleh sejumlah lembaga-lembaga lain. Berdasarkan pergaulan dengan lembaga-lembaga itu serta pengalaman Sobat sendiri, maka program Sobat dilakukan dengan pendekatan dan performance kinerja yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (l) Menekankan proses dengan mulai menciptakan persahabatan antar tokoh agama di tingkat lokal sebagai proses awal; (2) Mengembangkan atau merumuskan isu-isu di tingkat lokal bersama. Menganalisanya dan mencari solusi bersama berdasarkan prinsip isu lokal dirumuskan dan diatasi bersama berdasar sumber-sumber lokal; (3) Memperkuat gerakan lokal pada tingkat grassroot dalam usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan lokal itu

11 Pekalongan merupakan salah satu simpul dari 32 simpul FSUB / Sobat yang


(5)

Habib Luthfi saat berbincang-bincang dengan para Pendeta Belanda dan Imam Turki

terdengar, percakapan dan candaan hingga larut malam harus diterima sebagai cerita penghantar tidur. Tetapi disinilah makna pertemuan ini. Tokoh agama yang dulu tidak saling kenal mulai mengenal dan mulai cair. Selain memberi ruang untuk saling mengenal, sarasehan juga diseting agar dapat menghayati kehidupan keagamaan di tempat itu.

Dalam perjalanannya Forum Panutan telah mampu membuat relasi antar tokoh agama yang sebelumnya kaku menjadi relasi yang cair. Mereka dapat mengenal satu sama lain bahkan secara mendalam hingga ke tradisi masing-masing agama. Bahkan ada ungkapan canda dari seorang Kyai di Pekalongan yang mengatakan bahwa NU sama dengan Katolik, dan Kristen Protestan sama dengan Muhamadiyah. NU kuat dalam beralkuturasi dengan budaya lokal sedemikian juga Katolik. NU menggunakan tasbih dalam berdoa demikian juga Katolik yang menggunakan rosario. Muhamadiyah tidak beralkulturasi dengan budaya seperti halnya Protestan.

Dalam kecairan hubungan dapat ditunjukkan Seperti Pdt. Yohanes yang merupakan pendeta dari GBI-Rambutan Pekalongan sering berkunjung ke rumah Habib Luthfi baik itu sekedar berkunjung karena ada undangan untuk berkunjung dan main orgen bersama, maupun jika ada persoalan seperti pendirian rumah ibadah atau persoalan lain yang menyangkut relasi antar agama.

Selain tokoh agama para pengusaha Cina juga sesekali mengunjungi Habib, untuk berbincang-bincang membangun kedekatan

perte-manan. Dalam wawancara

dengan Pdt Yohanes dari GBI- Rambutan Pekalongan, beliau menceritakan bahwa ada seorang pengusaha besar etnis Tinghoa yang punya kedekatan


(6)

apotik Asri di daerah Pasar Banjarsari. Pengusaha ini pernah berkunjung ke Habib Luthfi untuk memperjuangkan teman sekolahnya bernama Purnomo Yusgiantoro yang merupakan mentri pertahanan di era keprisidenan SBY (Susilo Bambang Yudoyono) untuk tetap diposisinya. Habib Luthfi membantu Soleh Dahlan dengan meminta secara langsung Presiden Susilo Bambang Yudoyono untuk tetap mempertahankan Purnomo Yusgiantoro sebagai mentri pertahanan, dan usaha ini berhasil.

Sayang secara formal forum Panutan ini tidak berjalan lagi setelah Zurkoni meninggal ditahun 2007 akibat kecelakaan. Pertemuan rutin yang menggunakan nama Panutan tidak pernah terselenggara lagi. Namun relasi antara individu tetap terjadi hingga saat ini, dan telah terbukti dalam menyelesaikan beberapa ketegangan yang muncul dimasyrakat melalui perbincangan informal.