PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BAS

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X3
SMA NEGERI 14 PEKANBARU 2015/2016
OLEH:
SELAMET1)
ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi di SMA
Negeri 14 Pekanbaru tahun pelajaran 2014/2015 khususnya dikelas X, umumnya
pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru dengan metode ceramah,
dan siswa kurang dihadapakan pada persoalan nyata yang menyebabkan kemampuan
berpikir siswa kurang optimal, dalam menganalisa, membuat pemecahan masalahdan
menyampaikan pendapat.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dan
(2) Untuk meningkatkan hasil belajar kognitif biologi siswa melalui menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Bentuk Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas. Parameter dalam penelitian ini adalah sikap
ilmiah, hasil belajar, aktivitas siswa dan aktivitas guru. Instrumen penelitian terdiri

dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Prosedur penelitian
terdiri dari (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi dan (4)
tahap refleksi. Data diperoleh dari hasil penelitian di kelas berbentuk deskripsi.
Teknik analisis data terdiri dari sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Hasil
penelitian sebagai berikut :rata-rata sikap ilmiah pada siklus I yaitu 69,26% (cukup)
pada siklus II 78,55% (baik) terdapat pemeningkatandan pada siklus III menjadi
86,43 % (baik sekali)lebih meningkat.Ketuntasan belajar siswa pada siklus I 72,97%
dengan nilai rata-rata 82,57%, pada siklus II meningkat menjadi 91,89% dengan nilai
rata-rata 85% dan pada siklus III lebih meningkat menjadi 94,59% dengan nilai ratarata 86,62%.Aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus I yaitu
72,16% (cukup), pada siklus II meningkat menjadi 81,98% (baik). Dan pada siklus III
92,25% (baik sekali). Aktivitas guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I
adalah 86,36% (baik), pada siklus II adalah 100% (baik sekali) dan siklus III adalah
100% (baik sekali)Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan sikap ilmiah dan
hasil belajar kognitif biologi siswa kelas X3SMAN Negeri 14 Pekanbaru Tahun
Ajaran 2015/2016.
Kata kunci: Model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL), Sikap Ilmiah,
Hasil Belajar Kognitif Biologi.

1)


Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

Page 1

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

“THE IMPROVING OF STUDENTS' SCIENTIFIC ATTITUDE AND
STUDENTS' COGNITIVEACHIEVEMENT IN BIOLOGY
SUBJECT THROUGH PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL
OF X3 CLASS AT SMAN 14 PEKANBARU 2015/2016”
Oleh:
SELAMET1)
ABSTRACT
Based on the observation result on learning process in biology subject at
SMAN14 Pekanbaru academic year 2014/2015, especially in X grade, in general, the
implementation of leaming still focus on the teachers center through lecture method,
and the students less given of real issue that caused the students' thinking skills were
not optimal, difficult to analyze and communicate the ideas.

The objectives of this study were to improve students' scientific attitude,and (2)
To improvestudents' cognitive achivement in Biology subject through model of
learning “Problem BasedLearning (PBL)”. Model in this research was the classroom
action research. The parameter in this researchwere scientific attitude, students'
achievements, students' activities, and teachers' activities. Theinstruments of Research
consist of learning tools and collecting of data. The procedure ofresearch consist of
(1) planning (2) implemtation (3) observating (4) reflecting. The data was obtained
based on the result of research in descriptive research in the classroom
The technique of data analysis consist of scientific attitude and students’
achievements. The result of this research as follow: The average of students' scientific
attitude in the first cyclewas 69,26% (enough) in the second cycle 78,55% (good)
there wasa significant increase in thethird cycle into 86,43% (excellent). The students'
mastery learning in the first cycle 72,97% with an average value of 82,57%, in the
second cycle increases to 91,89% with an average value of85% andthe third cycle
was more increase to 94,59% with an average value of 86,62%. The students'learning
activities in the learning process in the first cycle was72,16%(enough), in the
secondcycle increase to 8l,89% (good). And the third cycle 92,25% (excellent). The
teacher's activities in the learning process in the first cycle was 86,36% (good), in the
second cycle was 100% (excellent) and the third cycle was 100% (excellent). From
the results of this study, it could be concluded that,the implementationof Problem

Based Learning (PBL) model could improve the students' scientific attitude and
theircognitive achievement in Biology subject of students grade X3 SMAN 14
Pekanbaru forAcademicYear 2015/2016.
Keywords: Problem Based Learning (PBL) Model, Scientific attitude, students'
cognitiveachievement in BiologySubject.

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

Page 2

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
SMAN 14 merupakan salah satu
Sekolah Menengah Atas Negeri yang
ada di Pekanbaru yang masih

menerapkan kembali Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sejak tahun ajaran 2008/2009. Sesuai
dengan tujuan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan
siswa dapat menguasai berbagai
konsep-konsep dan prinsip biologi
untuk mengembangkan pengetahuan.
Artinya proses pembelajaran biologi
yang dilakukan guru hendaknya
memungkinkan
terjadinya
pengembangan pemahaman konsep,
sikap, dan meningkatkan minat siswa
terhadap pelajaran biologi (Setyawan,
2008).
Berdasarkan hasil observasi
terhadap proses pembelajaran biologi
di SMA Negeri 14 Pekanbaru tahun
pelajaran

2014/2015
khususnya
dikelas X, umumnya pembelajaran
yang diterapkan masih berpusat pada
guru dengan metode ceramah, dan
siswa kurang dihadapakan pada
persoalan nyata yang menyebabkan
kemampuan berpikir siswa kurang
optimal, belum terlatih dalam
menganalisa,
dan
membuat
pemecahan masalah. Hal tersebut
dapat dibuktikan dari nilai siswa
sebelumnya yaitu hanya 14 dari 36
orang siswa mampu mengerjakan soalsoal yang dikaitkan dengan materi dan
permasalahan yang terjadi disekitar
lingkungan.
Cara pembelajaran dan metode
belajar yang konvensional salah satu

pemicu siswa lebih pasif dalam
pembelajaran. Fakta yang terlihat
masih banyak siswa malu bertanya dan
hanya sedikit siswa menjawab
pertanyaan dari guru, selain itu

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

kerjasama siswa dalam belajar tidak
terlihat, siswa cenderung belajar
individual, kurang teliti dan kurang
disiplin dalam pembelajaran.
Hal tersebut menunjukan siswa
tidak dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran. Rendahnya sikap ingin
tahu atau menjawab pertanyaan diatas
menyebabkan sikap kritis terhadap
proses pembelajaran menjadi rendah.

Dalam proses pembelajaran siswa
tidak dapat mengaitkan konsep
pembelajaran dengan masalah yang
ada di disekitar lingkungannya,
demikian pula antara mengaitkan satu
konsep dengan konsep lainnya.
Contoh kasus yang diberikan oleh
guru membutuhkan waktu yang lama
untuk bisa dimengerti. Selain itu,
masih kurangnya kemampuan guru
untuk
membangun
dan
membangkitkan kemampuan analisa
siswa terhadap proses pemecahan
masalah dalam pembelajaran, yang
berdampak pula pada hasil belajar
kognitif siswa yang rendah. Hal ini
ditunjukan dari nilai rata-rata siswa
yang belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan yaitu 78, dimana rata-rata
hasil ulangan siswa hanya 70.
Berdasarkan
permasalahan
diatas perlu dilakukan usaha perbaikan
agar sikap ilmiah siswa dalam proses
pembelajaran meningkat, sehingga
berdampak pula pada hasil belajar
siswa. Salah satu alternatif yang dapat
meningkatkan sikap ilmiah dan hasil
belajar
siswa
adalah
dengan
menerapkan model pembelajaran PBL,
karena model pembelajaran ini dapat
membantu
siswa
dalam

mengembangkan
kemampuan
memecahkan
masalah
dan
keterampilan intelektual dan memberi
kesempatan pada siswa untuk

Page 3

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

meningkatkan
kerjasama
team
sekaligus dapat mengaktifkan siswa
sebagai pusat pembelajaran. Artinya,
PBL merupakan model yang dapat
dijadikan pilihan guna membantu

siswa
dalam
mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan intelektual dan memberi
kesempatan pada siswa untuk
bertanggung jawab, berkerjasama
antar siswa sehigga dapat merubah
pola tingkah laku berdasarkan adanya
pengalaman pemecahan masalah yang
berinteraksi dengan lingkungan dan
dapat digunakan sebagai memperbaiki
sistem pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang
dikemukakan dalam penelitian ini
adalah: Apakah penerapan model
pembelajaran
PBL
dapat
meningkatkan sikap ilmiah dan hasil
belajar kognitif Biologi siswa kelas X3
SMA Negeri 14 Pekanbaru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah dengen
penerapan
Model
Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan sikap ilmiah siswa dan
hasil belajar kognitif Biologi Siswa
Kelas X3 SMA Negeri 14 Pekanbaru
Tahun Ajaran 2015/2016.
KAJIAN PUSTAKA
A. Model PBL
Model
Pembelajaran
PBL
merupakan model pembelajaran yang
menggunakan
masalah
sebagai
langkah awal dan menantang siswa
agar belajar untuk belajar, bekerjasama
dalam kelompok untuk mencari solusi
bagi masalah yang nyata, dan
permasalahan ini digunakan untuk

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

mengaitkan rasa keingintahuan serta
kemampuan analisis siswa dan inisiatif
terhadap materi pembelajaran (Amir:
2010).
Menurut Trianto (2012) PBL
merupakan interaksi antara stimulus
dan respon yang merupakan hubungan
dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan
kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan secara
efektif sehingga masalah yang
dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis serta dicari pemecahan
masalah terhadapnya dengan baik.
Peran guru dalam pengajaran
berbasis masalah adalah mengajukan
pertanyaan,
dan
memfasilitasi
penyelidikan serta dialog. Pengajaran
berbasis
masalah
tidak
dapat
dilaksanakan
jika
guru
tidak
mengembangkan lingkungan kelas
yang
memungkinkan
terjadinya
pertukaran ide secara terbuka. Siswa
harus dihadapkan pada situasi masalah
yang otentik dan bermakna yang dapat
menantang untuk memecahkannya
(Trianto. 2012)
Selanjutnya, Yustina dan Syafi’
(2010) mengatakan bahwa tujuan dari
pengajaran berbasis masalah adalah
membimbing
siswa
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan
dasar,
memiliki
ketrampilan
memecahkan masalah dan pengarahan
diri dalam belajar. Tujuan yang lain
yaitu mengembangkan ketrampilan
belajar dari kehidupan, menjadi
kolaborator
yang
efektif
dan
merangsang tumbuhnya motivasi
intrinsik.
Sementara itu, Amir (2010),
menjelaskan bahwa aplikasi model
pembelajaran ini tidak terlepas dari

Page 4

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

peran guru sebagai fokus pendidik
yaitu:
1) Memfasilitasi proses pembelajaran,
Guru berperan mulai dari merubah
kerangka
pikir
siswa,
mengembangkan
kemampuan
bertanya, membuat siswa terlibat
aktif didalam kelompok belajar
2) Menuntut siswa. Guru berperan
mulai dengan penalaran yang
mendalam (deep reasoning), serta
berpikir metakognitif dan kritis.
3) Memediasi siswa. Guru memediasi
proses mendapatkan informasi,
mulai dari mencari sumber
informasi, membuat hubungan
anatara satu sumber dengan sumber
lain dan memberikan isyarat.
Problem Based Learning (PBL)
akan dapat dijalankan bila pengajar
siap dengan segala perangkat yang
diperlukan. Pemelajar pun harus
harus sudah memahami prosesnya,
dan telah membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap
kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep
yang belum jelas.
2) Merumuskan masalah.
3) Menganalisis masalah.
4) Memformulasikan
tujuan
pembelajaran
5) Mencari informasi tambahan dari
sumber lain
6) Mensistesis
(menggabungkan)
dan menguji informasi baru dan
membuat laporan.
Sudjana (2004), mengatakan
bahwa
kelebihan
dari
model
pembelajaran PBL yaitu interaksi
sosial antar siswa lebih banyak
dikembangkan sebab hampir setiap
langkah dalam model mengajar ini ada
dalam
situasi
kelompok serta
membiasakan siswa berpikir logis dan

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

sistematis dalam pemecahan masalah.
Trianto (2012), juga mengungkapkan
bahwa diskusi dalam PBL dapat
mengembangkan pengetahuan yang
diraih melalui kegiatan aktif siswa
meliputi bertanya antar siswa satu
dengan yang lain juga pemberian
alasan dengan adanya bukti. Serta
pembelajaran yang diseting dalam
kelompok
dalam
kerangka
memecahkan
masalah
telah
menunjukan hasil yang sangat baik.
B. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan aspek
dari sikap sains, dimana sikap terhadap
sains adalah kecenderungan pada rasa
senang atau tidak senang terhadap
sains. Sikap ilmiah yang muncul dari
seseorang disebabkan adanya stimulus
berupa objek yang diberikan, sikap
yang ditimbulkan terhadap objek
tersebut akan menimbulkan perilaku,
baik positif maupun negatif bagi
individu
yang
bersangkutan
(Anonimus, 2007).
Menurut Suryabrata (2004),
sikap dapat terbentuk dari suatu proses
pembelajaran. Sikap ilmiah yang baik,
secara tidak langsung berpengaruh
terhadap hasil pembelajaran. Hal ini
didukung oleh Purwaningsih (2007),
mengetahui nilai sikap ilmiah dalam
pembelajaran sangat penting karena
komponen sikap ilmiah menjadi sala
satu faktor penting terhadap hasil
belajar.
Menurut Bundu (2006), Sikap
ilmiah biasanya diukur dengan
penilaian non test, penilaian ini dapat
berupa observasi, wawancara, angket
atau kuesioner dan dokumentasi.
Menurut Sudjana (2004), observasi
merupakan alat penilaian yang banyak
digunakan dalam mengukur tingkah
laku
individu
ataupun
proses

Page 5

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

terjadinya suatu kegiatan yang diamati,
baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun situasi buatan.
C. Hasil Belajar kognitif Biologi
Belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu
yang belajar. Perubahan tingkah laku
yang terjadi harus disertai dengan
usaha supaya belajar dapat menjadikan
siswa tersebut dari tidak tahu
mengerjakan sesuatu menjadi mampu
mengerjakannya.
Proses
belajar
dipengaruhi faktor internal dan faktor
eksternal sehingga kemudian dapat
diperoleh hasil belajar siswa.
Hasil belajar dapat mengukur
seberapa jauh siswa telah menguasai
pengetahuan yang telah dipelajarinya.
Pengukuran hasil belajar yang
diperoleh siswa dapat berupa skor,
dimana berdasarkan skor tersebut
dapat ditentukan ketuntasan belajar
siswa. Menurut Hamalik (2013) Hasil
belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar ini
merupakan penilaian yang dicapai
seorang siswa untuk mengetahui
sejauh mana bahan pelajaran atau
materi yang diajarkan sudah dapat
dimengerti siswa. Hal ini dapat
tercapai
apabila
siswa
sudah
memahami pembelajaran diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih
baik lagi (Ibrahim: 2003)
Penilaian
hasil
belajar
merupakan aktifitas yang sangat
penting dalam proses pendidikan.
Semua proses di lembaga pendidikan
formal pada akhirnya akan bermuara
pada hasil belajar yang diwujudkan
secara kuantitatif berupa nilai.
Menurut Bloom (2003) penilaian hasil
pembelajaran meliputi 3 ranah, yaitu:

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

1) Ranah kognitif, merupakan hasil
belajar yang berhubungan dengan
pengetahuan (C1), pemahaman
(C2), aplikasi (C3), analisis (C4),
sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
2) Ranah afektif, merupakan hasil
belajar yang berhubungan dengan
sikap atau tingkah laku siswa
seperti penerimaan (receiving),
tanggapan
(responding),
penghargaan
(valuing),
pengorganisasian (organization),
karakterisasi berdasarkan nilai
(characterization by a value or
value complex).
3) Ranah psikomotor, merupakan
hasil belajar yang berhubungan
dengan
keterampilan
serta
kemampuan bertindak seperti
persepsi (perception), kesiapan
(set), respon terpimpin (guided
response),
mekanisme
(mechanism), respon tampak yang
kompleks
(complex
overt
response),
penyesuaian
(adaptation),
penciptaan
(orgigination).
Hasil belajar merupakan hasil
yang dicapai oleh siswa dalam
mengikuti program belajar dalam
rangka menyelesaikan suatu program
pendidikan (Sudjana, 2006). Hasil
belajar adalah perubahan individu
dalam kebiasaan, pengetahuan, dan
sikap. Maksud dari defenisi ini bahwa
seseorang dikatakan belajar jika ada
perubahan pada tingkah laku dan dari
tidak tahu menjadi tahu dalam
menguasai ilmu pengetahuan.
D. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran di
kelas selama ini, banyak kritikan yang
ditujukan pada cara guru mengajar
yang terlalu menekankan pada
penguasaan konsep saja tanpa

Page 6

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

melibatkan siswa secara langsung dan
mampu menyelesaikan permasalahan
yang ada sehingga siswa pasif dalam
proses pembelajaran, sebagai seorang
guru seharusnya mampu melibatkan
siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Pentingnya pemahaman
konsep dalam proses belajar mengajar
sangat
mempengaruhi
sikap,
keputusan dan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran dapat dikatakan
berhasil jika terjadi Feed back atau
balikan yang baik antara guru dengan
peserta didik. Penggunaan serta
pemilihan strategi pembelajaran yang
tepat akan sangat menentukan
keberhasilan hasil belajar kognitif
siswa. Menurut Hosnan (2014), model
pembelajaran PBL memiliki tujuan
membantu siswa agar memperoleh
pengalaman dan mengubah tingkah
laku baik dari segi kualitas maupun
kuantitas, perubahan tingkah laku yang
dimaksut
meliputi
pengetahuan,
keterampilan dan nilai atau norma
yang berfungsisebagai pengendali
sikap dan perilaku siswa.
Selain itu dalam penerapan
model PBL ini, siswa dituntut untuk
bekerjasama satu sama lain terlibat
dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk saling
berbagi informasi serta berdiskusi aktif
didalam kelompoknya. Dimana hal ini
akan mendorong sikap ilmiah siswa
berupa toleransi terhadap argumen
yang disampaikan oleh teman dalam
satu kelompok, serta menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan ketelitian
siswa dalam mengerjakan tugas
kelompok. Dengan cara ini biasanya
peserta didik akan merasakan suasana
belajar yang lebih menyenangkan
sehingga
hasil
belajar
dapat

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

dimaksimalkan
khususnya
hasil
belajar kognitif biologi siswa.
Melalui menerapan model
pembelajaran PBL diharapkan dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil
belajar kognitif biologi siswa karena
dalam proses pembelajarannya siswa
ikut terlibat langsung bukan hanya
sebagai pendengar saja. Pada saat
proses pembelajaran berlangsung
dilakukan serangkaian kegiatan seperti
mengorientasi siswa kepada sebuah
permasalahan serta merumuskan
pertanyaan dan saling bekerjasama
dalam kelompok. Berdasarkan uraian
ini penulis mengasumsikan bahwa
model pembelajaran PBL merupakan
salah satu upaya dalam meningkatkan
aktivitas, sikap ilmiah dan hasil belajar
kognitif siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
Penelitian Tindakan Kelas yaitu
kegiatan
penelitian
dengan
mencermati
kegiatan
proses
pembelajaran yang sengaja diberikan
suatu tindakan dengan tujuan
memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 14 Pekanbaru pada
semester ganjil tahun pelajaran
2015/2016, kelas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kelas X3
yang berjumlah 37 orang siswa yang
terdiri dari 17 siswa dan 20 siswi.
Pemilihan kelas X3 ini dikarenakan
nilai ulangan harian lebih rendah
dibandingkan dengan kelas X2 dan
kelas X1.
Penelitian ini terdiri atas
beberapa siklus dan setiap siklus ada
empat tahap yaitu: perencanaan
tindakan,
pelaksanaan
tindakan,
mengobservasi dan mengevaluasi
proses dan hasil tindakan, dan

Page 7

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

melakukan
refleksi.
Penelitian
dilakukan secara bersiklus dimana
siklus berikutnya bertujuan untuk
melakukan
perbaikan
siklus
sebelumnya. Berdasarkan hasil refleksi
jika permasalahan belum terselesaikan
dapat dilanjutkan siklus berikutnya
untuk perbaikan hal-hal yang tidak
tepat pada siklus sebelumnya dan
seterusnya
sampai
dihasilkan
peningkatan hasil belajar kognitif
siswa.
Dalam penelitian ini data sikap
ilmiah
siswa
dijaring
dengan
menggunakan
lembar
observasi.
Observasi dilakukan oleh observer
dengan menggunakan format yang
sudah disiapkan sehingga observer
hanya mengisi angka 1, 2, 3 atau 4
pada lembar obervasi. Sementara
untuk mendapatkan data hasil belajar
kognitif
dikumpulkan
dengan
lembaran tes. Selanjutnya, observasi
aktivitas guru dan siswa dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan
tindakan.
Pelaksanaan
observasi
dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang mengacu pada
kegiatan belajar mengajar melalui
penerapan Model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning)
Sebelum instrument penelitian
digunakan, terlebih dahulu dilakukan
validasi. Validitas dilakukan dengan
tujuan agar instrumen yang digunakan
dalam penelitian valid, yaitu instrumen
yang digunakan sesuai untuk menilai
hal-hal yang akan dinilai. Validitas
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas isi, yaitu tingkat
kevalidan instrumen yang ditentukan
dengan kesesuaian tes dengan isi suatu
konsep atau variabel yang hendak
diukur (Sudjana, 2009). Salah satu
cara untuk mendapatkan validitas isi
adalah dengan meminta penilaian

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

instrumen yang telah dibuat kepada
para pakar.
HASIL PENELITIAN
A. Siklus I
Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh pada siklus I diketahui
bahwa rata-rata persentase sikap
ilmiah siswa kelas X3 SMAN 14
Pekanbaru setelah penerapan model
Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada siklus I yaitu 69,26%
(cukup). Pada pertemuan I persentase
sikap ilmiah siswa sebesar 68,41%
kategori cukup, sedangkan pada
pertemuan II meningkat menjadi
70,10% kategori cukup. Kesimpulan
dari sikap ilmiah pada siklus I, dari
keempat indikator yang sangat rendah
adalah indikator teliti dengan kategori
64,87% (kurang), selanjutnya indikator
keingintahuan
65,88%
(cukup),
selanjutnya disiplin 70,95% (cukup)
dan indikator kerja sama 75,34 (baik)
merupakan indikator dengan rentang
tertinggi pada siklus I.
Untuk daya serap siswa setelah
tindakan siklus I adalah 82,57 dengan
kategori (cukup). Pada pertemuan 1
daya serap siswa 77,03 dengan
kategori (cukup) dan pada pertemuan
II daya serap siswa 80,81 dengan
kategori (cukup). Hal ini disebabkan
siswa belum memahami proses
pembelajaran PBL. Selama pengerjaan
LTS, siswa lebih banyak melihat LTS
teman sekelompok saja sehingga pada
saat pelaksanaan post-test, siswa tidak
mampu untuk menjawab soal.
Meskipun daya serap pada ulangan
harian hanya tergolong cukup, daya
serap
pada
setiap
pertemuan
mengalami
kenaikan.
Hal
ini
disebabkan
selama
proses
pembelajaran siswa yang awalnya
tidak mau mengerjakan LTS melalui

Page 8

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

diskusi menjadi mau mengerjakan
LTS
sehingga
siswa
mampu
menjawab pertanyaan pada lembar
post-test.
Keberhasilan
siswa
dalam
proses pembelajaran selain dilihat dari
daya serap, juga dapat dilihat dari
ketuntasan belajar siswa secara
individual. Ketuntasan belajar siswa
diperoleh berdasarkan nilai ulangan
harian I. Berdasarkan hasil ulangan
harian I setelah penerapan model
pembelajaran PBL dapat dilihat siswa
yang tuntas pada siklus I dengan
materi virus adalah 27 siswa (72,97%)
dan siswa yang tidak tuntas adalah 10
siswa (27,03%). Hal ini, telah
menunjukkan bahwasanya telah terjadi
peningkatan presentase ketuntasan
pada siswa jika dibandingkan sebelum
dilaksanakannya pembelajaran PBL,
rata-rata ketuntasan siswa pada
ulangan harian adalah 16 orang
(42,24%).
Pada penelitian ini juga
dilakukan observasi terhadap aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran.
Setelah
penerapan
model
pembelajaran PBL hasil observasi
aktivitas siswa pada siklus I diketahui
bahwa rata-rata aktivitas siswa
mengalami peningkatan pada tiap
pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata
aktivitas siswa adalah 70,81% (cukup),
pertemuan II meningkat menjadi
72,97% (cukup). Sedangkan rata-rata
aktivitas siswa pada siklus I adalah
71,89% (cukup). Pada siklus I aktivitas
siswa pada indikator membaca dan
menganalisa wacana kasus yaitu
64,86% (cukup) kemudian pada
pertemuan II menjadi 72,97% (cukup).
Sementara itu untuk aktivitas
guru pada siklus I juga terjadi
peningkatan di setiap pertemuannya.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

persentase aktivitas guru pada
pertemuan I dengan materi ciri-ciri,
struktur dan daur hidup virus adalah
81,81% (baik) dan meningkat pada
pertemuan II dengan materi klasifikasi
dan peraran virus dalam kehidupan
dengan persentase menjadi 90,90%
(Baik sekali). Dimana rata-rata
persentase aktivitas guru pada siklus I
adalah 86,36% (Baik).
B. Siklus II
Rata-rata persentase sikap ilmiah
siswa kelas X3 SMAN 14 Pekanbaru
pada sikus II mengalami peningkatan
dari siklus I dengan rata-rata 78,55%
(baik). Dan rata–rata persentase pada
setiap indikator juga mengalami
peningkatan pada siklus II demikian
juga pada tiap pertemuannya. Dari
keempat indikator yang sangat rendah
adalah indikator teliti dengan kategori
76,80% (baik), selanjutnya indikator
kerja sama 78,38% (baik), selanjutnya
disiplin 78,83% (baik) dan indikator
keingintahuan
80,18%
(baik)
merupakan indikator dengan rentang
tertinggi pada siklus II.
Daya serap siswa pada siklus II
dengan pokok bahasan Arcaebacteria
dan eubacteria setelah penerapan
model pembelajaran PBL juga
mengalami peningkatan pada setiap
pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata
nilai post test yaitu 84,46 (baik),
pertemuan II rata-rata nilai post test
yaitu 85,68 (baik), pertemuan III ratarata nilai post test yaitu 86,76 (baik).
sedangkan rata-rata nilai ulangan
harian pada siklus II yaitu 85,00
(baik). hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan daya serap siswa terhadap
materi pelajaran yang disajikan.
Hal yang sama pada aspek
ketuntasan belajar siswa pada siklus II
juga terjadi peningkatan dibandingkan

Page 9

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

siklus I. Dimana pada siklus I siswa
yang tidak tuntas sebanyak 10 orang
(27,03%), dan siswa yang tuntas
sebanyak 27 orang (72,97%).
Sedangkan pada siklus II jumlah siswa
yang tuntas meningkat menjadi 34
orang (91,89%) dan siswa yang tidak
tuntas sebanyak 3 orang (8,11%).
Rata-rata aktivitas siswa pada
siklus
II
kembali
mengalami
peningkatan pada tiap pertemuan.
Pada pertemuan I rata-rata persentase
aktivitas siswa yaitu 78,38% (baik),
pertemuan II yaitu 81,08% (baik) dan
pertemuan III yaitu 86,49 (baik sekali).
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II
meningkat yaitu 81,98% (baik)
dibandingkan siklus I yaitu yaitu
72,16%
(cukup).
Meningkatnya
aktivitas siswa ini dikarenakan dalam
pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL )menuntut siswa untuk
aktif dalam pembelajaran, dimana
dalam kegiatan pembelajarannya siswa
dituntut mampu memecahkan masalah
yang dihadapi.
Untuk aktivitas guru pada siklus
II, diketahui rata-rata aktivitas guru
adalah
100%
(sangat
baik).
Dibandingkan pada siklus I rata-rata
aktivitas guru adalah 86,36% (baik).
Hal ini menunjukkan bahwa pada
siklus II guru telah melaksanakan
semua
langkah-langkah
model
pembelajaran PBL dengan baik selama
proses pembelajaran dan guru yang
berperan sebagai fasilitator, aktif
memberikan bimbingan, dorongan
serta motivasi kepada siswa selama
proses
pembelajaran.
Sehingga
aktivitas guru dapat dikategorikan
sangat
baik
dalam
proses
pembelajaran.

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

C. Siklus III
Pada siklus III ini, rata-rata
persentase sikap ilmiah siswa kelas X3
SMAN 14 Pekanbaru pada sikus III
mengalami peningkatan dari siklus II
dengan rata-rata 83,43 (baik sekali).
Dan rata–rata persentase pada setiap
indikator mengalami peningkatan pada
siklus III demikian juga pada tiap
pertemuannya. Dari keempat indikator
yang sangat rendah adalah indikator
teliti dengan kategori 79,28% (baik),
selanjutnya indikator keingintahuan
86,26% (baik sekali), selanjutnya
disiplin 89,64% (baik sekali) dan kerja
sama 90,54% (baik sekali) merupakan
indikator dengan rentang tertinggi
pada siklus III.
Siklus III dengan pokok bahasan
protista setelah penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) yaitu 86,62% yang mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya.
Dan mengalami peningkatan pula pada
setiap pertemuan. Pada pertemuan I
rata-rata nilai post test yaitu 87,70
(baik), pertemuan II rata-rata nilai post
test yaitu 90,27 (baik), pertemuan III
rata-rata nilai post test yaitu 91,08
(baik). hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan daya serap siswa terhadap
materi pelajaran yang disajikan. Jika
dibandingkan dengan daya serap siswa
pada siklus I dan siklus III dapat
digambarkan secara jelas bahwa daya
serap
siswa
secara
perlahan
menunjukan hasil yang baik, sejalan
dengan meningkatnya sikap ilmiah
siswa setelah penerapan pembelajaran
PBL.
Dalam hal, ketuntasan belajar
siswa pada siklus III diperoleh nilai
rata-rata sebesar 86,62 (KKM = 78).
jumlah siswa yang tuntas 35 orang
(94,59%) dan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 2 orang (5,41%). Jika

Page 10

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

dibandingkan dengan dua siklus
sebelumnya, pada siklus I siswa yang
tidak tuntas sebanyak 10 orang
(27,03%), dan siswa yang tuntas
sebanyak 27 orang (72,97%).
Sedangkan pada siklus II jumlah siswa
yang tuntas meningkat menjadi 34
orang (91,89%) dan siswa yang tidak
tuntas sebanyak 3 orang (8,11%). Hal
ini menunjukan peningkatan yang
signifikan pada rata-rata nilai
ketuntasan belajar siswa dengan
mengunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
Hasil observasi siklus III dapat
dilihat bahwa rata-rata aktivitas siswa
mengalami peningkatan pada tiap
pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata
persentase aktivitas siswa yaitu
89,19% (baik), pertemuan II yaitu
92,97% (baik sekali) dan pertemuan
III yaitu 94,59 (baik sekali). Rata-rata
aktivitas siswa pada siklus III
meningkat drastis yaitu 92,25% (baik)
dibandingkan siklus II yaitu 81,96%
(baik). Meningkatnya aktivitas siswa
di dalam pembelajaran, menunjukan
bahwa
pembelajaran
dengan
mengunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) telah
diterapkan dengan baik, hal tersebut di
karenakan indikator yang diamati
dalam aktivitas siswa merupakan
bagian dari tahapan dari pembelajaran
PBL.
Pada siklus III, pada pertemuan I
dengan materi protista mirip hewan
(protozoa), pertemuan II dengan
materi Protista mirip tumbuhan dan
jamur, sedangkan pertemuan III
dengan materi peranan protista dalam
kehidupan rata-rata aktivitas guru
adalah 100% (sangat baik). Rata-rata
aktifitas guru pada siklus III ini sam
halnya dengan rata-rata aktivitas pada
siklus II sebelumnya. Dengan

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

demikian kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan
model PBL telah menunjukan hasil
yang maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan
diatas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sikap ilmiah siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus
II hingga siklus III. Rata-rata
sikap ilmiah pada siklus I yaitu
69,26 % (cukup), pada siklus II
meningkat menjadi 78,55 %
(baik) dan pada siklus III lebih
meningkat menjadi 86,43 % (baik
sekali).
2. Daya serap siswa pada siklus I
yaitu 82,57 % (cukup), meningkat
pada siklus II menjadi 85,00 %
(baik) dan lebih meningkat pada
siklus III menjadi 86,62 % (baik)
3. Ketuntasan belajar siswa pada
siklus I 72,97 % dengan nilai ratarata 82,57 %, meningkat pada
siklus II menjadi 91,89 % dengan
nilai rata-rata 85 % dan lebih
meningkat pada siklus III menjadi
94,59 % dengan nilai rata-rata
86,62 %.
4. Aktivitas belajar siswa dalam
proses belajar mengajar pada
siklus I yaitu 72,16 % (cukup),
pada siklus II meningkat menjadi
81,98 % (baik). Dan pada siklus
III 92,25 % (baik sekali)
5. Aktivitas guru dalam proses
belajar mengajar pada siklus I
adalah 86,36 % (baik), pada siklus
II adalah 100 % (baik sekali) dan
siklus III adalah 100% (baik
sekali)
6. Model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan sikap ilmiah dan

Page 11

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

hasil belajar biologi siswa kelas
X3 SMAN Negeri 14 Pekanbaru
Tahun Ajaran 2015/2016.
DAFTAR PUSTAKA
Afcariono, M. 2008. Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah
untuk
Meningkatkan
KemampaunBerpikir Siswa Pada
Mata Pelajaran Biologi. Jurnal
Pendidikan Inovatif No. 2, Vol.
2, Maret 2008. Retrieved, 10
Januari
2016.
from:http://jurnaljpi.files.wordpr
ess.com/2009/09/vol-3-no-2muchamad- afcariono.pdf
Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan
Melalui Problem Based Learning .
Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.
Anonimus. 2007. Sikap Ilmiah pada
Perguruan
Tinggi.
http://blogbarul.wordpress.com.
Diakses 06-03-2013.
Arikunto dan Jabar. 2009. Evaluasi
Program
Pendidikan
;
Pedomanan Teoritis Praktis Bagi
Mahasiswa
dan
Praktisi
Pendidikan Edisi ke 2. Bumi
Aksara. Jakarta.
Aryulina,
D,
Khoirul
Muslim.2012.Biologi 1 Sma dan
MA
untuk
Kelas
X.Esis
Erlangga.Jakarta
Asbullah. 2008. Pengintegrasian
Model
Pembelajaran
yang
Inovatif Dalam Pembelajaran
Biologi. Simposium HIMAPRODI
Pendidikan Biologi, Pekanbaru

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

Asrori,
M.
2007.
Pembelajaran.
CV
Prima. Bandung.

Psikologi
Wacana

Bundu. 2006. Penilaian Keterampil
Proses
dan
Sikap
Ilmiah.
Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi. Jakarta.
Djamarah, S. B. 2002. Strategi Belajar
Mengajar . Rineka Cipta. Jakarta
Erni Juliani Siregar, Ramlan Silaban
dan Mahmud. 2012. Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Bermediakan Internet
Terhadap Hasil Belajar Dan
Karakter
Jubermadita
Pada
Materi Asam Basa Siswa Sma Di
Kota Binjai. e-jurnal. Error!
Hyperlink reference not valid. di
download Juli 2015.
Hamalik, O. 2003. Perencanaan
Pengajaran
Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.
Jakarta.
Hosnan. 2014. Pendekatan Sainstifik
dan
Kontekstual
dalam
Pembelajaran Abad 21. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Ibrahim, M. 2003. Pembelajaran
Kooperatif. University Press.
UNESA. Surabaya
Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000.
Pengajaran
Berdasarkan
Masalah.
Surabaya:
Unesa
University Press
Imaningtyas.2013. Mandiri Mengasah
kemampuan Diri Biologi Untuk
SMA/M
Kelas
X.Erlangga.Jakarta.

Page 12

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

Lestari, J. 2012. Motivasi dan Sikap
Ilmiah Siswa Kelas XI IPA MAN
2 Model Pekanbaru Dalam
Pembelajaran Biologi Tahun
Ajaran 2010-2011. FKIP UR.
Pekanbaru.
Lepiyanto, A. 2011. Membangun
Karakter
Siswa
Dalam
Pembelajaran Biologi. Bioedukasi
Vol. 2, No. 1, Mei 2011 .
Retrieved, 10 Maret 2016 From
http://www.ummetro.ac.id/file_jur
nal/8.Agil%20Lepiyanto%20UM.
pdf
Maryanti, S., Zikra., Nurfarhanah.
2012.
Hubungan
Antara
Keterampilan Komunikasi dengan
Aktivitas Belajar Siswa . Padang:
Universitas
Negeri
Padang
NCREL, Metiri
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Berbasis
Kompetensi,
Konsep,
Karakteristik dan Implementasi.
Remosa Rosdakarya. Bandung.
Purwaningsih. D.D. 2007. Pengaruh
Sikap Ilmiah Siswa Terhadap
Hasil Belajar Materi Bangunan
Ruang Siswa Kelas VIII Smp
Negeri 16 Semarang . Skipsi.
FMIPA UNS. Semarang.
Roby, A. 2011. Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Penguasaan Konsep
Siswa Melalui Model Problem
Based Learning (PBL) Dalam
Pembelajaran Biologi Kelas XI
IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun
Ajaran 2010/2011.FKIP UR.
Pekanbaru.

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

Rosyid, Budi Jatmiko, Z.A. dan
Imam
Supardi.
2013
Meningkatkan Hasil Belajar
Fisika
Menggunakan
Model
Orientasi Ipa (Pbl Dan Multi
Representasi)
Pada
Konsep
Mekanika
Di
SMA.
Jurnal_Pancaran, Vol. 2, No. 3,
hal 1-12, Agustus 2013
Usman, M.U. 2008. Menjadi Guru
Profesional. PT Remaja Rosda
Krya. Bandung.
Sardiman. 2012. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar . Raja
Grafindo Perkasa. Jakarta.
Silberman, ML. 2009. Aktive Learning
(101 Cara Belajar Siswa Aktif).
Diterjemahkan Oleh Raisul, M.
Jakarta: Nusamedia.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar . Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Setiawan, I.G.N. 2008. Penerapan
Pengajaran Kontekstual Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
X2 SMA Laboratorium Singaraja.
Jurnal Pendidikan dan Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan,
April 2008. Retrieved, 9 Januari
2016
from
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jur
nal/21084259.pdf
Sudarman. 2007. Problem Based
Learning:
Suatu
Model
Pembelajaran
Untuk
Mengembangkan
dan
Meningkatkan
Kemampuan
Memecahkan Masalah. Jurnal
Pendidikan Inovatif Volume 2,

Page 13

Jurnal Pendidikan Matematika Tambusai, vol. 5, No. 3 Januari 2017. ISSN
24068594

Nomor 2, Maret 2007 . Retrieved,
27
Februari
2016
from
physicsmaster.orgfree.com/Artike
l%20.../PBL%20Model.pdf

Sudijono. 2007. Biologi Sains Dalam
Kehidupan. Yudistira. Surabaya.
Suryabrata, S. 2004. Psikologi
Pendidikan.
Rajagrafindo
Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya .
Rineka Cipta. Jakarta.
Trianto. 2012. Mendesains Model
Pmbelajaran Inovatif Progesif.
Kencana. Jakarta.
Purnamaningrum, A, Dwiastuti, S.,
Probosari, R.M., Noviawati. 2012.
Peningkatan
Kemampuan
Berpikir Kreatif Melalui Problem
Based Learning (Pbl) Pada
Pembelajaran Biologi Siswa
Kelas X-10 SMA Negeri 3
Surakarta
Tahun
Pelajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan
Biologi. Retrieved, 2 Februari
2016
from
http://biologi.fkip.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2012/02/ARIFA
H-PURNAMANINGRUM.pdf
Purwaningsih. D.D. 2007. Pengaruh
Sikap Ilmiah Siswa Terhadap
Hasil Belajar Materi Bangunan
Ruang Siswa Kelas VIII Smp
Negeri 16 Semarang . Skipsi.
FMIPA UNS. Semarang.

1)

Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
PT Remaja Offiset. Bandung
Widodo dan Lusi Widayanti. 2013.
Peningkatan Aktivitas
Belajar
Dan Hasil Belajar Siswa dengan
Metode Problem Based Learning
Pada Siswa Kelas Viia Mts
Negeri Donomulyo Kulon Progo
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jurnal Fisika Indonesia No: 49,
Vol XVII, Edisi April 2013
Yasa, D. 2008. Aktivitas dan Prestasi
Belajar . Diakses Tanggal 14
Januari
2016.
Dari:
http//ipotes.wordpress.com/2008/
05/24/aktivitas-dan-prestasibelajar/24/02/1.
Yustina dan Syafei W. 2010. Model
Pembelajaran Biologi SMA. FKIP
UR. Pekanbaru
Yustina dan Suwondo.2015. Sikap
Ilmiah dan Kreativitas Produk
Pada Isu Lingkungan Melalui
Pembelajaran Berbasis Proyek.
Prosiding Seminar Nasional XII
Pendidikan
Biologi
FKIP
UNS.Solo.8 Agustus 2015.
Wee Keng, Neo, Lynda, Megan A.
Kek, 2002, Autentic Problem
Based
Learning:
Rewriting
Business Education, Prentice
Hall.
Zaini, H., Muthe, B., dan Aryani, S.A.
2010. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.

Page 14

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62