MAKALAH MANAJEMEN KAS PROGRAM PENDIDIKAN
MAKALAH
MANAJEMEN KAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan
Nama
: FASCAL FIRMAN FAIZAL
NIM
Kelas
Dosen Pembimbing
Mata Kuliah
: 131120001020
: AD Akuntansi / Reg.2
: M. YUNIES EDWARD, S.E., M.M.
: Manajemen Keuangan
PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNISNU JEPARA
TAHUN 2014
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb.
Syukur alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya, kita selalu di beri
kesehatan sampai padasaat ini. Shalawat dan salam kita haturkan selalu
kepada junjungan Nabi kita yaitu Rosulullah SAW, beliaulah Guru dari
segala Guru yang mengajarkan kita tentang Ilmu yang bermanfaat Dunia
dan Akhirat. Dan dengan adanya izin dari Allah SWT kami selaku
Pemakalah dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul tentang.
“MANAJEMEN KAS”
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tujuan untuk
menambah wawasan kita tentang ilmu Manajemen Keuangan, dan untuk
memudahkan kita dalam ujian semester nanti, amin Ya Rabbal Alamin.
Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini, kami
sebagai pemakalah sangat banyak mendapat bantuan, doa, motivasi, dan
bimbingan dari berbagai pihak, kami ingin ucapkan banyak terima kasih
Kepada :
1. Kedua orang tua kami
2. Dosen Pembimbing: M. YUNIES EDWARD, S.E., M.M.
Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak kami harapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Wassalamualaikum, Wr.Wb
2
DAFTAR ISI
MAKALAH MANAJEMEN KAS..............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................13
PENDAHULUAN................................................................................................................13
1.1. Latar Belakang Masalah.........................................................................................13
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................14
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................14
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................................14
BAB II................................................................................................................................15
PEMBAHASAN..................................................................................................................15
2.1. Pengertian Perseroan Terbatas dan Unsur-unsurnya.............................................15
BAB III...............................................................................................................................21
KESIMPULAN & PENUTUP................................................................................................21
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................21
3.2. PENUTUP...............................................................................................................21
3
1. BAB I
2. PENDAHULUAN
3. 1.1. Latar Belakang Masalah
4.
Hukum positif di Indonesia pada pokoknya mengenal
bentuk-bentuk perusahaan seperti Firma (Fa), Commanditair
Vennootschap (CV), Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi. Akan
tetapi dari bentuk-bentuk yang ada itu, selain koperasi yang
memang didorong perkembangannya, maka yang banyak didirikan
adalah PT.
5.
Banyaknya pendirian PT baik yang dilakukan oleh
Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing
terutama dalam rangka kegiatan penanaman modal, lebih banyak
di latar belakangi pertimbangan sehubungan dengan status badan
hukum yang melekat pada PT, di samping itu juga karena sifat PT
sebagai suatu asosiasi.
6.
Sifat sebagai asosiasi menempatkan PT itu dalam
bidang yang luas karena istilah tersebut dapat mengandung
pengertian bahwa pada satu sisi PT merupakan asosiasi modal dan
pada sisi lain PT adalah asosiasi orang. Sebagai asosiasi modal
berarti terdapat pengumpulan modal dari berbagai pihak dalam PT,
dan
asosiasi
orang
mencerminkan
PT
merupakan
wadah
berkumpulnya banyak pihak yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah dituangkan dalam anggaran dasar.
7.
orang,
Dari sifat-sifat baik sebagai asosiasi modal maupun
keduanya
keberadaan
mencerminkan
PT dapat
satu
memberikan
pemahaman
kesempatan
bahwa
untuk
ikut
berpartisipasi bagi angkatan kerja atau juga menciptakan peluang-
1
2
peluang usaha bagi banyak pihak yang nantinya merupakan mitra
bisnis.
8.
9.
10.
1.2. Rumusan Masalah
11.
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah
seperti di atas dapatlah dirumuskan dua pokok masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah dasar-dasar perlindungan hukum terhadap Pihak
Ketiga dalam hal Direksi Perseroan Terbatas
2. Bagaimana upaya pemulihan hak-hak Pihak Ketiga atas tindakan
ultra vires Diresksi Perseroan Terbatas
12.
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis perlindungan
MANAJEMEN KAS
2. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme serta upayaupaya yang dapat dilakukan terhadap pemulihan hak Pihak Ketiga
atas tindakan ultra vires Direksi Perseroan Terbatas.
13.
1.4. Manfaat Penulisan
14.
Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi pedoman yang komprehensif bagi semua pihak yang
terkait pendirian, pemilikan, pengelolaan dan pihak-pihak yang
berhubungan atau mengadakan transaksi dengan PT dalam
pemecahan masalah tanggung jawab terhadap pihak ketiga
berkaitan dengan tindakan ultra vires.
15.
16.
17.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perseroan Terbatas dan Unsur-
unsurnya
18.
Terhadap bentuk perusahaan yang menjadi topik bahasan
dalam makalah ini terdapat berbagai istilah yang bersumber dari
berbagai bahasa. Beberapa di antaranya yang sering kali dibahas
dalam kepustakaan adalah, Company Limited by shares, Naamloze
Vennootschap (NV) dan Perseroan Terbatas yang masing-masing
perlu dijelaskan maknanya.
19.
Setelah
Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia,
istilah
Perseroan Terbatas atau yang sering disingkat dengan PT dapat
dikatakan merupakan istilah mulai populer penggunaannya di
Indonesia. Hal ini dapat ditelusuri dari banyaknya definisi yang
diberikan oleh para sarjana sebagai berikut:
20.
M.H. Tirta Amidjaja mengemukakan bahwa perseroan
terbatas itu ialah perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu
perusahaan dengan modal yang tertentu, yang terbagi atas sahamsaham dan tiap – tiap pesero-pemegang saham-turut serta
didalamnya sebanyak satu saham atau lebih dengan tidak
bertanggungjawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan
itu.
21.
Dengan kalimat yang kurang-lebih sama maknanya K.R.M.T
Tirtodiningrat kemudian mengemukakan bahwa perseroan terbatas
adalah suatu persekutuan dengan modal tertentu yang dibagibagikan dalam beberapa sero atau saham, dimana tiap-tiap
anggota mengambil bahagian secara memiliki satu atau beberapa
9
10
sero, sedang pemegang-pemegang sero bertanggung jawab atas
pinjaman-pinjaman dari perseroan terbatas hanya hingga jumlah
yang tersebut pada sero yang dimiliki itu.
22.
“Ditambahkan
dengan
pandangan
bahwa
Perseroan
Terbatas atau yang disingkat dengan PT, terjadi dari dua kata,
yaitu: perseroan dan terbatas. Perseroan ialah persekutuan yang
modalnya terdiri dari sero-sero atau saham - saham (aandeel,
aktien), sedangkan kata “terbatas” itu tertuju pada tanggung jawab
pemegang saham atau pesero yang bersifat “terbatas” pada jumlah
nominal daripada saham-saham yang dimilikinya”.
23.
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan,
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
24.
Dari pengertian yang ditentukan secara yuridis tersebut
dapatlah diuraikan adanya 5 (lima) unsur yang pada pokoknya
saling berkaitan sebagai beikut:
1. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal,
25.
Pernyataan yang dituangkan dalam Undang-undang No. 47
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) bahwa Perseroan
Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal mengandung dua hal; pertama, memberikan ketegasan dan
kedua, UUPT tidak menentukan secara rinci penegasan PT
sebagai badan hukum persekutuan modal. Mengenai hal yang
pertama, hendaknya patut diberikan apresiasi yang tinggi karena
dengan ditegaskannya bahwa PT adalah badan hukum yang
11
merupakan persekutuan modal, berarti UUPT telah memberikan
suatu kepastian hukum mengenai status hukum PT. Di samping itu
penegasan
tersebut
merupakan
langkah
maju
apabila
dibandingkan terutama dengan KUHD yang tidak menentukan
secara tegas tentang status PT sebagai badan hukum.
26.
27.
Dengan mengadopsi pandangan bahwa untuk adanya suatu
28. badan haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. adanya harta kekayaan yang terpisah,
b. mempunyai tujuan tertentu,
c. mempunyai kepentingan sendiri,
d. adanya organisasi yang teratur
29.
maka dapat dikemukakan PT sebagai badan hukum yang
merupakan persekutuan modal mengandung pengertian, bahwa PT
itu ditetapkan secara yuridis mewadahi kegiatan pemupukan,
pengelolaan dan pemanfaatan modal yang dipisahkan dari
kekayaan pribadi para pemegang sahamnya yang pertanggung
jawab secara terbatas pada sejumlah modal yang disetor untuk
kepentingan menjalankan usaha perseroan.
30.
2. Didirikan Berdasarkan Perjanjian,
31.
PT menurut The Nexus of Contract Theory sebagaimana
telah dikutip pada halaman terdahulu pada pokoknya merupakan
suatu akumulasi atau kumpulan dari berbagai perjanjian yang
dibuat diantara berbagai pihak terutama dengan para pemegang
saham, direksi, tenaga kerja, para suplier dan pelanggan. Jadi
sebenarnya PT itu penuh dengan berbagai perjanjian. Diantara
tahap-tahap pendirian (konstruksi), beroperasi (operasional) dan
32.
berakhirnya jangka waktu keberadaan PT (terminasi).
Maka keberadaan berbagai perjanjian itu memang sangat
dominan ketika PT berada pada tahap operasional. Akan tetapi hal
ini tidak berarti bahwa perjanjian tidak terdapat pada tahap-tahap
yang lainnya. Keberadaan perjanjian dalam PT sebenarnya sudah
dimulai dan berperan ketika PT itu dirancang pendiriannya oleh dua
atau lebih calon pendiri. Kesepakatan - kesepakatan yang
12
dihasilkan melalui perjanjian tersebut kemudian dituangkan ke
dalam anggaran dasar PT yang bersangkutan. Perjanjian semacam
inilah yang oleh Andrew Hicks dan S.H. Goo31 termasuk dalam
hubungan hukum yang disebut dengan Pre-Incorporation Contracts
yaitu perjanjian-perjanjian yang dipersiapkan untuk dibuat oleh
suatu perseroan sebelum perseroan tersebut memasuki tahapan
memperoleh status sebagai badan hokum (contract purpoted to be
made by a company before the date of incorporation).
33.
3. Melakukan Kegiatan Usaha,
34.
Berkaitan dengan unsur ini Pasal 2 UUPT menentukan
Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
Pertama-tama yang patut dikemukakan pasal ini pada pokoknya
35. merupakan suatu konsekuensi logis dari pemikiran teoritis bahwa
36. pendirian PT didasarkan pada perjanjian dan sebagai hasil
implementasi dari perjanjian. Oleh karena itu segala sesuatunya
dan dalam hal ini menyangkut maksud, tujuan serta kegiatan usaha
37. perseroan tidak boleh bertentangan dengan ketiga batasan
sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata itu.
38.
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya untuk dikemukakan
39. adalah bahwa melakukan kegiatan usaha merupakan kewajiban
bagi PT. Mengikuti pandangan H.L.A. Hart yang menekankan
kewajiban merupakan primary rules (aturan - aturan yang
menetapkan kewajibankewajiban dan hak-hak warga masyarakat),
dimana sebenarnya kewajiban tersebut berkaitan erat dengan
keyakinan serta motivasi H.L.A. Hart, 1986. The Concept of Law,
ELBS/Oxford University Press, Oxford, hal. 6 internal, bahwa
apabila tidak dilaksanakan akan timbul akibat-akibat yang tidak
menyenangkan. Sebaliknya dengan melaksanakannya diharapkan
akibat-akibat tersebut tidak akan terjadi, bahkan diyakini akan
mendatangkan suatu kenikmatan. Dengan demikian kewajiban
13
tersebut harus dilaksanakan, karena apabila sebaliknya akan
40.
menimbulkan sanksi-sanksi.
Secara ringkas dapatlah diuraikan, The Nexus if Contract
Theory sebenarnya mengandung makna bahwa melaksanakan
kegiatan usaha merupakan maksud dan tujuan yang dengan
sendirinya harus terbangun (built-in) dalam rangkaian perjanjianperjanjian mendirikan dan mengelola PT. Disamping itu mengingat
PT juga merupakan wahana bisnis, maka melaksanakan kegiatan
usaha merupakan aktivitas yang pokok dan mutlak sifatnya.
41.
4. Modal Dasar Yang Seluruhnya Terbagi Dalam Saham,
42.
Sebelum sampai pada topik pokoknya maka terlebih dahulu
akan
diuraikan
mengenai
komposisi
permodalan
Perseroan
Terbatas. Dengan demikian berarti pertama-tama yang diuraikan itu
menyangkut permasalahan modal Perseroan Terbatas itu terdiri
dari apa saja atau dari unsur-unsur apa saja permodalan Perseroan
dibentuk. Menyangkut komposisi tersebut, ketentuan - ketentuan
Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 33 ayat UUPT pada pokoknya sudah
menyatakan modal Perseroan itu terdiri dari 3 jenis modal yaitu
modal dasar (authorized capital), modal ditempatkan (issued
capital) dan modal disetor (paid up capital). Akan tetapi dalam hal
ini UUPT tidak menentukan mengenai apa yang dimaksud dengan
ketiga jenis modal itu.
43.
5. Memenuhi Persyaratan Yang Ditetapkan Dalam Undang –
44.
Undang Serta Peraturan Pelaksanaannya.
Unsur ini pada pokoknya semakin memperlihatkan bahwa
merancang, mendirikan dan mengelola PT sebenarnya akumulasi
atau perwujudan dari perjanjian-perjanjian(a nexus of contracts) di
antara para pendiri yang kemudian menjadi pemegang saham,
antara PT dengan direksi, dan antara PT melalui direksi dengan
pihak ketiga. Berdasarkan uraian tersebut di atas jelaslah bahwa
PT merupakan a nexus of contract dan berarti tunduk pada Asas
45. Kebebasan berkontrak (Freedom of Contract atau Beginselen van
14
46. Contractvrijheid).
47.
Di dalam asas tersebut terkandung suatu pandangan bahwa
48. orang bebas melakukan atau tidak melakukan perjanjian, bebas
dengan siapa ia mengadakan perjanjian, bebas tentang apa yang
49. diperjanjikan dan bebas untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian.
50. Pandangan yang pada pokoknya memberikan ruang lingkup
kebebasan berkontrak yang sangat luas itu ternyata dalam
prakteknya menurut berbagai sistem hukum tidaklah berarti bahwa
perjanjian dapat dibuat dan dilakukan dengan sebebas-bebasnya.
Hal ini dapat disimak dari pendapat sebagai berikut:
51. Asas kebebasan berkontrak bukan tanpa pembatasan. Untuk
mencegah disalahgunakan asas itu baik dengan undue influence di
negara-negara dengan sistem common law atau misbruik van
omstandigheden
kebebasan
praestationis,
di
negara-negara
berkontrak
yaitu
perlu
asas
dengan
didampingi
yang
civil
law,
asas
asas
aequitas
menghendaki
jaminan
keseimbangan dan ajaran justum pretium, yaitu kepantasan
menurut hukum. Asas asas ini
dapat dijumpai
di dalam
undangundang, kepatutan dan ketertiban umum(openbare orde)
atau public policy dalam konsep Anglo-Amerikan
52.
53.
BAB III
KESIMPULAN & PENUTUP
54.
55.
3.1. KESIMPULAN
56.
Dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka aspek aspek yang berkaitan dengan dasar-dasar perlindungan hukum dan
upaya pemulihan hak-hak Pihak Ketiga atas tindakan ultra vires
Diresksi perseroan perlu diatur secara tegas dan terperinci dalam
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. Penegasan dan
rincian mengenai aspek-aspek tersebut dapat juga dituangkan
dalam anggaran dasar perseroan yang pada dasarnya merupakan
konstitusi bagi perseroan yang bersangkutan.
57.
3.2. PENUTUP
58.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
3
MANAJEMEN KAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan
Nama
: FASCAL FIRMAN FAIZAL
NIM
Kelas
Dosen Pembimbing
Mata Kuliah
: 131120001020
: AD Akuntansi / Reg.2
: M. YUNIES EDWARD, S.E., M.M.
: Manajemen Keuangan
PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNISNU JEPARA
TAHUN 2014
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb.
Syukur alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya, kita selalu di beri
kesehatan sampai padasaat ini. Shalawat dan salam kita haturkan selalu
kepada junjungan Nabi kita yaitu Rosulullah SAW, beliaulah Guru dari
segala Guru yang mengajarkan kita tentang Ilmu yang bermanfaat Dunia
dan Akhirat. Dan dengan adanya izin dari Allah SWT kami selaku
Pemakalah dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul tentang.
“MANAJEMEN KAS”
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tujuan untuk
menambah wawasan kita tentang ilmu Manajemen Keuangan, dan untuk
memudahkan kita dalam ujian semester nanti, amin Ya Rabbal Alamin.
Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini, kami
sebagai pemakalah sangat banyak mendapat bantuan, doa, motivasi, dan
bimbingan dari berbagai pihak, kami ingin ucapkan banyak terima kasih
Kepada :
1. Kedua orang tua kami
2. Dosen Pembimbing: M. YUNIES EDWARD, S.E., M.M.
Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak kami harapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Wassalamualaikum, Wr.Wb
2
DAFTAR ISI
MAKALAH MANAJEMEN KAS..............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................13
PENDAHULUAN................................................................................................................13
1.1. Latar Belakang Masalah.........................................................................................13
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................14
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................14
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................................14
BAB II................................................................................................................................15
PEMBAHASAN..................................................................................................................15
2.1. Pengertian Perseroan Terbatas dan Unsur-unsurnya.............................................15
BAB III...............................................................................................................................21
KESIMPULAN & PENUTUP................................................................................................21
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................21
3.2. PENUTUP...............................................................................................................21
3
1. BAB I
2. PENDAHULUAN
3. 1.1. Latar Belakang Masalah
4.
Hukum positif di Indonesia pada pokoknya mengenal
bentuk-bentuk perusahaan seperti Firma (Fa), Commanditair
Vennootschap (CV), Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi. Akan
tetapi dari bentuk-bentuk yang ada itu, selain koperasi yang
memang didorong perkembangannya, maka yang banyak didirikan
adalah PT.
5.
Banyaknya pendirian PT baik yang dilakukan oleh
Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing
terutama dalam rangka kegiatan penanaman modal, lebih banyak
di latar belakangi pertimbangan sehubungan dengan status badan
hukum yang melekat pada PT, di samping itu juga karena sifat PT
sebagai suatu asosiasi.
6.
Sifat sebagai asosiasi menempatkan PT itu dalam
bidang yang luas karena istilah tersebut dapat mengandung
pengertian bahwa pada satu sisi PT merupakan asosiasi modal dan
pada sisi lain PT adalah asosiasi orang. Sebagai asosiasi modal
berarti terdapat pengumpulan modal dari berbagai pihak dalam PT,
dan
asosiasi
orang
mencerminkan
PT
merupakan
wadah
berkumpulnya banyak pihak yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah dituangkan dalam anggaran dasar.
7.
orang,
Dari sifat-sifat baik sebagai asosiasi modal maupun
keduanya
keberadaan
mencerminkan
PT dapat
satu
memberikan
pemahaman
kesempatan
bahwa
untuk
ikut
berpartisipasi bagi angkatan kerja atau juga menciptakan peluang-
1
2
peluang usaha bagi banyak pihak yang nantinya merupakan mitra
bisnis.
8.
9.
10.
1.2. Rumusan Masalah
11.
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah
seperti di atas dapatlah dirumuskan dua pokok masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah dasar-dasar perlindungan hukum terhadap Pihak
Ketiga dalam hal Direksi Perseroan Terbatas
2. Bagaimana upaya pemulihan hak-hak Pihak Ketiga atas tindakan
ultra vires Diresksi Perseroan Terbatas
12.
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis perlindungan
MANAJEMEN KAS
2. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme serta upayaupaya yang dapat dilakukan terhadap pemulihan hak Pihak Ketiga
atas tindakan ultra vires Direksi Perseroan Terbatas.
13.
1.4. Manfaat Penulisan
14.
Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi pedoman yang komprehensif bagi semua pihak yang
terkait pendirian, pemilikan, pengelolaan dan pihak-pihak yang
berhubungan atau mengadakan transaksi dengan PT dalam
pemecahan masalah tanggung jawab terhadap pihak ketiga
berkaitan dengan tindakan ultra vires.
15.
16.
17.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perseroan Terbatas dan Unsur-
unsurnya
18.
Terhadap bentuk perusahaan yang menjadi topik bahasan
dalam makalah ini terdapat berbagai istilah yang bersumber dari
berbagai bahasa. Beberapa di antaranya yang sering kali dibahas
dalam kepustakaan adalah, Company Limited by shares, Naamloze
Vennootschap (NV) dan Perseroan Terbatas yang masing-masing
perlu dijelaskan maknanya.
19.
Setelah
Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia,
istilah
Perseroan Terbatas atau yang sering disingkat dengan PT dapat
dikatakan merupakan istilah mulai populer penggunaannya di
Indonesia. Hal ini dapat ditelusuri dari banyaknya definisi yang
diberikan oleh para sarjana sebagai berikut:
20.
M.H. Tirta Amidjaja mengemukakan bahwa perseroan
terbatas itu ialah perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu
perusahaan dengan modal yang tertentu, yang terbagi atas sahamsaham dan tiap – tiap pesero-pemegang saham-turut serta
didalamnya sebanyak satu saham atau lebih dengan tidak
bertanggungjawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan
itu.
21.
Dengan kalimat yang kurang-lebih sama maknanya K.R.M.T
Tirtodiningrat kemudian mengemukakan bahwa perseroan terbatas
adalah suatu persekutuan dengan modal tertentu yang dibagibagikan dalam beberapa sero atau saham, dimana tiap-tiap
anggota mengambil bahagian secara memiliki satu atau beberapa
9
10
sero, sedang pemegang-pemegang sero bertanggung jawab atas
pinjaman-pinjaman dari perseroan terbatas hanya hingga jumlah
yang tersebut pada sero yang dimiliki itu.
22.
“Ditambahkan
dengan
pandangan
bahwa
Perseroan
Terbatas atau yang disingkat dengan PT, terjadi dari dua kata,
yaitu: perseroan dan terbatas. Perseroan ialah persekutuan yang
modalnya terdiri dari sero-sero atau saham - saham (aandeel,
aktien), sedangkan kata “terbatas” itu tertuju pada tanggung jawab
pemegang saham atau pesero yang bersifat “terbatas” pada jumlah
nominal daripada saham-saham yang dimilikinya”.
23.
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan,
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
24.
Dari pengertian yang ditentukan secara yuridis tersebut
dapatlah diuraikan adanya 5 (lima) unsur yang pada pokoknya
saling berkaitan sebagai beikut:
1. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal,
25.
Pernyataan yang dituangkan dalam Undang-undang No. 47
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) bahwa Perseroan
Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal mengandung dua hal; pertama, memberikan ketegasan dan
kedua, UUPT tidak menentukan secara rinci penegasan PT
sebagai badan hukum persekutuan modal. Mengenai hal yang
pertama, hendaknya patut diberikan apresiasi yang tinggi karena
dengan ditegaskannya bahwa PT adalah badan hukum yang
11
merupakan persekutuan modal, berarti UUPT telah memberikan
suatu kepastian hukum mengenai status hukum PT. Di samping itu
penegasan
tersebut
merupakan
langkah
maju
apabila
dibandingkan terutama dengan KUHD yang tidak menentukan
secara tegas tentang status PT sebagai badan hukum.
26.
27.
Dengan mengadopsi pandangan bahwa untuk adanya suatu
28. badan haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. adanya harta kekayaan yang terpisah,
b. mempunyai tujuan tertentu,
c. mempunyai kepentingan sendiri,
d. adanya organisasi yang teratur
29.
maka dapat dikemukakan PT sebagai badan hukum yang
merupakan persekutuan modal mengandung pengertian, bahwa PT
itu ditetapkan secara yuridis mewadahi kegiatan pemupukan,
pengelolaan dan pemanfaatan modal yang dipisahkan dari
kekayaan pribadi para pemegang sahamnya yang pertanggung
jawab secara terbatas pada sejumlah modal yang disetor untuk
kepentingan menjalankan usaha perseroan.
30.
2. Didirikan Berdasarkan Perjanjian,
31.
PT menurut The Nexus of Contract Theory sebagaimana
telah dikutip pada halaman terdahulu pada pokoknya merupakan
suatu akumulasi atau kumpulan dari berbagai perjanjian yang
dibuat diantara berbagai pihak terutama dengan para pemegang
saham, direksi, tenaga kerja, para suplier dan pelanggan. Jadi
sebenarnya PT itu penuh dengan berbagai perjanjian. Diantara
tahap-tahap pendirian (konstruksi), beroperasi (operasional) dan
32.
berakhirnya jangka waktu keberadaan PT (terminasi).
Maka keberadaan berbagai perjanjian itu memang sangat
dominan ketika PT berada pada tahap operasional. Akan tetapi hal
ini tidak berarti bahwa perjanjian tidak terdapat pada tahap-tahap
yang lainnya. Keberadaan perjanjian dalam PT sebenarnya sudah
dimulai dan berperan ketika PT itu dirancang pendiriannya oleh dua
atau lebih calon pendiri. Kesepakatan - kesepakatan yang
12
dihasilkan melalui perjanjian tersebut kemudian dituangkan ke
dalam anggaran dasar PT yang bersangkutan. Perjanjian semacam
inilah yang oleh Andrew Hicks dan S.H. Goo31 termasuk dalam
hubungan hukum yang disebut dengan Pre-Incorporation Contracts
yaitu perjanjian-perjanjian yang dipersiapkan untuk dibuat oleh
suatu perseroan sebelum perseroan tersebut memasuki tahapan
memperoleh status sebagai badan hokum (contract purpoted to be
made by a company before the date of incorporation).
33.
3. Melakukan Kegiatan Usaha,
34.
Berkaitan dengan unsur ini Pasal 2 UUPT menentukan
Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
Pertama-tama yang patut dikemukakan pasal ini pada pokoknya
35. merupakan suatu konsekuensi logis dari pemikiran teoritis bahwa
36. pendirian PT didasarkan pada perjanjian dan sebagai hasil
implementasi dari perjanjian. Oleh karena itu segala sesuatunya
dan dalam hal ini menyangkut maksud, tujuan serta kegiatan usaha
37. perseroan tidak boleh bertentangan dengan ketiga batasan
sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata itu.
38.
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya untuk dikemukakan
39. adalah bahwa melakukan kegiatan usaha merupakan kewajiban
bagi PT. Mengikuti pandangan H.L.A. Hart yang menekankan
kewajiban merupakan primary rules (aturan - aturan yang
menetapkan kewajibankewajiban dan hak-hak warga masyarakat),
dimana sebenarnya kewajiban tersebut berkaitan erat dengan
keyakinan serta motivasi H.L.A. Hart, 1986. The Concept of Law,
ELBS/Oxford University Press, Oxford, hal. 6 internal, bahwa
apabila tidak dilaksanakan akan timbul akibat-akibat yang tidak
menyenangkan. Sebaliknya dengan melaksanakannya diharapkan
akibat-akibat tersebut tidak akan terjadi, bahkan diyakini akan
mendatangkan suatu kenikmatan. Dengan demikian kewajiban
13
tersebut harus dilaksanakan, karena apabila sebaliknya akan
40.
menimbulkan sanksi-sanksi.
Secara ringkas dapatlah diuraikan, The Nexus if Contract
Theory sebenarnya mengandung makna bahwa melaksanakan
kegiatan usaha merupakan maksud dan tujuan yang dengan
sendirinya harus terbangun (built-in) dalam rangkaian perjanjianperjanjian mendirikan dan mengelola PT. Disamping itu mengingat
PT juga merupakan wahana bisnis, maka melaksanakan kegiatan
usaha merupakan aktivitas yang pokok dan mutlak sifatnya.
41.
4. Modal Dasar Yang Seluruhnya Terbagi Dalam Saham,
42.
Sebelum sampai pada topik pokoknya maka terlebih dahulu
akan
diuraikan
mengenai
komposisi
permodalan
Perseroan
Terbatas. Dengan demikian berarti pertama-tama yang diuraikan itu
menyangkut permasalahan modal Perseroan Terbatas itu terdiri
dari apa saja atau dari unsur-unsur apa saja permodalan Perseroan
dibentuk. Menyangkut komposisi tersebut, ketentuan - ketentuan
Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 33 ayat UUPT pada pokoknya sudah
menyatakan modal Perseroan itu terdiri dari 3 jenis modal yaitu
modal dasar (authorized capital), modal ditempatkan (issued
capital) dan modal disetor (paid up capital). Akan tetapi dalam hal
ini UUPT tidak menentukan mengenai apa yang dimaksud dengan
ketiga jenis modal itu.
43.
5. Memenuhi Persyaratan Yang Ditetapkan Dalam Undang –
44.
Undang Serta Peraturan Pelaksanaannya.
Unsur ini pada pokoknya semakin memperlihatkan bahwa
merancang, mendirikan dan mengelola PT sebenarnya akumulasi
atau perwujudan dari perjanjian-perjanjian(a nexus of contracts) di
antara para pendiri yang kemudian menjadi pemegang saham,
antara PT dengan direksi, dan antara PT melalui direksi dengan
pihak ketiga. Berdasarkan uraian tersebut di atas jelaslah bahwa
PT merupakan a nexus of contract dan berarti tunduk pada Asas
45. Kebebasan berkontrak (Freedom of Contract atau Beginselen van
14
46. Contractvrijheid).
47.
Di dalam asas tersebut terkandung suatu pandangan bahwa
48. orang bebas melakukan atau tidak melakukan perjanjian, bebas
dengan siapa ia mengadakan perjanjian, bebas tentang apa yang
49. diperjanjikan dan bebas untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian.
50. Pandangan yang pada pokoknya memberikan ruang lingkup
kebebasan berkontrak yang sangat luas itu ternyata dalam
prakteknya menurut berbagai sistem hukum tidaklah berarti bahwa
perjanjian dapat dibuat dan dilakukan dengan sebebas-bebasnya.
Hal ini dapat disimak dari pendapat sebagai berikut:
51. Asas kebebasan berkontrak bukan tanpa pembatasan. Untuk
mencegah disalahgunakan asas itu baik dengan undue influence di
negara-negara dengan sistem common law atau misbruik van
omstandigheden
kebebasan
praestationis,
di
negara-negara
berkontrak
yaitu
perlu
asas
dengan
didampingi
yang
civil
law,
asas
asas
aequitas
menghendaki
jaminan
keseimbangan dan ajaran justum pretium, yaitu kepantasan
menurut hukum. Asas asas ini
dapat dijumpai
di dalam
undangundang, kepatutan dan ketertiban umum(openbare orde)
atau public policy dalam konsep Anglo-Amerikan
52.
53.
BAB III
KESIMPULAN & PENUTUP
54.
55.
3.1. KESIMPULAN
56.
Dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka aspek aspek yang berkaitan dengan dasar-dasar perlindungan hukum dan
upaya pemulihan hak-hak Pihak Ketiga atas tindakan ultra vires
Diresksi perseroan perlu diatur secara tegas dan terperinci dalam
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. Penegasan dan
rincian mengenai aspek-aspek tersebut dapat juga dituangkan
dalam anggaran dasar perseroan yang pada dasarnya merupakan
konstitusi bagi perseroan yang bersangkutan.
57.
3.2. PENUTUP
58.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
3