Manajemen memegang peranan penting dalam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, suasana kerja merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap
bagaimana karyawan tersebut melakukan pekerjaannya. Banyak contoh pekerjaan yang
sebenarnya mudah, tetapi dapat menjadi sangat sulit maupun membutuhkan waktu yang
lama untuk dikerjakan dikarenakan iklim organisasi yang kurang baik. Iklim yang
kondusif dalam perusahaan akan mendukung karyawan untuk menunjukkan performa
kerja yang optimal terutama dalam hasil kerja. Dimana hasil kerja dapat dihasilkan dari
semangat kerja karyawan tersebut.
Pemimpin yang baik juga dapat membangun semangat kerja karyawan. Dalam
organisasi,

kepimpinan

memegang

peranan

penting,


pemimpin

harus

dapat

mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya agar dapat mencapaitujuan organisasi
secara efektif dan efisien, yaitu suatu semangat kerja yang maksimal. Untuk mencapai
tujuan organisasi yang diharapkan makan sangat dibutuhkan pemimpin yang sesuai.
Manajemen memegang peranan penting dalam segala kegiatan yang dijalankan
suatu organisasi dewasa ini. Manajemen yang baik merupakan salah satu syarat mutlak
untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Organisasi pada dasarnya
merupakan suatu wadah dimana orang-orang berkumpul dan bekerjasama dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam mencapai tujuannya, organisasi harus mampu mengatur seluruh sumber
daya yang terdapat di dalamnya. Salah satu sumber daya organisasi yang membutuhkan
perhatian dan pengaturan khusus adalah sumber daya manusia. Sebuah organisasi harus
mengatur dan memfasilitasi karyawannya dengan baik untuk menunjang kinerja dan
produktivitas organisasi.

Suatu organisasi membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan
semangat kepada bawahannya untuk selalu produktif, karena keberadaan pemimpin
dalam suatu organisasi dirasakan sangat mutlak untuk menjadi nahkoda bagi para
bawahannya. Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi, salah
satu faktor yang sangat penting dan menentukan adalah gaya kepemimpinan.

1

2

Gaya kepemimpinan merupakan inti dari manajemen. Dikatakan demikian karena
gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan sarana pendorong atau penggerak bagi
semua sumber daya manusia serta sumber daya lainnya dan sarana yang tersedia di dalam
organisasi perusahaan. Pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang mampu
membangkitkan semangat kerja dan menanamkan rasa percaya diri serta tanggung jawab
pada bawahan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab guna
mencapai produktivitas perusahaan.
Semangat kerja karyawan akan muncul diantaranya dari gaya kepemimpinan ideal
yang diterapkan seorang pemimpin dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara
maksimal, sehingga pemimpin mampu menggerakkan orang lain, dalam hal ini adalah

karyawan yang menjadi bawahannya. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku
atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran,
perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi, 2003 : 113).
Menurut Husnan, (2002:224) gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai
pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan
tujuan individu untuk mencapai tujuan perusahaan. Selain gaya kepemimpinan yang
dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan, iklim organisasi juga berpengaruh besar
di dalamnya.
Setiap organisasi memiliki iklim organisasi yang berbeda. Iklim organisasi
memiliki kontribusi yang signifikan terhadap setiap individu di organisasi, yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Newstrom (2002: 91),
memandang

iklim

organisasi

sebagai

kepribadian


sebuah

organisasi

yang

membedakannya dengan organisasi lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing
anggota dalam memandang organisasi. Iklim organisasi selalu ada dalam setiap
perusahaan, dan eksistensinya tidak pernah berkurang sedikitpun. Iklim organisasi
mempengaruhi seluruh kondisi dasar, hal kerja, dan perilaku individu dalam perusahaan,
dan pemimpin adalah faktor paling dominan yang mempengaruhi bentuk dari iklim
organisasi.
Iklim organisasi terkait erat dengan proses menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif, sehingga dapat tercipta hubungan dan kerjasama yang harmonis diantara
seluruh anggota organisasi yang tentunya mempengaruhi semangat kerja para anggota
organisasi. Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif, khususnya hubungan

3


kerja antara karyawan, atau hubungan antara staf dengan pimpinan, diarahkan pada
terwujudnya kerjasama yang serasi. Dengan demikian, iklim organisasi yang harmonis
dapat mewujudkan semangat kerja yang semakin baik pada diri karyawan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dpat diambil permasalahan dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh iklim organisasi terhadap semangat kerja karyawamn ?
2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya
untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen
sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource
department.

Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur
yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan
dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat
pada saat organisasi memerlukannya.
Semangat Kerja
Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah
sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan
kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan
karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok
sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari
orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya
kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai
keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang
baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang
untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh
perusahaan.
Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi seseorang


4

5

yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam
sebuah perusahaan.
Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini
mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), seseorang
yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu
benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki
kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan
untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184), ada empat aspek
yang

menunjukkan

seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
a. Kegairahan.
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki

motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila
seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya.
Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk
organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang
akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan
gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang
dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di
tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan
baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan
bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam
dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal
yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
b. Kekuatan untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif
walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja.
Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan
memilih sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.
Adanya semangat kerja yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan
yang diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin ketika menderita
sakit.


6

c. Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat
kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukarankesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan
penuh dalam dirinya. Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh
perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir
panjang jika ingin keluar dari perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang
diberikan oleh perusahaan mampu merangsang semangat kerja karyawan
untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Keyakinan ini menunjukkan bahwa
seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa
yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan kualitas untuk
bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam
bekerja.

Sehingga

menghabiskan


tidak

waktu

menganggap
saja,

bahwa

melainkan

bekerja

sesuatu

bukan
yang

hanya
penting.


d. Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan
adanya semangat kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolongmenolong, dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja
menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar
orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan kerja yang baik,
menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara karyawan
dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan semangat kerja
bagi karyawan itu sendiri
Iklim Organisasi
Forehand and Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim organisasi
adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang bertahan dalam jangka
waktu lama (Toulson & Smith, 1994:455). Pada tulisan Litwin dan Stringer, seperti
dikutip Toulson dan Smith (1994:457) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu
yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada karyawan dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan

7

asumsi akan berpengaruh pada motivasi dan perilaku karyawan. Davis dan Newstrom
(2001:25) memandang iklim organisasi sebagai kepribadian sebuah organisasi yang
membedakan dengan organisasi lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing
anggota dalam memandang organisasi.Jadi dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi
adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang membedakan sebuah
organisasi dengan organisasi lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing
anggota dalam memandang organisasi.
Menurut Higgins (1994:477-478) ada empat prinsip faktor-faktor yang
mempengaruhi iklim, yaitu :
A. Manajer/pimpinan
Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer
mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan,
dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan
dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang
digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisiplinan, interaksi
antara manajemen dan kelompok, interaksi antar kelompok, perhatian pada
permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan
kepuasan dan kesejahteraan karyawan
B. Tingkah laku karyawan
Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka, terutama
kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian penting dalam
membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau
gagalnya hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang dalam hidup
atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang positif atau dapat
juga menguranginya menjadi negatif.
C. Tingkah laku kelompok kerja
Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan
persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam
organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara,
yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai kelompok
persahabatan atau kesamaan minat.

8

D. Faktor eksternal organisasi
Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi tersebut.
Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi iklim. Contohnya dalam
perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada dalam tekanan untuk
memberikan peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya sama dengan tingkat
inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapkan aturan tentang pemberian upah dan
harga yang dapat membatasi peningkatan keuntungan, karyawan mungkin menjadi
tidak senang dan bisa keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain. Di
lain pihak, ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap
orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar, sehingga
hasilnya iklim menjadi lebih positif.
Kepemimpinan
Dalam rangka usaha pencapaian tujuan nasional, diperlukan pegawai negeri sipil
sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan dan
ketaatan pada Pancasila, UUD 1945, negara, pemerintah serta bersatu padu, bermental
baik, berwibawa, berdayaguna, bersih, bermutu tinggi dan kesadaran tanggung jawabnya
untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan. Demikian pula dalam pencapaian tujuan
organisasi diperlukan seorang pemimpin yang memancarkan kepemimpinan yang sesuai
dengan asas-asas kepemimpinan yang baik. Seorang pemimpin juga harus mengajak,
mengarahkan, membina, dan mempengaruhi bawahan. Oleh karena itu disimpulkan
kepemimpinan memegang peranan yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan
organisasi atau perusahaan.
Menurut Malayu SP. Hasibuan (2009:170) “Kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama secara produktif
untuk mencapai tujuan organisasi”. Sedangkan menurut George R. Terry (Kartini
Kartono, 2009:57) menyatakan bahwa “Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi
orang- orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok”. Howard H.
Hoyt (Kartini Kartono, 2009:57) menyatakan bahwa “Kepemimpinan adalah seni untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang”.
Kepemimpinan menurut Kartini Kartono (2006:57) adalah “masalah relasi dan pengaruh

9

antara pemimpin dan yang dipimpin, muncul dan berkembang secara hasil dari interaksi
otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin”.
Definisi lain menurut Joseph C. Rost (Triantoro Safaria, 2004:3) “Kepemimpinan
adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut
(bawahan)

yang

menginginkan

perubahan

nyata

yang

mencerminkan

tujuan

bersamanya”. Dari beberapa pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa
ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Shelly McCallum and David O’Connell (2007) dalam jurnalnya “Social capital
and leadership development Buildingstronger leadership through enhanced relational
skills”menyebutkan bahwa Sifat kompleks dan dinamis organisasi serta lingkungan
eksternal saat ini memerlukan kecakapan kepemimpinan yang signifikan. Mendominasi
fokus dalam pengembangan sumber daya manusia menghasilkan pemimpin efektif yang
nantinya membuat perbedaan dalam banyak organisasi. Namun, agar organisasi
sepenuhnya

mengembangkan

kemampuan

kepemimpinan

mereka,

diharapkan

memelihara aktif elemen modal sosial seperti membangun hubungan, mendorong
kepercayaan, niat baik, dan timbal balik. Pada abad dua puluh satu organisasi yang sukses
akan dipimpin oleh pemimpin yang tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan untuk beroperasi secara efektif tetapi juga memiliki kemampuan relasional
untuk mitra dengan orang lain untuk mewujudkan visi dan tujuan mereka.
Dengan kesiapan sikap dan perilaku, Kepemimpinan seseorang harus mampu
menembus ketidakpastian menjadi peluang, oleh karena itu membangun kebiasaan yang
produktif merupakan kunci menuju sukses dalam menembus gonjangan-gonjongan yang
ditimbulkan oleh faktor internal dan faktor eksternal, disinilah dituntut kemampuan
kepemimpinan mengelola dari dampak konflik dalam menanggapi kepentingan
stakeholders. Kemampuan kepemimpian sesorang juga berandil besar dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut.
Faktor sumber daya manusia, faktor manajerial dan leadership merupakan faktor
yang krusial dalam pengembangan organisasi. Penempatan personal yang tepat menjadi
kunci keberhasilan eksekusi suatu rencana. Rencana sebagus apapun dapat gagal dalam
implementasi karena faktor manusia ini.

10

B. Hipotesis
Pengaruh Iklim Kerja terhadap Semangat Kerja
Penciptaan iklim hubungan dalam keyakinan, kepercayaan dan keterbukaan merupakan
pertimbangan mendasar dan memberikan hasil. Iklim organisasi semacam itu dianggap
sejalan dengan produktivitas yang tinggi dan implementasi strategi organisasi yang
efektif. Jikalau iklim organisasi bersifat terbuka dan memancing auditor untuk
mengutarakan ketidakpuasan dan kepentingan tanpa rasa takut akan adanya pembalasan,
maka ketidakpuasan dan perhatian seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif
(Simamora,2004:27). Iklim keterbukaan terbentuk bilamana auditor memiliki keyakinan
yang tinggi dan percaya pada keadilan keputusan dan tindakan manajerial. Pembentukan
iklan keterbukaan, keyakinan, dan kepercayaan amat tergantung pada nilai dan tujuan
manajemen. Iklim keterbukaan menuntut kesungguhan manajemen puncak untuk
memperlakukan kalangan auditor secara wajar, serta adanya tujuan organisasi yang
memenuhi dan mengintegrasikan kebutuhan dan tujuan auditor dengan organisasi.
Sekalipun demikian, belum ada cara mekanis untuk mendapatkan jenis iklim hubungan
auditor yang positif. Walaupun demikian, realitas adanya perubahan penting dalam iklim
hubungan auditor dapat diamati dengan cara menghubungkannya dengan perubahan
manajemen puncak sebuah organisasi (Karismawan, 2005).
Menurut pendapat Davis (1996). Bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap motivasi,
produktivitas kerja dan kepuasan kerja. Iklim mempengaruhi hal itu dengan membentuk
harapan pegawai tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan.
Karyawan akan mengharapkan imbalan atas dasar persepsi mereka terhadap iklim
organisasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pada dasarnya dapat
menjadi dua bagian yaitu faktor intrinsik atau faktor yang berasal dari dalam diri
karyawan itu sendiri seperti harapan dan kebutuhan individu tersebut dan yang kedua
adalah faktor ekstrinsik, factor ini faktor yang berasal dari luar diri karyawan antara lain
kebijakan perusahaan, dan sebagainya.
Dalam faktor ekstrinsik sudah jelas terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi kerja
seorang pegawai terdiri juga dari faktor lingkungan, jika lingkungan organisasi sudah
membuat pegawai tidak nyaman biasanya semangat kerjanya pun menurun.
Berdasarkan urain di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

11

H1 = Diduga ada pengaruh iklim organisasi terhadap semangat kerja karyawan
Pengaruh Kepemimpinan terhadap Semangat Kerja Karyawan
Menurut Harsey dan Blancard (1995: 1 50), yang menyebutkan gaya
kepemimpinan sebagai pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja
dengan melalui orang lain yang dipersepsikan oleh orang-orang itu. Jadi pola-pola itu
timbul pada waktu mereka mulai memberikan dengan cara yang sama dalam kondisi
yang serupa, pola itu membentuk kebiasaan tindakan yang tidak dapat diperkirakan bagi
mereka yang bekerja dengan orang itu. Sementara Davis dan Newstrom (1999:162)
mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai pola tindakan pemimpin secara keseluruhan,
seperti yang dipersepsikan para pegawai. Jadi gaya kepemimpinan mewakili filsafat,
keterampilan, dan sikap pemimpin dalam politik.
Pendapat tersebut hampir sama dengan Harsey dan Blanchard yang menyoroti
gaya kepemimpinan sebagai pola tindakan pemimpin yang konsisten dalam bekerja
secara keseluruhan, seperti yang dipersepsikan para pegawai. Sementara itu Flippo
(1999:122) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai pola perilaku yang dirancang
untuk memadukan kepentingan-kepentingan organisasi dan personalia guna mengejar
beberapa sasaran. Berdasarkan pendapat di atas memberikan suatu dasar bahwa gaya
kepemimpinan merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh pemimpin baik dalam
wujud perbuatan maupun lesan maupun dengan sikap tertentu yang bertujuan untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain atau bawahan untuk mengerjakan tugas atau
pekerjaan.
Berdasarkan urain di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H2 = Diduga ada pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan
C. Kerangka Pemikiran
Semangat kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap
individu memiliki tingkat semangat yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Artinya bahwa kebutuhan selalu bertambah dari waktu ke waktu
dan manusia selalu berusaha dengan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
tersebut
lklim organisasi dan kepemimpinan

merupakan suatu karakteristik yang

membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya, mempengaruhi individu-

12

individu didalamnya, serta secara relatif bertahan dalam jangka waktu tertentu.
Menciptakan iklim organisasi dan pemimpin yang mampu membawa anggotanya
untuk meningkatkan semangat dalam rangka pencapai tujuan organisasi bukanlah hal
yang mudah. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki karakteristik
tingkah laku yang berbecla sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Dengan semangat kerja yang tinggi maka akan tercipta karyawan yang berprestasi
dimana pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat, absensi dapat diperkecil,
kerusakan dapat dikurangi dan kemungkinan perpindahan karyawan ke perusahaan
lain dapat diperkecil. Semangat keria dan kepuasan kerja sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan perusahaan. Iika dalam suatu perusahaan tingkat semangat kerja
dan produktifitas rendah maka perusahaan tersebut akan banyak mengalami kesulitan
bahkan perusahaan bisa gulung likar apabila tidak segera ditangani
Adapun gambar kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Iklim Organisasi
(X1)

Semangat Kerja
Karyawan
(Y)

Kepemimpinan
(X2)