this PDF file ANALISIS RETURN ON INVESTMENT (ROI) DAN RESIDUAL INCOME (RI) GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN | Alfiah | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

ANALISIS RETURN ON INVESTMENT (ROI) DAN RESIDUAL INCOME (RI)
GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
(Studi Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Bahan Kimia Sub Sektor Kimia
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)
Koni’a Meta Alfiah
Topowijono
Ferina Nurlaily
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: koniameta@gmail.com

ABSTRACT
This research is motivated by the company's goals that is to generate profit, maximize company value and
minimize cost. Knowing whether or not the company's objectives are achieved, it is necessary to evaluate the
financial performance of the company. This research uses the assessment of the investment center, where the
measurement used in the investment center is Return On Investment and Residual Income in order to know
the strengths and weaknesses of the company and facilitate the company in planning and making the next
decision. The type of research used is descriptive research with quantitative approach. Samples are five
companies by using Purposive Sampling technique. The company that investigated is a sub sector of
chemical company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2012-2016. The type of data used in

this research is secondary data in the form of annual financial statements of the company period 2012-2016,
close price, and company profile. Return On Investment is one of the profitability ratios that measure the
company's ability to generate profits compared to the total assets owned by the company. Residual Income
is a complement to Return On Investment used to assess the company's financial performance

Kеywords: Return On Investment, Residual Income and Chemical Subsector
АBSTRАK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tujuan perusahaan yakni untuk menghasilkan keuntungan,
memaksimumkan nilai perusahaan dan meminimumkan biaya. Mengetahui tercapai tidaknya tujuan
perusahaaan, diperlukan penilaian kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan penilaian pada
pusat investasi, dimana pengukuran yang digunakan pada pusat investasi di dalam penelitian ini adalah
Return On Investment dan Residual Income agar dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dan
memudahkan perusahaan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan selanjutnya. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel sebanyak lima perusahaan
dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan sub
sektor kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indoneisa periode 2012-2016. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2012-2016, close
price, dan profil perusahaan. Return On Investment adalah salah satu dari rasio profitabilitas yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan. Residual Income merupakan pelengkap untuk Return On Investment yang digunakan untuk

menilai kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan pada sub sektor
kimia menghasilkan nilai yang positif fluktuatif untuk Return On Investmentnya sedangkan Residual
Incomenya menghasilkan nilai yang fluktuatif tetapi masih terdapat nilai negatif untuk beberapa perusahaan.
Kаtа Kunci: Return On Investment, Residual Income dan Subsektor Kimia

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

146

PЕNDАHULUАN
Perkembangan dunia bisnis akhir-akhir ini
menjadi cukup pesat ditambah dengan adanya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana
tujuan dari adanya MEA sendiri adalah untuk
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, sosial,
pendidikan, budaya di wilayah Asia Tenggara
(www.infoidebisnis.com, 2015). Dampak dari
MEA sendiri adalah dengan adanya pasar bebas,
baik dibidang permodalan,barang dan jasa, serta

tenaga kerja (http://www.bppk.kemenkeu.go.id,
2015). Setiap perusahaan harus mampu
melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan
terhadap produk-produknya, selain itu setiap
perusahaan juga perlu menjalankan kinerja
perusahaannya secara efektif dan efisien.
Kebijakan tersebut diperlukan agar setiap
perusahaan, baik perusahaan berskala kecil
maupun besar mampu bertahan dan juga bersaing
secara sehat dalam menghadapi persaingan bisnis
di tingkat global.
Setiap perusahaan memiliki tujuan, yakni
menghasilkan keuntungan yang maksimal untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaannya dan
untuk pengembangan perusahaan lebih lanjut,
selain itu tujuan suatu perusahaan juga untuk
memaksimumkan
nilai
perusahaan
dan

meminimumkan
biaya.
Sitio
(2001:73)
menyatakan bahwa tujuan suatu perusahaan pada
umumnya dikelompokkan menjadi tiga yaitu
memaksimumkan keuntungan atau profit,
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga
saham, dan meminimumkan biaya. Mengetahui
tercapai tidaknya tujuan suatu perusahaan,
diperlukan suatu pelaporan dari kinerja
perusahaan yakni melalui laporan keuangan
perusahaan. Munawir (2004:2) menjelaskan
bahwa “Laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak – pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut”.
Berdasarkan laporan keuangan yang telah

disusun, maka dapat dilakukan analisis laporan
keuangan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Analisis laporan keuangan merupakan salah satu
cara untuk penilaian kinerja keuangan perusahaan
oleh penganalisa secara rinci, sehingga dapat
diketahui bagaimana kelemahan dan kekuatan
pada perusahaan tersebut, dan memudahkan
penganalisis dalam mengambil keputusan
selanjutnya (Kasmir, 2016:66). Menurut Munawir
(2004:2-4), pihak-pihak yang berkepentingan

dengan laporan keuangan perusahaan diantaranya
adalah pemilik perusahaan, manajer atau
pimpinan perusahaan, investor , kreditur, bankers
,dan pemerintah. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka informasi yang diperoleh dari laporan
keuangan dapat dilakukan analisis sehingga akan
diketahui kinerja keuangan perusahaan yang
selanjutnya digunakan untuk penilaian kinerja
keuangan oleh pihak berkepentingan dan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
dan strategi kebijakan selanjutnya.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan dibagi
menjadi beberapa pusat pertanggungjawaban,
diantaranya adalah pusat biaya, pusat pendapatan,
pusat laba, dan pusat investasi (Hansen dan
Mowen, 2005:116). Penelitian ini menggunakan
penilaian kinerja keuangan pada pusat investasi,
karena pusat investasi merupakan pusat
pertanggungjawaban
yang
paling
luas
dibandingkan dengan pusat pertanggungjawaban
yang lain. Pusat pertanggungjawaban investasi
merupakan
pusat
yang
dimana
kinerja

manajemennya
bertanggungjawab
terhadap
pendapatan, biaya, dan investasi. Pada pusat
investasi, maka perusahaan selain harus berusaha
mengoptimalkan
keuntungan
yang
akan
diperolehnya atas total aset, perusahaan juga
harus mampu menurunkan total aset yang
dimilikinya atau meningkatkan produktivitas dari
pengelolaan asetnya seperti pada pengeloaan aset
tetap, dimana perusahaan harus mampu
menghasilkan produk yang lebih banyak dan
kemudian akan di atasi oleh bagian pemasaran
untuk pendapatan perusahaan yang besar, dan
terus menekan biaya yang digunakan untuk
produksi produknya oleh bagian produksi.
Penilaian pada pusat pertanggungjawaban

investasi menyediakan informasi yang berguna
bagi manajer untuk memahami kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan,
sehingga dapat dipersiapkan perencanaan
keputusan yang sesuai untuk kedepannya.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan dalam
pusat pertanggungjawaban invetasi yang paling
banyak digunakan terdapat dua macam, yakni
dengan Return On Investment (ROI) dan Residual
Income (RI) (Hunger dan Whelen, 2003:401).
Return On Investment (ROI) digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dari total aktiva yang
dimilikinya. Menurut Munawir (2004:89)
menjelaskan Return On Investment dimaksudkan
untuk dapat mengukur kemampuan dalam
menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id


147

dana yang tersedia dalam aktiva perusahaan,
teknik analisa ini digunakan oleh pemimpin
perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Banyak perusahaan menggunakan Return On
Investment (ROI) dalam penilaian kinerja
keuangannya, namun ROI memiliki kelemahan,
yakni tidak memasukkan unsur biaya modal
dalam perhitungannya, sehingga meskipun nilai
ROI tinggi, belum bisa dipastikan bahwa
perusahaan tersebut kinerja keuangannya bagus.
Kelemahan ROI dapat ditutupi dengan adanya
analisis Residual Income (RI) yang memasukkan
unsur biaya modal dalam perhitungannya. RI
adalah laba yang didapat dari selisih laba
operasional setelah pajak atau yang biasa disebut
dengan Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dengan biaya modal atas investasi yang

didapatkan, yakni dari Weight Average Cost of
Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata
tertimbang dikalikan dengan total aktiva
perusahaan. Residual Income yang positif berarti
perusahaan
telah
menciptakan
kekayaan,
sedangkan jika negatif, maka perusahaan maka
perusahaan telah menyia-nyiakan modal (Hansen
dan Mowen, 2005:126).
Investor mempunyai berbagai pertimbangan
dalam memutuskan untuk berinvestasi. Nilai
perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar
karena nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum
apabila harga saham perusahaan meningkat
(Hasnawati, 2005) dalam (Afzal, 2012:2). Salah
satu faktor yang mempengaruhi harga saham
adalah jumlah laba yang didapatkan oleh

perusahaan. Pengukuran tingkat ROI dapat
menjadi sebuah pertimbangan bagi investor dalam
melihat kinerja perusahaan, apabila perusahaan
menghasilkan laba bersih yang tinggi atas total
aktiva perusahaan, maka hal itu dapat
mempengaruhi
nilai
dari
perusahaan.
Perkembangan ekspor pada suatu perusahaan akan
meningkatkan pula keuntungan yang akan
diperolehnya, dan hal itu akan menjadi suatu
ketertarikan bagi para investor terhadap saham
perusahaan, karena investor memperhatikan
tingkat profitabilitas suatu perusahaan yang
nantinya
berhubungan
dengan
perolehan
keuntungan investor dari kepemilikan saham suatu
perusahaan. Pengukuran tingkat ROI akan
dilengkapi dengan pengukuran RI perusahaan
sebagai pelengkap yang memasukkan unsur biaya
modal.

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan
sub sektor kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Menurut Direktur Industri Kimia
Hulu Kementrian Perindustrian, Muhammad
Khayam pada pembukaan Pameran International
Chemical Sumiit and Exhibition (InaChem, 2016)
dan Indonesian Building Mechanical & Electrical
Expo 2016 bahwa, peluang pengembangan
industri kimia nasional masih terbuka lebar di
masa mendatang. Jumlah penduduk di Indonesia
sekitar 230 juta jiwa dan ketersediaan sumber
daya alam yang cukup melimpah, Indonesia
sebenarnya memiliki peluang menempatkan diri
pada garis depan pengembangan industri kimia.
Terdapat banyak jenis industri kimia yang sudah
berkembang dan tumbuh di Indonesia antara lain
industri petrokimia, oleokimia, agrokimia, dan
lain sebagainya. Industri kimia juga menghasilkan
berbagai produk kimia untuk memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat Indonesia. (www.kemenperin.go.id,
2017).
Tabel 1. Perkembangan Ekspor di Indonesia untuk
Lima Kelompok Hasil Industri Teratas Periode
2012-2016 (Dalam jutaan US$)
Kelom
pok
Hasil
Industr
i
Makan
an

2012

2013

2014

2015

2016

Pera
n
Th.
2016
(%)

28.105

26.478

29.582

26.448

26.275

23,93
%

Bahan
Kimia
dan
Barang
Kimia
Logam
Dasar
Pakaia
n Jadi
Karet,
Barang
dari
Karet

11.251

11.472

12.191

9.008

10.246

9,33
%

10.501

9.578

9.852

8.607

8.242

7,51
%

7.227

7.430

7.400

7.318

7.213

6,57
%

11.820

10.738

8.475

7.156

6.855

6,24
%

Sumber : (www.kemenperin.go.id, 2016)
Industri kimia merupakan kontributor
penting dalam penciptaan nilai tambah pendapatan
suatu negara. Sektor kimia berada pada urutan
kedua di antara dua puluh tiga kelompok hasil
industri besar dan sedang, dan industri kimia
berada tepat dibawah sektor makanan. Peran
industri kimia pada tahun 2016 mencapai 9,33%
dan cenderung mengalami peningkatan setiap
tahunnya meskipun sempat terjadi penurunan
yang drastis pada tahun 2015. Penurunan tersebut
kemudian mulai mengalami peningkatan kembali
pada tahun 2016 sekitar 13,7% dari tahun 2015
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

148

dan diproyeksikan akan meningkat juga di tahun
2017. Industri makanan lebih cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dan
mengalami peningkatan hanya pada tahun 2013 ke
2014 yang kemudian turun lagi pada tahun-tahun
berikutnya.

dibutuhkan untuk menghitung besarnya Residual
Income (RI). Biaya modal terdiri dari:

KАJIАN PUSTАKА
Return On Investment (ROI)
ROI menurut Munawir (2004:89) bahwa
Return On Investment dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan dalam menghasilkan
keuntungan dengan keseluruhan dana yang
tersedia dalam aktiva perusahaan. Return On
Investment (ROI) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan, selain itu juga
merupakan suatu ukuran tentang efektivitas
seluruh operasi perusahaan. Semakin rendah ROI,
maka semakin rendah tingkat efektivitas dari
keseluruhan
operasi
perusahaan
(Kasmir,
2016:202). Berdasarkan definisi – definisi dari
berbagai ahli dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa ROI merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa besar laba setelah bunga
dan pajak yang didapat atas total aktiva yang
dimiliki oleh sebuah perusahaan.

Sumber : Singgih (2008:3)

Return On Investment (ROI) =

=










� &
&

i.

Biaya Modal Hutang


=

� 1−�

Keterangan:

= biaya hutang setelah pajak
= biaya hutang sebelum pajak
� = tarif pajak penghasilan perusahaan
Untuk menghitung biaya modal hutang sebelum
pajak, rumus yang digunakan :
=

x 100%

Sumber : Singgih (2008:3)
Untuk menghitung tarif pajak, rumus yang
digunakan :
�=









Sumber : Singgih (2008:3)
ii.
Biaya Modal
Pendekatan CAPM








Sumber : Kasmir (2016:202)
Residual Income (RI)
Residual Income adalah salah satu alat
penilaian kinerja keuangan perusahaan yang
digunakan untuk mengatasi kelemahan dari
analisis menggunakan Return On Investment
(ROI), karena ROI tidak memasukkan biaya
modal di dalam perhitungannya. “Ukuran kinerja
pusat investasi yang paling banyak digunakan
adalah Return On Investment (ROI) sedangkan
pengukuran lain yang dapat digunakan adalah
Residual Income (RI)” (Hunger dan Whelen,
2003:401).
Analisis biaya modal, merupakan yang
secara riil ditanggung oleh suatu perusahaan
karena digunakannya modal untuk berinvestasi.
Biaya modal adalah salah satu komponen yang

x 100%

Saham

Biasa

dengan

� = � + β � −�

Sumber: Ross (2016:6)

Keterangan:
= biaya modal saham biasa
� = tingkat pengembalian bebas risiko
β = beta saham i (risiko sistematis)
� = tingkat pengembalian pasar

iii.

Biaya Modal Rata-rata Tertimbang

���� = � .

1−� + � .

+ �.

Sumber : Atmaja (2002:121)
Keterangan:
� =Proporsi hutang dari modal
� = Proporsi saham preferen dari modal
� = Proporsi saham biasa/ laba ditahan dari
modal
= Biaya hutang
= Biaya saham preferen

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

149

= Biaya saham biasa
� = tarif pajak dalam desimal

Investment (ROI) dan Residual Income (RI)
secara berturut-turut. Kesimpulan mengenai
kinerja
keuangan
perusahaan
ini
menggunakan metode cross sectional
approach dan time series analysis.

Analisis Residual Income (RI)
RI = NOPAT – Biaya Modal
= (EBIT(1-T)) – (WACC x Total Aktiva)
Sumber: Sartono (2010:103)
Keterangan :
NOPAT = laba operasi setelah pajak
EBIT = laba sebelum bunga dan pajak
T = tarif pajak dalam desimal
WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
MЕTODE PЕNЕLITIАN
Pеnеlitian ini mеrupakan mеtodе pеnеlitian
dеskriptif
dеngan
pеndеkatan
kuantitatif.
Penelitian dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sumber data diperoleh dari Galeri Investasi Bursa
Efek Indonesia yang terletak di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang (FEB
UB) yang yang berlokasi di Jalan MT. Haryono
No. 165 Malang.
Fokus Pеnеlitiаn
1. Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) memadukan
antara Total Asset Turn Over (TATO) dengan
margin laba dan memperlihatkan interaksi
keduanya dalam menentukan profitabilitas
perusahaan. Peneliti hanya melakukan
penelitian laporan keuangan dari tahun 2012,
2013, 2014, 2015, dan tahun 2016, dari
laporan – laporan tersebut, selanjutnya akan
dilakukan perhitungan Return On Investment
(ROI).
2. Residual Income (RI)
Residual Income (RI) memadukan laba yang
diperoleh dari selisih pendapatan dengan
biaya – biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan, lalu dikurangi dengan biaya
modal dimana biaya modal didapat dari hasil
pengurangan antara Weight Average Cost of
Capital (WACC) dikalikan total aktiva atau
modal operasi. Peneliti hanya melakukan
penelitian laporan dari tahun 2012, 2013,
2014, 2015, dan tahun 2016, dari laporan –
laporan tersebut, selanjutnya akan dilakukan
perhitungan Residual Income (RI).
3. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan akan diketahui
setelah dilakukannya analisis Return On

Populasi Dan Sampеl
Populasi dalam pеnеlitian ini adalah
perusahaan sub sektor kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2016.
Tabеl 2. Daftar Sampеl Pеnеlitian
NO
1

Kode
Perusahaan
BUDI

2

DPNS

3

EKAD

4

INCI

5

SRSN

Nama
Perusahaan
PT. Budi Startch & Sweetener
Tbk
PT. Duta Pertiwi Nusantara
Tbk
PT. Ekadharma Internasional
Tbk
PT. Intan Wijaya Internasional
Tbk
PT. Indo Acidatama Tbk

Sumbеr: data diolah, 2017
HАSIL DАN PЕMBАHАSАN
Hasil Analisis Data
Analisis Return On Investment (ROI) secara
Cross Sectional Approach
Tabel 3 Hasil Akhir Perhitungan ROI Perusahaan
Sub Sektor Kimia Periode 2012-2016
Nama
Perusahaan

BUDI
DPNS
EKAD
INCI
SRSN
Rata-Rata
Industri

2012

2013

2014

2015

2016

Ratarata
(20122016)

0.20%

1.80%

1.10%

0.60%

1.30%

1.00%

11.20%

26.10%

5.30%

3.60%

3.40%

9.92%

13.20%

11.50%

9.90%

11.80%

12.90%

11.86%

3.40%

7.60%

7.40%

10.00%

3.70%

6.42%

4.20%

3.80%

3.10%

2.70%

1.50%

3.06%

6.44%

10.16%

5.36%

5.74%

4.56%

6.45%

Periode

Sumber: Data diolah, 2017
Interpretasi hasil akhir Return On Investment
(ROI) untuk masing-masing perusahaan yang
diteliti dibandingkan dengan rata-rata industri
periode 2012-2016:
a.
PT. Budi Startch & Sweetener Tbk
Return On Investment (ROI) perusahaan
pada tahun 2012 sampai pada tahun 2016 berada
dibawah rata-rata industri. Rata-rata ROI
perusahaan secara keseluruhan juga berada
dibawah rata-rata industri, karena rata-rata ROI
perusahaan secara keseluruhan sebesar 1%
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

150

sedangkan rata-rata ROI industri sebesar 6,45%.
Hal ini disebabkan perusahaan belum efisien
dalam mengelola asetnya sehingga tingkat laba
bersih setelah bunga dan pajak yang diperoleh atas
total aset perusahaan masih belum maksimal dan
masih berada dibawah rata-rata industri.
b.

PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
ROI perusahaan pada tahun 2012 dan 2013
berada diatas rata-rata ROI industri yakni sebesar
11,20% dan 26,10%, sedangkan pada tahun 2014,
2015, dan 2016, ROI berada dibawah rata-rata
ROI industri, yakni berturut-turut sebesar 5,3%;
3,6%; kemudian tahun 2016 sebesar 3,4% . Ratarata Return On Investment (ROI) perusahaan
secara keseluruhan berada diatas rata-rata industri,
karena rata-rata ROI perusahaan secara
keseluruhan sebesar 9,92% sedangkan rata-rata
ROI industri sebesar 6,45%. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat laba bersih setelah bunga dan
pajak yang diperoleh dari total aset perusahaan
berada diatas rata-rata industri, khususnya untuk
tahun 2012 dan 2013.
c.

PT. Ekadharma Internasional Tbk
ROI perusahaan pada tahun 2012 sampai
pada tahun 2016 berada diatas rata-rata industri.
Rata-rata ROI perusahaan secara keseluruhan juga
berada diatas rata-rata industri, karena rata-rata
ROI perusahaan secara keseluruhan sebesar
11,86% sedangkan rata-rata ROI industri sebesar
6,45%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
telah maksimal dalam menghasilkan laba bersih
setelah bunga dan pajak yang diperoleh dari total
aset perusahaan dan berada diatas rata-rata
industri.
d.

PT. Intan Wijaya Internasional Tbk
ROI perusahaan pada tahun 2014 dan 2015
berada diatas rata-rata ROI industri yakni sebesar
7,40% dan 10,00%, sedangkan pada tahun 2012,
2013, dan 2016, ROI berada dibawah rata-rata
ROI industri, yakni berturut-turut sebesar 3,4%;
7,6%; kemudian pada tahun 2016 sebesar 3,7%.
Tahun 2014 dan 2015, ROI perusahaan berada
diatas rata-rata ROI industry. Rata-rata Return On
Investment (ROI) perusahaan secara keseluruhan
berada dibawah rata-rata industri, karena rata-rata
ROI perusahaan secara keseluruhan sebesar
6,42% sedangkan rata-rata ROI industri sebesar
6,45%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat laba
bersih setelah bunga dan pajak yang diperoleh atas
total aset perusahaan berada dibawah rata-rata

industri, dan perusahaan belum cukup maksimal
dalam mengelola asetnya.
e.

PT. Indo Acidatama Tbk
ROI perusahaan pada tahun 2012 sampai
2016 berada dibawah rata-rata industri. Rata-rata
ROI perusahaan secara keseluruhan juga berada
dibawah rata-rata industri, karena rata-rata ROI
perusahaan secara keseluruhan sebesar 3,06%
sedangkan rata-rata ROI industri sebesar 6,45%.
Hal ini karena tingkat laba bersih setelah bunga
dan pajak yang diperoleh perusahaan dari total
aset yang dimiliki masih berada dibawah rata-rata
industri. Perusahaan masih belum dapat
mengelola asetnya secara efisien.
Analisis Residual Income (RI) secara Cross
Sectional Approach
Tabel 4. Hasil Akhir Perhitungan RI
Perusahaan Sub Sektor Kimia Periode 20122016
Nama
Periode
Perusahaan
BUDI

2012

2013

2014

2015

2016

Rata-rata
(20122016)

119,669,703

131,353,108

-152,094,394

194,492,773

81,951,685

135,912,333

8,752,954

64,718,721

-7,498,835

-11,285,415

8,855,780

12,708,641

20,258,328

18,260,842

16,126,205

16,396,415

68,261,879

27,860,734

-3,238,988

1,371,559

19,224

5,258,091

5,100,513

1,702,080
-17,463,082

-22,220,792

DPNS
EKAD
INCI
SRSN
RataRata
Industri

-3,908,078

-3,566,658

-16,435,475

-25,832,053

37,573,144

-19,561,097

-10,113,729

-31,976,655

-41,991,147

7,461,331

Sumber : Data diolah, 2017
Interpretasi hasil akhir Residual Income (RI)
untuk masing-masing perusahaan yang diteliti
dibandingkan dengan rata-rata industri
periode 2012-2016:
a.
PT. Budi Startch & Sweetener Tbk
Residual Income (RI) perusahaan pada
tahun 2012 sampai pada tahun 2016 berada
dibawah rata-rata industri. Rata-rata Residual
Income (RI) perusahaan secara keseluruhan juga
berada dibawah rata-rata industri, karena rata-rata
RI perusahaan secara keseluruhan sebesar 135.912.333 sedangkan rata-rata ROI industri
sebesar -22.220.792. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan kurang efektif dan efisien dalam
mengolah biaya modal yang diinvestasikan guna
mendapatkan
keuntungan
maksimal,
dan
perusahaan masih terbebani dengan biaya
modalnya.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

151

b.

PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
Residual Income (RI) perusahaan pada
tahun 2012 sampai pada tahun 2016 berada diatas
rata-rata RI industri. Rata-rata Residual Income
(RI) perusahaan secara keseluruhan berada diatas
rata-rata industri, karena rata-rata RI perusahaan
secara keseluruhan sebesar 12.708.641 sedangkan
rata-rata RI industri sebesar -22.220.792. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan sudah efektif dan
efisien dalam mengolah biaya modal yang
diinvestasikan guna mendapatkan keuntungan
maksimal pada tahun 2012, 2013, dan 2016,
sedangkan tahun 2014 dan 2015 meskipun RI
perusahaan berada diatas rata-rata RI industri,
namun RI bernilai negatif yang berarti perusahaan
tersebut kurang efektif dalam mengelola biaya
modalnya untuk mendapatkan keuntungan
maksimal dan hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan terbebani oleh besarnya biaya modal
perusahaan, sehingga berakibat pada tingkat
pengembalian investor dan saham yang belum
sepenuhnya terealisasikan.
c.

PT. Ekadharma Internasional Tbk
Residual Income (RI) perusahaan pada
tahun 2012 sampai pada tahun 2016 berada diatas
rata-rata RI industri. Rata-rata Residual Income
(RI) perusahaan secara keseluruhan berada diatas
rata-rata industri, karena rata-rata RI perusahaan
secara keseluruhan sebesar 27.860.734 sedangkan
rata-rata RI industri sebesar -22.220.792. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang
diperoleh perusahaan berada diatas rata-rata
industri. Selain itu, hal ini juga menunjukkan
bahwa perusahaan sudah efektif dan efisien dalam
mengolah biaya modal yang diinvestasikan guna
mendapatkan keuntungan maksimal.
d.

PT. Intan Wijaya Internasional Tbk
Residual Income (RI) perusahaan pada
tahun 2012 sampai pada tahun 2016 berada diatas
rata-rata RI industri. Rata-rata Residual Income
(RI) perusahaan secara keseluruhan berada diatas
rata-rata industri, karena rata-rata RI perusahaan
secara keseluruhan sebesar 1.702.080 sedangkan
rata-rata RI industri sebesar -22.220.792. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan sudah efektif dan
efisien dalam mengolah biaya modal yang
diinvestasikan guna mendapatkan keuntungan
maksimal pada tahun 2013 sampai tahun 2016,
sedangkan tahun 2012, meskipun RI perusahaan
berada diatas rata-rata RI industri, namun RI
bernilai negatif, dimana perusahaan tersebut
kurang efektif dan hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan terbebani oleh besarnya biaya modal
perusahaan, sehingga berakibat pada tingkat
pengembalian investor dan saham yang belum
sepenuhnya terealisasikan
e.

PT. Indo Acidatama Tbk
Residual Income (RI) perusahaan pada
tahun 2012 sampai pada tahun 2015 berada diatas
rata-rata RI industri. Tahun 2016, RI perusahaan
berada dibawah rata-rata RI industri, dengan nilai
RI -37.573.144, sedangakn rata-rata RI
industrinya adalah -7.461.331. Rata-rata Residual
Income (RI) perusahaan secara keseluruhan
berada diatas rata-rata industri, karena rata-rata
RI perusahaan secara keseluruhan sebesar
-17.463.082 sedangkan rata-rata RI industri
sebesar -22.220.792. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan belum efektif dan efisien dalam
mengolah biaya modal yang diinvestasikan guna
mendapatkan keuntungan maksimal, karena
meskipun nilai rata-rata RI perusahaan secara
keseluruhan berada diatas rata-rata industri, RI
masih bernilai negatif.
KЕSIMPULАN DАN SАRАN
Kеsimpulаn
1. Kinerja keuangan perusahaan sektor industri
dasar dan bahan kimia sub sektor kimia jika
diukur dengan menggunakan Return On
Investment (ROI) secara time series analysis
menunjukkan bahwa ROI masing-masing
perusahaan bernilai positif dan fluktuatif.
Return On Investment (ROI) perusahaan
mengalami suatu penurunan disebabkan
perusahaan memiliki aset yang belum
digunakan secara optimal dalam pencapaian
laba
perusahaan,
ditambah
dengan
peningkatan biaya operasional maupun beban
pokok penjualan yang tinggi tidak sebanding
dengan penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan. Return On Investment (ROI)
secara cross sectional approach menunjukkan
bahwa terdapat dua perusahaan yang nilai
ROInya selalu dibawah rata-rata ROI industri
yakni PT. Budi Statch dan PT. Indo
Acidatama, sementara itu terdapat satu
perusahaan yang nilai ROInya selalu diatas
rata-rata ROI industri. Rata-rata ROI industri
perusahaan sub sektor kimia dari tahun 2012
sampai 2016 dapat dikatakan positif dan
berfluktuatif tetapi mengalami penurunan dari
tahun 2012 ke tahun 2016, yang pada tahun
2012 nilai ROI rata-rata industrinya adalah
6,44% menjadi 4,56% di tahun 2016.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

152

2.

Perusahaan yang memiliki rata-rata ROI
diatas rata-rata ROI industri secara
keseluruhan adalah PT. Duta Pertiwi
Nusantara, Tbk. dan PT. Ekadharma
Internasional,
Tbk.
Sehingga,
secara
keseluruhan penilaian Return On Investment
untuk perusahaan pada sub sektor kimia
adalah perusahaan sub sektor kimia dinilai
sudah mampu mengoperasikan total aktiva
yang dimilikinya untuk menghasilkan
keuntungan.
Kinerja keuangan perusahaan sektor industri
dasar dan bahan kimia sub sektor kimia jika
diukur dengan menggunakan Residual
Income (RI) secara time series analysis
menunjukkan bahwa RI masing-masing
perusahaan sebagian bernilai positif dan
fluktuatif dan sebagian bernilai negatif dan
fluktuatif. Perusahaan yang fluktuatif positif
adalah PT. Ekadharma Internasional, Tbk.,
perusahaan yang fluktuatif negatif adalah PT.
Budi Startch & Sweetener Tbk dan PT. Indo
Acidatama Tbk, dan dua sisanya fluktuatif
dengan nilai negatif dan positif. Residual
Income (RI) yang negatif menunjukkan
bahwa
perusahaan
belum
dapat
merealisasikan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor dan pemegang
saham, karena perusahaan masih terbebani
oleh besarnya biaya modal yang belum
diptimalkan untuk menghasilkan keuntungan.
Residual Income (RI) secara cross sectional
approach menunjukkan bahwa rata-rata RI
industri yang dihasilkan oleh perusahaan sub
sektor kimia dapat dikatakan kurang baik,
karena nilai rata-rata industri RInya negatif.
Berdasarkan hasil analisis oleh peneliti secara
cross sectional approach menunjukkan
bahwa terdapat satu perusahaan yang rata-rata
RInya selalu berada dibawah rata-rata RI
industri, yakni PT. Budi Startch & Sweetener
Tbk, dan terdapat satu perusahaan yang ratarata RInya berada diatas rata-rata RI industri,
tetapi nilai RInya bernilai negatif, yakni
perusahaan PT. Indo Acidatama Tbk. Hal ini
menunjukkan kedua perusahaan tersebut
belum mampu mengolah modal yang
diinvestasikan guna mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Ketiga perusahaan lainnya
memiliki nilai RI yang berada diatas rata-rata
RI industri. Sehingga, secara keseluruhan
penilaian Residual Income untuk perusahaan
pada sub sektor kimia adalah belum
keseluruhan perusahaan sub sektor kimia

3.

mampu mengoperasikan biaya modalnya dan
memilih biaya modal mana yang mampu
menghasilkan keuntungan perusahaan yang
optimal.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan
perhitungan Return On Investment dan
Residual Income sub sektor kimia periode
2012 sampai dengan 2016, menunjukkan
bahwa terdapat dua perusahaan yang nilai
rata-rata ROI perusahaan berada diatas ratarata ROI industri yakni PT. Duta Pertiwi
Nusantara Tbk dan PT. Ekadharma
Internasional Tbk, dan memiliki nilai rata-rata
RI diatas rata-rata RI industri. Kedua
perusahaan tersebut menunjukkan bahwa
kinerja keuangannya cukup baik jika ditinjau
berdasarkan hasil ROI karena perusahaan
mampu mengoptimalkan laba atas penjualan
dan investasi yang dilakukan selama periode
2012 sampai dengan 2016, dan sudah efektif
dalam menggunakan biaya modal perusahaan
sehingga mampu merealisasikan tingkat
pengembalian
yang
diharapkan
oleh
pemegang saham dan investor. Terdapat dua
perusahaan yang nilai rata-rata ROI
perusahaan berada dibawah rata-rata ROI
industri yakni PT. Budi Startch & Sweetener
Tbk dan PT. Indo Acidatama Tbk, dan
memiliki nilai rata-rata RI dibawah rata-rata
RI industri untuk PT. Budi Startch &
Sweetener Tbk, sedangkan PT. Indo
Acidatama Tbk berada diatas rata-rata RI
industri namun nilainya negatif . Kedua
perusahaan tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan belum mampu mengoptimalkan
laba atas penjualan dan investasi yang
dilakukan selama periode 2012 sampai
dengan 2016, dan belum efektif dalam
menggunakan biaya modal perusahaan
sehingga belum mampu merealisasikan
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
pemegang saham dan investor . Satu
perusahaan yang nilai rata-rata ROInya
berada dibawah rata-rata ROI industri tetapi
nilai rata-rata RInya berada diatas rata-rata RI
industri yakni PT.Intan Wijaya Internasional,
Tbk yang menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut belum mampu mengoptimalkan laba
atas penjualan dan investasi yang dilakukan
selama periode 2012 sampai dengan 2016,
tetapi efektif dalam menggunakan biaya
modal
perusahaan
sehingga
mampu
merealisasikan tingkat pengembalian yang

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

153

diharapkan
investor .

oleh

pemegang

saham

dan

Sаrаn
1. Bagi Pеnеliti Sеlanjutnya
Sebaiknya peenliti selanjutnya lebih
cermat dalam melakukan perhitungan baik
Return On Investment maupun Residual
Income. Perhitungan Residual Income memiliki
banyak step yakni dengan menghitung biaya
modal perusahaan terlebih dahulu, sehingga
saran peneliti sebaiknya perhitungan dilakukan
secermat mungkin agar didapatkan hasil RI
yang valid.
2. Bagi Pеrusahaan
a) Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan
perusahaan sub sektor kimia yang dinilai
dengan menggunakan Return On Investment
secara time series analysis maupun cross
sectional
approach,
maka
peneliti
menyarankan
agar
perusahaan
lebih
memperhatikan
kebijakan
perusahaan
mengenai penggunaan aset perusahaan,
melakukan pengendalian terhadap biaya
operasional maupun beban pokok penjualan.
b) Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan
perusahaan sub sektor kimia yang dinilai
dengan menggunakan Residual Income secara
time series analysis maupun cross sectional
approach, maka peneliti menyarankan agar
perusahaan mampu menstabilkan biaya
modalnya dan perusahaan harus dapat
memilih biaya modal mana yang akan
digunakan untuk pembiayaan kegiatan
operasional perusahaan sehingga dapat
menciptakan keuntungan yang optimal.
c) Perusahaan sebaiknya menyertakan unsur
biaya modal dalam penilaian kinerja
perusahaan, yakni dengan menggunakan
perhitungan Residual Income. Penggunaan
ROI dan RI secara bersama-sama dapat
menunjukkan kinerja keuangan perusahaan
sesungguhnya, karena keduanya saling
melengkapi

bahwa
perusahaan
tersebut
dapat
mengembalikan
biaya
investasi
yang
digunakan, begitu pula sebaliknya. Residual
Income positif berarti bahwa perusahaan tidak
terbebani oleh biaya modal yang terlalu tinggi
sehingga laba yang diperoleh dapat memenuhi
tingkat pengembalian yang diharapkan
investor .
DАFTАR PUSTАKА
Afzal dan Rohman. 2012. Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Kebijakan Deviden Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi. Semarang:
UNDIP
Atmaja, Setia Lukas. 2002. Manajemen
Keuangan: Edisi Revisi.Yogyakarta: Andi
Offset
Hansen, Don R. Maryanne M. Mowen. 2005.
Akuntansi Manajemen Buku 2 : Edisi
Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.
______________________________.
2012.
Akuntansi Manajerial: Edisi Kedelapan.
Jakarta: Salemba Empat
Hunger, J.David dan Thomas L.Wheelen.
diterjemahkan oleh Julianto Agung. 2003.
Manajemen Strategis. Yogyakarta :ANDI
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan .
Jakarta:Raja Grafindo Persada
Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan :
Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori
dan
Aplikasi:
Edisi
Keempat.
Yogyakarta:BPFE
Singgih, M.L. 2008. Pengukuran Kinerja
Perusahaan Dengan Metode Economic
Value Added. Jurnal ekonomi. Surabaya:
ITS.
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001.
Koperasi: Teori dan Praktek. Jakarta:
Erlangga

3. Bagi Investor
Investor dapat menilai kinerja keuangan
perusahaan berdasarkan hasil dari perhitungan
Return On Investment dan Residual Income.
Nilai Return On Investment yang semakin
tinggi maka akan semakin baik kinerja
keuangan perusahaan, sedangkan nilai Residual
Income yang bernilai positif menunjukkan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

154