T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemilikan Tanah Pertanian Absentee di Desa Paslaten Kabupaten Minahasa Selatan T1 BAB II

BAB II HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

  Dalam Bab II Ini dijelaskan tiga hal yaitu Pertama Tinjauan Pustaka, Kedua akan di jelaskan Tentang Hasil Penelitian akan menggambarkan tanah absentee di wilayah penelitiankemudian menggambarkan bagaimana tindakan Kantor Pertanahan yang dilakukan selama ini untuk meyelesaikan dan mengatasi kepemilikan tanah pertanian secara absentee Ketiga analisis hasil penelitiantentang kepemilikan tanah absenteedi DesaPaslaten dan Peran Kantor Pertanahan Minahasa Selatan menurut Teori Robert Seidman.

A. TINJAUAN PUSTAKA

A.1 Larangan Pemilikan Tanah Secara Absentee

A.1.1 Pengertian Tanah Pertanian Absentee dan Dasar Penganturannya

  Kata absentee berasal dari kata latin “absentee” atau “absentis”, yang berarti tidak hadir. Dalam kamus Bahasa Inggris karangan John M. Echlos dan Hasan Sadily, absentee adalah yang tidak ada atau tidak hadir di tempatnya, atau landlord yaitu pemilik tanah bukan penduduk daerah itu, tuan tanah yang bertempat tinggal di

  lain tempat 1 .

  1 John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1996),

  hal : 3

  Sedangkan dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian (telah diubah dan ditambah dengan PP No. 41 Tahun 1964) mengatur sebagai berikut : “ Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya, dalam jangka waktu 6 bulan wajib mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak tanah itu atau pindah ke kecamatan letak tanah tersebut”. Menunjukkan bahwa pemilikan tanah pertanian secara absenteeguntai menurut Peraturan Perundang-undangan tidak diperbolehkan, karena pada prinsipnya melanggar asas dalam Pasal 10 UUPA yang mengatur bahwa setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan.

  Mengingat bahwa tujuan ketentuan Pasal 10 UUPA ini adalah menyangkut kepentingan umum, maka secara yuridis ketentuan dalam Pasal ini termasuk ketentuan-ketentuan hukum yang memaksa atau “Dwingend Recht”. Menurut ketentuan Pasal 3 PP No 224 Tahun 1961, disebutkan bahwa:

  Ayat (1) Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar kecamatan letak

  tempat tanahnya, dalam jangka waktu 6 bulan wajib mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak tanah itu atau pindah ke kecamatan letak tanah tersebut.

  Ayat (2) Kewajiban dalam ayat (1) tidak berlaku bagi pemilik tanah yang bertempat

  tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan letak tanah, jika jarak antara tempat tinggal dan tanahnya masih memungkinkan mengerjakan tanah itu secara efisien.

  Ayat (3) Dengan tidak mengurangi ketentuan pada ayat (2) Pasal ini, maka jika

  pemilik tanah berpindah tempat atau meninggalkan tempat kediamannya ke luar kecamatan tempat letak tanah itu selama 2 tahun berturut-turut, ia wajib memindahkan hak milik atas tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di kecamatan itu.

  Ayat (4) Ketentuan ayat (1) dan (3) tidak berlaku bagi mereka yang menjalankan

  tugas Negara, menunaikan kewajiban agama atau mempunyai alasan khusus lainnya yang dapat diterima Menteri Agraria. Bagi pegawai Negeri dan Pejabat Militer dan menjalankan tugas Negara, perkecualian tersebut pada ayat ini terbatas pada pemilikan tanah pertanian sampai seluas 25 dari luas maksimum yang ditentukan untuk daerah yang bersangkutan menurut Undang-Undang No. 56 Tahun 1960.

  Ayat (5) Jika kewajiban pada ayat (1) dan (3) tidak dipenuhi maka tanah yang

  bersangkutan diambil oleh Pemerintah. Jangka waktu pemindahan hak milik atas tanah pertanian yang dimaksud dalam pasal tersebut perlu dibatasi agar pemilik tanah yang bersangkutan tidak

  mengulur-ulur waktu dalam usahanya untuk memindahkan hak miliknya tersebut. Jika kewajiban tersebut tidak dilaksanakan atau terjadi pelanggaran terhadap larangan tersebut maka tanah yang bersangkutan akan diambil alih oleh Pemerintah untuk kemudahan diredistribusikan dalam rangka program landreform, kepada bekas pemilik diberikan ganti rugi menurut ketentuan yang berlaku. Pemberian ganti rugi ini diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah 224 Tahun 1961.

  Jadi siapapun dalam hubungan dengan masalah pemilikan tanah absenteeguntai harus tunduk kepada Peraturan Pemerintah tersebut. Selain daripada itu dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No 224 Tahun 1961 ditetapkan sanksi Jadi siapapun dalam hubungan dengan masalah pemilikan tanah absenteeguntai harus tunduk kepada Peraturan Pemerintah tersebut. Selain daripada itu dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No 224 Tahun 1961 ditetapkan sanksi

  pengambilan tanah oleh pemerintah danpembagiannya. 2

  Bahwa ketika undang-undang ini di buat, pada saat itu transportasi masih sulit dan tidak terjangkau oleh masyarakat dengan kemajuan yang sangat pesat di bidang transportasi saat ini maka masalahjarak antara pemilik tanah dan letak tanahnya sudah bukan menjadi kendala bagi pemilik tanah dalam mengerjakan tanahnya sendiri secara efisien,Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agraria dan Tata RuangBPN perlu me redifinisikembali peraturan tentang larangan pemilikan tanah pertanian secara absente. Ketika mulai berlakunya undang-undang ini pada “masa”nya tentu memang disesuaikan dengan keadaan karena masih sulitnya akses untuk bepergian ketempat yang jauh, baik dari segi jarak serta alat transportasinya. Namun, kenyataan pada saat ini banyak masyarakat yang memiliki tanah dimana-mana, dimana ukaran yang digunakan pada saat ini bisa memungkinkan karena adanya perkembangan alat transportasi serta kemajuan teknologi. 3

A.1.2 Pengcualian Larangan Pemilikan Tanah Secara Absentee

  Dari larangan yang yang sudah dijelaskan diatas terdapat adanya pengecualian dari larangan pemilikan Tanah AbsenteeGuntai yaitu: 4

  2 Ibid Pasal 19

  3 Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2005, hal : 53

  4 Perangin, Effendi, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, CV. Rajawali, Jakarta, 1986, hal : 133 4 Perangin, Effendi, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, CV. Rajawali, Jakarta, 1986, hal : 133

  b. Mereka yang sedang menunaikan kewajiban agama.

  c. Mereka yang mempunyai alasan khusus yang dapat di terima oleh Menteri Agraria.

  Pengecualian pemilikan tanah pertanian secara guntai sampai 25 dari luas maksimum untuk Daerah Tingkat II (sekarang KabupatenKota) yang bersangkutan, diberikan kepada :

  a) Pensiunan Pegawai Negeri

  b) Janda pegawai negeri dan janda pensiunan pegawai negeri selama tidak menikah lagi dengan seorang bukan pegawai negeri atau pensiunan

  pegawai negeri. 5 Dengan adanya pengecualian tersebut seorang pegawai negeri dalamwaktu

  2 tahun menjelang pensiun diperbolehkan membeli tanah pertanian secara absentee sampai batas 25 luas maksimum untuk Daerah KabupatenKota letak tanah yang bersangkutan. Di dalam pengecualian ini termasuk pula pemilikan oleh istri dan anak yang masih menjadi tanggungannya. Tetapi sewaktu-waktu seorang pegawai negeri atau yang dipersamakan dengan mereka berhenti menjalankan tugas Negara, misalnya mendapat pensiun, maka ia wajib memenuhi ketentuan tersebut dalam waktu satu tahun terhitung sejak mengakhiri tugasnya. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang oleh Menteri Agraria jika ada alasan yang wajar.

  5 Lihat Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1977

  Pengecualian bagi pensiunan pegawai negeri diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1977 tentang Pemilikan Tanah Pertanian Secara Guntai (Absentee) Bagi Para Pensiunan Pegawai Negeri, mengatur bahwa ketentuan- ketentuan pengecualian mengenai pemilikan tanah pertanian yang berlaku bagi pegawai negeri diberlakukan juga bagi para pensiunan pegawai negeri.

  Pemilikan tersebut boleh diteruskan setelah pensiunan, kemudian ia berpindah tempat tinggal ke kecamatan letak tanah yang bersangkutan, dengan sendirinya pemilik tersebut dapat ditambah hingga seluas batas maksimum.

A.1.3. Maksud dan Tujuan Larangan Pemilikan Tanah Pertanian Secara

  Absentee

  Pemilikan penguasaan tanah secara absentee dilarang karena UUPA menganut prinsip bahwa tanah pertanian harus diusahakan sendiri secara aktif oleh pemiliknya. Sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 10 UUPA, pada umumnya tanah- tanah pertanian letaknya adalah di desa, sedangkan mereka yang memiliki tanah secara absenteeguntai umumnya bertempat tinggal di kota. Orang yang tinggal di kota memiliki tanah pertanian di desa tentunya tidak sejalan dengan prinsip tanah pertanian untuk petani. Orang yang tinggal di kota sudah jelas bukan bukan termasuk kategori petani.

  Tujuan melarang pemilikan tanah pertanian secara absenteeguntai adalah agar hasil yang diperoleh dari pengusahaan tanah pertanian sebagian besar dapat Tujuan melarang pemilikan tanah pertanian secara absenteeguntai adalah agar hasil yang diperoleh dari pengusahaan tanah pertanian sebagian besar dapat

  Menurut Boedi Harsono, tujuan adanya larangan ini adalah agar hasil yang diperoleh dari pengusahaan tanah itu sebagian besar dapat dinikmati oleh masyarakat pedesaan tempat letak tanah yang bersangkutan, karena pemilik tanah

  akan bertempat tinggal di daerah penghasil. 7

  Pemilikan tanah pertanian secara absenteeguntai ini, menimbulkan penggarapan yang tidak efisien, misalnya tentang penyelenggaraannya, pengawasannya, pengangkutan hasilnya, juga dapat menimbulkan sistem-sistem penghisapan. Ini berarti bahwa para petani penggarap tanah milik orang lain dengan sepenuh tenaganya, tanggung jawabnya dan segala resikonya, tetapi hanya menerima sebagian dari hasil yang dikelolanya.

  Di sisi lain, pemilik tanah yang berada jauh dari letak tanah dan tidak mengerjakan tanahnya tanpa menanggung segala resiko dan tanpa mengeluarkan keringatnya akan mendapatkan bagian lebih besar dari hasil tanahnya.Sehingga semua bentuk pemindahan hak milik atas tanah pertanian melalui jual beli, tukar- menukar,atau hibah yang mengakibatkan pemilikan baru tanah pertanian yang terkena larangan pemilikan tanah pertanian secara absenteeguntai akan dikuasai oleh Pemerintah,untuk selanjutnya dijadikan objek landreform ( distribusikan )

  6 Maria S.W. Sumardjono, Op.cit, hal: 21.

  7 Boedi Harsono, Op.cit ,hal : 385.

  kepada petani yang memerlukan tanah dan kepada bekas pemilik tanah pertanian secara absentee diberikan ganti kerugian.

  Dengan demikian hal itu tidak sesuai dengan tujuan landreform yang diselenggarakan di Indonesia yaitu untuk mempertinggi penghasilan dan taraf hidup para petani penggarap tanah dan sebagai landasan atau persyaratan untuk menyelenggarakan pembangunan ekonomi menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

A.2 Tugas dan Wewenang Kantor Pertanahan

A.2.1. Tugas dan Fungsi Kantor Pertanahan

  Kantor Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di kabupaten atau kota yang bersangkutan. 8 Dalam

  menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan, Kantor Pertanahan mempunyai fungsi :

  1. Penyususnan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan.

  8 Pasal 30. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republic Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Oraganisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor

  Pertanahan.

  2. Pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan survey potensi tanah.

  3. Pelaksanaaan penatagunaan tanah, landrefrom, konsolidasi tanah, dan penataan pertanahan wilaya pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu.

  4. Pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah asset pemerintah.

  5. Pelaksanaan pengadilan pertanahan, pengelolaan tanah Negara, tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dann pemberdayaan masyarakat.

  6. Penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan.

  7. Pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah.

  8. Pengelola sistem informasi manajemen pertanahan nasional (simtanas).

  9. Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemerintah dan swasta.

  10. Pengkoordinasian penelitian dan pengembangan.

  11. Pengkoordinasian pengembangan sumberdaya manusia pertanahan.

  12. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan.

  Dari 12 fungsi Kantor Pertanahan tersebut di atas ada tiga yang menurut penulis berkaitan dengan penelitian penulis yaitu :

  a. Pelaksanaaan penatagunaan tanah, landrefrom, konsolidasi tanah, dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu. Disini di lihat adanya program landreform yang dalam program tersebut adalah adanya larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee.

  b. Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemerintah dan swasta.

  Pada prinsipnya pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan adalah pelayanan data dan informasi pertanahan. Data yang tersimpan di Kantor Pertanahan Pada prinsipnya pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan adalah pelayanan data dan informasi pertanahan. Data yang tersimpan di Kantor Pertanahan

  Dengan demikian dapat dibayangkan apabila data pertanahan disimpan dalam suatu database sedangkan pengelolahan dilakukan dengan kecanggihan komputerisasi maka semua proses pelayanan data pertanahan disetiap Kantor Pertanahan dapat dilalukan secara cepat dan tepat. Pengelolahan data dan informasi dibidang pertanahan ditindaklanjuti dengan dibentuknya pusat data dan informasi pertanahan (Pusdatin) yang tugasnya melaksanakan pengumpulan, pengelolahan, penyajian data dan informasi pertanahan serta membangun dan mengembangkan sistem informasi pertanahan nasional. 9

  Untuk melaksanakan fungsi – fungsi maka aparatur pertanahan diberikan pedoman kerja untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut yaitu dengan membut Catur Tertib Pertanahan. Sehingga sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah

  terwujudnya Catur Tertib Pertanahan yang meliputi : 10

  1. Tertib Hukum Pertanahan

  9 Artha Rumondang Siburian, Eksistensi larangan kepemilikan tanah secara

  Latifundia dan absentee (guntai) studi di Kantor Pertanahan kabupaten deli serdang,

  Thesis, universitas Sumatra utara, 26 februari 2017, h. 112

  10 H.Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria (Pertanahan) Indonesia, Jilid I, (Jakarta : Prestasi Pustakaraya, 2004), hal : 71

  Masih banyak sekali terjadi penguasaan pemilikan dan penggunaan tanah oleh orang-orangbadan hukum yang melanggar ketentuan perundangan agraria yang berlaku, karenanya perlu diambil langkah-langkah:

  a. Mengadakan penyuluhanpenerangan kepada masyarakat mengenai Tertib Hukum Pertanahan guna tercapainya Kepastian Hukum yang meliputi penertiban penguasaan dan pemilikan tanah berdasarkan Peraturan Perundangan Agraria yang berlaku. Dalam pengertian pelaksanaan tertib hukum pertanahan sudah tercakup pelaksanaan tertib dokumentasi dan administrasi tanah.

  b. Sanksi hukum atas pelanggaran yang terjadi.

  c. Melengkapai peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

  d. Meningkatkan pengawasan internal di bidang pelaksanaan tugas keagrariaan.

  e. Mengambil tindakan tegas terhadap oknum yang sengaja melakukan penyelewengan.

  f. Mengadakan interopeksi terhadap aturan-aturan atau kebijakan yang saling tumpang tindih. Dengan usaha-usaha tersebut, maka akan terwujud adanya Tertib Hukum

  Pertanahan yang menimbulkan Kepastian Hukum Pertanahan dan Hak-hak serta penggunaannya, yang kesemuannya itu akan menciptakan suasana ketentraman dalam masyarakat dan pengayoman masyarakat dari tindakan-tindakan semena- mena serta meminimalisir sengketa, konflik dan perkara pertanahan.

  2. Tertib Administrasi Pertanahan.

  Upaya memperlancar setiap usaha dari masyarakat yang menyangkut tanah terutama dengan pembangunan yang memerlukan sumber informasi bagi yang memerlukan tanah sebagai sumber daya, uang, dan modal. Menciptakan suasana pelayanan di bidang pertanahan agar lancar, tertib, murah, cepat dan tidak berbelit- belit dengan berdasarkan pelayanan umum yang adil dan merata Dengan adanya tertib administrasi pertanahan dimaksud bahwa setiap bidang tanah tercatat dan diketahui dengan mudah, baik mengenai riwayat, kepemilikan, subyek haknya, keadaan fisik serta ketertiban prosedur dalam setiap urusan yang menyangkut tanah.

  Kenyataan ini, masih terasa adanya keluh kesah dari masyarakat, tentang hal berurusan dengan aparat pertanahan, khususnya dalam hal :

  a. Pelayanan urusan yang menyangkut tanah masih berbelit-belit dan biaya relatif mahal.

  b. Masih terjadi adanya pungutan-pungutan tambahan (liar) dalam hal pembiayaan pelayanan pertanahan.

  Dengan demikian maka yang disebut Tertib Administrasi Pertanahanadalah merupakan keadaan dimana :

  a. Untuk setiap bidang telah tersedia mengenai aspek-aspek ukuran fisik, penguasaan penggunaan, jenis hak dan kepastian hukumnya yang dikelola dalam sistem Informasi Pertanahan yang lengkap.

  b. Terdapat mekanisme prosedur, tata kerja pelayanan di bidang pertanahan yang sederhana, cepat dan mudah tetapi menjamin kepastian hukum yang dilaksanakan secara tertib dan konsisten.

  c. Penyimpanan warkah-warkah yang berkaitan dengan pemberian hak dan pemanfaatan tanah dilaksanakan secara tertib, beraturan dan terjamin keamanaannya

  3. Tertib Penggunaan Tanah

  Dengan tertib penggunaan pertanahan dimaksudkan bahwa setiap bidang tanah telah diusahakan atau dipergunakan sesuai dengan kemampuan dan peruntukannya sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

  Dengan demikian yang disebut Tertib Penggunaan Tanah adalah merupakan keadaan dimana :

  a. Tanah telah digunakan secara lestari, serasi dan seimbang. Sesuai dengan potensi guna berbagai kegiatan kehidupan dan pengharapan diperlukan untuk menunjang terwujudnya Tujuan Nasional.

  b. Penggunaan tanah di daerah perkotaan dapat menciptakan suasana aman, tertib, lancar dan sehat.

  c. Tidak terdapat pembentukan kepentingan antara sektor dalam peruntukkan tanah.

  4. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup.

  Dengan tertib pemeliharan tanah dan lingkungan hidup dimaksudkan bahwa setiap penguasaan dan penggunaan atas tanah telah memperhatikan dan melakukan usaha-usaha untuk menunjang terwujudnya kelestarian hidup. 11

  Dengan demikian, unsur-unsur yang berhubungan dengan azas-azas Tataguna Tanah dan keselamatan hidup sudah benar-benar ditinggalkan guna mengejar kebutuhan hidup yang menDesak dan bersifat sementara. Tertib pemeliharaan

  tanah ini merupakan kewajiban tiap orang Badan Hukum Instansi Pemerintah. 12

  Oleh karena itu, maka yang disebut Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup adalah merupakan keadaan di mana :

  a. Penanganan bidang pertanahan telah dapat menunjang kelestarian hidup

  b. Pemberian hak atas tanah dan pengarahan penggunaan telah dapat menunjang terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan bernuansa lingkungan.

  c. Semua pihak yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah melaksanakan kewajiban sehubungan dengan pemeliharaan tanah tersebut.

  Catur Tertib Pertanahan ini merupakan kebijakan bidang pertanahan yang dijadikan “landasan”, sekaligus “sasaran” untuk mengadakan penataan kembali penggunaan dan pemilikan tanah serta program-program khusus di bidang agraria

  11 Rusmandi Murad,, Administrasi Pertanahan (Pelaksanaan Hukum Pertanahan Dalam Praktek), Bandung CV Mandar Maju, 2013, hlm 39

  12 Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolahan Lingkungan HidupPasal 5 ayat (2) : “Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan

  mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya”.

  untuk usaha meningkatkan kemampuan petani-petani yang tidak bertanah atau mempunyai tanah yang sangat sempit.

  Untuk mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan yang meliputi Pengaturan Penggunaan, Penguasaan, Pemilikan dan Pengelolaan Tanah (P4T), penguasaan hak-hak atas tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain- lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan, sehingga BPN sangat berperan aktif dalam mewujudkan penggunaan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan melaksanakan fungsinya di bidang pertanahan sebagai lembaga non Departemen pembantu Presiden.

A.2.3Wewenang Badan Pertanahan Nasional

  Badan Pertanahan Nasional di atur dalam Peraturan Presiden Nomor 20Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional dimana dalam Peraturan Presiden ini telah ditetapkan Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut BPN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden 13 . Kelembagaan instansi ini dikepalai oleh

  Menteri Agraria dan Tata Ruang, lembaga ini telah beberapa kali mengalami perubahan kelembagaan dari sejak era orde lama, orde baru sampai dengan saat ini namun tugas dan fungsi tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan, kebijakan politik pertanahan masih menaruh keberpihakan kepada masyarakat bawah yang antara lain adalah mengenai kebijakan landreform.

  13 Lihat Pasal 1 Perpres Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Badan Pertanahan Nasional.

  Program landreform sebagai strategi untuk mencapai keadilan dalam pemilikan dan pemanfaatan tanah pertanian telah diawali dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 56 tahun 1960 dan peraturan pelaksanaannya, strategi yang menjadi primadona dari kebijakan ini adalah Redistribusi tanah pertanian yang berasal dari tanah-tanah kelebihan maksimum, tanah absente, tanah swapraja, tanah-tanah partikelir dan tanah negara. Menurut Erich Jacoby redistribusi tanah lebih dikenal dengan landreform. Redistribusi tanah adalah pembagian tanah-tanah yang dikuasai oleh negara dan telah ditegaskan menjadi objek landreform yang diberikan kepada para petani penggarap yang telah memenuhi syarat dan ketentuan

  yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961. 14

  Namun penerapan kebijakan ini sampai dengan saat ini dirasakan belum berjalan lancar karenakendala bersifat politis, teknis administrasi dan legal serta perlu mengoptimal aparat pertanahan dalam mensosialisasi manfaat program (kebijakan) ini kepada masyarakat luas. 15

  Dalam melaksanakan program landreform di Indonesia Badan Pertanahan Nasional mempunyai fungsi pengendalian Pemilikan dan penguasaan tanah pertanian, Dalam tugas dan fungsi pengendalian tersebut aparat pertanahan mempunyai tugas memberikan pemahaman peraturan pertanahan kepada masyarakat dan aparat

  14 https:elkafilah.wordpress.com di unduh pada Tanggal 26 Februari , Waktu 10.04

  15 Maria Sumardjono, op.cit, hal. 51

  Desakelurahan danmelakukan pendataan administrasi pemilikan tanah di setiap Desakelurahan.

  Pembagian tanah merupakan salah satu dari kewenangan Kantor pertanahan, pembagian tanah lazim di sebut juga redistribusi dalam rangka landreform adalah merupakan wewenang Negara yang lahir dari Hak Menguasai Negara yang sehari- hari dijalankan oleh Pemerintah yang membawa fungsi dan tugas kenegaraan sebagai suatu kehormatan yang pantas diterima bagi warganegara yang memerlukan tanah sesuai dengan kedudukan, profesi, dan prestasinya. 16

  Sehingga dalam peraturan larangan kepemilikan tanah pertanian secara absenteedapat ditetapkan oleh Pemerintah sebagai tanah negara objek landreform yang dapat di redistribusikan kepada petani yang memenuhi syarat dan kepada bekas pemilik diberikan ganti rugi sesuai Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun 1992 tentang Penyesuaian Ganti Rugi tanah Objek Landreform Kelebihan Maximum dan Absente.

A.3 Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat

  Hukum dalam kehidupan masyarakat diartikan dengan berbagai macam sesuai dengan sudut pandang masyarakat tersebut. Robert B. Seidman menyatakan bahwa bekerjanya hukum merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh

  16 Rusmandi Murad, Op.cit, hal 29 16 Rusmandi Murad, Op.cit, hal 29

  Dengan demikian, peranan yang pada akhirnya dijalankan oleh lembaga dan pranata hukum itu merupakan hasil dari bekerjanya berbagai macam faktor. Melalui pemahaman yang demikian, dapat dipahami bahwa bekerjanya hukum tidak terjadi karena sebuah peraturan perundang-undangan telah dibuat, tetapi setiap peraturan akan memberitahu bagaimana seorang pemegang peran, yaitu subyek hukum yang diaturnya (masyarakat dan aparatur) diharapkan bertindakberbuat. Dengan kata lain, bagaimana seorang itu akan bertindak

  merupakan respon terhadap peraturan yang ditujukan kepadanya. 17

  Bekerjanya hukum dalam masyarakat tersebut, oleh Seidman dirumuskan beberapa pernyataan teoretis sebagai berikut : 18

  1) Setiap peraturan hukum itu menunjukkan aturan-aturan tentang bagaimana seseorang pemegang peran diharapkan untuk bertindak;

  17 Satjipto Rahardjo, op.cit, hal: 34.

  18 Robert B. Seidman William J. Chambles, Law, Order, and Power, Printed in United States of America, Pubhlised Stimulant Costly in Canada Library of Congress Catalog Card No.

  78-111948 Hal 14

  2) Tindakan apa yang akan diambil oleh seseorang pemegang peran sebagai respons terhadap peraturan hukum, sangat tergantung dan dikendalikan oleh peraturan hukum yang berlaku, dari sanksi-sanksinya, dari aktivitas lembaga pelaksanaannya, serta dari seluruh kompleks kekuatan sosial, politik, dan lain sebagainya yang bekerja atas dirinya;

  3) Tindakan apa yang akan diambil oleh lembaga pelaksana sebagai respons terhadap peraturan-peraturan hukum, sangat tergantung dan dikendalikan oleh peraturan hukum yang berlaku, dari sanksi-sanksinya, dan dari seluruh kompleks kekuatan sosial, politik, dan lain sebagainya yang bekerja atas dirinya, serta dari umpan balik yang datang dari pemegang peran dan birokrasi;

  Tindakan apa yang akan diambil oleh lembaga pembuat undang- undang sebagai respons terhadap peraturan hukum, sangat tergantung dan dikendalikan oleh berfungsinya peraturan hukum yang berlaku, dari sanksi- saksinya, dan dari seluruh kompleks kekuatan sosial, politik, dan lain sebagainya yang bekerja atas mereka, serta dari umpan balik yang datang dari pemegang peran dan birokrasi.

  Dengan demikian, hukum dan politik yang berpengaruh dan tak dapat dipisahkan dari hukum yang bekerja di dalam masyarakat. Bahwa hukum itu untuk masyarakat, sebagaimana teori living law. Fungsi-fungsi hukum hanya mungkin dilaksanakan secara optimal, jika hukum memiliki kekuasaan dan ditunjang oleh kekuasaan politik. Meskipun kekuasaan politik memiliki karakteristik tidak ingin Dengan demikian, hukum dan politik yang berpengaruh dan tak dapat dipisahkan dari hukum yang bekerja di dalam masyarakat. Bahwa hukum itu untuk masyarakat, sebagaimana teori living law. Fungsi-fungsi hukum hanya mungkin dilaksanakan secara optimal, jika hukum memiliki kekuasaan dan ditunjang oleh kekuasaan politik. Meskipun kekuasaan politik memiliki karakteristik tidak ingin

  A.3.1. Faktor-Faktor yang Mendorong Bekerjanya Hukum Dalam

  Masyarakat

  Di Indonesia fungsi hukum adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat dan berfungsi sebagai alat untuk ketertiban, keteraturan dalam masyarakat. Dengan adanya fungsi hukum ini sangat berkaitan dengan sistem hukum yang ada di Indonesia. Dalam beberapa peraturan atau kebijakan hukum yang dibuat oleh Pemerintah sering tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan yang ingin dicapai. Kenyataan yang demikian disebabkan karena hukum tidak akan dapat berjalan atau berfungsi dengan sendirinya tanpa ditunjang oleh kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.

  Sehingga berfungsinya hukum harus melibatkan juga beberapa faktor yaitu: 20

  1. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri harus sistematis, tidak bertentangan baik secara vertikal maupun secara horizontal dan dalam

  19 Ibid hlm 39 20 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:

  Raja Grafindo Persada , 1993), hal : 14 Raja Grafindo Persada , 1993), hal : 14

  2. Penegak hukum haruslah mempunyai pedoman berupa peraturan yang tertulis yang menyangkut ruang lingkup tugasnya dengan menentukan batas-batas kewenangan dalam pengambilan kebijaksanaan, yang paling penting adalah kualitas petugas memainkan peranan penting dalam berfungsinya hukum ;

  3. Adanya fasilitas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan kaidah hukum yang telah ditetapkan. Fasilitas disini terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung untuk mencapai tujuan ;

  4. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut ;

  Bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dipengaruhi juga oleh faktor- faktor atau kekuatan sosial mulai dari tahap pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan sosial akan berusaha masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien. Peraturan dikeluarkan diharapkan sesuai dengan keinginan, tetapi efek dari peraturan tersebut tergantung dari kekuatan social, seperti budaya hukumnya baik, maka hukum akan bekerja dengan baik pula, tetapi sebaliknya apabila kekuatannya berkurang atau tidak ada maka hukum tidak akan bisa berkerja.

  Melihat bekerjanya hukum sebagai suatu pranata dalam masyarakat, maka perlu memasukkan satu faktor yang menjadi perantara yang memungkinkan terjadinya penerapan dari norma hukum itu. Dalam kehidupan masyarakat, maka regenerasi atau penerapan hukum itu hanya dapat melalui manusia sebagai Melihat bekerjanya hukum sebagai suatu pranata dalam masyarakat, maka perlu memasukkan satu faktor yang menjadi perantara yang memungkinkan terjadinya penerapan dari norma hukum itu. Dalam kehidupan masyarakat, maka regenerasi atau penerapan hukum itu hanya dapat melalui manusia sebagai

  Sosiolog William J. Chambliss dan Robert B. Seidman, menyebut anggota masyarakat yang dikenai peraturan (norma adressat) sebagai pemegang peran, dimana peranannya diharapkan sesuai dengan tujuan peraturan perundangan.

  Secara lebih mudah Chambliss dan Seidman mengemukakan model bekerjanya hukum dalam masyarakat pada bagan sebagai berikut :

  21 Satjipto Rahardjo, Op.cit, hal : 48

  Faktor-faktor sosial

  dan personal lainnya

  Lembaga Pembuat Peraturan

  Norma

  Umpan Balik

  Lembaga Penerapan

  Faktor-faktor sosial dan

  Faktor-faktor sosial dan

  personal lainnya

  personal lainnya

  Dari bagan tersebut di atas dapat diuraikan dalam dalil-dalil sebagai berikut 22 :

  1. Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang peran (role accupant) itu diharapkan bertindak.

  2. Bagaimana seorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai suatu respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktivitas dari lembaga- lembaga pelaksana serta keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik dan lainnya mengenai dirinya.

  3. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai suatu respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi-fungsi peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari para pemegang peran.

  4. Bagaimana para pembuat Undang-undang itu akan bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi- sanksinya keseluruhan kekuatan sosial, politik, ideologis dan lain-lain yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peran serta birokrasi.

  Bahwa dalam tabel di atas berhubungan dengan penegakan hukum Ada 3 elemen penting yang dapat mempengaruhi proses penegakan hukum yaitu :

  22 Ibid, hal : 27

  1. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya ;

  2. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan ;

  3. Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja,

  baik hukum materiilnya maupun hukum acaranya. 23

  Ketiga aspekelemen ini harus diperhatikan dan dipenuhi agar proses penegakan hukum dan keadilan dapat diwujudkan secara nyata. Institusi yang melaksanakan larangan pemilikan tanah pertanian secara absente adalah Badan Pertanahan Nasional yang dijabarkan dalam Tugas pokok dan fungsi aparaturnya (Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2006 ) pada Kantor Pertanahan KabupatenKota tugas dan fungsi ini dilaksanakan oleh seksi pengaturan dan penataan pertanahan, didalam pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 224 tahun 1961 dan petunjuk kerja lainnya. Sanksi terhadap aparat pertanahan yang tidak melaksanakan tupoksinya telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apatur Sipil Negara. Bahwa efektifnya penertiban larangan ini sangat tergantung pada budaya dan hukum adat masyarakat setempat. 24

  23 imly Asshiddiqie, Penegakan Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Keadilan, Vol 2, No 2, Jakarta, Pusat Kajian Hukum dan Keadilan, 2002, hal : 18

  24 Oloan Sitorus, HM Zaki Sierrad, Hukum Agraria di Indonesia, Konsep Dasar dan Implementasi, Yogyakarta, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2006, hal 13.

  Sehingga dapat dikatakan bekerjanya hukum dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor peraturannya, penegakannya, kondisi dan budaya dalam masyarakat.

B. HASIL PENELITIAN

B.1 Gambaran Umum Lokasi Desa Paslaten

  Desa Paslaten adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Secara geografis, DesaPaslatenmemiliki luas wilayahnya sekitar 1.880.00 Ha, yang berbatasan langsung di sebelah utara berbatasan dengan Sungai Manembo-Nembo; sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Amurang; sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sulu; serta sebelah barat berbatasan langsung dengan DesaPaslaten Satu

  Desa Paslaten mempunyai tanah pertanian yang cukup luas dan sangat potensial untuk dikembangkan. Namun, dalam kenyataannya, tanah-tanah pertanian tersebut tidak diolah sesuai dengan peruntukkannya.

  a. Gambaran Penggunaan Tanah. Dari luas Wilayah Desa Paslaten penggunaan tanah di Desa Paslaten sebagai berikut :

  Tabel 2.1 Penggunaan Tanah di DesaPaslaten

  Penggunaan Tanah

  Luas Areal

  1. Tanah Pertanian

  1.627,50 Ha

  terdiri dari :

  a. Tanah Sawah : - Irigasi

  188 Ha

  - Non irigasi

  135 Ha

  b. Tanah Perkebunan.

  1.304,5 Ha

  2. Tanah rawah

  65,00 Ha

  3. Fasilitas UmumPemukiman

  47,50 Ha

  4. Tanah Hutan

  140 Ha

  Total Luas

  Sumber: Buku Desa Paslaten 2016

  Dari data tersebut diatas penggunaan tanah paling adalah tanah pertanian seluas 1.627,50 Ha yang terbagi yaitu tanah sawah irigasi dan non irigasi seluas 323,00 Ha dan tanah perkebunan seluas 1.304,5 Ha. Sedangkan luas dari tanah non pertanian adalah seluas 252,5 Ha, yang terbagi yaitu tanah rawa seluas 65,00 Ha, tanah fasilitas umum seluas 47,50 Ha dan tanah hutan seluas 140 Ha.

b. Jumlah Penduduk

  Menurut data pertumbuhan penduduk tahun 2016 Desa Paslaten penduduknya berjumlah 1208 orang penduduk, yang terdiri dari 573 penduduk laki-laki dan 635 orang penduduk perempuan. Data jumlah penduduk menurut usia selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini :

  Tabel 2.2. Jumlah Penduduk di Desa Paslaten

  75 th ke atas

  Sumber: Buku Desa Paslaten 2016.

  Berdasarkan Tabel 2.2 terlihat bahwa Di Desa Paslaten memiliki angka usia produktif yaitu dari umur 19 – 55 tahun sejumlah 739 orang yang produktif kerja, usia sekolah dari umur 7 – 18 tahun sejumlah 273. Dari jumlah usia produktif tersebut terdapat 25 (180 orang) yang belum mendapatkan pekerjaan dan 75 (559 orang) sudah mendaptkan pekerjaan dengan profesi sebagai petani, nelayan, Pegawai Negeri dan wiraswasta.

  Di Desa Paslaten untuk mendapatkan pekerjaan cukup mudah dikarenakan jarak ke kota cukup dekat, sehingga memudahkan dalam mencari pekerjaan. Usia produktif dengan profesi sebagai petani merupakan profesi yang dominan.

c. Mata Pencarian Penduduk

  Penduduk di Desa Paslaten ini rata-rata memiliki mata pencarian sebagai petani, terbukti dari data tabel di bawah ini :

  Tabel 2.3 Mata Pencarian Penduduk di DesaPaslaten.

  Mata Pekerjaan

  Laki-Laki

  Perempuan Jumlah

  Petani

  383 orang

  5 orang 388 orang

  Buruh tani

  Buruh migrant

  Pegawai negeri sipil

  Pengusaha kecil, menengah dan besar

  Pembantu rumah tangga

  Karyawan perusahan swasta

  Karyawan perusahaan pemerintah

  Ibu rumah tangga

  Pengrajin industri rumah tangga lainnya

  0 orang

  2 orang

  Jumlah Mata Pencarian Penduduk

  1.148 orang

  Sumber: Buku Desa Paslaten 2016.

  Dari data tabel 2.3 diatas membuktikan bahwa sebagian besar penduduk DesaPaslaten lebih menggantungkan hidupnya pada alam sekitar terutama bagi para petani dan buruh tani sejumlah 445 orang, sedangkan Dari data tabel 2.3 diatas membuktikan bahwa sebagian besar penduduk DesaPaslaten lebih menggantungkan hidupnya pada alam sekitar terutama bagi para petani dan buruh tani sejumlah 445 orang, sedangkan

d. Pemilikan Tanah Pertanian

  Luas tanah pertanian di DesaPaslaten sejumlah 1.692,5 Ha dan jumlah yang memiliki tanah pertanian sejumlah 236 orang dan yang tidak memiliki tanah pertanian 127 orang dengan luas pemilikan rata-rata masing-masing keluarga 0,5 sd 2 Ha.

  Dari 236 orang yang memiliki tanah pertanian yang berdomisili di DesaPaslaten 191 orang dan diluar DesaPaslaten sejumlah sejumlah 45 orang dengan berdomisili sebagai berikut:

  Tabel 2.4 Pemilikan Tanah Pertanian di Desa Paslaten.

  Jumlah orang

  Berdomisili

  18 Kalimantan

  11 Pulau Jawa

  4 Papua

  12 Manado dan sekitarnya

  Sumber: Buku Desa Paslaten 2016.

  Sehingga dari tabel 4 di atas dapat di ketahui jumlah orang pemilikan tanah pertanian secara absentee yang berdomisili di luar pulau ada 33 orang dan yang berada di Manado sekitarnya ada 12 orang. Pemilik tanah yang di luar pulau mereka mendapatkan tanah pertanian di Desa Paslaten, dikarena Sehingga dari tabel 4 di atas dapat di ketahui jumlah orang pemilikan tanah pertanian secara absentee yang berdomisili di luar pulau ada 33 orang dan yang berada di Manado sekitarnya ada 12 orang. Pemilik tanah yang di luar pulau mereka mendapatkan tanah pertanian di Desa Paslaten, dikarena

  mendapatkan tanah tersebut karena warisan. 25

e. Keberadaan Tanah AbsenteeGuntai Di Desa Paslaten Kecamatan Tatapaan

  Kepemilikan Tanah Absentee sangat umum dijumpai di seluruh Indonesia. Termaksud juga di Desa Paslaten, walaupun masih terdapat kepemilikan tanah absentee tetapi menurut keterangan Bapak Steven Lintjewas Mantan Sekertaris Desa, tanah-tanah pertanian tersebut sangat produktif dan aktif di kerjakan oleh petani penggarapnya sehingga sampai sejauh ini tidak ada tanah pertanian yang terlantar dan tidak diurus meskipun pemilik tanah tersebut tidak tinggal di Desanya. Kebiasaan pengelohan tanah di Desa Paslaten dilakukan dengan sistem bagi hasil apabila pemilik tanah tidak berdomisili didesa tersebut. System bagi hasil ini tanah dikerjakan oleh petani penggarap dengan hasil dibagi dengan pemilik tanah dengan berbandingan 40 : 60 yaitu pemilik tanah 40 sedangkan 60 petani penggarap. Bagi pemilik tanah hal itu tidak menjadi masalah karena bagi dirinya yang terpenting tanah tersebut tidak di terlantar (tidak dimanfaatkan sesuai peruntukannya) karena ada yang mengurusnya. Setelah itu secara berkala setiap musim panen atau setidaknya setahun sekali si penggarap akan melaporkan keadaan tanah tersebut dan memberikan hasil panennya kepada pemilik tanah sesuai kesepakatan. Bapak Steven juga mengatakan bahwa,

  25 Wawancara dengan Bapak Stevan Lintjewas, Mantan Sekertaris Desa, Tanggal 22 Desember 2016 25 Wawancara dengan Bapak Stevan Lintjewas, Mantan Sekertaris Desa, Tanggal 22 Desember 2016

  Berdasarkan dari hasil penelitian, cara perolehan tanah absentee di lakukan dengan jalan ialah:

1. Jual Beli Dibawah Tangan.

  - Dari keterangan ibu Vivi Sumajow 27 seorang PNS yang berdomisili di

  Manado, beliau memiliki tanah absentee melalui jual beli di bawah tangan. Dalam proses jual beli tersebut hanya antara pembeli dan penjual (pemilik Tanah) di depan Kepala Desa Paslaten dengan di hadiri oleh para saksi yaitu tetangga dan kerabat keluarga. Peralihan hak atas tanah di bawah tangan, ini dilakukan di atas kertas dengan materai atau kertas segel yang didalamnya dituangkan perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang harus ditandatangani oleh para pihak dan saksi-saksi. Disamping itu biasanya juga dilakukan dengan hanya memberikan kwitansi pembayaran dengan membubuhkan tujuan penyerahan uang tersebut, jadi tidak dengan perjanjian yang di tuangkan di atas kertas. ibu

  26 Wawancara dengan Bapak Stevan Lintjewas, Mantan Sekertaris Desa, Tanggal 22 Desember 2016.

  27 Wawancara dengan Ibu Vivi Sumajow, Pegawai Negeri Sipil, Pemilik Tanah Absentee, Tanggal 23 Desember 2016.

  Vivi Sumajow memiliki tanah sawah 2800 m 2 dan memperoleh tanah tersebut yaitu dengan jalan jual beli dibawah tangan pada tahun 1980.

  Beliau adalah penduduk asli Desa tetapi sudah migrasi ke Manado. Sesuai dari keterangan Ibu Vivi lahan pertaniannya yang terletak di Desa Paslaten, di kelola oleh penggarap dengan perjanjian bagi hasil dengan pembagian 60 di berikan kepada ibu Vivi dan 40 kepada petani penggarap. Bisa di katakan bahwa walaupun ibu Vivi tidak mengelola tanah yang bersangkutan, akan tetapi beliau mendapatkan 60 dari hasil bersih yang diserahkan oleh penggarap. Diperoleh informasi dari Ibu Vivi bahwa alasanya untuk melakukan jual beli di bawah tangan adalah : karena mudah pelaksanannya dan biaya lebih murah dibandingkan dengan jual beli yang dilakukan di depan PPAT.

  Lebih lanjut ibu Vivi juga mengatakan bahwa dengan terjadinya jual beli di bawah tangan maka terhindar dari kewajiban untuk membayar pajak kepada Negara yaitu Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (Pph), Berkaitan dengan peraturan tentang larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee, beliau mengatakan tidak mengetahui bahwa pemilikan tanah secara absente itu di larang, karena Kantor Pertanahan sendiri pun tidak pernah mengadakan sosialisasi kepada pemilik tanah absentee. Sehingga tanah tersebut dijadikan investasi untuk memperoleh keuntungan sendiri dan mungkin akan di jual kembali jika harga tanahnya sudah tinggi.

  2. Melalui Pelelangan Negara

  Ada dua bidang tanah absentee yang diperoleh melalui pelelangan Negara yakni tanah yang dimiliki oleh Bapak Yoko Ferry dan Ibu Sandra Johannis. Tentang proses perolehan tanah absentee dapat di jelaskan sebagai berikut:

  a. Dari keterangan Bapak Ferry Yoko, seorang wiraswasta, yang merupakan pemilik tanah absentee di Desa Paslaten yang berdomisili di Kota Manado dan beliau bukan penduduk asli Desa Paslaten. Diperoleh informasi bahwa Bapak Ferry Yoko memiliki tanah sawah 1800 m 2 dan memperoleh tanah

  tersebut yaitu dengan lelang negara pada tahun 1990. Beliau mengatakan bahwa perolehan tanah pertanian di Desa Paslaten diperoleh melalui lembaga lelang negara dan proses pelelangan tersebut tidak mempersyaratkan bahwa beliau harus berdomisili di Kecamatan Tatapaan. Keterangan lebih lanjut di jelaskan dari bapak Yoko bahwa pemilikan tanahnya diperoleh dengan cara yang sah yaitu melalui lelang Negara sehingga proses untuk memiliki tanah tersebut sudah di akui oleh pemerintah. Selanjutnya, beliau berharap bahwa peraturan tanah absentee

  harus di sesuaikan dengan kondisi saat ini. 28

  b. Menurut keterangan Ibu Sandra Johannis seorang Wiraswasta, yang merupakan pemilik tanah absentee yang berdomisili di Kota Tomohon.

  28 Wawancara dengan Bapak Ferry Yoko, Wiraswasta, Pemilik Tanah Absentee, Tanggal 22 Desember 2016.

  Ibu Sandra Johannis memiliki tanah sawah sekitar 1500 m 2 dan memperoleh tanah absentee melalui lelang Negara juga pada tahun 1988.

  Beliau bukan penduduk asli Desa Paslaten. Seperti halnya yang diinformasikan oleh Bapak Ferry Yoko, beliau juga mengatakan bahwa waktu memperoleh tanah tersebut tidak ada usaha dari Kantor Pertanahan untuk mencegah. Beliau juga mengatakan bahwa sewaktu mendapatkan tanah tersebut tidak ada larangan dari pihak Kantor Pertanahan dan juga belum ada penyuluhan dari Kantor Pertanahan. Menurut keterangannya cara memiliki tanah tersebut dengan mendaftarkan akta lelang di Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Selatan dan diproses peraalihan haknya. Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Selatan tidak mempermasalahkan domisili sesuai dengan KTP Kota Tomohon, sehingga ibu Sandra merasa

  yakin bahwa pemilikannya adalah sesuai dengan prosedur. 29

3. Karena Warisan

  - Menurut Bapak Larry Katiandhago, seorang PNS yang berdomisili di Kota

  Manado, beliau memperoleh tanah pertanian seluas 2500 m 2 melalui pewarisan 1992 tahun yang lalu. Beliau bukan penduduk asli Desa

  Paslaten. Dari keterangan beliau dimana pembagian warisan tersebut dilakukan 1 tahun setelah kematian pewaris. Ahli waris adalah anak dari pewaris yang sudah meninggal. Tanahnya saat ini dikelolah dengan sistem

  29 Wawancara dengan Ibu Sandra Johannis , Wiraswasta, Pemilik Tanah Absentee, Tanggal 22 Desember 2016 29 Wawancara dengan Ibu Sandra Johannis , Wiraswasta, Pemilik Tanah Absentee, Tanggal 22 Desember 2016

  Dari hasil wawancara tersebut diatas yang dilakukan kepada 4 subjek hak kepemilikan tanah yaitu Bapak Ferry dan Ibu Sandra , yang keduanya berprosesi sebagai wiraswata, Bapak Larry dan Ibu Vivi yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri, diperoleh informasi bahwa para subyek hak pemilk tanah absentee, memperoleh haknya melalui jual beli dibawah tangan, warisan dan melalui lelang Negara. Dalam memperoleh hak atas tanah tersebut menunjukkan bahwa pemilikan tanah pertanian secara absentee di Desa Paslaten terjadi karena melalui jual beli dibawah tangan merupakan pelanggaran yang di lakukan oleh pihak penjual dan pembeli yang di legalkan

  30 Wawancara dengan Bapak Larry Katiandhago, Pegawai Negeri Sipil, Pemilik Tanah Absentee, Tanggal 8 January 2017.

  oleh aparat desa. Sedangkan peralihan hak atas tanah yang di peroleh memalui lembaga lelang Negara merupakan kelemahan hukum karena larangan pemilikan tanah secara absentee belum di atur lebih lajut oleh ketentuan lelang Negara. Selain itu, pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional Khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Selatan belum maksimal dalam melakukan penyuluhan hokum pertanahan. Bagi masyarakat Desa Paslaten masih kurang pemahaman mengenai larangan ini dan Kantor Pertanahan ternyata belum melakukan sosialisasi tentang larangan ini.

  Sejauh ini Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Selatan belum maksimal dalam melakukan tugas penyuluhansosialisasi hukum pertanahan kepada masyarakat dan belum juga melakukan hal yang konkrit untuk menunjang

  terlaksananya

  efektivitas larangan

  pemilikan tanah

  absenteeguntai tersebut. Hal itu terbukti adanya tanah-tanah absentee Di Desa Paslaten berdasarkan 4 orang sampel penelitian yang ada.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65