T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB IV

BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1

Sekilas tentang Halmahera Utara
Diambil dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, wilayah

Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 1057’ Lintang Utara - 3000’ Lintang
Selatan dan 127017’ Bujur Timur - 129008’ Bujur Timur. Kabupaten Halmahera
Utara berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara dengan Kab. Pulau Morotai dan Samudra Pasifik
b. Sebelah Selatan dengan Kec. Jailolo Selatan Kab. Halmahera Barat
c. Sebelah Timur dengan Kec. Wasilei Kab. Halmahera Timur
d. Sebelah Barat dengan Kec. Loloda, Sahu, Ibu, Jailolo Kab. Halmahera Barat
Sebagaimana umumnya daerah Maluku Utara didominasi wilayah laut,
Kabupaten Halmahera Utara sangat dipengaruhi oleh iklim laut karena
mempunyai tipe iklim tropis yang terdiri dari dua musim (Utara-Barat dan TimurSelatan) yang sering diselingi dengan dua kali masa pancaroba di setiap tahunnya.
Kabupaten Halmahera Utara terbentuk sejak tahun 2003 merupakan
kabupaten pemekaran dari Kabupaten maluku Utara. Pada awal terbentuknya
Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari 9 Kecamatan dengan jumlah desa

sebanyak 179 desa. Kemudian pada tahun 2009, Kabupaten halmahera Utara
mekar menjadi dua kabupaten, yaitu Halmahera Utara dan Pulau Morotai. Pada
saat pemekaran, Kabupaten halmahera Utara memiliki 17 Kecamatan dan 196
desa defenitif sementara Kabupaten Pulau Morotai memiliki 5 Kecamatan dan 64
desa defenitif.

42

Gambar 4.1
Peta Kabupaten Halmahera Utara

Sumber : Bappeda Halmahera Utara, 2013

4.2 Sekilas Tentang Kecamatan Tobelo
Tobelo merupakan ibukota dari Kabupaten Halmahera Utara Provinsi
Maluku Utara, dan letaknya di sebelah utara pulau Halmahera, yang diresmikan
oleh Menteri Dalam Negeri tanggal, 31 Mei 2003 di Ternate berdasarkan UndangUndang Nomor: 1 tahun 2003.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa masyarakat Tobelo
adalah masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, tradisi,
agama dan budaya yang beraneka ragam serta selalu mempunyai pandangan

ataupun pemahaman yang berbeda. Perbedaan yang ada tidak menjadi suatu
hambatan bagi masyarakat Tobelo untuk melestarikan budaya yang ada dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
Masyarakat Tobelo mewarisi tatanan adat yang telah dibentuk semasa
petualangan para leluhur untuk mencari permukiman baru di mana mereka berada
di perjalanan sampai dengan menetap dan membentuk komunitas dalam
peradaban awal di Telaga Lina. Seni budaya masyarakat Halmahera Utara seperti
tarian Togal dan Gala merupakan pancaran ketulusan jiwa dan semangat
mensyukuri akan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap tanah persadanya.

43

Budaya merupakan simbol dari suatu kelompok salah satu contoh yaitu
budaya Rumah Adat Hibua Lamo yang ada di Kecamatan Tobelo. Rumah-rumah
adat di Indonesia pada umumnya merupakan salah satu bentuk perwujudan
pandangan hidup suatu komunitas etnis. Desain arsitektur, ornamen-ornamen
eksterior maupun interior, warna-warni merupakan simbol-simbol

yang


mempunyai makna-makna tertentu.
4.3

Sekilas Tentang Desa Gossoma
Menurut Instrumen Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara,

Desa Gossoma terletak di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara
dengan luas wilayah 6,39 km2. Memiliki jumlah penduduk 5.304 jiwa. Keadaan
waktu musim kemarau Bulan Januari hingga Juni dan musim penghujan Bulan
Juli hingga Desember. Dari data tersebut kepadatan Penduduk Desa Gosoma
adalah 8/hektar, artinya tingkat kepadatan tergolong rendah. Curah hujan
termasuk dalam keadaan normal.
Jarak ke Ibukota Kecamatan Tobelo terdekat 500 m sedangkan jarak ke
Ibukota Kabupaten Halmahera Utara terdekat yaitu 1,5 Km. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa Desa Gosoma terletak di salah satu pusat Kabupaten di
Halmahera Utara dengan fasilitas infrastruktur yang cukup memadai.

44

Tabel 4.1

Distribusi Penduduk Desa Gosoma Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kelompok Umur
0-12 Bulan

1-3 Tahun
4-5 Tahun
6-10 Tahun
11-15 Tahun
16-20 Tahun
21-25 Tahun
26-30 Tahun
31-35 Tahun
36-40 Tahun
41-45 Tahun
46-50 Tahun
51-55 Tahun
56-60 Tahun
60 Tahun Ke atas
Total

Laki-Laki
211
263
276

254
277
273
240
240
189
156
153
85
56
24
26
2.727

Perempuan
194
255
236
256
265

236
173
212
183
154
129
38
56
21
50
2.577

Jumlah
403
518
512
489
542
509
413

452
372
310
282
163
112
45
76
5.304

Persentase %
7,60
9,77
9,65
9,22
10,22
9,60
7,79
8,52
7,01

5,84
5,32
3,07
2,11
0,85
1,43
100

Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Tobelo
Ta. 2013, diolah.

Data tersebut menunjukkan bahwa distribusi angkatan kerja nampak pada
usia 16-55 tahun dan pada rentang usia tersebut adalah jumlah yang sangat besar
yang berdampak pada ketersediaan lapangan kerja. Hal ini mengindikasikan
peluang yang cukup besar Desa Gosoma dalam meningkatkan pertumbuhan
produktifitas masyakaratnya. Total jumlah kepala keluarga sebanyak 1411 KK.
Peranan banyaknya keluarga ini dapat menggambarkan peranan keluarga yang
didasari oleh harapan danpola perilaku di dalam masyarakat.
Kemudian yang menarik dari data distribusi penduduk, jumlah pemuda di
Desa Gossoma (rentang usia 16-30 tahun) cukup banyak, dan merekalah yang

berpotensi menjadi pengkonsumsi Cap Tikus yang sangat dikhawatirkan dapat
berdampak pada perilaku menyimpang seperti tawuran. Angka tersebut
menunjukkan bahwa distribusi penduduk di Desa Gossoma antara yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan proporsional.

45

Tabel 4.2
Distribusi Penduduk Desa Gosoma Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
2013
No. Rentang Usia / Pendidikan
1.
Tamat SD / sederajat
2.
SMP / sederajat
3.
SMA / sederajat
4.
Diploma
5.

S1
6.
S2
Jumlah

Jumlah
1185
1598
2689
79
338
11
5304

Prosentase (%)
20,08
27,08
45,58
1,34
5,73
0,19
100

Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Tobelo
Ta. 2013, diolah.

Dari tabel 4.2 di atas mayoritas Masyarakat Desa Gosoma berpendidikan
SMA / sederajat. Di Provinsi Maluku Utara hanya terdapat dua Perguruan Tinggi
yaitu Universitas Khairun dan Institut Agama Islam Negeri Ternate. Pendidikan
Tinggi sangat penting dalam usaha mengurangi dampak pergeseran makna budaya
yang ada di daerah mereka. Pembelajaran dalam hal pengetahuan tentang nilai
budaya,

keterampilan

memproduksi

Saguer

dan

kebiasaan

sekelompok

masyarakat dalam menkonsumsi Saguer diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pelatihan dan penelitian. Sehingga pendidikan formal menjadi
sangat penting dalam membentuk pengalaman normatif, cara berfikir dan
bertindak.

46

Tabel 4.3
Disrtribusi Jumlah Penduduk Desa Gosoma Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2013
No.

Jumlah

Mata
Pencaharian

1.
2.
3.
4.
5.

Petani
Buruh / Swasta
Pegawai Negeri
Pedagang
Wirausaha
Lainlain/Jasa/Tidak
6.
Bekerja/Pekerjaan
Tidak
tetap/Nelayan
Jumlah

LakiLaki
200
100
130
6
150

Perempuan
162
64
152
1
59

Total

Prosentase%

362
164
282
7
209

13,62
6,17
10,61
0,26
7,86

1522

59,78

2546

100

Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan
Tobelo Ta. 2013, , diolah.

Dari tabel 4.3 diatas mayoritas Penduduk Desa Gosoma berprofesi
sebagai petani. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya Pohon Seho yang tumbuh
alami di Desa Gosoma.
Tabel 4.4
Distribusi Penduduk Menurut Etnis di Desa Gosoma Tahun 2013
Prosentase
(%)
1.
Tobelo
4000
75,41
2.
Galela
300
5,66
3.
Loloda
300
5,66
4.
Ambon
100
1,89
5.
Sangir
200
3,77
6.
Jawa
200
3,77
7.
Tidore
50
0,94
8.
Buton
154
2,90
Jumlah
5304
100
Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Tobelo
Ta. 2013, diolah.
No.

Nama Etnis

Jumlah

Di Desa Gosoma terdapat 8 etnis, etnis mayoritas adalah Etnis Tobelo.
Wilayah yang sangat luas dan kondisi sumber daya alam yang beraneka ragam

47

menghasilkan pola kehidupan dari beragam etnis yang berbeda di Halmahera
Utara.
4.4. Sistem Sosial-Budaya di Halmahera Utara
Halmahera Utara memiliki potensi budaya dari berbagai suku dan agama.
Karena penduduk di daerah ini sudah berasimilasi dengan suku-suku yang ada di
Indonesia. Sehingga daerah ini disebut dengan daerah yang memiliki budaya
supra etnis. Hal ini dapat dibuktikan diberbagai sektor, baik sebagai tenaga
organik pada kantor pemerintahan atau sebagai pimpinan di instansi pemerintah,
politisi, juga sebagai pemimpin organisasi dan juga sebagai tenaga pendidik
ataupun tokoh agama.
Masyarakat Halmahera Utara memiliki budaya yang sudah ada ratusan
tahun dan sampai saat ini masih terjaga kelestariannya sebagai nilai-nilai budaya
yang filosofis. Nilai-nilai budaya ini menjadi sebuah tatanan atau tradisi yang
tetap dipertahankan. Baik secara seremonial ataupun secara resmi. Hibualamo
sebagai rumah adat atau wadah yang diabadikan oleh masyarakat Halmahera
Utara. Hibualamo menurut legenda merupakan sebuah rumah besar yang dihuni
oleh keluarga besar penghuni negeri yang terhimpun dalam 10 suku dan tersebar
di seluruh daratan Halmahera, Pulau Morotai dan Loloda.

Gambar 4.2
Keragaman Sosial Budaya di Halmahera Utara

48

Budaya Halmahera Utara adalah budaya yang religius dan dinamis dan
selau berpijak pada dasar budaya yang heterogen. Hal ini memperjelas sikap
hidup yang mengutamakan kebersamaan dalam perbedaan.
4.5. Minuman Tradisional Saguer
4.5.1. Proses Produksi Saguer di Halmahera Utara
Saguer terbuat dari pohon seho atau aren dengan cara tangkai bunga pohon
seho atau aren yang sebesar tangan orang dewasa, dibersihkan dan dipukul-pukul
selama beberapa hari lalu dipotong. Dari potongan ini akan keluar getah warna
putih susu yang menetes dengan cepat hingga perlu tempat penampungan yang
ukuran seruas bambu. Cairan warna putih inilah yang dinamakan Saguer. Proses
pembuatan saguer dapat dilihat pada Gambar 4.3 Berikut:

Mencari pohon
seho dan
memanjatnya

Membersihkan
dan memotong
batan

Memasang
bambu untuk
wadah air nira

Minuman siap
dikonsumsi

Proses
fermentasi air
nira

Gambar 4.3
Diagram Alir Proses Pembuatan Saguer

49

Gambar 4.4
Proses Pengambilan Air Saguer dari Pohon Seho

Gambar 4.5
Minuman Saguer Berwarna Putih
Penyadapan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 05.30
sampai 06.30 pagi dan pukul 16.00 sampai 17.00 pada sore hari. Penyadapan yang
dilakukan pagi hari diambil sore harinya sambil memasang lodong baru untuk
diambil keesokan harinya. Adapun alat-alat dan bahan yang diguanakan adalah:
50

pisau (untuk memotong tunas pohon seho), wadah bambu (untuk tempat air nira),
bangkol (untuk membawa wadah bambu ke atas pohon seho), tali/sabuk (untuk
mengikat bangkol), obat gula (bahan pengawet air nira) dan air kapur (dari bahan
alami). Orang yang naik mengambil air nira adalah produsen Saguer yang telah
berpengalaman hal ini dikarenakan orang tersebut sangat pandai memilih
kemekaran bunga jantan pohon seho. Hal lain adalah orang yang mampu
mengolah Saguer dengan rasa yang enak adalah orang yang mampu menjaga
higienitas alat, bahan sintetis, mampu rutin menjaga bambu di pohon seho dari
debu dan semut.
4.5.2. Distribusi Saguer di Desa Gosoma
Distribusi minuman Saguer di Desa Gosoma Kecamatan Tobelo umumnya
masih sederhana, pembeli mendatangi langsung penjual.

Jika pembeli

membutuhkan kuantitas yang cukup banyak, misalnya untuk acara panen dan
pernikahan biasanya mereka langsung memesan kepada pembuat. Dengan adanya
teknologi komunikasi maka penjualan dan pemesanan biasa dilakukan melalui
media handphone. Hal ini dikarenakan minuman saguer belum dikelola secara
bisnis besar seperti perusahaan minuman bermerek.
Produsen Saguer di Desa Gosoma dengan modal ekonomi terbatas belum
mampu mengembangkan sistem organisasi penjualan secara langsung. Para
distributor Saguer lebih efektif menjual dalam kuantitas yang besar. Para
distributor Saguer di Desa Gosoma sangat pandai mengumpulkan informasi
tentang kebutuhan konsumen dalam membantu merencanakan penjulan mereka,
seperti di mana ada tempat perkumpulan warga dan jadwal acara-acara adat.
Secara umum terdapat tiga saluran distribusi Saguer yakni:
1. Produsen – Konsumen
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana
karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual Saguer yang
dihasilkan dari pohon seho di hutan, kemudian konsumen mendatangi tempat
produksi.

51

2. Produsen – Penjual – Konsumen
Produsen Saguer hanya melayani penjualan dalam jumlah yang besar saja
kepada konsumen (misalnya ketika hendak diadakan acara adat atau
perkawinan).
3. Produsen – Penyalur – Penjual - Konsumen
Di dalam saluran ini, produsen memilih penyalur sebagai agen
distributor hasil produknya. Produsen menjalankan kegiatan perdagangan
dalam skala besar di saluran distribusi

yang dibangun dari kerja sama.

Sasaran penjualannya ditujukan kepada pengecer minuman di Desa Gosoma.

Gambar 4.6
Arena Konsumsi Saguer di Halmahera Utara
4.6
4.6.1

Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara
Makna Budaya Saguer Dulu dan Sekarang
Saguer dimaknai sebagai nilai adat yang diturunkan secara turun
temurun pada setiap generasi dan digunakan sebagai minuman perekat
kebersamaan. Penggunaan Saguer tampak pada pertunjukan tradisional
rakyat Halmahera Utara seperti Tokuwela. Pada pertunjukan ini para
pemain laki-laki dan perempuan akan membentuk formasi saling
berhadapan dan saling berpegangtangan sehingga dapat menopang seorang
anak yang akan berjalan di atasnya. Pertunjukan ini biasanya dibawakan
oleh suku Galela, Tobelo dan Loloda pada acara-acara tertentu. Ada juga

52

dalam iringan musik Yangere, musik ini dimainkan secara kelompok
dengan menggunakan alat musik tradisional kaste (bass tradisional) dan
jup (gitar berukuran kecil). Oleh masyarakat setempat musik Yangere
biasanya dimainkan dalam rangka menyambut event tertentu dengan cara
membawanya berkeliling dari rumah ke rumah.
Kini hampir sebagaian besar masyarakat Desa Gosoma lebih
banyak menkonsumsi Cap Tikus daripada Saguer. Ketika dalam acara
tersebut biasanya minuman Cap Tikus juga beredar sehingga nilai-nilai
asli Saguer yaitu sebagai simbol pengantin laki-laki menjadi bergeser dan
kurang nampak. Perilaku masyarakat yang menkonsumsi Cap Tikus
membuktikan bahwa faktor budaya dan tradisi mulai terbentuk dalam
kehidupan masyarakat Desa Gosoma, hal ini dapat dimulai dari keluarga
sebagai unit terkecil masyarakat dalam membentuk perilaku (Imelda,
2010). Masalah pergeseran aspek budaya ini juga tak lepas dari saluran
distribusi yang sangat determinan dari perkembangan minuman Cap Tikus
yang ada.
4.6.2

Makna Sosial Saguer Dulu dan Sekarang (Menjadi Cap Tikus)
Upacara Pesta Padi Baru ini bermaksud untuk memberikan
persembahan berupa hasil panen masyarakat adat kepada Gomanga. Hoana
Pagumengenal Gomanga sebagai leluhur yang memberikan hasil panen
yang baik. Upacara ini di iringi dengan doa-doa sebagai ucapan syukur dan
meminta hasil panen yang baik di musim depan. Setelah persembahan
kepada leluhur diberikan, dimulailah acara makan bersama. Makanan yang
disajikan beragam sesuai dengan hasil masyarakat seperti beras, sagu, ubiubian, ikan, kerang dan aneka macam sayuran. Minuman yang disajikan
saat itu ialah saguer. Upacara ini juga di isi dengan tarian adat seperti
cakalele, tide-tide dam iringan musik yangere.
Kebersamaan masyarakat Tobelo dalam berkumpul dengan
ditemani minuman Saguer, kini kemudian akan menjadikan persepsi buruk
jika mereka juga membawa minuman Cap Tikus dalam setiap kegiatan
sosial (malukuonline.co.id).
53

Kini pro kontra tentang pergesaran Saguer dan Cap Tikus masih
terjadi di Desa Gosoma. Masyarakat masih membutuhkan sosialisasi
tentang dampak buruk dari menkonsumsi Cap Tikus. Cap Tikus lebih
banyak dampak buruk daripada Saguer. Namun ketika Saguer dan Cap
Tikus beredar bersama di Desa Gosoma, masyarakat juga perlu lebih
memahami bahwa tidak menkonsumsi Cap Tikus bukan berarti mereka
tidak memiliki minuman perekat nilai sosial. Masyarakat terutama anak
muda perlu lebih mengetahui kembali tentang minuman Saguer (Sendow,
2015).
4.6.3

Makna Simbolik Saguer Dulu dan Sekarang
Selain itu, saguer sebagai simbol adat juga dapat di temui pada
beberapa nilai kearifan lokal yang masih dipegang sampai saat ini sebagai
pedoman hidup masyarakat Tobelo seperti O’Leleani (artinya Melayani)
dan O’Doomu (artinya Bersekutu). O’Leleani merupakan pedoman hidup
masyarakat Tobelo yang mengedepankan pelayanan dan kesederhanaan
dengan tidak eksploitatif yang berlebihan terhadap hasil alam.
Masyarakat Tobelo yang masih memegang teguh nilai O’Leleani
percaya bahwa alam merupakan sahabat yang selalu memenuhi kebutuhan
mereka seperti makan dari alam (sagu) dan minum dari alam (saguer).
Alam yang merupakan sahabat mereka inilah sehingga sikap egalitarian
yaitu sikap bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama dan
kesederhanaan dengan tidak eksploitatif dengan memanfaatkan hasil alam
secara berlebihan demi menjaga alam menjadi pedoman hidup masyarakat
Tobelo.
Makna simbolik Saguer juga terlihat pada acara maso minta yaitu
Saguer sebagai simbol kesiapan dan kemandirian calon pengantin lakilaki. Pemuda yang memahami makna simbolik ini tentu tidak akan banyak
menkonsumsi Cap Tikus karena sangat berbeda makna dan dampak yang
ditimbulkannya (Eirumkuy, 2013).

54

Gambar 4.7
Masyarakat Desa Gosoma Kecamatan Tobelo Berkumpul Mengkonsumsi
Minuman Saguer dan Cap Tikus

Gambar 4.8
Minuman Saguer Murni

Gambar 4.9
Minuman Cap Tikus Hasil Destilasi Saguer
55

Ada empat versi simbolik Cap Tikus, yaitu: Pertama, Cap Tikus muncul
ketika pasukan marinir Belanda

ditempatkan di Maluku. Karena mereka

kekurangan pasokan minuman keras dari Eropa seperti: Bols dan Jenever, maka
pedagang Maluku membeli minuman destilasi Saguer dari penduduk lalu dijual
dalam botol dengan gambar merek seekor tikus.
Kedua, ketika pasukan rakyat Maluku berjuang melawan VOC mereka
beristirahat di bawah pohon, kemudian dari pohon tersebut mengeluarkan air yang
dapat menghilangkan dahaga. Pohon tersebut kemudian dipanjat hingga mereka
menemukan mayang pohon tersebut ada bekas cakaran kuku tajam tikus yang ada
di mayang batang pohon hingga bagian tersebut mengeluarkan air.
Ketiga, nama Cap Tikus adalah informasi dari orang tua turun temurun
bahwa pohon seho yang menghasilkan air nira adalah tempat tikus-tikus di pohon
mencari makan (Wenas, 2014).

56