T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial pada Buruh Gendong dengan Pedagang dan Pembeli di Sub Terminal Agribisnis Jetis Bandungan T1 BAB IV
BAB IV
GAMBARAN DAERAH PENELITIAN DAN PROFIL STASIUN TERMINAL
AGRIBISNIS JETIS DI BANDUNGAN
4.1 Gambaran Daerah Penelitian
Desa Jetis merupakan wilayah administrasi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Provinsi Jawa Tengah. Desa Jetis memiliki potensi sebagai daerah pertanian yaitu sebagai
sentra sayur dan buah.
4.1.1 Kondisi Geografis
Desa Jetis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan : - Desa Duren Kecamatan Bandungan dan Desa
Mlilir Kecamatan Bandungan
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa
3) Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Baran Kecamatan Ambarawa
4) Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Bandungan Kecamatan Bandungan
Desa Jetis sendiri terbagi dalam beberapa wilayah yaitu sebagai berikut:
Dusun Ngunut
Dusun Ngasem
Dusun Deso
Dusun Ngawinan
Dusun Krajan
Dusun Jetis
Secara geografis desa Jetis dapat dilihat dalam peta administrasi Kecamatan Bandungan
31
Kabupaten semarang di bawah ini:
Gambar 4.1
Peta Wilayah Desa Jetis Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang
sumber: Buku Monografi Desa Jetis Tahun 2016 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Dalam peta administrasi Desa Jetis Kecamatan Bandungan tersebut, wilayah Dusun Deso
merupakan tempat sentra sayur dan buah serta bunga yang semakin diperkuat dengan
keberadaan Sub Terminal Agribisnis Jetis.
Desa Jetis memiliki luas wilayah 278,765 Ha dengan curah hujan 2000-3000
32
mm/Th dan ketinggian 700 M dari Permukaan Laut. Adapun penggunaan lahannya
sebagai berikut:
Table 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang, Tahun 2016
No
Penggunaan Lahan
Ha
1
Sawah
194,615
2
Tanah Pekarangan
50,185
3
Tanah Tegalan
23,000
4
Lain-lain
10,965
Jumlah
Sumber: Monografi Desa Jetis, 2016
Berdasarkan data dari tabel 4.1 diatas, maka sebagian besar lahan digunakan untuk sawah.
Selanjutnya adalah tanah pekarangan dan tegalan1. Maka berdasarkan penggunaan lahan
ini dapat dinyatakan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat didominasi oleh kegiatan
pertanian.
4.1.2 Keadaan Demografis
Jumlah penduduk yang berdomisili di desa Jetis adalah sebagai berikut:
Table 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Jetis Kec. Bandungan
No
Jenis Kelamin
Jumlah (jiwa)
1
Laki-laki
2448
2
Perempuan
2376
3
Jumlah
4824
Sumber: Monografi Desa Jetis Tahun 2016
33
Berdasarkan data pada table 4.2 di atas maka penduduk desa Jetis Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang di dominasi oleh laki-laki.
4.1.3 Kondisi Ekonomi
Masyarakat desa Jetis memiliki bemacam-macam mata pencaharian yaitu sebagai
berikut:
Table 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Jetis Tahun 2016
No
Jenis Pekerjaaan
Jumlah Penduduk
1
Petani
721
2
Pedagang
365
3
Pegawai Swasta
56
4
Pegawai Negeri
44
5
Buruh
398
6
Wiraswasta
643
7
Lain-lain
366
Sumber: Monografi Desa Jetis Tahun 2016
Berdasarkan data pada tabel 4.3 tersebut maka jenis pekerjaan terbesar adalah
petani. Sektor utama unggulan desa Jetis adalah sector pertanian, peternakan, dan juga sector
pariwisata. Dalam sector pertanian, jenis-jenis tanaman yang kelola adalah padi, sayur mayur,
palawija, bunga potong dan bunga hias, serta buah-buahan (jeruk, salak, klengkeng, alpukat).
Sedangkan untuk peternakan adalah sapi, kambing, unggas (khususnya ayam petelur).
4.2 Profil Stasiun Terminal Agribinis Jetis
4.2.1 Sejarah Stasiun Terminal Agribinis Jetis
Stasiun Terminal Agribisnis Jetis merupakan centra produksi sayur, buah dan
34
bunga. Terletak diwilayah Desa Jetis, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi
Jawa tengah. Lokasinya berdekatan dengan wisata Bandungan dan Candi Gedong Songo
dengan jarak tempuh ± 30 menit dari ibukota kabupaten ( ± 32 KM ), ± 10 menit dari
Ambarawa ( ± 6 KM ), ± 1 jam dari Temanggung ( ± 60 KM ), ± 1,5 jam dari kota Semarang
(± 100 KM )
Pada awalnya adalah pasar Bandungan. Kemudian karena sudah tidak layak
disebabkan jumlah penghuni atau pedagang yang semakin banyak namun luas lahan sempit
yang kemudian menjadikan kemacetan. Maka oleh pemerintah daerah di pindah ke Ngasem
menjadi pasar Ngasem atau pasar Jetis. Selanjutnya dirubah menjadi Sub Terminal Agribisnis
Jetis. Pembangunan tahap I pada tahun anggaran 1999 – 2000, mulai dioperasikannya tanggal
16 Juli 2001. Pembangunan tahap II pada tahun anggaran 2001 – 2002, ditempati pada tanggal
3 September 2003. Dengan luas tanah 10,850 m2, dengan luas bangunan 2060 .m2 Sub
Terminal Agribisnis Jetis merupakan solusi alternatif dari makin berkembangnya pasar sayur
tradisional Bandungan.
Pembentukkan Sub Terminal Agribisnis Jetis ini juga di sesuaikan dengan visi dan
misi dari Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Semarang. Visinya dalah :’’
terwujudnya pertanian yang tangguh dan mandiri dengan didukung potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia serta terwujudnya kelestarian ekosistem untuk kesejahteraan
masyarakat kabupaten semarang’’.
Sedangkan misinya adalah :
Meningkatkan produksi pertanian melalui Ketahanan Pangan;
Meningkatkan pendapatan petani melalui pengembangan jiwa kewirausahan;
Melaksanakan pelestarian Sumber Daya Alam;
35
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanian, perkebunan dan
kehutanan.
Adapun tujuan pembentukan Sub Terminal Agribisnis Jetis
adalah untuk
meningkatkan ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup dengan distribusi dan
harga yang terjangkau oleh masyarakat. Mengembangkan Agribisnis tanaman pangan,
perkebunan dan kehutanan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai tambah
dan daya saing yang dapat memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.
Sub Terminal Agribisnis Jetis memiliki beberapa fasilitas penunjang yaitu sebagai
berikut:
Areal parkir 260 m2
R. Grading 1 Unit
Los sayur 4 Los
Mushola 1 Unit
Kios 85
Kios Kantor 1 Unit
PKL 95 PKL
Aula 2 Unit
Cool Stage 1 Unit
Loket Retr. 2 Unit
MCK 3 Unit
Damkar 1 Unit
Listrik 21.000 Watt
Timbangan 19 Unit
36
Gambar 2 Sub Terminal Agribisnis Jetis tampak depan
Sumber : Data Primer, 2016
Gambar 3 Sarana Yang Disediakan Dalam STA Jetis
Sumber : Data Primer, 2016
Sub Terminal Agribisnis Jetis berada dalam tata kelola Pemerintahan Daerah Kabupaten
Semarang tepatnya yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan, Dan Kehutanan. Berikut adalah
alur skema yang menjelaskan posisi Sub Terminal Agribisnis Jetis.
37
Skema 4.1
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN SEMARANG
(Perda Kab. Semarang Nomor : 2 Tahun 2011)
Dalam skema 4.1 mengenai Struktur Organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan diatas pada bagan paling bawah terdapat UPTD Sub Terminal Agribisnis. UPTD
STA merupakan suatu unit pengelola teknis dari STA Jetis di Kabupaten Semarang.
38
4.2.2 Perkembangan Sub Terminal Agribisnis Jetis
Pengelolaan Sub Terminal Agribisnis Jetis oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah STA
Jetis yang berada langsung di bawah Dinas Pertanian, Perkebunan, Dan Kehutanan Kabupaten
Semarang yang berada di Ungaran. Untuk jam kerja para pegawai UP DTD Jetis. tidak sama
dengan jam kerja pegawai dinas lainnya karena di sesuaikan dengan jam operasional STA Jetis
yang berlaku setiap hari dari jam 06.00 wib -12.00/01.00 wib pagi. Adapun pengurus UPTD
STA Jetis adalah sebagai berikut:
1. Ketua : Jatmiko
2. Wakil Ketua : Suprapto
3. Bendahara : Suprapto
4. Penarik Retribusi : Budi
5. Penarik Retribusi : Madi
6. Penarik Retribusi : Rondian
7. Penarik Retribusi : Wisnu Pramono.
Keenam pegawai inilah yang bertugas dan bertanggungjawab dalam operasional STA Jetis
sehari-hari termasuk pemeliharaan dan perawatan, juga pendapatan yang di dapatkan melalui
penarikan karcis parkir, retribusi uang kebersihan serta sewa kios atau loss. Penarikan uang
dari karcis parkir/tarif retribusi memiliki ketentuan yang telah di atur dalam Perda No 8 Tahun
2011 yakni:
1) Per Keranjang / Karung : Rp. 500,
2) Per Carry dan sejenisnya: Rp. 7.500,
3) Per L300 dan sejenisnya : Rp. 10.000,
4) Per Engkel dan sejenisnya : Rp. 12.500,
39
5) Per Truk dan sejenisnya : Rp. 17.500,
Sedangkan tarif retribusi uang kebersihan sebesar Rp. 2000/hari (bagi para pedagang) dan
tarif retribusi untuk kios sebesar Rp. 400/M2/hari (bagi pedagang).
Gambar 4. Daftar Harga Karcis Masuk dan Suasana STA Jetis Di Pintu Masuk Dalam Pasar
Sumber : Data Primer. 2016
Komoditas jualan atau yang dipasarkan di STA Jetis bermacam-macam di antaranya: kol, onclang
(daun bawang), ledri, taycin, kentang, wortel, tomat, jagung, ubi jalar, cabe merah kriting, cabe merah
besar, cabe rawit, sawi, labu jepang, terong, brokoli,kangkung, bayam, selada, dan seterusnya. Selain
sayur ada juga bunga Crysant, melati,mawar,sedap malam Regatta, puma, viji, starlion, mata Kerbau,
remix dll serta buah pisang, alpokat, dan klengkeng, rambutan.
Komoditas jualan yang dipasarkan berasal dari produksi di daerah Bandungan sendiri dan juga banyak
dari daerah lain. Daerah-daerah yang menjadi pemasok komoditas jualan adalah Kopeng, DiengWonosobo,
Banjarnegara, Muntilan- Magelang, Temanggung, Malang.
Yang menjadi daerah
pemasaran atau pembeli (dalam partai besar) adalah Semarang, Ungaran, Purwodadi, Demak, Kudus,
Jepara serta daerah-daerah lainnya di Jawa Tengah.
40
Pelaku-pelaku pasar dalam STA Jetis sejak pertama di buka adalah :
SPTI ( kuli panggul ) 72 orang yang akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan STA
Jetis
Perpak ( Packing ) 74 orang
Jasa Timbang 19 orang
Pengepul 216 orang
Pemasok 270 orang
Pemasok Lokal 15 mobil
Demikian proses yang terjadi menyebabkan aktivitas tinggi dalam STA Jetis
yang semakin
berkembang. Perkembangan STA Jetis membawa dampak positif yaitu membuka banyak lapangan
pekerjaan baru serta kebutuhan yang tinggi akan tenaga kerja. Lapangan pekerjaan yang sangat
dibutuhkan dalam STA Jetis adalah kuli/buruh. Kuli di STA Jetis di bagi dalam beberapa kelompok
yaitu:
Kuli yang bertugas untuk noto-noto yaitu menata barang dagangan / komoditas jualan
yang tiba di STA Jetis
Kuli timbang yang bertugas untuk mengangkut komoditas dagangan untuk di timbang
Kuli panggul / manol yang bertugas untuk mengangkut komoditas dagangan dari
tengkulak ke penjual dan dari pedagang ke pembeli.
Dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa salah satu pekerja yang memiliki tingkat
aktivitas yang cukup tinggi adalah manol. Manol sibuk melakukan pekerjaannya sebagi
pengangkut barang dalam hal ini komoditas dagangan untuk di bawa ataupun ditempatkan
sesuai keinginan sang penyewa jasa.
Biasanya yang menggunakan jasa manol adalah
pedagang dan pembeli. Kondisi STA yang ramai berbanding lurus juga dengan tingginya
pekerjaaan manol apalagi pada jam-jam tertentu yaitu jam datangnya tengkulak sebagai
pemasok bahan membawa komoditas dagangan. Seketika suasana STA akan lansung berubah
41
semakin ramai akan kegiatan bongkar muat, penataan dan juga menimbang sayuran, serta tak
ketinggalan pula transaksi jual beli berupa tawar menawar harga dan barang dalam hal ini
sayuran. Tambah pula kegiatan manol berlalu lalang sambil mengangkut komoditas dagangan
dari pemeran pembeli maupun penjual.
Gambar 5. Suasana Pasar STA Jetis saat ada komoditas dagangan datang
42
Sumber: Data Primer, 2016
43
Sehari-harinya pada saat transaksi antar tengkulak selaku pemasok komoditas
dagangan dan pedagang sayur di STA Jetis, ada pertukaran peran yang terjadi. Para pedagang
akan berperan sebagai pembeli yang membutuhkan komoditas tertentu dari tengkulak dan
sebaliknya tengkulak berperan sebagai pihak yang menjual kebutuhan yang di inginkan dalam
jumlah serta harga yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pertukaran peran ini hanya terjadi
saat komoditas dagangan datang. Selanjutnya adalah peran yang semestinya sesuai bidang
kerja masing-masing.
Pemasok komoditas dagangan di STA Jetis adalah petani-petani sayur daerah sekitar
dan petani-petani sayur di Bandungan. Selain itu, banyak juga yang dari luar atau yang di
sebut tengkulak. Setiap tengkulak dan petani memasukan komoditas sesuai yang di inginkan
pedagang. Oleh karenanya, setiap pemasok memiliki bidang atau komoditas tertentu demikian
pula para pedagang. Contohnya mbak Isti (tengkulak) khusus hanya memasok wortel dan
kentang; dan Kelik (tengkulak) khusus hanya memasok kol, tomat, sawi, dan jagung manis.
Sedangkan pedagang khusus hanya menjual komoditas dagangan tertentu saja. Contohnya,
Rumilah (pedagang) hanya menjual kol, sawi, dan labu japan, Badriah hanya menjual wortel
dan tomat, Asih hanya menjual terong, cabe. Demikian pula pada pembagian penempatan
temapat jualan komoditas dagangan. Contohnya ada blok kol yang isinya kol, sawi, labu japan,
kemudian ada blok wortel, tomat, selanjutnya cabe, terong memilki blok sendiri, kentang dan
ketela rambat, singkong, ubi jalar pun ada blok sendiri, jagung manis, dan unclang (daun
bawang) memiliki blok sendiri dan sebagainya. Setiap pedagang ditempatkan dan di
kelompokan sesuai dengan komoditas dagangan yang dijual. Demikian pula dengan manol /
kuli panggul. Ada pembagian bagi setiap manol ditempatkan pada blok-blok tertentu.
Pembagian semua hal tersebut adalah wewenang UPTD STA Jetis bekerja sama dengan SPTI.
44
Pembagian tersebut di maksudkan agar teratur tidak ada perebutan tempat, bersih,
mencegah adanya perebutan komoditas dagangan dan perebutan pemakaian jasa manol
sehingga potensi konflik kecil, menciptakan keamanan bagi semua pelaku pasar. Hal tersebut
juga membuat harga komoditas tidak terlalu tinggi melainkan sangat terjangkau karena stok
barang banyak dan harga jual yang sama tergangtung jenis komoditas dagangannya.
Kemudian keadaan seperti ini menambah nilai lebih STA Jetis bagi pembeli. Sebagian besar
pembeli merasa nyaman dan aman membeli komoditas dagangan di STA Jetis. Faktor lainnya
adalah komoditas dagangan yang beraneka ragam, harga yang terjangkau, dapat membeli
dalam jumlah/partai besar yang langsung diantarkan ke mobilnya oleh manol tanpa harus
membayar karena jasa manol dibayarkan oleh pedagang. Pembeli hanya perlu
memberitahukan mobilnya sehingga tidak terjadi kesalahan pengantaran barang oleh manol.
Pembeli seakan dimanjakan terhadap pelayanan yang di dapatkan yang kemudian mendorong
meningkatnya jumlah pembeli dan membawa dampak pada peningkatan jumlah permintaan
barang komoditas dagangan. Hal ini seiring juga dengan adanya peningkatan jumlah
pedagang. Ini mengindikasikan perkembangan pasar cukup cepat sehingga keadaan ini
membuat kebutuhan akan tenaga pekerja kuli juga meningkat yang menghasilkan adanya
pertambahan jumlah pekerja kuli di STA Jetis khususnya kuli panggul / manol.
Demikianlah bahwa perkembangan dan pertumbuhan STA Jetis dapat dilihat melalui
pertambahan jumlah pedagang dan jumlah pekerja kulinya khususnya kuli panggul / manol
serta tingginya aktivitas dan transaksi yang terjadi sehari-hari. Keberadaan Sub Terminal
Agribisnis Jetis membawa dampak positif yaitu membuka lapangan pekerjaan baru,
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar, memberikan pendapatan tambahan. Menjadi
salah satu tempat tujuan wisata bagi pengunjung ke daerah Bandungan.
45
Skema 4.2 Mekanisme Masuk-Keluar Komoditas Dagangan STA Jetis
Pengelolaan:
Pemasok: INPUT:
Pengepul/Tengkula
k
+
Petani
Pemasaran:
1. Transaksi dengan
pedagang
2. Penataan
komoditas/packing
3. Penimbangan
komoditas
dagangan
1. Transaksi
dengan
pembeli
2. Distribusi
Sumber: Data Primer, 2016
Dalam skema 4.2 proses yang terjadi membutuhkan beberapa tahap yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahap Awal
Tahap awal adalah penyediaan komoditas dagangan oleh pemasok. Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan pemasok adalah pengepul/tengkulak dan petani daerah sekitar
(Bandungan). Banyak jenis sayuran yang dimasukan dalam STA Jetis sangat bervariasi.
Namun biasanya bila dari petani disesuikan dengan hasil panennya atau dengan kata lain
menjual hasil panennya.
2. Tahap Kedua
Tahap ini adalah pengelolaan komoditas dagangan yang telah tersedia. Pada tahap ini,
pengepul/tengkulak melakukan pemilihan barang yang bagus atau tidak dibantu oleh kuli
bongkar. Pada saat menyortir produk seperti ini biasanya para pedagang akan datang untuk
melaukan transaksi. Setelah penyortiran produk selesai maka produk=produk tersebut
ditata dan dipacking oleh kuli noto-noto sesuai dengan jumlah dan jenis pesanan para
pedagang.
selanjutnya akan ditimbang dan diantarkan ke los para pedagang yang
memesan dengan menggunakan tenaga kuli panggul/manol. Transaksi pembayaran
46
dilakukan oleh pengepul/tengkulak.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini dapat dikatakan sebagai tahap pemasaran produk-produk yang
menjadi komoditas dagangan dalam pasar STA Jetis di Bandungan.
Produk telah berada ditempat berdagang para pedagang siap untuk dijual dan menunggu
pembeli. Selanjutnya terjadi transaksi dengan pembeli. Kemudian dengan menyewa jasa
kuli panggul/manol maka barang diantarkan ke (bias any) mobil pembeli sesuai dengan
jumlah yang diinginkan pembeli. Demikan proses distribusi berlangsung. Bentuk
berlangungnya distribusi adalah pembeli biasanya membawa produk-produk komoditas
tersebut untuk dijual pada pedagang di pasar-pasar lainnya.
Semua tahapan tersebut adalah suatu rangkaian yang tak dipisahkan dan terjadi terus
menerus dan berulang. Skema tahapan-tahapan tersebut merupakan penopang yang menjaga
keberlangsungan usaha-usaha ekonomi dalam Sub Terminal Agribisnis Jetis di Bandungan.
47
GAMBARAN DAERAH PENELITIAN DAN PROFIL STASIUN TERMINAL
AGRIBISNIS JETIS DI BANDUNGAN
4.1 Gambaran Daerah Penelitian
Desa Jetis merupakan wilayah administrasi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Provinsi Jawa Tengah. Desa Jetis memiliki potensi sebagai daerah pertanian yaitu sebagai
sentra sayur dan buah.
4.1.1 Kondisi Geografis
Desa Jetis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan : - Desa Duren Kecamatan Bandungan dan Desa
Mlilir Kecamatan Bandungan
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa
3) Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Baran Kecamatan Ambarawa
4) Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Bandungan Kecamatan Bandungan
Desa Jetis sendiri terbagi dalam beberapa wilayah yaitu sebagai berikut:
Dusun Ngunut
Dusun Ngasem
Dusun Deso
Dusun Ngawinan
Dusun Krajan
Dusun Jetis
Secara geografis desa Jetis dapat dilihat dalam peta administrasi Kecamatan Bandungan
31
Kabupaten semarang di bawah ini:
Gambar 4.1
Peta Wilayah Desa Jetis Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang
sumber: Buku Monografi Desa Jetis Tahun 2016 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Dalam peta administrasi Desa Jetis Kecamatan Bandungan tersebut, wilayah Dusun Deso
merupakan tempat sentra sayur dan buah serta bunga yang semakin diperkuat dengan
keberadaan Sub Terminal Agribisnis Jetis.
Desa Jetis memiliki luas wilayah 278,765 Ha dengan curah hujan 2000-3000
32
mm/Th dan ketinggian 700 M dari Permukaan Laut. Adapun penggunaan lahannya
sebagai berikut:
Table 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang, Tahun 2016
No
Penggunaan Lahan
Ha
1
Sawah
194,615
2
Tanah Pekarangan
50,185
3
Tanah Tegalan
23,000
4
Lain-lain
10,965
Jumlah
Sumber: Monografi Desa Jetis, 2016
Berdasarkan data dari tabel 4.1 diatas, maka sebagian besar lahan digunakan untuk sawah.
Selanjutnya adalah tanah pekarangan dan tegalan1. Maka berdasarkan penggunaan lahan
ini dapat dinyatakan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat didominasi oleh kegiatan
pertanian.
4.1.2 Keadaan Demografis
Jumlah penduduk yang berdomisili di desa Jetis adalah sebagai berikut:
Table 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Jetis Kec. Bandungan
No
Jenis Kelamin
Jumlah (jiwa)
1
Laki-laki
2448
2
Perempuan
2376
3
Jumlah
4824
Sumber: Monografi Desa Jetis Tahun 2016
33
Berdasarkan data pada table 4.2 di atas maka penduduk desa Jetis Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang di dominasi oleh laki-laki.
4.1.3 Kondisi Ekonomi
Masyarakat desa Jetis memiliki bemacam-macam mata pencaharian yaitu sebagai
berikut:
Table 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Jetis Tahun 2016
No
Jenis Pekerjaaan
Jumlah Penduduk
1
Petani
721
2
Pedagang
365
3
Pegawai Swasta
56
4
Pegawai Negeri
44
5
Buruh
398
6
Wiraswasta
643
7
Lain-lain
366
Sumber: Monografi Desa Jetis Tahun 2016
Berdasarkan data pada tabel 4.3 tersebut maka jenis pekerjaan terbesar adalah
petani. Sektor utama unggulan desa Jetis adalah sector pertanian, peternakan, dan juga sector
pariwisata. Dalam sector pertanian, jenis-jenis tanaman yang kelola adalah padi, sayur mayur,
palawija, bunga potong dan bunga hias, serta buah-buahan (jeruk, salak, klengkeng, alpukat).
Sedangkan untuk peternakan adalah sapi, kambing, unggas (khususnya ayam petelur).
4.2 Profil Stasiun Terminal Agribinis Jetis
4.2.1 Sejarah Stasiun Terminal Agribinis Jetis
Stasiun Terminal Agribisnis Jetis merupakan centra produksi sayur, buah dan
34
bunga. Terletak diwilayah Desa Jetis, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi
Jawa tengah. Lokasinya berdekatan dengan wisata Bandungan dan Candi Gedong Songo
dengan jarak tempuh ± 30 menit dari ibukota kabupaten ( ± 32 KM ), ± 10 menit dari
Ambarawa ( ± 6 KM ), ± 1 jam dari Temanggung ( ± 60 KM ), ± 1,5 jam dari kota Semarang
(± 100 KM )
Pada awalnya adalah pasar Bandungan. Kemudian karena sudah tidak layak
disebabkan jumlah penghuni atau pedagang yang semakin banyak namun luas lahan sempit
yang kemudian menjadikan kemacetan. Maka oleh pemerintah daerah di pindah ke Ngasem
menjadi pasar Ngasem atau pasar Jetis. Selanjutnya dirubah menjadi Sub Terminal Agribisnis
Jetis. Pembangunan tahap I pada tahun anggaran 1999 – 2000, mulai dioperasikannya tanggal
16 Juli 2001. Pembangunan tahap II pada tahun anggaran 2001 – 2002, ditempati pada tanggal
3 September 2003. Dengan luas tanah 10,850 m2, dengan luas bangunan 2060 .m2 Sub
Terminal Agribisnis Jetis merupakan solusi alternatif dari makin berkembangnya pasar sayur
tradisional Bandungan.
Pembentukkan Sub Terminal Agribisnis Jetis ini juga di sesuaikan dengan visi dan
misi dari Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Semarang. Visinya dalah :’’
terwujudnya pertanian yang tangguh dan mandiri dengan didukung potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia serta terwujudnya kelestarian ekosistem untuk kesejahteraan
masyarakat kabupaten semarang’’.
Sedangkan misinya adalah :
Meningkatkan produksi pertanian melalui Ketahanan Pangan;
Meningkatkan pendapatan petani melalui pengembangan jiwa kewirausahan;
Melaksanakan pelestarian Sumber Daya Alam;
35
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanian, perkebunan dan
kehutanan.
Adapun tujuan pembentukan Sub Terminal Agribisnis Jetis
adalah untuk
meningkatkan ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup dengan distribusi dan
harga yang terjangkau oleh masyarakat. Mengembangkan Agribisnis tanaman pangan,
perkebunan dan kehutanan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai tambah
dan daya saing yang dapat memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.
Sub Terminal Agribisnis Jetis memiliki beberapa fasilitas penunjang yaitu sebagai
berikut:
Areal parkir 260 m2
R. Grading 1 Unit
Los sayur 4 Los
Mushola 1 Unit
Kios 85
Kios Kantor 1 Unit
PKL 95 PKL
Aula 2 Unit
Cool Stage 1 Unit
Loket Retr. 2 Unit
MCK 3 Unit
Damkar 1 Unit
Listrik 21.000 Watt
Timbangan 19 Unit
36
Gambar 2 Sub Terminal Agribisnis Jetis tampak depan
Sumber : Data Primer, 2016
Gambar 3 Sarana Yang Disediakan Dalam STA Jetis
Sumber : Data Primer, 2016
Sub Terminal Agribisnis Jetis berada dalam tata kelola Pemerintahan Daerah Kabupaten
Semarang tepatnya yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan, Dan Kehutanan. Berikut adalah
alur skema yang menjelaskan posisi Sub Terminal Agribisnis Jetis.
37
Skema 4.1
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN SEMARANG
(Perda Kab. Semarang Nomor : 2 Tahun 2011)
Dalam skema 4.1 mengenai Struktur Organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan diatas pada bagan paling bawah terdapat UPTD Sub Terminal Agribisnis. UPTD
STA merupakan suatu unit pengelola teknis dari STA Jetis di Kabupaten Semarang.
38
4.2.2 Perkembangan Sub Terminal Agribisnis Jetis
Pengelolaan Sub Terminal Agribisnis Jetis oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah STA
Jetis yang berada langsung di bawah Dinas Pertanian, Perkebunan, Dan Kehutanan Kabupaten
Semarang yang berada di Ungaran. Untuk jam kerja para pegawai UP DTD Jetis. tidak sama
dengan jam kerja pegawai dinas lainnya karena di sesuaikan dengan jam operasional STA Jetis
yang berlaku setiap hari dari jam 06.00 wib -12.00/01.00 wib pagi. Adapun pengurus UPTD
STA Jetis adalah sebagai berikut:
1. Ketua : Jatmiko
2. Wakil Ketua : Suprapto
3. Bendahara : Suprapto
4. Penarik Retribusi : Budi
5. Penarik Retribusi : Madi
6. Penarik Retribusi : Rondian
7. Penarik Retribusi : Wisnu Pramono.
Keenam pegawai inilah yang bertugas dan bertanggungjawab dalam operasional STA Jetis
sehari-hari termasuk pemeliharaan dan perawatan, juga pendapatan yang di dapatkan melalui
penarikan karcis parkir, retribusi uang kebersihan serta sewa kios atau loss. Penarikan uang
dari karcis parkir/tarif retribusi memiliki ketentuan yang telah di atur dalam Perda No 8 Tahun
2011 yakni:
1) Per Keranjang / Karung : Rp. 500,
2) Per Carry dan sejenisnya: Rp. 7.500,
3) Per L300 dan sejenisnya : Rp. 10.000,
4) Per Engkel dan sejenisnya : Rp. 12.500,
39
5) Per Truk dan sejenisnya : Rp. 17.500,
Sedangkan tarif retribusi uang kebersihan sebesar Rp. 2000/hari (bagi para pedagang) dan
tarif retribusi untuk kios sebesar Rp. 400/M2/hari (bagi pedagang).
Gambar 4. Daftar Harga Karcis Masuk dan Suasana STA Jetis Di Pintu Masuk Dalam Pasar
Sumber : Data Primer. 2016
Komoditas jualan atau yang dipasarkan di STA Jetis bermacam-macam di antaranya: kol, onclang
(daun bawang), ledri, taycin, kentang, wortel, tomat, jagung, ubi jalar, cabe merah kriting, cabe merah
besar, cabe rawit, sawi, labu jepang, terong, brokoli,kangkung, bayam, selada, dan seterusnya. Selain
sayur ada juga bunga Crysant, melati,mawar,sedap malam Regatta, puma, viji, starlion, mata Kerbau,
remix dll serta buah pisang, alpokat, dan klengkeng, rambutan.
Komoditas jualan yang dipasarkan berasal dari produksi di daerah Bandungan sendiri dan juga banyak
dari daerah lain. Daerah-daerah yang menjadi pemasok komoditas jualan adalah Kopeng, DiengWonosobo,
Banjarnegara, Muntilan- Magelang, Temanggung, Malang.
Yang menjadi daerah
pemasaran atau pembeli (dalam partai besar) adalah Semarang, Ungaran, Purwodadi, Demak, Kudus,
Jepara serta daerah-daerah lainnya di Jawa Tengah.
40
Pelaku-pelaku pasar dalam STA Jetis sejak pertama di buka adalah :
SPTI ( kuli panggul ) 72 orang yang akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan STA
Jetis
Perpak ( Packing ) 74 orang
Jasa Timbang 19 orang
Pengepul 216 orang
Pemasok 270 orang
Pemasok Lokal 15 mobil
Demikian proses yang terjadi menyebabkan aktivitas tinggi dalam STA Jetis
yang semakin
berkembang. Perkembangan STA Jetis membawa dampak positif yaitu membuka banyak lapangan
pekerjaan baru serta kebutuhan yang tinggi akan tenaga kerja. Lapangan pekerjaan yang sangat
dibutuhkan dalam STA Jetis adalah kuli/buruh. Kuli di STA Jetis di bagi dalam beberapa kelompok
yaitu:
Kuli yang bertugas untuk noto-noto yaitu menata barang dagangan / komoditas jualan
yang tiba di STA Jetis
Kuli timbang yang bertugas untuk mengangkut komoditas dagangan untuk di timbang
Kuli panggul / manol yang bertugas untuk mengangkut komoditas dagangan dari
tengkulak ke penjual dan dari pedagang ke pembeli.
Dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa salah satu pekerja yang memiliki tingkat
aktivitas yang cukup tinggi adalah manol. Manol sibuk melakukan pekerjaannya sebagi
pengangkut barang dalam hal ini komoditas dagangan untuk di bawa ataupun ditempatkan
sesuai keinginan sang penyewa jasa.
Biasanya yang menggunakan jasa manol adalah
pedagang dan pembeli. Kondisi STA yang ramai berbanding lurus juga dengan tingginya
pekerjaaan manol apalagi pada jam-jam tertentu yaitu jam datangnya tengkulak sebagai
pemasok bahan membawa komoditas dagangan. Seketika suasana STA akan lansung berubah
41
semakin ramai akan kegiatan bongkar muat, penataan dan juga menimbang sayuran, serta tak
ketinggalan pula transaksi jual beli berupa tawar menawar harga dan barang dalam hal ini
sayuran. Tambah pula kegiatan manol berlalu lalang sambil mengangkut komoditas dagangan
dari pemeran pembeli maupun penjual.
Gambar 5. Suasana Pasar STA Jetis saat ada komoditas dagangan datang
42
Sumber: Data Primer, 2016
43
Sehari-harinya pada saat transaksi antar tengkulak selaku pemasok komoditas
dagangan dan pedagang sayur di STA Jetis, ada pertukaran peran yang terjadi. Para pedagang
akan berperan sebagai pembeli yang membutuhkan komoditas tertentu dari tengkulak dan
sebaliknya tengkulak berperan sebagai pihak yang menjual kebutuhan yang di inginkan dalam
jumlah serta harga yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pertukaran peran ini hanya terjadi
saat komoditas dagangan datang. Selanjutnya adalah peran yang semestinya sesuai bidang
kerja masing-masing.
Pemasok komoditas dagangan di STA Jetis adalah petani-petani sayur daerah sekitar
dan petani-petani sayur di Bandungan. Selain itu, banyak juga yang dari luar atau yang di
sebut tengkulak. Setiap tengkulak dan petani memasukan komoditas sesuai yang di inginkan
pedagang. Oleh karenanya, setiap pemasok memiliki bidang atau komoditas tertentu demikian
pula para pedagang. Contohnya mbak Isti (tengkulak) khusus hanya memasok wortel dan
kentang; dan Kelik (tengkulak) khusus hanya memasok kol, tomat, sawi, dan jagung manis.
Sedangkan pedagang khusus hanya menjual komoditas dagangan tertentu saja. Contohnya,
Rumilah (pedagang) hanya menjual kol, sawi, dan labu japan, Badriah hanya menjual wortel
dan tomat, Asih hanya menjual terong, cabe. Demikian pula pada pembagian penempatan
temapat jualan komoditas dagangan. Contohnya ada blok kol yang isinya kol, sawi, labu japan,
kemudian ada blok wortel, tomat, selanjutnya cabe, terong memilki blok sendiri, kentang dan
ketela rambat, singkong, ubi jalar pun ada blok sendiri, jagung manis, dan unclang (daun
bawang) memiliki blok sendiri dan sebagainya. Setiap pedagang ditempatkan dan di
kelompokan sesuai dengan komoditas dagangan yang dijual. Demikian pula dengan manol /
kuli panggul. Ada pembagian bagi setiap manol ditempatkan pada blok-blok tertentu.
Pembagian semua hal tersebut adalah wewenang UPTD STA Jetis bekerja sama dengan SPTI.
44
Pembagian tersebut di maksudkan agar teratur tidak ada perebutan tempat, bersih,
mencegah adanya perebutan komoditas dagangan dan perebutan pemakaian jasa manol
sehingga potensi konflik kecil, menciptakan keamanan bagi semua pelaku pasar. Hal tersebut
juga membuat harga komoditas tidak terlalu tinggi melainkan sangat terjangkau karena stok
barang banyak dan harga jual yang sama tergangtung jenis komoditas dagangannya.
Kemudian keadaan seperti ini menambah nilai lebih STA Jetis bagi pembeli. Sebagian besar
pembeli merasa nyaman dan aman membeli komoditas dagangan di STA Jetis. Faktor lainnya
adalah komoditas dagangan yang beraneka ragam, harga yang terjangkau, dapat membeli
dalam jumlah/partai besar yang langsung diantarkan ke mobilnya oleh manol tanpa harus
membayar karena jasa manol dibayarkan oleh pedagang. Pembeli hanya perlu
memberitahukan mobilnya sehingga tidak terjadi kesalahan pengantaran barang oleh manol.
Pembeli seakan dimanjakan terhadap pelayanan yang di dapatkan yang kemudian mendorong
meningkatnya jumlah pembeli dan membawa dampak pada peningkatan jumlah permintaan
barang komoditas dagangan. Hal ini seiring juga dengan adanya peningkatan jumlah
pedagang. Ini mengindikasikan perkembangan pasar cukup cepat sehingga keadaan ini
membuat kebutuhan akan tenaga pekerja kuli juga meningkat yang menghasilkan adanya
pertambahan jumlah pekerja kuli di STA Jetis khususnya kuli panggul / manol.
Demikianlah bahwa perkembangan dan pertumbuhan STA Jetis dapat dilihat melalui
pertambahan jumlah pedagang dan jumlah pekerja kulinya khususnya kuli panggul / manol
serta tingginya aktivitas dan transaksi yang terjadi sehari-hari. Keberadaan Sub Terminal
Agribisnis Jetis membawa dampak positif yaitu membuka lapangan pekerjaan baru,
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar, memberikan pendapatan tambahan. Menjadi
salah satu tempat tujuan wisata bagi pengunjung ke daerah Bandungan.
45
Skema 4.2 Mekanisme Masuk-Keluar Komoditas Dagangan STA Jetis
Pengelolaan:
Pemasok: INPUT:
Pengepul/Tengkula
k
+
Petani
Pemasaran:
1. Transaksi dengan
pedagang
2. Penataan
komoditas/packing
3. Penimbangan
komoditas
dagangan
1. Transaksi
dengan
pembeli
2. Distribusi
Sumber: Data Primer, 2016
Dalam skema 4.2 proses yang terjadi membutuhkan beberapa tahap yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahap Awal
Tahap awal adalah penyediaan komoditas dagangan oleh pemasok. Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan pemasok adalah pengepul/tengkulak dan petani daerah sekitar
(Bandungan). Banyak jenis sayuran yang dimasukan dalam STA Jetis sangat bervariasi.
Namun biasanya bila dari petani disesuikan dengan hasil panennya atau dengan kata lain
menjual hasil panennya.
2. Tahap Kedua
Tahap ini adalah pengelolaan komoditas dagangan yang telah tersedia. Pada tahap ini,
pengepul/tengkulak melakukan pemilihan barang yang bagus atau tidak dibantu oleh kuli
bongkar. Pada saat menyortir produk seperti ini biasanya para pedagang akan datang untuk
melaukan transaksi. Setelah penyortiran produk selesai maka produk=produk tersebut
ditata dan dipacking oleh kuli noto-noto sesuai dengan jumlah dan jenis pesanan para
pedagang.
selanjutnya akan ditimbang dan diantarkan ke los para pedagang yang
memesan dengan menggunakan tenaga kuli panggul/manol. Transaksi pembayaran
46
dilakukan oleh pengepul/tengkulak.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini dapat dikatakan sebagai tahap pemasaran produk-produk yang
menjadi komoditas dagangan dalam pasar STA Jetis di Bandungan.
Produk telah berada ditempat berdagang para pedagang siap untuk dijual dan menunggu
pembeli. Selanjutnya terjadi transaksi dengan pembeli. Kemudian dengan menyewa jasa
kuli panggul/manol maka barang diantarkan ke (bias any) mobil pembeli sesuai dengan
jumlah yang diinginkan pembeli. Demikan proses distribusi berlangsung. Bentuk
berlangungnya distribusi adalah pembeli biasanya membawa produk-produk komoditas
tersebut untuk dijual pada pedagang di pasar-pasar lainnya.
Semua tahapan tersebut adalah suatu rangkaian yang tak dipisahkan dan terjadi terus
menerus dan berulang. Skema tahapan-tahapan tersebut merupakan penopang yang menjaga
keberlangsungan usaha-usaha ekonomi dalam Sub Terminal Agribisnis Jetis di Bandungan.
47