Rasa bangga sebagai mediator dalam hubungan antara kelekatan dengan ibu dan sensitivitas terhadap penolakan pada remaja - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

RASA BANGGA SEBAGAI MEDIATOR DALAM HUBUNGAN ANTARA
KELEKATAN DENGAN IBU DAN SENSITIVITAS TERHADAP
PENOLAKAN PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:
Fiona Valentina Damanik
109114059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Halaman Motto

“If you don’t take the risk, you will died”
“Karena hidup tidak hanya tentang kenyang dan senang”

“21Yesus menjawab mereka: ” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu
percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang
Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada
gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Hal itu akan terjadi.
22

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu

akan menerimanya.”” (Matius 21:21)

“Sebab itu jauhilah hawa nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan

damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang
murni.” (2Tim2:22)

“It doesn’t matter how slowly we go, as long as we don’t stop”

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Halaman Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan bagi,
Tuhan Yesus Kristus yang selalu punya cara untuk
menopangku, semoga skripsi ini dapat menjadi
perpanjangan tangan Tuhan untuk menjadikan kehidupan

lebih bermakna.

Orang tua, Bapak J.W. Damanik & Mamak Elijah Barus.

Saudara perempuanku, Kak Nana, Angelia, & Putri.

Pasangan hidupku, mengharapkanmu menjadi kekuatan
bagiku.

Sahabat-sahabatku, Solider, P2TKP, DuGem,
The_Ronk_Shockz,

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

RASA BANGGA SEBAGAI MEDIATOR DALAM HUBUNGAN ANTARA
KELEKATAN DENGAN IBU DENGAN DAN SENSITIVITAS
TERHADAP PENOLAKAN PADA REMAJA

Fiona Valentina Damanik
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menegaskan peran perasaan bangga pada
hubungan antara kelekatan dengan ibu dan sensitivitas terhadap penolakan.
Penelitian ini menggunakan model mediasi untuk menegaskan peran perasaan
bangga tersebut. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan yang tidak langsung antara kelekatan dengan ibu, sensitivitas terhadap
penolakan, dan rasa bangga. Sehingga kecenderungan untuk bangga adalah

mediator dalam hubungan antara kelekatan dengan ibu dan sensitivitas terhadap
penolakan. Subjek penelitian ini sebanyak 312 remaja. Jenis penelitian ini adalah
korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling
sehingga jumlah subjek penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu oleh
peneliti.Teknik analisis data adalah analisis regresi dengan SPSS 16.0. Hasil
analisis penelitian ini ditemukan bahwa rasa bangga bukan mediator hubungan
antara kelekatan dengan ibu dan sensitivitas terhadap penolakan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa untuk memiliki sensitivitas terhadap penolakan yang tinggi,
individu yang memiliki kelekatan yang tidak aman tidak harus melalui perasaan
hubristik terlebih dahulu.

Kata kunci: Kelekatan dengan ibu, rasa bangga, sensitivitas terhadap penolakan

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

PRIDE AS A MEDIATOR BETWEEN ATTACHMENT TO MOTHER
AND REJECTION SENSITIVTY IN ADOLESCENT

Fiona Valentina Damanik
ABSTRACT
This study is aimed to explain the role of pride in the relationship between
attachment to mother and rejection sensitivity. This study used mediation model to
explain the indirect path. The hypothesis of this study is there is a indirect path
among attachment to mother, pride, and rejection sensitivity. Pride is a mediator
in the relationship between attachment to mother and rejection sensitivity. The
amount subject of this study is 312 subject. Techniques used to collect the
population sample was quota sampling, so that the amount of subject was
determined first. The data was analyzed using regression analysis by SPSS 16.0.
The result shown that pride isn’t a mediator in correlation between attachment to
mother and rejection sensitivity.

Keyword: Attachment to mother, pride, rejection sensitivity


viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Sungguh luar biasa berkat dan penyertaan Tuhan yang melimpah-limpah
dalam kehidupan penulis sehingga Skripsi dengan judul “Rasa Bangga sebagai

Mediator dalam hubungan Kelekatan dengan Ibu dan Sensitivitas terhadap
Penolakan pada Remaja” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selama menulis Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak
pihak yang telah berkontribusi besar dalam proses pengerjaan Skripsi ini. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Priyo Widianto, M.Si sebagai dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Terima kasih atas kesabaran, kerjasama, dan dukungan yang telah
diberikan hingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan maksimal.
4. Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, M.Si dan Ibu Dra. Lusia
Pratidarmanastiti, M.S. sebagai dosen penguji, dosen terfavorit dan dosen
pembimbing akademik saya. Terimakasih atas ujian pendadaran yang
menyenangkan. Terimakasih sudah menjadi inspirasi yang mengesankan.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang selalu memberikan inspirasi dan
nilai-nilai kehidupan yang mampu diterapkan untuk membuat kehidupan
menjadi lebih baik.


x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Giek, terimakasih
atas senyum, canda, tawa, dan sapa yang selalu menyertai tiap langkah
perjalanan peneliti selama 4 tahun di fakultas Psikologi.
7. Kepala Sekolah dan guru-guru SMP, SMA, dan SMK yang sudah
mendukung dalam proses pengambilan data.
8. Bapak dan Mamak, terimakasih atas dukungannya, atas kepercayaannya,
atas kasih sayang dalam segala bentuk, atas semangat yang tak kunjung
henti, atas segala nasehat yang berguna bagi keberlangsungan hidup,
terimakasih untuk menjadi tangga dalam menggapai mimpi, izinkan
skripsi ini menjadi pengukir senyum.
9. Kak Nana, Angelia, Putri, saudari-saudariku yang cantik, selalu memberi

semangat, menjadi teman yang mampu diajak berdiskusi, bersenda gurau,
dan banyak hal lain, I love you so much.
10. Temen-temen penelitian Payung, Mbak Haksi, mas Bas, Rintong,
Darlacung, Marlincung, Nathan, dan teman seperjuangan berdarahdarahku Ditong, atas segala dukungan yang telah diberikan dalam
mengkonstrukkan cara berpikir saya yang berhamburan, atas kerja keras
kita selama ini, let’s go to Melbourne.
11. SOLIDER: Daning, Pudji, Ghea, Vienna, Tista, Esti, Lusi, Pinno, dan
Lolla. Terimakasih untuk persahabatan, dukungan, menjadi penyemangat
dalam tiap kesempatan penulis memerlukan, terimakasih untuk selalu
menemukan sisi positifku saat dimana dunia selalu memandangku secara
negatif.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12. Keluarga P2TKP, Pak Adi, Pak Toni, Mbak Tia, Bella, Pudar, Anin, Ester,
Bibin, Rika, Lukas, Nats, Anju, Lito, Ardi, Grace, Yovran, Christy, dan
Wuri. Terimakasih untuk membantu penulis belajar mempercayai lagi,
belajar memahami orang lain, belajar mencintai diri sendiri.
13. PMK Ebenhaezer, Koko Dicky, Kak Rea, Kak Alvi, Raisa, Maureen, Leo,
Itha, dan temen-temen PMK semuanya yang menjadi teman berproses dan
bertumbuh dalam iman.
14. Dugem (FIO, GINA, EVI), The_Ronk_Shockz (Fiona, Dwi, Anggi, Sella,
Tantri), kelas XA, XII IPA, teman-teman SMA yang masih terus
mendukung dalam doa dari jauh. Terimakasih untuk setiap kalimat-kalimat
penyemangat, menjadi pendengar yang baik, menjadi penghibur di kala
rindu menerpa “you can if you think you can”.
15. Seluruh teman-teman angkatan 2010, terimakasih atas kebersamaan kita.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan, terimakasih atas doa dan
dukungan selama ini
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Begitu pula pada skripsi yang
masih jauh dari sempurna ini, skripsi ini merupakan usaha maksimal penulis.
Kritik

dan saran

yang bersifat

membangun sangat

diharapkan

untuk

perkembangan penelitian selanjutnya. Terima kasih.

Yogyakarta, Mei 2013
Penulis

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERESEMBAHAN ....................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT .....................................................................................................viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 8
C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................... 8
D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................. 8
1. Teoretis .......................................................................................... 8
2. Praktis ............................................................................................ 9

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 11
A. SENSITIVITAS TERHADAP PENOLAKAN ................................. 11
1. Definisi ........................................................................................ 11
2. Macam-macam Sensitivitas Individu terhadap Penolakan .......... 13
3. Efek Samping Tingginya Tingkat Sensitivitas terhadap
Penolakan..................................................................................... 14
4. Faktor Penyebab Individu Memiliki Sensitivitas terhadap
Penolakan yang Tinggi ................................................................ 16
5. Alat ukur ...................................................................................... 19
B. KECENDERUNGAN UNTUK MERASA BANGGA..................... 22
1. Definisi ........................................................................................ 22
2. Jenis Perasaan Bangga dan Efek Sampingnya ............................ 23
3. Proses dan Faktor Munculnya Perasaan Bangga ......................... 25
4. Alat ukur ...................................................................................... 27
C. KELEKATAN ................................................................................... 29
1. Definisi ........................................................................................ 29
2. Aspek-aspek Kelekatan ............................................................... 30
3. Macam-macam Kelekatan dan Dampaknya ................................ 31
4. Mekanisme terbentuknya Kelekatan ........................................... 33
5. Kelekatan dengan Ibu .................................................................. 35
6. Alat Ukur ..................................................................................... 36
D. REMAJA ........................................................................................... 37
1. Definisi ........................................................................................ 37

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Perkembangan Remaja ................................................................ 38
3. Tugas Perkembangan Remaja ..................................................... 40
E. HUBUNGAN ANATARA KELEKATAN TERHADAP IBU,
KECENDERUNGAN UNTUK BANGGA, DAN SENSITIVITAS
TERHADAP PENOLAKAN ............................................................ 40
1. Rasa Bangga sebagai Mediator.................................................... 40
2. Budaya Kolektif ........................................................................... 46
F. HIPOTESIS ....................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 48
A. JENIS PENELITIAN ........................................................................ 48
B. VARIABEL PENELITIAN ............................................................... 48
C. DEFINISI OPERASIONAL .............................................................. 48
1. Sensitivitas terhadap Penolakan .................................................. 48
2. Perasaan Bangga .......................................................................... 49
3. Kelekatan dengan Ibu .................................................................. 50
D. SUBJEK PENELITIAN .................................................................... 51
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA .......................... 52
1. Metode ......................................................................................... 52
2. Alat Pengumpulan Data ............................................................... 52
F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ................................................ 53
1. Validitas Skala ............................................................................. 53
2. Reliabilitas ................................................................................... 56
G. METODE ANALISIS DATA ........................................................... 59

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

H. TEKNIK ANALISIS DATA ............................................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 62
A. PERSIAPAN PENELITIAN ............................................................. 62
B. PELAKSANAAN PENELITIAN ..................................................... 63
C. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 64
1. Uji Linearitas ............................................................................... 65
2. Uji Normalitas residu................................................................... 68
3. Uji Homogenitas .......................................................................... 73
4. Analisis Regresi Perasaan Bangga sebagai Mediator .................. 76
D. PEMBAHASAN ................................................................................ 84
E. KETERBATASAN PENELITIAN ................................................... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 88
A. KESIMPULAN ................................................................................. 89
B. SARAN .............................................................................................. 89
1. Bagi Remaja ................................................................................ 89
2. Bagi Institusi Pendidikan ............................................................. 89
3. Bagi Orangtua .............................................................................. 90
4. Bagi Peneliti Berikutnya .............................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 100

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Demografi Subjek berdasarkan Pendidikan .....................................64
Tabel 2 Hasil uji F Kelekatan dengan ibu dan perasaan bangga yang autentik .....76
Tabel 3 Hasil analisis koefisien Kelekatan dengan ibu dan perasaan bangga yang
autentik ..................................................................................................77
Tabel 4 Hasil uji F Kelekatan dengan ibu dan perasaan bangga yang hubristik ...77
Tabel 5 Hasil analisis koefisien Kelekatan dengan ibu dan perasaan bangga yang
hubristik .................................................................................................78
Tabel 6 Hasil uji F Perasaan bangga yang autentik dan sensitivitas terhadap
penolakan ...............................................................................................78
Tabel 7 Hasil analisis koefisien Perasaan bangga yang autentik dan sensitivitas
erhadap penolakan .................................................................................78
Tabel 8 Hasil uji F Perasaan bangga yang hubristik dan sensitivitas terhadap
penolakan ...............................................................................................79
Tabel 9 Hasil analisis koefisien Perasaan bangga yang hubristik dan sensitivitas
terhadap penolakan ................................................................................79
Tabel 10. Hasil uji F Kelekatan pada ibu dan sensitivitas terhadap penolakan .....80
Tabel 11. Hasil analisis koefisien Kelekatan pada ibu dan sensitivitas terhadap
penolakan ...............................................................................................80
Tabel 12. Hasil uji F Sensitivitas terhadap Penolakan pada Kelekatan dengan Ibu
dan Perasaan Bangga yang Autentik .....................................................81

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel 13. Hasil analisis koefisien Sensitivitas terhadap Penolakan pada
Kelekatan dengan Ibu dan Perasaan Bangga yang Autentik .................81
Tabel 14. Hasil uji F Sensitivitas terhadap Penolakan pada Kelekatan dengan Ibu
dan Perasaan Bangga yang Hubristik ....................................................82
Tabel 15. Hasil analisis koefisien Sensitivitas terhadap Penolakan pada
Kelekatan dengan Ibu dan Perasaan Bangga yang Hubristik ................82

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus proses munculnya sensitivitas terhadap penolakan ....................19
Gambar 2 Kelekatan aman yang tinggi dan yang rendah ......................................33
Gambar 3 Model perasaan bangga sebagai mediator .............................................45
Gambar 4 Framework penelitian perasaan bangga sebagai mediator ....................47
Gambar 5 Scatterplot kelekatan dengan ibu dan perasaan bangga autentik ..........65
Gambar 6 Scatterplot kelekatan dengan ibu dan perasaan bangga hubristik .........66
Gambar 7 Scatterplot perasaan bangga yang autentik dan sensitivitas terhadap
penolakan ...............................................................................................66
Gambar 8 Scatterplot perasaan bangga yang hubristik dan sensitivitas terhadap
penolakan ...............................................................................................67
Gambar 9 Scatterplot kelekatan dengan ibu dan sensitivitas terhadap penolakan .68
Gambar 10 Grafik normal P-P plot of regression standardized residual perasaan
bangga yang autentik dan kelekatan dengan ibu ...................................69
Gambar 11 Grafik normal P-P plot of regression standardized residual perasaan
bangga yang hubristik dan kelekatan dengan ibu ..................................70
Gambar 12 Grafik normal P-P plot of regression standardized residual perasaan
bangga yang autentik dan sensitivitas terhadap penolakan ...................70
Gambar 13 Grafik normal P-P plot of regression standardized residual perasaan
bangga yang hubristik dan sensitivitas terhadap penolakan ..................71
Gambar 14 Grafik normal P-P plot of regression standardized residual kelekatan
dengan ibu dan sensitivitas terhadap penolakan ....................................72

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 15 Scatterplot perasaan bangga autentik dan kelekatan dengan ibu ........73
Gambar 16 Scatterplot perasaan bangga hubristik dan kelekatan dengan ibu .......74
Gambar 17 Scatterplot perasaan bangga autentik dan sensitivtas terhadap
penolakan ...............................................................................................74
Gambar 18 Scatterplot perasaan bangga hubristik dan sensitivitas terhadap
penolakan ...............................................................................................75
Gambar 19 Scatterplot kelekatan dengan ibu dan sensitivitas terhadap penolakan76

xx

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Pengukuran ...........................................................................101
Lampiran B. Skala Self-Conscious Emotions ......................................................103
Lampiran C. Skala Sensitivitas terhadap Penolakan ............................................112
Lampiran D. Skala Kelekatan dengan Ibu ...........................................................119
Lampiran E. Reliabilitas.......................................................................................123
Lampiran F. Hasil Regresi Model Mediator ........................................................129

xxi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah diterima (Baumeister,
1995). Kebutuhan itulah yang membuat individu berperilaku sedemikian rupa
agar

tidak

ditolak.

Padahal

dapat

dikatakan

bahwa

situasi

yang

memungkinkan diri untuk ditolak tidak dapat dihindari. Dari beberapa blog
yang berisi curhatan remaja, banyak remaja yang menjadi tidak berkembang
karena takut akan penolakan, ingin keluar dari organisasi karena merasa
diacuhkan oleh pimpinan (curhatonline, 2014), menjadi sangat tertekan
karena merasa dikucilkan oleh teman sebaya (majalah-elfata, 2013), dan tidak
berpacaran karena takut ditolak (curhatonline, 2013). Penolakan yang
sesungguhnya belum terjadi tetapi banyak remaja menjadi tidak sejahtera
karena memiliki sensitivitas yang tinggi akan penolakan.
Selama masa remaja, kemungkinan untuk ditolak oleh lingkungan
semakin besar (Rubin, Bukowski, & Parker, 2006a). Hubungan remaja
semakin luas, tidak lagi hanya dengan orang tua. Remaja akan berinteraksi
dengan banyak orang yang mempengaruhi dirinya seperti teman sebaya,
pacar, dan sahabat (Urberg, 1992; Kiesner, Nicotra, & Notari, 2005).
Semakin banyak menjalin relasi, semakin besar kemungkinan untuk ditolak.
Belum lagi ketidakmatangan pemikiran remaja yang menganggap orang lain

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

selalu memperhatikan dirinya secara mendetil (imaginary audience) (Elkind
dalam Santrock, 1995) meningkatkan sensitivitas remaja akan penolakan.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa sensitivitas individu
terhadap penolakan berkaitan dengan banyak hal negatif seperti agresi,
orientasi pemecahan masalah yang negatif, sulit menjalin relasi dengan orang
lain, kelekatan yang tidak aman, self efficacy rendah, perfomansi akademik
rendah, harga diri rendah, self silencing, neurotis, phobia sosial, gangguan
kepribadian menghindar, dependensi, dan depresi (MacCabe, Blankstein, &
Mills, 1999; Brookings, Zembar, & Hochstetler, 2003; Harper, Dickson, &
Welsh, 2006; Downey, Feldman, & Ayduk, 2000; Khoskam, Bahrami,
Ahmadi, Fatehizade, & Etemadi, 2012; Berenson, Gyurak, Ayduk, Downey,
Garner, Mogg, Bradley, & Pine, 2009; Feldman & Downey, 1994).
Sensitivitas terhadap penolakan muncul karena adanya internalisasi
kerangka berpikir dari pengalaman penolakan dan berkembangnya kelekatan
yang tidak aman (Feldman & Downey, 1994). Penolakan yang memiliki
pengaruh besar dalam terbentuknya working models adalah penolakan dari
orang tua di masa anak-anak (Downey & Feldman, 1996). Oleh karena itu,
pengalaman individu bersama significant others menjadi faktor penting dalam
berkembangnya sensitivitas terhadap penolakan (Çardak, Sarıçam, & Onur,
2012).
Sensitivitas individu terhadap penolakan muncul dikarenakan adanya
pengalaman penolakan yang dialami oleh individu. Kelekatan yang tidak

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

aman memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya sensitivitas
individu terhadap penolakan (Khoskam, Bahrami, Ahmadi, Fatehizade, &
Etemadi, 2012; Çardak et al, 2012; Erozkan, 2009; Downey & Feldman,
1996). Kelekatan memiliki tiga komponen penting yaitu kepercayaan,
komunikasi, dan pengasingan (Armsden & Greenberg, 1987). Pola kelekatan
yang terbentuk sejak bayi dapat mempengaruhi tahap perkembangan
selanjutnya terutama dalam menjalin hubungan dengan orang lain (Ma &
Huebner, 2008). Pola kelekatan terbentuk dari interaksi anak dengan orang
yang paling dekat dengannya secara emosional. Dalam budaya kolektif, orang
yang paling dekat dengan anak adalah figur ibu. Hal ini disebabkan karena di
budaya kolektif, ibu memiliki peran untuk merawat anak mulai dari dalam
kandungan. Kelekatan yang terbentuk sejak lahir memiliki peran penting
dalam perkembangan emosi anak (Pearce & Pezzot-Pearce, 2007)
Beberapa penelitian menemukan beberapa faktor protektif yang dapat
menghindari berkembangnya sensitivitas individu terhadap penolakan.
Dukungan keluarga (Garmezy dalam McLachlan, Zimmer-Gembeck, &
McGregor, 2010), kecenderungan untuk merasa bangga (Tracy, Shariff, &
Cheng, 2010), kehangatan dari ibu (Patterson, John, Cohn, & Kao,1989), dan
kepuasan dalam persahabatan (McLachlan, Zimmer-Gembeck, & McGregor,
2010) merupakan hal-hal yang dapat membantu mengurangi sensitivitas
individu terhadap penolakan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Kecenderungan untuk merasa bangga memiliki hubungan yang
signifikan dengan sensitivitas individu terhadap penolakan (Tracy, Shariff, &
Cheng, 2010; Ayduk, May, Downey & Higgins,2003). Perasaan bangga
dibagi menjadi dua macam yaitu perasaan bangga yang autentik dan perasaan
bangga yang hubristik (Tracy & Robins, 2004; Tracy & Robins, 2007).
Perasaan bangga yang autentik merupakan perasaan bangga yang muncul
karena individu mengatribusikan kesuksesan yang diperoleh merupakan hasil
usahanya, kesuksesan tersebut tidak akan tercapai tanpa ada usaha yang
dikerjakan dan menyadari bahwa dalam beberapa hal, ada banyak hal yang
tidak selalu dapat dikontrol oleh diri kita sendiri (Tracy & Robins, 2007).
Sedangkan perasaan bangga yang hubristik merupakan perasaan bangga yang
muncul ketika kesuksesan yang diperoleh diatribusikan sebagai hal yang
memang seharusnya terjadi. Kesuksesan tidak berasal dari usaha melainkan
dikarenakan hal-hal yang melekat pada dirinya (Tracy, Cheng, Robins, &
Trzesniewski, 2009).
Individu yang memiliki kecenderungan untuk merasa bangga yang
hubristik akan cenderung mengembangkan sensitivitas individu

terhadap

penolakan yang tinggi. Begitupula sebaliknya, individu yang memiliki
kecenderungan untuk merasa bangga yang autentik akan cenderung
mengembangkan sensitivitas individu terhadap penolakan yang rendah
(Tracy, Shariff, & Cheng, 2010; Grant & Higgins, 2003).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

Kecenderungan untuk bangga yang hubristik tidak hanya menyebabkan
sensitivitas individu terhadap penolakan meningkat. Kecenderungan untuk
bangga yang hubristik juga berhubungan negatif dengan harga diri,
berhubungan

positif

dengan

narsisme,

berhubungan

positif

dengan

kecenderungan untuk malu dan berhubungan negatif dengan sifat yang dapat
diterima (agreeableness), sifat berhati-hati (conscientiousness) (Tracy &
Robins, 2007), dan kebencian (Webster, Duvall, Gaines & Smith, 2003).
Sebaliknya, kecenderungan untuk bangga yang autentik memiliki dampak
yang positif bagi individu. Oleh karena itu, penting untuk individu mulai
mengembangkan kecenderungan untuk bangga yang autentik sejak masa
anak-anak.
Dalam budaya kolektif, kecenderungan untuk bangga didapatkan dari
membandingkan diri sendiri / individu dengan individu lain. Menurut
Mesquita & Polanco dalam Stanculescu (2012) kecenderungan untuk bangga
berkaitan dengan kelompok bukan dengan individu. Individu yang berada di
budaya kolektif tidak terbiasa untuk mengekspresikan perasaan bangga (Eid
& Diener, 2001; Tracy, Shariff, & Cheng, 2010). Definisi bangga yang
dipahami oleh individu di budaya kolektif merupakan definisi dari hubristik
bukan autentik sehingga rasa bangga dianggap sebagai emosi yang negatif
atau sombong (Eid & Diener, 2001). Dalam beberapa penelitian, rasa bangga
yang autentik dan hubristik tidak dipisahkan melainkan dianggap menjadi
suatu konstruk yang sama yaitu perasaan bangga yang negatif (Tracy, Shariff,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

& Cheng, 2010; Putri, Ferdian, Widyatmoko, & Mayawati, 2013). Di sisi
lain, perasan bangga yang autentik memiliki hubungan dengan hal-hal yang
positif yaitu harga diri yang baik, kesejahteraan, meningkatkan tanggung
jawab personal, meningkatkan prestasi kelompok dan membuat individu
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku (Hardy & Van Vugt, 2006;
Stoeber, Harris & Moon, 2007; Tracy & Robins, 2007a)
Berkembangnya kecenderungan untuk bangga yang autentik atau
hubristik bergantung pada pola kelekatan yang dikembangkan di masa anakanak (Murry, Brody, McNair, Luo, Gibbons, Gerrard, & Wills, 2005;
Guilamo-Ramos, 2009). Perasaan bangga muncul ketika individu mulai
berusia 3 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia 3 tahun individu baru
mampu mengevaluasi diri sendiri (Stipek, Recchia, & McClintic, 1992). Pada
usia 3 tahun, individu juga akan mengembangkan masa-masa emas dalam
tahap perkembangannya. Apabila mulai dari masa anak-anak, individu sudah
dibiasakan untuk mengalami rasa bangga yang autentik atau rasa bangga yang
hubristik maka kecenderungan tersebut akan berkembang saat individu
beranjak dewasa.
Dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka diketahui bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kelekatan yang dikembangkan anak dengan
kecenderungan untuk bangga (Guilamo-Ramos, 2009; McBride Murry,
Brody, McNair, Luo, Gibbons, Gerrard, & Wills, 2005; Alessandri, & Lewis
1993; Lewis, Alessandri, & Sullivan, 1992), kecenderungan untuk bangga

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

dengan sensitivitas individu terhadap penolakan (Grant & Higgins, 2003;
Tracy, Shariff, & Cheng, 2010), dan kelekatan individu dengan ibu dengan
sensitivitas individu terhadap penolakan (Çardak, Sarıçam, & Onur, 2012;
Khoshkam, Bahrami, Ahmadi, Fatehizade, & Etemadi, 2012; Erozkan, 2009;
Feldman & Downey, 1994; Downey & Feldman 1996). Hal tersebut membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah proses munculnya
sensitivitas individu terhadap penolakan tidak secara langsung berhubungan
dengan kelekatan individu dengan ibu melainkan dimediasi atau melalui
kecenderungan untuk bangga terlebih dahulu.
Selain itu, penelitian ini juga menjawab saran dari penelitian
sebelumnya mengenai sensitivitas inidividu terhadap penolakan dan rasa
bangga. Leary, Twenege, & Quinlivan (2006) menyatakan bahwa perlu
penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara sensitivitas penolakan dan
emosi, selain itu diperlukan pula untuk dipelajari lebih lanjut mengenai
prediktor dari sensitivitas individu terhadap penolakan (Butler, Doherty, &
Potter, 2007). Fourie, Rauch, Morgan, Ellis, Jordaan, & Thomas (2011)
menyatakan bahwa penting untuk memperjelas implikasi dari rasa bangga
terhadap kesejahteraan individu dalam jangka panjang. Sampai pada saat ini,
penelitian tentang perasaan bangga tergolong dalam kategori yang terbatas
(Castonguay, Brunet, Ferguson & Sabistos, 2012; Tracy, Robins, & Tangney,
2007; Higgins, Friedman, Harlow, Idson, Ayduk & Taylor, 2001; Fourie,
Rauch, Morgan, Ellis, Jordaan & Thomas, 2011) padahal rasa bangga

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

memiliki dampak positif dan dampak buruk yang sungguh-sungguh penting
untuk disadari. Oleh karena itu, penting bagi peneliti mempelajari lebih lanjut
mengenai rasa bangga.

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah kecenderungan untuk merasa bangga merupakan mediator
dalam struktur hubungan antara kelekatan individu dengan ibu dengan
sensitivitas individu terhadap penolakan di budaya kolektif?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah
ada hubungan antara kelekatan dengan ibu, rasa bangga, serta sensitivitas
terhadap penolakan di budaya kolektif. Kemudian untuk mengetahui apakah
kecenderungan untuk bangga memediasi hubungan antara kelekatan individu
dengan ibu dengan sensitivitas individu terhadap penolakan.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Teoretis
Dalam bidang penelitian, penelitian ini menjawab saran yang
diutarakan

oleh

peneliti

sebelumnya.

Penelitian

ini

bermanfaat

menambahkan pengetahuan ilmu Psikologi, terutama Psikologi Klinis dan
Psikologi Sosial mengenai sensitivitas individu terhadap penolakan dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

kecenderungan untuk bangga pada remaja dalam budaya kolektif. Hasil
penelitian ini juga menegaskan peran dari rasa bangga dalam struktur
hubungan antara kelekatan individu dengan ibu dengan sensitivitas
individu terhadap penolakan, apakah perasaan bangga menjadi variabel
mediator dalam hubungan antara kelekatan individu dengan ibu dan
sensitivitas individu terhadap penolakan.

2. Praktis
Penelitian ini dapat digunakan bagi praktisi dalam bidang Psikologi
untuk membuat treatment bagi individu yang memiliki tingkat
sensitivitas terhadap penolakan yang tinggi dengan mempertimbangkan
rasa bangga. Mengetahui perasaan bangga sebagai mediator yang
memperlemah munculnya sensitivitas individu terhadap penolakan yang
tinggi dapat memberikan informasi baru bagi praktisi untuk dapat
membentuk treatment yang berhubungan dengan kecenderungan untuk
merasa bangga.
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua
agar dapat lebih memperhatikan pola pengasuhannya terhadap anak.
Ketika anak mendapatkan pola pengasuhan yang baik maka anak akan
mengembangkan kelekatan yang aman. Hal tersebut akan mendukung
anak

untuk

menyelesaikan

perkembangan berikutnya.

tugas-tugas

perkembangan

di

tahap

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

Berdasarkan hasil penelitian ini, para remaja bisa lebih mengenali
dirinya sendiri. Bahwa sesungguhnya terdapat suatu konstruk yang
bernama sensitivitas terhadap penolakan atau biasa dikenal dengan
rejection sensitivity. Hal ini akan membuat remaja lebih berhati-hati
dalam melakukan evaluasi diri. Apakah penolakan yang dirasakan
merupakan benar-benar penolakan atau hanya berasal dari persepsi diri
mereka sendiri.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

BAB II
LANDASAN TEORI

A. SENSITIVITAS TERHADAP PENOLAKAN
1.

Definisi
Sensitivitas individu terhadap penolakan adalah kecenderungan
untuk mengira-ira atau menyangka bahwa akan ditolak oleh orang lain,
seakan-akan telah merasakan penolakan, dan bereaksi berlebihan
terhadap penolakan (Downey, Feldman, Khuri & Friedman, 1994;
Downey & Feldman, 1996). Sensitivitas terhadap penolakan merupakan
salah satu bentuk sistem pertahanan motivasi (defensive motivational
system) (Pietrzak, Downey, & Ayduk, 2005) yang didesain untuk
menyediakan respon yang cepat pada ancaman lingkungan yang
berhubungan dengan adanya penolakan (Henson, Derlega, Pearson,
Ferrer, & Holmes, 2013). Selain itu, Feldman & Downey (1994)
mendefinisikan sensitivitas individu terhadap penolakan merupakan hasil
internalisasi dari pengalaman penolakan di masa-masa awal kehidupan
yang mempengaruhi hubungan interpersonal seseorang.
Sensitivitas individu terhadap penolakan dapat dilihat sebagai
sebuah motif untuk menghindari penolakan. Penolakan tersebut
sebenarnya merupakan dugaan, bias ketika menginterpretasikan stimulus,
dan bentuk regulasi diri yang mampu mempengaruhi perilaku orang-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

orang dalam berbagai situasi sosial (Feldman & Downey, 1994).
Sensitivitas terhadap penolakan merupakan bentuk kepribadian yang
mana individu akan selalu cemas dengan dugaan-dugaan penolakan dan
kemudian memunculkan perilaku sebagai respon dari penolakan karena
merasa sudah ditolak (Downey & Feldman, 1996; Mischel & Shoda,
1995; Downey & Feldman, 1994).
Sensitivitas individu terhadap penolakan dapat dilihat secara
kontinum di dalam pribadi setiap individu. Terdapat individu yang
memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap penolakan sampai pada
individu yang memiliki sensitivitas yang rendah pada penolakan.
Downey & Feldman (1996) menyatakan bahwa konstruk sensitivitas
individu terhadap penolakan menjelaskan bahwa beberapa individu
sangat

rapuh

terhadap

pengalaman

penolakan

dan

kemudian

meresponnya dengan maladaptif. Semakin tinggi tingkat sensitivitas
individu terhadap penolakan semakin rapuhlah individu tersebut.
Begitupula sebaliknya, individu yang memiliki tingkat sensitivitas
terhadap penolakan yang rendah merupakan individu yang kuat ketika
menghadapi situasi yang memungkinkan terjadinya penolakan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
sensitivitas terhadap penolakan adalah pemikiran akan ditolak, perasaan
merasa tertolak dan perilaku yang merespon penolakan yang berpola dan
terus menerus muncul ketika individu berada pada situasi yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

memungkinkan dirinya untuk ditolak meskipun pada kenyataannya
penolakan tersebut tidak terjadi.
2. Macam-macam Sensitivitas Individu Terhadap Penolakan
a. Sensitivitas individu terhadap penolakan secara keseluruhan
Individu merasa bahwa orang lain menolak dirinya karena
dirinya memang tidak pantas untuk diterima. Individu menganggap
bahwa orang lain menolak dirinya karena keseluruhan diri yang dia
miliki atau secara umum, baik itu kepribadian, penampilan, dll. (Park,
2007). Perasaan ditolak ini berasal dari pengalaman penolakan yang
pernah dialami oleh individu. Kemudian, pengalaman tersebut
membentuk pola pikir individu dalam berinteraksi dengan orang lain
(Feldman & Downey, 1994; Park, 2007). Dalam penelitian ini akan
dibahas mengenai sensitivitas individu yang merasa ditolak oleh
lingkungan dan memahami bahwa alasan dari penolakan itu adalah
keseluruhan dirinya.
b. Sensitivitas individu terhadap penolakan yang didasarkan pada
penampilan fisik
Sensitivitas penolakan yang didasari oleh penampilan fisik
merupakan sebuah sistem proses kepribadian yang berfokus pada
ketidakmenarikan fisik ketika merasa tertolak. Individu yang
menganggap bahwa penampilan secara fisik merupakan hal yang
sangat penting, meletakkan harga diri pada pandangan orang terhadap

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

penampilan fisiknya (Park, 2007) dan selalu kurang puas dengan
penampilan dirinya (Park, Calogero, & Diraddo, 2010). Pandangan
masyarakat setempat mengenai fisik yang menarik memiliki peran
dalam membentuk tingginya sensitivitas penolakan yang didasari oleh
penampilan fisik (Park & Calogero, 2009). Sensitivitas penolakan
yang disebabkan oleh penampilan fisik memiliki hubungan yang
positif dengan sensitivitas penolakan secara umum (Park, 2007). Hal
tersebut dikarenakan keduanya memiliki suatu pelopor yang sama
yaitu pengalaman penolakan.
c. Sensitivitas individu terhadap penolakan yang didasarkan pada ras
Individu merasa bahwa ia ditolak karena ras yang dimiliki.
Sensitivitas individu terhadap penolakan yang didasarkan pada ras
muncul karena pengalaman penolakan sebelumnya berkaitan dengan
ras (Henson, Derlega, Pearson, Ferrer, & Holmes, 2013). Penelitian
mengenai hal ini dilakukan pada subjek pelajar Afrika-Amerika
(Mendoza-Denton, Downey, Purdie, Davis, & Pietrzak, 2002; Murry,
Brody, McNair, Luo, Gibbons, Gerrard, & Wills, 2005).
3. Efek Samping Tingginya Tingkat Sensitivitas terhadap Penolakan
a. Gangguan kepribadian
Sensitivitas

terhadap

penolakan

yang

tinggi

dapat

menyebabkan munculnya berbagai gangguan dalam kepribadian
seperti neurotis (Berenson, et al., 2009), gangguan kepribadian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

menghindar (Feldman & Downey, 1994; Berenson, et al., 2009),
gangguan kepribadian dependensi (McCabe, Blankstein, & Mills,
1999), self efficacy rendah (Khoskam, et al., 2012), harga diri rendah
(Berenson, et al., 2009), dan self-silencing (Harper, Dickson, &
Welsh, 2006).
b. Masalah mental dan perilaku
Selain gangguan kepribadian, tingkat sensitivitas yang tinggi
terhadap penolakan memiliki hubungan dengan masalah mental dan
perilaku seperti depresi (Brookings, Zembar, & Hochstetler, 2003;
Berenson, et al., 2009), bulimia dan anoreksia (Selby, Ward, & Joiner,
2010; O’Shaughnessy & Dallos, 2009; Cardi, Matteo, Corfield, &
Treasure, 2013), orientasi pemecahan masalah yang negatif (Harper,
Dickson, & Welsh, 2006), agresi (Khoskam, et al., 2012), dan
kebencian (Feldman & Downey, 1994).
c. Interpersonal
Sensitivitas terhadap penolakan juga menimbulkan masalah
dalam menjalin hubungan interpersonal seperti menjadi individu yang
sulit menjalin relasi dengan orang lain (Downey, Feldman, & Ayduk,
2000), phobia sosial (Feldman & Downey, 1994; Khoskam, et al.,
2012), kelekatan yang tidak aman (Downey, Feldman, & Ayduk,
2000), dan memiliki kecenderungan untuk mencemarkan nama orang
lain (Feldman & Downey, 1994).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

d. Lainnya
Tingkat sensitivitas penolakan yang tinggi juga memiliki
hubungan dengan perfomansi akademik rendah (McCabe, Blankstein,
& Mills, 1999).
4. Faktor Penyebab Individu Memiliki Sensitivitas terhadap Penolakan
yang Tinggi
Sensitivitas individu yang tinggi terhadap penolakan muncul
karena adanya pengalaman penolakan. Pengalaman penolakan didapatkan
dari berbagai orang di sekitar individu yang berada di lingkungan yang
tidak suportif (Feldman & Downey, 1994). Penolakan yang mungkin
terjadi adalah penolakan yang berasal dari orang tua seperti perlakuan
kasar, siksaan, pengabaian, penolakan, dan kebencian. Selain itu, orang
tua yang selalu bersikap kondisional, ditangkap anak sebagai sebuah
bentuk penolakan (Downey, Bonica, & Rincon, 1999). Perilaku
penolakan tersebut membuat anak merasa tidak diterima apa adanya dan
kemudian mengembangkan kelekatan yang tidak aman (Logue, 2006).
Penolakan dari teman sebaya dapat berupa menjadi korban secara
fisik dan korban dalam relasi (Downey, Bonica, & Rincon, 1999; Butler,
Doherty & Potter, 2007). Individu juga mungkin mendapatkan penolakan
dari pacar. Semakin akrab suatu hubungan pertemanan atau pacaran maka
semakin besar pula efek penolakan yang dialami mempengaruhi individu
(Özen, Sümer, & Demir, 2010). Selain itu, karakteristik status kelompok

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

seperti orientasi seksual, ras/etnis dan disabilitas bisa membuat seseorang
mengalami pengalaman penolakan dari teman sebaya dan lingkungan
(Downey, Bonica & Rincon, 1999).
Pengalaman penolakan yang dialami oleh individu baik itu dari
orang tua, sahabat, pacar maupun orang asing akan membentuk internal
working models atau pola berpikir individu. Pola pemikiran tersebut akan
digunakan ketika individu akan menjalin relasi dengan orang lain
(Downey, Bonica & Rincon, 1999; Feldman & Downey, 1994). Pola atau
skema pemikiran tersebut akan muncul ketika individu berada pada situasi
yang memungkinkan dirinya ditolak.
Internal working models atau pola pemikiran individu dapat
terbentuk melalui kelekatan, afektif-kognitif, dan hubungan interpersonal
individu. Ketika kebutuhan individu di masa kecil terpenuhi dengan baik
dan konsisten maka individu akan mengembangkan pola pemikiran yang
aman bahwa lingkungan disekitarnya akan menerima dan mendukungnya.
Begitu pula sebaliknya, bila individu di masa kecil dibesarkan dalam
keadaan lingkungan yang menolak dirinya baik itu penolakan yang
tersembunyi maupun yang dilakukan secara terang-terangan akan
membentuk pola pemikiran yang tidak aman sehingga individu akan
cenderung takut dan ragu dalam menjalin hubungan interpersonal apakah
lingkungan akan menerima dan mendukungnya atau tidak. Pola berpikir
yang dimiliki oleh individu dapat terus dimodifikasi selaras dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

pengalaman yang dialami. Proses afektif dan kognitif individu bekerja
untuk memodifikasi pola pemikiran individu dalam berinteraksi dengan
orang lain. Individu yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
penolakan, apabila semakin sering mengalami penolakan maka pola
pemikiran akan penolakan akan semakin kuat. Begitu pula sebaliknya,
individu yang lebih sering mengalami pengalaman penerimaan akan
memodifikasi internal working models yang dimiliki menjadi pola
pemikiran yang lebih adaptif.
Menurut Bowlby, interaksi individu yang intens dengan orang lain
akan

membentuk

suatu

kelekatan.

Hasil

penelitian

sebelumnya

menyatakan bahwa kelekatan memiliki hubungan yang kuat dengan
sensitivitas

terhadap

penolakan

(Khoshkam,

Bahrami,

Ahmadi,

Fatehizade, & Etemadi, 2012). Oleh karena itu, penting untuk
membangun kelekatan yang aman karena kelekatan yang tidak aman
menjadi faktor pendukung munculnya sensitivitas terhadap penolakan.
Individu yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap penolakan
cenderung akan mengembangkan rasa bangga yang hubristik (Grant &
Higgins, 2003; Tracy, Shariff, & Cheng, 2010). Hal ini terkait dengan
pola pemikiran yang digunakan oleh individu. Individu cenderung untuk
mengatribusikan suatu hal yang terjadi secara global, stabil, dan tidak
dapat dikontrol. Individu merasa pengalaman penolakan yang dialami
akan terjadi lagi dan penolakan tersebut karena diri individu, serta

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

individu tidak mampu mengontrol penolakan yang akan terjadi. Individu
yang memiliki kecenderungan untuk bangga yang hubristik juga memiliki
pola pemikiran yang sama. Individu memandang bahwa kesuksesan yang
dicapai berasal dari dalam dirinya yang melekat, bukan karena usaha.
Sejauh ini telah diketahui bahwa pengalaman penolakan menjadi
prediktor munculnya sensitivitas individu terhadap penolakan, perlu
diketahui lebih lanjut prediktor lainnya sehingga dengan demikian dapat
diketahui pula cara preventif dan intervensinya.
1Pengalaman

penolakan

2Proses

kognitif dan
afektif bahwa akan
ditolak

5Lingkungan

benar-benar
menolak

3Muncul

perilakuperilaku negatif:
Agresi, withdrawal dsb.

4Lingkungan

melihat perilaku
negatif

Gambar 1. Siklus proses munculnya sensitivitas terhadap penolakan
5. Alat ukur
Alat ukur sensitivitas terhadap penolakan terdapat berbagai
macam,

seperti

RSQ-A

(Rejection

Sensitivity

Questionnaire–

Adolescent), CRSQ (Children Rejection Sensitivity Questionnaire), RSQ-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

R (Rejection Sensitivity - Revised), GRS (Gay-related Rejection
Sensitivity), dan IPSM (Interpersonal Sensitivity Measure).
Skala RSQ (Rejection Sensitivity Questionnaire) dibuat oleh
Downey & Feldman. Skala ini ada 3 macam sesuai dengan tahap
perkembangan manusia yaitu RSQ Adult (18 item), RSQ Adult young (9
item) dan RSQ Children (12 item). Pada kuesioner ini akan terdapat
beberapa situasi. Partisipan diminta untuk membayangkan diri mereka
berada pada situasi tersebut dan kemudian menjawab tiga pertanyaan
pada skala Likert yang berkaitan dengan situasi tersebut. Pertanyaan
pertama mengindikasikan seberapa gelisah individu akan penolakan.
Skala 1 untuk sangat tidak gelisah sampai skala 6 untuk sangat gelisah
disajikan secara gradasi atau dengan kata lain pada skala 3 tingkat
kegelisahannya akan lebih rendah daripada skala 4. Pertanyaan kedua
mau melihat seberapa marah individu akan penolakan, skala 1 untuk
sangat tidak marah; 6 untuk sanga