Hubungan antara kualitas kelekatan dan penyelesaian konflik antara remaja awal dengan orang tua - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KELEKATAN DAN PENYELESAIAN

KONFLIK ANTARA REMAJA AWAL DENGAN ORANG TUA

  skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh: Ovina Felita Christie Wulandari

  NIM: 099114039

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

MOTTO

“AMSAL 23:18”

  

“KARENA MASA DEPAN SUNGGUH ADA

DAN HARAPANMU TIDAK AKAN

HILANG”

1 TESALONIKA 5:16-17 “BERSUKACITALAH SENANTIASA.

  

TETAPLAH BERDOA” Karya sederhana ini ku persembahkan untuk :

  • Tuhan Yesus Kristus  Orang tua tercinta
  • Adikku tersayang Hizkia Dewa Agung  Keluarga besar Eyang Sudarmi  Yanuari Eko Raharja

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KELEKATAN DAN

  

PENYELESAIAN KONFLIK ANTARA REMAJA AWAL DENGAN

ORANG TUA

Ovina Felita Christie Wulandari

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas kelekatan

remaja awal dengan penyelesaian konflik. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif

antara kualitas kelekatan pada remaja awal dengan penyelesian konflik. Subjek penelitian

berjumlah 100 subjek remaja awal dengan rentang usia 13 hingga 16 tahun. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

menyebarkan skala kelekatan remaja awal dengan penyelesian konflik. Validitas penelitian ini

adalah validitas isi. Koefisien reliabilitas dari skala kualitas kelekatan remaja awal dengan orang

tua adalah sebesar 0,868 dan koefisien reliabilitas skala penyelesaian konflik adalah sebesar 0,812.

Untuk mengetahui hubungan antara kualitas kelekatan dan penyelesaian konflik kompromi antara

remaja awal dengan orang tua digunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Untuk

mengetahui hubungan antara kualitas kelekatan dan penyelesaian konflik kompetisi antara remaja

awal dengan orang tua digunakan teknik korelasi Spearman Rho. Untuk mengetahui hubungan

antara kualitas kelekatan dan penyelesaian konflik menghindar antara remaja awal dengan orang

tua digunakan teknik korelasi Spearman Rho. Koefisien korelasi (r) antara kualitas kelekatan dan

penyelesaian konflik kompromi antara remaja awal dengan orang tua adalah sebesar 0,128 dengan

taraf signifikansi (p)=0,206 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak

berkorelasi. Koefisien korelasi (r) antara kualitas kelekatan dan penyelesaian konflik kompetisi

antara remaja awal dengan orang tua adalah sebesar -0,167 dengan taraf signifikansi (p) = 0,097

(p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak berkorelasi. Koefisien

korelasi (r) antara kualitas kelekatan dan penyelesaian konflik menghindar antara remaja awal

dengan orang tua adalah sebesar -0,055 dengan taraf signifikansi (p) = 0,583 (p>0,05) maka

disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak berkorelasi.

  Kata kunci : remaja awal, kelekatan dengan orang tua, penyelesaian konflik

RELATIONSHIP BETWEEN ATTACHMENT QUALITY AND

  

CONFLICT RESOLUTION AMONG EARLY ADOLESCENT WITH

PARENTS

Ovina Felita Christie Wulandari

  

ABSTRACT

This research aims to find out whether there is a relationship between quality of

attachment of early teens and conflict resolution. The hypothesis was there was a positive

relationship between quality of attachment in early teens and conflict resolution. There are 100

subjects as the sample of the research, aged 13 until 16 years old, who are in early adolescent. In

this research, the researcher used purposive sampling technique. Data collection is done by

spreading the scale of early adolescent attachment and scale of conflict resolution. This research

used content validity. The coefficient reliablity of the scale of early adolescent attachment quality

was 0,868 and the coefficient reliability of the scale of conflict resolution was 0,812. To determine

the relationship between early adolescent attachment quality and compromise conflict resolution,

researcher used Pearson Product Moment Correlation. To determine the relationship between

early adolescent attachment quality and competition conflct resolution, researcher used Spearman

Rho Coreelation and to determine the relationship between early adolescent attachment quality

and avoidance conflict resolution, researcher used Spearman Rho Correlation. Coefficient

correlation (r) between early adolescent attachment quality and compromise conflict resolution

was 0,128 with significance level (p) 0,206 (p>0,05). It means there was a negative relationship

between early adolescent attachment with compromise conflict resolution. Coefficient correlation

(r) between early adolescent attachment quality and competition conflict resolution was -0,167

with significance level (p) 0,097 (p>0,05). It means there was a negative relationship between

early adolescent attachment quality with competition conflict resolution. Coefficient correlation

(r) between early adolescent attachment quality and avoidance conflict resolution was -0,055 with

significance level (p) 0,583 (p>0,05). It means there was a negative relationship between early

adolescent attachment quality with avoidance conflict resolution.

  Key words : early adolescent, attachment quality, conflict resolution

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia Nya, karena skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kualitas Kelekatan dan Penyelesaian Konflik Antara Remaja Awal dengan Orang Tua ini dapat terselesaikan. Skripsi ini tidak bisa terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbgai pihak. Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak T. Priyo Widiyanto selaku Dekan Fakultas Psikologi Uiversitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti,MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, kesempatan, kesabaran, motivasi, dukungan dan saran dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi.

  3. Para dosen penguji yang sudah meluangkan waktu untuk menguji hasil penelitian ini.

  4. Bapak C. Siswo Widiyanto selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan waktu, bantuan, solusi, dan saran kepada penulis.

  5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama menempuh bangku perkuliahan.

  6. Seluruh staf Fakultas Psikologi: Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni dan Mas Muji yang telah memberikan kenyamanan selama penulis

  7. MTSN Menggora Playen yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengambil data penelitian.

  8. Siswa/siswi MTSN Menggora Playen yang bersedia meluangkan waktu unuk mengisi kuesioner.

  9. Rekan-rekan Persekutuan Remaja GKJ Wonosari yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

  10. Siswa/siswi SMP Johannes Bosco yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

  11. Pingkan terima kasih banyak atas link nya.

  12. Bapak dan Ibu. Terima kasih buat kasih sayang, kesabaran, dukungan, semangat, doa dan fasilitas yang diberikan. Tanpa Bapak dan Ibu, aku tidak akan bisa menjadi seperti ini.

  13. Adikku tercinta Hizkia Dewa Agung yang telah memberikan semangat dan penghiburan selama pengerjaan skripsi.

  14. Yanuari Eko Raharja yang selalu memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk lima tahun yang bermakna.

  Sampai saat ini kau belum tergantikan. Terima kasih untuk semangat dan dukungannya.

  15. Ratih dan Ina terima kasih untuk persahabatan yang tulus. Terima kasih juga karena selalu menemani t idur hahahaha…..

  16. Sahabat- sahabatku “konco kenthel” Vero, Ayuk, Brian, Gatyo, Putra, Pingkan, Sherly terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik dan selalu memberi semangat. Hayuuuk kita backpackeran lagi….. Pulau Dewata menanti.

  17. Tante Laura yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam bentuk masakan yang lezat dan jus buah yang menggoda selama saya mengerjakan skripsi.

  18. Eyang putri yang selalu mengejar-ngejar supaya cepat selesai.

  19. Sherly dan Rea terima kasih sudah mengajari SPSS..makasih banget sudah mau aku repotin.

  20. All my lovely customer terima kasih untuk dukungannya selama saya mengerjakan skripsi, maaf kalau pelayanan saya selama skripsi kurang memuaskan…terima kasih untuk kepercaaannya.

  21. Rekan-rekan pengurus Komisi Anak GKJ. Wonosari yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama saya mengerjakan skripsi…Mba Ika, Mba Disi, Mba Sita, Mas Ido, Ratih, Dek Arga, Wisnu terima kasih,,aku banyak belajar dari kalian semua, love you all.

  22. Adik-adik Sekolah Minggu GKJ. Wonosari terima kasih karena sudah mengajarkan Mbak Ovina mengenai ilmu sabar.

  23. Rekan-rekan persekutuan dewasa muda GKJ. Wonosari yang selalu membawa skripsi saya dalam setiap doa syafaat kalian. Terima kasih untuk doa dan dukungannya.

  24. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini, baik secara moral maupun spiritual

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii

  

ABSTRACT .......................................................................................................... viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL...............................................................................................xviii DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xx

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 9

  1. Manfaat Teoritis..................................................................................... 9

  BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 10 A. PENGERTIAN REMAJA .......................................................................... 10

  3. Definisi Penyelesaian Konflik ............................................................... 24

  1. Variabel Bebas ....................................................................................... 41

  BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 41 A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 41 B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................... 41

  F. Skema .......................................................................................................... 40

  E. Hipotesis ..................................................................................................... 39

  D. Hubungan antara Kualitas Kelekatan dan Penyelesaian Konflik antara Remaja Awal dengan Orang Tua ............................................................... 37

  4. Macam Penyelesaian Konflik ................................................................ 24

  2. Penyebab Konflik .................................................................................. 19

  1. Pengertian Remaja ................................................................................. 10

  1. Definisi Konflik ..................................................................................... 18

  C. PENYELESAIAN KONFLIK .................................................................... 18

  3. Indikator Kualitas Kelekatan Remaja dengan Orang Tua .................... 16

  2. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kualitas Kelekatan Remaja dengan Orang Tua .................................................................................................. 16

  1. Definisi Kualitas Kelekatan Remaja dengan Orang Tua ...................... 13

  B. KUALITAS KELEKATAN REMAJA DENGAN ORANG TUA ............ 13

  2. Variabel Tergantung .............................................................................. 41

  1. Berusia 13-16 tahun ............................................................................... 41

  2. Status Pendidikan .................................................................................. 42

  D. Definisi Operasional .................................................................................... 42

  1. Kualitas Kelekatan antara Remaja Awal dengan Orang Tua ................ 42

  2. Penyelesaian Konflik antara Remaja dengan Orang Tua ...................... 43

  E. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 46

  F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 47

  1. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 47

  G. Uji Coba Alat Ukur ..................................................................................... 54

  H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................................... 54

  1. Validitas ................................................................................................. 54

  2. Seleksi Item ........................................................................................... 55

  3. Reliabilitas ............................................................................................. 59

  I. Metode Analisis Data.................................................................................... 60

  BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 61 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 61 B. Deskripsi Subjek Penelitian ......................................................................... 61

  1. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................... 61

  2. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... 62

  C. Uji Asumsi Data Penelitian ......................................................................... 64

  1. Uji Normalitas ....................................................................................... 64

  2. Uji Linearitas ......................................................................................... 66

  D. Pembahasan ................................................................................................. 69

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 73 A. Kesimpulan ................................................................................................. 73 B. Saran ............................................................................................................ 74

  1. Saran Bagi Orang Tua ........................................................................... 74

  2. Saran Bagi Remaja ................................................................................ 75

  3. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ......................................................... 75

  4. Saran Bagi Subjek Penelitian ................................................................ 75 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76 LAMPIRAN ........................................................................................................ 80

  

DAFTAR TABEL

  1. Tabel Variabel Penyelesaian Konflik...................................................... 36

  2. Tabel Skoring ......................................................................................... 48

  3. Tabel Blueprint Kualitas Kelekatan ........................................................ 50

  4. Tabel Distribusi Item Kualitas Kelekatan Sebelum Uji Coba ................ 51

  5. Tabel Blueprint Penyelesaian Konflik ................................................... 53

  6. Tabel Penyebaran Item Baik Skala Kualitas Kelekatan Setelah Uji Coba ........................................................................................................ 57

  7. Tabel Penyebaran Item Baik Skala Penyelesaian Konflik ..................... 58

  8. Tabel Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 62

  9. Tabel Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 65

  7. Tabel Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 66

  10. Tabel Hasil Uji Korelasi.......................................................................... 68

DAFTAR SKEMA

  1. Skema Hubungan antara Kualitas Kelekatan dan Penyelesaian Konflik antara Remaja Awal dengan Orang Tua ........................................... 40

  DAFTAR LAMPIRAN

  1. Lampiran 1 Skala Uji Coba .............................................................. 81

  2. Lampiran 2 Analisis Data Uji Coba .................................................. 98

  3. Lampiran 3 Skala Penelitian ............................................................. 109

  4. Lampiran 4 Analisis Data Penelitian................................................. 123

  a. Deskripsi Data Penelitian ..................................................... 124

  b. Uji Normalitas ....................................................................... 128

  c. Uji Linearitas ......................................................................... 130

  d. Uji Hipotesis ......................................................................... 136

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa konflik adalah suatu

  proses dimana individu atau kelompok mempersepsikan bahwa orang lain telah atau akan segera melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi (Winardi, 1994). Beberapa indikator konflik antara lain kepentingan yang bertentangan di antara individu atau kelompok, kesadaran akan adanya kepentingan yang bertentangan tersebut, kepercayaan dari setiap pihak bahwa pihak lain akan melakukan tindakan yang mengintervensi kepentingan-kepentingan mereka, dan tindakan yang menghasilkan intervensi. Konflik juga sering muncul karena faktor-faktor sosial diantaranya keluhan dan amarah yang berkepanjangan, keinginan membalas dendam, persepsi sosial yang tidak tepat, komunikasi yang buruk, dan faktor-faktor lain yang serupa.

  Beberapa penelitian terdahulu (Hill,dk; Silverberg & Steinberg; Steinberg dalam Santrock, 2002) memperlihatkan bahwa konflik antara orang tua dan remaja adalah sesuatu yang paling penuh dengan tekanan selama puncak masa pubertas. Konflik dalam kehidupan sehari-hari yang relasi orang tua dan anak remaja. Konflik antara orang tua dengan remaja merupakan hal yang dapat memunculkan perilaku negatif pada diri remaja apabila tidak segera diselesaikan dengan cara yang baik (Harian Sumut Pos, 2010). Remaja sering terlibat konflik dengan orang tuanya bahkan melebihi tingkat konflik pada masa anak-anak (Steinberg dalam Santrock, 2007). Penelitian yang dilakukan Adam dan Laursen (2001) dengan subjek remaja ditemukan bahwa konflik lebih banyak ditemukan di kalangan orangtua-remaja dibandingkan dengan remaja-teman sebaya. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cooper,dkk dalam Santrock (2002) menyebutkan bahwa remaja yang mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap orang tua akan mengalami perkembangan identitas yang lebih aktif daripada remaja yang tidak mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap orang tua mereka.

  Penyebab konflik yang umum terjadi pada remaja Indonesia dengan orang tua adalah perbedaan pendapat antara remaja dengan orang tua baik perbedaan pendapat dalam hal pertemanan, cara berpakaian, dan berpacaran. (Harian Kompas, 2009). Selain itu, generation gap antara orang tua dengan remaja juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya konflik remaja dengan orang tua

  Menurut penelitian

  yang dilakukan oleh Maentiningsih (2008) hubungan antara orang tua merupakan akibat dari masa puber dan perkembangan kognitif pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Silalahi (2000) konflik antara orang tua dan remaja dapat menjadi salah satu faktor pendorong remaja terjerumus dalam ketergantungan penggunaan zat adiktif. Kendati demikian, adanya konflik antara orangtua dengan remaja dapat berpengaruh positif dalam perkembangannya (Blos & Hill dalam Santrock, 1999). Maksud positif disini adalah sebagai masa transisi remaja dari ketergantungan dengan orangtua untuk menjadi individu yang mandiri. Kendati demikian ketika konflik terus menerus dibiarkan terjadi dan tidak diselesaikan dalam relasi orang tua dan remaja maka konflik berkepanjangan tersebut akan menjadi akar dari sejumlah permasalahan remaja seperti kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan pernikahan dini, keterlibatan dengan penyalahgunaan obat, dan keterlibatan dengan sekte-sekte sesat (Brook,dkk dalam Santrock ,2002).

  Strategi menyelesaikan konflik menurut Wirawan (2010) ada tiga macam yaitu berkompromi atau berkolaborasi, berkompetisi, dan menghindar. Strategi menyelesaikan konflik antara remaja dengan orang tua sebaiknya dilakukan dengan cara yang kolaboratif yang bertujuan untuk menemukan suatu pemecahan yang memuaskan baik bagi remaja maupun bagi orang tua (Santrock, 2005). Dalam proses ini pihak-pihak yang berkonflik saling bertukar penawaran baik secara langsung maupun tidak langsung yakni melalui perwakilan. Menurut Wirawan (2010) yang disusun dan bertujuan untuk melakukan pendekatan kepada lawan konflik agar mau bernegoisasi, menghadapi lawan konflik dengan ramah maupun dengan cara keras (memaksa) agar mau diajak bernegoisasi, mengemukakan data, fakta, informasi, atau kejadian yang ada hubungannya dengan konflik tanpa menyudutkan atau menyalahkan pihak lawan, mengemukakan persamaan serta menjauhkan perbedaan pendapat, adanya empati, pengertian, dan dukungan kepada pendapat lawan konflik dan berupaya bernegoisasi, melakukan inisiatif untuk melakukan pemecahan permasalahan secara bersama, menggunakan mediasi jika diperlukan.

  Cara penyelesaian konflik yang kedua menurut Wirawan (2010) adalah dengan cara berkompetisi. Dalam penyelesaian konflik ini, pihak yang teribat konfik bertujuan untuk memenangkan dan mengalahkan lawan konfliknya. Adapun beberapa indikator dari proses ini antara lain adanya strategi utnuk mengalahkan lawan konflik, menggunakan taktik menggertak, mengancam, dan menyerang lawan konflik, berbohong atau menyembunyikan sesuatu dengan hati-hati, melakukan agresi kepada lawan konflik agar lawan konflik mau menyerah, menyalahkan, memojokkan. Cara yang ketiga adalah dengan menghindar yang bertujuan untuk menghindarkan diri dari situasi konflik. Pihak yang terlibat konflik berupaya menghindari konflik karena beberapa alasan yaitu tidak senang dengan situasi konflik, menganggap bahwa penyebab konflik tidaklah penyelesaian konflik menghindar ini antara lain menarik diri dari situasi konflik,menyusun strategi untuk menghindari konflik,tidak mengakui bahwa konflik telah terjadi,mengalihkan masalah, menggunakan humor untuk menghindari pembicaraan mengenai konflik.

  Collins dalam Santrock (2007) mengemukakan bahwa banyak orang tua yang melihat bahwa anak remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menurut menjadi seorang pembangkang, melawan, dan menentang standar dan peraturan yang telah ditetapkan oleh orang tua. Hal ini disebabkan oleh karena tugas perkembangan pada masa remaja adalah untuk memperoleh otonomi tetapi orang tua cenderung berusaha mengendalikan anak remaja mereka dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan supaya mereka mau menuruti standar dan peraturan yang ditetapkan oleh orang tua. Kondisi tersebut menyebabkan anak memiliki ketidaksetujuan terhadap orang tuanya sehingga mereka terlibat konflik dengan orang tuanya (Adam dan Laursen ,2001). Hubungan dengan orang tua atau figur pengasuh merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial bagi anak. Kasih sayang orang tua atau pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama perkembangan sosial anak sehingga meningkatkan kemungkinan anak untuk memiliki kompetensi secara sosial, dan penyesuaian diri yang baik pada tahun-tahun pra sekolah dan setelahnya (Jahja, 2011). Kelekatan adalah ikatan emosional antara dua individu atau waktu tertentu Kuper dan Kuper (dalam Samsuniwiyati 2007). Bowlby (dalam Santrock 2007) percaya bahwa bayi akan membangun kelekatan pada individu yang memberikan kepuasan oral. Bagi kebanyakan bayi, orang ini adalah ibunya karena biasanya dialah yang menyusuinya. Dalam kegiatan menyusui tersebut orang tua dan anak akan membangun kedekatan secara fisik maupun secara emosional pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ainsworth dalam Santrock (2007).Penelitian yang dilakukan oleh Sagrario Yarnoz-Yaben (2010) menyebutkan bahwa orang yang memiliki kelekatan yang aman akan memiliki gambaran yang positif mengenai dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, mereka dapat membangun keintiman dengan orang lain dan memiliki sikap otonomi di dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Santrock (2005). Menurut Noller (1993) individu yang memiliki kelekatan yang aman juga lebih bisa menghargai dirinya sendiri dan bisa membangun kepercayaan dengan orang lain di sekitarnya sedangkan pada individu yang memiliki kelekatan yang tidak aman mereka akan memiliki pandangan yang negatif mengenai dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya. (trust) (basic trust) Kelekatan yang dibangun sejak masa bayi tidak lantas pudar lalu menghilang setelah individu melewati tahap perkembangan di masa anak-anak namun kelekatan ini akan terus menerus berkembang ketika individu berada pada masa remaja, maupun dewasa.

rangkaian siklus kehidupan dan merupakan suatu periode perkembangan yang berkaitan dengan periode-periode sebelumnya. Remaja memiliki karakteristik yang unik dan hal-hal yang terjadi selama di masa remaja berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman mereka di masa anak- anak maupun dewasa. Menurut Weinfield et al (2005) kelekatan memainkan peran terutama dalam hal keyakinan yang positif mengenai diri sendiri dan orang lain, dalam lingkup interpersonal dan emosional serta dalam hubungan dengan orang tua.Allen, Kobak & Cole, Onishi & Gjrede dalam Santrock (2007) mengemukakan bahwa kelekatan yang dibangun dengan orang tua pada masa remaja dapat meningkatkan kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja seperti penyesuaian emosional dan kesehatan fisik. Papini, Roggman, & Anderson dalam Santrock (2007) menyatakan bahwa kelekatan yang dibangun antara remaja dengan orang tuanya bisa berlaku sebagai fungsi adaptif, yang berarti dapat menjadi landasan yang kokoh bagi remaja dalam menjelajahi lingkungan dan dunia sosial nya yang baru dengan cara yang sehat secara psikologis. Kesimpulan dari uraian di atas adalah kelekatan yang dibangun antara anak dengan figur lekatnya di masa bayi dalam hal ini adalah orang tua akan mempengaruhi kehidupan anak tersebut di masa mendatang. Kelekatan yang sudah di bangun di tahun-tahun pertama kehidupan anak akan senantiasa berkembang seiring dengan perjalanan masa hidupnya

mereka akan berubah dari seorang pribadi yang selalu bergantung dengan orang tua menjadi pribadi yang mulai mengembangkan otonomi. Oleh sebab itu masa remaja merupakan masa yang banyak terjadi konflik antara remaja dengan orang tua. Berlatar belakang permasalahan tersebut peneliti menganggap bahwa perlu dilakukan penelitian mengenai ada tidaknya hubungan antara kualitas kelekatan dengan penyelesaian konflik antara remaja dengan orang tua. Peneliti ingin mengetahui penyelesaian konflik apa yang akan dipiih oleh remaja. Penelitian ini dilakukan pada remaja awal karena menurut Santrock (2002) konflik antara remaja dengan orang tua terjadi paling banyak pada masa remaja awal. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hurlock (1980) yang mengatakan bahwa emosi selama remaja awal seringkali sangat kuat dan tidak terkendali tetapi akan terjadi perbaikan perilaku emosional menjelang berakhirnya masa remaja awal.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan antara kualitas kelekatan dengan penyelesaian konflik antara remaja awal dengan orang tua?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kualitas kelekatan dengan penyelesaian konflik yang dipilih antara remaja dengan orang tua.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini menambah kajian dalam psikologi perkembangan, terutama dalam bahasan mengenai kelekatan dan penyelesaian konflik yang dialami remaja dengan orang tua.

  2. Manfaat Praktis

  a. Memberi pemahaman kepada orang tua mengenai pentingnya kualitas kelekatan pada masa remaja yang berhubungan dengan penyelesaian konflik antara remaja dengan orang tua

  b. Memberi masukan kepada konselor dalam mengatasi persoalan yang berhubungan dengan remaja.

  c. Memberi pemahaman kepada subjek penelitian mengenai pentingnya kelekatan aman yang dapat mendorong terbentuknya penyelesaian konflik secara konstruktif.

BAB II LANDASAN TEORI A. PENGERTIAN REMAJA Menurut Papalia dan Olds (dalam Jahja,2011) masa remaja adalah

  masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Hurlock (dalam Jahja,2011) transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Pada remaja awal sering terjadi konflik antara orang tua dengan remaja itu sendiri. Hal ini disebabkan karena frekuensi pergulatan dalam masa remaja awal berkaitan dengan ketegangan pubertas dan kebutuhan menuntut otonomi.

  Muangman dalam Sarwono (2007) mengatakan bahwa remaja adalah ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

  Menurut Papalia (2009) masa remaja dikenal sebagai masa pemberontakan. Masa pemberontakan melibatkan gejolak emosional, gegabah, dan penolakan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang dewasa. Emosi negatif dan perubahan suasana hatisering terjadiselama masa remaja awal. Hal ini disebabkan karena stress yang berkaitan dengan pubertas. Pada saat remaja akhir, emosi cenderung menjadi lebih stabil (Larson, Moneta, Richards, dan Wilson dalam Papalia 2009). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hall dalam Santrock (2007) yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa badai emosional. Hal ini disebabkan karena masa remaja adalah suatu masa dimana fluktuasi emosi berlangsung lebih sering (Rosenblum dan Lewis dalam Santrock, 2007). Fluktuasi emosi ini paling sering terjadi pada masa remaja awal. Hal ini menyebabkan konflik dengan orang tua meningkat melampaui masa anak- anak (Steinberg, dalam Santrock, 2002). Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

  1. Perubahan biologis pubertas

  2. Perubahan kognitif yang menjadikan remaja mengalami peningkatan idealisme dan penalaran logis

  3. Perubahan sosial yang menyebabkan remaja menginginkan kemandirian dan identitas

  4. Perubahan-perubahan kebijakan dari orang tua dan harapan- harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja Remaja adalah sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Periode ini menuju kemandirian, otonomi, dan kematangan. Seseorang yang ada pada tahap ini akan bergerak dari sebagai bagian suatu kelompok keluarga menuju menjadi bagian dari suatu kelompok teman sebaya dan akhirnya mampu berdiri sendiri sebagai seorang dewasa (Mabey dan Sorensen,1995).

  Salzman dalam Rochmah, (2005) mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung atau dependen terhadap orang tua ke arah kemandirian. Erikson mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa di mana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain.

  Dari beberapa penjelasan para ahli di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa masa remaja awal adalahmasa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dengan rentang usia antara 13-16 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik dalam hal pematangan fisik maupun psikologis. Pada masa remaja awal biasanya terjadi ketegangan-ketegangan emosional yang disebabkan karena remaja harus melakukan penyesuaian diri terhadap harapan-harapan orang tua dan masyarakat yang baru dan berlainan dengan dirinya. Selain itu, dalam rangka mencari identitas, remaja menginginkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Mereka ingin diakui eksistensinya melalui berbagai cara. Dalam hal ini, orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak remaja untuk mengambil keputusan sendiri dan belajar bertanggung jawab.

B. KUALITAS KELEKATAN REMAJA DENGAN ORANG TUA

1. Definisi kualitas kelekatan remaja dengan orang tua

  Ainsworth dalam Santrock (2002) mengemukakan macam-macam kategori gaya kelekatan. Gaya kelekatan yang pertama adalah gaya kelekatan aman (tipe B). Pada gaya kelekatan aman ini pengasuh berperan sebagai landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Gaya kelekatan yang kedua adalah gaya kelekatan cemas menghindar (tipe A) yang memperlihatkan ketidaknyamanan dengan menghindari figur pengasuh. Gaya kelekatan yang ketiga adalah gaya kelakatan cemas menolak (tipe C) yang memperlihatkan ketidaknyamanan dengan cara menolak figur pengasuh.

  Kelekatan aman yang dikembangkan seorang anak dengan pemberi perhatian utama akan berpengaruh pada perkembangan anak sepanjang masa hidupnya. Kelekatan yang aman akan membuat anak bertumbuh menjadi pribadi yang sehat secara sosial dan psikologis, Steinberg (2002).Menurut pendapat O’Koon dalam Geldard (2010) anak muda yang memiliki kelekatan yang aman dengan orang tua akan lebih sedikit atau tidak terlalu stress dalam pengalamannya di sekolah dan tidak akan terlalu tertekan dengan masalah-masalah yang ia hadapi di perguruan tinggi Mereka juga akan menunjukkan prestasi akademik yang lebih tinggi. Kelekatan yang aman dengan orang tua juga diketahui memiliki pengaruh yang besar pada citra diri, terutama berkenaan dengan beberapa aspek yang menjadi sangat penting bagi mereka semasa remaja seperti gambaran fisik, sasaran pekerjaan, dan seksualitas.

  Dibandingkan dengan gaya kelekatan yang lain, individu dengan gaya kelekatan yang aman lebih tidak mudah marah, lebih tidak mengatribusikan keinginan bermusuhan pada orang lain, dan mengharapkan hasil yang positif dan konstruktif dari konflik (Mikulincer dalam Baron dan Byrne, 2005). Sebagai tambahan menurut Mikulincer dalam Baron dan Byrne (2005), dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki gaya kelekatan tidak aman, individu yang memiliki gaya kelekatan aman akan memproses informasi mengenai situasi sosial dengan cara yang melibatkan keingintahuan dan kecenderungan untuk bersandar pada informasi baru dalam membuat penilaian sosial. kelekatan yang aman selama dengan orang tua selama masa remaja dapat berfungsi adaptif, yang menyediakan landasan yang kokoh di masa remaja sehingga remaja dapat menjelajahi lingkungan dan dunia sosialnya yang baru dengan cara- cara yang sehat secara psikologis.

  Kelekatan yang aman antara remaja dengan orang tua akan berfungsi sebagai berikut: a. Meningkatkan relasi dengan teman sebaya yang lebih b. Kelekatan yang aman dengan orang tua akan menyangga remaja dari kecemasan dan perasaan-perasaan depresi sebagai akibat dari masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

  Green & Campbell dalam Baron dan Byrne (2005) mengungkapkan bahwa pada anak-anak maupun orang dewasa, gaya kelekatan yang aman juga diasosiasikan dengan perilaku yang adaptif, seperti rasa ingin tahu dan eksplorasi pada lingkungan. Individu yang memiliki gaya kelekatan yang aman pada usia berapapun akan berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

  Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif selama masa remaja maka antara remaja dengan orang tua sering mengalamai perbedaan ide- ide atau pendapat yang berasal dari orang tua. Akibatnya, remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan-pandangan orang tua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi kualitas adalah tingkat mutu; tingkat baik buruknya sesuatu; kadar. Jadi kesimpulan dari uraian di atas adalah kualitas kelekatan antara remaja dengan orang tua ialah tingkat mutu hubungan emosional antara anak dengan orang tua yang tercermin dalam perilaku-perilaku lekat yang dimunculkan oleh individu terhadap figur lekatnya dalam hal ini adalah antara remaja dengan orang tuanya.

  2. Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas kelekatan antara remaja dengan orang tua

  Menurut Papalia dkk (2008) aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas kelekatan antara remaja dengan orang tua antara lain : a. Sensitifitas figur pengasuh

  Sensitifitas figur dapat berupa seberapa besar kepekaan figur pengasuh terhadap kebutuhan individu atau sejauh mana figur pengasuh dapat mengetahui kebutuhan- kebutuhan individu. Dalam hal ini adalah orang tua dengan remaja nya.

  b. Responsivitas figur Responsivitas figur pengasuh adalah bagaimana cara figur pengasuh menanggapi kebutuhan individu.

  Menurut Erwin (1998) aspek utama pembentukan dan pengembangan kelekatan adalah penerimaan figur lekat, sensitifitas atau kepekaan figur lekat terhadap kebutuhan individu dan responsivitas kedua belah pihak baik figur lekat maupun individu dalam menanggapi stimulus-stimulus yang diberikan untuk memperkuat kelekatan antara keduanya.

  

3. Indikator kualitas kelekatan remaja dengan orang tua

  Menurut Allen, Kobak & Cole, Onishi & Gjrede dalam Santrock (2002). Kelekatan dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu dalam ciri-ciri seperti harga diri,penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik.

  Remaja yang memiliki relasi yang nyaman dengan orang tuanya memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang lebih baik (Armsden dan Greenberg dalam Santrock, 2002). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Papini, Roggman, dan Anderson (dalam Santrock, 2002) bila remaja memiliki kualitas kelekatan yang aman dengan orang tuanya maka remaja akan memiliki sedikit kecemasan dan perasaan- perasaan depresi sehingga mereka bisa memahami dan mempunyai rasa memiliki antar anggota keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyarini (2009) bahwa adanya kelekatan dengan orang tua membuat remaja tidak akan melepaskan diri dari ikatan dengan keluarga ketika mengembangkan hubungan di luar keluarga.

  Kelekatan yang berkualitas antara remaja dengan orang tua akan meningkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga. Dalam penelitian lain, remaja yang memiliki kelekatan yang tidak aman maka ia akan memiliki rasa iri hati,konflik,dan ketergantungan yang lebih besar daripada teman-teman remaja mereka yang memiliki kelekatan yang aman.

  Dari berbagai uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kelekatan antara remaja dengan orang tua adalah tingkat mutu kelekatan yang tercermin dalam perilaku-perilaku lekat yang dimunculkan individu a. Mempunyai harga diri yang tinggi Harga diri yang tinggi adalah ketika remaja memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri.

  b. Mempuyai kesejahteraan emosional yang lebih baik Remaja yang memiliki kesejahteraan emosional yang baik tidak memiliki kecemasan-kecemasan dan perasaan depresi yang dapat mengganggu perkembangannya.

  c. Mempunyai kesehatan fisik yang baik Terwujud apabila remaja tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan tampka sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal dan tidak mengalami gangguan.

  d. Ingin mencoba berbagai aktivitas Remaja mau secara aktif terlibat dalam suatu kegiatan yang belum pernah ia coba sebelumnya.

C. PENYELESAIAN KONFLIK

1. Definisi Konflik

  configere conflict Edelman & Crain dalam Wirawan (2010)

  mengatakan bahwa konflik adalah situasi yang terjadi dimana dua orang berinteraksi dan satu orang tidak menyetujui tindakan yang lain.