MOTIVASI BELAJAR DI PESANTREN Pada Santri Putri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening, Kec. Tingkir, Salatiga tahun 2009 - Test Repository

  

M O T IV A S I B E L A J A R D I P E S A N T R E N

Pada Santri Putri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien

Kalibening, Kec. Tingkir, Salatiga tahun 2009

  

S K R IP S I

  Diaiukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

  Disusun Oleh :

  

SITI MAESAROH

NIM : 121 05 007

JU R U SA N TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIK AN AG A M A ISLAM

  

SEKOLAH TING GI A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2009

  D E P A R T E M E N A G A M A SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : E -m ail: administrasi @stainsalatiga.ac.id

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 ( Tiga ) naskah Hal : Pengajuan naskah skripsi KepadaYth.

  Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu'alaikum WR. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa : Nama SITI MAESAROH

  NIM 121 05 007 Program Studi

  Pendidikan Agama Islam Judul MOTIVASI BELAJAR DI PESANTREN ( Studi

  Kasus Pada Santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Kec. Tingkir Kota Salatiga tahun 2009) untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah Skripsi, Demikian harap menjadi periksa.

  Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 3 Agustus 2009 Pembinrfbing

  Fatchurromman. S.A g. M.Pd

  NIP. 19710309 200003 1 001 u

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I ( S T A IN ) S A L A T IG A Jl. Station 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website :

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudari : SITIMAESAROH dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  

121 05 007 yang berjudul : “MOT3VASI BELAJAR DI PESANTREN

Pada Santri Putri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibcning,

Kec. Tingkir, Salatiga tahun 2009 Telah dimunaqasahkan dalam sidang

  panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada h a ri: Kamis tanggal 20 Agustus 2009 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  20 Agustus 2009 M Salatiga, --------------------------------

  29 Sya’ban 1430 II Panitia IJjian m

  

DEKLARASI

Bismillahirrohmanirrohim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau yang pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi ynag dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari temyata materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini saya buat untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 25 juli 2009 Penulis

SITI MAESAROH

  i - k 5-1^4—il ^ __3lSf tida^a^an Sertopang dagu menitiggaCkgn perang kgrena pengecut sebgdpungoCongan-goCongan musu/t datang 6er6ondong-6ondong”

  MOTTO

  • »j c J t j —i j ) j

  

PERSEMBAHAN

Sfyipsi ini soya persembahCgn Cepada: 1. fl.CCa(i SW T, yang seCaCu memberi^an pentunju ^ dan benudahan daCam pembutatan sfyipsi ini

2. (Bapaf^dan i6u, yang seCaCu menyayangibu dan seCaCu mendo ’aban abu di rumaH

  

3. % flbg^bpbfibh1 tercinta, yang seCaCu mem6eri support dan seCaCu ada untut

  ^

  membantubu 4. ddtf^adiGfiu tersayang, yang seCaCu mendo 'aban abu di rumaH

  5. Teman-teman b&tnpus semua yang seCaCu memberibgn motivasi daCam pem6uatan sbripsi ini

  6. Teman-teman potidob, pesantren jCidayatuC Mubtadi-ien yang membantubu daCam pem6uatan sbripsi ini

  

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang.

  Segala puji bagi Allah atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq, dan inayahnya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

  Alhamdulillahirobbiralamin seiring dengan beijalannya waktu akhimya skripsi ini terselesaikan dengan baik. Walaupun masih banyak kekurangan pada beberapa bagian, saya pikir adalah hal yang wajar karena manusia tidak pemah luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan demikian saran dan kritik dari seluruh pembaca sangar penulis harapkan.

  Tidak lupa saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayahnya.

  2. Muhammad SAW, Pembela umat di hari qiyamat.

  3. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

  4. Bapak Fatchurrohman, S.Ag, M.Pd selaku kepala program study Pendidikan Agama Islam dan dosen pembimbing yang meluangkan banyak waktu dan pikirannya hingga akhir penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak dan ibuku yang telah memberi motivasi serta do’a restunya.

  6. Bapak KH Abda’ Abdul Malik beserta keluarga yang telah merawat jiwaku dan menjadikan aku seperti sekarang ini.

  7. Kakakku Daman Huri, yang selalu memperhatikan dan selalu membantuku di berbagai kesempatan kehidupan

  I

  8. Untuk kedua adikku, M Romdhoni dan Atina Malikatul Faizah

  9. Orang yang kusayangi selama ini. Kamulah lentera hidupku!

  10. Seluruh teman seperjuangan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien yang selalu mengisi hari-hariku penuh semangat.

  11. Teman terbaikku, Qibtiyah yang selalu menemaniku mencari banyak referensi di perpustakaan. Maaf ya, ngrepotin!

  12. Untuk Herlis, yang selama ini menjadi teman baikku. Terimakasih atas kebersamaannya.

  13. Semua orang yang tidak dapat aku sebutkan satu per satu karena terbatasnya halaman ini Akhimya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan positil' bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan islam.

  Salatiga, 25 juli 2009 Penulis

SITI MAESAROH

  NIM. 121 05 007

  

viii

  DAFTAR ISI

  

  

  

  BAB I : PENDAHULUAN

  

  

  ix

  BAB II : LANDASAN TEORI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III : METODE PENELITIAN

  

  

  

  x

  

  

  

  

  

  BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Hadayatul Mubtadi-ien... 41

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB

  V : PENUTUP

  

   Xll

  DAFTAR TABEL

   TABEL II : DATA USTADZ DAN PELAJARAN YANG DIAMPU.. 52

   xm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang

  mendidik anak didiknya dengan berbagai ilmu agama dan juga sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang membantu anak-anak kurang mampu dari sisi ekonomi untuk dapat mengenyam pendidikan seperti anak-anak yang lainnya. Artinya keberadaan pondok pesantren dalam lingkimgannya bersifat saling mempengaruhi dan saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya. Dalam relasi edukatif di pondok pesantren, yang berkedudukan sebagai pendidik adalah Kyai dan Asatidz, sedangkan para santri berperan sebagai orang yang dididik.

  Pondok pesantren merupakan lembaga terpenting dalam pembinaan umat Islam untuk menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan akherat.1 Lembaga pondok pesantren berdiri sejak agama Islam tersebar di Indonesia dan lembaga tertua di Indonesia. Keberadaan pondok pesantren dengan segala aspek kehidupan dan peijuangannya temyata memiliki nilai strategis dalam membina insan yang berkualitas iman, ilmu, dan amal.2 Secara lahiriyah, pesantren pada umumnya merupakan komplek bangunan tempat para murid belajar mengaji berbagai ilmu agama dari para asatidznya. Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam

  

1 Ridlwan Nasir, M encari Tipologi, F orm at P endidikan Ideal, Pendidikan d i Tengah Arus Perubahan,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, him. 61

2 Ibid, him. 83

  yang pada umumnya pendidikan dan pengajarannya diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan dan sorogan.3 Pendidikan yang ada di pesantren pada mulanya mendominasi pelajaran- pelajaran agama saja yang biasanya materi diberikan dalam bahasa Arab.4

  Dewasa ini pondok pesantren masih tetap bertahan bahkan berkembang luas diseluruh pelosok tanah air. Di pondok pesantren para santri dididik selama 24 jam dan setiap harinya hidup bersama-sama ( belajar, makan, minum dan tidur ) satu pondok. Mereka dididik untuk menguasai berbagai ilmu agama dan hidup mandiri.

  Walaupun sebagian masyarakat memandang bahwa pondok pesantren sebagai pendidikan kelas dua dan hanya belajar agama semata dan terbatasnya tenaga yang berkualitas khususnya mata pelajaran umum,5 yang itu semua tidak bisa menjamin para santri dalam melanjutkan kariernya atau dalam pencarian pekeijaan, temyata masih banyak anak yang berminat belajar di pondok pesantren. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pondok pesantren di Indonesia yang saat ini mencapai lima belas ribuan dengan jumlah santri mencapai lima sampai enamjuta.6

  Salah satu alasan belajar di pesantren adalah karena kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu agama, terutama dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan.7

3 Ibid, him. 81

  

4 Yasmadi, M o d e m isa si Pesantren, K ritik N urcholish M a d jid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional,

Ciputat Press, Jakarta, 2002, him. 78

  5 Depag RI, Jakarta,

  P on dok Pesantren dan Madrasah D iniyah, Pertumbuhan dan Perkem banganya, 2003, him. 19 5 Desember 2008,10:19:44

  7 Ibid, him. 3

  2 Realitas yang dapat kita temukan, para santri yang belajar di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Salatiga sebagian dari mereka memang memiliki keinginan untuk memperdalam ilmu agama, hidup secara mandiri selama ia berada di pondok pesantren. Dan sebagian yang lain karena adanya dorongan dari orang tua yang sangat mengharapkan anaknya menjadi lebih baik dari pada hanya belajar di rumah. Orang tua tidak menginginkan anaknya hanya belajar di rumah yang akhimya ia salah dalam bergaul. Berawal dari itulah para orang tua memasukkan anak-anaknya ke pesantem guna menjadi anak yang shaleh, berbakti kepada orang tua dan dapat membanggakan orang tua.

  Dari berbagai latar belakang yang beragam di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti motivasi para santri dalam memasuki atau belajar di pesantren.

  Yaitu guna menyikapi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ilmu agama, terutama dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan, dan mereka berpikir bahwa belajar di pesanten dapat menjadi modal untuk mengarungi kehidupan kelak. Tentunya penilaian tersebut masih perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang berkesinambungan dan mencakup berbagai aspek yang terkait didalammya. Dalam konteks tersebut peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang “Motivasi Belajar di Pesantren pada Santri

  

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa Kalibening, Kec. Tingkir,

Kota Salatiga tahun 2009”.

B. Penegasan Istilah dan Definisi Operasional

  Untuk mempermudah dan menghindari kesalahan dal am penafsiran, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut:

  1. Motivasi Motivasi berasal dari bahasa inggris yaitu “motivation ” yang berarti alasan, daya batin, dorongan.8 Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

  Untuk mempeijelas judul skripsi maka indikator dari motivasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

  1. Biaya pendidikan pesantren

  2. Ekonomi orang tua

  3. Keinginan orang tua

  4. Dorongan teman

  5. Kualitas pesantren

  6. Kurikulum atau program pesantren Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alasan-alasan yang menyebabkan para santri belajar di pondok pesantren Hidayatul

  Mubtadi-ien.

  2. Belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan 9 Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan.10

  8 James Drever, Kamus Psikologis,

   Bina Aksara, Jakarta, 1986, him. 293

  9 Syaiful Bahri Djaramah, R ahasia Sukses Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, him. 10

  

10 Oemar Hamalik, M anajemen B elajar d i Perguruan Tinggi, Pendekatan Sistem K re d it Semester,

Sinar Barn, Bandung, 1991, him. 7

  3. Pesantren Pesantren adalah asrama dan tempat para murid mengaji.11 Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.12

  Untuk mempetjelas judul skripsi maka indikator dari pesantren adalah sebagai berikut:

  1. Bangunan pondok pesantren

  2. Masjid atau Musholla

  3. Aula (tempat mengaji)

  4. Letak pondok pesantren

  C. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana latar belakang sosio kultural ekonomi santri pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga tahun 2009?

  2. Apa motivasi para santri belajar di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga tahun 2009?

  11 W.J.S Poerdarminta, K am us Umum B ahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 662

  12 Depag RI, op. cit., him. 1

D. Tujuan

  Tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui latar belakang sosio kultural ekonomi santri pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa Kalibening, Kec tingkir, Kota Salatiga tahun 2009.

  2. Untuk mengetahui motivasi para santri belajar di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga tahun | 2009.

E. Manfaat Penelitian

  Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan pondok pesantren. Sehingga keberadaan pondok pesantren akan semakin kuat dengan dukungan masyarakat luas. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menganalisis data-data yang terkumpul tentang “Motivasi Belajar di Pesantren, Studi Kasus pada Santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga tahun 2009”.

  F. Sistematika Skripsi Sistematika penulisan ini disusun dalam lima bab, yaitu:

  BAB

  I Pendahuluan Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, penegasan istilah dan defmisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistemetika skripsi. BAB

  II Landasan Teori Pada bab ini berisi telaah tentang motivasi belajar dan pesantren.

  BAB

  III Metodc Penelitian Pada bab ini terdiri dari jenis penelitian, subyek penelitian, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. BAB

  IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan.

  BAB

  V Kesimpulan dan Penutup Merupakan bagian akhir penulisan yang mencakup kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

  Sebelum dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan motivasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian motivasi dan motivasi belajar, agar tidak teijadi kesalah pahaman dan agar dapat mengerti dengan jelas.

  Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat. Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar disebut motivasi.

  Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal, yaitu: 1. Mengetahui apa yang akan dipelajari.

  2. Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

  Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme ( baik manusia atau hewan ) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasuk daya untuk bertingkah laku secara terarah.

  Menurut Me. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik dalam bukunya “ kurikulum dan penbelajaran ” mengatakan bahwa: “ motivation is an energy 1

  3

13 Muhibbin Syah, P sikologi Pendidikan D engan Pendekatan Baru, Rosdakarya, Bandung, 1995, him.

  136

  

8

  change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction Yang artinya, motivasi adalah suatu perubahan energi di

  dalam diri ( pribadi ) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.14 Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah hasrat atau keinginan seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu karena tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

  Sedangkan pengertian motivasi belajar itu sendiri adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, agar tujuan yang hendak dicapai dari siswa dapat terwujud.

2. Macam-macam Motivasi Belajar

  Pada dasamya motivasi belajar dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain: a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

  1) Motivasi oleh bawaan yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari. Seperti dorongan untuk makan, bekerja, bergerak dan beristirahat. Motivasi ini seringkali disebut juga motif-motif yang diisyaratkan secara biologis.

  2) Motivasi yang dipelajari yaitu motivasi yang timbul karena dipelajari.

  Motivasi ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan

14 Oemar Hamalik, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, him. 106

  Kurikulum dan Pem belajaran,

  

9 secara social. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia lainnya, maka motivasi ini terbentuk.15 b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan marquis

  1) Motif atau kebutuhan organis, seperti: kebutuhan untuk minum, makan, bemafas, beristitahat, dan lain-lain.

  2) Motif-motif darurat, seperti: dorongan untuk menyelematkan diri, untuk membalas, untuk berusaha, dan lain-lain.

  3) Motif-motif obyektif, seperti: kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi, manaruh minat.16 c. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

  1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk malakukan sesuatu. 2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.17

3. Fungsi, Nilai, dan Pentingnya Motivasi Belajar

  a. Fungsi Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar jelas diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila adanya motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran tersebut.

  15 Sadirman A. M, Interaksi dan M otivasiB elajar M engajar,

   Rajawali Pers, Jakarta, 1992, him. 86

  16 Ibid., him. 87 v

  17 I b id , him. 89

  

10 Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi

  • 18 para siswa.

  Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi: 1) Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikeijakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat diberikan arah dan kegiatan yang harus dikeijakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikeijakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tertentu.1

  8

  19

  b. Nilai-nilai Motivasi 1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.

  2) Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada siswa. 3) Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreaktifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang

  18 Ibid., him. 84

  19 Ibid., him. 85

  

11 relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar.

  4) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas. 5) Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif.20 2

  1

  c. Pentingnya Motivasi Belajar Menurut Nana Syaodih, mengenai hubungan antara motivasi dengan kepribadian, ada empat motif yang memegang peranan penting dalam kepribadian individu, yaitu:

  1) Motif berprestasi

  (need o f achievement),

  yaitu motif untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi. 2) Motif berkuasa (need fo r power), yaitu motif untuk mencari dan memiliki kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain.

  3) Motif membentuk ikatan (need for affiation), yaitu motif untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga, organisasi atau persahabatan. 4) Motif akan takut kegagalan (fear o f fairule), yaitu motif untuk menghindarkan diri dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat

  91 perkembangannya.

20 Oemar Hamalik, Op. cit., him. 108

  

21 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan P sikologis P roses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung. 2003, him. 70

  Berdasarkan hal tersebut di atas, maka motivasi memegang peran sangat penting bagi tiap individu. Dalam pembahasan ini adalah bagi seorang anak atau siswa dalam taraf belajar, yaitu untuk mencapai prestasi yang tinggi, mampu berorganisasi dan menghindarkan diri dari kegagalan dalam mencapai suatu kegiatan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

  Motivasi dapat timbul melalui di dalam individu maupun dari orang lain atau sesuatu yang ada di luar individu. Menurut E. Prayitno, motivasi tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengeruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Cita-cita atau aspirasi siswa, cita-cita yang sudah tertanam pada diri siswa merupakan motivasi yang bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar. Dalam hal ini setiap orang tentunya mempunyai cita-cita atau aspirasi.

  b. Kemampuan siswa, menurut pembawaannya siswa yang satu berbeda dengan yang lainnya. Pembawaan ini berhubungan dengan kecakapan seseorang dalam memecahkan persoalan. Oleh karana itu kemampuan ini perlu dimiliki oleh setiap orang terutama siswa dalam belajar, maka orang menyebut pembawaan tersebut dengan nama kemampuan umum, kemampuan ini disebut dengan kecerdasan atau intelegensi.

  c. Kondisi siswa, kondisi ini dibedakan menjadi dua yaitu kondisi psikis dan kondisi psifik. Kondisi psikis seperti perhatian, minat, perasaan, dan ingatan. Kondisi psifik seperti pendengaran, penglihatan, dan anggota badan lainnya.

  d. Kondisi lingkungan siswa, seperti fasilitas balajar, lingkungan psikis dan lingkungan psifik yang semuanya dapat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Menurut Oemar Hamalik, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah umur, kondisi fisik, dan kekuasaan intelegensi.22

5. Upaya-upaya Mendorong Motivasi Belajar V..

  Motivasi belajar pada anak dapat dilakukan oleh seorang guru, maupun orang tuanya sendiri.

  Upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mendorang motivasi belajar anak, diantaranya: a. Selalu mendo’akan anak setiap waktu

  Do’a orang tua sangat penting bagi anak. Karena berhasilnya belajar si anak juga karena usaha dari do’a orang tua.

  b. Selalu memberikan pengertian kapada anak akan manfaat dan pentingnya belajar.

  Dengan belajar mereka akan bisa menjadi orang yang berilmu sehingga bisa berguna baik bagi keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan Negara. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-

  Mujadalah ayat 11:

22 Oemar Hamalik, P sikologi belajar dan M engajar, Sinar baru, Bandung, him. 179

  14

  • * 4 * & ^ j * 4<UP ^ * jt j * 6 } C f

  J

  24 Bukhori, Shahih Bukhori, Penterjemah Zainuddin Hamidy dkk, Widjaya, Jakarta, 1983, him. 462

  23 Depag R l,A l- Q u r ’an dan Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2000, 434

  4

  2

  3

  c. Ikut membantu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi anak Dalam hal ini orang tua bisa memberikan cara atau jalan keluar yang bisa dan lebih mudah untuk diberikan kepada anak dalam 2

  j “Dari Abu Huroiroh ra, Nabi SAWbersabda: Wahai kaum muslimat, jangan memandang rendah hadiah yang diberikan tetanggamu, meskipun sekedar telapak kaki kambing”(RH. Abu Huroiroh). 4

  j

  Ci\s>r£

  3L&

  OUJLJ.1 s.L*J b Jl3

  Igm i Ojbr 0 jil& x—J

  b. Memberikan hadiah kepada anak Hal ini sebagai wujud rasa kasih sayang orang tua dalam rangka menumbuhkan semangat atau motivasi anak agar lebih giat dalam belajar, walaupun bentuk hadiah tersebut sangat sederhana, seperti buku, pencil, dan sebagainya. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori, disebutkan:

  »> A “Niscaya Allah akan mengangkat deraj at orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mujadalah: 11)™

  ' * A jW " 0 j I o j o U j 4)11 j

  I Jj»\t j j i j j l £ 3 ^ . . .

  I Jj\ 'ji

j j l j

  15 me ngerjakan tugas maupun persoalan-persoalan lain yang dihadapi si anak.

  d. Memenuhi kebutuhan belajar anak Salah satu faktor yang dapat menentukan kcberhasilan dalam belajar anak adalah dengan cara memenuhi kebutuhan belajar, seperti buku tulis, alat peraga maupun media pembelajaran. Dengan demikian anak akan merasa bahwa perhatian orang tua itu sudah sesuai yang diinginkan oleh si anak, sehingga keinginan belajar dan mencapai prestasi yang lebih baik akan semakin meningkat.

  e. Memberikan pujian Pujian dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun non verbal, dalam bentuk verbal misal dengan kata-kata yang membuat anak senang, dan dalam bentuk non verbal misal anggukan kepala, senyuman atau tepukan bahu.

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

  Istilah pondok pesantren adalah dua istilah yang merujuk pada satu pengertian, yaitu lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyalurkan ilmu agama Islam.25 Orang Jawa biasanya menyebutkan dengan pondok atau pesantren saja, tetapi ada juga yang menyebutkan dengan cara digabung yaitu pondok pesantren.

  Pondok pesantren merupakan sebuah bentuk pendidikan keislaman non

25 Ridlwan Nasir, Op. cit., him. 80

  form al yang melembaga di Indonesia dan mempunyai ciri khusus yaitu mengajarkan tentang agama Islam. Disamping pondok pesantren mempunyai ciri khusus juga mempunyai ciri umum.

  Ciri-ciri umum ditandai dengan adanya:

  1. Kyai (abuya, eneik, ajengan, tuan guru) sebagai sentral figure, yang biasanya juga disebut sebagai pemilik.

  2. Asrama (kampus atau pondok) sebagai tempat tinggal para santri, dimana masjid sebagai pusatnya.

  3. Adanya pendidikan dan pengajaran agama melalui sistem pengajian

  (weton, sorogan, dan bandongan), yang sekarang sebagian sudah

  berkembang dengan sistem klasikal dan madrasah. Pada umumnya kegiatan tersebut sepenuhnya di bawah kedaulatan dan leadership seorang atau beberapa orang kyai.26

  Sedangkan HA. Mukti Ali memberikan ciri-ciri umum sebagai berikut: 1. Kyai, yang mengajar dan mendidik.

  2. Sanrti, yang belajar dari kyai.

  3. Masjid, tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, shalat beijama’ah dan sebagainya.

  4. Pondok, tempat untuk tinggal para santri.27 Secara bahasa istilah pondok berasal kata funduk, dari bahasa Arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Dan kata pondok yang dipakai dalam bahasa Indonesia menekankan pada kesederhanaan, yang sinonimnya adalah kamar tidur, gubug, dan rumah kecil. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang berawalan pe dan akhiuran an yang berarti tempat tinggal santri.

  Prof. Jhons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Sedangkan C. Berg berpendapat bahwa istilah santri berasal dari istilah shastri dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, dan dalam bahasa sastra kata shastri

  26 Ibid., him. 82

  27 Ibid., him. 83

  28 Ibid., him. 80 memp unyai arti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.29 Dalam pandangan Nurcholish Madjid asal kata santri dapat dilihat dari dua pendapat.30 Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri, sebuah kata dari bahasa Sanskerta, yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary, bagai orang jawa yang berusaha mendalami dan memahami agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa Arab. Hal ini diasumsikan bahwa menjadi seorang santri berarti juga menjadi tahu tentang agama dengan melalui kitab-kitab tersebut, atau paling tidak seorang santri bisa membaca Al-Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agama. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata cantrik artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana ia menetap. Tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian.

  Menurut H.M. Arifin yang dimaksud dengan pondok pesantren adalah sebagai berikut: “Suatu lembaga pendidikan agama yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitamya, dengan sistem asrama dimana para santri menerima pendidikan melalui sistem pendidikan dan madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan dari leadership sesorang atau beberapa kyai denang ciri khas bersifat kharismatik serta independent dalam segala hal.”31

  29 Ibid., him. 81

  30 Nurcholish Madjid, Paramadina, Jakarta, 1997,

  Bilik-bilik Pesantren, Sebuah P ro tret Perjalanan, him. 19

  31 H.M. Arifin, K a p ita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, him. 240

  Dari uraian diatas, maka arti dari pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan diluar sekolah (non formal) yang tumbuh dan berkembang dari dan dalam masyarakat untuk melayani kebutuhan, yaitu kebutuhan ketika masyarakat haus akan ilmu pengetahuan, adanya krisis moral, apalagi ketika lembaga pendidikan modem belum mampu masuk ke pelosok desa.

2. Sejarah Pesantren Secara Umum

  Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Sesuatu yang unik pada dunia pesantren akan begitu banyak memberikan variasi antara satu pesantren dengan pesantren lainnya.

  Meskipun demikian, dalam berbagai aspek dapat ditemukan kesamaan- kesamaan umum antara peesantren satu dengan pesantren lainnya.

  Kemunculan pondok pesantren dapat dikatakan misterius, karena sampai saat ini tidak ada data yang valid untuk dijadikan patokan dan referensi tentang kapan munculnya pesantren. Tetapi hal itu tidak mengurangi pengakuan para tokoh tentang keberadaan pesantren dan pesantren apa yang pertama kali muncul serta dikenal di bumi Nusantara ini.

  Dilihat dari segi historis, pondok atau pesantren adalah suatu lembaga yang mengajarkan berbagai ilmu agama dan menjadikan anak berwatak mandiri dan dapat dikatakan sebagai bapak dari pendidikan Islam.

  Dilihat dari segi historisnya juga, pendidikan pesantren memiliki peijalanan yang panjang hingga keberadaaanya sampai sekarang merupakan salah satu institusi yang masih tetap berbasis pada ajaran Islam. Bahkan institusi ini mengemban misi untuk mensosialisasikan ajaran Ialam ketengah-

  19 tengah masyarakat. Menurut Nurcholish Madjid, pesantren dari segi historis tidak hanya identik dengan makna ke-Islaman. Tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous).32

  Pada dasamya pesantren adalah pendidikan dari sistem sekolah asrama di Barat. Kelebihan sistem ini dibandingkan dengan sistem sekolah biasa yang tanpa asrama ialah bahwa anak dididik berada dalam lingkungan pendidikan selama 24 jam, dan para pendidik atau pengasuh dapat mengawasi, membimbing, dan memberi teladan kepada para santri secara total. Hal ini akan memudahkan intensifikasi usaha pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, sehingga hasilnya dapat berlipat ganda dari hasil pendidikan sekolah biasa.33

  Karena pondok pesantren tumbuh dari masyarakat petani pedesaan, maka pesantren pada umumnya tidak berada dikota. Baik kyai, santri, dan lembaganya merupakan bagian integral dari kehidupan pedesaan. Oleh karena itu, semangat persaudaraan, rasa ikhlas, dan jujur menjadi karakter pesantren.

  Mereka tumbuh dan terbentuk dalam sebuah kelompok religius yang kental dibawah asuhan dan pengawasan kyai serta masyarakat sekelilingnya. Dan di pesantrenlah akan tercipta manusia yang saling tolong menolong , seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

32 Nurcholish Madjid, Op. cit., him. 3

  

3 Budhy Munawar Rachman, E nsiklopedi N urcholish M adjid, Pem ikiran Islam d i K an vas Peradapan,

Mizan, Jakarta, Jilid III, 2006, him. 2669

2 0

  A rtinya: “Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam mengerjakan

  kabaikan dan taqwa. ”

  4 Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam yang tertua di Indonesia. Ia tidak begitu saja lahir dan kemudian tumbuh menjadi besar, akan tetapi melalui tahapan-tahapan perkembangan tertentu. Pada umumnya pesantren lahir karena adanya kreasi dan motivasi seorang kyai yang berkuasa mentransfer ilmunya kepada orang lain. Dalam perkembangannya, pesantren erat sekali kaitannya dengan peranan walisongo di wilayah Jawa. Yaitu, sebagai dakwah di seluruh wilayah Jawa yang telah mereka lakukan dan mampu merubah tatanan kehidupan bangsa Indonesia dari kebiasaan jahiliyah menuju kesempumaan muamalah dalam segala aspek kehidupan. Karena dilihat dari segi hukum realitas sosial bangsa Indonesia sudah berada dalam lingkungan masa dimana kebiasaan-kebiasaan buruk sudah mendarah daging dan kebiasaan seseorang dalam pergaulan.

3. Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Pesantren

  Berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang pada umumnya menyatakan tujuan pendidikannya dengan jelas. Pesantren terutama pesantren lama (salaf) biasanya tidak merumuskan secara eksplisit dasar dan tujuan pendidikannya. Namun bukan berarti bahwa pendidikan pesantren itu berlangsung tanpa arah dan tujuan, hanya saja tujuan itu tidak dirumuskan secara sistematis. Hal ini ada hubungannya dengan sifat kesederhanaan pesantren dimana kyai mengajar dan santri belajar itu semata- 3

  4

34 Depag RI, Diponegoro, Bandung, 2000, him. 85

  A l-Q u r’an dan Terjemahnya, mata untuk ibadah dan tidak dikaitkan dengan orientasi tertentu dalam lapangan kehidupan atau tingkat jabatan tertentu.

  Menurut Prof. Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren adalah sebagai berikut: “untuk mencapai hikmah atau wisdom (kebijaksanaan) berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran-peran dan tanggung jawab sosial”.35 Sedangkan menurut H.M Arifin bahwa tujuan dari pendidikan pesantren adalah sebagai berikut: Secara khusus: “mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang ‘alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan.” Secara umum: “membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya”.36 Dari rumusan tujuan diatas tampak jelas bahwa pendidikan pesantren sangat menekankan pentingnya tegaknya Islam ditengah-tengah kehidupan sebagai sumber utama moral yang merupakan kunci keberhasilan hidup masyarakat.

  Disamping berfungsi sebagai lembaga pendidikan dengan tujuan seperti yang dirumuskan diatas, pesantren juga mempunyai fungsi sebagai tempat penyebaran dan penyiaran agama awal dimana tujuan para kyai mendirikan pesantren adalah sebagai tempat menyiarkan agama Islam dan menyiapkan guru-guru yang akan meneruskan usaha dikalangan umat Islam.

  

35 M. Dian N afi’ dkk, Praksis P em belajaran Pesantren, LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007, him.

  49

  36 H.M Arifin, him. 248 Op. cit.,

  

2 2 Dengan tidak dirumuskannya tujuan secara eksplisit, maka pada sebagian pesantren istilah kurikulum tidak dapat ditemukan, walaupun esensi materinya ada dalaxn praktek pengajaran, bimbingan rohani, dan latihan kecakapan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren, yang semuanya itu merupakan kesatuan dalam proses pendidikannya. Pesantren lama memang belum mengenal kebiasaan merumuskan secara tajam materi pelajaran dalam bentuk kurikulum. Namun demikian dapat dinyatakan bahwa kurikulum pesantren sebenamya meliputi seluruh kegiatan yang diikuti santri selama sehari semalam. Diluar pelajaran formal banyak kegiatan yang bemilai pendidikan yang dilakukan di pesantren, seperti mengurus kebutuhan sendiri, mengatur kepentingan bersama, saling tolong menolong, shalat beijama’ah, dan lain-lain. Disamping itu ada juga kegiatan ekstrakulikuler yang bemilai pendidikan, seperti khitobah, jam’iyah sholawat rebana, dan lain-lain.

  Kurikulum yang berkembang di pesantren selama ini menunjukkan prinsip yang tetap,37 yaitu:

  1. Kurikulum ditujukan untuk mencetak ulama di kemudian hari, di dalamnya terdapat paket mata pelajaran, pengalaman, dan kesempatan yang hams ditempuh oleh santri.

  2. Struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan kelompok. Bimbingan ini seringkali bersifat menyeluruh, tidak hanya di kelas dan atau menyangkut penguasaan materi pelajaran, melainkan juga di luar kelas dan

37 M. Dian Naf!’ dkk, Op. cit., him. 85

  me nyangkut pembentukan karakter, peningkatan kapasitas, pemberian kesempatan, dan tanggung jawab yang dipandang memadai bagi lahimya lulusan yang dapat mengembangkan diri, syukur bisa meneruskan misi pesantren.

  3. Secara keseluruhan kurikulumnya bersifat fleksibel, setiap santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya.

  Meskipun di pesantren tidak ditemukan kurikulumnya secara jelas, tapi pendidikan pesantren sebagai belajar mengajar atau mentrasfer ilmu yang dilaksanakan pada tempat tertentu dan mempunyai metode-metode pengajaran tersendiri. Metode-metode yang dipakai dalam pendidikan pesantren antara lain adalah:

  1. Bandhongan atau wetonan Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata “wektu” (bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu.38 Metode ini dilakukan dengan cara kyai atau ustadz membacakan teks-teks kitab yang berbahasa Arab, kemudian meneij emahkannya ke dalam bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut.39 Dalam metode ini santri hanya mendengarkan, menyimak, serta mengabsahi kitabnya.

  Dalam metode ini santri dikelompokkan menurut tingkat kemampuan penguasaan ilmunya. Pada umumnya, model kelas yang ada di pesantren adalah dalam bentuk madrasah diniyah, yaitu madrasah yang

  38 Depag RI, Op. cit., him. 40

  39 M Dian N afi’ dkk, Op. cit., him. 67 m engkhususkan diri pada penyelenggaraan pembelajaran ilmu-ilmu agama. Penjenjangan yang dilakukan oleh madrasah yang diterapkan di pesantren seperti, diniyah ula (tingkat dasar), wustha (tingkat menengah), dan ulya (tingkat atas).40

  2. Sorogan Metode sorogan ini semacam metode CBSA (Cara Belajar Siswa