Tingkat Pengetahuan Santri Terhadap Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren Darularafah Raya

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI TERHADAP PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN DARULARAFAH RAYA

Oleh:

NITHYA PARAMITA 070100205

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI TERHADAP PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN DARULARAFAH RAYA

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

NITHYA PARAMITA NIM: 070100205

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Santri Terhadap Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Darularafah Raya

Nama : Nithya Paramita NIM : 070100205

Pembimbing

(dr. Datten Bangun, Msc Sp.Fk) NIP. 130349092

Penguji I

(dr. Tina Christina L. Tobing, SpA) NIP. 19610910198712 2 001

Penguji II

(dr. Juliandi Harahap, MA) NIP. 19700702199802 1 001

Medan, 13 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk (seperti pada pesantren, panti jompo dan rumah sakit dimana ia dapat menyebar secara luas), status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama pada waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kenyamanan penderita terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga aktifitas yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies di pondok pesantren Darularafah Raya. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Dimulai dari pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan lembar kuesioner. Kemudian data tersebut dianalisa dengan menggunakan program SPSS.

Penelitian dilakukan pada santri di Pondok Pesantren Darularafah Raya, diperoleh dari data dengan cara menyebarkan kuesioner yang sudah disiapkan kepada santri. Terdapat 12% santri yang pengetahuannya baik, 6% santri yang pengetahuannya kurang, dan 82% santri yang pengetahuannya sedang. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan santri terhadap penyakit Skabies di Pesantren Darularafah Raya sebagian besar berpengetahuan sedang.


(5)

ABSTRACT

The scabies case are often seen in crowded environments (such as in boarding schools, nursing homes and hospitals which is could spread widely), low socioeconomic classes, low levels of education, and bad personal hygiene. It is one of the skin diseases which is disturbing in life activity and daily work. Itchy and uncomfortable feelings are usually occurs in the evening time, especially when people want to get some rest.

The objective of this study was to analyze student’s level of knowledge about scabies at Darularafah Raya boarding school. This is a descriptive study, a cross sectional. This study was done by collecting data to obtain informations using a questionnaire sheet. The data then analyzed using SPSS program.

The study was done in Darularafah Raya boarding school, data was collected

by distributing the already prepared questionnaires to the students. It was found out that 12% of the student showed good levels of knowledge, whereas 82% of them had medium levels of knowledge, however, 6% said that they did not know anything about the disease. In conclusion, the majority of students in Darularafah Raya boarding school had medium levels of knowledge about scabies.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Tingkat Pengetahuan Santri Terhadap Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Darularafah Raya”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Datten Bangun, Msc Sp.Fk, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. dr. Tina L Tobing, SpA & dr. Juliandi Harahap, MA selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak Harun Lubis, ST selaku ketua Yayasan Pesantren Darularafah Raya. 5. Bapak Novi Alfan, Bapak Mohammad Dahlan, dan staf pegawai di Pesantren

Darul Arafah.

6. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(7)

7. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda dr. Darmoen S prawira dan ibunda saya Fitri Lenny serta saudara-saudara saya Findya Ayuditha Prastiwi dan Nadya Nabilla atas doa, perhatian, dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

8. Santri di Pesantren yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner pada penelitian ini.

9. Seluruh teman-teman saya khususnya teman-teman Stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 13 Desember 2010

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Skabies ... 3

2.1.1 Definisi ... 3

2.1.2 Epidemiologi ... 3

2.1.3 Etiologi ... 3

2.1.4 Patogenesis ... 4

2.1.5 Gejala klinis ... 5

2.1.6 Bentuk-bentuk Skabies ... 6

2.1.7 Diagnosa ... 7

2.1.8 Diagnosa banding ... 10

2.1.9 Penatalaksanaan ... 10

2.1.10 Prognosis. ... 11

2.2 Tinjauan Perihal Pengetahuan ... 12

2.2.1 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 14

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 14


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1 Jenis Penelitian ... 17

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5 Metode Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Hasil Penelitian ... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2 Deskripsi Responden ... 21

5.1.3 Distribusi Pengetahuan Responden ... 22

5.2 Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1 Kesimpulan ... 34

6.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

5.1 Distribusi responden berdasarkan umur 21

5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 22 5.3 Distribusi Frekuensi pengetahuan responden tentang penyakit skabies 22 5.4 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur 23 5.5 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan responden berdasarkan 23 5.6 Distribusi jawaban pernah mengalami penyakit gatal-gatal pada sela jari

tangan atau kaki 24

5.7 Distribusi jawaban pernah melihat penyakit kulit skabies 25 5.8 Distribusi jawaban mengetahui nama penyakit kulit skabies 25 5.9 Distribusi jawaban pernah mendengar penyakit skabies 25 5.10 Distribusi jawaban mengetahui penyebab penyakit skabies 26 5.11 Distribusi jawaban mengetahui penyakit skabies menular atau tidak

menular 26

5.12 Distribusi jawaban kapan rasa yang sangat gatal dirasakan 27 5.13 Distribusi jawaban cara penularan penyakit skabies 27 5.14 Distribusi jawaban gejala dan tanda-tanda penyakit skabies 28 5.15 Distribusi jawaban bagian tubuh mana saja penyakit skabies timbul 28 5.16 Distribusi jawaban upaya pencegahan penyakit skabies 29 5.17 Distribusi jawaban mengetahui bahwa penyakit skabies dapat diobati 30


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Peneliti 2. Informed consent 3. Kuesioner

4. Surat Izin Penelitian 5. Data Induk


(12)

ABSTRAK

Kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk (seperti pada pesantren, panti jompo dan rumah sakit dimana ia dapat menyebar secara luas), status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama pada waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kenyamanan penderita terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga aktifitas yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies di pondok pesantren Darularafah Raya. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Dimulai dari pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan lembar kuesioner. Kemudian data tersebut dianalisa dengan menggunakan program SPSS.

Penelitian dilakukan pada santri di Pondok Pesantren Darularafah Raya, diperoleh dari data dengan cara menyebarkan kuesioner yang sudah disiapkan kepada santri. Terdapat 12% santri yang pengetahuannya baik, 6% santri yang pengetahuannya kurang, dan 82% santri yang pengetahuannya sedang. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan santri terhadap penyakit Skabies di Pesantren Darularafah Raya sebagian besar berpengetahuan sedang.


(13)

ABSTRACT

The scabies case are often seen in crowded environments (such as in boarding schools, nursing homes and hospitals which is could spread widely), low socioeconomic classes, low levels of education, and bad personal hygiene. It is one of the skin diseases which is disturbing in life activity and daily work. Itchy and uncomfortable feelings are usually occurs in the evening time, especially when people want to get some rest.

The objective of this study was to analyze student’s level of knowledge about scabies at Darularafah Raya boarding school. This is a descriptive study, a cross sectional. This study was done by collecting data to obtain informations using a questionnaire sheet. The data then analyzed using SPSS program.

The study was done in Darularafah Raya boarding school, data was collected

by distributing the already prepared questionnaires to the students. It was found out that 12% of the student showed good levels of knowledge, whereas 82% of them had medium levels of knowledge, however, 6% said that they did not know anything about the disease. In conclusion, the majority of students in Darularafah Raya boarding school had medium levels of knowledge about scabies.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya. Kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk (seperti pada pesantren, panti jompo dan rumah sakit dimana ia dapat menyebar secara luas), status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama pada waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kenyamanan penderita terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga aktivitas yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu (Handoko, 2008).

Penyakit skabies telah ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi (Tabri, 2005). Wabah skabies di Indonesia pernah terjadi di zaman penjajahan Jepang (1942-1945), kemudian menghilang dan timbul lagi pada tahun 1965. Hingga kini, penyakit tersebut tidak kunjung reda dan insidennya tetap tinggi. Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997).

Beberapa sifat buruk yang susah sekali ditinggalkan oleh para santri terlebih pada santri putra yaitu kebiasaan tidur hingga lupa waktu dan pola hidup kotor karena malas bersih-bersih. Penyakit skabies sering sekali ditemukan pada pondok pesantren karena anak pesantren gemar sekali bertukar/pinjam-meminjam pakaian, handuk, sarung bahkan bantal, guling, dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren (Rahmawati, 2009).


(15)

Atas dasar latar belakang ini peneliti ingin melakukan penelitian sejauh mana pengetahuan santri terhadap penyakit skabies.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies di pondok pesantren Darularafah Raya.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies di pondok pesantren Darularafah Raya.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kejadian skabies pada santri di pondok pesantren Darularafah Raya.

2. Untuk mengetahui gejala dan penyebab skabies pada santri di pondok pesantren Darularafah Raya.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan skabies pada santri di pondok pesantren Darularafah Raya.

4. Untuk mengetahui pencegahan skabies pada santri di pondok pesantren Darularafah Raya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada santri untuk mencegah timbulnya penyakit skabies dan cara pencegahan supaya tidak menular ke santri yang lain.

2. Menambah pengetahuan santri yang terkena skabies dalam upaya meningkatkan personal hygiene santri.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skabies

2.1.1. Definisi Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies disebut juga dengan the itch, pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan). Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampere, dan gatal agogo (Djuanda, 2006).

2.1.2. Epidemiologi

Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat mempengaruhi semua jenis ras di dunia, meskipun demikian gambaran akurat insidensinya sulit ditentukan dengan pasti oleh karena berbagai laporan yang ada hanya berdasarkan catatan kunjungan pasien rawat jalan di rumah sakit (Burns DA, 1998).

Di beberapa negara berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara kronik pada beberapa kelompok. Sebagai contoh, survey di sepanjang sungai Ucayali, Peru tahun 1983 menemukan bahwa di beberapa desa semua anak penduduk asli telah mengidap skabies. Penelitian lain di India tahun 1985 menemukan bahwa prevalensi skabies pada anak-anak di banyak desa sebesar 100%. Hasil survey di Kuna tahun 1986 menemukan 61% dari 756 penderita skabies berusia 1-10 tahun dan 84% pada bayi kurang 1 tahun. Di daerah Malawi, suatu penelitian memperlihatkan bahwa insidens tertinggi terdapat pada usia 0-9 tahun (Landwehr D, 1998).


(17)

2.1.3. Etiologi

Sarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Handoko, 2008).

Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan sosial-ekonomi yang rendah, kondisi perang, kepadatan penghuni yang tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan skabies (Tabri, 2005).

Transmisi atau perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Handoko, 2008).

2.1.4. Patogenesis

Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-4 hari larva akan


(18)

menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki (Handoko, 2008).

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2008). Pada suhu kamar (21oC dengan kelembaban relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar pejamu selama 24-36 jam (Burns DA, 1998).

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder (Rahariyani, 2007).

2.1.5. Gejala klinis

Ciri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-bintik kecil sampai besar. Berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi (Djuanda, 2006).

Menurut Handoko (2008), ada 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1


(19)

cm pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

2.1.6. Bentuk-bentuk skabies

Menurut Djuanda (2006), terdapat bentuk-bentuk khusus antara lain: a. Skabies pada orang bersih

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya hingga sangat sukar ditemukan. Dalam penelitian dari 1000 orang penderita skabies menemukan hanya 7% terowongan.

b. Skabies in cognito

Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik. Tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bias terjadi.

c. Skabies yang ditularkan melalui hewan

Sumber utama dari skabies ini adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan. Tidak menyerang sela-sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, lengan, dan dada. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara


(20)

(4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena skabies varietas binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

2.1.7. Diagnosis Skabies I. Anamnesis

Menurut Rahariyani (2007), beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain:

a. Biodata.

Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit skabies bisa menyerang semua kelompok umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat, paling sering di lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya seperti asrama dan penjara. b. Keluhan utama.

Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.

c. Riwayat penyakit sekarang.

Biasanya penderita mengeluh gatal terutama malam hari dan timbul lesi berbentuk pustul pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola mammae, bokong, atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal, biasanya penderita menggaruk lesi tersebut sehingga ditemukan adanya lesi tambahan akibat garukan.

d. Riwayat penyakit terdahulu.

Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan skabies kecuali kontak langsung atau tidak langsung dengan penderita.

e. Riwayat penyakit keluarga

Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama.


(21)

f. Psikososial.

Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi yang berbentuk pustul. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi pada saat interaksi sosial.

g. Pola kehidupan sehari-hari.

Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat anamnesis, perlu ditanya secara jelas tentang pola kebersihan diri penderita maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal di malam hari, tidur penderita sering kali terganggu. Lesi dan bau yang tidak sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.

II. Pemeriksaan fisik

Menurut Harahap (1994), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa: 1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus,

berbentuk benang.

2. Papula, urtika, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.

3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impetiginasi dan furunkulosis.

Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan kaki bahkan diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah (Siregar, 2005).


(22)

Sifat-sifat lesi kulit berupa papula dan vesikel milier sampai lentrikuler disertai ekskoriasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustul lentrikuler. Lesi yang khas adalah terowongan (kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur Sarcoptes scabiei (Siregar, 2005).

III. Pemeriksaan mikroskopis

Menurut Tabri (2005), diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Kerokan kulit.

Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau pasien yang tidak kooperatif.

2. Mengambil tungau dengan jarum.

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu digerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.

3. Epidermal shave biopsi.

Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari dan jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpel no.16 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak


(23)

memerlukan anestesi. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop.

4. Tes tinta Burrow.

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien nonkooperatif. 5. Kuretasi terowongan.

Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral. Cara ini dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.

2.1.8. Diagnosis Banding

Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great immitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah: prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain (Handoko, 2008).

2.1.9. Penatalaksanaan

Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian : a. Penatalaksanaan secara umum.

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula halnya dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya.


(24)

1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi pengobatan secara serentak.

2. Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan

sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.

3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.

b.Penatalaksanaan secara khusus.

Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:

1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10


(25)

jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.

2.1.10.Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi, maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik (Handoko, 2008).

2.2. Tinjauan Perihal Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2.2.1. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara


(26)

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakn materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian ini berdasarkan


(27)

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB (Keluarga Berencana), dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Santri

Santri adalah siswa yang menghuni atau bertempat tinggal di pesantren Darularafah Raya.

3.2.2. Pengetahuan santri

Segala sesuatu yang diketahui santri mengenai penyakit skabies. Cara ukur : wawancara

Alat ukur : kuesioner Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : pertanyaan terdiri dari 12 nomor dengan skor tertinggi 30. Masing-masing nomor memiliki skor yg berbeda. Berikut perinciannya:

1. Pengenalan penyakit

Nomor 1 dan 2 merupakan pertanyaan berupa pengenalan penyakit. Dimana pada nomor ini tidak diberi skor.

2. Pengetahuan penyakit

2.1. Nomor 3 dan 4, untuk pilihan a diberi skor 1 dan pilihan b diberi skor 0. 2.2. Nomor 5, 6, dan 7. Jawaban benar diberi skor 2, jawaban salah diberi skor 1,

dan jawaban tidak tahu diberi skor 0.

Skabies Pengetahuan Santri


(29)

2.3. Nomor 8. Jumlah skor 4. Setiap pilihan diberi skor 1.

2.4. Nomor 9, dan 11. Jumlah skor 5. Setiap pilihan diberi skor 1. 2.5. Nomor 10. Jumlah skor 7. Setiap pilihan diberi skor 1.

2.6. Nomor 12, untuk pilihan a diberi skor 1 dan pilihan b diberi skor 0.

Berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh, maka ukuran tingkat pengetahuan responden dapat dikategorikan (Pratomo, 1986) :

- Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75%.

- Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-75%.

- Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40%.

3.2.5. Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis.

Transmisi atau perpindahan skabies anatara penderita dapat berlangsung melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Handoko, 2008).

Gejala skabies berupa gatal terutama pada malam hari. Tempat predileksi biasanya pada sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.

Pada penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur.


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Santri

Santri adalah siswa yang menghuni atau bertempat tinggal di pesantren Darularafah Raya.

3.2.2. Pengetahuan santri

Segala sesuatu yang diketahui santri mengenai penyakit skabies. Cara ukur : wawancara

Alat ukur : kuesioner Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : pertanyaan terdiri dari 12 nomor dengan skor tertinggi 30. Masing-masing nomor memiliki skor yg berbeda. Berikut perinciannya:

1. Pengenalan penyakit

Nomor 1 dan 2 merupakan pertanyaan berupa pengenalan penyakit. Dimana pada nomor ini tidak diberi skor.

2. Pengetahuan penyakit

2.1. Nomor 3 dan 4, untuk pilihan a diberi skor 1 dan pilihan b diberi skor 0. 2.2. Nomor 5, 6, dan 7. Jawaban benar diberi skor 2, jawaban salah diberi skor 1,

dan jawaban tidak tahu diberi skor 0.

Skabies Pengetahuan Santri


(31)

2.3. Nomor 8. Jumlah skor 4. Setiap pilihan diberi skor 1.

2.4. Nomor 9, dan 11. Jumlah skor 5. Setiap pilihan diberi skor 1. 2.5. Nomor 10. Jumlah skor 7. Setiap pilihan diberi skor 1.

2.6. Nomor 12, untuk pilihan a diberi skor 1 dan pilihan b diberi skor 0.

Berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh, maka ukuran tingkat pengetahuan responden dapat dikategorikan (Pratomo, 1986) :

- Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75%.

- Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-75%.

- Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40%.

3.2.5. Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis.

Transmisi atau perpindahan skabies anatara penderita dapat berlangsung melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Handoko, 2008).

Gejala skabies berupa gatal terutama pada malam hari. Tempat predileksi biasanya pada sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.

Pada penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur.


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Dimulai dari pengumpulan data sampai kepada mendapatkan informasi dengan jalan menyajikan dan analisa data yang telah dikumpul.

4.2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli–September 2010 dan dilakukan di pesantren Darularafah Raya.

4.3. Populasi dan sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri kelas 3 SMP yang berada di pesantren Darularafah Raya.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel yang dipilih berdasarkan consecutive sampling. Semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus :


(33)

n = jumlah sampel minimum

Z1-α/2= nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu. confidence interval (1.96)

p = harga proporsi di populasi. 0,50 (besar populasi tidak diketahui)

d = kesalahan (absolut) yang dapat di tolerir. level of significance (10%=0,10) N = jumlah di populasi

Maka banyaknya sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah:

n = = 43 orang

Berdasarkan rumus diatas peneliti akan mengambil sampel sebanyak kurang lebih 43 atau yang akurat adalah 50 orang.

Kriteria Inklusi

- Santri yang menduduki kelas 3 SMP - Santri yang berumur 13-15 tahun

Kriteria Eksklusi


(34)

Hasil Uji Validitas dan Reabilititas Kuesioner Penelitian Nomor

Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha

Status

3 0,504 Valid 0,762 Reliabel

4 0,530 Valid Reliabel

5 0,494 Valid Reliabel

6 0,512 Valid Reliabel

7 0,615 Valid Reliabel

8 0, 753 Valid Reliabel

9 0,666 Valid Reliabel

10 0,692 Valid Reliabel

11 0,657 Valid Reliabel

12 0,593 Valid Reliabel

4.4. Teknik pengumpulan data 4.4.1. Pengumpulan data

Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi santri Darul Arafah. Selanjutnya dilakukan pemilihan responden, dan dikumpulkan data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner.


(35)

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan data karakteristik pengetahuan.

4.5. Metode analisis data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuisioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 12.0, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies dilakukan perhitungan frekuensi, dan presentase. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi

Penelitian dilakukan di pesantren Darularafah raya. Pesantren Darularafah Raya terletak di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Pesantren Darularafah Raya didirikan pada tahun 1985 dan situasi Desa Lau Bekeri jauh dari keramaian. Luas Desa Lau Bekeri ±174 Ha, dengan jumlah penduduk sekitar 5600 jiwa dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Lokasi Desa Lau Bekeri berada:

- 46 km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang - 26 km dari kota Medan

- 23 km dari kota Binjai

5.1.2 Deskripsi Responden

Hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Santri terhadap Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Darularafah Raya”, kuesioner diberikan kepada 50 santri yang berumur 13-15 tahun dengan tingkat pedidikan kelas 3 SMP. Hasilnya dapat diterangkan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia

Umur Frekuensi Persen %

13 14 15

11 36 3

22,00 72,00 6,0


(37)

Berdasarkan tabel 5.1, umur 13 tahun sebanyak 11 santri (22%), umur 14 tahun sebanyak 36 santri (72%), dan umur 15 tahun sebanyak 3 santri (6%).

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen %

Laki-laki Perempuan

25 25

50,0 50,0

Total 50 100,00

Jumlah responden pada tabel 5.2 berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dengan perempuan adalah sama, yaitu 25 santri (50,0%).

5.1.3 Distribusi Pengetahuan Responden

Tingkat pengetahuan responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner yang berisi 12 pertanyaan melalui wawancara kepada responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang penyakit Skabies

Pengetahuan Frekuensi Persen %

Baik Sedang Kurang

6 41

3

12,0 82,0 6,0

Total 50 100,00

Pada tabel 5.3, diperoleh bahwa terdapat 6 santri (12%) yang pengetahuannya baik, 41 santri (82%) yang pengetahuannya sedang, dan 3 santri (6%) yang pengetahuannya kurang.


(38)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur

Umur

Hasil Ukur Pengetahuan

Total

Total Persen

% Baik % sedang % kurang %

13 1 2 10 20 0 0 11 22

14 4 8 29 58 3 6 36 72

15 1 2 2 4 0 0 3 7

Total 6 12 41 82 3 6 50 100

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa pada kelompok umur responden 13 tahun terdapat 1 santri (2%) yang memiliki kategori baik, 10 santri (20%) dengan kategori sedang, dan tidak ada santri yang memiliki kategori kurang.

Pada kelompok umur responden 14 tahun terdapat 4 santri (8%) yang memiliki kategori baik, 29 santri (58%) dengan kategori sedang, dan 3 santri (6%) yang memiliki kategori kurang.

Kemudian pada kelompok umur responden 15 tahun terdapat 1 santri (2%) yang memiliki kategori baik, 2 santri (4%) dengan kategori sedang, dan tidak ada santri yang memiliki kategori kurang.


(39)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Hasil Ukur

Pengetahuan Total

Total persen

% Baik % sedang % kurang %

Laki-laki 5 10 19 38 1 2 25 50

Perempuan 1 2 22 44 2 4 25 50

Total 6 12 41 82 3 6 50 100

Berdasarkan tabel 5.5, dapat dilihat bahwa pada responden berjenis kelamin laki-laki terdapat 5 santri (10%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 19 santri (38%) dengan tingkat pengetahuan sedang, dan 1 santri (2%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Kemudian responden berjenis kelamin perempuan terdapat 1 santri (2%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 22 santri (44%) dengan tingkat pengetahuan sedang, dan 2 santri (4%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

5.1.3.1Frekuensi tiap-tiap pertanyaan I. Pengenalan penyakit

Pertanyaan nomor 1 dan 2 merupakan pertanyaan berupa pengenalan penyakit, dimana pada pertanyaan ini tidak diberi skor/nilai.


(40)

Tabel 5.6 Distribusi jawaban pernah mengalami penyakit kulit seperti gatal-gatal pada sela jari tangan dan kaki

Frekuensi Persen %

Pernah Tidak pernah

42 8

84,0 16,0

Total 50 100,00

Pada tabel 5.6, terdapat 42 santri (84%) yang pernah mengalami penyakit kulit seperti gatal-gatal pada sela jari tangan dan kaki. Sedangkan jumlah santri yang tidak pernah mengalami penyakit kulit tersebut adalah 8 orang (16%).

Tabel 5.7 Distribusi jawaban pernah melihat penyakit kulit skabies

Frekuensi Persen %

Pernah Tidak pernah

50 0

100,0 0

Total 50 100,00

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa seluruh sampel yaitu 50 santri (100%) pernah melihat penyakit kulit seperti gatal-gatal pada sela jari tangan dan kaki, dan tidak ada santri yang tidak pernah melihatnya.

II. Pengetahuan penyakit

Untuk pertanyaan nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 merupakan pertanyaan berupa pengetahuan penyakit Skabies. Setiap pertanyaan memiliki nilai yang berbeda. Untuk rincian penilaian sudah dijelaskan pada BAB 3.


(41)

Tabel 5.8 Distribusi jawaban mengetahui nama penyakit kulit skabies

Nilai Frekuensi Persen %

Tahu Tidak tahu 24 26 48,0 52,0

Total 50 100,00

Berdasarkan tabel 5.8, 24 santri (48%) mengetahui nama penyakit kulit Skabies dan 26 santri (52%) tidak mengetahui nama penyakit kulit Skabies.

Tabel 5.9 Distribusi jawaban pernah mendengar penyakit Skabies

Nilai Frekuensi Persen %

Pernah Tidak pernah 15 35 30,0 70,0

Total 50 100,00

Pada tabel 5.9, terdapat 15 santri (30%) pernah mendengar penyakit Skabies, sedangkan terdapat 35 santri (70%) tidak pernah mendengar penyakit Skabies.

Tabel 5.10 Distribusi jawaban mengetahui penyebab penyakit Skabies

Nilai Frekuensi Persen %

Tidak tahu Bakteri Jamur Kutu 22 20 6 2 44,0 40,0 12,0 4,0

Total 50 100,00

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa 22 santri (44%) tidak tahu apa penyebab dari penyakit Skabies, 20 santri (40%) menyatakan bahwa penyebab penyakit skabies adalah bakteri, sedangkan 6 santri (12%) menjawab jamur, dan hanya terdapat 2 santri (4%) yang menjawab kutu.


(42)

Tabel 5.11 Distribusi jawaban mengetahui penyakit skabies menular atau tidak menular

Nilai Frekuensi Persen %

Tidak tahu Tidak menular Menular 9 2 39 18,0 4,0 78,0

Total 50 100,00

Pada tabel 5.11, terdapat 9 santri (18%) yang tidak tahu apakah penyakit skabies itu menular atau tidak menular, 2 santri (4%) menyatakan bahwa penyakit skabies itu tidak menular. Sedangkan santri yang mengetahui bahwa penyakit Skabies itu menular adalah 39 orang (78%).

Tabel 5.12 Distribusi jawaban kapan rasa yang sangat gatal dirasakan

Nilai Frekuensi Persen %

Tidak tahu Pagi Siang Malam 9 4 2 35 18,0 8,0 4,0 70,0

Total 50 100,00

Pada tabel 5.12, terdapat 9 santri (18%) yang tidak tahu kapan rasa sangat gatal itu dirasakan, 4 santri (8%) menjawab pagi, sedangkan 2 santri (4%) menjawab siang, dan 35 santri menyatakan bahwa rasa yang sangat gatal itu dirasakan pada malam hari.

Tabel 5.13 Distribusi jawaban cara penularan penyakit skabies

Nilai Frekuensi Persen %

Tidak tahu

Berjabat tangan atau tidur

Berganti-gantian pakaian 0 15 50 0 13,0 42,0


(43)

(baju, celana), celana dalam atau handuk

dengan orang lain

Memakai sprei bersama

Memakai bantal atau guling bersama

25

29

21,0

24,0

Total 119 100,00

Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat bahwa tidak ada santri yang tidak tahu bagaimana cara penularan penyakit Skabies. Kebanyakan dari santri (42%) mengetahui cara penularan skabies melalui pakaian (baju, celana), celana dalam atau handuk.

Tabel 5.14 Distribusi jawaban gejala dan tanda-tanda penyakit skabies

Nilai Frekuensi Persen %

Tidak tahu

Gatal-gatal, terutama pada malam hari

Bintik-bintik merah

Berisi cairan

bernanah

0

45

41

37

32

0

29,0

26,0

24,0

21,0

Total 155 100,00

Pada tabel 5.14, tidak ada santri yang tidak tahu bagaimana gejala dan tanda-tanda penyakit Skabies. Kebanyakan santri (29%) menjawab gatal-gatal terutama pada malam hari.


(44)

Tabel 5.15 Distribusi jawaban bagian tubuh mana saja penyakit skabies timbul

Nilai Frekuensi Persen %

0

Sela-sela jari tangan atau kaki

Pergelangan tangan depan

Siku bagian luar

Lipat ketiak bagian depan

Alat kelamin

Bokong

Perut bagian bawah

0 50 36 13 14 12 12 24 0 31,0 23,0 8,0 9,0 7,0 7,0 15,0

Total 161 100,00

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa tidak ada santri yang tidak tahu bagian tubuh mana saja penyakit Skabies timbul. Kebanyakan santri (31%) menjawab sela-sela jari tangan atau kaki.

Tabel 5.16 Distribusi jawaban upaya pencegahan penyakit skabies

Nilai Frekuensi Persen %

Tidak tahu

Mandi secara teratur dengan menggunakan

sabun

Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut, dan lainnya secara teratur

minimal 2 kali dalam seminggu 0 42 45 0 21,0 23,0


(45)

Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu

sekali

Tidak saling bertukar pakaian dan handuk

dengan orang lain

Hindari kontak dengan penderita skabies

42

50

20

21,0

25,0

10,0

Total 199 100,00

Pada tabel 5.16, tidak ada santri yang tidak tahu bagaimana upaya pencegahan penyakit Skabies. Kebanyakan santri (25%) menjawab tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain

Tabel 5.17 Distribusi jawaban mengetahui bahwa penyakit skabies dapat diobati

Nilai Frekuensi Persen %

Tahu Tidak tahu

45 5

90,0 10,0

Total 50 100,00

Dari tabel 5.17 dapat dilihat bahwa 5 santri (10%) yang tidak mengetahui apakah penyakit skabies dapat diobati atau tidak dapat diobati. Terdapat 45 santri (90%) yang mengetahui penyakit skabies dapat diobati.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada santri di Pondok Pesantren Darularafah Raya, diperoleh dari data dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 50 santri. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan.

Pengetahuan santri terhadap penyakit Skabies di Pesantren Darul Arafah sebagian besar berpengetahuan sedang sebanyak 41 santri (82%). Pada penelitian ini,


(46)

sampel yang diambil adalah laki-laki dan perempuan. Tidak ada perbedaan jumlah kelamin antara laki-laki dengan perempuan. Hal ini dikarenakan jumlah sampel yang diteliti terbatas yaitu 50 santri, sehingga peneliti membagi 2 kelompok dengan jumlah yang sama yaitu 25 santri berjenis kelamin laki-laki dan 25 santri berjenis kelamin perempuan.

Dilihat dari tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, tidak ada perbedaan pengetahuan antara santri laki-laki dan perempuan. Sebagian besar santri laki-laki maupun perempuan berpengetahuan sedang. Hal ini juga dapat dilihat berdasarkan umur responden, pada santri yang berumur 13 maupun 14 atau 15 sebagian besar berpengetahuan sedang.

Menurut dari hasil penelitian Andayani (2009), tingkat pengetahuan responden dalam usaha pencegahan penyakit skabies di Pondok Pesantren Ulumu Qur’an Stabat menunjukkan 7 responden (14%) berpengetahuan baik, 28 responden (56%) berpengetahuan sedang dan 15 responden (30%) yang berpengetahuan jelek.

Santri memperoleh informasi tentang penyakit Skabies dari berbagai sumber seperti media elektronik, guru ataupun teman. Disamping itu, santri sendiri pernah mengalaminya sehingga mereka tahu persis bagaimana penyakit Skabies itu.

Menurut Muzakir (2007), santri yang menderita skabies lebih banyak yang berpengetahuan kurang dibandingkan dengan santri yang tidak menderita skabies. Ini berarti pengetahuan seseorang dapat mendukung terhindar dari penyakit, terutama penyakit menular.

Hampir semua sampel pada penelitian ini pernah mengalami penyakit Skabies. Warner and Bower (1986) menyatakan bahwa penyakit bila seseorang pernah mengalami penyakit atau sedang menderita, bila ada informasi yang berkaitan dengan penyakit yang ia derita maka akan lebih tertarik untuk mendengarkannya. Seperti halnya santri yang memiliki pengalaman menderita skabies baik diri atau kawannya serta anggota keluarganya memiliki ketertarikan lebih tinggi dalam mengikuti pendidikan atau penyuluhan yang disampaikan (Muzakir, 2007).


(47)

Dalam hasil penelitian Muzakir (2007), hasil hitung terhadap peluang yang terjadinya kejadian skabies semakin baik pengetahuan maka peluang terhadap kejadian skabies semakin kecil begitu juga dengan kebersihan semakin bersihnya santri maka peluang untuk terjadinya skabies semakin kecil.

Dalam penelitian ini, semua santri pernah melihat penyakit Skabies. Walaupun beberapa santri tidak pernah mengalami penyakit tersebut, tetapi mereka pernah melihatnya. Setidaknya mereka tahu dari teman sekamarnya atau teman sekelasnya.

Akan tetapi, nama Skabies tidak terlalu familiar bagi santri di Darularafah Raya. Hanya sebagian dari sampel yang mengetahui dan pernah mendengar nama Skabies. Ketika peneliti mulai mewawancarai dan menyebutkan kata Skabies, beberapa santri tidak terlalu tahu atau familiar dengan kata itu. Setelah ditelusuri, peneliti mendapatkan informasi dari guru-guru dan bahkan dari santrinya sendiri, bahwa nama lain penyakit Skabies di pesantren Darularafah Raya adalah Hikkah, yang diambil dalam bahasa Arab.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Muzakir (2007), penyebutan “kudee buta” dalam bahasa Aceh dipahami santri sebagai kudis seperti yang dipahami oleh sebagian besar santri. Dalam masyarakat Aceh sendiri masih sangat awam dengan sebutan “kudee buta”, karena memang penyakit ini sudah jarang sekali ditemukan saat ini. Kutu Sarcoptes Scabeie juga banyak yang tidak diketahui oleh santri, hai ini disebabkan informasi yang pernah mereka dapatkan tidak terlalu mendalam.

Dalam penelitian ini, hampir semua santri tidak mengetahui apakah penyakit skabies itu disebabkan oleh bakteri, jamur, atau kutu. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan mereka tentang penyebab penyakit Skabies. Hal ini juga ditegaskan dalam penelitian Muzakir (2007), analisis distribusi frekuensi terhadap jenis pertanyaan yang diberikan menunjukkan bahwa penyebab, tanda dan gejala skabies umumnya tidak diketahui oleh santri. Pengetahuan ini sebagian besar mereka peroleh dari pengalaman mengalami baik langsung pada dirinya maupun tidak langsung pada anggota keluarganya atau tetangganya.


(48)

Kebanyakan santri mengetahui bahwa penyakit Skabies itu dapat menular melaui pakaian (baju, celana), celana dalam atau handuk. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muzakir (2007), 76,6% santri menyatakan skabies ditularkan melalui pakaian.

Menurut Handoko (2008), terdapat 4 tanda kardinal yang salah satunya adalah Pruritus Nokturna yaitu rasa yang sangat gatal terutama pada malam hari merupakan gejala yang khas pada penyakit ini. Pada penelitian ini banyak dari santri (78%) mengetahui gejala khas tersebut. Santri yang pernah mengalami penyakit ini bisa merasakan rasa yang sangat gatal yaitu terjadi pada malam hari.

Bagi santri yang pernah mengalami penyakit Skabies, tentu saja mereka tahu bagaimana gejala-gejalanya. Tidak mengherankan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang sedang mengenai gejala penyakit Skabies.

Tidak hanya santri yang pernah mengalami saja yang mengetahuinya, tetapi bagi santri yang tidak pernah mengalaminya pun juga mengetahui gejala dan pada bagian tubuh mana saja penyakit Skabies timbul. Mereka bisa saja tahu dari teman-temannya, atau bahkan dari gurunya. Apalagi di zaman modern seperti sekarang ini dengan teknologi yang canggih tersedia fasilitas internet, sehingga mereka lebih tahu bagaimana penyakit Skabies itu.

Dalam upaya pencegahan pun santri memiliki pengetahuan yang cukup baik. Hal ini berguna untuk mengantisipasi santri agar tidak terkena atau tertular penyakit Skabies. Upaya sekecil apapun dapat diterapkan pada santri demi mencegah timbulnya penyakit Skabies.

Hampir semua santri mengetahui bahwa panyakit Skabies dapat diobati. Menurut Handoko (2008), tersedia obat-obat anti Skabies yang tersedia dalam bentuk topikal. Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi, maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit Skabies di pesantren Darularafah Raya adalah sedang. Terdapat 41 santri (82%) yang pengetahuannya sedang.

2. Santri di Pesantren Darularafah Raya kebanyakan tidak mengetahui penyebab penyakit skabies. Cara penularannya pun masih ada beberapa yang tidak diketahui.

3. Kebanyakan dari santri pernah mengalami penyakit Skabies.

4. Kebanyakan santri mengetahui gejala skabies. Pengetahuan santri tentang penyakit tersebut berasal dari pengalaman mereka yang pernah mengalami penyakit Skabies.

6.2. Saran

1. Memberikan penyuluhan kepada santri untuk mengurangi frekuensi kejadian penyakit skabies di pesantren.

2. Menyuruh seluruh santri khususnya yang terkena skabies agar meningkatkan personal hygiene untuk mencegah timbulnya penyakit skabies dan cara pencegahan supaya tidak menular ke santri yang lain.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Lita Sri, 2009. Perilaku Santri dalam Upaya pencegahan penyakit skabies di Pondok Pesantren Ulumu Qur’an Stabat. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Burns, D.A., 1998. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals. In: Champion, R.H., Burton, J.L., Burns, D.A., and Breatnach, S.M. Ed. Texbook of Dermatology. Edisi ke-6.. London: Blackwell Science. 1458-1463.

Djuanda, A., Hamzah M., and Aisyah, S., 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Handoko, R.P., 2008. Skabies. In: Djuanda, A., Hamzah, A., and Aisyah, S. Ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 122-125.

Harahap, M., Darwin, R., and Syahrial., 1994. Skabies Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit.. Bandung: IKAPI 24-27.

Landwehr, D., Keita S.M., Ponnighaus J.M., and Tounkara, C., 1998. Epidemiologic Aspect of Scabies in Mali, Malawi and Cambodia. Int J Dermatol. 588-590.

Muzakir, 2007. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies pada Pesantren di kabupaten Aceh Besar. Medan: Fakultas Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 133-151.


(51)

Pratomo, H., and Sudarti., 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahariyani, Loetfia Dwi., 2007. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 75-83.

Rahmawati, Nurma., 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Skabies Terhadap Perubahan Sikap Penderita dalam Pencegahan Penularan Penyakit Skabies pada Santri di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiah Surakarta.

Sastroasmoro, Sudigdo., and Ismael, Sofyan., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto.

Siregar, R.S., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 164-166.

Sudirman, T., 2006., Skabies: Masalah Diagnosis dan Pengobatannya. Majalah Kedokteran Damianus. Vol 5 No 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. 177-89.

Sungkar, S., 1997. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 47, No 1. Jakarta: Yayasan Penerbit IDI. 33-42.

Tabri, Farida., 2005. Skabies pada Bayi dan Anak. In: Boediardja, S.A., Sugito, T.L., Kurniati, D.D., and Elandri. Ed. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 62-78.


(52)

Wahyuni, Arlinda Sari., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.


(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nithya Paramita

Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 18 Maret 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Garuda No.27 A, Medan Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negri 012 Labuhbaru Pekanbaru-Riau (1995-1997) 2. Sekolah Dasar Cendana Mandau Duri-Riau ( 1997-2001 )

3. Sekolah Menengah Pertama Cendana Mandau Duri-Riau ( 2001-2003 ) 4. Sekolah Menengah Pertama Cendana Rumbai-Riau (2003-2004) 5. Sekolah Menengah Atas Cendana Rumbai-Riau ( 2004-2005 ) 6. Sekolah Menengah Atas Cendana Mandau Duri-Riau ( 2005-2007 ) 7. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( 2007-Sekarang )

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa SCORA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( 2007-2009) 2. Anggota Kelompok Aspirasi Mahasiswa Ar-Rahmah


(54)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Saya yang bernama dibawah ini :

Nama : Nithya Paramita Nim : 070100205

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies di pondok pesantren Darularafah Raya.

Saya mengharapkan kesediaan adik-adik untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan apa adanya (jujur) dimana jawaban adik-adik tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga adik-adik bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang adik-adik berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, 2010

Yang membuat pernyataan,


(55)

LEMBAR KUESIONER

Tingkat Pengetahuan Santri Terhadap Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Darularafah Raya

Identitas Responden

1. Nama : ………..

2. Umur : ………..

Berilah tanda silang (x) pada jawaban adik.

1. Apakah adik pernah mengalami penyakit kulit seperti gatal-gatal pada sela jari tangan dan kaki?

a. Pernah b. Tidak pernah

2. Apakah adik pernah melihatnya (pertanyaan no.1)? a. Pernah

b. Tidak pernah

3. Apakah adik mengetahui nama penyakit kulit tersebut? a. Tahu

b. Tidak tahu

4. Apakah adik pernah mendengar penyakit skabies? a. Pernah


(56)

5. Tahukah adik penyebab penyakit skabies? Apabila adik tahu sebutkan penyebabnya.

a. Tahu, disebabkan oleh bakteri b. Tahu, disebabkan oleh jamur c. Tahu, disebabkan oleh kutu d. Tidak tahu

6. Tahukah adik bahwa penyakit skabies itu menular? a. Menular

b. Tidak menular c. Tidak tahu

7. Rasa yang sangat gatal dirasakan terutama pada : a. Pagi hari

b. Siang hari c. Malam hari d. Tidak tahu

Untuk pertanyaan no. 8 sampai 10.

Conteng pada kotak yang telah disediakan. Boleh lebih dari 1. 8. Bagaimana cara penularan penyakit skabies?

฀ Berjabat tangan atau tidur bersama

฀ Berganti-gantian pakaian (baju, celana), celana dalam atau handuk dengan orang lain

฀ memakai sprei bersama


(57)

9. Bagaimanakah gejala dan tanda-tanda penyakit skabies? ฀ Gatal gatal, ฀ Terutama pada malam hari

฀ Bintik-bintik merah ฀ Berisi cairan

฀ Bernanah

10. Di bagian tubuh mana saja penyakit skabies timbul? ฀ Sela-sela jari tangan atau kaki

฀ Pergelangan tangan depan ฀ Siku bagian luar

฀ Lipat ketiak bagian depan ฀ Alat kelamin

฀ Bokong

฀ Perut bagian bawah

11. Bagaimana upaya pencegahan penyakit skabies? ฀ Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun

฀ Mencuci pakaian sprei, sarung bantal, selimut, dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu

฀ Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali

฀ Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain ฀ Hindari kontak dengan penderita skabies

12. Tahukan adik penyakit skabies dapat diobati? a. Tahu


(58)

DATA INDUK HASIL PENELITIAN Nomor Respon den Jenis Kelamin Um ur P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P1 0 P1 1 P1 2 Tot al Pengetah uan 01 Laki-Laki 15 1 0 0 0 2 3 4 7 4 1 22 sedang 02 Laki-Laki 14 0 0 0 2 2 2 4 3 2 0 15 sedang 03 Laki-Laki 14 0 0 1 2 2 1 4 3 3 1 17 sedang 04 Laki-Laki 14 0 1 1 2 2 4 4 5 5 1 25 baik 05 Laki-Laki 13 0 0 0 1 0 2 3 2 4 0 12 sedang 06 Laki-Laki 14 1 1 0 2 2 4 1 7 5 1 24 baik 07 Laki-Laki 14 0 0 0 2 1 1 1 4 4 1 14 sedang 08 Laki-Laki 14 1 1 0 2 2 4 2 4 5 1 22 sedang 09 Laki-Laki 14 0 0 0 2 2 2 3 5 4 1 19 sedang 10 Laki-Laki 14 0 0 0 0 0 2 3 2 3 1 11 kurang 11 Laki-Laki 14 0 0 0 0 2 4 5 4 5 1 21 sedang 12 Laki-Laki 14 0 0 0 2 2 3 4 6 5 1 23 baik 13 Laki-Laki 15 1 1 0 2 2 4 3 2 4 1 20 sedang 14 Laki-Laki 14 1 0 0 2 2 2 3 1 4 1 16 sedang 15 Laki-Laki 14 1 1 0 2 1 1 3 3 4 1 17 sedang 16 Laki-Laki 14 1 1 0 2 2 2 2 4 2 1 17 sedang 17 Laki-Laki 14 1 0 1 0 2 3 5 5 4 0 21 sedang 18 Laki-Laki 14 0 0 0 2 2 4 5 4 5 0 22 sedang 19 Laki-Laki 14 0 0 0 2 2 4 4 3 5 1 21 sedang 20 Laki-Laki 14 0 0 0 2 2 2 5 7 5 1 24 baik 21 Laki-Laki 14 0 0 0 0 2 1 2 3 4 1 13 sedang 22 Laki-Laki 14 0 0 0 0 2 1 2 3 4 1 13 sedang 23 Laki-Laki 14 1 0 0 2 2 3 4 4 4 0 20 sedang 24 Laki-Laki 15 1 1 1 2 2 4 4 6 4 1 26 baik 25 Laki-Laki 14 1 1 1 0 2 3 3 1 3 1 16 sedang

26 Perempu

an 13 1 0 1 2 2 2 2 2 4 1 17 sedang

27 Perempu

an 14 1 0 1 2 2 1 2 4 2 1 16 sedang

28 Perempu

an 14 1 1 1 2 2 1 4 2 5 1 20 sedang

29 Perempu

an 14 0 0 1 2 0 1 5 4 2 1 16 sedang

30 Perempu


(59)

31 Perempu

an 14 0 0 1 0 1 2 2 2 2 1 11 kurang

32 Perempu

an 14 0 0 1 2 0 2 3 3 5 1 17 sedang

33 Perempu

an 14 1 1 2 2 2 4 3 2 4 1 22 sedang

34 Perempu

an 14 0 1 1 2 2 1 2 2 5 1 17 sedang

35 Perempu

an 14 0 0 1 1 1 1 2 3 4 1 14 sedang

36 Perempu

an 13 1 1 2 2 1 4 3 6 5 1 26 baik

37 Perempu

an 13 1 0 0 2 2 2 3 1 4 1 16 sedang

38 Perempu

an 14 0 0 1 2 1 4 5 2 5 1 21 sedang

39 Perempu

an 14 0 0 0 0 0 4 3 2 4 1 14 sedang

40 Perempu

an 14 1 1 1 2 0 2 2 3 2 1 15 sedang

41 Perempu

an 14 1 0 1 2 2 2 2 3 2 1 16 sedang

42 Perempu

an 13 1 0 1 2 2 1 3 1 4 1 16 sedang

43 Perempu

an 14 0 0 1 2 2 4 4 3 5 1 22 sedang

44 Perempu

an 14 0 0 1 2 2 1 3 3 4 1 17 sedang

45 Perempu

an 13 0 1 1 2 2 2 3 3 5 1 20 sedang

46 Perempu

an 13 1 0 1 2 2 1 2 2 5 1 17 sedang

47 Perempu

an 13 0 0 1 2 0 4 5 2 5 1 20 sedang

48 Perempu

an 13 1 1 1 2 2 2 3 2 4 1 19 sedang

49 Perempu

an 14 1 0 1 2 0 1 1 1 1 1 9 kurang

50 Perempu


(60)

Crosstabs

jenis kelamin * Hasil Ukur Pengetahuan Crosstabulation

Count

Hasil Ukur Pengetahuan

Total baik kurang sedang

jenis kelamin laki-laki 5 1 19 25

perempuan 1 2 22 25

Total 6 3 41 50

umur * Hasil Ukur Pengetahuan Crosstabulation

Count

Hasil Ukur Pengetahuan

Total baik kurang sedang

umur 13 1 0 10 11

14 4 3 29 36

15 1 0 2 3

Total 6 3 41 50

Frequency Table

pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(61)

Valid 0 26 52.0 52.0 52.0

1 24 48.0 48.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 35 70.0 70.0 70.0

1 15 30.0 30.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 22 44.0 44.0 44.0

1 26 52.0 52.0 96.0

2 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 9 18.0 18.0 18.0

1 2 4.0 4.0 22.0

2 39 78.0 78.0 100.0


(62)

pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 9 18.0 18.0 18.0

1 6 12.0 12.0 30.0

2 35 70.0 70.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 14 28.0 28.0 28.0

2 17 34.0 34.0 62.0

3 5 10.0 10.0 72.0

4 14 28.0 28.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 6.0 6.0 6.0

2 13 26.0 26.0 32.0

3 17 34.0 34.0 66.0

4 10 20.0 20.0 86.0

5 7 14.0 14.0 100.0


(63)

pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 5 10.0 10.0 10.0

2 14 28.0 28.0 38.0

3 14 28.0 28.0 66.0

4 8 16.0 16.0 82.0

5 3 6.0 6.0 88.0

6 3 6.0 6.0 94.0

7 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 2.0 2.0 2.0

2 7 14.0 14.0 16.0

3 3 6.0 6.0 22.0

4 20 40.0 40.0 62.0

5 19 38.0 38.0 100.0


(64)

pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 5 10.0 10.0 10.0

1 45 90.0 90.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

total pertanyaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 1 2.0 2.0 2.0

11 2 4.0 4.0 6.0

12 1 2.0 2.0 8.0

13 2 4.0 4.0 12.0

14 3 6.0 6.0 18.0

15 2 4.0 4.0 22.0

16 7 14.0 14.0 36.0

17 9 18.0 18.0 54.0

18 1 2.0 2.0 56.0

19 2 4.0 4.0 60.0

20 5 10.0 10.0 70.0

21 4 8.0 8.0 78.0

22 5 10.0 10.0 88.0

23 1 2.0 2.0 90.0

24 2 4.0 4.0 94.0


(65)

26 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Hasil Ukur Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 6 12.0 12.0 12.0

kurang 3 6.0 6.0 18.0

sedang 41 82.0 82.0 100.0


(66)

Correlations Correlations pertan yaan 3 pertan yaan 4 pertan yaan 5 pertan yaan 6 pertan yaan 7 pertan yaan 8 pertan yaan 9 pertan yaan 10 pertan yaan 11 pertan yaan 12 total pertan yaan pertan yaan 3 Pears on Correl ation

1 .577** .290 .290 .000 .406 .399 .047 .443 .866** .504*

Sig. (2-tailed)

.008 .215 .215 1.000 .076 .081 .845 .050 .000 .024

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertan yaan 4 Pears on Correl ation

.577** 1 .302 .302 .076 .369 .317 .297 .346 .667** .530*

Sig. (2-tailed)

.008 .196 .196 .749 .110 .174 .203 .135 .001 .016

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertan yaan 5 Pears on Correl ation

.290 .302 1 .394 .484* .414 .052 .198 .104 .452* .494*

Sig. (2-tailed)

.215 .196 .086 .031 .069 .827 .402 .662 .045 .027


(67)

pertan yaan 6 Pears on Correl ation

.290 .302 .394 1 .484* .818** -.035 .198 -.077 .452* .512*

Sig. (2-tailed)

.215 .196 .086 .031 .000 .884 .402 .747 .045 .021

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertan yaan 7 Pears on Correl ation

.000 .076 .484* .484* 1 .438 .129 .601** .124 .115 .615**

Sig. (2-tailed)

1.000 .749 .031 .031 .053 .588 .005 .602 .630 .004

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertan yaan 8 Pears on Correl ation

.406 .369 .414 .818** .438 1 .295 .290 .259 .553* .753**

Sig. (2-tailed)

.076 .110 .069 .000 .053 .206 .214 .271 .011 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertan yaan 9 Pears on Correl ation

.399 .317 .052 -.035 .129 .295 1 .308 .982** .259 .666**

Sig. (2-tailed)

.081 .174 .827 .884 .588 .206 .187 .000 .270 .001


(68)

pertan yaan 10 Pears on Correl ation

.047 .297 .198 .198 .601** .290 .308 1 .269 .176 .692**

Sig. (2-tailed)

.845 .203 .402 .402 .005 .214 .187 .251 .459 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertan yaan 11 Pears on Correl ation

.443 .346 .104 -.077 .124 .259 .982** .269 1 .293 .657**

Sig. (2-tailed)

.050 .135 .662 .747 .602 .271 .000 .251 .209 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertan yaan 12 Pears on Correl ation

.866** .667** .452* .452* .115 .553* .259 .176 .293 1 .593**

Sig. (2-tailed)

.000 .001 .045 .045 .630 .011 .270 .459 .209 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 total pertan yaan Pears on Correl ation

.504* .530* .494* .512* .615** .753** .666** .692** .657** .593** 1

Sig. (2-tailed)

.024 .016 .027 .021 .004 .000 .001 .001 .002 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(69)

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(70)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pertanyaan 3 .75 .444 20

pertanyaan 4 .90 .308 20

pertanyaan 5 .45 .510 20

pertanyaan 6 .90 1.021 20

pertanyaan 7 1.20 .894 20

pertanyaan 8 1.10 1.021 20 pertanyaan 9 2.60 1.188 20 pertanyaan 10 3.15 1.899 20 pertanyaan 11 2.65 1.137 20

pertanyaan 12 .80 .410 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

pertanyaan 3 13.75 29.145 .455 .750

pertanyaan 4 13.60 29.726 .508 .753

pertanyaan 5 14.05 28.997 .413 .750

pertanyaan 6 13.60 26.147 .415 .743


(71)

pertanyaan 8 13.40 24.042 .644 .710

pertanyaan 9 11.90 24.200 .506 .730

pertanyaan 10 11.35 20.345 .442 .776

pertanyaan 11 11.85 24.661 .494 .732

pertanyaan 12 13.70 28.958 .543 .746

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 14.50 31.526 5.615 10


(1)

Correlations

Correlations pertan yaan 3 pertan yaan 4 pertan yaan 5 pertan yaan 6 pertan yaan 7 pertan yaan 8 pertan yaan 9 pertan yaan 10 pertan yaan 11 pertan yaan 12 total pertan yaan pertan yaan 3 Pears on Correl ation

1 .577** .290 .290 .000 .406 .399 .047 .443 .866** .504*

Sig. (2-tailed)

.008 .215 .215 1.000 .076 .081 .845 .050 .000 .024

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertan yaan 4 Pears on Correl ation

.577** 1 .302 .302 .076 .369 .317 .297 .346 .667** .530*

Sig. (2-tailed)

.008 .196 .196 .749 .110 .174 .203 .135 .001 .016

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertan yaan 5 Pears on Correl ation

.290 .302 1 .394 .484* .414 .052 .198 .104 .452* .494*

Sig. (2-tailed)

.215 .196 .086 .031 .069 .827 .402 .662 .045 .027


(2)

pertan yaan 6

Pears on Correl ation

.290 .302 .394 1 .484* .818** -.035 .198 -.077 .452* .512*

Sig. (2-tailed)

.215 .196 .086 .031 .000 .884 .402 .747 .045 .021

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertan yaan 7

Pears on Correl ation

.000 .076 .484* .484* 1 .438 .129 .601** .124 .115 .615**

Sig. (2-tailed)

1.000 .749 .031 .031 .053 .588 .005 .602 .630 .004

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertan yaan 8

Pears on Correl ation

.406 .369 .414 .818** .438 1 .295 .290 .259 .553* .753**

Sig. (2-tailed)

.076 .110 .069 .000 .053 .206 .214 .271 .011 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertan yaan 9

Pears on Correl ation

.399 .317 .052 -.035 .129 .295 1 .308 .982** .259 .666**

Sig. (2-tailed)

.081 .174 .827 .884 .588 .206 .187 .000 .270 .001


(3)

pertan yaan 10 Pears on Correl ation

.047 .297 .198 .198 .601** .290 .308 1 .269 .176 .692**

Sig. (2-tailed)

.845 .203 .402 .402 .005 .214 .187 .251 .459 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertan yaan 11 Pears on Correl ation

.443 .346 .104 -.077 .124 .259 .982** .269 1 .293 .657**

Sig. (2-tailed)

.050 .135 .662 .747 .602 .271 .000 .251 .209 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertan yaan 12 Pears on Correl ation

.866** .667** .452* .452* .115 .553* .259 .176 .293 1 .593**

Sig. (2-tailed)

.000 .001 .045 .045 .630 .011 .270 .459 .209 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total pertan yaan Pears on Correl ation

.504* .530* .494* .512* .615** .753** .666** .692** .657** .593** 1

Sig. (2-tailed)

.024 .016 .027 .021 .004 .000 .001 .001 .002 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20


(4)

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(5)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pertanyaan 3 .75 .444 20

pertanyaan 4 .90 .308 20

pertanyaan 5 .45 .510 20

pertanyaan 6 .90 1.021 20

pertanyaan 7 1.20 .894 20

pertanyaan 8 1.10 1.021 20

pertanyaan 9 2.60 1.188 20

pertanyaan 10 3.15 1.899 20

pertanyaan 11 2.65 1.137 20

pertanyaan 12 .80 .410 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

pertanyaan 3 13.75 29.145 .455 .750

pertanyaan 4 13.60 29.726 .508 .753

pertanyaan 5 14.05 28.997 .413 .750

pertanyaan 6 13.60 26.147 .415 .743


(6)

pertanyaan 8 13.40 24.042 .644 .710

pertanyaan 9 11.90 24.200 .506 .730

pertanyaan 10 11.35 20.345 .442 .776

pertanyaan 11 11.85 24.661 .494 .732

pertanyaan 12 13.70 28.958 .543 .746

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SANTRI TENTANG PHBS DAN PERAN USTADZ DALAM MENCEGAH PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES (Studi pada Santri di Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Silo Kabupaten Jember)

0 4 20

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SANTRI TENTANG PHBS DAN PERAN USTADZ DALAM MENCEGAH PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES (Studi pada Santri di Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Silo Kabupaten Jember)

7 25 78

Gambaran tingkat pengetahuan santri Madrasah Tsanawiyah kelas VIII Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Tahun ajaran 2010-2011 tentang skabies

0 17 34

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SKABIESDENGAN TIMBULNYA KEJADIAN SKABIES DI PONDOK Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Timbulnya Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam Sukoharjo.

0 0 14

Kata Kunci: santriwati, pengetahuan, perilaku pencegahan, skabies A. PENDAHULUAN - HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

0 1 13

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA KOTA DEPOK

0 0 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI PUTRA PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 14

GROUP TERHADAP PENGETAHUAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH BENDA SIRAMPOG KABUPATEN BREBES

0 1 17