Aktivitas Dakwah Di Pondok Pesantren Al-UM Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba

(1)

AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM

BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Inne Tresnayanti

NIM: 104051001864

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M./ 1429 H.


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 06 Juni 2008


(3)

AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh Inne Tresnayanti NIM: 104051001864

Di Bawah Bimbingan

Drs. M. Lutfi, M.Ag. NIP. 150268782

JURUSAN KOMUNIKSI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKSI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2008 M./1429 H.


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN

AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta 18 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 150 262 442 NIP: 150 281 980

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Sunandar, M. Ag Drs. Wahidin Saputra NIP: 150 273 477 NIP: 150 276 299

Pembimbing

Drs. M. Lutfi, M. Ag NIP: 150 268 782


(5)

Abstrak

INNE TRESNAYANTI

Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba atau NAZA, merupakan candu yang membuat keterggantungan kepadanya, dan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Pecandu Narkoba tidak mampu lagi memfungsikan dirinya secara wajar dalam masyarakat, dan sebaliknya menunjukan prilaku “maladaptif” (prilaku menyimpang). Ternyata perkembangan kasus penyalahgunaan Narkoba dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan Dadang Hawari menyatakan jumlah pasien NAZA yang ada dimasyarakat sebanyak 10 kali dari angka resmi. Menyimak fenomena tersebut, banyak elemen masyarakat dan berbagai lembaga yang berupaya mengadakan kegiatan dalam rangka penanggulangan Narkoba, salah satu lembaga yang ikut melaksanakan kegiatan tersebut yaitu Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Pondok Pesantren ini adalah wadah pengkajian ilmu agama pada awalnya. Namun, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap para korban Narkoba maka beliau menambahkan kegaitan pada Pondok Pesantrennya dengan rehabilitasi korban Narkoba, dengan mengunakan metode non medis (spiritual/keagamaan).

Berdasarkan pernyataan di atas maka timbul pertanyaan bagaimana keadaan santi narkoba (objek dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Bagaimana dakwah yang diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Serta bagaimana keberhasilan dakwahnya?

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menjabarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait mengenai keadaan santri narkoba dan dakwah yang diterapkan serta keberhasilan dakwahnya.

Keadaan santri narkoba yang berada di Pondok Pesantren Al-Um yaitu mengalami ketergantungan terhadap Narkoba, cenderung memberontak, susah diatur, suka mencuri uang orang tuanya dan kurangnya pengetahuan akan ajaran agama. Adapun bentuk metode dakwah yang digunakan adalah Al-Mauidzah Hasanah. Sedangkan materi yang diterapkan yaitu mengenai aqidah akhlak, fiqih, tauhid, al-Qur`an dan hadis. Dalam melakukan kegiatannya Pondok Pesantren tersebut menggunakan sebuah media yaitu media lisan, dan hal (perbuatan). Keberhasilan dakwah dalam merehabilitasi santri narkoba dapat dikatakan cukup berhasil hal tersebut dibuktikan dari pernyataan santri narkoba, yaitu mereka bisa kembali normal, menyadari kekeliruannya dan bisa menjalani hidupnya tanpa Narkoba.

Dari hasil penelitian ini, bahwa selama santri narkoba berada di Pondok Pesantren Al-Um banyak sekali hal-hal yang didapatkan misalnya dapat mengetahui tentang agama Islam, menyadari akan kekeliruanya mengkonsumsi Narkoba, mendapatkan ketenangan batin dan kedamaian. Selain itu banyak pula perubahan yang mereka rasakan diantaranya mau mengerjakan kewajibannya


(6)

sebagai muslim (solat wajib 5 waktu), lebih dewasa, bisa berfikir secara positif, bisa lebih hormat kepada orang tua intinya bisa lebih baik dari sebelumnya.


(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Maha suci Allah SWT yang menganugerahi setiap manusia jalan hidup yang berbeda-beda. Maha Indah Karunia-Nya yang telah membekali masing-masing insan dengan potensi yang beraneka ragam. Sang penggenggam hati manusia dengan kasih sayang-Nya memberikan nikmat yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Untaian shalawat dan salam semoga selalu tercurah keharibaan satu-satunya kekasih Allah, maha guru kemanusiaan, pembawa risalah terbesar dengan segala keteladanan bagi umatnya,

khotamul anbiya Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta seluruh

umatnya.

Skripsi yang berjudul Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan segala macam daya dan upaya yang penulis miliki dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun tak luput dari beberapa pihak yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil. Dalam kata pengantar ini penulis menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan


(8)

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag. Selaku Dosen pembimbing yang telah dengan kesabaran dan ketelitiannya serta kesempatan waktunya dalam memberikan pengarahan kepada penulis hingga mencapai kesuksesan dalam menyelesaikan skprisi

4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A. Selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5. Kedua Orang Tua Ayahanda Bapak Abdul Rojak dan Ibunda Sumyati yang telah memberikan dukungan moril serta materil yang tiada terkira, kesabaran, nasihat dan do’a yang selalu kalian panjatkan untuk anakmu tercinta di setiap sujudmu.

6. Kepada semua keluarga, terutama untuk kaka perempuan beserta suami, adik-adik, yang sama-sama berjuang dalam menuntut Ilmu demi kebahagiaan orang tua, kalianlah yang selalu menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga keponakan "Jasmine" dan "Adel" yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis disaat penulis merasa jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini .

7. Kepada Bapak. K.H. Bahrum Zaman selaku pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor dan para Ustad yang telah membantu penulis dalam memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan.

8. Semua dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan semangat jihadnya.


(9)

9. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta para staffnya yang telah memberikan kenyamanan fasilitas pada penulis.

10.My Spesial Person "Pur” yang telah memberikan dukungan serta semangat kepada penulis thanksfor all.

11.Kepada sahabat "Lilis & wiwit", terimakasih atas dukungan serta do,a yang selalu kalian panjatkan untuk sahabatmu ini, semoga kita diberikan kesuksesan di dunia dan akhirat amin…..

12.Kepada ustad "Hamdi" terimakasih atas dukungan serta do’anya. Semoga kebaikan serta keikhlasan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

13.Semua teman-teman di KPI D angkatan 2004, dan teman-teman KKS 2007 (Suzy, Nida, Ulpah, Eka, Dian, Tina, Dede, ba’Yuli, Yusup, Hilmi, Faisal, Herdi, Yayan, Away, Irfa, Tanjung. Terimakasih atas semangat dan dukunganya. Love U All

Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan, keselamatan dan kesuksesan di dunia maupun di akhirat.

Akhirnya atas saran dan kritiknya sebagai pembangun dan pengembangan dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan terbaik jasa-jasa mereka, di dunia maupun di akhirat kelak amin…..

Ciputat, 07-06-2008

Wasalam


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Dakwah ... 14

1. Pengertian Dakwah ... 14

2. Bentuk-bentuk Dakwah ... 15

3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah ... 17

4. Unsur-unsur Dakwah ... 21

B. Rehabilitasi ... 27

1. Pengertian Rehabilitasi ... 27


(11)

3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi ... 29

C. Narkoba ... 32

1. Pengertian Narkoba ... 32

2. Jenis-jenis Narkoba ... 34

3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ... 36

BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UMM BOGOR A. Sejarah Berdirinya ... 38

B. Organisasi dan Pengelolaannya... 40

C. Visi, Misi, dan Tujuannya... 42

D. Sarana dan Prasarana... 43

E. Kegiatannya ... 44

BAB IV

...

DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-UM

BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI

NARKOBA

A...P rofil Subjek ... 46

1. Profil Mad’u (Objek Dakwah) ... 46

2. Profil Da’i (Subjek Dakwah) ... 57

B...T ahapan-tahan Rehabilitasi Santri Narkoba ... 64


(12)

C...M

ateri Rehabilitasi Santri Narkoba ... 65 D....M

etode yang digunakan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ... 68 E...M

edia yang diterapkan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ... 70 F....A

nalisis Keberhasilan Dakwah ... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin cepat sebagai akibat dari kemajuan teknologi, indrusteri dan modernisasi secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia baik sebagai individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Salah satu dampak dari kemajuan teknologi dewasa ini antara lain adalah mempercepat transfer kebudayaan. Kebudayaan Barat dengan cepat menjalar keberbagai penjuru dunia. Kaum remaja yang merasa sebagai orang moderen, dan menggandrungi kemajuan teknologi banyak yang menerima begitu saja kebudayaan Barat yang tidak jarang bertentangan dengan kebudayaan dan adat istiadat orang Timur dan kebudayaan Islam. Mulai dari kebiasaan meminum-minuman keras, penyalahgunaan Narkoba dan obat-obatan terlarang yang dilakukan oleh sebagian remaja Indonesia adalah akibat dari mencontoh pergaulan yang dilakukan oleh remaja di negara lain.

Pada dasarnya penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya tidak akan menjadi masalah jika tidak mempunyai dampak besar pada tatanan sosial, keluarga, masyarakat sampai pada tingkat kriminal dengan gangguan ketertiban dan keamanan. Selain itu penggunaan Narkoba dan minuman yang mengandung alkohol juga mempunyai dampak terhadap syaraf manusia yang menimbulkan berbagai perasaan. Sebagian dari Narkoba itu meningkatkan gairah, semangat, dan keberanian. Sebagian lagi menimbulkan perasaan mengantuk, yang lain bisa menyebabkan rasa tenang dan nikmat sehingga bisa


(14)

melupakan segala kesulitan, oleh karena efek-efek itulah beberapa remaja menyalahgunakan Narkoba dan alkohol.

Akan tetapi penggunaan Narkoba dan alkohol dalam dosis yang berlebihan bisa membahayakan jiwa orang yang bersangkutan. Karena sifat Narkoba dan alkohol itu antara lain adalah menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Makin sering ia mengkonsumsi Narkoba atau minuman beralkohol, maka makin besar ketergantugannya sehingga pada suatu saat tidak bisa melepaskan diri lagi.1 Narkoba merupakan racun yang tidak hanya merusak manusia secara fisik, tetapi juga merusak jiwa dan masa depannya. Secara fisik semakin lama semakin ambruk, sedangkan mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan pemenuhan Narkoba yang semakin tinggi. Jika dia tidak menemukan Narkoba maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan.2

Dr. Belle Woodcomestock mengatakan bahwa Narkoba adalah kampium yang sangat merusak kehidupan manusia. Karena tidak ada jalan yang lebih pendek untuk merusak tubuh, pikiran, dan jiwa manusia dari pada memakai morfin, heroin, cocaine, candu, marijuana, dan lain-lain. Minimal ada sembilan sebab mengapa Narkoba menjadi berbahaya bagi para penggunanya yaitu merusak kemampuan berfikir (syaraf), meniadakan garis pemisah antara yang baik dan yang buruk, menutupi hukum, mempengaruhi nafsu sex, kemiskinan, kehancuran karier, merusak jiwa, merusak lingkungan sosial kemasyarakatan dan kematian tidak wajar.3

Pemaparan diatas menjelaskan bahwa betapa berbahayanya penyalahgunaan Narkoba bagi diri manusia. Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk melakukan atau terlibat dalam penyalahgunaan Narkoba. Selain berbahaya dan dapat merusak jiwa seseorang, penggunaan Narkoba dalam islampun sangat

1

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 216-217.

2

Abu al-Gifari, Generasi Narkoba, (Bandung: PT. Mujahid, 2003), cet. ke-3, h. 10.

3

Ahmadi Sofyan, Narkoba Mengincar Anak Anda; Panduan bagi Orang tua, Guru dan Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2007), cet. Ke-1, h. 8-11.


(15)

diharamkan. Hal ini terbukti karena Narkoba memiliki Mudharat (daya rusak) yang sangat besar ketimbang manfaat yang didapatkan. Selain haram dalam Islam penyalahgunaan Narkoba, juga dipahami sebagai perbuatan syetan:

Allah SWT berfirman

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjud”.(Qs Al-Maidah: 90-91)4

Berdasarkan kandungan ayat suci al-Qur’an di atas, jelas bahwa penggunaan Narkoba hanya akan merugikan pemakainya dan dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan sasama anggota keluarga dan masyarakat. Adapun yang dapat mengambil manfaat dari Narkoba adalah kalangan medis, yaitu untuk menunjang upaya pengobatan pasien. Walaupun demikian kenyataannya masih banyak kalangan umat Islam, terutama remaja Islam yang mengkonsumsinya. Hal ini dibuktikan dari jumlah pecandu Narkoba yang saat ini menurut kepolisian, sudah

4


(16)

mencapai angka 2 % dari keseluruhan penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia 200 juta jiwa berarti ada 4 juta jiwa pecandu Narkoba di Indonesia. Padahal data ini seperti diakui kapolri hanya sebagian kecil saja yang berhasil didata. Sementara data sebenarnya jauh lebih banyak. Seperti halnya gunung es yang hanya tampak kecil di permukaan sementara yang terpendam di lautan sungguh besar sekali.5

Menyadari akan bahaya penyalahgunaan Narkoba dan alkohol ini, hampir semua pemerintah di seluruh dunia mempunyai undang-undang anti narkotika dan alkohol. Berbagai upaya dan tindakan (oleh aparat pemerintahan dan hukum) telah dilakukan untuk memberantas sindikat-sindikat pembuat dan pengedar obat terlarang dan alkohol yang tak berizin. Akan tetapi sampai sekarang penyalahgunaan zat-zat yang berbahaya ini tidak pernah ditangani dengan tuntas.6 Bahkan bisnis barang haram tersebut juga menembus “dinding-dinding” lembaga pemasyarakatan tempat para pelaku dihukum. Meskipun sangsi hukum yang dijatuhkan kepada pelakunya semakin berat, akan tetapi para pelaku bisnis barang haram tersebut tidak pernah jera.7

Di Indonesia penyalahgunaan Narkoba menjadi perbincangan yang serius oleh berbagai kalangan. Baik pemerintah, lembaga sosial masyarakat, ormas, bahkan masyarakat juga turut membicarakan tentang Narkoba. Saat ini, jumlah penyalahguna Narkoba meningkat drastis. Tidak ada Kabupaten atau Kecamatana atau Kelurahan yang terbebas dari Narkoba. Bahkan Menurut data WHO jika ada

5

al-Gifari, Generasi Narkoba,h. 11.

6

Sarlito, Psikologi Remaja, h. 26.

7

M. Lutfi, Bimbingan Islam untuk Korban NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lain) Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan penyiaran, Vol. X , 2003, h. 155.


(17)

1 kasus maka yang sebenarnya ada 10 kasus di tempat tersebut8. Memperhatikan fenomena tersebut jelas memprihatinkan betapa kian ke depan Indonesia bukan semakin maju, malah mundur beberapa langkah ke belakang, masa depan menjadi taruhan. Kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan Narkoba sebagai musuh bersama adalah salah satunya jalan yang efektif untuk membendung peredaran obat terlarang tersebut.

Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba, saatnya mengembalikan mereka kepada aqidah ajaran Islam. Mempertemukan kembali fitrah mereka sebagai manusia, dengan agama atau menyadarkan mereka (manusia) supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik. Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan mereka dari kesesatan. Orang yang menjadi budak Narkoba adalah orang yang tersesat oleh sebab itu manusia sebagai khalifah di bumi ini mempunyai kewajiban mengingatkan, menyeru dan mengembalikan mereka kejalan yang diridhai oleh Allah SWT. Sebagai muslim, manusia mempunyai kewajiban memerangi kemungkaran di muka bumi ini, salah satunya memerangi Narkoba. Hal tersebut sesuai dengan kewajiban dakwah yaitu melakukan amal ma’ruf dan nayi munkar.

Perang melawan Narkoba dalam Islam merupakan jihad melawan kemunkaran. Dan bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba, seyogyanya dimasukan ke panti rehabilitasi untuk ditangani dengan terapi yang efektif. Baik dengan terapi medis maupun non medis (spiritual keagamaan). Salah satu lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap remaja dan korban Narkoba

8


(18)

adalah Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dalam kegiatan rehabilitasinya Pondok Pesantren ini menggunakan metode non medis (spiritual/keagamaan). Dengan menanamkan kembali nilai-nilai keislaman (aqidah) yang pernah hilang dari diri mereka. Pondok Pesantren Al-Um ini adalah Pondok Pesantren salafi pada awalnya, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap remaja akibat menyalahgunakan Narkoba. Maka Pondok Pesantren ini menambah kegiatannya dengan panti rehabilitasi korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um dipimpin oleh seorang kiai yang tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, tetapi memiliki kemampuan/kelebihan dalam pengetahuan agama dibandingkan orang biasa dan mampu mengobati para pecandu Narkoba dengan metode yang digunakan. Dengan ilmu yang dimilikinya beliau mampu mendirikan sebuah Pondok Pesantren sebagai wadah menuntut ilmu agama dan juga panti rehabilitasi untuk para korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um Bogor, berlokasi di Jl. Gunung Batu, Rt/Rw. 01/ 08. Kp. Pagentongan, Desa. Loji, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor.

Dari paparan di atas, penulis tertarik melakukan kegiatan penelitian secara mendalam, sekaligus dijadikan bahan skripsi, dengan judul Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan pokok pemikiran pada latar belakang masalah tersebut, pada hal ini penulis membatasi pada dakwah Pondok Pesantren al-Um Bogor dalam


(19)

rehabilitasi santri Narkoba. Adapun yang dimaksud Santri Narkoba di sini adalah para pecandu Narkoba yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan di atas, maka perumusannya dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan (masalah) yang dihadapi santri Narkoba (objek dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?

2. Apa saja tahapan-tahapan rehabilitasi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Um dalam merehabilitasi santri narkoba?

3. Bagaimana dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media) di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?

4. Bagaimana keberhasilan dakwahnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan dari permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keadaan (masalah) yang digadapi Santri Narkoba (objek dakwah).

2. Untuk mengetahui dakwah yang dilakukan (meliputi materi, media dan metode) di Pondok Pesantren al-Um Bogor,

3. Analisis keberhasilan dakwahnya. b. Manfaat Penelitian


(20)

1. Segi Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam pengembangan konsep Ilmu Dakwah dan sebagai tambahan literatur keislaman, sekaligus untuk menambah wawasan bagi para pembaca. 2. Segi Praktis

Kiranya penelitian ini dapat memberikan inpuut bagi praktisi dakwah, khususnya yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor, dalam meningkatkan kwalitas pondok pesantren melalui kegiatan dakwah.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang penulis teliti berbeda dengan yang diteliti sebelumnya.

Setelah penulis mengadakan suatu kajian pustaka, penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Skripsi tersebut antara lain adalah skripsi karya Wiwin Wirdaningsih-2004 yang berjudul “Peran Terapi Tarikat Qadariyah Naqsabandiyah dalam Menyembuhkan Korban Narkotika di Pondok Inabah VII

Pondok Pesantren Suryalaya” dan skripsi karya Anita-2006, yang berjudul

“Upaya Bimbingan Rohani Islam dalam Mewujudkan Kesehatan Mental Korban


(21)

Fokus penelitian pada skripsi karya Wiwin Wirdaningsih memfokuskan pada penerapan terapi Tariqat Qadariyah Naqsabandiyah dalam upaya menyembuhkan para korban Narkoba dan pada skripsi karya Anita fokus penelitiannya pada upaya bimbingan rohani Islam dalam mewujudkan kesehatan mental pada para korban Narkoba di BNN Pamardisiwi Cawang sedangkan fokus penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu pada dakwah Pondok Pesantrn Al-Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam karya ilmiah ini, maka penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah: tradisi trtentu dalam ilmu pengetahuan yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya9.

2. Penempatan Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Jl. Gunung Batu RT 01/08 Kp. Pagentongan Desa. Loji. Kec. Bogor Barat, Kota Bogor. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret sampai dengan 10 Mei 2008.

3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitin

9

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), cet. ke-21, h. 4.


(22)

Dalam hal ini subjek penelitiannya adalah Pondok Pesantren Al-Um Bogor.

b. Objek Penelitian

Dalam hal ini objek penelitiannya adalah apa yang akan diteliti, adapun yang akan penulis teliti adalah aktivitas dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.

4. Sumber Data

Sumber utama dalam meneliti masalah di atas penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data primer

Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah subjek dakwah (da’i), objek dakwah (santri Narkoba), dan pihak-pihak terkait lainnya.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku tertentu dari berbagai literatur yang berhubungan dengan dakwah, rehabilitasi dan Narkoba.

5. Teknik Pengumpulan Data. a. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas untuk mendapatkan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar menganalisa hasil penelitian.


(23)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.10 Dalam penelitian ini penulis mengamati langsung objek yang akan diteliti, yaitu keadaan (masalah) yang dihadapi santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um, dakwah yang diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um, serta keberhasilan dakwahnya. Adapun hal-hal yang diperlukan dalam observasi ini adalah tape recorder, kamera, dan note book yang akan digunakan selama observasi berlangsung.

b. Wawancara

Wawncara ini ditujukan kepada K.H. Tb Bahrum Zaman selaku pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dua orang ustad (pengajar santri narkoba), dan lima orang santri narkoba, metode ini digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu sehingga lebih menyakinkan data yang akan diperoleh dari sumber lain, dalam hal ini penulis menggunakan pedoman wawancara.

c. Dokumentasi

Adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11 Sumber data yang merupkan catatan atau dokumen yang tersedia di Pondok Pesantren tersebut, bisa termasuk sumber data yang resmi. Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang didapatkan melalui observasi dan wawancara.

6. Analisis Data

10

Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung PT Rosdakarya: 2002), h.81.

11

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), cet. ke-2, h. 73.


(24)

Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah dan diinterpretasikan.12 Setelah penulis menghimpun data-data yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya penulis mengolah/menganalisis data-data tersebut:

a. Data dan Informasi yang diperoleh melalui wawancara, penulis memasukan hasil wawancara tersebut kedalam uraian pembahasan-pembahasan skripsi ini.

b. Data dan Informasi yang diperoleh melalui observasi dan pengamatan, dijadikan sebagai tambahan untuk menggambarkan objektivitas dari proses rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Um Bogor.

c. Data dan Dokumentasi, digunakan sebagai bahan dan kerangka analisis dalam menimbang dan memperkuat penelitian kedalam skripsi ini. 7. Teknik Penulisan Data

Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku “pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Kemudian dalam penulisan skripsi ini, penulis menguraikan dalam V (lima) bab dan masing-masing bab akan dibagi menjadi beberapa sub, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

12

Masri Singarimbun & Sofian Efendy, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S, 1989), cet. ke-1, h. 263.


(25)

BAB II : Seputar Teori Tentang Dakwah, Rehabilitasi, dan Narkoba.

BAB III : Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Visi, Misi, dan Tujuannya, Organisasi dan Pengelolaannya, serta kegiatan-kegiatan (aktifitas) yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.

BAB IV : Membahas Tentang objek dakwah dan subjek dakwah, membahas tentang keadaan (masalah) yang dihadapi santri narkoba (subjek dakwah) yang ada di Pondok Pesantren Al-Um, membahas tentang dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media) yang diterapkan Pondok Pesantren Al-Um Bogor dalam habilitasi Santri Narkoba, serta membahas tentang keberhasilan dakwahnya.

BAB V : Berisi Penutup yang didalamnya dibahas Tentang Kesimpulan dan Saran.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi (bahasa) kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak13. Sedangkan secara terminologi (istilah) dakwah memiliki pengertian yang variatif. Hal ini terbukti dengan banyaknya perbedaan sudut pandang para pakar ilmu dakwah dalam mendefinisikan makna dakwah. Di antara pendapat-pendapat tersebut yaitu:

a. Menurut Syeh Ali Mahfuz yang dikutif Abdul Rosyad Saleh dakwah adalah “mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebijakan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.14

b. Menurut M. Arif Hakim dakwah adalah “suatu kegiatan ajakan baik bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap

13

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989), h. 128.

14

Abdul. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977), cet. ke-1, h. 9.


(27)

ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan”.15

c. Menurut Prof. Toha Yahya Omar dakwah adalah “sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat”.16

d. Menurut H.S.M Nasrudin, dalam bukunya Teori dan praktek Dakwah islamiyah mendefinisikan dakwah sebagai “setiap usaha/ aktivitas dengan lisan/tulisan dan lainya. Yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil, manusia lainnya untuk beriman mentaati Allah swt, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah”.17

Dari definisi tesebut di atas, meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan satu sama lain, tetapi dapat artikan bahwa dakwah adalah seruan mulia yang diwajibkan pada setiap umat Islam dengan tujuan menyeru atau mengajak kepada jalan yang benar (Islam), mencegah dari perbuatan munkar, menciptakan kesejahteraan umat, membawa kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat serta diridhai Allah SWT.

2. Bentuk-bentuk Dakwah

Seorang da’i harus mempunyai berbagai cara dan harus dapat memilih cara atau bentuk dakwah yang tepat agar dakwahnya tidak sia-sia. Diantaranya bentuk-bentuk dakwah adalah

a) Dakwah bil-lisan

15

Arif Hakim, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. ke-4, 1997), h. 6.

16

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet. ke-5, h. 1.

17


(28)

Ialah dakwah yang penyampaiannya secara lisan antara lain:

1) Qaulun Ma’rufum ialah dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam.

2) Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik

dalam lidah maupun dalam perbuatan.

3) Nasihatuddin ialah memberikan nasehat kepada orang yang telah

dilanda problem kehidupan agar mempu melaksanakan agamanya dengan baik.

4) Majlis Ta’lim dengan menggunakan buku-buku, kitab dan berakhir dengan dialog atau tanya jawab.

5) Mujadalah ialah perdebatan dengan menggunakan argumentasi serta

alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik kesimpulan18.

b) Dakwah Bil-qalam

Adalah dakwah dengan menggunakan keterampilan menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, brosur, buletin, buku, dan sebagainya. Dakwah seperti ini dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya luas, disamping itu masyarakat atau suatu kelompok dapat mempelajarinya serta memahaminya sendiri.19

c) Dakwah Bil-hal

Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan dakwah bil hal adalah sebagai berikut:

1. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif. 2. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif.

3. Bersilaturahmi ke yayasan-yayasan dan panti-panti asuhan dan

18

Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan Dakwah,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 49.

19


(29)

4. Pengobatan.20

3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah. a. Fungsi atau Kegunaan Dakwah

Dakwah mempunyai fungsi atau kegunaan di dunia dan akhirat. Secara ringkas adalah sebagai berikut:

Pertama, mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam perjuangan melawan kebatilan jahiliyah.

Kedua, menggugah dan membangun manusia dari tidur panjangnya menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam.

Ketiga, menegakan hujah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat salah dan dosa.

Keempat, membentuk nasehat umum yang benar dan selamat, nasehat umum inilah yang mempunyai peranan besar di dalam menjaga dan memelihara adab, akhlak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam hidup bermasyarakat.

Kelima, dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqamahnya akhlak manusia.

Keenam, dengan dakwah, manusia akan memperoleh keberuntungan berupa jumlah dan keridhaan Allah di akhirat.

Ketujuh, dengan dakwah manusia akan terlepas dari siksa di dunia dan akhirat. Sebaliknya ditinggalkannya kewajiban dakwah akan berakibat

20


(30)

tersebarnya kerusakan dan kejelekan yang akan merambah keseluruh wilayah kehidupan.21

b. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.22 Kimosa A. Machfoeld dalam bukunya “Filsafat Dakwah” mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah “mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik”. Menjadikan orang baik berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, dari kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan. 23

Seperti yang dikutip Syeh Ali Mahfudz, bahwa tujuan dakwah ada lima perkara yaitu:

1. Menyiarkan tuntutan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.

2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik. 3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali silaturahmi diantara kaum

muslim.

4. Menolak faham ateisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.

21

Sayid Muhamad Nuh, Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000), cet. ke-2, h. 33-39.

22

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: PT. Al-Ikhlas, 1983), h.49.

23

Kimosa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. xii.


(31)

5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat dengan kepercayaan yang tidak bersumber pada agama dengan mendalami ilmu Usuludin.24

Sedangkan Mohamad Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah terdiri dari tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor objektive).

a). Tujuan Umum Dakwah

Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia (meliputi orang mukmin, kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai allah SWT agar dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.25

b). Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jelas kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Di bawah ini akan diuraikan tujuan khusus dakwah sebagai terjemahan dari tujuan umum dakwah yaitu:

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt. artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf.

3. Mengajak umat manusia yang belum beriman untuk beriman dan bertakwa kepada Allah.

24

Hasanudin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Penerbit. Pedoman Ilmu Jaya, cet. ke-1, 1996), h. 33-34.

25

Mohamad Ardani, Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), h. 13.


(32)

4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.26

Dari paparan dakwah di atas, maka menurut penulis dakwah memiliki tujuan yang borientasi kepada prilaku manusia (akhlak). Dakwah akan mencapai tujuannya jika ajaran Islam yang berupa norma-norma yang menuntun orang agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat direlisasikan dengan sempurna. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah dapat terlealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini, sehingga mendapatkan sisi yang baik berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia hingga akhirat nanti.

c. Hukum Dakwah

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar ma’ruf nahi anil munkar, berjihad, pemberi nasehat dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syareat atau hukum Islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil yang maksimal, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya.27 Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah hukumnya adalah wajib, karena dengan dakwah agama islam telah tersebar keseluruh plosok dunia hingga sampai ke Indonesia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur`an surah Ali Imron/3 :110:

26

Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 54-58.

27


(33)

Artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

4. Unsur-Unsur Dakwah

Dalam kegiatan dakwah dibutuhkan adanya saling mendukung antara unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut yaitu:

a. Subyek Dakwah

Subjek dakwah adalah (ulama, da’i, muballigh) yaitu orang yang melaksanakan tugas dakwah, pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan/ kelompok pribadi. Subjek dakwah adalah sosok manusia yang mempunyai nilai keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.28 Seorang da’i haruis mempunyai bekal yang cukup dalam berdakwah dan harus mampu membimbing umat untuk memahami realitas, memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan akhirnya memperbaiki objek dakwah. Berdakwah jika dilihat dari kemampuan da’i terdiri atas dua macam yaitu:

Pertama, dakwah bersifat individual (fardiyah), yakni seorang muslim melakukan dakwah seorang diri berdasarkan kakuatan, kemampuan dan ilmunya.

Kedua, dakwah bersifat kelompok (jam’iyah).29

b. Obyek Da’wah

Mad’u dalam isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek dan sekaligus subyek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkeculi. Siapapun mereka, laki-laki maupun

28

Rafudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandumg: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 47.

29

Said Bin ali al qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 98.


(34)

perempuan, tua ataupun muda, seorang bayi yang baru lahir atupun orang tua yang menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam, tetapi orang-orang di luar Islam, baik mereka itu ateis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama-agama lain, semua adalah mad’u. Hal ini disebabkan oleh karena misi kedatangan Islam adalah sebagai rahmatan bagi alam semesta.30 Agar dakwah bisa dilakukan dengan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan. Maka sudah waktunya dibuat dan disusun stratifikasi sasaran. Berdasarkan tingkat, usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan, berdasarkan tempat tinggal dan lain sebagainya.31

Berdasarkan strata sosial, baik kalangan bangsawan, pembesar, pemuka kaum ataupun orang-orang lemah, rakyat jelata, semua adalah mad’u dalam dakwah. Dari segi ekonomi, baik orang kaya raya, konglomerat, sampai pengemis dan orang-orang gembel yang tidak memiliki kemampuan menghidupi diri sendiri, semua harus didakwahi, diajak menuju jalan Allah. Orang-orang yang mapan hidupnya dan tinggal di gedung-gedung mewah, sampai rakyat pinggiran yang tidak memiliki tempat tinggal semua mad’u dalam dakwah.

Dari tinjauan politik kenegaraan, baik pemerintah, pemegang kekuasaan eksekutif, yudikatif, ataupun anggota legislatif sampai pada anggota masyarakat keseluruhan adalah mad’u. Dari segi ideologi, baik yang meyakini sosialisme, komunisme, feminisme, kapitalisme ataupun penganut ideologi-ideologi lainnya adalah mad’u yang harus dikenakan dakwah. Pendek kata, semua manusia, apapun keyakinan hidupnya, ras, bahasa dan bangsa adalah mad’u.32

30

Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah; yang Tegar di Jalan Allah (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), cet. ke-IV, h. 25.

31

Didin Hapidudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) h. 79.

32


(35)

Dari penjelasan di atas penulis memaparkan bahwa objek dakwah adalah semua menusia tanpa terkecuali. Karena misi kedatangan dakwah adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Jika dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja maka Islam tidak akan terlealisir sebagai rahmat bagi alam semesta.

c. Materi Da’wah

Apapun materi dakwah yang hendak disampaikan pada dasarnya bersumber dari al-Qur`an dan Hadist. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah sejenisnya.33 Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

1. Masalah keimanan (aqidah) 2. Masalah keislaman (syariyah)

3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).34 a) Keimanan (aqidah)

Dalam ajaran Islam, aspek aqidah secara umum termaktub dalam rukun-rukun iman (arkan al-iman) yang terdiri iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-Nya, iman kepada

33

M. Sayfa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: Widjaya, 1982), cet. ke-1, h. 99.

34


(36)

hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar-Nya. Akan tetapi aspek aqidah yang terpenting adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT.35

b) Syari’ah

Kalau aspek aqidah memuat hal-hal yang berkenaan dengan kepercayan, keyakinan, dan keimanan, maka aspek syari’yah memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Secara umum, syari’yah Islam terdiri dari ‘ubudiyah, mu’amala, jinayah, qadhayah, dan siyasah.36

c) Akhlak

Aspek akhlak dalam bahasa sehari-hari sering disebut etika, moral, budi pekerti, dan lain-lain. Menurut ajaran Islam, aspek akhlak tidak dapat dipisahkan dari aspek aqidah, ubudiyah, mu’amalah dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa aspek akhlak dalam ajaran Islam sangatlah penting dan strategis. Sebab dengan akhlak manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk37

d. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang dai (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.38

Adapun bentuk bentuk metode dakwah yaitu:

1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u

2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu yaitu ungkapan yang mengandung unsur

bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,

35

Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), cet, ke-1, h.73-74.

36

Ibid., h. 82.

37

Ibid., h. 89-90.

38


(37)

pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan yaitu bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis.39

Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat agar tercapainya keberhasilan dakwah.

e. Media Dakwah

Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat menyalurkan. Dalam pengertian jamak dipakai istilah media sedang dalam pengertian tunggal dipakai istilah medium.40 Untuk keberhasilan dakwah seorang da’i memerlukan media dakwah dalam kinerjanya. Terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman, saat ini ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat ditandai dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi. Dalam berdakwah diperlukan beberapa media sebagai penunjang aktivitasnya. Adapun media dakwah tersebut yaitu:

1. Media Lisan (dakwah bil-lisan)

Dakwah bil-lisan merupakan komunikasi yang lebih bersifat informatif, meskipun nilai persuasinya tidak ketinggalan karena tetap mengarah kepada loyalitas mengikuti ajaran agama, sebab dakwah bil-lisan pada dasarnya memberikan atau menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam dengan

39

Munzier Suprta & Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakatra: Prenada Media, 2003), h. 11-20.

40

Anwar Arifin, Strategi Komunikasi sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: Armico, 1994 ), cet. ke-3, h, 23.


(38)

tujuan agar sasaran dakwahnya berubah persepsinya secara luas tentang ajaran agama sehingga sanggup menyampaikan kepada orang banyak.

2.Media Tindakan atau Uswatun (dakwah bil-hal)

Dakwah berupa perbuatan memanfaatkan situasi dan kondisi masyarakat sebagai suatu kegiatan agar tumbuh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.41

3. Media Visual

Merupakan bentuk media dakwah yang dapat menyampaikan dakwahnya melalui pemanfaatan indera penglihatan. Contohnya: majalah, koran.

slide, foto, gambar dan overheand proyektor. 4. Media Audio

Merupakan suatu bentuk media yang dalam penyampaian dakwahnya melalui pemanfaatan indera pendengaran. Contohnya: radio, tape recorder, dan telepon.

5. Media Audio Visual

Merupakan suatu media atau alat yang dapat ditangkap dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran. Misalnya televisi dan film.

6. Media Tulisan

Merupakan suatu media yang penyampaian pesan dakwahnya dalam bentuk tulisan. Termasuk didalamnya koran, majalah, buku, pamflet, brosur, dan novel.42

41

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah;Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakah di Indonesia, h. 42-43.

42


(39)

Dari berbagai macam media di atas memiliki sasaran yang sama yaitu mad’u. Namun, dalam penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dialami mad’u.

B. Rehabilitasi

1. Pengertian Rehabilitasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia rehabilitasi adalah 1). Pemulihan kepada kedudukan (kadaan, nama baik) yang dahulu (semula), 2). Perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (msl pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat.43 Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari Psikiater, yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna/ketergantungan NAZA (Narkoba) kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologik, sosial dan spiritual/ agama (keimanaan). Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di lingkungan sosialnya.44

2. Fungsi dan Tujuan Rehabilitasi

a. Fungsi Rehabilitasi

1. Fungsi preventif (pencegahaan), yakni mencegah timbulnya masalah seseorang.

43

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 774.

44

Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif), (Jakarta: Penerbit FKUI, 2006), edisi ke-2, cet. ke-1, h.132.


(40)

2. Fungsi kuratif/korektif, yakni memecahkan/menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang.

3. Fungsi preventif dan devlopmental, yakni memelihara agar keadaan yang telah baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembalikan keadaan yang sudah baik untuk menjadi lebih baik.45

b. Tujuan Rehabilitasi

Rehabilitasi bagi para pecandu Narkoba dilakukan dengan maksud untuk memulihkan dan mengembalikan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan. Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater hasil yang diharapkan setelah mereka (pasien, korban) Narkoba dapat kembali sehat dalam arti:

1. Sehat jasmani/ fisik biologik. 2. Sehat jiwa (psikologik) 3. Sehat sosial (adaptasi)

4. Sehat rohani/ keimanaan spiritual keagamaan.46

Dan diharapkan setelah mereka (korban Narkoba) telah selesai mejalani program rehabilitasi mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.

2. Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAZA. 3. Memiliki keterampilan.

45

Anurrahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta. UI Press, 2001) cet. ke-2, h. 2.

46

Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) MUTAKHIR (Sistem Terpadu) PASIEN “NAZA” (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), (Jakarta: Penerbit


(41)

4. Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah (keluarga), di sekolah/kampus, ditempat kerja maupun di masyarakat.47

Dari pengertian di atas tujuan rehabilitasi secara umum yakni untuk membantu individu, mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya, memiliki jiwa yang kuat dan sehat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi a). Bentuk Rehabilitasi

Ada dua macam bentuk rehabilitasi bagi korban pecandu Narkoba yaitu: 1. Rehabilitasi Medis

Yang dimaksud rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pelayanaan kesehatan secara utuh terpadu melalui pendekatan medis dan sosial agar penderita yang menderita sindrom ketergantungan dapat mecapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin. Penderita disini selain diberi pengobatan secara medis juga diberi perhatian akan kepercayaan diri supaya sehat seperti semula.

2. Rehabilitasi Sosial.

Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan dan pengembangan baik fisik, mental, maupun sosial agar pengguna yang menderita sindrom ketergantungan dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal dalam kehidupan masyarakat. Pasien dipulihkan kemampuan fisiknya, mentalnya dibina seperti diberi ceramah agama, pemahaman tentang obat-obatan terlarang dan sebagainya, kegiatan sosial dalam lingkungan terbatas misalnya diikutsertakan

47


(42)

melakukan suatu pekerjaan sesuai kemampuan yang bersangkutan, sehingga dari kegiatan tersebut dapat dijadikan bekal untuk berhubungan dengan kehidupan masyarakat setelah selesai menjalankan rehabilitasi.48

b). Tahapan Rehabilitasi

Dalam terapi rehabilitasi ini korban Narkoba menjalani tiga pase/tahapan rehabilitasi yaitu:

1. Terapi Kelompok

Terapi ini berupa pertemuan rutin yang dilakukan untuk mencapi maksud dan tujuan tersebut di atas, diperlukan program rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medik, psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.

2. Program Keterampilam dan Olahraga

Pada program ini pasien diberi tugas berupa keterampilan atau olahraga sesuai dengan program yang diminatinya. Program ini dilakukan pasien disertai penilaian terhadap kondisi psikis dan emosionalnya dipandu atau dibimbing oleh

social worker atau guru olahraga, dan oleh perawat yang terlatih. 3. Program Selingan Bebas

Program ini diberikan sebagai selingan dari kedua program di atas. Yaitu acara musik, menonton tv dan olahraga. Ketiga program ini diberikan secara berselang-seling. Pada saat menjalani program ini pasien tetap dijaga kondisi pisik dan psikisnya.49

Sedangkan menurut Prof. Dr, dr Dadang Hawari Psikiater bahwa tahapan rehabilitasi meliputi empat pase yaitu:

48

Ahmad Sanusi Mustofa, Problem Narkotika, Psikotropika dan HIV/AIDS –

Penanggulangannya Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Penerbit. Zikrul Hakim, 2002), h. 14.

49


(43)

2. Rehabilitasi Medik

Maksud dari rehabilitasi medik ini adalah agar mantan penyalahguna/ketergantungan NAZA benar-benar sehat secara fisik dalam arti komplikasi medik diobati dan disembuhkan. Jika diantara peserta rehabilitasi mengalami cacat fisik maka perlu dilakukan rehabilitasi medik ini agar yang bersangkutan dapat hidup normal meskipun mengalami kecacatan pada tubuhnya.

3. Rehabilitasi Psikiatrik

Dengan rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula berprilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan anti sosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat berasosiasi dengan baik.

3. Rehabilitasi Psikososial

Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di sekolah\kampus dan ditempat kerja. Program rehabiitasi psikososial merupakan persipan untuk kembali kemasyarakat.

4. Rehabilitasi Psikoreligius

Dengan rehabilitasi psikoreligius ini adalah untuk memulihkan peserta rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Yang termasuk dalam rehabilitasi psikoreligius ini adalah semua bentuk ritual keagamaan.50

50


(44)

C. Narkoba

1. Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang)

Istilah Narkoba atau jenis-jenis Narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris “narcoties”, yang berarti “obat bius”. Dalam bahasa Yunani “narcosis” yang berarti “menidurkan”. Dan secara umum dipahami sebagai “suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi pusat syaraf, sehingga dapat menimbulkan rasa ngantuk yang berlebihan51.

Menurut FA Purwoko (2003), istilah Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat (bahan adkitif) lain. Ini diperejelas dalam UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika: “narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan menteri kesehatan.52.

Menurut Rachman Hermawan. S Narkotika adalah zat yang jika dimakan, diminum/dimasukan (disuntikan) kedalam tubuh manusia, dapat mengubah satu atau lebih fungsi dalam badan.53 Sedangkan psikotropika adalah obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif, melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. (UU RI No.5. Th 1997)54. Bahan Adiktif

51

M. Lutfi, Bimbingan Islam untuk Korban NAZA: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lainnya, Jurnal Dakwah, Komunikasi & Budaya V, X. No. 2 (Desember 2003), h. 156.

52

Badan Narkotika Nasional, Efektifitas Penaggulangan Narkoba Melalui Sistem Plug in dalam Materi Pembelajaran pada lembaga Pendidikan Formal, (Jakarta: BNN RI, 2005), h. 28.

53

Rachman Hermawan. S, Penyalahgunaan Narkotika oleh Remaja, (Bandungh: PT. Cresco, 1980), cet. ke-1, h. 10.

54


(45)

Lainya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk ke dalam golongan Narkotika atau Psikotropka tetapi menimbulkan ketergantungan seperti alkohol.55

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa Narkoba adalah suatu zat yang dapat menurunkan kesadaran juga dapat menimbulakan gejala-gejala fisik dan mental pada pemakainya, dan jika dikonsumsi secara terus-menerus akan dapat mengakibatkan terjadinya ketergantungan terhadap jenis tersebut.

Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk menjadi golongan orang-orang yang menyalahgunakan Narkoba. Bagi orang-orang yang terkena kasus Narkoba yang sudah sangat tergantung, maka perlu diikuti dengan upaya merehabilitasinya. Untuk keperluan tersebut, ada beberapa Pondok Pesantren yang sudah melakukan terapi khusus guna merehabilitasi para korban Narkoba. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Islam Tebu Ireng Jombang (Jawa Timur), Pondok Pesantren Inabah Abah Anom Tasik Malaya (Jawa Barat), Pondok Pesantren Al-Ihya (Jakarta)56.

Karena keberhasilan dari beberapa Pondok Pesantren yang melakukan rehabilitasi pada korban Narkoba dengan metode spiritual keagamaan. Banyak Pondok Pesantren yang mengadopsi metode tersebut salah satunya adalah Pondok Pesantren Al-Um (Bogor).

2. Jenis-jenis Narkoba

Ada beberapa jenis kategori zat yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia yang termasuk dalam jenis Narkoba. Narkoba terdiri dari beberapa jenis yaitu: narkotika (terdiri dari tiga golongan), psikotropika (terdiri dari empat golongan), dan zat adiktif.

55

Badan Narkitika Nasional Indonesia, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda, (Jakarta: BNN RI, 2004), h. 13.

56


(46)

a. Narkotika

1. Narkotika golongan I

Yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Heroin, putaw, Cokain,dan Ganja. Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat orang kecanduan karena efeknya sangat kuat. Mempunyai 2 kali kekuatan dari morfin, ditemukan dalam bentuk cairan, serbuk, dan pil, berwarna putih suram. Penggunaanya dengan cara menghirup/menyedot dan bisa disuntikan untuk lebih praktis tetapi setelah dipanaskan terlebih dahulu.

2. Narkotika golongan II

Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.

3. Narkotika golongan III

Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh

Codein.

b. Psikotropika

Menurut UU RI No. 5 / 1997, Psikotropika adalah: Zat atau obat, baik alamiah amupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada aktifitas mental dan prilaku. Adapun jenis-jenisnya yaitu:

1. Psikotropika golongan I

Yaitu Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Ekstasi.

2. Psikotropika golongan II

Yaitu Psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Amphetamine. Bentuk

Amphetamine ada yang bubuk berwarna putih dan keabuan dan ada juga yang

berbentuk tablet.

Ada dua jenis Amphetamine yaitu:

a. MDM (Methylene dioxy Methamphetamine), istilah yang sering digunakan antara lain: Inex, Ekstas /XTC. Pengemasan zat ini dalam bentuk tablet dan kapsul.

b. Metamphetamine Ice, istilah yang sering digunakan adalah: Shabu, SS, ice.


(47)

3. Psikotropika golongan III

Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh:

Phenobarbital.

4. Psikotropika golongan IV

Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh:

Diazepam, nitrazepan (BK, DUM). c. Zat Adiktif Lain

Yang disebut Zat Adiktif lain adalah: bahan /Zat yang berpengaruh psikotrofit di luar Narkotika dan Psikotroika. Adapun jenis-jenisnya yaitu:

1. Alkohol:

Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian yang menghasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15%, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehinga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100%. Istilah dalam alkohol ini biasanya disebut: Booze dan Drink. Alkohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat /zat itu dalam tubuh manusia.

Ada tiga golongan minuman beralkohol yaitu: a. Golongan A: Kadar etanol 1-5% (Bir).

b. Golongan B: Kadar etanol 5-20% (berbagai minuman anggur).

c. Golongan C: Kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson, House, Johny, Walker).

2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut).

Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Beberapa jenis yang sering disalahgunakan oleh pecandu adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat kuku dan Bensin.

3. Tembakau.

Tembakau berbentuk daun yang mengandung nikotin dan dapat mengakibatkan ketergantungan jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus.57

57


(48)

3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan minuman keras pada umumnya disebabkan karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan ketenangan, walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan secara semu. Banyak orang memakai Narkoba untuk mendapatkan rasa “enak” dan rasa senang akan diri mereka. Mereka merasa hidup dan percaya diri, tetapi sayangnya, hal ini hanya terjadi sementara dan sering mengarah pada ketergantungan yang berkepanjangan bahkan kematian. Sampai sekarang belum ditemukan secara pasti suatu alasan yang tepat mengapa seseorang menggunakan Narkoba58.

Disinyalir ada beberapa faktor yang menyebabkan atau yang menjadi alasan awal mengapa para remaja menggunakan Narkoba, antara lain:

a. Memenuhi rasa ingin tahuyang sangat besar dan penasaran hingga berani mencoba.

b. Mengikuti trend agar tidak ketinggalan dari teman-teman yang sudah mencoba lebih dahulu.

c. Sebagai sebuah pelarian dari lingkungan yang kerap mengalami perubahan secara drastis sehingga membuat mereka tidak nyaman dan aman.

d. Suatu bentuk perlawanan terhadap orang tua atau keluarga.

e. Komuniaksi yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga sehingga kurangnya keharmonisan dalam lingkungan keluarga seperti yang mereka idamkan.

f. Mencari kesenangan, iseng, atau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa jenuh dan stres dari rutinitas yang dihadapi sehari-hari.

g. Lari dari kebosanan atau kenyataan hidup yang pahit

h. Kepercayaan yang salah bahwa pemakaian obat-obatan secara jarang tidak dapat menyebabkan ketergantungan.59

Beberapa faktor di atas merupakan faktor awal mengapa seseorang menyalahgunakan Narkoba, faktor lain yang menjadi penyebab seseorang menyalahgunakan Narkoba dikelompokan sebagai berikut:

58

Ibid., h. 90.

59


(49)

1. Faktor Pribadi.

Karena adanya kecacatan/kekurangan dalam dirinya sehingga merasa terasingkan, tidak diperhatikan dan sebagainya maka keadaan seperti ini akan memicu kepada perbuatan menyimpang yaitu penyalahgunaan Narkoba.

2. Faktor Keluarga

Apa bila seseorang mendapatkan perlakuan buruk dalam keluarga maka akan buruk pula yang akan diperlihatkan pada lingkungannya.

3. Faktor Sosial dan Dinamika Perubahanya.

Lingkungan pergaulan menjadi fakor yang sangat besar bagi penyalahgunaan Narkoba pada seseorang karena didalam lingkungan ini seseorang terpengaruh ciri kepribadiannya. Adapun lingkungan sosial yang mendukung terjadinya penyalahgunaan Narkoba yaitu, lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat.

Sebelum seseorang menjadi ketergantungan pada Narkoba, akan melalui beberapa tahapan yaitu, penggunaan coba-coba/eksperimen, penggunaan sosial atau reaksi, penggunaan situasional, kemudian penyalahgunaan dan akhirnya ketergantungan.60

60


(50)

BAB III

PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR

A. Sejarah Berdirinya

Pondok Pesantren Al-Um Bogor didirikan oleh KH. Tb. Bahrum Zaman. Pada tanggal 17 April 1976. Nama al-Um diambil dari sebuah kitab fiqih yang dikarang oleh Imam Syafi'i. Pondok Pesantren Al-Um ini didirikan di atas tanah seluas + 5000 m2 yang terdiri dari empat (4) gedung diantaranya:

1. Gedung induk berupa majelis ta’lim 2. Gedung anak-anak korban narkoba 3. Gedung asrama putra

4. Gedung asrama putri.61

Yang melatarbelakangi didirikannya Pondok Pesantren Al-Um ini adalah karena terdorong dari rasa kepedulian K.H. Tb. Bahrum Zaman terhadap remaja, timbul keinginan dalam diri beliau untuk menjaga tunas-tunas bangsa dari berbagai hal yang dapat merusak moral mereka akibat mencontoh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh remaja di negara lain, salah satu contohnya yaitu pergaulan bebas, minum-minuman keras, fashion dan sebagainya. Oleh sesab itu setiap kali beliau mengisi acara, tema yang beliau angkat lebih banyak masalah remaja, mengapa demikian karena remaja merupakan pilar kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu harus dijaga dan diselamatkan dari berbagai kebudayaan

61


(51)

Barat yang tidak jarang bertentangan dengan aqidah Islam dan adat istiadat orang Timur.62

Anak-anak remaja yang baru memasuki masa peralihan dari anak-anak kedewasa ini, banyak yang menerima begitu saja kebudayaan Barat tersebut tanpa memikirkan akibatnya. Oleh sebab itu mereka harus dijaga dan diselamatkan dengan cara membekali diri para remaja ini dengan pemahaman-pemahaman ajaran agama (sistem ajaran Tuhan) agar dapat menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama dan berakhlak terpuji dan dapat diperaktekan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut yang menjadi alasan beliau mendirikan Pondok Pesantren Al-Um ini. Agar niat tersebut bisa berjalan dengan efektif tentunya saya tidak bisa melakukannya sendiri, maka saya bekerjasama dengan pihak-pihak yang mempunyai misi yang sama, untuk mendirikan sebuah yayasan.63

Dengan berjalannya waktu Pondok Pesantren Al-Um mulai dikenal banyak orang di berbagai wilayah. Dan pada satu saat ada salah seorang teman yang datang ke Pondok Pesantren ini dan menitipkan anaknya yang salah pergaulan (seorang pecandu Narkoba), untuk dijaga dengan harapan bisa kembali kejalan yang benar jalan yang di ridhai Allah SWT. Dengan bekal kepercayan bahwa Allah maha kuasa dan keyakinan yang kuat bahwa hanya Allahlah yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit, dengan bekal keyakinan yang beliau miliki, anak tersebut sembuh dan terbebas dari kebiasaannya mengkonsumsi Narkoba bahkan dia betah dan tinggal di Pondok Pesantren Al-um ini untuk memperdalam ilmu agama.64

62

Wawancara Pribadi dengan K.h. Tb. Bahrum Zaman. Bogor, 2 Maret, 2008.

63

Ibid.

64


(52)

Kabar tersebut terdengar ke masyarakat luas dan orang-orang yang percaya dengan kemampuan yang beliau miliki, banyak yang menitipkan anaknya yang menjadi korban Narkoba untuk disadarkan dari kebiasaan buruknya mengkonsumsi Narkoba. Banyaknya orang yang percaya dengan metode yang beliau gunakan dalam menyadarkan para pecandu Narkoba. Akhirnya beliau menambah kegiatan pada Pondok Pesantren ini dengan rehabilitasi korban Narkoba, adapun metode yang diterapkan adalah metode spiritual/kagaman (non medis). Dan diresmikan pada tanggal 9 Januari 1989, yang badan hukumnya terdaftar diakte notaris No. 14, notaris Supiah Nurbaeti SH. Beralamat di Jl. Durian Raya No. 12/ BlokI Perumnas Bantar Kemang Bogor. 65

B. Struktur Organisasi dan Pengelolaannya 1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam suatu kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama pula. Susunan ini dibentuk supaya terdapat pembagian kerja, pelimpahan wewenang dan kewajiban yang jelas antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Um Bogor yaitu:

1. Ketua:

K.H. Tb, Bahrum Zaman

2.Sekertaris:

Achmad Mazhar

3.Bendahara:

65


(53)

Ny. Hj. Ii Muzayyanah

4. Staf Pengajar

Ustad. Burhanudin

Ustad Mukhtar

Ustad Harun

Ustad Aep Saepudin.

2. Pengelolaan

Pondok Pesantren Al-Um Bogor dikelola oleh sebuah yayasan yaitu yayasan Al-Um. Yang status badan hukumnya terdaftar diakte notaris No. 14 tanggal 9 Januari 1989. Notaris Supiah Nurbaiti SH, yang beralamat di Jl. Durian Raya No. 12/ Blok I Perumnas Bantar Kemang Bogor.

1). Sumber dana

Yayasan Al-Um Bogor memiliki sumber dana dari : a. Wakaf panitia yayasan.

b. Hasil pemanfaatan kolam ikan milik yayasan. c. Wakaf/jariyah perorangan.

d. Sumbangan dari organisasi pendidikan Islam. e. Bantuan pemerintah.

f. Bantuan dari penerbit buku Islam.

g. Sumbangan lain dari semua pihak baik dari dalam maupun dari luar negeri.66

2). Tenaga pengajar.

66


(54)

Untuk kelas khusus direkrut tenaga pengajar (ustadz) tetap, sedangkan untuk ceramah-ceramah di majelis ta’lim adalah penceramah/ustadz yang memenuhi kriteri pada bidangnya. Sedangkan untuk penaggulangan/rehabilitasi korban Narkoba langsung dipimpin oleh K.H. Tb. Bahrum Zaman dengan beberapa orang asistennya.67

C. Visi

Sebagai lembaga dakwah dan pusat pengembangan rehabilitasi korban Narkoba, Pondok Pesantren Al-Um Bogor mengedepankan visi membina manusia beriman dan bertaqwa, yang tidak hanya cerdas secara intelektual dan emosional, tetapi juga cerdas secara spiritual. Karena sangat ironis bila seseorang menghabiskan waktu 25 tahun sekolah/pendidikan umum sejak taman kana-kanak sampai memperoleh gelar doktor (DR) dalam suatu bidang ilmu duniawi. Tetapi tidak menyisakan waktunya sedikitpun untuk belajar ilmu agama.68

D. Misi

Guna melaksanakan visi di atas, Pondok Pesantren Al-Um Bogor mempunyai misi sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengajian-pengajian yang dilaksanakan pada berbagai majelis ta’lim.

2. Membina ukhuwah islamiyah serta menambah syi'ar agama Islam.

67

Ibid., h.4.

68


(55)

3. Melaksanakan pengkajian metode terapi dan rehabilitasi ketergantungan Narkoba.69

E. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai. Adapun tujuan Pondok Pesantren Al-Um Bogor adalah

1. Untuk membantu pemerintah dalam pembangunan mental spiritual keagamaan pada remaja.

2. Membantu pemerintah dalam hal ikut menyelamatkan para generasi muda dari ancaman berbagai kenakalan salah satunya adalah penyalahgunaan Narkoba.

3. Mengembalikan generasi muda yang telah kecanduan Narkoba ketengah-tengah masyarakat, agar dapat berguna bagi agama, nusa dan bangsa. 4. Membentuk generasi muda yang akhlakul karimah.70

F. Sarana dan Prasarana (Fasilitas).

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya sarana fisik untuk suatu lembaga pendidikan adalah gedung-gedung yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan tersebut.71 Begitu pula dengan Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Pondok Pesantren Al-Um Bogor memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang

69

Ibid., h. 2.

70

Ibid., h.2.

71

Soegarda Poerba Kawatja, et al, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), cet. ke-2, h. 320-321.


(56)

proses belajar-mengajar bagi santri salafi dan proses rehabilitasi bagi para korban Narkoba (santri narkoba). Pondok Psesantren Asl-Um Bogor dibangun di atas tanah seluas + 5000 m2, dan pada tanah seluas + 5000 m tersebut didirikan empat (4) buah gedung diantaranya:

1. Gedung induk berupa majelis ta’lim berukuran 8X 12 m2.

2. Gedung asrama anak-anak korban narkotika berukuran 19X9 m2. 3. Gedung asrama putra berukuran 19X9 m2.

4. Gedung asrama putri berukuran 19X9 m2.72

Adapun sarana pendukung lainnya yang ada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor yaitu: pendopo untuk menerima tamu (wali santri), kamar mandi, dapur umum, ruang makan, ruang belajar, lapangan olahraga, dan tempat hiburan atau rekreasi. Khusus tempat hiburan dan rekreasi ini hanya digunakan untuk santri korban narkoba saja. Karena santri narkoba memerlukan hiburan agar mereka tidak merasa jenuh atau bosan berada di pondok tersebut. Sehingga mereka (santri narkoba) betah dan nyaman berada di Pondok Pesantren tersebut.73

G. Kegiatannya

Adapun kegiatan-kegiatan yang ada di Psondok Pesantren Al-um Bogor meliputi:

1. Majelis Ta’lim

Majelis ta’lim ini diisi dengan kehiatan-kegiatan pengajian umum untuk berbagai tingkatan usia baik laki-laki maupun perempuan. Dan materi pengajian meliputi: aqidah-akhlak, tauhid, fiqih, al-Qur`an dan hadist. Metode yang digunakan dalam pengajian ini yaitu metode tanya jawab antara santri dan pengajar (ustad/ustdj).

72

Campany Profile Pondok Pesantren al-Um Bogor, h. 3.

73


(57)

2. Kelas Khusus

Yang diisi dengan pendidikan khusus yang bertujuan menggembleng para remaja kearah pemahaman agama Islam, meskipun kelas khusus ini bukan merupakan madrasah, namun materi pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan dalam memahami ajaran Islam secara efektif dan menyeluruh.

3. Rehabilitasi Korban Narkoba.

Dalam proses rehabilitasi ini metode yang diterapkan adalah metode non medis (spiritual/keagamaan) dan terapi yang digunakan adalah menyadarkan akan kekeliruannya dalam menyalahgunakan Narkoba, yang akan ditanamkan adalah konsep ajaran Islam secara bijaksana dimulai dengan upaya mempertebal iman, pelaksanaan ibadah, dan amalan lain sesuai dengan ajaran Islam.74

74


(58)

BAB IV

DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA

A. Profil Subjek

1. Profil Mad’u (objek dakwah)

Penulis melakukan penelitian pada bulan Maret 2008, selama melakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal atau masalah yang dialami santri narkoba, langkah pertama yang dilakukan adalah mengadakan wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren, mengenai latar belakang (masalah) yang dihadapi santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um. Dari hasil wawancara dapat diidetifikasi beberapa hal mengenai masalah yang menyebabkan santri narkoba menyalahgunakan Narkoba, yaitu:

1. Santri narkoba mempunyai kebiasaan mengkonsumsi Narkoba karena pergaulan yang terlalu bebas, dan tidak dapat dibentengi kecuali dengan diri sendiri.

2. Akibat teknologi komunikasi dan informasi baik cetak maupun elektronik yang sangat mudah disajikan dewasa ini, seringkali menampilkan dan menyuguhkan hasil yang kurang biak, kebanyakan santri narkoba melihat dan mendengar bahwa kebudayaan orang-orang yang bebas dan tanpa beban dirasakan menyenangkan dan bisa hidup tenang.

3. Kurangnya perhatian dari orang tua. Akibat tuntutan era moderen, seringkali membuat para orang tua mulai bergegas dan lupa akan


(59)

tanggung jawabnya, bahwa ibu dan bapak adalah awal pendidikan bagi anak-anaknya, tetapi kebanyakan orang tua kurang memberikan perhatian kepada mereka sehingga mereka melarikan diri kepada Narkoba.

4. Kurangnya pengetahuan akan agama. Kurangnya pendidikan akan dasar agama bagi seseorang sangat memungkinkan untuk terjerumus kepada Narkoba atau kenakalan lain yang melanggar hukum agama maupun hukum pemerintah. Oleh sebab itu, seseorang harus dibekali dengan ilmu agama sedini mungkin. Selain itu orang tuapun harus mampu menerapkan konteks agama dalam kehidupan keluarganya. Semakin mampu seseorang mengetahui konsep-konsep ajaran agamanya dan melihat konsep-konsep tersebut dalam bentuk aplikasi yang dicontohkan oleh orang tuanya maka hal itu akan lebih menanamkan nilai-nilai keimanannya yang tentunya akan terus berkembang disanubarinya dan tidak akan luntur dengan apapun yang buruk misalnya penggunaan Narkoba. Karena, mereka mempunyai modal yang kuat tentang pengetahuan agama. 75

Dari hasil wawancara tersebut, ternyata ada banyak hal yang menjadi penyebab santri narkoba terjerumus ke lembah Narkoba, tentunya dari kelima hal di atas yang menjadi hal istimewa yaitu penanaman nilai-nilai ajaran agama pada diri seseorang akan dapat menghindarkan mereka dari hal-hal yang dilarang, salah satunya penyelahgunaan Narkoba. Itulah beberapa poin yang menyebabkan santri

75

Wawancara pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Bogor, 30 Maret 2008.


(60)

Narkoba yang berada di Pondok Pesantren Al-Um menjadi penyalahguna Narkoba sejauh ini.

Adapun keadaan santri narkoba yang berada di Pondok Persantren Al-Um yaitu:

1. Santri narkoba telah kehilangan aqidahnya

2. Cenderung memberontak, tidak pernah mau mendengarkan

perkataan/nasehat orang tuanya. 3. Susah diatur/semaunya sendiri.

4. Suka mencuri uang milik orang tuanya.

5. Tertutup, tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat dan keluarga kecuali, dengan teman-teman sepergaulannya yang sama-sama pengguna Narkoba.

6. Memiliki ketergantungan terhadap Narkoba yang cukup parah. 76

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pimpinan Pondok Pesantren Al-Um, bahwa santri narkoba telah kehilangan aqidahnya, cenderung memberontak, susah diatur, suka mencuri uang milik orang tuanya, tertutup, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat dan keluarga kecuali, dengan teman-teman sepergaulannya yang sama-sama pengguna Narkoba dan memiliki ketergantungan terhadap Narkoba yang cukup parah. Keadaan yang mereka alami dikarnakan Narkoba telah merusak kemampuan berfikirnya sehingga mereka tidak mampu lagi membedakan antara yang baik dan buruk.

76


(61)

Selain informasi dari kiai yang begitu berharga bagi penulis. Tentunya penulis juga membutuhkan informasi dari beberapa orang santri narkoba yang berada di Pondok Pesantren Al-Um. Guna mendapatkan informasi yang mendalam, untuk memudahkan penulis dalam memaparkan temuannya dari pemberi informasi, maka penulis mengistilahkan pemberi informasi ini dengan “informan”. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan lima santri narkoba, penulis dapat menguraikan beberapa hal tentang informan tersebut, dan yang melatarbelakangi mereka datang ke Pondok Pesantren ini serta hal-hal yang telah mereka dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-Um.

Mad’u (santri narkoba) yang berada di Pondok Pondok Pesantren Al-Um Bogor adalah titipan orang tua mad’u, untuk disembuhkkan/disadarkan dari kekeliruanya mengkonsumsi Narkoba. Agar kelak bisa terbebas dari kebiasannya mengkonsumsi Narkoba. Selain itu orang tua mad’u juga berharap setelah mereka selesai menjalani rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Um, dapat menjadi anak yang baik budi pekerti dan bisa menjalani hidupnya dengan berpegang teguh kepada ajaran Islam. Dengan kepercayaan yang diberikan orang tua santri kepada Pondok Pesantren, maka menjadi tanggung jawab para da’i untuk mewujudkan harapan orang tua santri narkoba tersebut.


(62)

Berikut ini adalah hasil wawancara penulis dengan santri narkoba: Hasil wawancara dengan informan I

Yang melatarbelakangi saya menjadi pengguna Narkoba, karena terbawa arus pergaulan yang bebas dan coba-coba. Motivasi saya masuk ke Pondok Pesantren Al-Um, karena saya ingin sembuh dan tersebas dari kebiasaan mengkonsumsi Narkoba. Selama saya berada di sini, banyak sekali hal-hal yang saya dapatkan. Misalnya bisa berfikir positif, jadi banyak tahu tentang ajaran agama Islam, karena semua kegiatan-kegiatan yang diberikan sesuai dengan aturan agama, misalnya belajar ilmu agama (seperti belajar fiqih, aqidah-akhlak, Qur`an-Hadist dan tauhid), shalat berjamaah, membaca al-Qur`an, mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan, ritual do’a bersama yang dilakukan setiap malam jum’at, wiridan/zikir setiap setelah selesai melaksanakan shalat lima waktu, mengikuti kegiatan ceramah di luar Pondok Pesantren bersama kiai, dan sebagainya. Saya berada di Pondok Pesantren ini sudah hampir 3 tahun. Adapun metode yang digunakan oleh para da’i dalam kegiatan belajar ilmu agama yaitu metode tanya jawab, ceramah, dan pemberian tugas, yang saya suka dari ketiga metode tersebut yaitu metode tanya jawab. Karena, dengan metode tanya jawab tersebut saya bisa bertanya tentang materi-materi yang belum saya pahami.77

Ternyata yang melatarbelakangi informan I ini, menjadi pengguna Narkoba karena pergaulan yang terlalu bebas, motivasinya masuk ke Pondok Pesantren Al-Um karena kesadaran sendiri ingin sembuh dari kebiasaannya

77

Wawancara Pribadi dengan Ubaidillah, santri narkoba yang ada di Pondok Pesantre Al-Um Bogor. Bogor, 13 April 2008.


(1)

Jawab: Tugas saya di sini yaitu memberikan materi-meteri pembelajaran kepada santri salafi dan juga santri narkoba.

3. Tanya: Sejak kapan bapak bergabung dengan Pondok Pesantren Al-Um? Jawab: Cukup lama, dari awal berdirinya Pondok Pesantren saya sudah

menjadi pengajar di sini karena, saya sahabat dekat pa kiai kami pernah mondok bareng.

4. Tanya: Apa harapan yang bapak miliki untuk santri narkoba?

Jawab: Agar santri narkoba ini bisa sehat secara fisik, jasmani dan rohani dan dapat berguna di masyarakat.

Nomor : Lamp :

Hal : Surat keterangan pernah melakukan penelitian Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : KH. TB. Bahrum Zaman

Alamat : Jl. Gunung Batu, Rt/Rw 01/08, Kp. Pagentongan, Desa. Loji. Kec. Bogor Barat, Kota Bogor.


(2)

Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.

Dengan ini menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa: Nama : Inne Tresnayanti

NIM : 104051001864 Pekerjaan : Mahasiswi

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah melakuakn penelitian dalam lembaga yang saya pimpin Pondok Pesantren Al-Um Bogor, untuk keperluan penyelesaian skripsi S-1 yang berjudul. Dakwah Pondok Pesantren al-Um Bogor dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.

Demikian surat ini kami sampaikan agar dapat dipergunakan berbagai pihak sebagai mana mestinya.

Bogor, 18 Me 2008

KH.Tb.Bahru Zaman

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini, K.H. Tb. Bahrum Zaman Menerangkan bahwa:

Nama : Inne Tresnayanti NIM : 104051001864


(3)

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Nama tersebut di atas benar-benar telah melakukan wawancara di Yayasan Al-Um Bogor.

Demikianlah surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Bogor, 18 Mei 2008.


(4)

Nomor : Lamp :

Hal : Surat keterangan pernah melakukan penelitian Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : KH. TB. Bahrum Zaman

Alamat : Jl. Gunung Batu, Rt/Rw 01/08, Kp. Pagentongan, Desa. Loji. Kec. Bogor Barat, Kota Bogor.

Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.

Dengan ini menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa: Nama : Inne Tresnayanti

NIM : 104051001864 Pekerjaan : Mahasiswi

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah melakuakn penelitian dalam lembaga yang saya pimpin Pondok Pesantren Al-Um Bogor, untuk keperluan penyelesaian skripsi S-1 yang berjudul. Dakwah Pondok Pesantren al-Um Bogor dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.

Demikian surat ini kami sampaikan agar dapat dipergunakan berbagai pihak sebagai mana mestinya.

Bogor, 18 Mei 2008


(5)

KH. Tb. Bahrum Zaman

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini, K.H. Tb. Bahrum Zaman Menerangkan bahwa:

Nama : Inne Tresnayanti NIM : 104051001864

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Nama tersebut di atas benar-benar telah melakukan wawancara di Yayasan Al-Um Bogor.

Demikianlah surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.


(6)

Bogor, 18 Mei 2008.

K.H. Tb. Bahrum Zaman