Metode Dakwah Kh. Muhammad Djunaidi Hms Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in

(1)

DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh: Saipul Anwar Nim: 108051000177

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

Skripsi ini berjudul Metode Dakwah K.H. Muhammad Djunaidi HMs di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in, telah diujikan dalam siding munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 September 2014.

Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Serjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 2 Oktober 2014

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Jumrani, M.Si NIP: 19630515 199203 1 001

Fita Fatkhurokhmah, M. Si NIP: 19830610 200912 2 001 Anggota

Penguji I

Penguji II

Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA

NIP: 19630405 199403 1 001 NIP: 19750606 200710 1 001 Ade Masturi, MA Pembimbing


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (S.kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

3. Jika di kemudian hari di terbukti bahwa karya saya atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 26 Agustus 2014


(5)

i

Sipul Anwar

Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi Hms di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in

Dalam pelaksanaan metode dakwah disuatu lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren, seorang kiyai atau pimpinan pondok sangat memegang peranan penting dalam menentukan suatu keberhasilan. Untuk itulah seorang kiyai atau pimpinan pondok pesantren tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam ilmu pengetahuan agama, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan materi dan isi dakwahnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis metode dakwah KH. Muhammad junaidi, beliau selalu memikirkan metode apa yg tepat sebelum beliau

berdakwah sehingga apa yg disampaikan oleh beliau dapat diterima oleh mad’u.

Berdasarkan pernyataan diatas timbullah pertanyaan. Bagaimana konsep metode dakwah KH. Muhammad Djunaidi Hms ? Bagaimana penerapan metode dakwah KH.

Muhammad Djunaidi di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in ?

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, dan tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penulis menggambarkan metode dakwah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan metode dakwah KH. Muhammad Djunaidi Hms di

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in.

KH. Muhammad Djunaidi Hms dalam dakwahnya di Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadi’in dapat disimpulkan menggunakan metode bil-alhikmah, mauidzul

hasanah, dan al-mudjadallah. Dan metode dakwah yg beliau gunakan sangatlah baik

dan efektif, dapat memberikan apresiasi tentang peningkatan agama dan akhlaq untuk kemajuan Negara dan bangsa, bentuk dakwah yg beliau lakukan adalah bil-lisan, bil-hal

dan bil-qalam. Dan materi yang beliau sampaikan selalu berdasarkan Al-Qur’an Dan

hadist nabi, dan didukung dengan kitab-kitab kuning atau kitab salafiah.

Penulis menganalisis Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi di Pondok Pesantren melalui pengamatan dan penelitian bahwa kesimpulannya dengan akhlaq dan kelimuan agama yang tinggi, istiqamah dan contoh amal perbuatan beliau menerapkan metode dakwahnya dengan baik.


(6)

ii











Ar Rahmaan (Maha Pemurah) salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Maka dengan segala kekurangan penulis sebagai makhluk, bersyukur dengan apa yang telah di berikan oleh Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi Hms Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi baik yang menyangkut pengumpulan data, prosedur maupun kondisi objektif dilapangan dan sebagainya. Namun ridho Allah SWT dan kesungguhan serta kerja keras penulis akhirnya dapat melewati kesulitan itu dan semuanya tidak terlepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin sekali mengungkapkan rasa kasih yang tulus dan ikhlas serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

Komunikasi, Wakil Dekan Bidang Akademik, Suparto, M. Ed, Ph. D, Wakil Dekan Bidang Administrasi, Drs. Jumrani, Msi, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. Sunandar, MA.

3. Rahmat Baihaky, MA selaku ketua jurusan dan Fita Fathurahmah, M. Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

4. Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, pikiran, tenaga, serta kesabarannya dalam membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, juga saran kepada penulis.

5. Bapak dan ibu dosen khusunya yang mengajar pada jurusan kpi yang telah rela memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Khusus kepada kedua orang tua penulis, ayahanda H. Nawawih dan ummi Hj. Suanih S.Pd. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas pengorbanan yang tidak ada hentinya, yang begitu sabar menghadapi ke egoisan penulis, kekompakan menggambarkan jati diri orang tua yang baik, dan Do’a yang tidak pernah putus samapai detik ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah bapak dan ummi berikan, di berikan selalu kesehatan, dan di mudahkan dari segala beban hidupnya. Dan dilancarkan rizqinya Amiin ya Rabb.

7. KH. Muhammad Djunaidi selaku narasumber beserta Seluruh pengurus dan santri pondok pesantren Hidayatul mubtadi’in, Muhammad suhadi


(8)

iv

kepada Ustadz-ustadz di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in

8. keluarga yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skrripsi ini. Semoga selalu di berikan kesehatan untuk beliau Amiin.

9. Kepada kakanda Hasanuddin, Hanifah, Fikri mukhlisin, Dan Luliana Amiarsa yang turut andil memberi semangat setiap harinya, yang selalu mendo’akan penulis. Semmoga Allah Membeikan Kesehatan Kepada merka Amiin.

10.Sahabat seperjuangan saya, Arum fatayan, Ahmad Nurul Fakhruroji, fajar, Dkk yang selalu memberikan dukungan dan moril.

11.Kepada teman-teman dan sahabat saya khususnya anak-anak PMJ dan T-12 medi Muhammad ramdan pratama, rahmat (bule), akim (kenzo) yang terus member semangat dan mengingatkan kepada penulis dan juga sudah begitu besar memberikan arti dalam hidup sampai terbentuk makna pasti “persahabatan sejati” terimaksih atas dukungan dan sarannya, semoga persahabatan kita abadi.

12.Teman-teman KPI F angkatan 2008 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga kelak masa depan yang cerah menunggu kita di ujung sana, dan tidak lupa saling memotifasi jika kelak bertemu.

13.Serta terimaksih untuk semua yang sudah kenal dan mengenali penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kesempatan dan kenangan yang diberikan.


(9)

v

dan penulismembuka lebar untuk kritik dan sarannya yang membangun. Akhir kata dengan segala kelebihan dan kekurangannya, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Jakarta, 26 Agustus 2014


(10)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTARISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Tinjauan Pustaka... 8

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Dakwah ... 10

1. Pengertian Metode ... 10

2. Pengertian Dakwah ... 11

B. Macam dan Bentuk Metode Dakwah ... 12

C. Pengertian Metode Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 19


(11)

vi

PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IN

SAWANGAN DEPOK

A. Biografi KH. Muhammad Djunaidi Hms ... 25

1. Keluarga KH. Muhammad Djunaidi Hms ... 25

2. Pendidikan KH. Muhammad Djunaidi Hms ... 26

3. Karya-Karya KH. Muhammad Djunaidi Hms ... 27

4. Aktivitas KH. Muhammad Djunaidi Hms ... 28

B. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in ... 29

1. Sejarah Berdirinya Pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in ... 29

2. Visi, Misi, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in ... 31

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi Hms di PPHM ... 38

B. Penerapan Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in ... 47

C. Metode pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in...49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber lain yang menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman “methodica” artinya ajaran tentang metode.1

Kemudian Dakwah adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran Islam yang sangat dibutuhkan manusia. Karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar-benar sesuai dengan perintah Allah SWT. Untuk kemaslahatan ummat dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.2

Dasar dakwah adalah amar makruf dan nahi munkar, sedangkan tujuannya ialah Islamisasi dalam kehidupan manusia, pribadi dan masyarakat.3 Agar manusia mempunyai tujuan dan dasar hidup yang kuat seperti firman Allah SWT di surah an-Nahl ayat 125 :





























































Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

1

Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwahal.(Jakarta : Logos 1997) cet. 1

hal. 59

2

Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Pedoman Jaya, 2004), Cet. Ke-1. hal. 3.

3


(13)

Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Kata ud’u yang di terjemahkan dengan ajakan adalah fi’il amr. Menurut aturan ushul fiqih, setiap amer menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi atau lain-lainnya. Jadi melakukan dakwah Islamiyah itu adalah wajib, karena tidak ada dalam hal ini dali-dalil lain yang memalingkan kepada sunnah atau ibadah (boleh dikerjakan atau boleh tidak).

Wajib itu ada dua jenis, yakni wajib ‘aini dan wajib kifa’i. wajib ‘aini maksudnya setiap orang Islam dewasa tidak ada uzur wajib mengerjakannya, baik laki-laki maupun perempuan, seperti sholat lima waktu, puasa di bulan rhamadhan dan lainnya. Sedangkan wajib kifa’i artinya harus ada seseorang didalam satu tempat atau kelompok yang mengerjakannya, agar mereka lepas dari perintah itu. Kalau tidak maka mereka berdosa semuanya seperti sholat jenazah, menyuruh ma’ruf (berbuat baik), melarang munkar (berbuat jahat) dan lain-lainnya. Adapun jenis wajib yang di maksud didalam dakwah Islamiyah ini pada asalnya adalah wajib kifa’i tetapi harus diingat pertanggung jawabannya.4

Dalam metode dakwah, para Da’i atau Ulama mempunyai peranan penting dalam menentukan suatu keberhasilan seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik. Kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidak pahaman dan kurang telitinya seorang da’i dalam strategi berdakwah.

4

Muhammad Nuh sayid. Dakwah Fardiyah Pendekatan Personal Dalam Dakwah, (Solo:


(14)

Karena dakwah adalah membicarakan suatu hal yang penting, pengtahuan atau ilmu dan sebagainya. Bukan suatu pemikiran yang kemudian di keluarkan dengan kata-kata yang di tujukan untuk orang banyak.5

Dan selain itu seorang da’i bukan hanya cerdas dalam bidang ilmu pengetahuan, akan tetapi seorang pemimpin hendaknya memiliki keahlian berbicara dan kemampuan berdakwah, karna seorang yang berdakwah dengan baik akan mampu meyakinkan pendengarnya untuk menerima informasi, siraman rohani dan ilmu yang di berikan di terima dengan baik.6

K.H. Muhammad Djunaidi, HMS, terbilang sukses dalam penyampaian dakwahnya. Sistem penyampaiannya pun yang cukup baik, beliau dapat merekrut begitu banyak kalangan mad’u dari berbagai status. Selain dari pada itu, beliau pun berhasil menyampaikan dakwahnya melalui bidang pendidikan yaitu tepatnya di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in yang berada di Kelurahan Pasir Putih Sawangan Depok. Karena beliau adalah seorang pendiri, pengasuh dan Pembina pondok pesantren tersebut.

Selain seorang pendiri dan pengasuh pondok pesantren beliau juga menjadi pemimpin Majlis Dikir Asmaul Husna dan Jauzan Kubra. Dan bukan itu saja pendidikan di pondok pesantren ini pun di gratiskan, rasa sosialnya juga membawanya telaten mengobati para pemuda korban narkoba di bawah bendera Arjuna Management.

Dengan pembahasan dan alasan yang telah di uraikan di atas Dalam strategi dakwah, para Da’i atau Ulama mempunyai peranan penting dalam

5

Depdikdup. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 168

dan 681

6

Dra. Hj. Siti Sahara,Ketrampilan Berbahasa Indonesia (Jakarta FITK UIN, 2009),


(15)

menentukan suatu keberhasilan seorang Da’i untuk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik. Kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidakpahaman dan kurang telitinya seorang Da’i dalam strategi berdakwah. Karena hal itulah peneliti tertarik untuk memberi gambaran, meneliti dan mengangkat judul tentang “Mtetode Dakwah K.H Muhammad Djunaidi HMS. Di Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadi’in Sawangan Depok”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan dan masalah skripsi lebih terarah dan terfokus. Penulis membatasi pada penelitian ini, tentang Metode Dakwah K.H Muhammad Djunaidi HMS. Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in pada tahun 2013.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan maslahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep Metode Dakwah menurut K.H Muhammad Djunaidi HMS.?

b. Bagaimana Penerapan Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in. ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dan kegunaan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui konsep metode K.H Muhammad Djunaidi HMS, di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Sawangan Depok.


(16)

2. Untuk mengetahui Penerapan Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Sawangan Depok.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Peneliti diharapkan menambah wawasan yang luas mengenai teknik-teknik dakwah juga pemikiran dakwah K.H Muhammad Djunaidi HMS, dan juga menambah wacana positif dalam rangkaian menerapkan suatu bentuk pemikiran K.H Muhammad Djunaidi HMS yang disesuaikan dengan dakwah bil hal, bil lisan dan bil qalam, hal ini di lakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya mahasiswa untuk terus mengembangkan dan memberikan sumbangan yang cukup bernilai dalam pengembangan dakwah yang aktual.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap dapat menambah wawasan sebagai pengetahuan terhadap metode dakwah K.H Muhammad Djunaidi HMS dalam membawa ummat khususnya kaum muslimin dapat mengambil hikmah menurut ajaran Islam, serta memberikan kontribusi bagi para mubaligh dalam mengembangkan dakwah Islam khusunya di pondok pesantren.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan, dengan penedekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan


(17)

kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang di amati.7

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah deskriptif analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejala, hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan analitik berarti uraian, hanya memaparkan situasi atau peristiwa, dalam penyelesaian skripsi.8 Kemudian data di peroleh melalui obesrvasi, wawancara, dokumentasi, telaah kepustakaan:

a. Observasi

Dalam penelitian ini penulis mengamati langsung objek yang diteliti, penulis melakukan observasi kepada KH. Muhammad Djunaidi beserta para ustadz dan santri di pondok pesantren hidayatul mubtadi’n dari awal sampai akhir penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu, berbentuk Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviwer yaitu yang mengajukan pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe yang member jawaban atas pertanyaan itu.9 dalam hal ini penulis

7

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-33 edisi revisi, Hal. 4

8

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-33 edisi revisi, Hal. 168 9

Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


(18)

melakukan dua kali wawancara dengan pemimpin Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in K.H. Muhammad Djunaidi HMS, Sekretaris PPHM, dan lima Santri PPHM.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang penulis dapatkan yaitu berupa catatan formal, gambar, dan buku-buku karangan beliau serta kitab-kitab kuning (kitab salafi) yang berhubungan dengan objek penelitian.

F. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis amati dan telusuri, baik di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, tidak ada satupun skripsi yang membahas tentang K.H Muhammad Djunaidi HMS. tetapi penulis menemukan ada skripsi yang mengangkat judul sama yang membahas permasalahan seputar

“Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid Al-Muttaqin Di Lingkungan

Kelurahan Pondook Jagung” skripsi ini secara garis besar membahas tentang kegiatan dan strategi dakwah dengan bil hal. Dari para remaja Masjid

Al-Muttaqin. Di buat pada tahun 2008. Yang kedua “metode dakwah Habib Ali

bin Umar Assegaf pada Majis Taklim Darrussyifa Bukit Duri Jakarta selatan.

Yang ketiga “metode dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar” oleh siti nurjannah

pada tahun 2009. Sedangkan penulis membahas kegiatan dan metode dakwah

K.H Muhammad Djunaididi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in. Oleh karena itu, tidak ditemukannya objek kajian yang sama dengan penulis, baik dalam dakwahnya dan pesantrennya.


(19)

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan skripsi ini bersifat sistematis maka penulis membagikannya menjadi lima bab pembahasan dengan rincian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN: Merupakan bab pendahuluan yang berisikan

tentang permasalahan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalahal. Penelitian yang meliputi persyaratan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bingkai konsep dan metodologi penelitian meliputi konsep, metodologi penelitian, dan tinjauan pustaka. Serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS: Merupakan landasan teoritis tentang dakwah yang di dalamnya meliputi Pengertian Dakwah, ruang lingkup metode dakwah yang merincikan prinsip dan metodologi dakwah, materi dakwah, pesan dakwah danjuga pengertian dari pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in.

BAB III GAMBARAN UMUM K.H MUHAMMAD DJUNAIDI HMS

DAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IN: Sekilas tentang profil K.H Muhammad Djunaidi HMSyang mencakup: Riwayat Hidup K.H Muhammad Djunaidi HMS, Pendidikan dan Karya-Karya K.H Muhammad Djunaidi HMS, Perjalanan Dakwah K.H Muhammad Djunaidi HMS, serta sekilas tentang profil Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in.

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA: Membahas tentang metode


(20)

Muhammad Djunaidi HMS, dan faktor pendukung dan juga penghambat Dakwah K.H Muhammad Djunaidi HMS di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in.

BAB V. PENUTUP: Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam penelitian ini.


(21)

10

LANDASAN TEORITIS

A. Metode Dakwah

1. Pengertian Metode

Dari segi bahasa metode berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber lain yang menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman “methodica” artinya ajaran tentang metode.1

Dengan demikian dapat di artikan bahwa metode dalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efesien. Efektif artinya antara biaya, tenaga, dan waktu seimbang. Dan efesien artinya sesuatu yang berkenaan dengan pencapaian suatu hasil.2

Sedangkan dalam bahsa inggris methode di jelaskan dengan metode atau cara. Dari beberapa defenisi tentang metode, maka arti umum dari metode adalah cara teratur yangtelah di atur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Maka dari itu metode merupakan suatu cara dari semua cara yang pernah di tempuh dilakukan dalam mencari suatu kebenaran. Cara mendapatkan kebenaran itu melalui metode.

Dalam pengertian harfiahnya, “Metode adalah jalan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan”. Akan tetappi pengertian hakiki dari metode adalah segala sarana yang digunakan untuk tujuan yang diinginkan baik sarana itu secara fisik maupun non fisik. Sedangkan menurut Arif

1

Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah. (Jakarta : Logos 1997) cet. 1 h. 59

2


(22)

Burhan, metode adalah menunjukan pada proses, prinsip serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut.3

Dari berbagai pengetian tentang metode di atas, maka dapat penulis pahami bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam melaksanakan proses bimbingan agar tercapai tujuan yang di harapkan.

2. Pengertian Dakwah

Dakwah secara etimologi (bahasa) sebagai suatu istilah, hakikatnya memiliki pengertian secara khusus. Dakwah berasal dari bahasa ‘arab, yang bermakna “panggilan, ajakan, seruan”. Dalam ‘ilmu tata basa arab, kata dakwah berbentuk sebagai “isim masdar”. Kata ini berasal dari fiil (kata kerja) “da’a”-yad’uyang artinya memanggil atau menyeru. 4

Menurut Wardi Bachtiar, dakwah suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam. Proses itu terdir dari unsure-unsur atau komponen yang terdiri dari subjek dakwah, materi

dakwah, metode dakwah, media dakwah, objek dakwah.5

Dengan diketahui pengertian tersebut, dakwahmeiliki unsure-unsur yang berpengaruh dalam proses penyampaian pesan dakwah yang harus diperhatikan ketika menyampaikan pesan dakwah secara tepat.

Kemudian menurut pendapat syekh ali mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan megikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk

3

Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya : Usaha Nasional, 1992), H. 17

4

Armawati arbi, Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta press 2003 h. 1

5


(23)

agar mereka mendapat kebahagiaan dunia akhirat. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Imam Al-Ghazali bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam.6

Dakwah harus dilaksanakan oleh setiap muslim hal ini diperintahkan Allah dalam surat Al-Imran / 3 : 104 yang berbunyi :

                 

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Berdasarkan pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oeh seorang da’I (komunkator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dsar hikmah dan kasih sayang.

B. Macam dan Bentuk Metode Dakwah

MenurutAl-Munawar, Said Aqil Husni yusuf dan Yusuf Yunan, metode dakwah Rasulullah senantiasa berlandaskan pada nilai-niai Al-Qur’an. Seperti disebutkan dalam surat An-Nahl ayat 125, yaitu :

                          

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

6

Al Munawar, Said Aqil Husni dan Yusuf Yunan, Metode Dakwah (Jakarta, Prenada


(24)

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode dakwah meliputi tiga cakupan yaitu:

a. Metode Al-Hikmah

Dakwah dengan cara yang hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang membedakan antar yang hak dan yang bathil. Dakwah harus disampaikan dengan cara yang hikmah sehingga tidak menimbulkan hal yang membingungkan. Sedangkan pengajaran yang baik di dalam metode dakwah Rasulullah juga di maknai sebagai dakwah yang baik dan di sampaikan dengan cara yang lemah lembut. Maka metode hikmah maampu menggetarkan para mad’u apabila pendakwah berhasil menyentuh hati mad’u dengan pengajaran yang baik, lugas, dan jelas, dari metode tersebut dapat terlihat esensi dakwah. Sebab hikmah adalah bekal da’I menuju sukses. Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang mendapatkan hikmah insya allah akan berimbas kepada para mad’unya, sehingga mereka termotivasi untuk merubah diri dan mengamalkan apa yang di sarankan da’i kepada mereka.7 Dengan demikian apapun yang disampaikan oleh da’i merupakan seruan untuk menuju kepada kebaikan.

b. Metode Al-Mauidzatil Hasanah

Secara bahasa, mau„izhah hasanah terdir dari dua kata,

mauu’izhah dan hasanah. Kata mau„izhahyang berarti : nashihat,

bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebaikkan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekkan.

7


(25)

Menurut Al-Mmunawar, Said Aqil Husni dan Yusuf Yunan, dari beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir memberikan pengertian sebagai berikut :

1) Pelajaran dan nasehat yang baik, bepaling dari perbuatan jelek melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi), petunjuk penjelasan, keterangan gaya bahasa, peringatan, dan penuturan, misalnya teladn, pengarahan, dan pencegahan dengan cara yang halus.

2) Pelajaran, keterangan, penuturan, peingatan, pengarahan dengan gaya bahsa yang mengesankan, atau menyentuh dan terpatridalam nurani.

3) Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang memuaskan melalui al-qoul al-rafiq (ucapan lembut dan penuh kasih saying).

4) Nashihat bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan dengan baik dan dengan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan di hati sanubari mad’u.8

c. Metode Mujadalah

Secara etimologi, lafadz mujadalah terambil dari kata jaddala apabila di tambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wadzan

fa’ala“jaddala” dapat bermakna berdebat, dan ”mujadalah” adalah

perdebatan. Sedangkan dari segi istilah (terminology), terdapat beberapa pengertian Al-Mujadalah hiwar), Al-mujadalah

(al-hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak

8

Al Munawar, Said Aqil Husni dan Yusuf Yunan, Metode Dakwah (Jakarta, Prenada


(26)

secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya pemusuhan di antara keduanya. Sedangan menurt Sayyid Muhammad Thantawi, mujadalah adalah suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argument dan bukti yang kuat.9 Metode Dakwah Rasulullah lainnya yang di ajarkan kepada ummatnya adalah membalas kejahatan dengan kebaikan.10

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa mujadalah merupakan metode dakwah yang didalamnya terdapat tukar pendapat yang dulakukan oleh kedua belah pihak dengan tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Berdasarkan bentuk-bentuk penyampaian dakwah dapat di kelompokan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil lisan sebagai kegiatan penyampaiyan pesan-pesan kebenaran yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Sunnah memerlukan sebuah penyampaiyan pesan yang cermat, jitu dan akurat, sehingga tepat mengenai sasaran. Pesan dakwah yang secara psikologis menyentuh hati mad’u adalah jika materi (pesan) yang disampaikan itu benar dan tepat, baik dari segi bahasa maupun logika mad’u. dengan demikian, da’i membutuhkan strategi dalam menggunakan pilihan kata-kata agar kebenaran itu sendiri dapat diterima oleh mad’u sebagai sebuah

9

Siti Uswatun Hasanah, Berdakwah Dengan Jalan debat Antara Muslim dan Non

Muslim, (Purwaketo : STAIN Purwokerto Press. 2007) h. 33-34

10


(27)

kebenaran.11

Kualitas perkataan atau bicara seseorang mencerminkan suasana hati. Lisan yang fasih, tegar dan penuh percaya diri merupakan gambaran kondisi hati seseorang yang tenang dan memiliki semangat untuk menyampaikan kebenaran. Perkataan yang tersusun rapi dari seorang da’I, merupakan jembatan pembuka hati dan penggerak raa bagi yang menerima panggilan atau seruan. Seperti dijelaskan Al-Qur’an :

                   

Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang

berbekas pada jiwa mereka. (Q.S. An-Nisa / 4 :63)

Menurut Wahyu Ilahi dalam buku Komunikasi Dakwah bahwa dalam pemilihan kata-kata yang tepat ketika berdakwah, diklasifikasikan dalam Al-Qur’an beberapa bentuk sesuai dengan siapa mad’u yang di hadapi diantaranya :

a. Qawlan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa) b. Qawlan layyinan (perkataan yang lembut)

c. Qawlan ma’rufan (perkataan yang baik) d. Qawlan maisura (perkataan yang ringan ) e. Qawlan karima (pekataan yang mulia)12

Menurut peneliti pemilihan kata-kata (diksi) yang tepat ketika dalam menyampaikan pesan dakwah merupakan suatu kewajiban bagi pendakwah, karena pendakwah bagi mad’u adalah suatu figur (sosok)

11

Munzir Suparta, Harjani Hefni, (ED), Metode Dakah, (Jakarta : Kencana, 2003) Cet.

Ke I h. 117-118

12

Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010) cet. Ke I h.


(28)

yang dapat memberikan ketenangan iman bagi mad’u. maka pendakwah yang memiliki kualitas perkataan akan memberikan suatu esensi dakwah.

2. Dakwah Bil Qolam

Dakwah bil-qolam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, artikel, internet dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf nahi munkar. Dakwah bil-qolam sebenarnya sudah dimulai serta dikembangkan oleh Rasulullah SAW, sejak awal kelahiran dan kebangkitan Islam melalui pengiriman surat-surat dakwah kepada kaisar, raja, dan para pemuka masyarakat. Menyangkut dakwah bil-qolami, Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya tinta para „ulama adalah lebih

baik dari darahnya para syuhada”. 13

Dakwah bil-qolam tidak terlepas dengan memahami makna tulisan, dalam konteks ini, tulisan memliki dua fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya berupa ‘ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya seni (jurnalisme).14 Jadi dakwah bil-qolam dengan kekuatannya dapat mempengaruhi masa mampu membawa perubahan dalam masyarakat.

3. Dakwah Bil Hal

Dakwah bil-hal secara etimologis berarti “keadaan” arti ini menunjukan realitas yang terwujud dalam perbuatan nyata. Dengan

13

Sutiman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995) cet ke

I h. 27

14

Suf Kasman, Jurnalisme Universal, Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bil-Qolam


(29)

demikian dakwah bil-hal dapat diartikan : “mengajak atau menyeru kejalan Allah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat melalui perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia”. Menurut E. Hasim, yang di maksud dengan dakwah bil-hal ialah “dakwah dengan perbutan nyata” karena itu, dakwah bil-hal lebih mengarah kepada tindakan atau aksi menggerakkan objek dakwah (mad’u), sehingga dakwah tersebut lebih diorieantsikan kepada kebutuhan nyata masyarkat terutama yang bersifat fisik.

Dengan demikian metode dakwah bil-hal ini berarti metode yang menaruh perhatian besar terhadap masalah-maslah kemasyarakatan, seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakngan, dengan bentuk amal nyata terhadap sasaran masyarakat tertentu.15

bentuk dakwah tersebut dapat dikatagorikan sebagai “dakwah yang menghidupkan”, yaitu dakwah yang tidak merugikan, melainkan panggilan kepada kehidupan lahir dan bathin, yang secara bertahap menuju proses penyempurnaan tegaknya kemerdekan pribadi, tanpa memusatkan penyembahan serta pembaktian semata-mata kepada Allah.16

Di dalam Al-Quran di tegaskan :

                          

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah

kamu akan dikumpulkan.(QS. Al-Anfaal, 24)

Pernyataan ayat ini menggambarkan bahwa dakwah yang

15

Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmiza Taher. (Jakarta: Grafindo Khazanah

Ilmu, 2005) h. 183-184

16

H.A Suminto, Dakwah Bil Hal “Cari Metode Yang Tepat Pesantren (Jakarta : 1987)


(30)

menghidupkan itu adalah dakwah yang secara sistematik meberdayakan ummat untuk konsisten melaksanakan tugas-tugas individu dan masyarakat yang berada pada garis akidah, ibadah, akhlak, dan muammalah. Kata menghidupkan yang terutang dalam surat al-anfal ayat 24, berarti mencakup peningkatan kualitas ‘ilmu, iman, karya, dan kerja.

Dakwah bil-hal harus bisa di kembangkan menjadi “dakwah yang memberdayakan”, yakni dakwah yang tidak hanya berfokus pada aktivitas teoritis para da’i semata, seperti doktrin-doktrin keagamaan yang diterima secara pasif oleh mad’unya, melainkan lebih terkonsentrasi kepada panggilan potensi mad’u untuk diberdayakan.

Dakwah bil-hal diharapkan menunjang segi-segi kehidupan masyarakat, sehingga pada akhirnya setiap da’i memiliki kemampuan untuk mengatasi kebutuhan dan kepentingan jama’ahnya, selama ini dakwah mengajarkan kepada ummat bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil al-alamin), dan tentunya lebih-lebih lagi pemeluknya.17

C. Pengertian Metode Dakwah dan Ruang Lingkupnya

Islam sebagai agama Allah merupakan manhaj al-hayat, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Oleh karena itu ketika komunitas yang ditegakkan diatas sendi-sendi moral iman, islam dan taqwa serta dapat di realisasikan dan difahami secara utuh merupakan suatu komunitas yang tidak eksklusif karena bertindak sebagai “al-Umma al-Wasatan” yaiut sebagai teladan di tengah kehidupan yang serba kompleks, penuh dengan

17


(31)

dinamika peubahan, tantangan dan pilihan-pilihan yang terkadang sangat dilematis.

Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama, ada kecendrungan yang membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Hal ini mungkin juuga menerpa ummat islama bila agamatidak lagi berfungsi secara efektif dalam kehidupan kolektif. Tentu saja keadaan ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk member suatu peradaban alternative yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan social yang terjadi.

Disamping itu kita bisa melihat pada saat ini, kehidupan ummat manusia sedikit banyak, disadari atau tidak telah dipengaruhi oleh gerakan modernism yang terkadang membawa kepada nilai-nilai baru dan tentunya tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Tak heran bila dalam perkembangannya modernisme memberikan tempat dan penghargaan yang terlalu tinggi terhadap materi. Implikasinya adalah kekuatan iman yang selama ini mereka miliki semakin mengalami degradasi. Puncaknya ialah kenyataan yang melanda sebagian ummat Islam sekarang ini semakin terjerat oleh kehampaan spiritual.

Melihat kejadian diatas, sudah tentu khususnya bagi ummat Islam dilanda keprihatinan yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau harus dicarikan solusi terbaik yang dikehendaki Islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan.


(32)

pemeluknyauntuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.18 Maju mundurnya ummat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya, 19 karena itu Al-Qur’an dalam menyebutkan kegiatan dakwah dengan ahsanu Qaula. Dengan kata llain bisa disimpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor terlebih pada era globalisasi sekaranng ini di mana informasi masuk begitu cepat dan instan yang tidak dibendung lagi. Ummat islam harus dapat memilah dan menmyaring linformasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nila-nilai Islam.

Karena merupakan kebenaran maka islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab ummat Islam secara keseluruhan. Sesuai dengan misinya sebagai “Rahmatan Lil Alamin”, Islam harus ditampilkan dengan wajah menarik supaya ummat lain beranggapan dan mempunyai pandangan bahwa kehadiran Iaslam bukan sebagai ancaman bagi mereka melaiinkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.

Implikasi dari pernyataan islam sebagai agama dakwah menuntut ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih

18

M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997, h.

8.

19

Didin Hafiduddin, M,Sc, Dakwah Aktual, Jakarta : Gema Insani Press, Cet, 3, 1998, h,


(33)

berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apa pun bentuk dan coraknya.

Dakwah Islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim dimana saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat.

Dakwah islam, dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengharapkan potensi fitri manusia agar eksistensi mereka punya makna dihadapan tuhan dan sejarah. Oleh sebab itu, agar dakwah dapat mencapai sasaran strategis jangka panjang, maka tentunya diperlukan suatu sistem manajerial komunikasi baik dalam banyak hal sangat relevan dan terkait dengan nila-nilai keislaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka para da’I harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi bebrapa syaratm di antaranya mencari materi yang cocok, mengethui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang representative, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya. Semua aspek diatas akan menjadi stressing point pembahasan dalam metode dakwah.

D. Pondok Pesantren

1. Pengertian Santri dan Pesantren

Menurut Nurcholis Majid kata santri ini bisa di lihat dari dua pendapat : yang pertama : pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari bahasa sansakerta yang artinya


(34)

melek huruf. Pendapat ini di dasarkan pada kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa arab. Yang kedua : pendapat yang menyatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya beraal dari jawa, dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana gurunya pergi menetap.20

Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier, kata santri bertasal dari bahasa india yang berarti orang-orang yang tahu buku-buku agama hindu. Atau seorang sarjana ahli kitab suci agama hindu. Atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci agama atau buku tenang pengetahuan umum.21

Di Indonesia sebutan pesantren lebih popular dengan sebutan Pondok Pesantren, berbeda dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa arab yaitu funduq, yang berarti asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana.22

Dari pengertian terminology Pesantren secara historis cultural lahir dari budaya Indonesia. Menurut Nurcholis Majid pesantren tidak hanya mengandung makna keIslaman, namun juga mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab cikal bakal Pesantren sudah ada sejak masa Hindu-Budha, dan Islam datang dan tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengIslamkannya.23

Pesantren disamping sebuah asrama atau tempat tinggal santri, juga

20

Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional, (Jakarta : PT Ciputat Press, 2005) cet ke-2

21

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Kiyai, (Jakarta :

LP3ES, 1994), cet ke-6 hal. 19-20

22

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 138

23

Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan Islam


(35)

menjadi sebuah lembaga pengembangan studi keIslaman, dimana banyak ilmu agama baik dibidang fiqih, nahwu-sharaf dan ilmu lainnya yang di kajidan di dalami pemahamannya untuk kemudian di bawa pada masyarakat melalui santrinya sebagai duta pesantren. Hal ini menjadi nilai tambah bagi keberadaan pesantren di tengah berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia.


(36)

25

GAMBARAN UMUM KH. MUHAMMAD DJUNAIDI HMS, DAN

PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IN

SAWANGAN DEPOK

A. Biografi KH. Muhammad Djunaidi HMS

1. Keluarga KH. Muhammad Djunaidi HMS

KH. Muhammad Djunaidi HMS, lahir di Jakarta 22 maret 1974, beliau lahir dari pasangan H. Muhammad Sholeh dan Ibunda Hj. Aminah. KH. Muhammad Djunaidi HMS, mempunyai sebelassaudara kandung, di antaranya : enam laki-laki dan lima orang perempuan, KH. Muhammad Djunaidi HMS, sendiri adalah anak kedua dari sebelas bersaudara. 1

KH. Muhammad Djunaidi HMS, yang akrab di panggil Buya berasal dari keluarga yang berlatar belakang agamis, karena orang tua beliau juga merupakan salah satu tokoh agama di daerah tersebut. Beliau adalah putra Betawi asli yang sudah pasti di didik untuk taat beragama sejak kecil oleh orangtuanya, sejak kecil beliau sudah di ajarkan ilmu-ilmu agama dan umum secara lembaga seperti madrasah dan juga pondok pesantren. Itu semua menurut beliau bentuk kegigihan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seseorang yang di banggakan oleh keluarga dan lingkungannya.

1

KH. Muhammad Djunaidi HMS, pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul mubtadi’in,


(37)

Beliau dibesarkan dengan kasih sayang orang tuanya, juga di ajarkan untuk hidup mandiri sejak kecil sehingga ketika besar menjadi orang yang mempunyai sosok pemimpin yang teguh, bijaksana, dan di segani.

Kecintaanya terhadap ‘ilmu membuatnya mengembara menemui dari satu guru keguru yang lain, hampir seluruh plosok nusantara beliau jelajahi untuk memburu ‘ilmu. Setiap pertemuannya dengan seorang guru yang dia pinta hanya satu, yaitu di di angkat menjadi santri dunia akhirat, sebelum dapat pengakuan itu, beliau tidak akan beranjak walau berapa tahun lamanya.

2. Pendidikan KH. Muhammad Djunaidi HMS,

Ketika kecil KH. Muhammad Djunaidi HMS, menimba ‘ilmu di Madrasah Salafiyah Syafi’iyah Pangkalan Jati, Pondok Labu, kemudian dilanjutkan ke Pondok Pesantren Llirboyo Kediri Jawa Timur, kemudian di lanjutkan pendidikan pesantrennya di Pondok Pesantren Hidayatuth thullab dibawah asuhan Prof. DR. KH. A. Yasin Asmuni, di lanjutkan ke Darul Hadist malang di bawah asuhan seorang Muhaddis hafizh Musnid Quthub Prof. DR. Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawi, dilanjutkan ke Buya Dimyati Banten, Mursyid Thariqah Asy-Syadziliyah.2

Selain itu KH. Muhammad Djunaidi HMS, juga berguru dengan para habaib diantaranya : Habib Umar bin Ahmad bin

2

KH. Muhammad Djunaidi HMS, pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul mubtadi’in,


(38)

Abdullah bin Hasan Al-Athas dan para habaib lainnya. Kedekatannya dengan para habaib membuatnya dikunjungi oleh Habib Salim Asyathiri dari Yaman, selain kepada beliau, KH. Muhammad Djunaidi HMS, juga pernah berguru (tabarrukan) kepada Habib Zein bin Smit (di Rubath, Madinah) dan Syekh Muhammad Alawi Al-Maliki.3

3. Status KH. Muhammad Djunaidi HMS

KH. Muhammad Djunaidi HMS, menikahi gadis pujaannya yang bernama IntanNur ‘Aini pada tahun 2002, dan dari hasil pernikahan dengan istrinya tersebut, Allah memberikan amanat berupa dua orang anak yaitu :

a. Amma b. Musthafa

4. Karya-Karya KH. Muhammad Djunaidi HMS

Buya Aqila Al-djundi adalah nama pena KH. Muhammad Djunaidi HMS, beliau sangat gemmar menulis karna menulis adalah sebagian dari dakwah yaitu Dakwah Bil-Qalam, dan karya-karya beliau adalah :

a. Menyibak takdir b. Santri Pinggiran

c. Mengawasi Gerak-gerik Setan d. Mengubah Takdir Dengan Do’a

3


(39)

e. Pesan Dari Langit (fiqih dan tauhid) f. Rintik Hujan

g. Suara Hati Anakmu, dan lain-lain.

5. Aktivitas KH. Muhammad Djunaidi HMS

Aktivitas KH. Muhammad Djunaidi HMS, dari mulai remaja sampai sekarang beliau sudah aktif dalam kegiatan berdakwah di kalangan masyarakat dan mengajar di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’inyang beliau bina, dan untuk mencukupi kebutuhan keluarga beliau berwira usaha.

Adapun kegiatan sehari-hari KH. Muhammad Djunaidi HMS, di Pondok Pesantren Hidayatul Mubatdi’in yaitu beliau mengajar kitab kuning setiap ba’da magrib, beberapa kitab yang beliau gunakan adalah kitab : Jurumiyah, Alfiyah Ibnu Malik, Bidayatul Mujtahid, Ta’liimul Muta’alim, Tijannudhoruri Dll.

KH. Muhammad Djunaidi HMS, memiliki kepribadian yang bersih, shaleh, humoris, tegas, taqwa dan trampil. Contohnya apabila ada orang yang tidak suka dengan keberhasilan beliau, dan berbuat jahat, maka beliau tidak akan membalasnya, karena menurut beliau Allah yang akan membalasnya.

Dan KH. Muhammad Djunaidi HMS, termasuk ulama yang memiliki kepiawaian dalam menegakan syiar Islam, membangun dan melakukan pembinaan akhlaq santri dengan menghidupkan ruh Islam di dalamnya, beliau selalu berkomunikasi dan memberikan


(40)

mau’idzhatul hasanah kepada para santrinya agar memegang teguh aqidah Islam didalam kehidupan para santri.4

B. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in adalah pondok pesantren salafi putra dan mayoritas santri adalah mantan pecandu narkoba, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in ini berada di daerah Pasir Putih Sawangan Kota Depok cabang dari Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in (Lirboyo) yang berada di daerah Kediri Jawa Timur.

Sejarah berdiri dan berkembangnya pondok pesantren adalah tidak lepas dari dukungan para guru-guru beliau, karna semenjak dari awal beliau memang tidak pernah bercita-cita untuk membangun pondok pesantren, karna dengan semakin bertambahnya para santri maka beliau bangunlah pondok pesantren pada 22 Agustus 1997 bertepatan dengan kunjungan guru-guru beliau yang berasal dari Kalimantan dan di resmikan oleh Dirjen Koperasi Bapak Manif Maryono zaman orde baru. Dan pembangunan pondok pesantren ini tidak menggunakan proposal atau beliau meminta kesana kesini tapi pembangunan pondok pesantren ini murni dari simpatisan dan dari guru-guru beliau seperti tuan guru Zaini Goni martapura yang

4

KH. Muhammad Djunaidi HMS,, pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul mubtadi’in,


(41)

pertama kali memberi dana untuk pembangunan pondok pesantren ini.

Secara informal para santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in baik dari luar daerah maupun dalam daerah hanya mengaji / belajar Al-Quran dan kitab kuning yaitu kitab tradisional bahasa ‘arab dan di artikan dengan bahsa arab jawa yang pada umumnya hanya berisi tauhid, ubudiyyah, dan akhlaqul karimmah.

Dan sisitem pendidikan tersebut masih berlangsung sampai saat ini karna semua sistem yang di terapkan di pondok ini adalah berkiblat dengan pondok pesantren salafi (Lirboyo) Kediri jawa timur. Dan kemudian demi meningkatkan kualitas pengetahuan santri dalam menuntut ‘ilmu beliau menambahkan mata pelajaran umum seperti Bahasa Inggris dan Fisika.

Kegiatan-kegiatan santri rehabilitas narkoba pada malam hari di wajibkan melakukan sholat tasbih sesudah para santri rehabilitas ini mandi taubat dsb, sholat tasbih ini memang tidak diwajibkan oleh hukum syari’at tapi pondok pesantren mewajibkan untuk pengobatan para santri rehabilitas.5

Itulah latar belakang Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in yang sampai tahun 2013 ini sudah berkembang menjadi pondok pesantren yg luas dan pembangunan-pembangunan pondok seperti kamar santri yg terus di tambah dan di perbaiki, sarana pondok

5

KH. Muhammad Djunaidi HMS,, pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul mubtadi’in,


(42)

pesantren dan fasilitas-fasilitas yg terus di perbaiki dan bertambah. Dan semua pendidikan di pondok pesantren ini gratis selain itu juga rasa sosialnya juga membawa beliau sangat telaten mengobati para pemuda korban narkoba di bawah asuhan bendera arjuna management.

2. Visi, misi, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in

a. Visi

Membangun pendidikan yang berakhlaq, modern, terbuka, agamis, berwawasan ilmu pengetahuan dan menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dan pancasila sebagai media dakwah Islam yang baik.

b. Misi

1) Akhlaq / prilaku

Membentuk akhlaq / prilaku yang baik bagi seluruh peserta didik / santri, sebagai modal dasar peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran dan penguasaan ‘ilmu pengetahuan. 2) Mandiri

Mendorong peserta didik / santri utnuk mandiri memlalui bebagai kegiatan yang mensetimulus kemandirian tugas peserta didik / santri, mampu melakukan tindakan yang bertanggung jawab, dan lebih percaya diri dalam melaksanakan kewajiban belajar.


(43)

3) Sederhana

Memebentuk pribadi peserta didik / santri yang sederhana, melalui penerapan disiplin yang ketat, yang mengarahkan peserta didik/santri untuk mengedepankan kesederhanaandalamberprilaku, berpakaian, berhias dan beraktifitas, dengan tetap mengusung kualitas pendidikan, serta mendorong peserta didik / santri untuk tidak terlalu “Hubbud Dunia”, sehingga di harapkan mereka dapat kembali pada niat semula mencari ‘ilmu yaitu Tazzkiyyatun Nafsi dan berkhidmah untuk Allah dan Islam.

4) Berwawasan Terbuka

Mengupayakan hilangnya pembatas antara ilmu agama dan umum dikalangan guru dan peserta didik / santri, dengan memeberikan pemahaman yang maksimal kepada para pelajar, sehingga diharapkan mereka tidak lagi menganggap ada pelajaran yang lebih penting dari pada pelajaran yang lain.

5) Aktualisasi ‘Ilmu Pengetahuan

Menerapkan metode pembelajaran yang bersifat familiar, sebab mayoritas peserta didik / santri di pondok pesantren disini adalah mayoritas mantan pecandu narkoba jadi menurut beliau tidak bisa di terapkan dengan cara yg keras, disamping itu juga memberikan suasana yang menyenangkan kepada peserta didik / santri dalam mengikuti proses belajar.


(44)

c. Tujuan Pondok Pesantren

Terdapat beberapa tujuan didirikannya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in antara lain :

1) Membentuk para santri menjadi manusia bermoral dan berintelektual serta mebangun nilai aqidah dan tidak lepas dari moral-moral Islam.

2) Dengan sistem yang di terapkan memudahkan santri untuk melanjutkan keperguruan tinggi umum atau keperguruan tinggi agama tanpa mengalami kesulitan.

3) Menyadari para santri menjadi manusia yang mempunyai ke seimbangan antara Imtak dan Imtek.

d. Santri Hidayatul Mubtadi’in

Pada awal beridirinya Hidayatul Mubtadi’in hanya memiliki beberapa santri pada tahun 22 agustus 1997, dari santri mantan pecandu narkoba, dan dari berbagai kalangan.

Adapun tingkat ekonomi orang tua para santri mayoritas dari kalangan menengah ke bawah, dan juga kalangan menegah ke atas orangtuanya mayoritas petani, guru, pengusaha, dan lain-lain, pendidikan orang tua santr sangat berfariatif mulai dari dari tamatan SD, SMP, SMA, atau perguruan tinggi, dan ada juga yang mengenyam lulusan pesantren.

Kemudian pada tahun 2000, jumlah santri semakin meningkat dengan adanya pendidikan formal yang semakin


(45)

berkembang di lingkungan pesantren, sehingga banyak santri yang menimba ‘ilmu di Hidayatul Mubtadi’in dari berbagi daerah di seluruh Indonesia.

Dukungan orang tua santri terhadap anaknya untuk memnimba ‘ilmu di Pondol Pesantren Hidayatul Mubtadi’in cukup tinggi, bahkan sekarang di karnakan kamar yg tidak menampung untuk para santri baru KH. Djunaidi HMS, memutuskan untuk menunda para santri baru yang mau masuk ke pondok pesantren. Karna penambahan sarana seperti kamar salah satunya sedang dalam tahap pembangunan. Berbagai kegiatan yang di adakan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in cukup tinggi, dan khusu pada hari jum’at di adakan pembacaan yasin, ratib, dan maulid.

Hubungan antara santri, ustadz, orang tua dan pengasuh pondok sangat dekat dan penuh ke-keluargaan. Semua itu guna kelancaran dalam pembinanaan akhlaq santri dan kemajuan pondok dari tahun ke tahun selalu di tingkatkan agar Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in menghasilkan SDM yang berkualitas dan bertakwa terhadap Allah SWT.

e. Program Pembelajaran Unggulan Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadi’in Sawangan Depok

1) Program Muhadoroh

Muhadoroh adalah belajar berbicara di depan audiens


(46)

pembelajaranyang di gunakan sebagian besar pendidikan formal dan non formal islam dan juga pondok pesantren untuk melatih santrinya agar terbiasa berbicara di depan hal layak banyak.6 Program muhadhoroh ini di laksanakan setiap malam minggu atau sabtu malam ba’da isya. Program ini sudah sangat baik untuk menghasilkan santri agar terbiasa berbicara di depan audiens atau juga terbiasa berpidato.

2) Program Pembelajaran Kitab-Kitab Kuning

Pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam tradisional, telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan madzhab Syafi’iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab tanpa syakal stau sering disebut kitab

Gundul.kitab kuning ini adalah salah satu metode yang secara

formal diajarkan dalam komunitas pesantren sallaf di Indonesia. Dan di pondok pesantren Al-Musyarrofah ini karna menggabungkan konsep pondok pesantren modern dan tradisional maka dengan itu tetap mempelajari kitab-kitab kuning.

6

KH. Muhammad Djunaidi HMS, Wawancara Pribadi, (pasir putih Sawangan Depok) 8


(47)

Kitab-Kitab Acuan Yang Di Pelajari Santri Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadi’in

No Nama Kitab Keterangan

1 Tahfidz Tahfidz

2 Mabakhis fu ulumil Qur’an Ilmu al-Qur’an 3 Tafsir jalalain Tafsir al-Quran 4 Mustahalahul hadist Ilmu hadits 5 Riyadhussalihin Matan hadits 6 Bulugul maram Matan hadits 7 Nashaihul ibad Matan hadits

8 Arba’in nawawi Matan hadits

9 Durussul hadits Al-Musyarrofah Matan hadits 10 rissalah al-muawanah Syara hadits 11 Attarghib wattarghib Syara hadits 12 Al-bayan fu ushul fiqh Ushul fiqh 13 Fathul qarib mujib Fikh 14 Tadzhib matan abi syuja Fikh

15 Fiqhul wadih Fikh

16 Mabadi fiqhiyyah Fikh 17 Jawahirul kalamiyyah Tauhid

18 Kitabussa’adah Tauhid

19 Sifat 20 ( bahasa melayu ) Tauhid

20 Ta’lim muta’alim Akhlak


(48)

22 Jurumiyah Nahwu 23 Mukhtasor jiddan Nahwu

24 Imrithi Nahwu

25 Awamil Nahwu

26 Nahwu wadhih Nahwu

27 Kailani Nahwu

28 Qawaidush shorfiyyah Sharaf 29 Matan bina wal asas Sharaf 30 Amtsilah tashriffiyyah Sharaf 31 Darussuttashrif Al-musyarrofah Sharaf 32 Durus tashrif atturmusi Sharaf 33 Durullughah al-arabiyyah Bahasa Arab 34 Al-muthala’ah al-haditsah Bahasa Arab 35 Al-qiraah al-rasyidah Bahasa Arab 36 Khulashah nurul yaqin Tarikh 37 Hidayatul mustafidz Tajwid

38 Ilmu tajwid Tajwid

39 Ayuhal walad Kajian

40 Minahussaniyyah Kajian 41 Washaya al-abna Kajian 42 Minhajul qawim Kajian 43 Sulamun munajat Kajian 44 Kasyifatu syajaa Kajian


(49)

38

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi HMS

Dakwah dalam pandangan KH. Muhammad Djunaidi adalah sebagai suatu kegiatan untuk mengajak manusia kejalan yang benar dan jalan yang lurus sesuai dengan perintah Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bagi ummat manusia baik dalam kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat. Banyak macam-macam bentuk dakwah seperti dakwah bil hal, dakwah bil lisan, dan dakwah bil

qolam, sesuai dengan tuntunan agama, hidup harus bermanfaat untuk

orang lain, dan hidup ini harus banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat dan mengamalkannya, seperti dakwah bil hal yang digunakan beliau untuk mengamalkan ilmunya melalui pondok pesantren hidayatul mubtadi’in.

Menurut KH. Muhammad Djunaidi dakwah adalah menyeru manusia kepada perubahan yang lebih baik yang sesuai dengan ketentuan syari’at Islam. Dalam penyampaian itu sendiri dibutuhkan metode dakwah yang tepat agar sesuai dengan situasi dan kondisi para mad’u.1

Penulis menganalisis metode dakwah yang digunakan oleh KH. Muhammad Djunaidi itu menjadi dua jenis, yaitu metode berdasarkan pendekatan pada mad’u dan metode dakwah berdasarkan aktivitas.

1 Kh. Muhammad djunaidi hms, pengasuh pondok pesantren hidayatul mubtadi’in,


(50)

1. Metode Dakwah Berdasarkan Pendekatan Pada Mad’u a. Metode Al-Hikmah (kebijaksanaan)

Metode dakwah yang di ajarkan KH. Muhammad Djunaidi adalah harus sesuai dengan mad’unya, dakwah kepada orang berpendidikan tinggi itu harus dengan al-hikmah yaitu mampu menyajikan ajaran agama dengan pendekatan yang rasional. Dalam dakwah beliau tidak menyampaikan suatu materi melainkan dengan kerendahan hati beliau untuk menyampaikan suatu materi atau ceramah, sifat beliau bukan saja rendah hati melainkan beliau juga mempunyai kepribadian yang sangat bersahaja tegar, berwibawa, apa adanya dan bijaksana terhadap santri dan lingkungan sekitarnya.2 bukan hannya dilingkungan pesantren tetapi diluar lingkungan pesantren, jika memberikan tausyiah atau ceramh beliau sangat berhati-berhati tidak pernah memaksakan kehendak, akan tetapi dengan pembawaanya bekia yang berwibawa, bersahabat dan ramah itu yang menjadikan orang lain hormat dan segan terhadap beliau, dan ketika mengajak mad’u untuk berbuat baik beliau mengajak dengan secara perlahan dan lemah lembut tidak memaksa dan selalu memberikan contoh yang baik terlebih dahulu terhadap mad’unya, agar mad’unya bisa melihat dan menerapkannya. Itu semua di kembalikan lagi kepada

mad’u.

2

Muhammad Suhadi, Murid KH. Muhammad Djunaidi Di Pondok Pesantren Hidayatul


(51)

b. Metode Mau’idzatul Hasanah (nasihat yang baik)

Beliau menerapkan metode ini pada saat mengisi ceramah dan disisipkan dengan nasihat-nasihat dan juga dalam penyampaian dakwah KH. Muhammad Djunaidi banyak disukai oleh mad’unya karena beliau selalu memberikan contoh yang baik yang sesuai dengan materi yang disampaikan yaitu berkaitan denga kehidupan sehari-sehari, permasalahan fiqih dan berkaitan dengan ketakwaan kepada Allah. Dan beliau juga menerapkan metode

al-mau’idzatul hasanah terhadap orang-orang yang awam yaitu

dengan pembelajaran yang baik, dengan keteladanan dan percontohan, tentang kehidupan dan keseharian yang Islami.3 Dan beliau juga suka memberikan pengertian yang mudah dan masuk akal dan secara perlahan dengan kata yang bijaksana dengan pembawaan yang santai dan mudah diterima, sasaran dakwahpun merasa tersirami hatinya, shingga para santri, atau orang sekitar yang sering beliau ajak bicara yang berkaitan dengan agama banyak yang berubah dan menyadari menjadi lebih baik dari sebelumnya. Diantara metode-metode yang KH. Muhammad Djunaidi terapkan metode ini yang sering digunakan oleh beliau kepada para santri ataupun para jama’ah, selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik.

3

Ahmad Sofian S. E, Murid KH. Muhammad Djunaidi Di Pondok Pesantren Hidayatul


(52)

c. Metode Al-Mujadalah Billati Hiya ahsan (berdiskusi)

Dakwah kepada orang yang berpendidikan menengah beliau menggunakan metode almujadalah yakni menyampaikan informasi dengan disertai argument yang jelas dan baik dari yang dimiliki oleh objek dakwah. Dakwah yang sering dilakukan oleh KH. Muhammad Djunaidi tidak hanya berbicara diatas mimbar saja, akan tetapi beliau melibatkan mad’u dengan memberi kesempatan untuk bertanya atas materi dakwah yang mungkin kurang dipahami, Tanya jawab ini biasanya sering dilakukan setelah beliau mengakhiri ceramahnya atau setelah membacakan kitab salafi didalam majlis.

Hanya saja apa yang disampaikan memang tidak lepas dari Al-qur’an dan Assunnah, jadi apabila ada beberapa mad’u yang kurang memahami atas isi ceramahnya, maka harus menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dimengerti. Bila perlu beliau menjelaskan dengan contoh dan erita-cerita yang terkait dengan pembahasan dakwah beliau. Metode dakwah dalam bentuk ini biasanya dilakukan juga oleh KH. Muhammad Djunaidi didalam majlis-majlis dzikir maupun di luar pondok dan salah satu majlis yang berada di luar pondok pesantren hidayatul mubtadi’in adalah bertempat di Masjid Dian al-Mahri (masjid kubah emas) yang mana dilakukan pada malam rabu minggu ke dua dan setiap tanggal 22 yaitu majlis dzikir asmaulhusna.


(53)

Jadi metode dakwah KH. Muhammad Djunaidi disamping melakukan dakwah di dalam pondok pesantren beliau juga terjun langsung kelapangan dan menyempatkkan berkumpul dengan masyarakat dalam menyampaikan misi dakwah.

2. Memtode Dakwah Berdasarkan Bentuk-Bentuk Aktivitasnya

Terdiri Dari Tiga, Yaitu Bentuk Dakwah Bil-Lisan, Bil-Hal, Dan

Bil-Qolam

a. Bentuk Dakwah Bil-Lisan

Metode yang digunakan dalam aktivitas dakwah melalui

perkataan atau komunikasi langsung dengan mad’unya. KH. Muhammad Djunaidi sering menggunakan metode bil-lisan

kepada santri atau jama’ah pengajian, karena dengan menggunakan metode bil-lisan bisa menyampaikan informasi atau pesan dakwahnya melalui perkataan “tabligh” atau berkomunikasi langsung dengan mad’unya.

Dalam Al-Qur’an dengan tegas mengenai hal ini dengan menitik beratkan kepada kata ahsan qaulan (ucapan yang baik) dan

uswatun hasanah (perbuatan yang baik) yaitu:

























Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri" (Al-Fushilat 33)


(54)

Dakwah yang diungkapkan oleh ayat tersebut tidak hanya dakwah berbentuk ucapan atau lisan tetapi dakwah dengan perbuatan yang baik seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Yang dimaksud dakwah bil-lisan memanggil, mengajak, menyeru kejalan Allah untuk kebahagiaan hidup didunia dan akhirat, tentunya dengan menggunakan bahasa sesuai keadaan mad’u dalam berdakwah. Dan metode dakwah KH. Muhammad Djunaidi yang berkaitan dengan metode dakwah bil-lisan antara lain:

1) Tausyiah

Beliau selalu mengadakan tausyiah ketika selesai membacakan kitab-kitab salafi di pondok maupun majlis-majlis di luar pondok pesantren seperti kitab-kitab tentang fiqih, hadis, dan tauhid.

2) Motivasi

Dalam materi ini KH. Muhammad Djunaidi memberikan motivasi-motivasi bertujuan agar santri-santri semangat dalam belajar dan mendekatkan diri kepada Allah, supaya kelak menjadi yang sukses menjadi generasi penerus bangsa. Yang mempunyai semangat beragama dan semangat berprestasi, dapat menjaga diri, serta mempunyai jiwa kepemimpinan. Beliau memberikan motivasi yang diselaraskan dengan perkembangan zaman saat ini.


(55)

3) Majlis Taklim

Mengadakan majlis ta’lim dan majlis zikir asma ulhusna yang di adakan setiap malam Jum’at, minggu kedua malam Rabu dan setiap tanggal 22. Untuk sarana berbagi ‘ilmu agama kepada para santri dan jama’ah di dalam pondok maupun diluar pondok pesantren berkaitan dengan masalah keseharian dalam ibadah, sesekali beliau menceritakan pengalaman-pengalamnnya kepada para jama’ah.

b. Bentuk Dakwah Bil-Hal

Menurut KH. Muhammad Djunaidi dakwah bil-hal adalah metode dakwah yang menggambarkan secara langsung dan nyata apakah perbuatan seseorang da’i sesuai dengan perkataannya atau tidak. Metode bil-hal merupakan bentuk perbuatan nyata dari seorang da’i, artinya ketika da’i mengajak mad’u untuk berbuat baik, menyeru untuk banyak-banyak bersedekah dan sholat, maka ia harus terkebih dahulu melaksanakannya. Dari sekian banyak metode dakwah KH. Muhammad Djunaidi, beliau lebih banyak menggunakan metode bil hal, beliau setiap berbicara tentang kebaikan diantar sholat, sedekah, menyantuni anak yatim, belia selalu mengaplikasikannya langsung dan satu hal beliau tidak pernah mengajukan proposal dalam acara-acara apapun sampai pembangunan pondok pesantren.

Agar para mad’u khususnya para santri dapat melihat langsung pengamalan dan beliaupun langsung mempertanggung


(56)

jawabkan apa yang beliau katakan ketika berdakwah atau menyampaikan tausyiah, itu yang membuat beliau menjadi sosok yang disegani bukan karna dengan kewibawaannya akan tetapi dengan ‘ilmunya. Dan karena beliau juga memang mudah bergaul dengan para santri atau jama’ah dan juga cepat dalam bertindak untuk kebaikan. Singkatnya dakwah bil-hal adalah bukti pengaplikasian ajaran Islam sesuai dengan apayang seorang da’i katakana pada saat berdakwah. Dalam metode dakwah bil-hal ini KH. Muhammad Djunaidi menerapkannya dalam bidang keagamaan, Pendidikan, sosial:

1) Mendirikan majlis diluar pondok yang bertempat di Masjid Dian al-Mahri (kubah emas), Cilandak dan Sawangan Pasir Putih.

2) Mendirikan Pondok pesantren Hidayatul Mubtadii’in cabang dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur pondok pesantren ini gratis tanpa di pungut biaya sepeserpun.

3) Dalam segi sosial beliau mengobati para pemuda korban narkoba dibawah bendera Arguna Management.

4) Dan ketika malam hari beliau membiasakan para santri korban narkoba di wajibkan sholat tasbih dan berzikir setelah mandi taubat, sholat tasbih ini dalam hukum syari’at memang tidak diwajibkan akan tetapi pondok yang mewajibkan untuk para santri rehabilitas.4

4 Kh. Muhammad djunaidi hms, pengasuh pondok pesantren hidayatul mubtadi’in,


(57)

3. Bentuk Dakwah Bil-Qolam

Metode ini adalah metode dakwah melalui media tulis, menurut beliau menulis adalah kegiatan yang efektif bagi mereka yang senang berbagi ‘ilmu dan pelajaran melalui tulisan. Dengan metode ini KH. Muhammad Djunaidi menulis sebuah buku tentang riwayat hidupnya yang tidak lepas dari do’a, pendidikan dan suasana pesantren. Karena menurut beliausetiap ada kesempatan berdakwah melalui apa saja, itu akan beliau lakukan agar bermanfaat untuk orang lain. Sampai saat ini ada beberapa karya tulis beliau diantaranya adalah:

a. Menyibak takdir b. Santri Pinggiran

c. Mengawasi Gerak-gerik Setan d. Mengubah Takdir Dengan Do’a e. Pesan Dari Langit (fiqih dan tauhid) f. Rintik Hujan

g. Suara Hati Anakmu Dan lain-lain.

Dalam perkembangan seperti ini dakwah memang harus menyesuaikan situasi dan kondisi karena dunia semakin berubah kearah yang lebih maju. Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i dan da’iyah itu sendiri. Keberhasilan dan kesuksesan yang diraih sekarng ini tidak beliau dapatkan dengan mudah, justru keberhasilan itu dating dengan ketekunan dan istiqamah dalam beramal, selalu berusaha dan mempunyai tekad yang kuat untuk membangun kader-kader Islam yang cinta agama dan Negara.


(58)

B. Penerapan Metode Dakwah KH. Muhammad Djunaidi di Pondok

Pesantren Hidayatul Mubtadi’in

KH. Muhammad Djunaidi HMS, dalam keberhasilan mengembangkan dan memajukan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in juga menerapkan bebrapa metode dakwah diantaranya yaitu:

1. Metode Ceramah

Dalam kaitannya dengan teoritis, metode ceramah merupakan sebuah aplikasi atau penerapan metode yang mengambil dasarnya dari Al-Quran, yaitu merupakan metode bil-hikmah, yang maksudnya adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan anatara yang hak dan yang bathil. Selain itu metode ceramah juga masuk kedalam metode mauidzatil hasanah yaitu nashihat yang baik,

Menurut KH. Muhammad Djunaidi, Rasulullah adalah tokoh yang selama masa perjalanan dakwahnya, selalu bersikap bijak dalam menyampaikan pesan, selalu memilih kata yang sama dalam bertutur kata, selalu mensinergikan dari perbedaan pendapat yang ada yang pasti melahirkan sebuah solusi.

KH. Muhammad Djunaidi HMS, mempunyai karakteristik tersendiri dalam dakwahnya, baik materi maupun cara penyampaiannya dengan mengacu kepada metode bil-hikmah. Berangkat dari konsep ini abuya menggabungkan unsur utama dakwah, yaitu kejujuran dan dengan kata-kata yang benar.

Kemudian dakwah disajikan membumi, dekat dengan keseharian sehingga benar-benar dapat difahami dan di amalkan. Agar dakwah


(59)

dapat di fahami maka dakwah harus di kemas dengan kesederhanaan dan dengan kata-kata yang bermasyarakat.

2. Percakapan Antar Pribadi

Metode ini dilakukan KH, Muhammad Djunaidi karena metode percakapan antar pribadi bisa membuat antar da’i dan mad’u bisa lebih mengenal dan memiliki kedekatan psikologis yang baik. Misalnya banyak para jama’ahnya yang berkunjung kerumah beliau untuk bertukar fikiran, mencari solusi yang terbaik dalam setiap masalah yang berbeda-beda. Cara ini juga dapat membuat beliau dengan para jama’ahnya meennjadi begitu dekat. Kedekatan psikologis dan kedekatan emosi sangatlah berpengaruh pada kegiatan majlis yang beliau pimpin.

Tidak sedikit para jama’ahnya yang ingin lebih dekat denga beliau karena tutur katanya yang baik dan humoris, tingkah laku dan sikapnya yang sangat sopan sehingga banyak juga jama’ah yang merasa kagum kepadda beliau.

Menurut penulis, metode ini hanyalah sebagai pelengkap dari metode dakwah. Jadi setiap kegiatan majlis beliau memberikan waktu bagi jama’ahnya untuk datang kerumahnya bersilaturahmi.

3. Pendidikan dan Pengajaran Agama

Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode dakwah. Sebab dalam defenisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan dengan dua sisi manfaat, yakni bersifat pembinaan dan pengembangan.


(60)

Metode ini digunakan oleh KH. Muhammad Djunaidi dikarenakan beliau ingin mendidik jama’ahnya tidak hanya mengikuti pengajian melalui dakwah saja, akan tetapi beliau juga mengajarkan siapapun yang ingin mengikuti pengajian yang diadakan di pondok pesantren di majlis kubah mas dan di Cilandak untuk mengikuti pengajian kitab -kitab kuning agar bertambah wawasannya seperti fiqih dan akhlaq. 4. Pengajian Melalui Hari Besar Islam Dan Acara Khusus

Hampir semua hari besar Islam dirayakan oleh pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in, di antaranya peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ mi’raj, Tahun Baru hijriyah (1 Muharam), nuzulul Qur’an, dan khataman Al-Qur’an atau acara lainnya seperti ceramah agama, pembacaan ratibul hadad dan lain-lainl.

Peringatan hari-hari besar dan acara khataman Al-qur’an biasanya di lakukan di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in dan diikuti oleh para santri dan masyarakat sekitar serta tamu undangan.

C. Metode Pembinaan Akhlaq Santri Di Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi’in

Adapun metode pembinaan akhlaq disini adalah segala kegiatan yang meliputi perencanaan, pengaturan pengawasan, penilaian, dan pemberian yang dilakuakn oleh KH. Muhammad Djunaidi HMS,. Dari sekian banyaknya metode dalam pembinaan akhlaq baik secara umum maupun khusus (berdasarkan nilai-nilai isalam) ternyata KH. Muhammad Djunaidi HMS, memiliki karakteristik tersendiri. Adapun metode


(61)

pembentukan akhlaq santri yang di terapkan KH. Muhammad Djunaidi HMS, adalah :

1. Metode pembinaan akhlaq yang pertama adalah melalui keteladanan dan kemandirian, secarapsikologis manusia sangat memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Keteladanan ini adalah suatu pembentukan dengan cara member contoh kongkrit kepada santri.5 Dalam hal ini santri-santri yang berada dilingkungan pondok pesantren dapat melihat langsung bagaimana KH. Muhammad Djunaidi HMS, menyesuaikan tingkah laku dan ucapan. Seperti contoh beliau menyuruh shalat kepada santri -santrinya maka beliau pun bukan hanya menyuruh saja tetapi beliau hendak melakukan wudhu dan shalat. Selain itu KH. Muhammad Djunaidi HMS, memerintahkan kepada santrinya agar dilingkungan pondok pesantren wajib memakai busana muslim sepert baju koko dan kain sarung, dan beliaupun bukan hanya memerintah saja akan tetapi beliau juga ketika berada di dalam maupun di luar pondok pesantren memakai busan muslim yang sopan. Karena hal-hal tersebut sebagai bahan acuan bagi para santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in yang menjadi tolak ukur dan suri tauladan bagi para santri. 2. Metode pembentukan akhlaq santri di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi’in yaitu di lakukan dengan kesederhanaan, sehingga dengan metode yang beliau lakukan dalam pembentukan akhlaq santri dapat membentuk kepribadian santri / anak didik yang sederhana, dalam hal ini kederhanaan dalam berprilaku, berpakaian, dan beraktifitas.

5

KH. Muhammad Djunaidi HMS,, pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in,


(62)

3. Metode yang di terapkan oleh KH. Muhammad Djunaidi HMS, di dalam pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in beliau mengupayakan agar santri / anak didik memiliki wawasan terbuka artinya, dengan memberikan pemahaman pendidikan yang maksimal kepada santri baik formal maupun non formal bertujuan untuk menggali potensi yang ia miliki da berguna bagi masyarakat.


(1)

Nama : Dicki Mawardi

Jabatan : santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Tempat : Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Tanggal : 9 juli 2013

Pertanyaan : Bagaimana Sosok KH. Muhammad Djunaidi.?

Jawab : buya mempunyai contoh dan suri tauladan yang baik kepada para santri, para guru dan karyawan. Dan menjadi seorang kiyai yang dapat kita serap atau fahami pengajarannya, dermawan, berwibawa, rendah hati dan bersosialisasi.

Pertanyaan : Bagaimana Metode dakwah KH. Muhammad Djunaidi menurut anda.?

Jawab : metode yang diterapkan KH. Muhammad Djunaidi Hms sangat sesuai dengan permasalahan manusia karena dengan metode bil-hikmah yang beliau terapkan saya mengetahui bagaimana mencerminkan kebijaksanaa dalam kehidupan ini dan sangat besar manfaatnya bagi saya.

Pertanyaan : Bagaimana kehidupan social, budaya dan Agama KH. Muhammad Djunaidi Hms menurut anda.?

Jawab : beliau memang sosok yang sangat bersosialisasi baik kepada para tamu, santri, dan para guru. Dan beliau adalah seseorang yang selalu mengingatkan dan mengajak kepada jamaahnya untuk lebih mendalami kitab-kitab kuning seperti fiqih, akhlaq dan tauhid.

Selasa 9 juli 2013


(2)

(3)

SUASANA PENGAJIAN RUTIN KAUM BAPAK DAN PARA SANTRI SETIAP MALAM JUM’AT


(4)

(5)

(6)

KH. MUHAMMAD DJUNAIDI (BUYA) KETIKA SOWAN KE PONPES LIRBOYO KEDIRI JATIM DI KEDIAMAN KH. IDRIS MARZUKI DAHLAN