BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN CILACAP - DOCRPIJM 1505813778BAB V

  BAB

   V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN CILACAP

5.1. Arahan

  

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap

  Berdasarkan amanat Undang‐Undang No. 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana TataRuang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan olehPeraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPI2‐JM BidangCipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRWKabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

  a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan: i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

  b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

  a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

  b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

  c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

  d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasarpembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunaninfrastruktur skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang CiptaKarya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduanpembangunan dapat terwujud. Tabel 5.1 memaparkan identifikasiarahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya, Tabel 5.2memaparkan identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK),serta Tabel 5.3 memaparkan identifikasi indikasi program khusus untukBidang Cipta Karya.

5.1.1. Arahan Perwujudan Pola Ruang

  Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud terdiri atas:

  a. perwujudan kawasan lindung; dan b. perwujudan kawasan budidaya.

A. Arahan Perwujudan Kawasan Lindung

  Perwujudan kawasan lindung terdiri atas: 1) perwujudan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, dilakukan melalui program: a) penyusunan regulasi pengelolaan kawasan resapan air;

  b) penyusunan rencana rinci kawasan resapan air;

  c) sosialisasi pengelolaan kawasan resapan air;

  d) rehabilitasi kawasan kritis pada kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat dan kawasan resapan air; e) rehabilitasi kawasan kritis pada kawasan resapan air;

  f) pemberdayaan dan peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan kawasan; dan g) pemasyarakatan satu orang satu pohon. 2) perwujudan kawasan perlindungan setempat, dilakukan melalui program:

  a) inventarisasi dan pengelolaan kawasan perlindungan setempat;

  b) pengendalian kegiatan budidaya pada kawasan perlindungan setempat;

  c) sosialisasi pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat pada kawasan perlindungan setempat; d) rehabilitasi lahan di sekitar kawasan perlindungan setempat; dan e) penyusunan RTH dan pembangunan taman kota. 3) perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, dilakukan melalui program: a) penetapan kawasan cagar alam, kawasan taman wisata alam, kawasan suaka alam laut, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; b) penyusunan masterplan dan rencana rinci kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; c) penyusunan peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; d) rehabilitasi dan preservasi kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; e) sosialisasi pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; f) pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan g) pengendalian kerusakan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya. 4) perwujudan penanggulangan kawasan rawan bencana alam, dilakukan melalui program: a) penyusunan rencana rinci kawasan rawan bencana alam;

  b) penyusunan peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam;

  c) penyusunan rencana aksi daerah penanggulangan bencana alam;

  d) perlindungan kawasan rawan bencana alam;

  e) relokasi permukiman pada kawasan rawan bencana alam; f) pembuatan lokasi dan jalur evakuasi bencana alam; dan g) program mitigasi bencana. 5) perwujudan perlindungan kawasan lindung geologi, dilakukan

  a) penetapan kawasan lindung geologi;

  b) penyusunan rencana rinci kawasan lindung geologi;

  c)

  penyusunan peraturan zonasi kawasan lindung geologi; dan

  d) sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan lindung geologi.

  6) perwujudan kawasan lindung lainnya berupa kawasan perlindungan plasma nutfah dilakukan melalui program: a) penetapan dan pengukuhan kawasan plasma nutfah;

  b) penyusunan masterplan kawasan plasma nutfah;

  c) penyusunan rencana rinci kawasan plasma nutfah;

  d) penyusunan peraturan zonasi kawasan plasma nutfah;

  e) sosialisasi dan pemberdayaan kawasan plasma nutfah;

  f) penyusunan rencana tindak pelestarian kawasan plasma nutfah; dan g) rehabilitasi dan konservasi kawasan plasma nutfah.

B. Arahan Perwujudan Kawasan Budidaya

  a) penetapan kawasan hutan produksi;

  revitaliasasi pertanian;

  c) sosialisasi pertambangan ramah lingkungan;

  penyusunan rencana rinci kawasan peruntukan pertambangan;

  b)

  

a) penetapan dan pengukuhan batas kawasan peruntukan pertambangan;

  5) perwujudan kawasan peruntukan pertambangan, dilakukan melalui program:

  a) penetapan dan pengembangan kawasan perikanan; dan b) penataan kawasan minapolitan.

  4) perwujudan kawasan peruntukan perikanan, dilakukan melalui program:

  f) pembangunan jalan usaha tani; dan g) pembangunan sub terminal agropolitan.

  e)

  b) penyusunan tata kelola hutan produksi lestari;

  d) pengendalian konversi lahan pertanian ke non pertanian;

  c) sosialisasi pengelolaan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;

  b) peningkatan produktivitas;

  a) penetapan kawasan peruntukan pertanian;

  3) perwujudan kawasan peruntukan pertanian, dilakukan melalui program:

  Perwujudan kawasan budidaya terdiri atas: 1) perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi, dilakukan melalui program:

  a) penetapan kawasan hutan rakyat; d) rehabilitasi dan konservasi kawasan bekas tambang;

  2) perwujudan kawasan peruntukan hutan rakyat, dilakukan melalui program:

  c) rehabilitasi dan reklamasi hutan produksi yang rusak; dan d) peningkatan produktivitas hutan produksi.

  b) rehabilitasi dan reklamasi hutan rakyat yang rusak; dan c) peningkatan produktivitas hutan rakyat.

  e) optimalisasi kegiatan reklamasi pasca tambang; dan f) pengendalian pertambangan ilegal.

  a) penyusunan Rencana Pembangunan Pengembangan Perumahan dan

  Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf a terdiri atas: a. perwujudan sistem pusat kegiatan; dan b. perwujudan sistem prasarana wilayah.

  rehabilitasi dan konservasi kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil; dan f) sosialisasi pengelolaan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil.

  e)

  d) pengendalian kegiatan budidaya pada kawasan pesisir;

  c) penyusunan rencana aksi kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil;

  

b) penyusunan peraturan zonasi kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil;

  a) penyusunan rencana rinci tata ruang pesisir dan pulau‐pulau kecil;

  a) mendukung penetapan kawasan pertahanan dan keamanan; dan b) pembangunan sarana dan prasarana kawasan pertahanan dan keamanan. 10) perwujudan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil, dilakukan melalui program:

  9) perwujudan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; dan

  e) pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman; dan f) penyusunan regulasi bangunan gedung.

  d) peremajaan lingkungan kumuh;

  c) penataan lingkungan permukiman perkotaan;

  b) penataan lingkungan permukiman perdesaan;

  Permukiman Daerah (RP4D);

  8) perwujudan kawasan peruntukan permukiman, dilakukan melalui program:

  6) perwujudan kawasan peruntukan industri, dilakukan melalui program:

  e) pemberdayaan kelompok sadar wisata (POKDARWIS); dan f) peningkatan kualitas lingkungan kawasan wisata.

  d) pembangunan pos promosi pariwisata;

  c) pengembangan paket wisata;

  

b) penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA);

  a) penetapan dan pengembangan kawasan wisata alam;

  7) perwujudan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan melalui program:

  g) pembangunan pasar seni dan kerajinan; dan h) pembangunan pasar produk olahan.

  f) sosialisasi dan pemberdayaan kegiatan industri unggulan;

  

e) penyusunan rencana zonasi kawasan peruntukan industri menengah;

  d) penyusunan rencana rinci kawasan peruntukan industri menengah;

  c) pengembangan kawasan industri kecil dan mikro;

  b) pengadaan tanah dan pembangunan kawasan industri;

  pra studi kelayakan dan perencanaan teknis kawasan industri;

  a)

5.1.2. Arahan Perwujudan Struktur Ruang

  A. Arahan Perwujudan Sistem Pusat Kegiatan

  1) pengembangan PKN meliputi:

  a) penyusunan dan revisi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cilacap;

  b) koordinasi pengelolaan kawasan perkotaan;

  c) pengembangan dan peningkatan fasilitas perkotaan; dan d) pengembangan dan peningkatan prasarana perkotaan. 2) pengembangan PKL Perkotaan Kroya meliputi:

  a) penyusunan dan revisi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kroya;

  b) koordinasi pengelolaan kawasan perkotaan;

  c) pengembangan dan peningkatan fasilitas perkotaan; dan d) pengembangan dan peningkatan prasarana perkotaan. 3) pengembangan PKL Perkotaan Majenang meliputi:

  a) penyusunan dan revisi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Majenang;

  b) koordinasi pengelolaan kawasan perkotaan;

  c) pengembangan dan peningkatan fasilitas perkotaan; dan

  d) pengembangan dan peningkatan prasarana perkotaan 4) pengembangan PKLp Perkotaan Sidareja meliputi:

  a) penyusunan dan revisi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sidareja;

  b) koordinasi pengelolaan kawasan perkotaan;

  c) pengembangan dan peningkatan fasilitas perkotaan; dan d) pengembangan dan peningkatan prasarana perkotaan. 5) pengembangan PPK meliputi:

  a) penyusunan dan revisi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan;

  b) koordinasi pengelolaan kawasan perkotaan;

  c) pengembangan dan peningkatan fasilitas perkotaan; dan d) pengembangan dan peningkatan prasarana perkotaan. 6) pengembangan desa pusat pertumbuhan meliputi:

  a) program pengembangan tata ruang kawasan pusat perdesaan melalui penyusunan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa; dan b) program pengembangan pusat pelayanan perdesaan.

  B. Arahan Sistem Prasarana Wilayah

  1) Perwujudan sistem jaringan prasarana utama, dilakukan melalui program:

  a) Perwujudan sistem transportasi darat, dilakukan melalui program:

   pengembangan jaringan jalan; peningkatan jalan baru;

   peningkatan dan pemeliharaan Jalan Arteri Primer;

   peningkatan dan pemeliharaan Jalan Kolektor Primer;

    peningkatan dan pemeliharaan Jalan Arteri Sekunder;

   peningkatan dan pemeliharaan Jalan Kolektor Sekunder; peningkatan dan pemeliharaan Jalan Lokal Primer; 

   pengembangan Jalan Strategis Nasional berupa JLSS;

  c) Perwujudan sistem transportasi laut, dilakukan melalui program:

   pengembangan dan pemeliharaan jaringan listrik berupa Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR).

   pengembangan dan pemeliharaan jaringan listrik berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT); dan

   pengembangan dan pemeliharaan jaringan listrik interkoneksi Jawa‐Bali, berupa Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET);

   peningkatan kapasitas dan pelayanan Gardu Induk Tegangan Menengah (GITM);

   peningkatan kapasitas dan pelayanan Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITET);

   peningkatan pelayanan PLTU dan PLTGU;

   pengembangan baru pembangkit tenaga listrik meliputi PLTMH, PLTS dan PLTA;

   pengembangan jalur distribusi minyak bumi;

   penataan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP). 2) Perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya, dilakukan melalui program: a) Perwujudan sistem prasarana sumberdaya energi, dilakukan melalui program:

   peningkatan pelayanan bandara; dan

  d) Perwujudan Sistem Transportasi Udara dilakukan melalui program:

   pengembangan dermaga Cilacap – Nusakambangan.

   pengembangan pelabuhan khusus perminyakan dan batubara; dan

   peningkatan fungsi pelabuhan Tanjung Intan;

   pengembangan dan peningkatan stasiun.

   pembebasan lahan jalan bebas hambatan;

   pengembangan baru jalur rel; dan

   peningkatan jalur rel ganda;

   peningkatan jaringan rel yang ada;

  b) Perwujudan sistem perkeretaapian, dilakukan melalui program:

   penyusunan regulasi pengaturan dan penetapan kelas jalan.

   pengembangan jalur angkutan sungai dan penyeberangan; dan

   pengembangan Trayek Angkutan;

   peremajaan moda angkutan;

   pembangunan terminal penumpang Tipe C baru;

   peningkatan terminal penumpang Tipe C;

   peningkatan kinerja dan pengembangan terminal penumpang tipe B;

   peningkatan kinerja dan pengembangan terminal penumpang tipe A Cilacap;

   pembangunan dan pengembangan terminal barang;

   peningkatan dan rehabilitasi jalan lingkungan;

  b) Perwujudan sistem prasarana telekomunikasi, dilakukan melalui program:

   pengembangandan perluasan cakupan pelayanan jaringan distribusi telepon kabel;

   penyusunan SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten); dan

   perluasan pelayanan persampahan;

   pengembangan saluran pembuangan air limbah (SPAL);

   pengelolaaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);

   pengelolaan limbah secara komunal;

   penyusunan Kajian Masterplan Drainase;

   pengembangan dan Pemberdayaan Sanimas;

   penyediaan air minum pada daerah rawan air.

   peningkatan pengelolaan persampahan menjadi sanitary landfill;

  e) Pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana dilakukan melalui program:

   peningkatan jalan yang berfungsi sebagai jalur evakuasi bencana;

   pembangunan jalan baru dalam mempermudah proses evakuasi; dan

   pembangunan tempat penampungan sementara pengungsi akibat bencana.

  1) Arahan Perwujudan Kawasan Strategis Pengembangan Ekonomi, meliputi:

  a) pengembangan wilayah perbatasan kawasan Pangandaran – Kalipucang – Segara Anakan – Nusa Kambangan;

  b) penyusunan masterplan kawasan pelabuhan tanjung intan;

   pengembangan TPST;

   penyusunan Manajemen Persampahan Kabupaten Cilacap;

   pengembangan fasilitas internet gratis pada fasilitas publik;

   rehabilitasi embung;

   pengembangan jaringan serat optik;

   pengembangan menara bersama BTS;

   penyusunan Kajian Teknis Rencana Tata Letak Menara (RTLM); dan

   penyusunan regulasi tentang Rencana Tata Letak Menara (RTLM).

  c) Perwujudan sistem prasarana sumberdaya air, dilakukan melalui program:

   penyusunan regulasi tentang pola pengelolaan Wilayah Sungai (WS) Citanduy;

   pengembangan embung dan sarana pendukungnya;

   Program Kali Bersih (PROKASIH);

  d) Perwujudan sistem prasarana pengelolaan lingkungan dilakukan melalui program:

   pengendalian pemanfaatan air tanah;

   pengaturan alih fungsi lahan;

   pembangunan pengaman sungai;

   pengembangan biopori dan sumur resapan;

   pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan jaringan irigasi;

   perluasan pelayanan air minum; dan

   pemberdayaan kelembagaan petani pemakai air dan kelompok pengelola air minum mandiri.

5.1.3. Arahan Perwujudan Kawasan Strategis

  c) pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh perkotaan Cilacap;

  d) pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh Majenang;

  e) penataan kawasan perdagangan koridor Sampang‐Buntu; dan

  f) penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Perkotaan Cilacap. 2) Arahan Perwujudan Kawasan Strategis Sosial dan Budaya, meliputi:

  a) revitalisasi Kawasan Bersejarah Benteng Pendem dan sekitarnya;

  b) penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan Bersejarah Benteng Pendem dan sekitarnya; dan c) penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Bersejarah Benteng Pendem dan sekitarnya. 3) Arahan Perwujudan Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumberdaya Alam dan/atau Teknologi Tinggi a) penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan Pengolahan Minyak; dan b) penyusunan RTBL Kawasan Pengolahan Minyak di perkotaan Cilacap. 4) Arahan Perwujudan Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan

  Hidup, meliputi:

  a) penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan Segara Anakan;

  b) penyusunan Rencana Teknis Ruang Pulau Nusakambangan;

  c) penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan DAS Citanduy; dan d) penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan DAS Serayu.

5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusunberdasarkan Undang‐Undang No.

  25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang‐undang tersebut,RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, danprogram Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPDaerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakankeuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan KerjaPerangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencanakerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yangbersifat indikatif.

  Penyusunan RPI2‐JM tentu perlu mengacu pada rencanapembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunansektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya.Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2‐JM CKseperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

5.2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah

A. Visi

  Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 – 2017 dirumuskandengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012–2017 yakni “Bekerja dan Berkarya menuju Cilacap Sejahtera”, yangkemudian dinyatakan menjadi visi Kabupaten Cilacap 2012‐2017 sebagaiberikut:

  

“Menjadi Kabupaten Cilacap yang Sejahtera Secara Merata”

  Visi adalah suatu kondisi yang diinginkan untuk terwujud di masamendatang. Dalam hal ini kondisi yang diinginkan adalah masyarakatKabupaten Cilacap yang sejahtera secara merata. Sejahtera mempunyaimakna tercukupinya kebutuhan masyarakat, terjaminnya rasa aman dantenteram dan terpenuhinya rasa keadilan masyarakat. Merata mempunyaimakna tiadanya perbedaan pendapatan yang berlebihan baik antar kelompokmasyarakat maupun antar wilayah dalam kabupaten. Kebutuhan masyarakatmeliputi kebutuhan‐kebutuhan fisik dan non‐fisik. Kebutuhan fisik adalahkebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar untuk memenuhi standarhidup layak dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas hidup. Kebutuhannon‐fisik adalah kebutuhan dasar yang berkaitan dengan kebutuhanpendidikan, kesehatan, rasa aman, rasa keadilan dan kebutuhan rohani.Perbedaan pendapatan yang berlebihan akan dapat mendorong terjadinyakesenjangan pendaptan baik kesenjangan antar kelompok dalam masyarakatataupun kesenjangan pendapatan antar wilayah. Sementara, kesenjanganpendapatan merupakan indikasi terjadinya kemiskinan dalam masyarakat,baik kemiskinan absolut ataupun kemiskinan relatif. Tiadanya perbedaanpendapatan yang berlebihan, selain menunjukkan pemerataan pendapatanyang lebih baik juga menjadi petunjuk berkurangnya kemiskinan dalammasyarakat.

  Visi tersebut juga merupakan komitmen yang hendak diwujudkanoleh Bupati Kabupaten Cilacap tahun 2012‐2017, sekaligus menjadi pedomandalam memimpin Kabupaten Cilacap selama periode 2012‐2017. Untukmerealisasikan visi tersebut, Visi “Menjadi Kabupaten Cilacap yang Sejahtera secara Merata”, kemudian dijabarkan ke dalam Enam Misi.

B. Misi

  Untuk mencapai visi Kabupaten Cilacap tersebut, Pemerintah KabupatenCilacap merumuskan 6 (enam) misi, sebagai berikut: 1.

   Mengembangkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  Sumber daya manusia (SDM) adalah kunci keberhasilan dalammewujudkan visi Cilacap Sejahtera yang ingin dicapai. Sumber daya manusiajuga merupakan ultimate

  goal untuk siapa dan kepada siapa Cilacap sejahteradiwujudkan. Dengan kesadaran

  akan pentingnya posisi sumber dayamanusia, misi yang pertama menyasar pada pengembangan sumber dayamanusia. Arah yang ingin dicapai adalah peningkatan kualitas SDM. Sumberdaya manusia yang berkualitas adalah SDM yang tinggi derajat kesehatannya.Dengan derajat kesehatan yang tinggi, SDM yang berkualitas akan mampumengembangkan dirinya melalui pendidikan dan penguasaan teknologi.Hasil yang diharapkan dengan SDM yang berkualitas adalah produktifitasSDM yang tinggi dalam setiap karyanya.

  Visi Cilacap yang sejahtera juga akan dimanifestasikan melalui SDMyang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni masyarakat yang selaluberpijak dan mengedepankan nilai‐nilai agama dalam setiap sendikehidupannya. Misi ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ini sangatpenting untuk ditekankan sejalan dengan kekhawatiran semakin terkikisnya nilai‐nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat yang tergerus arusmaterialisme dan hedonisme. Dalam hal ini, SDM yang berkualitas tidakhanya menyangkut dimensi material saja tetapi juga dimensi spiritual yangmemberikan makna atas keberhasilan pembangunan.

  2. Mewujudkan Demokratisasi dan Meningkatkan Kualitas Penyelenggara Pemerintahan yang Bersifat Entrepreneur, Profesional dan Dinamis Mengedapankan Prinsip Good Governance dan Clean Government

  Misi kedua yang diusung dalam RPJMD Kabupaten Cilacapbertujuan untuk mewujudkan demokratisasi sekaligus meningkatkankualitas penyelenggaraan pemerintahan. Makna demokratisasi dalam hal iniadalah sebuah proses untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat danbernegara dengan menjunjung tinggi prinsip demokrasi. Prinsipdemokratisasi tersebut adalah kesetaraan setiap warga negara di matahukum dengan kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.Dengan prinsip tersebut, setiap warga negara diharapkan bisa memainkanpartisipasi masing‐masing sesuai kapasitasnya dan saling berinteraksi dalamtatanan demokrasi yang sehat.

  Praktik demokrasi yang sehat akan menghasilkan pemerintahanyang memiliki legitimasi. Pemerintah yang memiliki legitimasi akan dituntutuntuk menyelenggarakan pemerintah secara kredibel dan akuntabel.Menyadari hal tersebut, misi kedua ini bertujuan meningkatkan kualitaspenyelenggaraan pemerintahan. Kualitas pemerintahan yang diharapkanmeningkat dalam hal ini adalah pemerintahan yang memiliki sifatentrepreneur, profesional dan dinamis. Sifat

  entrepreneur dan profesionalpenyelenggara pemerintahan adalah kata kunci yang

  diharapkan melekatpada setiap pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintahankepada masyarakat. Di samping itu, penyelenggaraan pemerintahan jugaharus dinamis dalam arti bahwa setiap perubahan‐perubahan dinamislingkungan sosial, ekonomi dan politik menuntut penyelenggaraanpemerintah yang tanggap terhadap perubahan‐perubahan tersebut. Hasilyang diharapkan dari meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahadalah meningkatnya efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraanpemerintahan untuk mewujudkan pemerintahan yang terselenggara denganbaik (good governance) dan bersih serta berwibawa (clean

  governance) .

  

3. Meningkatkan dan Memperbaiki Layanan Pendidikan dan Pelatihan,

Meningkatkan Derajat Kesehatan Individu dan Masyarakat.

  Misi ketiga yang diusung dalam RPJMD berkaitan erat dengan misipertama RPJMD. Misi yang pertama menekankan pada aspek kesejahteraanyang diwujudkan dengan meningkatkan perbaikan kualitas sumber dayamanusia yang tercermin dari derajat kesehatan, tingkat pendidikan danketakwaan. Misi yang ketiga menekankan pada peningkatan aspek pelayananpada bidang kesehatan dan pendidikan demi mewujudkan sumber dayamanusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan derajat kesehatan danpendidikan yang tinggi menuntut proses kualitas pelayanan di bidangpendidikan dan kesehatan yang semakin tinggi pula.

  Pendidikan dan kesehatan merupakan layanan publik dasar yangsangat penting bagi masyarakat. Bagi pemerintah, keduanya merupakanurusan wajib. Bahkan khusus untuk urusan pendidikan, Konstitusi RepublikIndonesia mengamanatkan alokasi anggaran untuk urusan pendidikanminimal 20 persen dari total anggaran. Oleh karena itu, dengan anggaranyang sangat besar, arah dari misi keempat adalah peningkatan dan perbaikanlayanan pendidikan.

  4. Mengembangkan Perekonomian yang Bertumpu pada Pengembangan Potensi Lokal dan Regional Melalui Sinergi Fungsi‐Fungsi Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Perdagangan, Industri dan dengan Penekanan pada Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan Penciptaan Lapangan Kerja.

  Fokus misi keempat ini adalah pengembangan potensi ekonomilokal. Corak ekonomi yang beragam dari mulai pertanian, kelautan,perdagangan, industri dan pariwisata merupakan potensi yang harusmenjadi basis pengembangan ekonomi Kabupaten Cilacap dengan sinergitasdi antara potensi‐potensi lokal tersebut khususnya yang banyak menyeraptenaga kerja. Oleh karena itu, misi keempat ini sangat strategis peranannyadalam kaitannya dengan dimensi ekonomi, penurunan tingkat kemiskinandan peningkatan derajat kesejahteraan.

  

5. Memberdayakan Masyarakat dan Seluruh Kekuatan Ekonomi Daerah,

Terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta Koperasi, Membangun dan Mengembangkan Pasar bagi Produk Lokal.

  Misi kelima berkaitan dengan misi keempat. Arah misi keempatadalah pengembangan pada dimensi ekonomi yakni sektor‐sektor basis yangmenyerap banyak tenaga kerja, sedangkan misi kelima adalah aspekkelembagaan dan masyarakat. Sasaran misi kelima adalah pemberdayaanmasyarakat pelaku kegiatan ekonomi sekaligus lembaga ekonomi koperasidan usaha kecil menengah.

  Koperasi dan usaha kecil menengah merupakan lembaga ekonomiyang strategis dalam rangka pengembangan ekonomi yang berbasis padapotensi lokal dengan arah penciptaan lapangan kerja sebagaimana diusungdalam misi keempat. Oleh karena itu, secara khusus misi kelima inimenekankan pada pengembangan lembaga koperasi dan usaha kecilmenengah.

  6. Memeratakan dan Menyeimbangkan Pembangunan Secara Berkelanjutan Untuk Mengurangi Kesenjangan Antar Wilayah dengan Tetap Memperhatikan Aspek Lingkungan Hidup dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam Secara Rasional, Efektif dan Efisien.

  Dengan wilayah pembangunan yang sangat luas, persoalanketimpangan antar wilayah di Kabupaten Cilacap menjadi salah satu isustrategis. Oleh karena itu, misi keenam pembangunan Kabupaten Cilacap inidiarahkan pada pemerataan pembangunan antar wilayah. Selainpembangunan yang lebih merata, arah pembangunan yang diusung dalammisi keenam adalah pembangunan yang berkelanjutan. Isu pembangunanberkelanjutan ini kaitannya dengan daya dukung bumi dalam menopangpembangunan serta dampak degradasi lingkungan.

C. Strategi dan Arah Kebijakan

  Strategi dan arah kebijakan dirumuskan berdasarkan isu‐isu strategisdalam rangka menyelesaikan masalah‐masalah pembangunan dan mencapaitujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi Kabupaten Cilacap 2012‐ 2017. Ada delapan isu strategis yang telah dirumuskan untuk mencapaitujuan tersebut. Penyelesaian masalah yang berkaitan dengan satu isustrategis diselesaikan melalui pilihan satu atau lebih strategi. Pada saat sama,suatu strategi yang dipilih dapat menjadi jalur penyelesaian masalah yangberkaitan dengan lebih dari satu isu strategis. Sementara itu, arah kebijakandirumuskan untuk memberikan panduan dan penekanan agar kebijakan‐kebijakanyang dirumuskan mampu membawa kearah tepat, optimal danbersinergi satu sama lain, sehingga setiap program dan kegiatan yangdirumuskan dapat menghasilkan output dan mencapai sasaran yang telahditetapkan.

  Terkait dengan delapan isu strategis Kabupaten Cilacap pada tahapanpembangunan jangka menengah tahun 2012‐2017, telah dirumuskan StrategiDasar yaitu “Bangga Mbangun Desa”, sesuai dengan Peraturan Bupati No.76Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan “Bangga MbangunDesa”. “Bangga Mbangun Desa” adalah strategi dan arah kebijakan yangdimaksudkan sebagai panduan bagi lembaga pemerintah, swasta danmasyarakat Kabupaten Cilacap dalam melaksanakan pembangunan yangberorientasi di perdesaan. “Bangga Mbangun Desa” sekaligus merupakanimplementasi gerakan “Bali Ndeso, Mbangun Deso” Gubernur Jawa Tengah2008‐2013. Dengan demikian “Bangga Mbangun Desa” merupakan spiritdasar orientasi pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2012‐ 2017 yangkemudian diterjemahkan lebih mendalam menjadi strategi‐strategi yanglebih rinci sesuai isu strategis Kabupaten Cilacap. Spirit “Bangga MbangunDesa” ini menjadi semangat dasar pembangunan Kabupaten Cilacap yangdiwujudkan ke dalam Enam Misi Kabupaten Cilacap Tahun 2012‐2017.Sebagai strategi dan kebijakan dasar, Gerakan “Bangga MbangunDesa” diimplementasikan melalui jalur Empat Pilar dan yang kemudianditerjemahkan ke dalam Enam Misi Bupati Cilacap Periode Tahun 2012‐2017yang telah dicantumkan pada Bab IV RPJMD Tahun 2012‐ 2017. Empat Pilartersebut adalah: (1) Pilar Pendidikan, (2) Pilar Kesehatan, (3) Pilar Ekonomi,dan (4) Pilar Lingkungan Sosial Budaya.

  Pilar Pendidikan. Pilar Pendidikan ini selaras dengan Misi 1 dan Misi3

  Bupati Periode Tahun 2012‐2017 yang dituangkan dalam RPJMD Tahun2012‐2017. Pendidikan menjadi dasar dan sumber tumbuh danberkembangnya kualitas manusia. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Cilacap, strategi dasarnya adalah denganmeningkatkan derajat pendidikan masyarakat. Peningkatan derajatpendidikan masyarakat ini diukur dalam dua aspek. Pertama, rata‐rata lamapendidikan masyarakat yang dalam hal ini paling kurang pendudukkabupaten Cilacap harus mencapai pendidikan dasar 9 (sembilan tahun), dankedua, pemerataan dalam memperoleh pendidikan dasar tersebut, baikmerata dalam secara wilayah, mutu maupun usia. Pilar Pendidikan ini jugaterkait dan sekaligus akan mampu menjawab masalah‐masalah dan isustrategis kabupaten Cilacap bidang pendidikan dan sumber daya manusiayang telah dituangkan dalam

  Bab IV RPJMD 2012‐2017. Selaras denganpemetaan masalah dan isu strategis pendidikan, Pilar Pendidikan dalamGerakan “Bangga Mbangun Desa” ini akan menjawab masalah kependidikandan pengembangan sumber daya manusia ,yang memang secara fisik lebihbanyak tersebar di wilayah perdesaan. Pencapaian indikator‐indikator dalamPilar Pendidikan ini, akan menjadi sumber kekuatan pembangunan yangakan mempunyai basis luas dan tersebar di seluruh wilayah KabupatenCilacap.

  Pilar Kesehatan. Pilar Kesehatan ini selaras dengan Misi‐1 dan Misi‐

  3Bupati Periode Tahun 2012‐2017 yang dituangkan dalam RPJMD 2012‐ 2017.Kesehatan individu dan masyarakat, merupakan sumber dan akseleratordalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, derajatkesehatan baik individu maupun masyarakat merupakan indikator strategislain berkaitan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia. Peningkatanderajat kesehatan ini mencakup dua unsur yaitu kesehatan individual dankesehatan masyarakat. Kesehatan individual diukur dengan menggunakanindikator‐indikator kesehatan individu, baik kesehatan ibu, kesehatan anak,kejangkitan penyakit, dan layanan kesehatan. Sementara, kesehatanmasyarakat diukur dengan menggunakan indikator kesehatan lingkungan,sanitasi, pencegahan penyakit dan perilaku sehat masyarakat.

  Peningkatanderajat kesehatan masyarakat juga mencakup dimensi pemerataan layanan,baik mutu layanan, antar kelompok masyarakat maupun cakupan antarwilayah. Pilar Kesehatan dalam Gerakan “Bangga Mbangun Desa” inimerupakan strategi untuk menjawab dan menyelesaikan masalah dan isu‐ isustrategis bidang kesehatan sebagaimana tercantum dalam Bab IV RPJMD ini.Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus juga merupakanstrategi untuk mengatasi masalah yang terkait dengan isu‐isu kemiskinan.Sebagaimana juga dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs),dimensi‐dimensi kemiskinan bukan hanya menyangkut aspek pendapatan,melainkan juga aspek kesehatan. Keterjangkauan terhadap layanankesehatan merupakan ukuran kemsikinan. Semakin mudah akses terhadaplayanan kesehatan, semakin besar kemungkinan untuk keluar dari tingkatkemiskinan. Oleh karena itu, pencapaian derajat kesehatan masyarakatmelalui Pilar Kesehatan dalam Gerakan “Bangga Mbangun Desa” akanmenjadi dasar dan akan mengakselerasi dalam pencapaian tujuanpembangunan kabupaten Cilacap sebagaimana tertuang dalam misiKabupaten Cilacap dalam RPJMD Tahun 2012‐2017.

  Pilar Ekonomi. Pilar Ekonomi ini selaras dengan Misi‐4, Misi‐5 danMisi‐6

  Bupati periode Tahun 2012‐2017 yang dituangkan dalam RPJMDTahun 2012‐2017. Inti dari Pilar Ekonomi dalam Gerakan “Bangga MbangunDesa” adalah strategi untuk meningkatkan pendapatan riil masyarakat secaraberkelanjutan dan merata.

  Karena itu pula, tujuan pembangunan melaluiPilar Ekonomi ini kemudian diterjemahkan kedalam 3 (tiga) misi utamadalam RPJMD Tahun 2012‐2017. Hakekat dari peningkatan pendapatan riilsecara berkelanjutan adalah peningkatan produktivitas orang‐per‐orang danmasyarakat dari waktu ke waktu. Sementara hakekat peningkatanproduktivitas secara merata adalah peningkatan produktivitas yangmencakup semua lapisan dan kelompok masyarakat, dan meluas di semuawilayah Kabupaten Cilacap; yang muaranya akan dapat menurunkankesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat dan antar wilayah diKabupaten Cilacap. Peningkatan produktivitas adalah outcome dari adanyapeningkatan derajat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat. Artinya,pencapaian dan tercapainya tujuan Pilar Pendidikan dan Pilar

  Kesehatanmerupakan modal dasar untuk mencapai tujuan Pilar Ekonomi. Modal dasarberupa sumber daya manusia yang berkualitas itulah yang akan melahirkansumber daya manusia yang kreatif, professional, bertanggungjawab danberbudaya, yang kemudian akan mampu mengelola potensi yang dimiliki dansumberdaya lainnya; baik yang ada di Kabupaten Cilacap maupun di daerahhinterland‐nya, untuk semakin meningkatkan produktivitas yang padaakhirnya akan meningkatkan daya saing Kabupaten Cilacap secarakeseluruhan. Tumbuh dan berkembangnya kekuatan riil ekonomi yangberbasis pada keunggulan yang dimiliki Kabupaten Cilacap secara merata,dan kemampuan untuk mengintegrasikan dan memanfaatkan potensilingkungan kelembagaan untuk kemudian mengakselerasikannya menjadikekuatan ekonomi masyarakat, akan menjadikan masyarakat kabupatenCilacap mempunyai daya tahan ekonomi yang kuat, semakin mandiri,sekaligus akan mempunyai daya saing yang kuat. Pencapaian tujuan PilarEkonomi dalam Gerakan “Bangga Mbangun Desa” ini merupakan jawabandan solusi atas berbagai masalah dan isu strategis yang berkaitan denganMisi‐4, Misi‐5 dan Misi‐6 yang telah dituangkan dalam Bab IV RPJMD Tahun2012‐2017. Berdasarkan pemetaan masalah dan isu strategis pula, tujuanPilar Ekonomi ini dapat dicapai melalui fokus pada bidang‐bidang yangmempunyai basis keunggulan kuat, khususnya pada bidang pertanian, UsahaKecil dan Mikro (UKM), dan bidang perdagangan dan pemasaran.

  Pilar Lingkungan Sosial Budaya dan Infrastruktur. PilarLingkungan

  Sosial Budaya dan Infrastruktur ini selaras dengan Misi‐1, Misi‐2,Misi‐3 dan Misi‐6, Bupati Periode Tahun 2012‐2017 yang dituangkan dalamRPJMD Tahun 2012‐2017. Inti capaian pengembangan melalui PilarLingkungan Sosial Budaya dan Infrastruktur adalah semakin tumbuh,berkembang dan kokohnya modal sosial (social capital) sebagai modalpembangunan, yang didukung dengan infrastruktur yag memadai. Modalsosial berfungsi sebagai perekat dan sekaligus akselerator prosespembangunan yang berbasis nilai‐nilai budaya: khususnya budaya lokal yangada dan hidup dalam suatu masyarakat. Modal sosial mencakup faktorkelembagaan formal berupa institusi, aparataur pemerintahan danperaturan, maupun faktor kelembagaan nonformal dan informal sepertinorma‐norma yang berlaku, adat‐istiadat dan kebiasaan, nilai‐nilai tradisi,seni dan budaya yang ada dan hidup dalam suatu masyarakat. Penghargaanterhadap nilai‐nilai kearifan lokal akan menjadi energi dan kekuatan untuktetap terjaminnya pembangunan secara holistik.Pembangunan secara holistik adalah konsep pembangunan yangberbasis pada prinsip keserasian, kelestarian lingkungan hidup, ekonomi dansosial, keharmonisan dan kesimbangan antar unsur pembangunan. Semua inimerupakan kekayaan budaya dan sekaligus menjadi modal untuk mencapaitujuan pembangunan. Dukungan kelembagaan seperti terciptanya iklimbirokrasi yang profesional, bersih dan akuntabel merupakan strategipembangunan yang berbasis pada Pilar Lingkungan Sosial Budaya danInfrastruktur.Secara rinci visi dan misi dijabarkan ke dalam Strategi dan Arah

5.3. Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung

  Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada PeraturanPemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwapengaturan

  dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunanPeraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan padaperaturan perundang‐undangan yang lebih

tinggi denganmemperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta

penyebarluasanperaturan perundang‐undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknisbangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

  Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasidan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratankeandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikanperlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalammelakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasipenyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerahrawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagaipayung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatanbagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kotamerupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidangCipta Karya di kabupaten/kota.

5.3.1. Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung

A. Fungsi Bangunan Gedung

  Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan pemenuhanpersyaratan eknis bangunan dan lingkungannya maupun keandalanbangunan gedungnya.Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, fungsi keagamaan,fungsi usaha, fungsi sosial dan budaya serta fungsi khusus. Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

  1. Bangunan gedung fungsi hunian meliputi:

  a. rumah tinggal tunggal;

  b. rumah tinggal deret;

  c. rumah tinggal susun; dan d. rumah tinggal sementara.

  2. Bangunan gedung fungsi keagamaan meliputi:

  a. bangunan masjid/mushola;

  b. bangunan gereja;

  c. bangunan vihara;

  d. bangunan pura;

  e. bangunan klenteng; f. bangunan peribadatan lainnya.

  3. Bangunan gedung fungsi usaha meliputi:

  a. perkantoran;

  b. perdagangan;

  c. perindustrian;

  d. perhotelan/penginapan;

  e. wisata, rekreasi dan olah raga;

  f. terminal; dan g. penyimpanan/pergudangan. h. pertanian, peternakan dan perikanan

  4. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya meliputi:

  a. bangunan gedung untuk pendidikan;

  b. kebudayaan;

  c. pelayanan kesehatan;

  d. laboratorium; dan e. pelayanan umum.

  5. Bangunan gedung fungsi khusus meliputi:

  a. bangunan gedung untuk reaktor nuklir;

  b. instalasi pertahanan dan keamanan; dan c. bangunan sejenis yang diputuskan oleh menteri.

  6. Bangunan gedung yang belum termasuk dalam klasifikasi fungsidiatur lebih lanjut oleh Bupati.

B. Klasifikasi Bangunan Gedung

  Bangunan Gedung diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanen, tingkat resiko kebakaran, zonasi rawan bencana, lokasi, ketinggian dan/atau kepemilikan.

  1. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat kompleksitas meliputi:

  a. bangunan gedung sederhana;

  b. bangunan gedung tidak sederhana; dan c. bangunan gedung khusus.

  2. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat permanen meliputi:

  a. bangunan gedung permanen;

  b. bangunan gedung semi permanen; dan c. bangunan gedung sementara.

  3. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat resiko kebakaran meliputi:

  a. bangunan gedung tingkat resiko kebakaran tinggi;

  b. bangunan gedung tingkat resiko kebakaran sedang; dan c. bangunan gedung tingkat resiko kebakaran rendah.

  4. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat zona rawan bencana ditetapkan oleh instansi berwenang

  5. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan lokasi meliputi:

  a. bangunan gedung lokasi padat;

  b. bangunan gedung lokasi sedang; dan c. bangunan gedung lokasi jarang.

  6. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan ketinggian meliputi:

  a. bangunan gedung bertingkat tinggi;

  b. bangunan gedung bertingkat sedang; dan c. bangunan gedung bertingkat rendah.

  7. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan kepemilikan meliputi:

  a. bangunan gedung milik Negara;

  b. bangunan gedung milik badan usaha; dan c. bangunan gedung milik perorangan.

  Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi bangunan gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam ketentuan tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung dicantumkan dalam IMB. Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung yang telah ditetapkan, dapat dirubah melalui permohonan baru izin mendirikan bangunan gedung, kecuali bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan oleh pemerintah. Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.