BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PALEMBANG - DOCRPIJM 1503157588BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PLG

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PALEMBANG

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 5.1. 1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah.

  Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Fungsi dari tujuan ini antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar arahan penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Tujuan penataan ruang dirumuskan dengan didasarkan pada visi dan misi kota, karakteristik wilayah kota dan isu strategis kota.

  Mengacu pada arah pembangunan jangka panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, kondisi dan potensi Kota Palembang, maka tujuan pengembangan wilayah Kota Palembang adalah :

  1. Mewujudkan tata ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan menuju Palembang Kota Internasional, berkualitas dan berbudaya.

  2. Mewujudkan tata ruang kota Palembang yang menunjang pengembangan kota sebagai Kota Tepian Sungai.

  3. Meningkatkan peran kota sebagi pusat kegiatan nasional yang mampu melayani masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional.

  4. Mewujudkan keseimbangan pengembangan pembangunan antar wilayah, baik antara Palembang Ilir dengan Palembang Ulu maupun pusat kota dengan pinggiran kota.

  5. Mewujudkan pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.

  6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kota dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata.

  7. Mewujudkan kawasan strategis kota yang menunjang pertumbuhan ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan dan warisan budaya.

  5.1. 2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah .

  Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota, sedangka n fungsi dari kebijakan tersebut antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kota, sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kota kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi dari strategi penataan ruang wilayah kota antara lain sebagai dasar untuk menyusun rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kota serta penetapan kawasan strategis kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama RTRW Kota dan sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kota.

  Kebijakan dan strategi pengem bangan struktur ruang kota terdiri dari kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan kegiatan dalam kota serta kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan sarana kota.

a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan

  Kebijakan pengembangan sistim pusat-pusat pelayanan, adalah:

  1. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota yang seimbang dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi dan peran kota serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional.

  2. Pengembangan sub pusat pelayanan kota dan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata, seimbang dan efisien yang saling terkait satu sama lain. Strategi pengembangan pusat pelayan kota yang seimbang dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi dan peran ko ta serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional sebagaimana huruf (1), adalah: a.

  Membagi, menetapkan dan mengembangkan 2 Pusat Pelayanan Kota (PPK), yaitu PPK Pusat Kota dan PPK Jakabaring. Strategi ini dilaksanak an dalam rangka pencapaian pengembangan wilayah yang seimbang antara wilayah Seberang Ilir dengan Seberang Ulu. Strategi akan dilaksanakan melalui pelaksanaan program- program yang memacu pengembangan wilayah di Jakabaring dan pengendalian perkembangan di Pusat Kota Palembang.

  b.

  Mengembangkan kegiatan yang berfungsi sebagai fungsi primer. Strategi ini ditujukan untuk mengembangkan kegiatan yang berfungsi primer di lokasi Pusat Pelayanan Kota sehingga kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan pelayanan dalam sk ala kota, regional, nasional dan internasional, sesuai dengan fungsi Kota Palembang sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Strategi Pengembangan sub pusat pelayanan kota dan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata, seimbang dan efisien yang saling terkait satu sama lain sebagaimana disebutkan pada huruf (2) adalah:

  a. Membagi, menetapkan dan mengembangkan kota Palembang menjadi 9 SWK (Sub Wilayah Kota). Strategi ini ditujukan agar pengembangan wilayah dapat dilaksanakan secara seimbang dan merata, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kegiatan yang berfungsi sekunder.

  b. Mengembangkan kegiatan ekonomi pada masing-masing SWK yang mampu mendorong perkembangan wilayah dan menyerap tenaga kerja pada SWK tersebut.

  Strategi ini ditujukan agar terjadi pergeseran kegiatan ekonomi yang selama ini terpusat di pusat kota menjadi menyebar ke seluruh sub wilayah kota.

  c. Meningkatkan ketersediaan fasilitas pada masing-masing sub wilayah kota sesuai dengan skala pelayanan dan daya dukung kawasan. Strategi ini di harapkan bisa mendorong perkembangan sub wilayah kota agar lebih mandiri dalam menyediakan ruang untuk kegiatan ekonomi.

  d. Mendorong pembangunan di Sub Wilayah Kota yang letaknya di pinggiran dan mengendalikan pembangunan fisik di SWK Pusat Kota. Strategi in i dilaksanakan agar beban pusat kota semakin berkurang dan disisi lain perkembangan wilayah pinggiran kota menjadi lebih cepat.

b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Kota.

  Kebijakan pengembangan sistem prasarana dan sarana kota adal ah Peningkatan ketersediaan jaringan prasarana dan sarana kota yang berkualitas, merata, sesuai prioritas dan daya dukung, meliputi:

  1. Peningkatan kelancaran mobilitas antar wilayah dalam rangka mendorong kegiatan

  penduduk melalui peningkatan prasarana dan s arana transportasi dan keterpaduan antar moda.

  2. Pengembangan angkutan umum yang bersifat masal yang aman, nyaman dan murah.

  3. Peningkatan fungsi jaringan drainase sebagai sarana pengendalian banjir dengan sistem jaringan drainase yang terpadu, berhirarki dan efisien.

  4. Peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan berkelanjutan.

  5. Pengelolaan sampah dengan baik dan meningkatkan nilai tambah sampah menjadi barang yang berguna, serta mengurangi dampak negatif akibat sampah.

  6. Peningkatan layanan teleko munikasi ke seluruh penjuru kota sesuai kebutuhan dengan seminimal mungkin mengurangi ketersediaan ruang terbuka.

  7. Peningkatan ketersediaan energi serasi dengan rencana pengembangan jaringan jalan dan pusat kegiatan penduduk.

  8. Pemerataan sarana pendidikan s esuai dengan skala pelayanan dan kebutuhan penduduk disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan.

  9. Peningkatan ketersediaan sarana kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau.

  

10. Peningkatan kegiatan perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kot a

dan penyerapan tenaga kerja.

  11. Peningkatan kegiatan peribadatan dengan penuh toleransi.

  12. Peningkatan ruang untuk fasilitas olah raga dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan prestasi olah raga.

  Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Kota, st rategi untuk peningkatan kelancaran mobilitas antar wilayah dalam rangka mendorong kegiatan penduduk melalui peningkatan prasarana dan sarana transportasi dan keterpaduan antar moda sebagaimana disebut angka 1 diatas adalah: a. Membangun jalan-jalan baru dan meningkatkan kualitas jalan yang sudah ada.

  Strategi ini dilaksanakan untuk memperlancar arus lalulintas. Penyebab utama dari kemacetan lalu lintas adalah pertumbuhan kendaraan yang jauh melebihi pertumbuhan jalan. Selain itu adanya ruas-ruas jalan yang ku rang baik akan menyebabkan waktu tempuh menjadi lebih lama sehingga diperlukan program peningkatan kualitas jalan. b. Meningkatkan fasilitas jalan seperti rambu, lampu, marka, dan sebagainya. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan keteraturan, keamanan dan kenyamanan lalu lintas.

  c. Mengembangkan jaringan rel kereta api antar kota dan kereta api perkotaan. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan fungsi angkutan kereta api. Sebagaimana diketahui bahwa angkutan kereta api mempunyai kelebihan dalam beberapa ha l antara lain kapasitas muatannya yang lebih besar daripada angkutan darat lainnya.

  d. Merevitalisasi sistem angkutan sungai agar berfungsi kembali sebagai urat nadi perekonomian kota dan jalur transportasi alternatif. Strategi ini ditujukan untuk mengembalikan kejayaan angkutan sungai di Kota Palembang. Sejak lama angkutan sungai di kota ini telah menjadi sarana transportasi dan perdagangan. Dengan meningkatnya fungsi angkutan sungai, diharapkan akan mengurangi kepadatan transportasi darat.

  e. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas transportasi udara. Transportasi udara sangat penting bagi aksesibilitas kota Palembang yang menghubungkan Kota Palembang dengan kota-kota lain di Indonesia dan dunia, oleh karena itu perlu dikembangkan daya tampung dan kualitasnya.

  f. Meningkatkan kualitas manajemen sistem transportasi. Strategi ini dilaksanakan agar sistem transportasi bisa lebih terpadu, efisien dan berkelelanjutan.

  Strategi untuk pengembangan angkutan umum yang bersifat masal yang aman, nyaman dan murah sebagaimana disebut dalam angka 2 diatas adalah: a. Mengembangkan angkutan masal yang sesuai dengan karakteristik kota. Strategi pengembangan angkutan masal merupakan salah satu upaya dalam hal mengurangi kemacetan lalu lintas. Dipilihnya angkutan busway dan monorail, di karenakan jenis moda ini yang saat ini paling mudah untuk dilaksanakan, membutuhkan ruang yang relatif tidak terlalu besar dan mempunyai kapasitas angkut yang cukup besar.

  b. Menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung angkutan masal (terminal, halte, dll). Angkutan umum/masal membutuhkan sarana-prasarana pendukung antara lain jalur, halte, marka, pos pelayanan dan terminal.

  Strategi untuk peningkatan fungsi jaringan drainase sebagai sarana pengendalian banjir dengan sistem jaringan drainase yang terpadu, berhirarki dan efisien sebagaimana disebut dalam angka 3 diatas, adalah:

  a. Pembangunan dan peningkatan saluran primer, sekunder dan saluran lingkungan sesuai dengan kondisi kawasan, berhirarki dan saling terkait satu sama lain. Fungsi saluran drainase sangat vital sebagai pengendali aliran air dan banjir. b. Memanfaatkan dengan baik jaringan drainase alami baik sungai, anak sungai maupun rawa. Strategi ini ditujukan untuk memaksimalkan manfaat dari adanya drainase alami. Sebagaimana diketahui bahw a Kota Palembang dilalui banyak sungai. Sungai- sungai yang besar antara lain Sungai Musi, Sungai Ogan dan Sungai Komering. Anak- anak sungai yang cukup besar antara lain Sungai Sekanak, Sungai Bendung, Sungai Lambidaro, Sungai Aur dan lainnya. Anak-anak sun gai ini mengalami penurunan fungsi drainase akibat adanya sedimentasi, sampah dan tumbuhan liar. Upaya-upaya normalisasi sungai dan anak sungai perlu terus dilakukan agar sungai dapat berfungsi dengan baik.

  c. Pengelolaan rawa dibagi menjadi rawa konservasi, rawa budidaya dan rawa reklamasi. Strategi ini dilaksanakan agar pemanfaatan rawa menjadi lebih jelas dan dapat disosialisasikan dengan mudah kepada masyarakat. Peraturan daerah tentang rawa sudah dibuat dan sudah ada delineasi yang jelas mengenai lokasi r awa yang bole direklamasi, rawa yang boleh dibudidayakan dan rawa yang merupakan rawa konservasi.

  Strategi untuk peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan berkelanjutan sebagaimana disebut angka 4 diatas, adalah: a. Menambah kapasitas produksi air bersih. Strategi ini merupakan strategi paling utama dalam rangka peningkatan cakupan layanan air bersih. Kapasitas produksi dapat dilakukan dengan membangun Instalasi Pengelolaan Air bersih di lokasi-lokasi yang belum terjangkau layanan selama ini.

  b. Membangun jaringan distribusi baru dan perbaikan jaringan yang sudah tua.

  c. Mengurangi tingkat kebocoran air. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan pelayanan tanpa menambah kapasitas, akan tetapi mengurangi tingkat kebocoran baik teknis maupun non teknis. Strategi untuk pengelolaan sampah dengan baik dan meningkatkan nilai tambah sampah menjadi barang yang berguna, serta mengurangi dampak negatif akibat sampah sebagaimana disebut angka 5 diatas, adalah: a.

  Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana d an sarana pengelolaan sampah. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan layanan persampahan. Prasarana dan sarana persampahan yang sudah ada saat ini meliputi alat pengumpul, alat pengangkut dan penampungan akhir. Seiring dengan pertambahan pendudu k dan berkembangnya kegiatan penduduk, maka timbulan sampah dipastikan akan selalu meningkat, maka diperlukan program-program dalam rangka meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang berkualitas dan memadai.

  b.

  Meningkatkan kesadaran dan p eran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Sebagaimana diketahui, bahwa sampah merupakan produk masyarakat, maka agar pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilaksanakan upaya- upaya meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat agar dapat mengelola sampah yang dihasilkannya mulai dengan kesadaran untuk mengurangi produksi sampah, membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, memanfaatkan sampah dan mendaur ulang sampah.

  Strategi untuk peningkatan layanan telekomunikasi ke seluruh penjuru kota sesuai dengan kebutuhan tanpa mengurangi ketersediaan ruang terbuka sebagaimana disebut angka 6 diatas adalah:

  a. Mengembangkan jaringan telepon bawah tanah. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan layanan telekomunikasi dengan memanfaatkan sedikit ruang.

  b. Mengembangkan jaringan telepon seluler/nirkabel dengan membangun menara bersama. Saat ini pertumbuhan menara telepon seluler cukup pesat di Kota Palembang. Perkembangan ini akan membawa dampak pada berkurangnya ruang terbuka dan ada beberap a menara yang didirikan tidak sesuai dengan rencana tata ruang kawasan. Untuk mengurangi dampak tersebut, maka dilakukan dengan cara pendirian menara seluler yang bisa dipakai bersama.

  Strategi untuk peningkatan ketersediaan energi serasi dengan rencana p engembangan jaringan jalan dan pusat kegiatan penduduk sebagaimana disebut angka 7 diatas adalah: a. Mengembangkan jaringan energi sesuai dengan pengembangan jaringan jalan dan memperhatikan sistem permukiman kota. Strategi diterapkan agar pemenuhan kebutuhan energi kepada masyarakat bisa lebih optimal dan berkelanjutan, meminimalkan kebutuhan ruang dan memadukan dengan jaringan prasarana yang lain (jalan, telepon, air bersih, drainase).

  b. Mengembangkan jaringan gas rumah tangga. Strategi ini dilaksanakan untuk mendukung kebijakan pemerintah mengenai penggunaan gas sebagai sumber energi rumah tangga. Strategi untuk pemerataan sarana pendidikan sesuai dengan skala pelayanan dan kebutuhan penduduk disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan sebagaimana disebut angka 8 diatas adalah:

  Membangun sarana sekolah dan sarana pendukungnya di pusat-pusat permukiman.

  a.

  Strategi ini diterapkan agar sekolah dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk. Meningkatkan kualitas pendidikan.

  b.

  Strategi untuk peningkatan ketersediaan sar ana kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau sebagaimana disebut angka 9 diatas adalah: Membangun sarana kesehatan sesuai dengan skala pelayanan dan kebutuhan a. penduduk. Strategi ini ditujukan untuk menyediakan sarana kesehatan secara merata, sesuai dengan daya dukung penduduk dan tingkat pelayanan yang akan diberikan. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Strategi dapat dilaksanakan melalui b. serangkaian program dan kegiatan antara lain peningkatan kualitas tenaga kesehatan, kualitas pelayanan puskesmas dan rumah sakit.

  Strategi untuk peningkatan kegiatan perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kota dan penyerapan tenaga kerja sebagaimana disebut angka 10 diatas adalah: Meningkatkan ketersediaan sarana perdagangan disertai fasilitas pend ukungnya.

  a.

  Sarana perdagangan sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan sektor perdagangan, sehingga perlu dikembangkan sarana perdagangan yang letaknya strategis dan didukung fasilitas yang memadai. Menyediakan ruang-ruang untuk pengembangan sektor informal. Strategi ini ditujukan b. untuk menata keberadaan sektor informal, terutama pedagang-pedagang kaki lima dan usaha-usaha informal lainnya.Sektor informal harus tetap dikembangkan karena dapat menyerap banyak tenaga kerja, hanya saja perkembangan tersebut perlu diikuti dengan upaya-upaya penataan.

  Strategi untuk peningkatan kegiatan peribadatan dengan penuh toleransi sebagaimana disebut angka 11 diatas adalah: Membangun sarana ibadah sesuai dengan kebutuhan penduduk di lokasi pusat-pusat permukiman dan kegiatan penduduk. Strategi untuk peningkatan ruang untuk fasilitas olah raga dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan prestasi olah raga sebagaimana disebut angka 12 diatas adalah:

  Memanfaatkan ruang terbuka sebagai sarana olah raga dan rekreasi. Strategi ini a. dilakukan agar kegiatan olah raga dapat dilakukan dengan memanfaatkan ruang terbuka khususnya ruang non hijau seperti halaman dan tanah-tanah kosong.

  Mempertahankan dan meningkatkan kualitas sarana olah raga yang sudah ada.

  b.

  Beberapa sarana ola h raga resmi seperti stadion dan lapangan olah raga akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang B.

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung.

  a. Kebijakan pengembangan kawasan lindung adalah:

  Pelestarian kawasan yang akan difungsikan sebagai kawasan lindung 1. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat merusa k lingkungan dan 2. kawasan lindung.

  Strategi pengembangan kawasan lindung b.

  Strategi untuk pelestarian kawasan yang akan difungsikan sebagai kawasan lindung sebagaimana disebut angka 1 adalah: Identifikasi kawasan kota yang dapat difungsikan sebagai kawasan lindung. Kawasan 1) lindung di perkotaan akan diidentifikasi mengenai luasannya dan lokasinya agar lebih mudah dalam penetapannya. Menetapkan lokasi dan delineasi kawasan lindung kota. Kawasan lindung perlu 2) didelineasi secara pasti kemudian ditetapkan agar tetap terjaga keberadaannya. Mewujudkan RTH minimal 30 % dari luas wilayah kota. Strategi ini dilaksanakan untuk 3) mewujudkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 30% seperti yang diamanatkan Undang-undang penataan ruang, karena RTH merupakan salah satu unsur k awasan lindung.

  Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat merusak lingkungan dan kawasan lindung sebagaimana disebut angka 2 adalah:

  1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan.

  Strategi ini akan b erpengaruh nyata terhadap pelestarian kawasan lindung, karena apabila masyarakat menyadari pentingnya pelestarian kawasan lindung, maka mereka mempunyai rasa memiliki. 2) Menerapkan disinsentif pada kawasan-kawasan lindung. Strategi disinsentif ini dapat dilakukan melalui minimalisasi prasarana dan sarana di kawasan lindung, pengenaan aturan-aturan yang ketat, dan sebagainya. 3) Membangun jalur hijau atau buffer di sekeliling kawasan yang tidak boleh dibangun (rawa konservasi, kolam retensi, areal TPA sampah).

c. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya.

  Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya.

  Peningkatan dan pengembangan kawasan budidaya secara serasi, terpadu, efisien, produktif dan berkelanjutan, meliputi:

  1. Pengembangan permukiman untuk memenuhi ke butuhan penduduk akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau.

  2. Pengembangan kawasan perkantoran/pemerintahan yang terpadu, efisien dan lengkap dalam rangka meningkatkan pelayanan publik

  3. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strategis, nyaman dan berdaya saing

  4. Pengembangan kawasan peruntukan industri yang efisien, produktif dan berkelanjutan serta didukung dengan prasarana dan sarana yang lengkap

  5. Pengembangan kawasan pariwisata sesuai dengan potensi, karakteristik dan jenis wisata unggulan

  6. Pengembangan kawasan pertanian yang mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian.

  Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

  Strategi untuk pengembangan permukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau sebagaimana disebut angka 1 adalah: Mendorong pengembangan perumahan di wilayah baru dengan pola Kasiba/Lisiba.

  a.

  Pengembangan kawasan dengan pendekatan Kasiba-Lisiba diharapkan akan bida menyediakan permukiman dan perumahan kepada penduduk secara terpadu dan efisien. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk kawasan yang padat penduduk b. dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada. Sebagaimana diketahui bahwa lahan di pusat kota semakin mahal dan terbatas, sehingga diperlukan intensifikasi pemanfaatan lahan melalui pembangunan secara vertikal. Menata, merehabilitasi dan meremajakan kawasan perumahan/permukiman yang c. rendah kualitas lingkungannya. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus dari alih d. fungsi dan perubahan fisik bangunan. Strategi untuk pengembangan kawasan perkantoran/pemerintahan yang terpadu, efisien dan lengkap dalam rangka meningkatkan pelayanan publik sebagaimana disebut angka 2, adalah: Menempatkan kantor pemerintahan didalam satu lokasi yang terpadu dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana. Strategi ini dilaksanakan agar pelayanan publik dapat dilaksanakan secara lebih efisien. Masyarakat akan dapat langsung menuju pada satu lokasi pusat pemerintahan. Peletakan pusat pemerintahan dalam satu lokasi juga akan lebih memudahkan koordinasi dan komunikasi. Strategi untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strategis, nyaman dan berdaya saing sebagaimana disebut angka 3, adalah:

  Merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun a. kuallitas pelayanannya dengan tanpa mengubah kelas dan/atau skala pelayanannya yang telah ditetapkan. b. Meletakan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strat egis, nyaman dan berdaya saing. Sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang sangat tergantung dari nilai strategis lokasi, terutama aksesibilitas.

  c. Mendorong perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada pusat-pusat primer dan sekunder. Strategi in i ditujukan untuk mendorong terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan di masing-masing pusat sub wilayah kota.

  Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan industri yang efisien, produktif dan berkelanjutan serta didukung dengan prasarana dan sarana yang len gkap sebagaimana disebut angka 4, adalah:

  a. Mengidentifikasi jenis industri yang sudah berkembang dan yang akan dikembangkan, kemudian membentuk kluster-kluster industri dan ditempatkan dalam lokasi-lokasi sesuai dengan klusternya untuk meningkatkan efisien si dan daya saing industri.

  b. Mengembangkan industri berwawasan lingkungan. Proses produksi industri selama ini cenderung menjadi faktor utama pencemaran baik udara, air maupun tanah.

  Semakin banyak kegiatan industri dikhawatirkan akan meningkatkan kadar pencemaran, oleh karena itu perlu dikembangkan industri-industri yang ramah lingkungan.

  c. Menempatkan kawasan industri di lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku, sumber tenaga kerja, jalan arteri dan pemasaran. Stategi ini dilaksanakan agar kinerja sektor industri menjadi lebih efisien, mengurangi tingkat mobilitas sumber daya industri dan meningkatkan daya saing industri.

  d. Merelokasi kawasan industri yang sudah tidak sesuai dengan peruntukannya. Di beberapa kawasan terdapat industri-industri yang sekarang i ni sudah berlokasi dekat dengan lingkungan perumahan/permukiman dan di lokasi yang sudah tidak diperuntukan sebagai kawasan industri, oleh karena itu perlu dilakukan relokasi terhadap industri tersebut, minimal tidak lagi ada industri baru.

  Strategi untuk pengembangan kawasan pariwisata sesuai dengan potensi, karakteristik dan jenis wisata unggulan, sebagaimana disebut angka 5, adalah: a.

  Mengidentifikasi, menetapkan dan delineasi kawasan-kawasan pariwisata. Strategi ini dilaksanakan agar kawasan pariwisata dapat dikembangkan secara khusus dan fokus tidak tercampur dengan pemanfaatan lain.

  b.

  Mengembangkan wisata MICE ( Meeting, Insentive, Convention, Exibition ). Saat ini telah sangat berkembang wisata jenis ini di Kota Palembang, dan untuk di masa mendatang wis ata ini sangat potensial sebagai salah satu jenis wisata yang bisa menarik banyak wisatawan. Pemerintah hanya harus mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung wisata ini.

  c.

  Melestarikan kawasan wisata sejarah dan budaya Kota Palembang. Banyak se kali obyek wisata sejarah di Kota Palembang yang sangat potensial untuk dikembangkan.

  d.

  Melengkapi kawasan pariwisata dengan fasilitas yang mendukung. Strategi ini dilaksanakan untuk meningkatkan daya tarik obyek wisata yang sudah ada. Banyak obyek wisata yang menjadi kurang menarik karena kurangnya fasilitas pendukung.

  e.

  Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan pariwisata. Strategi ini dilaksanakan agar obyak wisata lebih mudah dicapai oleh wisatawan.

  Strategi untuk pengembangan kawasan pertanian yang mampu meni ngkatkan produktivitas sektor pertanian sebagaimana disebut angka 6, adalah:

  a.

  Mempertahankan lahan produktif dari alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun. Strategi ini sangat penting karena lahan pertanian subur semakin terbatas, sehingga apabila terjadi alih fungsi lahan tersebut, maka akan mengurangi lahan pertanian subur yang akan berdampak pada luas tanaman dan mengurangi hasil pertanian.

  b.

  Mengembangkan kegiatan pertanian selain padi antara lain palawija dan buah- buahan. Struktur tanah di Kota Palemban g cocok untuk dikembangkan budidaya palawija dan buah-buahan. Palawija dan buah-buahan dapat dibudidayakan di lahan pertanian yang tidak perlu adanya irigasi teknis, bahkan bisa dilakukan di pekarangan.

  c.

  Memanfaatkan lahan pasang surut sebagai lahan pertani an. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian lahan di Kota Palembang adalah rawa dan lahan pasang surut. Lahan ini bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. d.

  Mengembangkan kegiatan sektor peternakan dan perikanan. Sebagian lahan di Kota Palembang juga berupa air, sehingga cocok sebagai area budidaya perikanan darat.

  e.

  Memanfaatkan teknologi budidaya pertanian. Strategi ini dilaksanakan untuk meningkatkan hasil pertanian tanpa menambah lahan pertanian. Pemanfaatan teknologi pertanian akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian.

  f.

  Mengembangkan konsep agropolitan sebagai pengembangan kawasan pertanian terpadu.

   Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kota.

  A. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis

  Peningkatan potensi kawasan strategis sebag ai kawasan yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi kota, tempat pelestarian budaya dan pengelolaan lingkungan hidup.

  B. Strategi Pengembangan Kawasan strategis

  

1. Mengidentifikasi dan menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan kriteria

  penetapan kawasan strategis 2. Menyusun rencana tata ruang kawasan strategis sebagai tindak lanjut

  

3. Identifikasi potensi kawasan strategis dilanjutkan dengan perencanaan program

pengembangan kawasan strategis.

  

4. Memprioritaskan pengembangan Kawasan Strategis dengan konsep keterpaduan

5.1. 3. Rencana Struktur Ruang.

  Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki sampai 20 tahun mendatang yang satu sama lain dihubungkan sistem jaringan prasarana wilayah kota. Memperhatik an definisi tersebut, maka rencana struktur ruang wilayah Kota Palembang terdiri dari rencana sistem pusat- pusat pelayanan wilayah kota dan rencana sistem jaringan prasarana kota. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi : a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota. b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota.

  c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menenga h lima tahunan untuk 20 tahun.

   Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota A. Pusat Pelayanan Kota.

  

1. Sub Wilayah Kota (SWK) Pusat Kota sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). Sub

  wilayah kota Pusat Kota ini terdiri dari 44 Kelurahan dengan pusat SWK di sekit ar pasar 16 Ilir. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota karena hingga saat ini masih terdapat fungsi-fungsi primer pelayanan kota, yang melayani tidak saja dalam wilayah kota Palembang akan tetapi juga wilayah regional dan nasional.

  2. Sub Wilayah Kota (SWK) Jakabaring sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). SWK

  ini terdiri dari 17 Kelurahan dengan pusat SWK di sepanjang koridor Jl. Gubernur Bastari. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota baru, karena kondisi eksisting sudah mulai banyak terd apat pusat-pusat pelayanan yang mampu melayani skala kota dan regional. Apalagi dengan adanya rencana kawasan ini dijadikan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan.

  B.Sub Pusat Pelayanan Kota.

  

1. Sub Wilayah Kota (SWK) Alang-alang Lebar, sebagai Sub-PPK , terdiri dari 6

kelurahan.

  

2. Sub Wilayah Kota (SWK) Sukarami sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan

dengan pusat SWK di sekitar Kebun Bunga dan sepanjang koridor jalan Kol.Burlian.

  3. Sub Wilayah Kota (SWK) Kertapati, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 6 kelurah an dengan pusat SWK di sekitar stasiun Kertapati.

  

4. Sub Wilayah Kota (SWK) Gandus, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 2 kelurahan

dengan pusat SWK di sekitar kantor kecamatan Gandus.

  

5. Sub Wilayah Kota (SWK) Plaju sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan, dengan

pusat SWK di sekitar Pasar dan Terminal Plaju.

  

6. Sub Wilayah Kota (SWK) Lemabang, sebagai Sub-PPK, meliputi 9 kelurahan

dengan pusat SWK di sekitar Pasar Lemabang.

  

7. Sub Wilayah Kota (SWK) Sako, sebagai Sub-PPK, meliputi 9 kelurahan dengan

pusat pelayanan di sekitar Pasar Sako.

  C. Pusat Pelayanan Lingkungan.

  Pusat pelayanan lingkungan adalah kawasan yang mempunyai fungsi melayani pelayanan di skala lingkungan. Pusat lingkungan ini tersebar di seluruh Wilayah Kota Palembang, terutama di kawasan-kawasan permukiman atau pusat pemerintahan kelurahan.  Rencana Sistem Jaringan Prasarana.

  A. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi.

1. Transportasi Darat.

  a. Transportasi Jalan Raya. 1) Rencana Jaringan Jalan

  a) Kebutuhan Jalan

  Perkiraan kebutuhan prasarana jalan didas arkan pada ketentuan bahwa kebutuhan luas jalan dihitung dari 20 % luas lahan terbangun. Panjang jalan merupakan hasil pembagian luas jalan dengan lebar jalan rata-rata. Lebar rata- rata jalan nasional sebesar 12 meter, jalan propinsi sebesar 12 meter dan jalan kota sebesar 10 meter. Jadi lebar rata-rata jalan di Kota Palembang adalah 10,67 meter atau 0,01067 km. Perkiraan kebutuhan panjang jalan dapat dirumuskan sebagai berikut :

  Pj  ,

  2 xL Dimana : P j : Panjang jalan yang dibutuhkan L : Luas lahan terbangun 2 Luas lahan terbangun pada tahun 2007 adalah 12.386 Ha atau 123,86 km , dengan demikian kebutuhan luas jalan adalah seluas 2.477 Ha atau 24,77 2 km . Berdasarkan perhitungan tersebut maka luas jalan yang ada di Kota 2 Palembang kekurangan sebesar 16,21 km atau 1.62 0,71 Ha dimana panjang 2 jalan yang ada saat ini telah mencapai 802,52 km atau sekitar 8,56 km

  (856,29 Ha). Dari gambaran tersebut terlihat bahwa adanya kekurangan luas jalan yang cukup besar di Kota Palembang. Kekurangan ini mengakibatkan hubungan antar bagian wilayah kota tidak erat.

b) Rencana Sistem Jaringan Jalan.

Gambar 3.1. Sistem jaringan Jalan Primer

  Dilihat dari kriteria tersebut, maka jalan di Kota Palembang yang tergolong dalam sistem jaringan primer adalah:

  1. Jalan Arteri Primer di Kota Palembang, meliputi:

  • Jalan yang menghubungkan PKN dengan PKW (Kayuagung, Muara Enim, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat) antara lain adalah Jl. Yusuf Singedikane, Jl. Sriwijaya Raya, Jl. Alamsyah RP, Jl.

  Mahmud Badarudin, Jl. Gubernur Bastari , Jl. Lingkar Selatan, Jl. Sukarno-Hatta, Jl. Raya Perumnas-Terminal Alang-Alang Lebar.

  • Jalan menuju Bandara dan Pelabuhan primer (Tanjung Api-Api) adalah Jl. Harun Sohar, Jl. Akses Bandara, , Jl. Tanjung Api-Api.

  2. Jalan Kolektor Primer di Kota Palembang, y aitu jalan yang terhubung dengan kawasan fungsi primer II (Boom Baru, PUSRI, Pertamina, Terminal Plaju, Terminal Jakabaring, Pasar Induk, CBD, pelabuhan 35 Ilit), antara lain, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Yos Sudarso, Jl. Residen A. Rozak (Patal Pusri), Jl. RE Martadinata, Jl. Yos Sudarso, Jl. Ryacudu, Jl. Pangeran Ratu, Jl. Ahmad Yani, Jl. DI. Panjaitan, Jl. Mayor Zen, Jl. AKBP Cek Agus, Jl. Dr. M. Isa, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Kapten Abdullah, Jl. Pangeran Sido Ing Lautan, Jl. Ki Gede Ing Suro Jl. Merdeka.

Gambar 3.2. Sistem jaringan Jalan Sekunder

  Dilihat dari kriteria tersebut, maka jalan di Kota Palembang yang termasuk didalam sistem jaringan jalan sekunder adalah:

  1. Jalan Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan pusat kota dengan sub wilayah k ota lainnya atau jalan yang berada di kawasan kegiatan skala kota, meliputi, Jl. Angkatan 45, Jl. Demang Lebar Daun, Jl. Parameswara, Jl. Wahid Hasyim, Jl. MP Prabu Negara, Jl. Sudirman, Jl. Kol. H. Burlian, Jl. Ki Merogan. Jl. Basuki Rahmad, Jl. R. Sukamt o , Jl. Veteran, Jl. Kapten A.Rivai.

  2. Jalan Kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan fungsi sekunder II atau kegiatan skala sub wilayah kota (SWK), antara lain, Jl.

  Radial, Jl. POM IX, Jl. KH Azhari, Jl. Panca Usaha, Jl.Dempo, Jl. Rasyad Nawawi, Jl. Sosial, Jl. Sukabangun, Jl. Bambang Utoyo, Jl. Musi Raya Sako, Jl. Sudarman Ganda Subrata, Jl. Jaksa Agung R.Suprapto, Jl.

  Letkol Iskandar, Jl. Kol. Atmo, Jl. Hisbullah, Jl. Tengkuruk Permai, Jl. Srijaya Negara, Jl. Bangau, Jl. Rajawali, Jl. Lin gkaran, Jl. Srijaya Negara, Jl. Mayor Ruslan, Jl. Gajah Mada, Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Diponegoro, Jl.Syahyakirti, Jl.TKR Kadir, Rustam Effendi.

  3. Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang terhubung dengan kawasan fungsi sekunder III atau kegiatan skala lingkungan (kecamatan), antara lain Jl.

  Insektur Marzuki, Jl. Sosial, Jl. Perindustrian, Jl. Muhamad Mansyur, Jl. Letnan Murod, Jl. Makrayu Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Ratu Sianum, Jl. Sultan Agung, Jl. Mangku Bumi, Jl. Kartika, Jl. Talang Buruk, Jl. Tanjung Barangan, Jl. Sofyan Kenawas, Jl Siarang, dan jalan lokal lainnya.

  Rencana pembangunan dan pengembangan jalan di Kota Palembang antara lain:

  1. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Arteri Primer.

  • Pembangunan Jalan Lingkar Luar Timur, yang menghubungkan Jl. Tanjung Api-Api sa mpai ke Plaju-Sungai Gerong dan melewati wilayah Kota Palembang sebelah timur dan sebagian besar masuk ke wilayah Kab, Banyuasin.
  • Pembangunan Jalan Lingkar Timur Dalam (Inner Ring Road) yang menghubungkan kawasan Plaju melewati Pulau Kemarau dan dihubungkan dengan Jembatan Musi IV kemudian ke arah Sungai Lais, Sako, Sukarami dan tembus ke Jl. Tanjung Api-Api.
  • Pembangunan Jalan Lingkar luar Barat, yang menghubungkan Jl. Indralaya-Palembang ke Jl. Palembang-Jambi melewati wilayah Kel. Karyajaya, Keramasan, Pi lokerto, Gandus, Bukit Baru dan Siring Agung.

  2. Rencana Pembangunan Jalan Tol yaitu Tol Palembang Betung dan Palembang-Indralaya.

  3. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Arteri Sekunder , antara lain Jl.

  Burlian, Jl. M.Prabu Mangkunegara, Jl. M. Isa, dll.

  4. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Kolektor

  5. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Lokal.

c) Penanganan Simpang dan Pembangunan Jembatan.

  Kinerja suatu jaringan jalan sangat dipengaruhi oleh kinerja suatu persimpangan. Dengan meminimalkan tundaan dipersimpangan diharapkan waktu tempuh antar zona/kawasan dapat diminimalkan. Kinerja jaringan jalan dapat pula ditingkatkan dengan cara meratakan atau membagi beban suatu penggal ruas jalan (jembatan) dengan cara membangun jembatan yang menghubungkan 2 (dua) wilayah yang sam a (Ulu dan Ilir) yang letaknya berdampingan (pada jarak tertentu), sehingga dapat menjadi alternatif lain yang dapat dipilih oleh pemakai jalan.

  Belum adanya determinasi pola pergerakan internal dan eksternal di Kota Palembang, menyebabkan terjadinya tump ang tindih pergerakan pada sistem sekunder yang seyogyanya melayani pergerakan internal.

  Pembangunan fly over dan under pass selain memperhatikan aspek teknis dan ekonomis harus juga memperhatikan aspek lingkungan dan estetika. Pembangunan fly over sudah dilaksanakan di satu persimpangan utama, yaitu di Simpang POLDA. Adanya fly over di simpang ini mengurangi kemacetan di kawasan ini cukup signifikan, akan tetapi justru menambah penumpukan lalulintas di simpang Charitas dan Sekip. Untuk itu perlu dilakukan penanganan kembali di simpang-simpang utama yang lain, yaitu simpang R.S. Charitas, simpang Patal Pusri, simpang Ampera Jakabaring, Simpang Tanjung Api-Api, dan simpang Kampus. Pengembangan jalan lingkar dimaksud, baik yang sudah diimplementasikan maupun yang masih dalam tahap perencanaan terdiri dari pembangunan 6 buah jembatan musi. Prioritas pembangunan jembatan musi tersebut meliputi :

  Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. A. Yani (Kelurahan 

  13 Ulu) – Jembatan Musi III – Kelurahan 8 Ilir – Jl. M. Isa; Rencana pembangunan jalan lingkar Arah Tj. Api-api – Kelurahan

  

  • – Sukarami – Kelurahan Sukamulya – Kelurahan Sukamaju (Sako)
  • – Kelurahan Sukamulya (Sako) – Kelurahan Sei Selincah (Kalidoni)

  Jembatan Musi IV – Pulau Kemarau;

  Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. Wahid Hasyim  (Kelurahan 2 Ulu) – Jembatan Musi V – Kelurahan 29 Ilir – Jl. Kapt. A.

  Riva’i.   Rencana pembangunan jalan lingkar Kelurahan Karyajaya – Jembatan

  Musi VI – Kelurahan Pulo Kerto – Bukit Baru – Siring Agung – Arah

  Sekayu (Jambi); 2) Manajemen Transportasi Jalan Raya Kota Palembang.

  a) Pengelolaan Parkir.

  Salah satu pengelolaan system transportasi jalan raya adalah dengan pengelolaan dan pengendalian parkir, baik on street maupun off street

  parking. Pen gaturan parkir dilakukan dengan cara menetapkan

  pembatasan bagi daerah-daerah yang biasa digunakan untuk parkir on

  street, mendorong pengembangan fasilitas off street, serta membebaskan

  kawasan-kawasan rawan macet dari kegiatan parker, terutama di kawasan yang padat kendaraan.

  b) Pembatasan Lalu Lintas

  Selain pembatasan lahan parkir, alternatif lain yang dapat digunakan adalah pembatasan lalu lintas. Pembatasan lalu lintas ini dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan dan mengembalikan fungsi rekreasi pada kawasan-kawasan tertentu (seperti kawasan sekitar Jembatan Ampera, 16 Ilir dan kawasan Benteng, Kambang Iwak) c) Pengaturan dan Pengendalian Penggunaan Lahan.

  Disadari bahwa antara transportasi dan tata guna lahan memiliki keterkaitan yang tinggi, termasuk keterkaitan 2 (dua) aspek tersebut di Kota Palembang. Transportasi dapat mendorong aksesibilitas lahan pada suatu tempat serta meningkatkan daya tarik investasi. Disisi lain penggunaan lahan memberikan dampak kepada bangkitan maupun tarikan perjalanan dari dan menuju tempat tersebut.

  Dengan adanya interaksi timbal balik tersebut, maka perlu dikembangkan integrasi antara penggunaan lahan serta rencana transportasi yang ada. Bentuk dari integrasi tersebut adalah identifikasi secara benar daerah- daerah ya ng direncanakan akan difungsikan sebagai kawasan industri, kawasan perdagangan/jasa, kawasan wisata, kawasan permukiman/perumahan dan kawasan pendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat lain. Oleh karena itu penyediaan trasportasi dilaksanakan dalam bentuk penyediaan jaringan trayek angkutan umum dan jaringan jalan yang mampu mendorong rute angkutan yang efisien. Penyediaan transportasi dilakukan dalam mendukung pengembangan kawasan prioritas pengembangan wilayah yaitu Gandus, Alang-Alang Lebar, Jaka baring, Sako dan Kalidoni.

d) Pengaturan Transportasi Barang

  Rencana penempatan lokasi terminal angkutan barang akan dibangun pada kawasan Terminal Terpadu Karya Jaya. Terminal Terpadu Karya Jaya pula direncanakan memiliki terminal sebagai daerah pergudan gan. Disamping adanya Terminal Terpadu Karya Jaya, terdapat pula pasar induk grosir buah-buahan dan sayuran yang berlokasi di kawasan Jaka Baring. Dengan beroperasinya pasar induk Jaka Baring, maka akan terjadi perubahan jalur angkutan barang (khususnya tr uk) yang semula bongkar muat dikawasan

  16 Ilir akan berpindah ke pasar induk Jaka Baring. Dengan adanya kondisi tersebut diharapkan beban arus lalu lintas angkutan barang tidak akan bertumpu dipusat Kota Palembang, melainkan menyebar kekawasan pinggiran Kota, khususnya pada rencana jalan lingkar.

3) Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Angkutan Umum.

a) Kebutuhan Angkutan Umum yang Berkualitas.

  Konsep pengembangan angkutan massal Kota Palembang mempertimbangkan arah struktur ruang Kota Palembang. Pengembangan pilihan teknologi angkutan massal di Kota Palembang memerlukan kriteria untuk mengukur rute-rute angkutan massal yang akan dipilih. Pilihan teknologi angkutan massal yang dikembangkan di Kota Palembang adalah sebagai berikut :

  1. Bus Trans Musi

  2. Monorail

  3. Aerobus

  4. MRT

  b) Jenis-Jenis Angkutan Umum yang Layak Dikembangkan Di Kota Palembang.

  Beberapa jenis angkutan umum yang layak dikembangkan pada masa yang akan datang mengarah pada sistem angkutan umum massal. Pilihan teknologi angkutan m assal yang dikembangkan di Kota Palembang adalah sebagai berikut :

  1. Busway.

  2. Monorail 3. Aerobus.

  c) Rencana Jalur/Trayek Angkutan Umum Dalam Wilayah Kota.

  Tabel 5.1. Rencana Koridor Jalur Bus Trans Musi

  Tahap Koridor Rute

  1. Koridor I Terminal ALang-alang Lebar – Jl. Sultan Mahmud Badarudin II (Alang-alang Lebar – – Jl. Kol. H. Burlian – Jl. Sudirman – Ampera Ampera)

  Koridor II Terminal Sako– Jl.Sako Raya – Jl.Siaran – Jl. Musi Raya - Jl. (Terminal Sako – PIM) H. Abdul Rozak (Patal Pusri) – Jl.R.Sukamto – Jl. Jend.

  Basuki Rahmat – Jl. Demang Lebar Daun – Jl. Srijaya Negara

  • – Jl.JAR. Suprapto – Jl.KH. Ahmad Dalan – Jl.Danie Effendie - PIM (Jl.Radial) 2.

  Koridor III Term. Jakabaring - Jl.Pangeran Ratu – Jl.Gub.Hasan Bastari – (Jakabaring – Ampera Jl. Mayjen Ryacudu – Ampera – Jl.Sudirman –

  • – PIM) Jl.Letkol.Iskandar – Jl.HM. Danie Effendie – Jl.Merdeka Koridor IV Term. Plaju – Jl.DI.Pandjaitan - Jl. A.Yani – Jl. Ki Merogan – (Plaju – Kertapati – Stasiun Kertapati – Jl.Sriwijaya Raya - Term.Karyajaya Karyajaya) Koridor V Bandara SMB II – Jl.Harun Sohar – Simpang Tanjung Api-api (Bandara SMB II – – Jl.Soekarno Hatta – Jl.Prameswara – Jl.Demang Lebar

  Bukit Siguntang) Daun – Bukit Siguntang

  3 Koridor VI (Terminal Terminal AAL – Jl.SMB II – Jl. Soekarno Hatta – Jl. Alamsyah

AAL – Musi II – Ratu Prawiranegara – Jl.Mayjen Yusuf Singadikane

Karyajaya) –Jl.Sriwijaya Raya – Term. Karyajaya Koridor VII (Sako – Term Sako – Jl.Siaran – Jl. Musi Raya – Jl.Residen Abdul Pusri – PIM) Rozak – Jl.RE. Martadinata – Jl.Perintis Kemerdekaan – Jl.Veteran – Jl.Kapt.Ahmad Rivai – KH.Ahmad Dahlan – PIM

  (Jl.Radial) Koridor VIII (Kenten Kenten Laut –Jl.MP.Mangkunegara – Jl.AKBP Cek Agus – Laut – Dempo – JM) Jl.Cek rifai Cek Yan – Jl. Bangau - Jl.Rajawali – Jl.Rasyid Nawawi – Jl.Brigadir Abdul Kadir – Jl.Lingkaran 1 – Jl.Lorong

  Dempo – Jl. Dempo Luar - Jl.Dempo – JM Tabel 5.2.

  Rencana Pengembangan Monorail Kota Palembang

  Koridor Rute Koridor I Pusri – Jl. Mayor Zen – Jl. Martadinata – Jl. Lemabang – Jl. Perintis Kemerdekaan

  • – Jl.Ki Ronggo Wiro Sentiko – Jl. Sedo Ing Lautan
Koridor II Sei Lais – 11 Ilir - Jl.Kedaton - Jl. Ki Gede Ing Suro – Jl.Sedo Ing Lautan - 36 Ilir Koridor III Term. Karyajaya – Jl.Sriwijaya Raya – Jl.Ki Merogan – Jl. KH. Wahid Hasyim – Jl.Ahmad Yani – Jl.Panjaitan – Plaju

  Sumber : Studi Sistem Angkutan Massal Kota Palembang, 2009

  d) Integrasi Antar Moda