BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN LAHAT - DOCRPIJM 1503133731BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN LAHAT REVIEW SY

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN LAHAT

5.1. RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW)

  Berdasarkan konsep pengembangan tata ruang mikro maka rencana pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Lahat akan mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) khususnya pasal 14 ayat 3 menjelaskan bahwa pusat-pusat permukiman yang dikembangkan saling terkait dengan tingkatan fungsi kota sebagai berikut Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal.

  Rencana pengembangan Sistem Pusat Kegiatan di Kabupaten Lahat adalah sebagai berikut :

  1. Ibukota Kecamatan Lahat diarahkan pengembangannya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten yang diarahkan pengembangannya sebagai kota besar dan kota sedang yang setara dengan kota orde I dengan wilayah pelayanan hingga provinsi.

  2. Ibukota Kecamatan Tebing Tinggi dan Pendopo diarahkan pengembangannya sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam lingkup kabupaten dan umumnya merupakan kota kecil.

  3. Ibukota Kecamatan Ulu Musi, Kikim Timur, Tanjung Sakti, Mulak Ulu, Pulau Pinang , Jarai, Pajar Bulan, Muara Pinang, Lintang Kanan, Kota Agung, Pasemah Air Keruh, Talang Padang, Kikim Barat, Kikim Tengah, Kikim Selatan dan Ibukota Kecamatan Merapi diarahkan pengembangannya sebagai Sub Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I.

  Kawasan prioritas adalah kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan pengembangan atau penanganannya serta memerlukan dukungan rencana rinci dan program sebagai upaya untuk mewujudkan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

  Berdasarkan potensi dan permasalahannya, kawasan prioritas di wilayah Kabupaten Lahat terdiri dari: kawasan tumbuh cepat, kawasan kritis lingkungan, kawasan perbatasan (dengan kabupaten lain), dan kawasan tertinggal (kawasan yang perlu dipacu perkembangannya).

  Kawasan prioritas Kota Lahat dalam hal ini adalah kawasan perbatasan, sehingga perlu segera/mendesak ditangani untuk mengurangi persoalan sosial dan politik bagi kedua wilayah. Lokasi kawasan perbatasan di Kabupaten Lahat yang perlu diprioritaskan diantaranya adalah:  Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas.

   Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Muara Enim.  Kawasan perbatasan dengan Kota Pagar Alam.  Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

  

Gambar 3.1

  Konsep Struktur Ruang Kabupaten Lahat

3.1.1. Tujuan dan Sasaran Pengembangan KabupatenLahat

Gambar 5.1 Konsep Struktur Ruang Makro Kabupaten Lahat

  Tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

  Sasaran dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah :

  1. Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten Lahat baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat;

  2. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;

  3. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah kabupaten;

  4. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah kabupaten.

  5. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

  5.1.1. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Wilayah

  Pembagian sistem perwilayahan pembangunan di wilayah Kabupaten Lahat didasarkan pada batas administrasi kecamatan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengelolaannya dan masing-masing kecamatan juga merupakan wilayah pembangunan. Berdasarkan batas administrasi kecamatan yang ada dan hirarki tingkat pelayanan kota-kota kecamatan yang telah dilakukan, maka Kabupaten Lahat dibagi menjadi empat Wilayah Pembangunan, yaitu :

  1. Wilayah Pembangunan (WP) I, dengan pusat WP di Kota Lahat yang melayani daerah belakangnya yaitu meliputi 46 desa dan 12 kelurahan yang ada di Kecamatan Lahat dan desa-desa yang ada di Kecamatan Merapi, Pulau Pinang, Pajar Bulan, Mulak Ulu dan Kecamatan Kota Agung.

  2. Wilayah Pembangunan (WP) II, dengan pusat WP di Kota Pendopo yang melayani daerah belakangnya yaitu meliputi 25 desa yang ada di Kecamatan Pendopo dan desa- desa yang adea di Kecamatan Pasemah Air Keruh, Ulu Musi, Muara Pinang, Lintang Kanan dan Kecamatan Jarai.

  3. Wilayah Pembangunan (WP) III, dengan pusat WP di Kota Tanjung Sakti yang melayani daerah belakangnya meliputi 32 desa. Perkembangan WP ini dipengaruhi oleh perkembangan Kota Pagar Alam yang letaknya secara georafis relatif dekat.

  5.1.2. Fungsi Wilayah Pembangunan

  Fungsi kegiatan untuk masing-masing Wilayah Pembangunan ditetapkan berdasarkan hasil kajian potensi eksisting yang ada serta arah kebijakan pengembangan wilayah ke depan.

Tabel 3.1 Fungsi Wilayah Pembangunan di Kabupaten Lahat

  

Berdasarkan Batas Administrasi Kecamatan

Wilayah Luas Pusat WP dan Fungsi Kegiatan Wilayah Pelayanan Pembangunan (Ha)

  Wilayah 242.937   Pusat WP : Lahat Kegiatan Primer

  Pertambangan Batu  Wilayah Pelayanan :

   Pembangunan

  Bara dan Minyak Bumi

  (WP) I

  Kecamatan Lahat,  Pertanian lahan basah meliputi 5 kecamatan  Perkebunan yaitu Kecamatan  Hutan Produksi Merapi, Pulau  Kegiatan Sekunder Pinang, Pajar Bulan,  Industri pengolahan Mulak Ulu dan

  Batu bara dan Minyak Kecamatan Kota

  Bumi Agung.  Industri pengolahan hasil pertanian dan hutan

  • Kegiatan Tersier  Pusat Pemerintahan Kabupaten Lahat  Jasa perbankan, Hotel dan Restoran  Pusat Perdagangan Regional dan Transportasi 

  Wisata Lokal

  • Wilayah 172.963 Kegiatan Primer  Pusat WP : Pendopo  Pembangunan

  Pertanian lahan basah  Wilayah Pelayanan :

   Perkebunan Palawija

  (WP) II

  Kecamatan dan Holtikultura Pendopo, Pasemah

   Hutan Produksi Air Keruh, Ulu Musi,

  • Kegiatan Sekunder Muara Pinang,

   Industri pengolahan Lintang Kanan dan hasil pertanian dan Kecamatan Jarai. hutan

  • Kegiatan Tersier

  Pusat Perdagangan Lokal dan jasa

   Wisata Lokal  Peribadatan  Wilayah 50.059  Pusat WP : Tanjung Kegiatan Primer 

  Pembangunan

  Pertanian lahan basah Sakti

  (WP) III

  • Kegiatan Sekunder

   Wilayah Pelayanan :  Industri pengolahan Kecamatan Tanjung hasil pertanian dan

  Sakti meliputi 32 hutan desa.

  • Kegiatan Tersier  Pusat Penelitian Pertanian  Pusat Perdagangan Lokal dan Jasa

  Sumber : Hasil Rencana

  5.1.3. Arahan Kawasan yang Didorong Pertumbuhannya

  Wilayah yang tidak menarik karena kurangnya prasarana dan sarana pelayanan kebutuhan penduduk akan semakin kurang mendapat perhatian apabila tidak segera dicirikan pemecahan masalahnya. Kawasan yang perlu dipacu perkembangannya bukan berarti tidak memiliki sumberdaya, akan tetapi mungkin karena prioritas pembangunan tidak terarah pada kawasan tersebut yang dapat saja disebabkan oleh kesulitan medan lapangan untuk dilakukannya pembangunan.

  Berdasarkan kajian yang telah dilakukan di Kabupaten Lahat, maka kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan yang perlu di pacu perkembangannya adalah Tanjung Sakti, sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Pagar Alam dengan akses yang terpisah dari Kabupaten Lahat. Tanjung Sakti ini perlu sekali dipercepat perkembangannya karena kalau tidak maka ada kemungkinan masuk dalam perluasan Kota Pagar Alam.

  5.1.4 Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman

  2 Kabupaten Lahat yang luasnya 4.361,83 Km dengan jumlah penduduk terbesar

  tarjadi pada Kecamatan Kota Lahat yaitu sebesar 104.101 jiwa dengan mendiami luas 2 daerah 238,47 Km , sedangkan Kecamatan Gumay Ulu merupakan jumlah penduduk terkecil 2 yaitu 5 086 jiwa yang mendiami luasan daerah 87,01 Km , hal menunjukan ketidak-merataan penyebaran penduduk pada Kabupaten Lahat

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk dan Luas Daerah Perkecamatan

  

Kabupaten Lahat

2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Luas ( KM ) Jumlah Penduduk 2 Per KM

  1

  2

  3

  4

  1 Tanjung Sakti Pumi 271,00 15 343 56,62

  2 Tanjung Sakti Pumu 229,59 13 523 58,90

  3 Kota Agung 165,59 12 218 73,78

  4 Mulak Ulu 171,84 16 846 98,03

  5 Tanjung Tebat 82,72 7 877 95,22

  6 Pulau Pinang 164,6 11 214 68,10

  7 Pagar Gunung 105,51 11 736 111,23

  8 Gumay Ulu 87,01 5 086 58,45

  9 Jarai 167,52 19 612 117,07

  10 Pajar Bulan 201,34 19 285 95,78

  11 Muara Payang 37,5 8 508 226,88

  12 Kikim Barat 272 14 971 55,04

  13 Kikim Timur 564,45 26 437 46,84

  14 Kikim Selatan 124,8 15 135 121,27

  15 Kikim Tengah 265,6 8 344 31,42

  16 Lahat 238,47 104 101 436,54

  17 Pseksu 269,29 9 966 37,01

  18 Gumay Talang 249,61 8 087 32,40

  19 Merapi Barat 232,64 20 137 86,56

  20 Merapi Timur 260,55 20 772 79,72

  21 Merapi Selatan 200,14 7 458 37,26 Jumlah 4 361,83 376 656 86,35 Sumber : Lahat Dalam Angka, 2012

5.1.5 Arahan Kawasan Prioritas

  Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) diarahkan pada Kecamatan Kota Lahat, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) pada Kecamatan Kikim Barat dan Sub Pusat Kegiatan Lokal lainnya.

Gambar 3.2 Arahan Kawasan Prioritas Kabupaten Lahat

  5.1.6 Konsep Pembangunan KabupatenLahat

  Berdasarkan konsep pengembangan tata ruang mikro maka rencana pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Lahat akan mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) khususnya pasal 14 ayat 3 menjelaskan bahwa pusat-pusat permukiman yang dikembangkan saling terkait dengan tingkatan fungsi kota sebagai berikut Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal.

  5.1.7 Rencana Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan

  Rencana pengembangan Sistem Pusat Kegiatan di Kabupat en Lahat adalah sebagai berikut :

  1. Ibukota Kecamatan Lahat diarahkan pengembangannya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten yang diarahkan pengembangannya sebagai kota besar dan kota sedang yang setara dengan kota orde I dengan wilayah pelayanan hingga provinsi.

  2. Ibukota Kecamatan Ulu Musi, Kikim Timur, Tanjung Sakti, Mulak Ulu, Pulau Pinang , Jarai, Pajar Bulan, Muara Pinang, Lintang Kanan, Kota Agung, Pasemah Air Keruh, Talang Padang, Kikim Barat, Kikim Tengah, Kikim Selatan dan Ibukota Kecamatan Merapi diarahkan pengembangannya sebagai Sub Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I.

  Wilayah kota lahat secara administratif terdiri atas 28 kelurahan/desa yang mencakup

  

  13 kelurahaan dan 15 desa dengan luas areal 5.762,00 Ha yang terbagi dalam 6 bagian Wilayah Kota (BWK) yaitu :  BWK I dengan luas 784,40 Ha berfungs i sebagai pusat pelayanan dan perdangangan untuk kota Lahat, pusat kegiatan perumka dan kawasan perumahan mencakup kelurahan pasar baru, Kota Negara, sebagai kelurahan Pasar Bawah, Kota Jaya, Lahat Tengah, RD PJKA Lahat, Talang Jawa, Pasar Lama, Gunung Gajah, sebagian desa suka Negara dan desa selawi

   BWK II dengan luas 724, 80 Ha berfungsi sebagai kawasan perumahan dan kawasan ruang terbuka hijau untuk areal pertanian dan lahan konservasi mencakup sebagai kelurahan Pagar Agung.  BWK III dengan luas 818,50 Ha berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan perkantoran pemerintahan, sub pusat pelayanan dan dengan skala pelayanan local (BWK III dan

  BWK V), pusat pergudangan perumka dan kawasan perumahan mencakup kelurahan RD. PJKA Bandar Agung, desa Karang Anyar, sebagian desa Karang Baru, Manggul Ulak Lebar, Padang Lengkuas dan sebagian desa Kota Raya.

   BWK IV dengan luas 1.050,00 Ha berfungsi sebagai pusat perkantoran pemerintahan kecamatan, sub pelayanan dan perdangangan dengan skala pelayanan local (BWK IV dan BWK II), pusat pendidikan, kebudayaan dan peribadatan, kawasan ruang terbuka hijau, terminal angkutan lokal dan regional berserta kawasan perumahan mencakup sebagian kelurahan Kota Baru, Talang Jawa, Pasar Lama, sebagian desa Pagar Negara, desa Pagar Sari dan sebagian kelurahan Pagar Agung.  BWK V dengan luas 1,271,10 Ha berfungsi sebagau pemusatan kegiatan oleh raga, pusat perdagangan regional dan pergudangan, kawasan industri, terminal angkutan dalam kota (local), kawasan perumahan dan kawasan terbuka hijau untuk kawasan pertanian maupun kawasan konservasi, mencakup sebagai kelurahan Pagar Agung, sebagian desa keban, desa Manggul, desa Ulak lebar, desa Padang Lengkuas dan sebagian desa Kota Raya.  BWK VI dengan luas 1.113,20 Ha berfungsi sebagai kawasan perumahan yang terbatas perkembangannya dan kawasan ruang terbuka hijau untuk lahan pertanian dan lahan konservasi mencakup sebagian kelurahan Pasar Bawah, Kota Jaya, sebagian desa Tanjung Payang, desa Banjar Negara, desa Tanjung Tebat, desa Nantal, desa Karang Baru, desa Ulak Lebar, desa Padang Lengkuas dan sebagian desa Kota Raya.

  5.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

  Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berdasarkan RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

  Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sector Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan RPJMD perlu dikutip dalam RPI2- JM seperti visi, misi serta arahan kebijakan bidang Cipta karya di daerah.

  a. Visi pembangunan daerah Kabupaten Laha Tahun 2010 – 2015

  b. Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat Tahun 2010 – 2015

  5.3 Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM)

  Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI- SPAM dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

  Didalam RI-SPAM, hal yang perlu dikutip pada bagian ini untuk dijadikan arahan pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan SPAM adalah bagian Rencana Pengembangan SPAM yang terdiri dari :

  a. Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah;

  b. Rencana Sistem Pelayanan;

  Rencana Pengembangan SPAM; dan c.

  d. Rencana Penurunan Kebocoran air Minum.

5.4 Strategi Sanitasi Kota

  Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten , yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

  Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten Lahat berpedoman pada prinsip:

  a. Disusun oleh, dari, dan untuk Kota/kabupaten;

  b. Komprehensif, Multisektor dan Terintegrasi;

  c. Berdasarkan data empiris (aktual); d. Menggabungkan pendekatan’top down ‘ dengan ‘bottom up’.

  SSK dijadikan acuan dalam penyusunan RPI2-JM terutama untuk sektor penyehatan lingkungan dan permukiman. Dalam SSK beberapa hal yang perlu di kutip pada bagian ini adalah:

  a. Kerangka kerja pembangunan sanitasi yang meliputi: Visi dan Misi Visi Sanitasi Kabupaten Lahat dan Misi Sanitasi Kabupaten Lahat adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Sarana dan Prasarana Limbah Domestik;

  2. Menyediakan Sarana dan Prasarana Persampahan dan Menyelenggarakan Pengelolaan Sampah;

  3. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Drainase Permukiman; dan 4. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

  b. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sektor Sanitasi, yang meliputi: Sub Sektor Air Limbah Domestik; -

  • Sub Sektor Persampahan;
  • Sub Sektor Drainase Lingkungan; dan - Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

  5.5 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

  Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi: a. Program Bangunan dan Lingkungan;

  b. Rencana Umum dan panduan rancangan;

  c. Rencana Investasi;

  d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

  RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan atau panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPI2-JM yaitu Konsep Dasar Perancangan Tata bangunan dan Lingkungan yang meliputi:

  a. Visi Pembangunan;

  b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan;

  c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan d. Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya.

  5.6 Strategi Pengembangan dan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

  Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. SPPIP memuat arahan kebijakan dan strategi Pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala Kabupaten/Kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa fungsi, yaitu : a. sebagai acuan implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada;

  b. sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta Karya di daerah;

  c. sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;

  d. sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategii pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan e. sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijaka Dalam SPPIP, yang perlu dikutip dan dijadikan acuan penyusunan RPI2-JM adalah :

  a. Visi dan Misi bidang permukiman dan Infrastruktur;

  b. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Kabupaten/Kota; dan c. Penetapan kawasan permukiman prioritas.

5.7 Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

  Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastruktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2- JM.Oleh karena itu, dalam hal ini RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan kawasan dalam RPKPP yang didetailkan pada program tahunan.